BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah transportasi/perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang. Seperti di negara Indonesia untuk bidang transportasi perkotaan maupun transportasi antar kota dapat tercipta suatu sistem transportasi yang menjamin pergerakan manusia/barang secara lancar, aman, dan nyaman yang merupakan tujuan dari sektor perhubungan (transportasi). Karena sistem transportasi yang efisien merupakan salah satu prasyarat untuk kelangsungan pelaksanaan pembangunan. Prasarana sistem jaringan transportasi adalah jaringan prasarana dasar yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Sistem jaringan dan sistem pergerakan inilah yang dapat dijadikan dasar peramalan kebutuhan. Konsep perencanaan transportasi biasanya dilakukan secara berurut sebagai berikut yaitu Trip Generation, Trip Distribution, Modal Split dan Traffic Assignment. Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas salah satu konsep perencanaan transportasi yaitu traffic assignment (pembebanan lalu lintas). Oleh karena itu hal yang penting untuk dilakukan adalah pencarian rute terpendek dari suatu simpul asal menuju ke simpul tujuan. Penentuan pencarian rute terpendek biasanya dapat dilakukan dengan cara manual tetapi cara tersebut hanya dapat dilakukan pada jaringan jalan yang sederhana. Bila jaringan jalan yang sangat kompleks (daerah perkotaan) maka perhitungan manual akan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga memerlukan ketelitian yang tinggi. Oleh sebab itu pembuatan program bantu untuk perhitungan traffic assignment akan sangat membantu jika yang ditinjau adalah ruas jalan yang kompleks (perkotaan). Dan dalam model pembebanan lalu lintas ini yang mempertimbangkan kemacetan memerlukan beberapa persamaan yang cocok untuk menghubungkan suatu ruas jalan (hubungan biaya-arus) seperti kapasitas dan kecepatan arus bebas serta arus lalu lintasnya dengan kecepatan atau biaya. Sehingga dalam hubungan biaya-arus, biaya akan meningkat sesuai dengan arus lalu lintasnya, kecuali pada tingkat arus yang sangat rendah yang biayanya dapat dianggap konstan. Maka dengan perumusan cost function Davidson akan dapat menentukan hubungan biaya-arus dalam jaringan yang cukup padat (perkotaan). Bahwa dalam mendapatkan perhitungan rute terpendek secara pemrograman sebelumnya telah ada dalam Tugas Akhir Slamet Hariadi dengan judul Pembuatan Program Bantu Komputer Untuk Perhitungan Traffic Assignment Dengan Metode Incremental Loading. Dalam Tugas Akhir ini dianggap masih ada kekurangan dalam hal perhitungan volume ruas jalan. Karena perhitungan volume ruas jalan tersebut belum menjadi satu dengan programnya atau masih menghitung dengan manual microsoft excel kemudian di masukkan ke dalam program tersebut. Oleh karena itu dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang pembuatan program bantu komputer dengan menggunakan microsoft visual basic 6.0 untuk perhitungan rute terpendek (traffic assignment) yang mudah dalam pengoperasiannya. Maksud hal ini adalah perhitungan volume ruas jalan akan menjadi satu dengan program dan menggunakan perumusan Davidson untuk perhitungan cost function. Dalam Tugas Akhir ini penulis menggunakan program bantu yaitu microsoft visual basic 6.0. Karena microsoft visual basic 6.0 merupakan bahasa pemrograman komputer yang dapat berjalan pada sistem operasi Windows. Yang menyediakan beberapa fasilitas, diantaranya Help, kontrol, aplikasi internet dan lain sebagainya yang dapat dipakai dalam membuat objek-objek pembantu program. Dengan fasilitas tersebut memungkinkan kita menampilkan data tanpa memprogram, cukup dengan menggunakan tombol mouse. Hal ini menyebabkan pembuatan aplikasi menjadi lebih cepat dan menghasilkan program Window lebih cepat pula.

2 1.2 Perumusan masalah Dalam Tugas Akhir ini, permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Bagaimanakah algoritma perhitungan dan pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer dengan menggunakan microsoft visual basic 6.0? 2. Bagaimanakah algoritma perhitungan dan pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer jika dipakai pembebanan incremental loading Davidson? 1.3 Batasan Masalah Untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam perencanaan Tugas Akhir ini, batasan masalah yang perlu diperhatikan adalah : 1. Tugas Akhir ini hanya membahas masalah traffic assignment atau pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer dengan menggunakan microsoft visual basic Hasil dari rencana program bantu ini dapat mengetahui jarak rute terpendek dan menampilkan rute terpendeknya. 3. Hasil rencana jumlah node adalah sesuai dengan program bantu microsoft visual basic Pembebanan volume ruas jalan berdasarkan metode incremental loading. 5. Dapat mengetahui volume ruas jalan. 6. Jaringan jalan yang ditinjau adalah jaringan jalan sekitar Klampis dalam kota Surabaya. 7. Data karakteristik jalan seperti matriks asal tujuan dianggap sudah tersedia. 8. Dalam perencanaan program bantu ini tidak memperhitungkan hambatan pada persimpangan dan larangan belok pada tikungan. 1.4 Tujuan Dari beberapa masalah yang dikemukakan di atas maka dapat di ambil tujuan, yaitu : 1. Dapat mengetahui algoritma perhitungan dan pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer dengan menggunakan microsoft visual basic Dapat mengetahui algoritma perhitungan dan pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer dengan pembebanan incremental loading davidson. 1.5 Manfaat Adapun manfaat dari Tugas Akhir ini yaitu : 1. Dengan adannya program bantu komputer ini, diharapkan dapat menghemat waktu pengerjaan dan pemakai mudah dalam pengoperasiannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, tentunya tinjauan pustaka sangat diperlukan, karena tinjauan pustaka merupakan kumpulan kumpulan teori yang berfungsi untuk pengolahan data yang mentah menjadi data yang sesuai dengan hasil atau tujuan akhir yang akan dicapai. Adapun teori teori yang dipakai dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah : 2.1 Perencanaan Dan Permodelan Transportasi Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya telah mengalami revolusi yang pesat. Karena permasalahan transportasi yang sudah ada sejak dulu bisa saja masih dijumpai pada masa sekarang, tetapi dengan kualitas yang jauh lebih parah dan kuantitas yang jauh lebih besar sehingga kemungkinan saja mempunyai bentuk lain yang jauh lebih kompleks. Perencanaan transportasi mempunyai arti yaitu suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak dapat berpindah tempat dengan aman, murah, dan cepat. Selain memindahkan manusia dan barang bergerak secara aman, murah dan cepat sistem transportasi harus pula nyaman. Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi dan pola arus lalu lintas. Perencanaan transportasi juga melibatkan aspek yang cukup banyak dan beragam pula, dimana ciri perencanaan transportasi ditandai dengan

