Morfologi dan Histokimia Kelenjar Mandibularis Walet linchi (Collocalia linchi) Selama Satu Musim Berbiak dan Bersarang ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Morfologi dan Histokimia Kelenjar Mandibularis Walet linchi (Collocalia linchi) Selama Satu Musim Berbiak dan Bersarang ABSTRAK"

Transkripsi

1 J. Ked. Hewan Vol. 4 No. 1 Maret 2010 Morfologi dan Histokimia Kelenjar Mandibularis Walet linchi (Collocalia linchi) Selama Satu Musim Berbiak dan Bersarang Morphological and histochemical properties of mandibular glands of the cave swiflets (collocalia linchi) During reproductive and nesting period Savitri Novelina 1, Aryani Sismin Satyaningtijas 2 Srihadi Agungpriyono 1, Heru Setijanto 1, Koeswinarning Sigit 1. 1 Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi, 2 Bagian Fisiologi dan Farmakologi Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis, Fakultas Kedokteran Hewan IPB Wing 8 lantai 1, Kampus IPB Dramaga Bogor Alamat novelina_savitri@yahoo.com.sg ABSTRAK Penelitian menggunakan sebanyak 24 ekor walet linchi (Collocalia linchi) dewasa dan bertujuan mempelajari morfologi dan histokimia kelenjar ludah mandibularis walet linchi selama satu musim berbiak (12 bulan). Kelenjar mandibularis walet linchi terdapat sepasang, berwarna putih, berbentuk oval dan terletak di ventral mandibula. Sel asinar kelenjar mandibularis bertipe mukus. Dengan pewarnaan AB (ph 2.5)-PAS terlihat bahwa sel asinar kelenjar mandibularis hanya mengandung karbohidrat yang bersifat netral dan tidak terdapat karbohidrat yang bersifat asam. Pewarnaan dengan tujuh jenis lektin yang terkonjugasi biotin yaitu Con-A, DBA, WGA, RCA, PNA, SBA dan UEA memperlihatkan distribusi karbohidrat dengan residu gula galaktosa, N-asetilgalaktosamin, asam sialat 2-5 N-asetilglukosamin serta α- D- manosa pada bagian asinar kelenjar mandibularis dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung pada jenis lektin dan waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan reseptor hormon gonad pada kelenjar mandibularis dengan aktivitas berbiak dan bersarang pada walet linchi. Kata kunci : lektin, apodiformes, glikokonjugat, Collocalia linchi, saliva. ABSTRACT The present study aimed to study the morphological and histochemical characterization of the the mandibular glands of the cave swiflet (Collocalia linchi). Paired mandibular gland were located in the ventral of the mandible. They were ovoid in form and whitish in color. The gland consisted of mucous acinar cells and was positive with PAS but negative with AB (ph 2.5). The result suggested that the acinar cells of the mandibular gland contained only neutral mucopolysaccharides, and no acid mucopolysaccharides. On the slides stained with biotinylated lectins, Con- A, DBA, WGA, RCA, PNA, SBA and UEA which represent carbohydrates with galactosa-, N-acetylgalactosamine-, sialic acid-, 2-5 N-acetylglucosamine-, α-d- mannose- and D-fucose-sugar residues showed various positive reaction in the secretion of the acinar cells depends on the type of lectin and sampling period. The result suggested possible correlation between receptor gonadal hormone with the activity of reproductive and nesting period of walet linchi. Key words : lectin, apodiformes, glycoconjugate, Collocalia linchi, saliva 194

