HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet"

Transkripsi

1 HASIL Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan Pengamatan perilaku walet rumahan diamati dengan tiga unit kamera IR- CCTV. Satu unit kamera IR-CCTV tambahan digunakan untuk mengamati kondisi habitat mikro di dalam ruang melalui pengamatan panel display termohigrometer. Keempat kamera dihubungkan dengan kabel audio-video sampai ke ruang monitor pada input DVR. Output DVR dihubungkan pada TV monitor. DVR juga dihubungkan dengan PC menggunakan kabel LAN (Gambar 10. Setiap komponen alat pada unit IR-CCTV memiliki fungsi kerja tersendiri (Tabel 2. Nesting room di dalam rumah walet Ruang Monitor A B 2 C 3 D 4 5 Keterangan: A. Pasangan walet 1 B. Pasangan walet 2 C. Pasangan walet 3 D. Termohigrometer 1.Kamera penera perilaku pasangan walet 1 2.Kamera penera perilaku pasangan walet 2 3.Kamera penera perilaku pasangan walet 3 4.Kamera penera skala pengukuran termohigrometer 5.Digital Video Recorder System (DVR 6.TV Monitor 7.Unit Komputer (PC Gambar 10 Skema penyusunan IR-CCTV pada pengamatan perilaku walet di dalam rumah walet Kamera IR-CCTV yang ditempatkan pada tiga sarang yang menjadi obyek pengamatan memiliki fungsi yang berbeda. Kamera nomor 1 berfungsi mengamati fase pembuatan sarang. Kamera nomor 2 berfungsi mengamati fase pengeraman. Kamera nomor 3 berfungsi mengamati fase pengasuhan anak. Kamera nomor 4 berfungsi untuk mengamati skala pengukuran pada termohigrometer (Gambar 10.

2 Tabel 2 Fungsi dan cara kerja komponen alat pada unit IR-CCTV No Jenis Alat Fungsi Alat 1. Kamera IR- CCTV 2. Digital Video Recorder System (DVR Untuk menangkap gambar obyek pasangan walet yang diamati di dalam rumah walet. Kamera diarahkan ke sarang walet. Sinar inframerah berguna sebagai sumber penerangan untuk menangkap gambar obyek pengamatan di tempat gelap. Sinar inframerah tidak dapat direfleksikan oleh benda sehingga tidak terlihat. Digunakan sebagai alat perekam dan pembaca hasil rekaman. Data rekaman video tersusun secara sistematis berdasar hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, dan detik. 3. TV Monitor Digunakan menampilkan gambar obyek yang ditangkap kamera IR-CCTV dan hasil rekaman video. Pada layar monitor dapat ditampilkan chanel (saluran yang diinginkan. Layar monitor dapat berisi empat chanel gambar sekaligus atau berisi satu chanel gambar saja. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. 4. Adaptor 12 volt 3 amp 5. Pengatur Tegangan (Regulator AC/UPS 6. Unit Komputer (PC 7. Kabel Audio- Video Digunakan sebagai sumber catu daya kamera IR- CCTV pada ruang bersarang walet. Digunakan sebagai sumber catu daya DVR dan PC. Alat ini mengatur tegangan agar tetap stabil pada 220 volt. Digunakan untuk mengakses gambar video hasil rekaman DVR. Data kemudian di-download, diback up, diputar ulang, dan di bakar pada keping DVD. Antara DVR dan PC terhubung dengan Local Area Network (LAN. Kabel berisi tiga kabel sekaligus. Kabel berujung merah berguna sebagai penghubung sumber tegangan dari adaptor ke kamera IR-CCTV. Kabel berujung kuning sebagai pembawa sinyal gambar video dari kamera. Kabel berujung putih berguna sebagai pembawa sinyal audio dari kamera. Penempatan kamera IR-CCTV untuk mengamati proses pembuatan sarang didasarkan pertimbangan terhadap kebiasaan walet. Walet memiliki kebiasaan membuat sarang pada sirip yang sama seperti sarang sebelumnya. Sirip adalah

3 papan kayu tambahan yang dipasang di bawah plafon rumah walet. Dalam penelitian ini, penentuan lokasi kamera IR-CCTV secara efektif didasarkan pada pengetahuan pemilik rumah walet yang telah memiliki data mengenai keberadaan sarang walet sebelumnya. Ciri-ciri tempat yang berpeluang besar ditempati untuk membuat sarang walet antara lain: 1 sirip yang sudah pernah ditempati walet bersarang, 2 sirip yang memiliki sisa pondasi sarang, 3 kotoran walet segar banyak ditemukan pada lantai yang berada di bawah sirip. Gambar 11 Penempatan kamera IR-CCTV di dalam ruang bersarang walet. Letak kamera dilihat dari tampak depan sarang (a, dan tampak samping sarang (b Kamera diletakkan pada plafon dengan jarak 15 cm dari obyek/pasangan walet. Jarak antara kamera dan sirip tempat walet bersarang adalah 15 cm dengan sudut 45 o (Gambar 11b. Sudut antara kamera dengan plafon sebesar 20 o -40 o (Gambar 11a. Penempatan kamera dengan cara tersebut bertujuan agar perilaku pasangan walet dapat diamati dengan jelas.