3 adanya multimoda, multidisiplin, multisektoral dan multimasalah. Perencanaan transportasi mempunyai tujuan dasar yaitu memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total pergerakan, baik untuk angkutan umum maupun angkutan pribadi) pada masa mendatang/pada tahun rencana yang akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transportasi. Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat interaksi (pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang) menjadi semudah dan seefisien mungkin. Cara perencanaan transportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan menerapkan kebijakan tentang sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan. Dalam perencanaan dan permodelan transportasi, kita akan sering menggunakan beberapa model utama yaitu model grafis dan model matematis. Model grafis adalah model yang menggunakan gambar, warna dan bentuk sebagai bentuk penyampaian informasi mengenai keadaan sebenarnya (realita). Model grafis sangat diperlukan, khususnya untuk transportasi, karena dengan permodelan grafis maka kita dapat mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang beroperasi secara spasial (ruang). Model matematis menggunakan persamaan atau fungsi metematika sebagai media dalam usaha mencerminkan keadaan sebenarnya (realita). 2.2 Konsep Perencanaan Transportasi Konsep perencanaan transportasi yang sering digunakan adalah model perencanaan transportasi empat tahap. Model perencanaan ini merupakan gabungan dari empat tahapan yang dilakukan secara terpisah dan berurutan. Empat tahapan tersebut adalah : 1) Trip Generation (Bangkitan Pergerakan). 2) Trip Distribution (Sebaran Pergerakan). 3) Modal Split (Pemilihan Moda). 4) Traffic Assignment (Pembebanan Lalu Lintas). Tahapan bangkitan pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona. Bangkitan pergerakan lalu lintas ini mencakup: Lalu lintas yang meninggalkan lokasi. Lalu lintas yang menuju/tiba ke suatu lokasi Hasil dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang per satuan waktu (misalnya kend/jam). Tahapan sebaran pergerakan (Trip Distribution) sangat berkaitan dengan bangkitan pergerakan. Pada tahapan sebelumnya bangkitan pergerakan memperlihatkan banyaknya lalu lintas yang dibangkitkan oleh setiap zona, sedangkan sebaran pergerakan menunjukkan ke mana dan dari mana lalu lintas tersebut. Tahap ini merupakan analisis penyebaran bangkitan/tarikan yang dimiliki oleh setiap zona sesuai dengan pola interaksi antar zona bersangkutan yang akan menghasilkan matriks pergerakan/matriks asal tujuan (MAT). MAT adalah matriks berdimensi 2 yang berisi informasi mengenai besarnya pergerakan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriksnya menyatakan besarnya arus dari zona asal ke zona tujuan. Tahapan pemilihan moda (Modal Split) secara sederhana adalah pemilihan moda yang berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan. Orang yang hanya memiliki 1 pilihan moda disebut dengan captive terhadap moda tersebut. Jika terdapat lebih dari 1 pilihan moda, biasanya moda yang dipillih mempunyai rute terpendek, tercepat/termurah, atau kombinasi dari ketiganya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kenyamanan dan keselamatan. Tujuan pemilihan moda adalah untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda. Pemilihan moda adalah bagian yang terlemah dan tersulit untuk dimodelkan terutama di Indonesia, karena geografi Indonesia yang terdiri dari banyak pulau sehingga persentase pergerakan multimoda cukup tinggi. Tahapan pembebanan lalu lintas (Traffic Assignment) adalah proses dimana permintaan perjalanan (yang didapat dari tahap sebaran pergerakan) dibebankan ke rute jaringan jalan yang terdiri dari kumpulan ruas-ruas jalan. Tujuannya adalah mendapatkan arus di ruas jalan atau total biaya perjalanan didalam jaringan yang ditinjau. Dibandingkan dengan tahapan yang lainnya, dalam tahapan ini terjadi interaksi langsung antara permintaan dengan sediaan yang hasilnya dapat dijadikan sebagai

4 ukuran dalam penilaian kinerja jaringan jalan akibat adanya permintaan dan sediaan. 2.3 Metode Pembebanan Lalu Lintas Pada tahap pembebanan rute, beberapa prinsip digunakan untuk pembebanan matriks asal tujuan (MAT) pada jaringan jalan yang akhirnya menghasilkan informasi arus lalu lintas pada setiap ruas jalan. Metode pembebanan lalu lintas dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu metode proporsional dan metode tidak proporsional. Suatu metode termasuk dalam kelompok proporsional jika : Total arus pada suatu ruas jalan (hasil pembebanan) adalah penjumlahan dari semua arus jika setiap pasangan zona dibebankan secara terpisah, dan Semua unsur MAT dikalikan dengan faktor tertentu dan semua arus (hasil pembebanan) pada setiap ruas jalan berubah sesuai dengan faktor yang sama. Sebagai contoh, jika setiap sel MAT dikalikan dua, maka arus hasil pembebanan pun akan meningkat 2 kali lipat. Proses pembebanan lalu lintas lainnya yang tidak mengikuti dengan kedua kondisi tersebut dikelompokkan sebagai metode tidak proporsional. Jadi model all or nothing dan model stokastik dikelompokkan dalam metode proporsional, sedangkan model batasan kapasitas dan model keseimbangan adalah metode tidak proporsional Model all or nothing Model ini mengamsumsikan bahwa proporsi pengendara dalam memilih rute yang diinginkan hanya tergantung pada asumsi pribadi, ciri fisik setiap ruas jalan yang akan dilaluinya dan tidak tergantung pada tingkat kemacetan. Model ini merupakan model pemilihan rute yang palig sederhana, tercepat dan termudah. Dalam kasus tertentu, asumsi ini dianggap cukup realistis, misalnya untuk daerah pinggiran kota yang jaringan jalannya tidak begitu rapat dan yang tingkat kemacetannya tidak begitu berarti. Tetapi asumsi ini menjadi tidak realistis jika digunakan untuk daerah perkotaan yang sering terjadi kemacetan Model stokastik Pada suatu sistem jalan raya, khususnya pada saat volume arus lalu lintas mendekati kapasitas, banyak terdapat rute alternatif lain yang bervariasi tergantung jarak. Metode ini menyebarkan arus yang ada ke rute tersebut dengan memperhatikan kecenderungan sikap pengendara dalam memilih rute. Pengendara diasumsikan akan mengambil rute tercepat tetapi tidak yakin mana rute itu. Model ini masih mengabaikan efek kemacetan, tetapi lebih realistis jika dibandingkan dengan model all or nothing karena memberikan sebaran yang lebih baik yang memungkinkan perbedaan persepsi antara pengendara dapat diperhitungkan beberapa model dalam stokastik adalah : Model Burrel Model Sakarovitch Model Stokastik Proporsional Model Perilaku Kebutuhan akan transportasi Model batasan kapasitas Metode pemilihan rute yang diterangkan sebelumnya hanya tergantung pada asumsi pengendara dan ciri jaringan bukan pada arus lalu lintas. Sedangkan pada model pembebanan ini mengamsusikan bahwa waktu tempuh akan beragam pada suatu rute, tergantung pada arus lalu lintas yang menggunakannya. Jadi jelas bahwa waktu tempuh yang digunakan dalam model ini akan berubah sesuai dengan arus lalu lintas dan waktu tersebut tidak tetap seperti pada saat tidak ada arus. Beberapa model yang termasuk dalam model batasan kapasitas adalah : Metode all or nothing berulang. Metode pembebanan bertahap. Metode pembebanan stokastik dengan batasan kapasitas. Metode pembebanan berulang. Metode pembebanan kuantal. Metode pembebanan banyak rute. Metode pembebanan berpeluang Model keseimbangan Asumsi dasar permodelan kesimbangan adalah pada kondisi tidak macet, setiap pengendara akan berusaha meminimumkan biaya perjalanannya dengan beralih menggunakan rute alternatif bagi pengendara tersebut. Biaya dari semua alternatif rute yang