2 Savitri Novelina, dkk PENDAHULUAN Walet linchi, dinamakan juga burung sriti termasuk Ordo Apodiformes, Famili Apodidae dan Genus Collocalia. Spesies burung walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu, bahan yang dipakai dan ditambahkan dalam pembuatan sarang (Chantler and Driessens 1995) serta kemampuan ekolokasi yang dimilikinya (Price et al ; Thomassen et al. 2005). Ada tiga spesies walet yang sarangnya dapat dikonsumsi, yaitu walet putih (Collocalia fuciphaga), walet hitam (Collocalia maxima) dan walet linchi (Collocalia linchi) (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Walet putih menghasilkan sarang yang seluruhnya terbuat dari saliva sedangkan walet linchi menghasilkan sarang yang merupakan campuran saliva dengan bahan lain seperti daun pinus, ranting atau ijuk. Dengan demikian, dibandingkan dengan sarang walet putih, harga sarang walet linchi lebih murah. Harga sarang walet linchi beserta material penyusunnya berkisar antara 1-3 juta rupiah per kilogram (Budiman 2002). Mahalnya harga sarang walet putih membuat masyarakat mencari alternatif lain dengan mengkonsumsi sarang walet linchi. Sarang walet dikonsumsi masyarakat karena dipercaya berkhasiat bagi kesehatan, antara lain sebagai obat sakit pernafasan, obat awet muda, meningkatkan vitalitas dan kecantikan serta menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Kang et al. 1991). Pada walet, ludah atau saliva merupakan komponen yang sangat penting dalam pembuatan sarang (King and McLelland 1984). Bagi walet, sarang berfungsi sebagai tempat bergantung dan beristirahat. Pada musim berbiak, yaitu antara bulan September sampai bulan April, sarang juga berfungsi sebagai tempat bertelur dan mengeram (Mardiastuti et al. 1998). Walet linchi jantan maupun betina berperan dalam membuat dan menjaga sarang. Kelenjar saliva walet linchi berkembang dengan baik pada burung dewasa, terutama pada saat musim berbiak. Karbohidrat dalam bentuk kompleks (glikokonjugat) berperan penting dalam berbagai proses metabolisme tubuh, antara lain regenerasi dan diferensiasi sel, perlekatan dan komunikasi antar sel, dan proses fungsional lainnya. Glikokonjugat terdapat pada semua jaringan tubuh hewan, terutama pada sekresi kelenjar dan permukaan sel (Goldstein et al. 1977). Glikokonjugat dengan demikian dapat menjadi penanda dinamika dan aktivitas kelenjar eksokrin. Sejauh ini, penelitian terhadap aktivitas kelenjar ludah yang diperlihatkan melalui kandungan dan distribusi glikokonjugat pada kelenjar mandibularis selama proses reproduksi dan bersarang belum pernah dilaporkan. Penelitian ini memanfaatkan spesifisitas yang tinggi dari prosedur histokimia lektin untuk mendeteksi berbagai karbohidrat pada kelenjar mandibularis walet linchi selama proses reproduksi dan bersarang selama 12 bulan dan untuk melihat keterkaitan antara proses reproduksi dan bersarang dengan aktivitas kelenjar mandibularis. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini walet linchi dewasa diperoleh dari habitatnya, diambil 2 ekor setiap bulannya selama 12 bulan, sehingga total walet yang digunakan adalah 24 ekor. Burung dimatikan dengan cara cervical 195

3 J. Ked. Hewan Vol. 4 No. 1 Maret 2010 dislocation setelah dilakukan proses anestesi per inhalasi dengan menggunakan khloroform dalam stoples anestesi. Segera setelah hewan mati, sampel jaringan kelenjar mandibularis dikeluarkan dari tubuh hewan dan difiksasi dalam larutan pengawet paraformaldehida 4%. Kemudian sampel jaringan didehidrasi dengan menggunakan alkohol, dijernihkan dengan larutan silol dan ditanam dalam paraffin menjadi blok paraffin. Blok paraffin dipotong secara serial dengan ketebalan 5 µm. Setelah proses deparafinisasi, sediaan kemudian diwarnai dengan metoda pewarnaan alcian blue ph 2.5 (AB) - periodic acid Schiff (PAS), dan pewarnaan histokimia lektin untuk mengamati distribusi dan komposisi glikokonjugat pada kelenjar mandibularis burung walet linchi. Lektin yang digunakan adalah lektin yang terkonjugasi biotin (Biotinylated lectin kit kode VEC LK-2000, Vector Lab, USA) terdiri atas Con A, DBA, RCA, UEA, SBA, PNA dan WGA dengan dosis masingmasing 5µg/µl. Untuk memastikan spesifisitas reaksi, digunakan juga sediaan asal mencit yang diketahui mengandung karbohidrat yang ingin dideteksi sebagai sediaan kontrol positif. Intensitas dan konsentrasi karbohidrat yang terdeteksi digolongkan secara subyektif menjadi -: bereaksi negatif, + : sedikit, ++ : sedang, +++: banyak. lebar 0.5 cm. Dari pengamatan terhadap ukuran kelenjar mandibularis dari semua sampel selama 12 bulan, terlihat bahwa pada bulan Januari ukuran kelenjar relatif kecil (panjang 0.4 dan lebar 0.3 cm) dan kemudian mulai pada bulan September sampai Desember ukuran kelenjar semakin besar (panjang 0,8 dan lebar 0.5). Secara histologis, kelenjar mandibularis tampak diselubungi oleh kapsula jaringan ikat. Jaringan ikat interlobular membagi kelenjar menjadi lobulus-lobulus. Kelenjar terdiri dari bagian asinar dan unit penyalur. Sel-sel asinar kelenjar mandibularis walet linchi bertipe mukus. Sel-sel ini berbentuk kuboid pada bulan Januari sampai bulan Juni dengan inti berbentuk pipih yang terletak di basal sel (Novelina et.al. 2007) (Gambar 1). Selanjutnya pada bulan Juli sampai bulan Desember sel tersebut mengalami perluasan lumen dan bentuk sel menjadi silindris. Secara umum, gambaran histologi kelenjar mandibularis walet linchi mirip dengan yang dilaporkan pada walet putih Collocalia fuciphaga (Novelina dan Adnyane 2005) dan ayam (Suprasert et al. 2000). Pada sampel bulan Januari sampai bulan Juni terlihat bahwa lobulus kelenjar kecil dan lumen kelenjar sempit. Sedangkan pada sampel bulan Juli sampai bulan Desember terlihat lobulus membesar dan asinar kelenjar mempunyai lumen yang luas (Gambar 1). HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Kelenjar Mandibula Walet Linchi Kelenjar mandibularis walet linchi terletak pada daerah ventral mandibula. Kelenjar berbentuk oval terdapat sepasang di kiri dan kanan, berwarna putih dan berukuran rata-rata panjang 0.7 cm dan 196