4 Gambar 12 Hasil rekaman kamera IR-CCTV pada ruang bersarang walet yang dilengkapi data tahun, bulan, tanggal, jam, menit, dan detik. Fase pembuatan sarang sarang (1, pengeraman (2, pengasuhan anak, dan skala pengukuran termohigrometer (4 Hasil rekaman video perilaku walet diperoleh dengan cara memindahkan data video dari DVR menggunakan unit PC. Data yang telah tersimpan di dalam PC kemudian dipindahkan ke dalam keping DVD. Satu keping DVD berisi rekaman video perilaku walet dalam durasi 24 jam. Rekaman video dilengkapi dengan data tahun, bulan, tanggal, jam, menit, dan detik berlangsungnya perilaku walet (Gambar 12. Perilaku Walet Rumahan Pengamatan yang dilakukan 24 jam/hari selama 105 hari menunjukkan bahwa periode perkembangbiakan berlangsung dalam tiga fase. Fase tersebut yaitu: fase pembuatan sarang (38 hari, mengeram (25 hari, dan mengasuh anak (42 hari. Selama periode tersebut walet memiliki dua kategori perilaku, yaitu perilaku umum dan perilaku khusus. Kategori fase selama periode perkembangbiakan walet pada penelitian ini mengacu pada Withers (1977; Mardiastuti et al. (1998: Nguyen et al. (2002; Lim & Cranbrook (2002. Penamaan jenis perilaku pada masing-masing fase dilakukan peneliti berdasarkan aktivitas harian yang diamati selama periode perkembangbiakan walet.

5 A. Perilaku Umum Walet Rumahan Perilaku umum adalah perilaku yang berlangsung dari awal pembangunan sarang sampai dengan anak walet mampu terbang mandiri. Perilaku umum walet terdiri dari: 1 menelisik bulu berdua, 2 menelisik bulu sendiri, 3 berdiam diri (istirahat, 4 terbang meninggalkan sarang, 5 datang ke sarang, 6 membuang kotoran, 7 berpindah tempat (ke kanan atau ke kiri pasangannya, 8 membentangkan sayap, dan 9 menoleh ke kiri atau ke kanan. 1. Perilaku menelisik bulu berdua Perilaku pasangan walet saling menelisik bulu merupakan perilaku seharihari. Salah satu walet mematuk secara perlahan bulu leher dan kepala pasangannya. Pasangan walet yang sedang ditelisik bulunya berdiam diri. Beberapa saat kemudian walet berganti menelisik pasangannya (Gambar 13. Perilaku ini biasa dilakukan setelah mencari makan atau di sela waktu istirahat. Perilaku ini juga dilakukan setelah usai perkawinan atau pada saat sedang membangun sarang. Gambar 13 Perilaku walet sedang menelisik bulu berdua 2. Perilaku menelisik bulu sendiri Perilaku walet menelisik bulu sendiri merupakan cara untuk membersihkan tubuh walet. Walet mematuk secara halus bagian tubuh yang terjangkau paruhnya, misalnya: leher, bulu sayap, punggung, abdomen, toraks dan ekor (Gambar 14. Perilaku ini dilakukan walet setelah berburu makanan, sedang beristirahat, sebelum/setelah menelisik bulu berdua, setelah melakukan perkawinan, sebelum/sesudah membangun sarang, dan sebelum membuang kotoran.

6 Gambar 14 Perilaku walet sedang menelisik bulu sendiri. Perilaku ini bertujuan membersihkan tubuh dengan cara mematuk-matuk bulu-bulunya 3. Perilaku berdiam diri atau istirahat Perilaku berdiam diri atau beristirahat merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan walet. Walet banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat selama di ruang bersarangnya. Perilaku ini paling mudah diamati karena walet dalam keadaan tidak melakukan kegiatan apapun. Walet mencengkeramkan kakinya pada bibir sarang dengan posisi tubuh menggantung di luar sarang atau bertengger di atas bibir sarang. Walet memiliki tiga macam posisi perilaku beristirahat. Pertama, hanya satu walet yang mengantung pada bibir sarang (Gambar 15a. Kedua, terdapat sepasang walet yang menggantung pada bibir sarang (Gambar 15b. Ketiga, salah satu walet bertengger di atas bibir sarang sedangkan pasangannya menggantung di bibir sarang (Gambar 15c. (a (b Gambar 15 Perilaku berdiam diri (istirahat. Walet mencengkeramkan kaki pada bibir sarang serta tidak melakukan aktivitas apapun. Variasi perilaku beristirahat: hanya terdapat satu walet yang menggantung pada bibir sarang (a; sepasang walet menggantung pada bibir sarang (b; salah walet salah satu walet bertengger di atas bibir sarang dan pasangannya menggantung pada bibir sarang (c (c

7 4. Perilaku terbang meninggalkan sarang Perilaku ini dilakukan walet sekitar pukul menjelang berburu makanan. Perilaku ini juga dilakukan walet ketika akan melakukan terbang berkeliling di dalam ruang bersarang walet. Ketika walet terbang meninggalkan sarangnya, walet melepaskan kakinya dari sirip atau bibir sarang. Dengan sayap terbentang, walet membiarkan tubuhnya mengikuti gaya gravitasi bumi kemudian mengepakkan sayapnya untuk terbang meninggalkan sarang (Gambar 16. Gambar 16 Walet terbang meninggalkan sarang. Perilaku ini dilakukan ketika menjelang pagi untuk berburu makanan atau pada waktu walet akan terbang berkeliling di dalam ruang bersarangnya 5. Perilaku datang ke sarang Perilaku ini dilakukan walet setelah aktivitas berburu makanan. Perilaku ini juga terjadi pada saat walet setelah terbang berkeliling di dalam ruang bersarangnya. Walet menangkupkan kedua sayap dengan sudut ± 60 o ke belakang, tubuh dalam posisi vertikal, kedua kaki ditekuk ± 45 o menghadap ke depan dengan kaki siap mencengkeram sirip atau bibir sarang. Ketika mendekati tempat bersarangnya, posisi ekor sedikit ditekuk ke depan ± 30 o dengan bulu ekor mengembang. Posisi ekor ini berguna untuk mengurangi kecepatan gerak tubuhnya sebelum walet bertengger/menggantung pada sirip/bibir sarang (Gambar 17.