5 ada diasumsikan diketahui secara implisit dalam permodelan. Jika tidak satupun pengendara dapat memperkecil biaya tersebut, maka dapat dikatakan telah mencapai kondisi keseimbangan. Beberapa model yang termasuk dalam model keseimbangan adalah: Pendekatan pemrograman matematika. Algoritma Frank Wolfe. Pembebanan keseimbangan sosial. Pembebanan kesimbangan pengguna stokastik. 2.4 Pembebanan Lalu Lintas Dengan Metode Incremental Loading Dalam pembebanan lalu lintas ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu : Pemilihan metode pencarian rute terpendek Pemilihan metode pembebanan ruas jalan Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda transportasi yang mempunyai rute tetap. Untuk kendaraan pribadi, pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek, tercepat, termurah dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik. Model Incremental Loading adalah metode pendekatan yang menarik dan realistis. Prinsip utama model ini adalah membagi MAT total menjadi beberapa bagian MAT (misalnya 50%). Setiap bagian MAT tersebut dibebankan ke jaringan jalan secara bertahap, masingmasing dihitung dengan menggunakan waktu tempuh yang dihasilkan oleh arus yang dihasilkan sebelumnya. Ketepatan model ini tergantung pada proporsi MAT yang dibebankan. Algoritma yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut : 1. Menentukan faktor pembagi MAT. 2. Perhitungan waktu tempuh dalam kondisi arus bebas. 3. Menentukan rute terpendek dari setiap centroid ke centroid lainnya berdasarkan waktu tempuh terpendek. 4. Pembebanan ruas jalan dengan menggunakan metode all or nothing, didapatkan volume kendaraan setiap ruas jalan. 5. bila MAT sudah dibebankan seluruhnya maka stop. Jika ada bagian MAT yang belum selesai dibebankan maka kerjakan tahap (2) dengan perhitungan waktu tempuh baru berdasarkan volume ruas pada tahap (4). 2.5 Metode Pencarian Rute Terpendek Pencarian rute terpendek memiliki peranan penting dalam pembebanan lalu lintas. Pada ruas jalan yang sederhana, rute terpendek dapat dicari dengan melihat gambar secara langsung. Namun pada ruas jalan yang rumit (seperti kota Surabaya), pencarian rute terpendek secara grafis akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu dicari suatu metode pemrograman yang dapat menyelesaikan rute terpendek secara cepat dan tepat. Ada dua metode yang dapat digunakan sebagai acuan dimana penulis akan menggunakan salah satu metode yang sesuai Metode algoritma Dijkstra Algoritma Dijkstra ini termasuk algoritma pencarian yang digunakan untuk menyelesaikan masalah lintasan terpendek dan menghasilkan sebuah pohon lintasan terpendek. Algoritma ini sering digunakan pada routing (penentuan rute). Untuk setiap simpul sumber (source), algortima ini akan mencari jalur dengan biaya minimum antara simpul tersebut dengan simpul lainnya. Algoritma ini juga dapat digunakan untuk mencari total biaya (cost) dari lintasan terpendek yang dibentuk dari sebuah simpul ke sebuah simpul tujuan. Sebagai contoh, bila simpul pada gambar merepresentasikan kota dan bobot sisi merepresentasikan jarak antara 2 kota yang mengapitnya, maka algoritma dijkstra dapat digunakan untuk mencari rute terpendek antara sebuah kota dengan kota lainnya. 2.6 Faktor Pemilihan Rute Terpendek Pemilihan rute terpendek dipengaruhi oleh beberapa faktor : Jarak tempuh Waktu tempuh Biaya operasi kendaraan Dan lain-lain Dalam hal ini penulis akan menggunakan waktu tempuh terpendek sebagai faktor pemilihan rute terpendek. Perhitungan mengacu pada Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM) untuk ruas jalan kota.

6 1. Perhitungan karakteristik kecepatan arus bebas ( sumber : MKJI tahun 1997 ) FV = (FV O +FV W ) x FFV SF x FFV CS... (2.1) Dimana : FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan(km/jam). FV o = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam). FV W = Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (km/jam). FFV SF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping. FFV CS = Faktor penyesuaian ukuran kota. Perhitungan kapasitas sebagai berikut: (sumber : MKJI tahun 1997 ) C = C O FC W FC SP FC SF FC CS (smp/jam) (2.2) Dimana : C O = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas. FC W = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas. = Faktor penyesuaian pemisahan arah. FC SP FC SF = Faktor penyesuaian hambatan samping. FC CS = Faktor penyesuaian ukuran kota. Faktor koreksi terhadap biaya-arus menggunakan perumusan cost function Davidson (1966) pada Tabel 2.13 : Tq = To [ (1-(1-a)Q/C) / (1-Q/C)] Dimana : Tq = Waktu tempuh akhir To = Waktu tempuh awal Q = Volume arus lalu lintas C = Kapasitas ruas jalan a = Parameter blunden Kondisi To (menit/mil) a Arus jenuh (kend/jam) Freeway /lajur Jalan arteri multilane /lajur Jalan kolektor /total lebar Perhitungan kinerja. ( sumber : MKJI tahun 1997 ) DS= C Q... (2.3) Dimana : DS = Derajat kejenuhan Q = Volume arus lalu lintas C = Kapasitas ruas jalan 2.7 Visual Basic (VB) Visual basic merupakan bahasa pemrograman komputer yang dapat berjalan pada sistem operasi Windows. Bahasa pemrograman adalah sekumpulan perintah/intruksi yang dimengerti oleh komputer untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. Visual basic menyediakan beberapa fasilitas, diantaranya Help, kontrol, aplikasi internet dan lain sebagainya yang dapat dipakai dalam membuat objek-objek pembantu program. Dengan fasilitas tersebut memungkinkan kita menampilkan data tanpa memprogram, cukup dengan menggunakan tombol mouse. Hal ini menyebabkan pembuatan aplikasi menjadi lebih cepat dan menghasilkan program Window lebih cepat pula. Visual basic dapat menghasilkan program akhir EXE yang bersifat Executable yaitu file yang mampu berjalan sendiri diluar software pembangunnya atau dapat langsung dijalankan. Sehingga yang dihasilkan relatif lebih kecil dan tidak memerlukan ruang disk yang besar. Dalam muka microsoft visual basic 6.0, berisi menu, toolbar, toolbox, form, project explorer dan property seperti terlihat pada gambar 1.1. berikut: Ada beberapa project yang biasa digunakan oleh banyak pengguna microsoft visual basic 6.0, antara lain: (1) Standard EXE: Project standar dalam Visual Basic dengan komponenkomponen standar. Jenis project ini sangat sederhana, tetapi memiliki keunggulan bahwa semua komponennya dapat diakui oleh semua unit komputer dan semua user meskipun bukan administrator. Pada buku ini akan digunakan project Standard EXE ini, sebagai konsep pemrograman visualny (2) ActiveX EXE: Project ini adalah project ActiveX berisi komponenkomponen kemampuan intuk berinteraksi dengan semua aplikasi di sistem operasi windows. (3) ActiveX DLL: Project ini menghasilkan sebuah aplikasi library yang selanjutnya dapat digunakan oleh semua aplikasi di sistem operasi windows.