4 Savitri Novelina, dkk m L m L A Gambar 1. Struktur histologis kelenjar mandibularis C. linchi. Bagian asinar kelenjar terdiri atas sel-sel mukus (m) dengan sitoplasma yang basofilik serta inti pipih terletak di basal. Kelenjar lebih berkembang dan lumen tampak meluas pada bulan Agustus (B) dibandingkan dengan kelenjar bulan Januari (A). Hematoksilin Eosin. Bar A-B : 20 µm. A B Gambar 2. Kandungan dan distribusi karbohidrat netral kelenjar mandibularis C. linchi. Pada bulan April terlihat karbohidrat netral lebih terkonsentrasi pada bagian apikal dan sekreta sel (A, tanda panah) dan sedikit karbohidrat netral pada sitoplasma sel, sedangkan pada bulan November karbohidrat netral tersebar merata dan dalam jumlah banyak pada seluruh area sitoplasma sel-sel asinar (B, tanda panah). Periodic Acid Schiff. Bar A-B: 20 µm. B Kandungan Karbohidrat Kelenjar Mandibularis Walet Linchi a. Pewarnaan AB (ph 2.5)-PAS AB (ph 2.5) bereaksi negatif pada semua area di kelenjar mandibularis walet linchi, sedangkan PAS bereaksi positif pada sitoplasma dan sekreta sel-sel asinar serta pada lumen kelenjar dengan intensitas reaksi sedang sampai kuat (Gambar 2). Hal ini mengindikasikan bahwa kelenjar dan sekreta mandibularis walet linchi mengandung karbohidrat yang bersifat netral tapi tidak yang bersifat asam. Pola distribusi reaksi positif dari PAS dapat dilihat pada Tabel

5 J. Ked. Hewan Vol. 4 No. 1 Maret 2010 Bagian Bulan Kelenjar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Sitoplasma sel Sekreta sel Lumen Kelenjar Tabel 2. Pola distribusi reaksi positif PAS pada kelenjar mandibularis walet linchi Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit, ++ : sedang, +++: banyak b. Histokimia Lektin Pada sediaan yang diwarnai dengan teknik histokimia lektin, reaksi positif ditandai dengan munculnya warna coklat dari khromogen. Reaksi positif menandakan adanya ikatan lektin yang melambangkan glikokonjugat dengan berbagai residu gula. Reaksi positif ditemukan terutama pada bagian asinar kelenjar mandibularis dengan intensitas reaksi yang bervariasi tergantung pada jenis lektin dan bulan pengambilan sampel.. Distribusi dan intensitas reaksi positif dari masing-masing lektin pada sel-sel asinar kelenjar mandibularis walet linchi dapat dilihat pada Tabel 2. Lektin WGA, Con A dan DBA bereaksi positif dengan intensitas lemah sampai sedang pada semua bulan mulai bulan Januari sampai bulan Desember. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian asinar kelenjar mandibularis mengandung karbohidrat dengan residu gula β N asetilgalaktosami, α D-glukosa, α D mannosa dan asetilgalaktosamin, dengan konsentrasinya yang relatif sama sepanjang tahun. Tabel 2. Pola distribusi ikatan lektin pada sitoplasma sel asinar kelenjar mandibularis walet linchi Jenis Bulan Lektin Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des PNA WGA SBA DBA Con A RCA UEA _ ++ Ket : Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September, Okt: Oktober, Nov: November, Des:Desember. -: negatif, + : sedikit, ++ : sedang, +++: banyak PNA: peanut agglutinin, WGA: wheat germ agglutinin, SBA: soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin, Con A: concanavalin A, RCA: Ricinus communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin. 198