8 Gambar 17 Walet datang ke sarang. Perilaku ini biasa dilakukan setelah berburu makanan atau setelah terbang berkeliling ruang bersarangnya 6. Perilaku membuang kotoran Walet selalu membuang kotoran di luar sarangnya. Walet menggantung pada bibir sarang ketika membuang kotoran. Dengan kaki tetap mencengkeram bibir sarang, walet membentangkan sayap ± 45 o, antara ekor dan abdomen membentuk sudut ± 60 o. Perilaku ini dilakukan agar kotoran yang keluar tidak jatuh ke sarangnya (Gambar 18. Gambar 18 Walet sedang membuang kotoran. Kaki mencengkeram bibir sarang dan sayap dibentangkan, agar kotoran tidak jatuh ke sarangnya 7. Perilaku pindah posisi ke sisi kiri atau kanan pasangan Perilaku ini berlangsung ketika pasangan walet sedang beristirahat, mengeram, dan mendekap anaknya. Perilaku dilakukan dengan terbang ke sisi kiri atau sisi kanan pasangannya. Hal ini juga dilakukan dengan cara berpindah ke sisi bawah sarang lebih dulu kemudian bergerak ke bibir sarang pada sisi yang lain. Perilaku ini dilakukan karena salah satu induk walet tidak mendapatkan tempat bertengger pada saat istirahat. Pada fase inkubasi, walet yang sedang mengerami telur sering mengubah posisinya. Akibat perubahan posisi tersebut, walet pasangan yang menggantung di bibir sarang terkadang berada di bagian posterior (ekor. Walet yang berada di

9 bagian posterior kemudian berpindah ke sisi bibir lain. Penyebab lainnya adalah anak walet selalu bergerak sehingga mengakibatkan induk walet tidak mendapat tempat bertengger. Perilaku ini juga berguna memberi sinyal kepada walet lain agar tidak mendekati sarang mereka (Gambar 19. Gambar 19 Walet berpindah tempat ke sisi kiri atau kanan pasangan. Perilaku dilakukan untuk memperoleh tempat istirahat yang benar atau untuk member isyarat agar walet lain tidak mendekati sarangnya 8. Perilaku membentangkan sayap Perilaku ini dilakukan waktu istirahat atau sedang menelisik bulu tubuhnya. Walet melakukan perilaku dalam posisi tubuh tetap bertengger/ menggantung pada bibir sarang. Ketika sedang beristirahat atau menelisik bulu, walet membentangkan sayapnya secara perlahan sampai membentuk sudut kurang lebih 75 o dari tubuhnya. Usai melakukan perilaku ini walet menutup sayapnya kembali seperti semula secara perlahan. Pada saat membentangkan sayap, posisi kepala menunduk kurang lebih 20 o dan posisi ekor ditekuk ke depan kurang lebih 30 o (Gambar 20. Diduga walet berperilaku ini berguna untuk relaksasi setelah sehari berburu makanan. Gambar 20 Walet sedang membentangkan sayap 9. Perilaku menoleh ke kanan atau ke kiri Perilaku ini ditunjukkan dengan gerakan kepala berputar ± 45 o ke kiri atau ke kanan dan kepala membentuk sudut dengan leher ± 60 o. Pada saat melakukan

10 perilaku ini posisi walet sedang menggantung di bibir sarang (Gambar 21a atau sedang berada di dalam sarang (Gambar 21b. Perilaku ini dilakukan untuk mengamati walet pasangan ketika terbang berkeliling di dalam ruang bersarang. Kegiatan ini biasanya berlangsung sebelum terbang berburu makanan pada pagi hari atau sesudah berburu makanan pada sore hari. (a (b Gambar 21 Walet sedang menoleh ke kanan dan ke kiri Frekuensi Perilaku Umum Walet Rumahan Perbandingan frekuensi perilaku fase pembuatan sarang, pengeraman, dan pengasuhan anak menunjukkan bahwa secara umum frekuensi perilaku umum walet paling tinggi berlangsung pada fase pembuatan sarang. Perilaku menelisik bulu berdua paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang (34.54 kali/hari. Frekuensi perilaku ini semakin menurun pada fase pengeraman dan pengasuhan anak (Gambar 22. Frekuensi perilaku menelisik bulu sendiri paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang (45.08 kali/hari. Perilaku ini menurun pada fase pengeraman, dan meningkat kembali pada fase pengasuhan anak. Frekuensi perilaku berdiam diri paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang. Perilaku ini paling dominan dibanding perilaku umum lainnya (91.62 kali/hari. Pada fase pengeraman dan pengasuhan anak, frekuensi perilaku ini makin menurun (Gambar 22. Frekuensi perilaku terbang meninggalkan sarang paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang (17.15 kali/hari Perilaku ini makin menurun pada fase pengeraman dan pengasuhan anak. Frekuensi perilaku datang ke sarang

11 tertinggi pada fase pembuatan sarang (16.62 kali/hari. Perilaku ini makin menurun pada fase pengeraman dan pengasuhan anak (Gambar 22. Keterangan: U1 Menelisik bulu berdua U2 Menelisik bulu sendiri U3 Berdiam diri/istirahat U4 Terbang meninggalkan sarang U5 Datang ke sarang U6 Membuang kotoran U7 Berpindah tempat (kiri/kanan U8 Membentangkan sayap U9 Menoleh (kiri/kanan Gambar 22 Perbandingan frekuensi perilaku pada fase pembuatan sarang, pengeraman dan pengasuhan anak Frekuensi perilaku membuang kotoran paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang (8.92 kali/hari. Frekuensi menurun pada fase pengeraman dan meningkat pada fase pengasuhan anak. Frekuensi tertinggi perilaku berpindah tempat ke sisi kanan dan kiri pasangan berlangsung pada fase pembuatan sarang (21.46 kali/hari. Frekuensi perilaku ini menurun tajam pada fase pengeraman dan meningkat kembali pada fase pengasuhan anak (Gambar 22. Perilaku membentangkan sayap paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang (12.69 kali/hari. Frekuensi menurun tajam pada fase pengeraman dan meningkat pada fase pengasuhan anak. Frekuensi tertinggi perilaku menoleh ke kanan dan kiri berlangsung pada fase pembuatan sarang (19.31 kali/hari. Frekuensi makin menurun pada fase pengeraman dan pengasuhan anak (Gambar 22. Durasi Perilaku Umum Walet Rumahan Perilaku berdiam diri/istirahat merupakan perilaku yang berdurasi paling tinggi dibanding perilaku umum lainnya. Perilaku berdiam diri pada fase