7 Menu Toolbar Project Explorer Toolbox Tempat Form Property Gambar 2.1. Interface antar muka Visual Basic 6.0 (4) ActiveX Control: Project ini menghasilkan komponen-komponen baru untuk aplikasi Visual Basic yang lain. (5) VB Application Wizard: Project ini memandu pengguna untuk membuat aplikasi secara mudah tanpa harus pusing-pusing dengan perintahperintah pemrograman. (6) Addin: Project seperti Standard EXE tetapi dengan berbagai macam komponen tambahan yang memungkinkan kebebasan kreasi dari pengguna. (7) Data project: Project ini melengkapi komponennya dengan komponenkomponen database. Sehingga bisa dikatakan project ini memang disediakan untuk keperluan pembuatan aplikasi database. (8) DHTML Application: Project ini digunakan untuk membuat aplikasi internet pada sisi client (client side) dengan fungsi-fungsi DHTML. (9) IIS Application: Project ini menghasilkan apliaksi internet pada sisi server (server side) dengan komponen-komponen CGI (Common Gateway Interface). BAB III METODOLOGI 3.1. Perancangan Program Pembuatan program yang baik adalah program yang telah direncanakan struktur programnya. Struktur program ini akan lebih mudah untuk dibuat apabila sebelumnya telah direncanakan urutan langkah-langkah dasar yang akan dikerjakan. Urutan langkah-langkah ini yang disebut algoritma. Algoritma yang disusun ada dua yaitu : 1. Algoritma manual adalah penyususan algoritma berdasarkan perhitungan manual.

8 Tidak Tidak 2. Algoritma program adalah penyusunan algoritma berdasarkan pembuatan program. Dalam penyusunan algoritma dilakukan secara benar maka program yang akan dibuat akan benar. Dan algoritma program yang dibuat akan benar apabila algoritma manualnya benar Penyusunan algoritma proses kerja program Dalam pembuatan suatu program terlebih dahulu kita harus membuat diagram alir untuk menghindari agar arah dari perencanaan program tidak keluar dari lingkup perencanaan. Demikian pula dalam pembuatan program ini, penulis terlebih dahulu membuat sebuah diagram alir untuk mempermudah urutan pembuatan program. Diagram alir ini memperhatikan urutan proses pembuatan program mulai memasukkan data (data jaringan), mengolah data dan menghasilkan data baru (rute terpendek dan volume ruas jalan). Pada Gambar 3.1 dibawah ini adalah flow chart proses kerja program Mulai Input : 1.daftar node dan centroid 2.koordinat node dan centroid 3.list ruas berupa nomor ruas titik1, titik2,karakteristik tujuan 4.list asal tujuan 5.metode loading Data sudah benar Ya Pembentukan Jaringan jalan Jaringan jalan terbentuk Pembebanan rute metode incremental Pencarian rute terpendek Rute terpendek dan volume ruas jalan Pembebanan selesai Ya Output : 1.rute terpendek 2.volume ruas jalan 3.gambar peta selesai Gambar 3.1 Flow chart proses kerja program Penyusunan algoritma pencarian rute terpendek Pencarian rute terpendek dilakukan dengan cara memberi nilai jarak total tiap node dari node asal sedangkan node asal sendiri memiliki jarak total nol. Mula-mula langkah yang harus dilakukan adalah membuat tabel untuk memuat jarak total tiap node dan untuk memuat node yang terhubung dari node asal sampai node tujuan tanpa terputus. Kemudian dengan menjumlahkan jarak total node asal dengan jarak link maka akan didapat jarak total untuk node terhubung. Demikian seterusnya hingga node-node terhubungnya adalah node tujuan sehingga didapatkan jarak total node tujuan. Setiap node terhubung yang telah dilewati harus ditulis ke dalam tabel sehingga didapatkan rute alternatif. Sedangkan jarak rutenya merupakan jarak total pada node tujuan. Selanjutnya usaha yang harus dilakukan didasarkan pada algoritma di bawah ini : 1. Tentukan node asal dan node tujuan 2. Buat tabel untuk memuat jarak total tiap node dengan node asal Jarak total semua node = (bernilai real) Jarak total node asal = 0 3. Nyatakan node asal sebagai = A dan node tujuan sebagai = T 4. Dengan melihat matrik jarak, tentukan node yang terhubung dengan A, nyatakan node yang terhubung sebagai = S 5. Periksa apakah jarak total A (d A ) + jarak A- S (d A-S ) jarak total S (d S )? Jika YA : lanjutkan ke langkah 6 Jika TIDAK : lanjutkan ke langkah 8 6. Masukkan d S ke tabel rute, d S = d A + d A-S 7. Apakah ds dt? Jika YA : tulis rute dan jarak rute yang didapat Jika TIDAK : kembali ke langkah 4 8. Apakah masih ada node yang terhubung dengan A? Keterangan : A = Node asal T = Node tujuan S = Node yang terhubung ke node asal d A = Total jarak node asal d T = Total jarak node tujuan d S = Jarak total node S = Jarak ruas A-S d A-S

9 Contoh pencarian rute terpendek pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Contoh jaringan jalan Nilai contoh jaringan jalan dalam tabel dibawah ini : 3 km 5 km 2 4 Tabel 3.1 Nilai contoh jaringan jalan INFINITE INFINITE INFINITE INFINITE INFINITE INFINITE Keterangan : INFINITE = tidak terhubung 2 km 3 km km 5 km 4 km A. Rute terpendek berdasarkan algoritma manual Node asal = node 1 Node tujuan = node 5 Rute terpendek yang didapat : jarak = = jarak= = jarak= = jarak=3+5+4= jarak= = jarak=4+3+ 4= jarak = 4 + 5= 9 Jadi rute terpendek yang dipilih yaitu dengan jarak 9 km. B. Rute terpendek berdasarkan algoritma program Kondisi awal d1 = ~ d2 = ~ d3 = ~ d4 = ~ d5 = ~ 5 input data d1 = 0 A = node 1 d2 = ~ T = node 5 d3 = ~ d4 = ~ d5 = ~ node asal 1 Titik calon 2,3 Titik sambung 2 d1 = 0 Jarak = = 3 d2 ok d2 = 3 Titik sambung 3 d3 = 4 Jarak = = 4 d3 ok d4 = ~ d5 = ~ node asal 2 Titik calon 1,3,4 Titik sambung 1 d1 = 0 Jarak = = 6 d1 ko d2 = 3 Titik sambung 3 d3 = 4 Jarak = = 5 d3 ko d4 = 8 Titik sambung 4 d5 = ~ Jarak = = 8 d4 ok node asal 4 Titik calon 2,3,5 Titik sambung 2 d1 = 0 Jarak = = 13 d2 ko d2 = 3 Titik sambung 3 d3 = 4 Jarak = = 11 d3 ko d4 = 8 Titik sambung 5 d5 = 12 Jarak = = 12 d5 ok node asal 3 Titik calon 1,2,4,5 Titik sambung 1 d1 = 0 Jarak = = 8 d1 ko d2 = 3