6 Savitri Novelina, dkk Aktivitas dan kerja kelenjar mandibularis antara lain dipengaruhi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis dari nervus cranialis (VII, IX dan X) merupakan serabut motorik kelenjar saliva. Stimulus saraf parasimpatis akan meningkatkan aktivitas kelenjar, sedangkan stimulus saraf simpatis menghambat aliran darah kelenjar saliva sehingga menghambat produksi saliva dan mengakibatkan kelenjar dalam keadaan istirahat (Banks 1986). Pada lektin DBA, reaksi positif tampak pada beberapa sel asinar, sementara di beberapa sel lainnya lektin DBA bereaksi negatif (Gambar 3). Pada bulan Januari reaksi positif tampak pada sel asinar di daerah permukaan, kemudian pada bulan bulan selanjutnya reaksi positif bergerak ke arah dasar dari sel asinar (gambar 4). Pola reaksi lektin DBA ini mencerminkan adanya fase keaktifan yang tidak sama antar sel-sel asinar kelenjar dan lektin DBA sekaligus dapat digunakan sebagai penanda aktivitas dan dinamika kelenjar mandibularis walet linchi. Lektin PNA, SBA dan RCA bereaksi positif dengan intensitas lemah sampai sedang pada bulan Januari sampai Agustus, dan bereaksi kuat pada bulan September sampai Desember, sedangkan lektin UEA hanya berekasi positif dengan intensitas lemah pada sampel bulan Desember. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat dengan residu gula (1-3) N-asetilgalaktosamin, sialic acid, 2-6 galaktosa, dan β galaktosa terdapat pada kelenjar mandibularis walet linchii dan konsentrasinya semakin meningkat pada bulan September sampai Desember sedangkan karbohidrat dengan residu gula α D-fukosa hanya terdapat pada bulan Desember. Karbohidrat dengan residu gula sialic acid berperan pada proses lubrikasi dan melindungi saluran pencernaan (Werner et al. 1982), sementara fungsi fisiologis dari karbohidrat dengan residu gula galaktosa dan fukosa pada unggas belum diketahui secara pasti (Suprasert et al. 2000). Pada unggas, kelenjar saliva terdiri atas kelenjar besar yaitu kelenjar mandibularis dan kelenjar ludah minor Angularis oris (Farner et al. 1972). Saliva pada unggas berfungsi terutama untuk membantu membasahi dan melunakkan makanan yang kering dan sebagai media untuk memecah dan mengencerkan bahan makanan. Pada walet, saliva juga berfungsi sebagai bahan pembuat sarang (King and Mc Lelland 1984). Saliva juga mengandung glikoprotein yang disebut musin yang berkontribusi terhadap kekentalan saliva dan aktivitas fisiologis (Wu et al. 1994). Musin mengandung 30% heksosamin (galaktosamin dan glukosamin), 8-33 % sialic acid dan sekitar 15 % galaktosa atau fukosa dan sedikit mannosa (Herp 1988). Glikoprotein juga berfungsi dalam metabolisme sel antara lain dalam proses adhesi sel, mengontrol pertumbuhan dan pengaturan reseptor sel (Wu et al. 1994). Pada walet saliva digunakan untuk merekatkan sarang atau bahan-bahan pembuat sarang. Komposisi bahan aktif sarang walet antara lain lipid ( %), abu (2.1 %), karbohidrat ( %) dan protein (62-63 %) (Marcone 2005). Musim berbiak walet ditandai dengan perilaku-perilaku membuat sarang, bertelur, mengerami serta merawat hingga anak burung dapat terbang dan meninggalkan sarang. Musim berbiak walet adalah pada musim hujan, pada saat banyak tersedia bahan makanan. Musim berbiak walet di Pulau Jawa umumnya jatuh pada bulan September, mencapai 199

7 J. Ked. Hewan Vol. 4 No. 1 Maret 2010 puncaknya pada bulan November dan berakhir pada bulan April (Mardiastuti et al. 1998). Pada penelitian ini tampak peningkatan pada ukuran kelenjar dan intensitas reaksi positif lektin selama musim berbiak dan bersarang, antara bulan September sampai Desember. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas kelenjar mandibularis walet linchi pada bulan bulan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan keterlibatan kelenjar mandibularis dalam aktivitas berbiak dan bersarang walet linchi. Selain itu, sebagian dari glikokonjugat yang terdeteksi pada sekreta kelenjar mandibularis kemungkinan merupakan bagian dari bahan penyusun sarang walet linchi. Pada tikus terdapat reseptor hormon gonad pada kelenjar submandibularisnya (Zhuang et al 1996; Young et al 2004). Pada walet linchi diduga ada reseptor hormon gonad pada kelenjar mandibularis, namun penelitian tersebut belum pernah dilaporkan. a b c d e f Gambar 3. Pola distribusi ikatan lektin DBA pada bulan Januari (a), PNA (b), RCA (c), WGA (d), Con A (e) dan SBA (f) pada bulan Desember pada kelenjar mandibularis C. linchi. Lektin DBA bereaksi positif dengan intensitas sedang pada beberapa sel asinar dan negatif pada sel asinar lainnya. Lektin PNA, WGA dan SBA bereaksi positif dengan intensitas sedang sampai kuat dan lektin RCA dan Con A bereaksi positif dengan intensitas sedang pada sitoplasma dan sekreta sel asinar. Bar a-f : 25 µm. 200