12 pembuatan sarang berlangsung selama menit/hari. Durasi menurun pada fase pengeraman dan meningkat pada fase pengasuhan anak (Gambar 23. Perilaku menelisik bulu berdua paling sering dilakukan pada fase pembuatan sarang (47.56 menit/hari. Durasi menurun tajam pada fase pengeraman dan makin menurun pada fase pengasuhan anak. Perilaku menelisik bulu sendiri berdurasi tertinggi pada fase pembuatan sarang (89.71 menit/hari. Durasi menurun tajam pada fase pengeraman dan meningkat selama fase pengasuhan anak (Gambar 23. Perilaku berdiam diri berdurasi tertinggi pada fase pembuatan sarang ( menit/hari. Durasi menurun tajam pada fase pengeraman dan meningkat kembali selama fase pengasuhan anak (Gambar 23. Durasi perilaku terbang meninggalkan sarang pada fase pengeraman lebih tinggi dibanding pada fase pembuatan sarang dan pengasuhan anak (10.61 menit/hari. Perilaku datang ke sarang berdurasi tertinggi pada fase pembuatan sarang (6.54 menit/hari. Durasi perilaku ini makin menurun pada fase pengeraman dan pengasuhan anak (Gambar 23. Perilaku membuang kotoran berdurasi paling tinggi berlangsung pada fase pembuatan sarang (0.94 menit/hari kemudian menurun menjadi 0.08 menit/hari pada fase pengeraman, dan sedikit meningkat menjadi 0.16 menit/hari selama fase pengasuhan anak. Perilaku berpindah tempat berdurasi tertinggi berlangsung pada fase pembuatan sarang (2.06 menit/hari kemudian menurun menjadi 0.05 menit/hari pada fase pengeraman, dan sedikit meningkat menjadi 0,16 menit/hari selama fase pengasuhan anak (Gambar 23. Perilaku berpindah tempat ke sisi kanan atau kiri pasangan berdurasi paling tinggi pada fase pembuatan sarang (2.06 menit/hari. Durasi menurun pada fase pengeraman dan meningkat selama pengasuhan anak. Perilaku membentangkan sayap berdurasi tertinggi pada fase pembuatan sarang (3.83 menit/hari. Durasi menurun pada fase pengeraman dan meningkat selama fase pengasuhan anak. Perilaku menoleh ke kanan dan ke kiri bedurasi tertinggi pada fase pembuatan sarang (20.29 menit/hari. Durasi perilaku ini semakin menurun pada fase pengeraman dan pengasuhan anak (Gambar 23.

13 !" # Gambar 23 Perbandingan durasi perilaku pada fase pembuatan sarang, pengeraman dan pengasuhan anak B. Perilaku Khusus Walet Rumahan Perilaku khusus adalah perilaku yang hanya berlangsung pada tiap-tiap fase. Perilaku pada fase pembuatan sarang yaitu: 1 membangun sarang, 2 menjauhi sarang, dan 3 melakukan perkawinan. Perilaku pada fase pengeraman yaitu: 1 mengerami telur, 2 membetulkan posisi telur, serta 3 memperbaiki sarang. Perilaku pada fase pengasuhan anak yaitu: 1 memberi makan anak, 2 mendekap tubuh anak, 3 menelisik bulu kepala dan leher anak, serta 4 berpindah tempat ke sisi bawah sarang dan kembali ke tempat semula. B.1 Perilaku Khusus pada Fase Pembuatan Sarang Walet Rumahan 1. Perilaku membangun sarang Walet yang telah memiliki pasangan akan mencari tempat untuk membuat sarang. Salah satu dari pasangan walet mencari dan menentukan sirip bakal tempat sarang. Sirip tempat sarang biasanya merupakan sirip yang pernah ditempati walet bersarang. Hal ini dibuktikan oleh hasil rekaman kamera yang diarahkan pada sirip yang terdapat sisa pondasi sarang. Kamera berhasil merekam perilaku sepasang walet ketika membangun sarang pada sirip tersebut. Bahan untuk membuat sarang seluruhnya terbuat dari air liur. Pembangunan sarang dilakukan dengan menggunakan paruh. Dengan menekankan paruh secara berulang maka serabut air liur dapat menempel pada sirip. Kegiatan ini diulang Keterangan: U1 Menelisik bulu berdua U2 Menelisik bulu sendiri U3 Berdiam diri/istirahat U4 Terbang meninggalkan sarang U5 Datang ke sarang U6 Membuang kotoran U7 Berpindah tempat (kiri/kanan U8 Membentangkan sayap U9 Menoleh (kiri/kanan

14 terus-menerus sampai terbentuk mangkok sarang yang sempurna. Ada dua posisi walet ketika membangun sarang. Pertama, walet dalam posisi vertikal, kaki mencengkeram sirip, kepala dan paruh menghadap bakal sarang (Gambar 24a. Kedua, walet berada di atas bakal sarang dengan posisi horizontal sejajar dengan bakal sarang, dan kepala menghadap ke bakal sarang (Gambar 24b. Sarang dibangun oleh pasangan walet secara bergantian. Proporsi lama waktu membangun sarang antara walet jantan dan betina tidak diketahui, karena walet tidak memiliki dimorfisme seksual. (a Gambar 24 Walet membangun sarang dengan posisi vertikal (a dan posisi horizontal (b 2. Perilaku menjauhi sarang Pada saat salah satu pasangan walet sedang membangun sarang, pasangan lainnya segera menjauh dari bakal sarang. Pasangan dapat berpindah ke sisi atas bakal sarang, bawah sarang, atau sisi kanan-kiri bakal sarang (Gambar 25. Perilaku ini berguna untuk memberi ruang gerak leluasa pada pasangannya ketika sedang membangun sarang. (b Gambar 25 Walet sedang bergerak menjauhi sarang agar walet pasangan leluasa membangun sarang 3. Perilaku kawin Tidak seperti jenis burung lainnya, walet tidak melakukan perilaku percumbuan (courtship terlebih dahulu sebelum melakukan perkawinan. Perilaku