10 Titik sambung 2 d3 = 4 Jarak = = 6 d2 ko d4 = 8 Titik sambung 4 d5 = 12 Jarak = = 7 d4 ok Titik sambung 5 dilihat pada Tabel 4.3. Dan data yang terakhir adalah data matriks asal tujuan (MAT) pada Tabel 4.4. Jarak = = 9 d5 ok Jadi rute terpendek yang didapat yaitu yaitu dengan jarak 9 km. BAB IV ANALISA DATA 6.4 Analisa Data Untuk mendukung pembuatan Tugas Akhir ini, diperlukan data-data yang diperoleh baik secara survey langsung di lapangan maupun diperoleh melalui instansi yang terkait. Datadata yang diperoleh dipergunakan untuk menguji kelayakan program yang dibuat, maksudnya untuk mengetahui apabila ditemukan kesalahan sehingga program tersebut dapat diperbaiki. Jaringan jalan yang ditinjau oleh penulis adalah jaringan jalan sekitar Klampis. Data jaringan jalan dapat diperoleh dengan dua cara : 1. Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui sekilas gambaran tentang jaringan jalan yang ditinjau ( Gambar 4.1 ). Dari survey ini juga didapat peta pengaturan lalu lintas jaringan jalan yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. Setelah mengetahui gambaran jaringan jalan dan pengaturan lalu lintas, maka kita dapat memodelkan jaringan jalan pada Gambar Data karakteristik jalan dari Dinas Perhubungan, data ini menjelaskan tentang detail suatu ruas jalan seperti tipe ruas jalan, panjang ruas jalan, jumlah dan lebar tiap ruas jalan, hambatan yang ada di ruas jalan dan median. Data lengkap mengenai jaringan jalan ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Gambar 4.1 Jaringan jalan yang ditinjau Gambar 4.2 Peta pengaturan lalu lintas Data-data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan kemudian diolah untuk mendapatkan nilai kecepatan arus bebas dan kapasitas. Nilai kecepatan arus bebas didapatkan dari rumus kecepatan arus bebas (2.1) dapat dilihat pada Tabel 4.2, sedangkan nilai kapasitas didapatkan dari rumus kapasitas (2.2) dapat

11 Gambar 4.3 Permodelan jaringan BAB V PENYUSUNAN TAMPILAN PROGRAM 5.1 Umum Dalam perhitungan dan pencarian rute terpendek biasanya dilakukan secara manual. Tetapi dengan cara tersebut untuk perhitungan dan pencarian rute terpendek secara luas/kompleks akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu dalam bentuk program bantu (software) untuk perhitungan dan pencarian rute terpendek. Sehingga program bantu (software) tersebut diharapkan dapat membantu perhitungan dan pencarian rute terpendek secara tepat untuk jaringan yang cukup luas/kompleks. Dalam Tugas Akhir ini bertujuan untuk membuat program bantu (software) untuk perhitungan dan pencarian rute terpendek. Program bantu (software) ini dapat disebut ITRA (Indonesian Traffic Assignment) yang dapat menentukan rute terpendek pada suatu jaringan jalan. Program ini sebenarnya merupakan kumpulan dari beberapa mini program yang kemudian dijadikan menjadi satu. Setiap mini program yang menyusun program ITRA memiliki tampilan yang berbeda dengan mini program lainnya. 3. Frmcoba 4. Frmiterasi2 5. Mco 6. MFCcs 7. MFCsf_bahu 8. MFCsf_kereb 9. MFCsp 10. MFCw 11. MFFVcs 12. MFFVsf 13. MFFVsf_kereb 14. MFVo 15. MFVw Setiap mini program dari ini terhubung secara langsung dengan file jarak.mdb yang merupakan file dari Microsoft Access yang terhubung secara langsung dengan program ITRA. File jarak.mdb ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan data baik yang berupa database master maupun database inputan yang nantinya akan diolah dan menghasilkan Rute Terpendek. 5.3 Langkah Penggunaan ITRA Dari interface - interface yang telah terbentuk di atas, dapat diketahui gambaran umum mengenai penggunaan program ini dimulai dari Login hingga mendapatkan rute terpendek. Untuk lebih jelasnya mengenai alur umum penggunaan program ITRA dapat dilihat pada gambar 5.25 di bawah ini. 5.2 Tampilan Program Pada program ini terdapat beberapa mini program yang digunakan, setiap mini program ini memiliki interface dan tugas serta fungsi yang berbeda - beda. Mini program terdiri dari : 1. Frmlogin 2. Form1 (halaman utama)

12 Gambar 5.25 Flowchart penggunaan ITRA secara umum BAB VI PENGGUNAAN PROGRAM BANTU 6.1 Umum START Form1 Membentuk jaringan jalan Editor Add Shape Change Shape Join Delete Add Caption Jaringan jalan terbentuk Memberi nilai waktu Tq pada tiap ruas Find Short Path FrmLogin Add Caption Arrow/line (FrmCoba) Waktu Tq pada tiap ruas Klik pada node asal dan node tujuan Find Form1 Quit FINISH Find All Path Dalam perhitungan dan pencarian rute terpendek biasanya dilakukan secara manual. Tetapi dengan cara tersebut untuk perhitungan dan pencarian rute terpendek secara luas/kompleks akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu dalam bentuk program bantu (software) untuk perhitungan dan pencarian rute terpendek. Sehingga program bantu (software) tersebut diharapkan dapat membantu perhitungan dan pencarian rute terpendek secara tepat untuk jaringan yang cukup luas/kompleks. Dalam Tugas Akhir ini bertujuan untuk membuat program bantu (software) untuk perhitungan dan pencarian rute terpendek. Program bantu (software) ini dapat disebut ITRA (Indonesian Traffic Assignment) yang dapat menentukan rute terpendek pada suatu jaringan jalan. Program ini sebenarnya merupakan kumpulan dari beberapa mini program yang kemudian dijadikan menjadi satu. Setiap mini program yang menyusun program ITRA memiliki tampilan yang berbeda dengan mini program lainnya. Pada Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembuatan interface dari mini program penyusun ITRA, dan pada Bab ini pembahasan mengenai penggunaan setiap mini program di dalam ITRA akan dijelaskan lebih detail. 6.2 Pemahaman Logika Program Masalah transportasi/perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang. Seperti di negara Indonesia untuk bidang transportasi perkotaan maupun transportasi antar kota dapat tercipta suatu sistem transportasi yang menjamin pergerakan manusia/barang secara lancar, aman, dan nyaman yang merupakan tujuan dari sektor perhubungan (transportasi). Karena sistem transportasi yang efisien merupakan salah satu prasyarat untuk kelangsungan pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu hal yang penting untuk dilakukan adalah pencarian rute terpendek dari suatu simpul asal menuju ke simpul tujuan. Mendapatkan rute terpendek inilah yang nantinya akan dihasilkan oleh program ITRA. Rute terpendek yang didapatkan adalah pada jaringan jalan sekitar klampis dalam kota Surabaya. Secara umum proses pembuatan program ITRA terdiri dari 2 bagian, yaitu pembuatan database karakteristik jalan, dan pencarian rute terpendek. Pembuatan database merupakan proses menginputkan data - data umum mengenai karakteristik jalan. Data - data umum ini adalah data mengenai jenis kendaraan, tipe jalan, lebar