8 Savitri Novelina, dkk a b c Gambar 4. Pola distribusi ikatan lektin DBA ( ) pada kelenjar mandibularis C. linchi (a) bulan Januari reaksi positif berdistribusi pada sel asinar daerah permukaan kelenjar dengan intensitas lemah, (b) bulan Juni reaksi positif memenuhi sitoplasma sel asinar dengan intensitas sedang dan (c) bulan Deember reaksi positif berdistribusi di daerah dasar sitoplasma sel asinar dengan intensitas lemah. Bar a-c : 50 µm. KESIMPULAN Kelenjar mandibularis walet linchi mengalami perkembangan dan perubahan pada morfologi dan kandungan glikokonjugatnya seiring dengan musim berbiak dan bersarang. DAFTAR PUSTAKA Budiman A Menetaskan Telur Walet dengan Induk Walet, Induk Sriti, Induk Sriti Kembang, Mesin Tetas. Depok : PT. Penebar Swadaya. Chantler P, Drissens G Swifts : A guide to the swifts and treeswift of the world. East Sussex : Pica Press. Farner DS, King JR, Parkers KC Avian Biology. Vol II. New York : Academic Press. Goldstein IJ, Murphy LA, Ebisu S Lectin as Carbohydrate-Binding Proteins. Pure & Appl Chem. 49 : Herp A, Borelli C, Wu AM Biochemistry and Lectin Binding Properties of Mammalian Salivary Mucous Glycoprotein. Adv Exp Med Biol. 228 : Kang N, Hails CJ, Sigurdsson JB Nest Construction and Egg Laying in Edible-nest Swiflets Aerodramus spp. Nature Malaysia. King AS and Mc Lelland J Birds : Their structure and function. London : Bailliere Tyndall. Marcone MF Characterization of the Edible Bird s Nest the Caviar of The East. Food Research Int. 38(10) : Mardiastuti A, Mulyani YA, Sugarjito J, Ginoga LN, Maryanto I, Nugraha A dan Ismail Teknik pengusahaan walet rumah, pemanenan sarang dan penanganan pasca panen. Laporan RUT IV. Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional. Jakarta. Novelina S, Nisa C, Adnyane IKM, Sigit K, Setijanto H, Agungpriyono S Morphological Study of the Salivary Gland of the Edible Nest Linchi Swiflet (Collocalia linchi). Proceeding of the International Symposium Animal 201

9 J. Ked. Hewan Vol. 4 No. 1 Maret 2010 Science Meeting for Graduate Students; Utsunomiya, 11 January Japan : Utsunomiya University. hlm Novelina S dan Adnyane IKM Deteksi Enzim Lisozim pada Kelenjar Saliva Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga). Laporan Penelitian Dosen Muda IPB. Bogor Price JJ, Johnson KP, Clayton DH The Evolution of Echolocation in Swiflets. J Avian Biol 35 : Suprasert A, Arthivtong S, Koonjaenak S Lectin Histochemistry of Glycoconjugates in Mandibular Gland of Chicken. J Kasetsart. 34 : Soehartono T dan Mardiastuti A Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Thomassen HA, den Tex RJ, de Baker MAG, Povel GDE Phylogenetic Relationship Amongst Swifts and Swiflets : A Multi Locus Approach. J Mol Phylo Evol 37 (1) : Wu AM, Csako C, Herp A Structure, Biosynthesis and Function of Salivary Mucins. Moll Cell Biochem. 17 (137) : Young WG, Ramirez GO, Daley TJ, Smid JR, Cashigano KT, Kopchick JJ, Waters MJ Growth Hormone and Epidermal Growth Factor in Saliva Glands of Giants and Dwarf Transgenic Mice. J Histochem Cytochem 52 (9) : Zhuang YH, Blauer M, Syvala H, Laine M, Tuohima P Androgen Receptor in Rat Harderian and Submandibular Glands. J Histochem (28) :

4.DINAMIKA DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT PADA GONAD WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

4.DINAMIKA DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT PADA GONAD WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN 4.DINAMIKA DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT PADA GONAD WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan Ovarium merupakan tempat perkembangan folikel, ovulasi dan luteinisasi. Semua proses tersebut meliputi proses

Lebih terperinci

7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan

7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan 7. PEMBAHASAN UMUM Morfologi Gonad dan Kelenjar Mandibularis Walet Linchi Dari hasil pengamatan selama 12 bulan terhadap perubahan morfologi yang terjadi pada gonad jantan dan betina. Tampak perubahan

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN HISTOKIMIA SEBARAN KARBOHIDRAT PADA KELENJAR MANDIBULARIS DAN KELENJAR LINGUALIS AYAM PETELUR (Gallus sp.)