15 kawin biasanya berlangsung tiba-tiba ketika keduanya sedang dalam keadaan berdiam diri, menelisik bulu sendiri atau pada saat walet betina sedang membangun sarang. Pada aktivitas kawin, walet jantan berada di punggung betina sambil mengepakkan sayap untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Kloaka jantan didekatkan pada kloaka betina (Gambar 26. Setelah melakukan perkawinan walet jantan berpindah ke sisi kanan atau kiri walet betina. Gambar 26 Perilaku kawin walet. Walet jantan dengan sayap tetap mengepak berada di punggung betina yang sedang tergantung pada bibir sarang Frekuensi Perilaku Khusus pada Fase Pembuatan Sarang Walet Rumahan Perilaku membuat sarang memiliki frekuensi semakin meningkat sampai hari ke-19 (53 kali/hari. Frekuensi semakin menurun menjelang sarang terbentuk sempurna pada hari ke-38 (Gambar 27. Selama fase pembuatan sarang, frekuensi perilaku membangun sarang memiliki rataan kali/hari (Gambar 28a atau 11.11% dari seluruh perilaku (Gambar 28b. Gambar 27 Frekuensi perilaku khusus pada fase pembuatan sarang walet

16 Frekuensi perilaku menjauhi sarang meningkat sampai hari ke-13 (14 kali/hari. Frekuensi semakin menurun sampai dengan hari ke-38 (Gambar 27. Selama fase pembuatan sarang, walet memiliki frekuensi perilaku menjauhi sarangnya memiliki rataan kali/hari (Gambar 28a atau 5.18% dari seluruh perilaku (Gambar 28b. (a Menoleh (kiri/kanan, Membangun sarang, Membentangkan sayap, Menjauhi sarang, 5.85 Berpindah tempat (kekiri/kekanan, Kawin, Membuang kotoran, 8.92 Datang ke sarang, Menelisik bulu berdua, Terbang meninggalkan sarang, Menelisik bulu sendiri, Berdiam diri/istirahat, (b Menoleh (kiri/kanan 6.02% Membentangkan sayap 3.96% Membangun sarang 11.11% Menjauhi sarang 1.82% Berpindah tempat (kekiri/kekanan 6.70% Kawin 3.62% Membuang kotoran 2.78% Datang ke sarang 5.18% Menelisik bulu berdua 10.78% Terbang meninggalkan sarang 5.35% Menelisik bulu sendiri 14.07% Berdiam diri/istirahat 28.59% Gambar 28 Rataan frekuensi perilaku pada fase pembuatan sarang (a; persentase rataan frekuensi perilaku pada fase pembuatan sarang (b

17 Frekuensi perilaku kawin semakin meningkat sampai menjelang proses pembuatan sarang selesai (29 kali/hari (Gambar 27. Selama fase pembuatan sarang, frekuensi perilaku kawin walet memiliki rataan kali/hari (Gambar 28a atau 3.62% dari seluruh perilaku (Gambar 28b. Durasi Perilaku Khusus pada Fase Pembuatan Sarang Walet Rumahan Durasi perilaku pada fase pembuatan sarang menunjukkan bahwa durasi perilaku membangun sarang meningkat secara perlahan sampai hari ke-19 ( menit/hari. Frekuensi kemudian menurun pada hari ke-22 dan meningkat lagi sampai hari ke-31 ( menit/hari. Hari ke-34 menurun tajam selanjutnya relatif konstan sampai hari ke-38 (Gambar 29a. Durasi perilaku membangun sarang pada fase ini memiliki rataan 2.71 menit/perilaku atau menit/hari (Gambar 30a atau 14.82% dari seluruh perilaku (Gambar 30b. (a (b Gambar 29 Durasi perilaku khusus pada fase pembuatan sarang walet: (a membangun sarang, (b menjauhi dan kawin

18 Perilaku menjauhi sarang memiliki durasi tinggi antara hari ke-1 sampai dengan puncak pada hari ke-13 (1.95 menit/hari kemudian menurun sampai hari ke-38 (Gambar 29b. Durasi perilaku menjauhi sarang memiliki rataan 5.21 detik/perilaku atau 0.51 menit/hari (Gambar 30a atau 0.08% dari seluruh perilaku (Gambar 30b. Perilaku kawin memiliki durasi relatif konstan sampai hari ke-19. Durasi meningkat mulai hari ke-22 sampai hari ke-38 (4.20 menit/hari (Gambar 29b. Durasi perilaku kawin memiliki rataan 9.72 detik/perilaku atau 1.88 menit/hari (Gambar 30a atau 0.29% dari seluruh perilaku (Gambar 30b. (a (b Berdiam diri/istirahat, Berdiam diri/istirahat 58.40% Perilaku lainnya, Perilaku lainnya 5.33% Membangun sarang, Membangun sarang 14.82% Menjauhi sarang, 0.51 Kawin, 1.88 Menelisik bulu berdua, Menelisik bulu sendiri, Menjauhi sarang 0.08% Kawin 0.29% Menelisik bulu berdua 7.30% Menelisik bulu sendiri 13.77% Gambar 30 Rataan durasi perilaku pada fase pembuatan sarang (a; persentase rataan durasi perilaku pada fase pembuatan sarang walet (b