13 gangguan samping, jenis gangguan samping (kereb/bahu), tipe gangguan samping, ukuran kota, dan pemisahan arah. Database ini sifatnya yang tetap dan sulit untuk diubah, oleh karena itu beberapa data tersebut menjadi data master di dalam program ITRA. Dari proses pembuatan database dihasilkan mini program Mco, MFCcs, MFCsf_bahu, MFCsf_kereb, MFCsp, MFCw, MFFVcs, MFFVsf, MFFVsf_kereb, MFVo dan MFVw. Proses berikutnya adalah pencarian rute terpendek. Pada proses ini inputan yang berhubungan dengan setiap detail karakteristik jalan dimasukkan ke dalam ITRA untuk kemudian diproses lebih lanjut. Proses detail karakteristik jalan menghasilkan mini program FrmCoba. Sehingga setelah di proses akan mendapatkan rute terpendek dari suatu simpul asal menuju simpul tujuan berdasarkan waktu yang tercepat. Keseluruhan dari proses pada ITRA terhubung secara langsung dengan jarak.mdb yang merupakan file berbentuk Microsoft Access. 6.3 Login Login merupakan tampilan awal ketika pertama kali menggunakan program. Login merupakan salah satu pengaman ITRA untuk tetap menutup program apabila username dengan passwordnya tidak sesuai. Username dan password ini dapat dibuat pada jarak.mdb tabel LOGIN 6.4 Form1/Halaman Utama Setelah proses login berhasil, ITRA akan menampilkan Form1/halaman utama. Form1 ini terdiri dari 6 toolbars yang terletak pada bagian atas, yaitu Setup, File, Find, Editor, About me, dan Quit. Data Setup terdiri dari sub toolbars Mco, MFCcs, MFCsf_bahu, MFCsf_kereb, MFCsp, MFCw, MFFVcs, MFFVsf, MFFVsf_kereb, MFVo dan MFVw. Sedangkan File terdiri dari sub toolbars save dan load, untuk Find terdiri dari find short path dan find all path, untuk Editor terdiri dari add shape, change shape, join, delete, dan add caption. Untuk toolbars About me dan Quit tidak mempunyai sub toolbars lagi. Toolbars Setup digunakan apabila pemakai program ingin menambahkan, menghapus atau mengedit data - data jenis kendaraan, tipe jalan, lebar gangguan samping, jenis gangguan samping (kereb/bahu), tipe gangguan samping, ukuran kota, dan pemisahan arah Toolbars File yang terdiri dari sub save yang berfungsi untuk menyimpan gambar jaringan jalan dan sub load berfungsi untuk menampilkan gambar yang telah di simpan. Toolbars Find yang terdiri dari sub find short path yang berfungsi mendapatkan rute terpendek dari simpul asal menuju simpul tujuan dan sub find all path berfungsi untuk menampilkan semua rute asal. Toolbars Editor yang terdiri sub add shape yang berfungsi menambah titik node dengan berbagai tipe node, sub change shape yang berfungsi mengganti tipe node, sub join berfungsi untuk memberi arah pada node-node, dan sub add caption untuk memberi nilai pada tiap node. Toolbars about me berfungsi hanya memberikan informasi bahwa program ITRA (perhitungan rute terpendek). Toolbars yang terakhir adalah toolbars keluar yang berfungsi sebagai pintu keluar dari program ITRA 6.5 Kumpulan Master ( Setup ) Toolbars Setup adalah kumpulan dari beberapa master yang menunjang program ITRA. Sub toolbars pada Setup terdiri dari Master Co, MFCcs, MFCsf_bahu, MFCsf_kereb, MFCsp, MFCw, MFFVcs, MFFVsf, MFFVsf_kereb, MFVo dan MFVw. 6.6 Program Pada halaman utama apabila tidak ada penambahan/pengeditan ataupun penghapusan pada master-master yang terdapat pada toolbars setup, maka dapat langsung menggunakan program ini. Untuk mempermudah menjelaskan langkah-langkah penggunaan program bantu ini maka akan diberikan sebuah contoh jaringan jalan daerah klampis kota Surabaya yang merupakan studi kasus. Pada contoh penggunaan program ini terdapat dua langkah penggunaannya. Yaitu penggunaan pada waktu jaringan jalan belum terbebani/ belum adanya volume kendaraan dan yang kedua setelah jaringan jalan tersebut terbebani oleh volume kendaraan

14 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pada bab ini akan membahas mengenai hasil akhir dari perhitungan dan pencarian rute terpendek menggunakan program bantu komputer. Maka diambil kesimpulan : 1. Dapat mengetahui algoritma perhitungan dan pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer dengan menggunakan microsoft visual basic Dapat mengetahui algoritma perhitungan dan pencarian rute terpendek secara pemrograman komputer dengan pembebanan incremental loading davidson. 7.2 Kelebihan Program Dari hasil percobaan aplikasi perhitungan dan pencarian rute terpendek menggunakan ITRA dengan studi kasus daerah perkotaan jalan klampis Surabaya. Dapat diketahui kelebihan ITRA jika dibandingkan dengan cara manual. Kelebihan-kelebihan program ini adalah : 1. Dilengkapi dengan login yang memungkinkan program tidak dapat digunakan oleh setiap orang. 2. Terkoneksinya program secara langsung dengan file access (Jarak.mdb) yang memungkinkan setiap data yang diinputkan dapat disimpan. 3. Perhitungan untuk ruas jalan yang diinputkan setiap ruas sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan terhadap kondisi yang sesungguhnya di lapangan dimana kecepatan arus bebas dan kapasitas jalan setiap ruas yang berbeda-beda. 4. Proses pengeditan data ruas jalan yang relatif mudah. 5. Program dapat mudah digunakan oleh pemakai, karena dapat menampilkan data ruas jalan dan data gambar jaringan jalan. 6. Penggunaan metode incremental loading diharapkan cocok untuk digunakan dalam ruas jalan kota. Walaupun masih menggunakan prinsip All Or Nothing namun sudah mengalami iterasi sehingga perhitungan yang dihasilkan lebih mendekati kenyataan di lapangan. 7.3 Kelemahan Program Selain memiki kelebihan, program ITRA juga masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan - kelemahan dari program ini adalah : 1. Proses penghapusan untuk data ruas jalan hanya bisa dilakukan dari file access (Jarak.mdb). 2. Kolom di dalam file access harus dikondisikan terisi, hal ini perlu dilakukan agar proses pengeditan dapat dilakukan secara mudah di dalam ITRA. 3. Program ini tidak memperhitungkan hambatan pada persimpangan dan memberi larangan belok pada tikungan. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Bina Marga, februari 1997, MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA ( MKJI ), Republik Indonesia Tamin, O.Z, 2000, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Penerbit ITB Bandung Yuswanto, april 2003, Pemrograman Dasar Visual Basic 6.0, Penerbit Prestasi Pustaka Narayanan, Sriram, , Simulation of Dijkstra Routing Algorithm, B E Electronic Fakhri, 2008, Makalah IF2251 Strategi Algoritmik, informatika ITB

PEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.

PEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6. TUGAS AKHIR PS 1380 PEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0) KURNIAWAN ADI PUTRANTO 3105.100.027

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN KOMPUTER KODE MODUL: TIN 202 MODUL IV PENGENALAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0

PEMROGRAMAN KOMPUTER KODE MODUL: TIN 202 MODUL IV PENGENALAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 PEMROGRAMAN KOMPUTER KODE MODUL: TIN 202 MODUL IV PENGENALAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 MODUL IV PENGENALAN MICROSOFT

Lebih terperinci

MENGENAL VISUAL BASIC

MENGENAL VISUAL BASIC 1 MENGENAL VISUAL BASIC 1.1.Mengenal Visual Basic 6.0 Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun oleh

Lebih terperinci

1. MENGENAL VISUAL BASIC

1. MENGENAL VISUAL BASIC 1. MENGENAL VISUAL BASIC 1.1 Mengenal Visual Basic 6.0 Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun oleh

Lebih terperinci

DASAR PEMROGRAMAN VISUAL BASIC

DASAR PEMROGRAMAN VISUAL BASIC BAHAN BELAJAR 1 DASAR PEMROGRAMAN VISUAL BASIC Sasaran : Setelah mempelajari bahan belajar ini, diharapkan mahasiswa dapat : a. Mengenal dan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic b. Mengenal dan

Lebih terperinci

Juang Akbardin. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi No.207 Bandung

Juang Akbardin. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi No.207 Bandung OPTIMALISASI SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PERGERAKAN BARANG ANGKUTAN JALAN RAYA BERDASARKAN JARAK DISTRIBUSI TERPENDEK (STUDI KASUS PERGERAKAN BARANG POKOK DAN STRATEGIS INTERNAL REGIONAL JAWA TENGAH) (049T)

Lebih terperinci

2.5 Sekilas tentang Visual Basic Keistimewaan Visual Baic 6.0

2.5 Sekilas tentang Visual Basic Keistimewaan Visual Baic 6.0 15 2.5 Sekilas tentang Visual Basic 6.0 Visual Basic pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI Materi Kuliah PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI --- PEMILIHAN RUTE PERJALANAN --- PENDAHULUAN Setiap pelaku perjalanan mencoba mencari rute terbaik yang meminimumkan biaya perjalanannya. Dari beberapa

Lebih terperinci

PEMILIHAN RUTE PERJALANAN

PEMILIHAN RUTE PERJALANAN Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 9 dan 10 PEMILIHAN RUTE PERJALANAN Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Modul Visual Basic 6.0

Modul Visual Basic 6.0 Modul Visual Basic 6.0 1. Mengenal Pemrograman Visual Basic 6.0 Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL J. Dwijoko Ansusanto

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0

MODUL 1 PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0 MODUL 1 PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0 A. PENGANTAR Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa pemrograman yang dibuat agar mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengumpulan data Tugas Akhir di SMA N 5 Medan. disebut dengan informasi. (Bambang Wahyudi,2003)

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengumpulan data Tugas Akhir di SMA N 5 Medan. disebut dengan informasi. (Bambang Wahyudi,2003) BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang membahas tentang uraian pemecahan masalah melalui pembahasan secara teoritis. Teori-teori yang akan dikemukakan merupakan dasar-dasar penulis untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis. III. METODOLOGI A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina Abstrak Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ Undang undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yaitu pasal 3 yang berisi: Transportasi jalan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. INTISARI Kapasitas daya dukung jalan sangat penting dalam mendesain suatu ruas jalan,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA 1 Manahara Nababan dan 2 A Agung Gde Kartika, ST, MSc 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN: ANALISA DERAJAT KEJENUHAN AKIBAT PENGARUH KECEPATAN KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN DI KAWASAN KOMERSIL (STUDI KASUS: DI SEGMEN JALAN DEPAN MANADO TOWN SQUARE BOULEVARD MANADO) Rifan Ficry Kayori T. K.

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA Oleh : JUFRI SONY 3108100634 PROGRAM LINTAS JALUR TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 1 Maret 2016 Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Menggunakan Aplikasi Saturn FAKHRI NAUFAL 1, SOFYAN TRIANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pemodelan. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Pemodelan. Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk 4 II TINJAUAN PUSTAKA A Konsep Pemodelan Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita secara terukur Hal penting yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Lendy Arthur Kolinug, T. K. Sendow, F. Jansen, M. R. E Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Email

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. BAB II DASAR TEORI 2.1. Umum Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam konektifitas suatu daerah, sehingga kegiatan distribusi barang dan jasa dapat dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Program Aplikasi Program adalah kombinasi yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur yang berupa urutan langkah untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA Yovita Vanesa Romuty 1, Rudy Setiawan 2, Harry Patmadjaja 3 ABSTRAK : Perjalanan ke sekolah

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA Bimagisteradi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK : Surabaya merupakan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO Ignatius Tri Prasetyo Samponu Theo K. Sendow, Mecky Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ignatius010@gmail.com

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI DATA GURU SE-KABUPATEN KARO PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARO. Dibuat Oleh: David Super Natanail Ginting 1A112034

SISTEM INFORMASI DATA GURU SE-KABUPATEN KARO PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARO. Dibuat Oleh: David Super Natanail Ginting 1A112034 SISTEM INFORMASI DATA GURU SE-KABUPATEN KARO PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARO Dibuat Oleh: David Super Natanail Ginting 1A112034 Latar Belakang Setiap perusahaan atau institusi yang beroperasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi rumah sakit Royal. Rencana Royal. PT. Katrolin. Bank Central Asia. Jl. Rungkut. Industri I

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi rumah sakit Royal. Rencana Royal. PT. Katrolin. Bank Central Asia. Jl. Rungkut. Industri I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya dengan jumlah penduduk mencapai 3 juta jiwa mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.

Lebih terperinci

ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR

ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR Disusun oleh : HADI PRASETIYO WIBOWO 0253 010 056 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Untuk memulai membangun suatu program aplikasi berupa aplikasi mengenai kamus digital istilah bidang IT, penulis terlebih dahulu merencanakan alur kerja berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam bahasa Inggris komputer berasal dari kata to compute yang artinya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 UMUM Keperluan data pada studi kali ini meliputi data model transportasi yang berupa data jaringan jalan, data model sistem zona, dan data matriks asal-tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi telah menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kegiatan sehari-hari di kehidupan bermasyarakat. Kemajuan teknologi informasi yang ada sekarang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simulasi 2.1.1 Pengertian Simulasi Simulasi merupakan salah satu cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi di dunia nyata (real world). Banyak metode yang dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya angka pertumbuhan penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat mobilitas di jalan raya. Jumlah kendaraan yang dibutuhkan manusia pun semakin banyak

Lebih terperinci

Merancang Project. Form Module Class Module Report. Form 1, Form 2, Minimarket (NamaProject) Gambar 4.1 Flowchart Project Sistem Informasi Minimarket

Merancang Project. Form Module Class Module Report. Form 1, Form 2, Minimarket (NamaProject) Gambar 4.1 Flowchart Project Sistem Informasi Minimarket Merancang Project Setelah desain database dan tabel selesai, langkah berikutnya adalah desain project menggunakan Visual Basic 6.0. Berikut tahap-tahap yang harus kita lakukan untuk merancang program sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Perancangan Sistem Informasi Geografis Lokasi Loket Bus di Kota Medan dapat dilihat sebagai berikut : IV.1.1. Hasil

Lebih terperinci

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG Hendra Saputera NRP : 9921020 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang I. S., M.Sc., Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN

KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN Nindyo Cahyo Kresnanto 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN Agus Wiyono Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta Abstrak Jalan Adisumarmo Kartasura km 0,00

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA) RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA) Oleh: HENDRA NPM.11.51.13018 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AKADEMIK SISWA SMP NEGERI BASIS KKM DALAM BENTUK RAPORT

SISTEM INFORMASI AKADEMIK SISWA SMP NEGERI BASIS KKM DALAM BENTUK RAPORT SISTEM INFORMASI AKADEMIK SISWA SMP NEGERI BASIS KKM DALAM BENTUK RAPORT Sumarni Adi 1 ABSTRAK Sistem informasi akademik dalam bentuk raport siswa merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mencatat

Lebih terperinci

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI 1997 Dr.Eng. M. Zudhy Irawan, S.T., M.T. 1. Masukkan data ruas jalan a. Kondisi ruas jalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang berbeda. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG SUDY ANTON NRP : 9721075 NIRM : 41077011970310 Pembimbing : Silvia Sukirman, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

BAB 2 LANDASAN TEORI. adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA Ratih Widyastuti Nugraha 3108 100 611 Abstrak Pemerintah kota Surabaya membangun beberapa terminal baru. Salah satu terminal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memudahkan pengelolahan dan memanfaatkan data secara efektif dan efesien. Kantor

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memudahkan pengelolahan dan memanfaatkan data secara efektif dan efesien. Kantor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan komputer dalam menyelesaikan pekerjaan sangat dibutuhkan peranannya untuk dapat memudahkan pengelolahan dan memanfaatkan data secara efektif dan efesien.