KAJIAN HISTOKIMIA SEBARAN KARBOHIDRAT PADA KELENJAR MANDIBULARIS DAN KELENJAR LINGUALIS AYAM PETELUR (Gallus sp.) PISSN : 08531943; EISSN : 25031600 KAJIAN HISTOKIMIA SEBARAN KARBOHIDRAT PADA KELENJAR MANDIBULARIS DAN KELENJAR LINGUALIS AYAM PETELUR (Gallus sp.) Histochemical Study of Mandibular and Lingual Glands

Lebih terperinci

MORFOLOGI KELENJAR LINGUALIS WALET LINCHI (Collocalia linchi) PADA MASA BERBIAK DAN BERSARANG RANY PUSPA PIJAYANTI

MORFOLOGI KELENJAR LINGUALIS WALET LINCHI (Collocalia linchi) PADA MASA BERBIAK DAN BERSARANG RANY PUSPA PIJAYANTI MORFOLOGI KELENJAR LINGUALIS WALET LINCHI (Collocalia linchi) PADA MASA BERBIAK DAN BERSARANG RANY PUSPA PIJAYANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

Sebaran Karbohidrat pada Kelenjar Ludah Biawak Air (Varanus salvator)

Sebaran Karbohidrat pada Kelenjar Ludah Biawak Air (Varanus salvator) ISSN : 1411-8327 Sebaran Karbohidrat pada Kelenjar Ludah Biawak Air (Varanus salvator) (DISTRIBUTION OF CARBOHYDRATES IN THE SALIVARY GLANDS OF WATER MONITOR (VARANUS SALVATOR)) Idawati Nasution 1, Alfajri

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN MORFOFUNGSI GONAD DAN KELENJAR MANDIBULARIS WALET LINCHI (Collocalia linchi) SELAMA MASA BERSARANG DAN BERBIAK SAVITRI NOVELINA

DINAMIKA PERUBAHAN MORFOFUNGSI GONAD DAN KELENJAR MANDIBULARIS WALET LINCHI (Collocalia linchi) SELAMA MASA BERSARANG DAN BERBIAK SAVITRI NOVELINA DINAMIKA PERUBAHAN MORFOFUNGSI GONAD DAN KELENJAR MANDIBULARIS WALET LINCHI (Collocalia linchi) SELAMA MASA BERSARANG DAN BERBIAK SAVITRI NOVELINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :59-67 ISSN : Agustus 2010

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :59-67 ISSN : Agustus 2010 Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :5967 ISSN : 20852495 Agustus 2010 PENGAMATAN JENIS GLIKOKONYUGAT PADA SEL KELENJAR MANDIBULA BABI MENGGUNAKAN TEKNIK HISTOKIMIA LEKTIN (STUDY OF GLYCOCONJUGATES

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GLIKOKONJUGAT PENGHANTAR BAU DAN DISTRIBUSINYA PADA EPITELIUM OLFAKTORIUS HIDUNG KALONG KAPAUK (Pteropus vampyrus)

IDENTIFIKASI GLIKOKONJUGAT PENGHANTAR BAU DAN DISTRIBUSINYA PADA EPITELIUM OLFAKTORIUS HIDUNG KALONG KAPAUK (Pteropus vampyrus) IDENTIFIKASI GLIKOKONJUGAT PENGHANTAR BAU DAN DISTRIBUSINYA PADA EPITELIUM OLFAKTORIUS HIDUNG KALONG KAPAUK (Pteropus vampyrus). DAN LASIWEN DEIGNAN (Myotis horsfieldii) IDENTIFICATION OF GLYCOCONJUGATE

Lebih terperinci

MORFOLOGI KELENJAR LUDAH KAMBING, KUCING DAN BABI: DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA DISTRIBUSI DAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT

MORFOLOGI KELENJAR LUDAH KAMBING, KUCING DAN BABI: DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA DISTRIBUSI DAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT J. Ked. Hewan Vol. 3 No. 2 September 2009 MORFOLOGI KELENJAR LUDAH KAMBING, KUCING DAN BABI: DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA DISTRIBUSI DAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT The Morphology of Salivary Glands of Goat,

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci

STUDI HISTOKIMIA LEKTIN TERHADAP JENIS DAN DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT ABOMASUM KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) KALIMANTAN SELATAN

STUDI HISTOKIMIA LEKTIN TERHADAP JENIS DAN DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT ABOMASUM KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) KALIMANTAN SELATAN Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 9 No. 2, September 201 ISSN : 1978-22X STUDI HISTOKIMIA LEKTIN TERHADAP JENIS DAN DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT ABOMASUM KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) KALIMANTAN SELATAN Lectin

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat...

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling... 4 1. Klasifikasi dan Persebaran... 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan belajar (learning) dan mengingat (memory) termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan belajar (learning) dan mengingat (memory) termasuk salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan belajar (learning) dan mengingat (memory) termasuk salah satu proses mental yang penting. Tanpa kemampuan mengingat, makhluk hidup hanya dapat melakukan gerak

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA UMUM

2. TINJAUAN PUSTAKA UMUM 2. TINJAUAN PUSTAKA UMUM Klasifikasi Menurut Chantler dan Driessens (1995), taksonomi burung walet linchi adalah sebagai berikut : Class : Aves Subclass : Neornithes Superorder : Apodimorphae Order : Apodiformes

Lebih terperinci

I Ketut Mudite Adnyane, Savitri Novelina, Dwi Kesuma Sari, Tutik Wresdiyati, dan Srihadi Agungpriyono