19 B.2 Perilaku Khusus pada Fase Pengeraman 1. Perilaku mengerami telur Walet mengerami telur secara bergantian. Pengeraman ini bertujuan agar embrio di dalam telur mendapatkan panas konstan dari tubuh walet induk. Cara mengerami telur pada walet yaitu salah satu dari pasangan walet masuk ke dalam mangkok sarang. Walet mengerami telur dengan permukaan perutnya. Telur-telur ini selalu mendapatkan transfer panas dari walet induk. Kegiatan pengeraman berlangsung sepanjang hari. Ketika salah satu walet sedang mengerami telur, walet pasangan menggantung pada bibir sarang (Gambar 31a. Perilaku tersebut berlangsung pada malam hari. Pada siang hari biasanya walet mengerami telur tanpa ditunggui pasangannya (Gambar 31b. Perilaku walet mengerami telur biasanya dilakukan secara bergantian diantara anggota pasangan. Dengan mendorongkan kepala ke sisi perut walet pengeram telur maka walet pasangan menggantikan posisi mengeram (Gambar 32. Walet yang digantikan berpindah tempat bertengger pada bibir sarang. (a (b Gambar 31 Walet mengerami telur. Satu walet mengeram dan walet pasangan menggantung di bibir sarang (a; hanya satu walet yang mengeram (b Walet yang menggantikan mengeram Walet yang digantikan Gambar 32 Salah satu walet mendorongkan kepala di bawah perut pasangannya agar dapat menggantikan posisi mengeram

20 2. Perilaku membetulkan posisi telur Perilaku membetulkan posisi telur dilakukan pada waktu mengeram. Walet induk beberapa kali mengubah arah posisi mengeram. Ketika posisi telur tidak mendapatkan panas merata maka walet mengubah posisi telurnya. Walet menjepit telur dengan paruhnya sambil memutar letak telur agar sejajar dengan telur lainnya (Gambar 33. Gambar 33 Perilaku walet membetulkan posisi telur yang sedang dierami. Walet memutar posisi telur dengan menggunakan paruhnya 3. Perilaku kawin Perilaku kawin pada fase ini biasanya berlangsung ketika walet betina sedang beristirahat. Aktivitas kawin pada fase ini hampir sama dengan fase pembuatan sarang. Walet jantan berada di punggung betina sambil mengepakkan sayap untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Kloaka jantan didekatkan ke kloaka betina. Kepala walet betina menghadap ke jantan sambil melakukan sentuhan paruh (Gambar 34. Gambar 34 Perilaku kawin pada fase pengeraman. Setelah walet betina mengeram, jantan di punggung betina sambil mengepakkan sayap. Keduanya saling bersentuhan paruh bersamaan dengan kopulasi 4. Perilaku memperbaiki sarang Pada waktu mengeram, walet masih tetap menggunakan air liur sebagai bahan baku sarangnya. Perilaku ini hanya berfungsi sebagai usaha merawat sarang dan menambah ketinggian bibir sarang. Walet menambah ketinggian bibir sarang

21 pada posisi sedang mengeram. Walet menekankan paruh pada bibir sarang yang berbentuk huruf U sambil memutar posisi tubuhnya hingga 180 o (Gambar 35. Gambar 35 Walet memperbaiki sarang. Dengan posisi tetap mengeram walet dapat menambah ketinggian bibir sarang Frekuensi Perilaku pada Fase Pengeraman Frekuensi perilaku pada fase pengeraman menunjukkan bahwa pola perilaku walet mengerami telur memiliki dua puncak, yaitu hari ke-4 (61 kali/hari dan hari ke-16 (72 kali/hari. Frekuensi semakin menurun sampai pada hari ke-25. (Gambar 36. Frekuensi perilaku selama fase pengeraman mengerami telur mempunyai rataan kali/hari atau 39.04% dari seluruh perilaku. Perilaku mengerami telur merupakan perilaku dominan pada fase ini (Gambar 37. $% " " &' ( " & Gambar 36 Frekuensi perilaku khusus walet pada fase pengeraman Frekuensi membetulkan posisi telur berfluktuasi sampai hari ke-16. Selanjutnya frekuensi perilaku ini semakin menurun sampai pada hari ke-25 (Gambar 36. Selama fase pengeraman, frekuensi perilaku membetulkan posisi telur mempunyai rataan 5.33 kali/hari atau 3.77% dari seluruh perilaku (Gambar 37.

22 (a Datang ke sarang, Perilaku lainnya, 5.55 Terbang meninggalkan sarang Mengerami telur, Berdiam diri/istirahat, Menelisik bulu sendiri, Menelisik bulu berdua, 13 Memperbaiki sarang, 8.44 Membetulkan posisi telur, 5.33 Kawin, 4.33 (b Datang ke sarang Terbang meninggalkan 8.41% sarang 8% Berdiam diri/istirahat 10.53% Perilaku lainnya 3.92% Mengerami telur 39.04% Menelisik bulu sendiri 7.70% Menelisik bulu berdua 9.19% Memperbaiki sarang 5.97% Membetulkan posisi telur 3.77% Kawin 3.06% Gambar 37 Rataan frekuensi perilaku pada fase pengeraman (a dan persentase rataan frenkuensi perilaku pada fase pengeraman (b Frekuensi perilaku kawin pada pasangan walet memiliki pola semakin menurun. Frekuensi kawin tertinggi pada hari ke-1 (19 kali/hari, selanjutnya menurun sampai hari ke-10. Walet tidak melakukan perkawinan mulai hari ke-13 sampai telur menetas pada hari ke 25 (Gambar 36. Selama fase pengeraman,