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TRANSPORTRASI SEBAGAI SUATU SISTEM Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem transportasi secara menyeluruh (makro) merupakan interakasi yang saling mempengaruhi dan saling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lalu Lintas 2.1.1 Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas di dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009, didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas jalan. Sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 tahun 2009 dan menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bangkitan Lalulintas Penelaaan bangkitan perjalanan merupakan hal penting dalam proses perencanaan transportasi, karena dengan mengetahui bangkitan perjalanan, maka

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 Julius Harpariadi NRP : 9821059 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014 ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014 Rusdianto Horman Lalenoh Theo K. Sendow, Freddy Jansen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Program aplikasi adalah program komputer yang dibuat untuk mengerjakan atau menyelesaikam masalah masalah khusus, seperti penggajian. 1 2.2 Pengertian Visualisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Pada tahap awal dilakukan pengamatan terhadap lokasi jalan yang akan diteliti untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN TUGAS AKHIR Oleh : IDA BAGUS DEDY SANJAYA 0519151030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS Dikdik Sunardi 1, Ida Farida 2, Agus Ismail 2 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis data. Pembahasan. Kesimpulan dan saran.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis data. Pembahasan. Kesimpulan dan saran. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Langka pelaksanaan penelitian Langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijelaskan pada bagan atau gambar 3.1. di bawah ini : Mulai Studi Pustaka Survey

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Makro Perencanaan sistem transportasi pada dasarnya memperkirakan kebutuhan transportasi dimasa yang akan datang. Dalam perencanaan sistem transportasi makro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi komputer dapat diartikan sebagai alat untuk menghitung. Perkembangan teknologi dan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik Univ.Tarumanagara Jln. S.parman no.1 Grogol Jakarta

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006 Tri Sudibyo 1, Purwo Mahardi 2 dan Teguh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan Undang-undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Aksesibilitas dan Mobilitas Sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah dan bagaimana system transportasinya melayani, akan memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke 74 BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI 5.1. Pengujian Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke dalam sistem informasi yang sudah dibuat. Dengan adanya pengujian ini maka data

Lebih terperinci

Mengenal Visual Basic Clasic. Agus Priyanto, M.Kom

Mengenal Visual Basic Clasic. Agus Priyanto, M.Kom Mengenal Visual Basic Clasic Agus Priyanto, M.Kom Outline Materi Sekilas VB Clasic Perbedaan VB dan VB.NET Interface Antar Muka Konsep Dasar Pemrograman Membuat Project Baru Sekilas Sejarah Visual basic

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Rute jalur terpendek merupakan suatu persoalan untuk mencari lintasan menuju toko Majestyk yang dilalui dengan jumlah yang paling minimum. Maka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Dalam mendefenisikan sistem terdapat dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang lebih menekankan pada prosedur dan elemennya. Namun secara umum sistem

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN (Studi kasus Jalan Karapitan) PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh program Sarjana (S-1) Oleh RIZKY ARIEF RAMADHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Visual Basic 6.0 Bahasa pemograman Visual Basic 6.0 dapat digunakan untuk menyusun dan membuat program aplikasi pada sistem operasi windows. Program aplikasi dapat berupa program

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENERIMAAN SISWA BARU SMP NEGERI 1 PRAMBANAN BERBASIS WEB

SISTEM INFORMASI PENERIMAAN SISWA BARU SMP NEGERI 1 PRAMBANAN BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI PENERIMAAN SISWA BARU SMP NEGERI 1 PRAMBANAN BERBASIS WEB Disusun Oleh : ERLIANA PRIMAYANTI 065610127 SISTEM INFORMASI STRATA 1 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AKAKOM

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Wintask untuk Otomatisasi Sistem Informasi Memakai Data Microsoft Excel: Studi Kasus Sistem Informasi Akademik

Pemanfaatan Wintask untuk Otomatisasi Sistem Informasi Memakai Data Microsoft Excel: Studi Kasus Sistem Informasi Akademik Pemanfaatan Wintask untuk Otomatisasi Sistem Informasi Memakai Data Microsoft Excel: Studi Kasus Sistem Informasi Akademik Nenden Siti Fatonah 1, Ahmad Kodar 2, Irham 3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. Dengan adanya sarana jalan ini, maka manusia dan barang dapat berpindah

Lebih terperinci

Pemrograman Visual. Pengenalan Visual Basic. Sisilia Thya Safitri, MT Agus Priyanto, M.KOM

Pemrograman Visual. Pengenalan Visual Basic. Sisilia Thya Safitri, MT Agus Priyanto, M.KOM Pemrograman Visual Pengenalan Visual Basic Sisilia Thya Safitri, MT Agus Priyanto, M.KOM 20 September 2016 VISI S1 IF Menjadi Program Studi Informatika unggulan dalam pengembangan Teknologi Informasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Informasi Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, bilangan-bilangan, uraian karakter yang mempunyai

Lebih terperinci

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Transportasi Makro Guna lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang terbaik, diperlukan pendekatan secara sistem yang dijelaskan dalam bentuk sistem transportasi

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA 7 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Jalan perkotaan adalah jalan yang terdapat perkembangan secara permanen dan menerus di sepanjang atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berdasarkan hasil analisa dan perancangan sistem yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dilanjutkan ke tingkat implementasi, implementasi program aplikasi menggunakan

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. 3.1 Bagan Alir Program Kerja BAB III METODOLOGI Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. Persiapan Penyusunan Program Kerja dan Metodologi Data Sekunder Pengumpulan Data Data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Mengenai Microsoft Visual Basic Versi 6 Microsoft Visual Basic adalah sebuah bahasa pemograman komputer. Bahasa pemograman adalah perintah perintah atau instruksi yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA. Dalam aplikasi ini, node yang dimaksud dalam Algoritma Dijkstra adalah dapat berupa :

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA. Dalam aplikasi ini, node yang dimaksud dalam Algoritma Dijkstra adalah dapat berupa : BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA 4.1. Analisa dan Pembahasan Implementasi Algoritma Dijkstra pada aplikasi pencarian jalur terpendek ini adalah pada saat dilakukan fungsi generate jalur terpendek yang berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer ( computer ) berasal dari bahasa latin computere yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer ( computer ) berasal dari bahasa latin computere yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer ( computer ) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam bahasa Inggris berasal dari kata computer yang artinya menghitung.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM. Raya sebelumnya harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan dari program yang

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM. Raya sebelumnya harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan dari program yang 102 BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Implementasi Program Untuk menjalankan aplikasi Retaining Wall Sistem dan Perkerasan Jalan Raya sebelumnya harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan dari program yang akan

Lebih terperinci