I Ketut Mudite Adnyane, Savitri Novelina, Dwi Kesuma Sari, Tutik Wresdiyati, dan Srihadi Agungpriyono PERBANDINGAN ANTARA MIKROANATOMI BAGIAN ENDOKRIN PANKREAS PADA KAMBING DAN DOMBA LOKAL DENGAN TIN JAUAN KHUSUS DISTRIBUSI DAN FREKUENSI SEL-SEL GLUKAGON PADA PANKREAS COMPARATIVE MICROANATOMY OF THE LOCAL

Lebih terperinci

Residu Gula Glikokonjugat pada Lambung Depan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Kalimantan Selatan

Residu Gula Glikokonjugat pada Lambung Depan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Kalimantan Selatan Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 166-172 ISSN : 1411-8327 Residu Gula Glikokonjugat pada Lambung Depan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Kalimantan Selatan (SUGAR RESIDU OF GLYCOCONJUGATES IN FORESTOMACH

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA WALET LINCHI (Collocalia linchi) RM RIZKY JAUHARI

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA WALET LINCHI (Collocalia linchi) RM RIZKY JAUHARI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA WALET LINCHI (Collocalia linchi) RM RIZKY JAUHARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006),

I. PENDAHULUAN. dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) dengan mudah dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006), famili Apodidae dijumpai di setiap

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Karakteristik Burung Walet

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Karakteristik Burung Walet TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Nama baku burung walet di dalam bahasa Indonesia adalah Walet Sarang Putih (MacKinnon et al. 1992). Di dalam publikasi ilmiah terdapat dua versi nama latin walet

Lebih terperinci

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf Jaringan Tubuh 1. Jaringan Epitel 2. Jaringan Otot 3. Jaringan ikat/penghubung 4. Jaringan Saraf Jaringan Epitel Tersusun atas lapisan-lapisan sel yang menutup permukaan saluran pencernaan, saluran pada

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT KELENJAR LINGUALIS DAN SUBLINGUALIS ITIK (Anas plathyrinchos)

MORFOLOGI DAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT KELENJAR LINGUALIS DAN SUBLINGUALIS ITIK (Anas plathyrinchos) P-ISSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600 MORFOLOGI DAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT KELENJAR LINGUALIS DAN SUBLINGUALIS ITIK (Anas plathyrinchos) Morphology and Carbohydrates Content in Lingual and Sublingual Glands

Lebih terperinci

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik : PENANGKAPAN DAN DISTRIBUSI HIU (APPENDIX II CITES) OLEH NELAYAN RAWAI DI PERAIRAN SELATAN TIMOR CATCH AND DISTRIBUTION OF SHARKS (APPENDIX II CITES) BY LONGLINE FISHERMEN IN SOUTH WATER OF TIMOR Oleh :

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Distribusi Glikoprotein pada Lambung Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) pada Periode Pre Pasca Natal

Distribusi Glikoprotein pada Lambung Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) pada Periode Pre Pasca Natal Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.27-31. ISSN: 1410-5373. Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor. Distribusi Glikoprotein pada Lambung Monyet Ekor Panjang (Macaca

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioekologi Burung Seriti. 1. Klasifikasi dan Morfologi. Menurut Peterson (2005) klasifikasi burung Seriti dapat diklasifikasikan dalam Taksonomi adalah: Kingdom : Animalia Phylum

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

Pergerakan makanan dalam esofagus menuju lambung disebabkan oleh adanya gerakan peristaltik akibat kontraksi dua lapisan otot pada tunika muskularis

Pergerakan makanan dalam esofagus menuju lambung disebabkan oleh adanya gerakan peristaltik akibat kontraksi dua lapisan otot pada tunika muskularis 29 PEMBAHASAN Esofagus musang luak pada awalnya berjalan di sebelah dorsal trakhea, kemudian di pertengahan daerah leher (pars cervical) berbelok ke sisi kiri trakhea. Selanjutnya, di daerah thoraks (pars

Lebih terperinci

Identifikasi Ekspresi Glikokonjugat pada Jaringan Limfonodus Sapi Bali yang Terinfeksi Virus Penyakit Jembrana Secara Eksperimental

Identifikasi Ekspresi Glikokonjugat pada Jaringan Limfonodus Sapi Bali yang Terinfeksi Virus Penyakit Jembrana Secara Eksperimental ISSN : 1411-8327 Identifikasi Ekspresi Glikokonjugat pada Jaringan Limfonodus Sapi Bali yang Terinfeksi Virus Penyakit Jembrana Secara Eksperimental THE LYMPHONODES OF BALI CATTLE EXPERIMENTALLY INFECTED

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo Lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki bentuk tubuh memanjang, memiliki sungut dengan permukaan tubuh

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan 54 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat seluruh cairan dalam jaringan, baik cairan interstisial maupun cairan intrasel sebelum dilakukan penanaman jaringan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan rancangan percobaan post test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet ( Collocalia fuciphaga) Habitat Burung Walet

TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet ( Collocalia fuciphaga) Habitat Burung Walet TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet (Collocalia fuciphaga) Collocalia fuciphaga merupakan spesies dari burung walet yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Menurut MacKinnon (1995), spesies ini berukuran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/10/62/Th. XI, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH Indrawati Yudha Asmara Fakultas Peternakan-Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang

Lebih terperinci

STRUKTUR HISTOLOGI KELENJAR LUDAH BURUNG WALET (Collocaliafusiphaga) DAN BURUNG GEREJA (Passer montanus)

STRUKTUR HISTOLOGI KELENJAR LUDAH BURUNG WALET (Collocaliafusiphaga) DAN BURUNG GEREJA (Passer montanus) STRUKTUR HISTOLOGI KELENJAR LUDAH BURUNG WALET (Collocaliafusiphaga) DAN BURUNG GEREJA (Passer montanus) THE HISTOLOGICAL STRUCTURE OF THE SALIVARY GLANDS OF SWIFTLET (Collocaliajusiphaga) AND SPARROW

Lebih terperinci

BAB II PENYAJIAN DATA. Dalam bab ini, dibahas bagaimana cara memvisualisasikan bentuk-bentuk

BAB II PENYAJIAN DATA. Dalam bab ini, dibahas bagaimana cara memvisualisasikan bentuk-bentuk BAB II PENYAJIAN DATA Dalam bab ini, dibahas bagaimana cara memvisualisasikan bentuk-bentuk penting dari sebuah data set, baik untuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data yang sudah terkumpul, baik

Lebih terperinci

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur. 23 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan terhadap sifat rontok bulu dan produksi telur dilakukan sejak itik memasuki periode bertelur, yaitu pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

DETEKSI KARBOHIDRAT NETRAL PADA OVARIUM DAN UTERUS TIKUS PUTIH DENGAN PEWARNAAN PERIODIC ACID SCHIFF (PAS)

DETEKSI KARBOHIDRAT NETRAL PADA OVARIUM DAN UTERUS TIKUS PUTIH DENGAN PEWARNAAN PERIODIC ACID SCHIFF (PAS) DETEKSI KARBOHIDRAT NETRAL PADA OVARIUM DAN UTERUS TIKUS PUTIH DENGAN PEWARNAAN PERIODIC ACID SCHIFF (PAS) (Detection of Neutral Carbohydrates in The Ovary and Uterus of White Rat with Periodic Acid Schiff

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/11/81/Th. VII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 29,30 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK 417 Siklus reproduksi tahunan ikan ringan... (Lili Solichah) SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK ABSTRAK Lili Solichah,

Lebih terperinci

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet HASIL Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan Pengamatan perilaku walet rumahan diamati dengan tiga unit kamera IR- CCTV. Satu unit kamera IR-CCTV tambahan digunakan untuk mengamati

Lebih terperinci

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 9 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Effect of Hydrogen Peroxide (H2O2) on white degree and nutrient value of the black swiftlet nest ABSTRACT ABSTRAK

Effect of Hydrogen Peroxide (H2O2) on white degree and nutrient value of the black swiftlet nest ABSTRACT ABSTRAK Pengaruh Konsentrasi Hidrogen Peroksida (H2O2) Terhadap Derajat Putih dan Nilai Gizi Sarang Burung Walet Hitam (Collocalia maxima). Effect of Hydrogen Peroxide (H2O2) on white degree and nutrient value

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/11/62/Th. XI, 1 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama September 2017, TPK Hotel Berbintang Sebesar 58,44 persen

Lebih terperinci

DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA

DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA Adrien Jems Akiles Unitly, Dece Elisabeth Sahertian Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang endemis, hingga sekarang angka kesakitan DBD cenderung meningkat dan angka Kejadian Luar

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Budi Setyono, SPi dan Suswahyuningtyas Balai Benih Ikan Punten Batu email:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyembuhan tulang adalah proses metabolisme fisiologi yang kompleks pada tulang fraktur melibatkan macam variasi zat biokimia, seluler, hormonal dan mekanime patologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang 16 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan ini adalah mudah dipelihara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rasio Kelamin Ikan Nilem Penentuan jenis kelamin ikan dapat diperoleh berdasarkan karakter seksual primer dan sekunder. Pemeriksaan gonad ikan dilakukan dengan mengamati

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pemberian pakan buatan di BBAP Situbondo dilakukan bulan Oktober sampai Desember 2008. Sedangkan untuk pada bulan Agustus-September induk diberi perlakuan pakan rucah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/01/62/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama November, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 15.421 Orang dan 134.810 Orang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, postest only control group design. Postes untuk menganalisis perubahan jumlah purkinje pada pada lapisan ganglionar

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA Kadek Devi Aninditha Intaran, 2016 Pembimbing I : Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 Bulan mengelilingi Bumi dalam bentuk orbit ellips sehingga pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut perigee, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, sebagai negara kepulauan dan memiliki dua per tiga wilayah yang merupakan perairan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan atau desain penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang memungkinkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dengan panjang 81.000 km dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th XI.,1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar

Lebih terperinci