23 frekuensi perilaku kawin pasangan walet memiliki rataan 4.33 kali/hari atau 3.06% dari seluruh perilaku (Gambar 37. Frekuensi perilaku memperbaiki sarang memiliki pola menurun. Frekuensi tertinggi pada hari ke-1 (19 kali/hari, dan menurun sampai telur menetas pada hari ke-25 (Gambar 36. Frekuensi perilaku memperbaiki sarang memiliki rataan 8.44 kali/hari atau 5.97% dari seluruh perilaku (Gambar 37. Durasi Perilaku pada Fase Pengeraman Durasi perilaku mengeram pada fase ini meningkat sampai hari ke-10. Selanjutnya konstan sampai dengan hari ke-22 ( menit/hari. Menjelang fase pengeraman selesai pada hari ke-25 durasi mengerami telur menurun tajam (Gambar 38a. Pada fase ini mengerami telur merupakan perilaku yang memiliki durasi paling tinggi, yaitu dengan rataan menit/perilaku atau menit/hari (Gambar 39a atau 91.25% dari seluruh perilaku (Gambar 39b. Durasi perilaku walet membetulkan posisi telur meningkat hingga hari ke- 13 (2,97 menit/hari, kemudian menurun perlahan sampai hari ke-25 (Gambar 38c. Durasi membetulkan posisi telur memiliki rataan detik/perilaku atau 0.99 menit/hari (Gambar 39a atau 0.08% dari seluruh perilaku (Gambar 39b. Durasi perilaku kawin memiliki pola menurun. Durasi tertinggi di hari ke-1 (3.42 menit/hari kemudian terus menurun sampai hari ke-10. Walet tidak kawin mulai hari ke-13 sampai dengan fase pengeraman selesai (Gambar 38c. Diduga penurunan durasi perilaku kawin dilakukan agar pasangan walet lebih berkonsentrasi pada pengeraman. Durasi perilaku kawin memerlukan waktu rataan 8.74 detik/perilaku atau 0.63 menit/hari (Gambar 39a atau 0.05% dari seluruh perilaku (Gambar 39b. Durasi perilaku memperbaiki sarang memilki pola semakin menurun. Durasi tertinggi terdapat pada hari ke-1 (34.12 menit/hari. Durasi turun-naik sampai hari ke-13. Selanjutnya, durasi semakin menurun sampai hari ke-25 (Gambar 38b. Durasi perilaku memperbaiki sarang memiliki rataan 2.24 menit/perilaku atau menit/hari (Gambar 39a atau 1.52% dari seluruh perilaku (Gambar 39b.

24 (a! # $% " " &' ( " & (b! # $% " &' ( " & (c! # $% " &' ( Gambar 38 Durasi perilaku khusus walet pada fase pengeraman: (a mengerami telur, (b memperbaiki sarang, (c membetulkan posisi telur dan kawin

25 (a (b Membetulkan posisi telur, 0.99 Memperbaiki sarang, Kawin, 0.63 Memperbaiki sarang 1.52% Membetulkan posisi telur 0.08% Kawin 0.05% Berdiam diri/istirahat, Perilaku lainnya, Berdiam diri/istirahat 3.35% Mengerami telur, Perilaku lainnya 3.75% Mengerami telur 91.26% Gambar 39 Rataan durasi perilaku pada fase pengeraman (a; persentase rataan durasi perilaku pada fase pengeraman (b B.3 Perilaku Khusus pada Fase Pengasuhan Anak 1. Perilaku memberi makan anak Anak walet selama berada di dalam sarang masih dalam pengasuhan kedua induknya. Pakan anak walet selama fase pengasuhan berasal dari kedua induknya. Ada dua variasi posisi ketika induk walet memberi makan anaknya. Pertama, walet induk mencengkeramkan kakinya pada bibir sarang. Walet induk berada di atas bibir sarang, kemudian mendekatkan paruh berisi makanan ke paruh anak. Anak walet membuka lebar paruhnya sambil menerima gumpalan makanan dari

26 paruh induknya (Gambar 40a. Kedua, posisi walet induk menggantung pada bibir sarang. Paruh induk berada persis di atas bibir sarang. Anak walet memajukan paruh dalam keadaan terbuka untuk menerima gumpalan makanan dari paruh induknya (Gambar 40b. Gambar 40 Perilaku induk walet memberi makan anak dengan posisi bertengger di atas bibir sarang (a, dan posisi menggantung pada bibir sarang (b 2. Perilaku mendekap tubuh anak Perilaku mendekap dilakukan dengan menempatkan anak walet di sela sayap dan tubuh walet induk. Perilaku walet induk mendekap tubuh anaknya memiliki tiga variasi. Pertama, salah satu walet induk menempati seluruh area sarangnnya dengan posisi tubuh horizontal sejajar dengan sirip. Perilaku ini dilakukan pada pukul ketika hanya terdapat satu walet induk (Gambar 41a. Pada waktu bersamaan walet induk pasangannya sedang berburu makanan. (a (b (a (b (c Gambar 41 Perilaku mendekap anak. Satu walet induk menempati mangkok sarang (a; pasangan walet induk bertengger saling berhadapan di bibir sarang (b; salah satu walet induk berada di dalam mangkok sarang dan pasangannya menggantung pada bibir sarang (c Kedua, anak walet berada di bagian tengah sarang, sedangkan kedua induknya saling berhadapan di ujung bibir sarang yang berlawanan arah (Gambar

27 41b. Ketiga, salah satu walet induk berada di dalam sarang sedang mendekap anaknya, sedangkan pasangannya menggantung pada bibir sarang (Gambar 41c. 3. Perilaku menelisik bulu kepala dan leher anak Perilaku ini hanya dilakukan pada waktu tertentu, misalnya ketika induk walet sedang mendekap anak tiba-tiba anak walet bergerak-gerak. Untuk mengurangi gerakan anaknya, maka induk walet menelisik bulu kepala/leher anaknya. Walet induk menelisik bulu anak menggunakan paruh yang dipatukpatukkan pada kepala/leher anaknya secara perlahan. Dengan perilaku ini walet memastikan anak tetap berada di dalam mangkok sarang (Gambar 42. induk anak Gambar 42 Perilaku induk walet menelisik bulu kepala anak. Perilaku ini berguna mengurangi gerak tubuh anak agar tetap di dalam mangkok sarang 4. Perilaku pindah ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang Selama masa pengasuhan, anak walet sering bergerak, misalnya belajar bertengger di bibir sarang, belajar menelisik bulu dan mengepakkan sayap. Untuk menjaga agar anaknya tetap berada di dalam sarang, salah satu induk walet berpindah tempat ke sisi bawah sarang. Apabila anak walet dalam posisi yang tidak berbahaya, maka induk walet kembali naik dan bertengger di bibir sarang (Gambar 43. Gambar 43 Induk walet pindah ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang. Perilaku ini bertujuan mencegah anak keluar dari mangkok sarang

28 Frekuensi perilaku pada fase pengasuhan anak Perilaku induk walet memberi makan anak memiliki pola menurun. Frekuensi puncak pada hari ke-1 (10 kali/hari. Frekuensi perilaku semakin menurun sampai hari ke-31. Pada hari ke-34 dan ke-40 induk tidak memberi makan anaknya. Pada hari ke-42, induk masih sempat memberi makan anaknya (1 kali/hari (Gambar 44. Selama fase pengasuhan anak, perilaku induk walet memberi makan anak memiliki rataan 3.47 kali/hari (Gambar 45a atau 2.23% dari seluruh perilaku (Gambar 45b. Frekuensi mendekap anak berfluktuasi dengan pola menurun. Perilaku ini memiliki frekuensi puncak pada hari ke-7 (69 kali/hari, Frekuensi perilaku semakin menurun sampai pada hari ke-42 (Gambar 44. Selama fase pengasuhan anak, frekuensi walet induk mendekap anak memiliki rataan kali/hari (Gambar 45a atau 35.62% dari seluruh perilaku (Gambar 45b. $% " " *& " &* * + Gambar 44 Frekuensi perilaku khusus walet pada fase pengasuhan anak Induk walet menelisik bulu kepala dan leher anak dilakukan pada hari ke- 25. Frekuensi puncak berada di hari ke-34 (18 kali/hari. Frekuensi semakin menurun sampai pada hari ke-42 (1 kali/hari (Gambar 44. Selama fase

29 pengasuhan anak, frekuensi induk walet menelisik bulu kepala dan leher anak memiliki rataan 3.93 kali/hari (Gambar 45a atau 2.53% (Gambar 45b. (a Datang ke sarang, 8.93 Terbang meninggalkan sarang, 8.60 Berdiam diri/istirahat, Pindah posisi ke samping kanan/kiri pasangan, 3.87 Membuang kotoran, 5.53 Membentangkan sayap, 2.80 Menoleh ke kirikanan, 1.67 Memberi makan anak, 3.47 Mendekap tubuh anak, Menelisik bulu sendiri, Menelisik bulu berdua, Pindah ke sisi bawah sarang/kembali ke bibir sarang, Menelisik bulu kepala dan leher anak, 3.93 (b Membuang kotoran 3.56% Datang ke sarang 5.74% Terbang meninggalkan sarang 5.53% Berdiam diri/istirahat 7.97% Pindah posisi ke samping kanan/kiri pasangan 2.49% Membentangkan sayap 1.80% Menoleh ke kirikanan 1.07% Memberi makan anak 2.23% Mendekap tubuh anak 35.62% Menelisik bulu sendiri 12.43% Menelisik bulu berdua 7.84% Menelisik bulu kepala dan leher anak 2.53% Pindah ke sisi bawah sarang/kembali ke bibir sarang 11.19% Gambar 45 Rataan frekuensi perilaku walet pada fase pengasuhan anak (a; persentase rataan frekuensi perilaku walet fase pengasuhan anak (b

30 Frekuensi perilaku walet berpindah posisi ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang berfluktuasi. Frekuensi perilaku ini bergantung pada seringnya pergerakan anak walet di dalam sarang. Frekuensi puncak perilaku ini berada pada hari ke-13 (37 kali/hari. Frekuensi menurun sampai hari ke-40 (Gambar 44. Selama fase pengasuhan anak, induk walet pindah ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang mempunyai rataan kali/hari (Gambar 45a atau 11.19% (Gambar 45b. Durasi perilaku pada fase pengasuhan anak Durasi induk memberi makan anaknya memiliki pola menurun. Puncak durasi terjadi pada hari ke-1 (5.18 menit/hari. Durasi perilaku ini semakin menurun sampai hari ke-42 (0.18 menit/hari (Gambar 46b. Selama fase pengasuhan anak, durasi induk walet memberi makan anak mempunyai rataan detik/perilaku atau 1.52 menit/hari (Gambar 47a atau 0.19% dari seluruh perilaku (Gambar 47b. Perilaku induk walet mendekap anaknya selama masa pengasuhan anak semakin menurun. Puncak durasi terjadi pada hari ke-1 ( menit/hari, kemudian menurun sampai dengan hari ke-42 ( menit/hari (Gambar 46a. Selama fase pengasuhan anak, perilaku induk walet mendekap anaknya mempunyai rataan menit atau menit/hari (Gambar 47a atau 85.70% dari seluruh perilaku (Gambar 47b. Perilaku induk walet menelisik bulu kepala dan leher anaknya dimulai hari ke-25. Puncak durasi perilaku ini terjadi pada hari ke-34 (8.93 menit/hari, kemudian semakin menurun sampai hari ke-42 (Gambar 46b. Selama fase pengasuhan anak, durasi induk walet menelisik bulu kepala anaknya mempunyai rataan detik/perilaku atau 2.37 menit/hari (Gambar 47a atau 0.30% dari seluruh perilaku (Gambar 47b. Perilaku induk walet berpindah tempat ke sisi bawah sarang dan kembali ke bibir sarang secara umum berlangsung kurang dari 1 menit/hari, kecuali pada hari ke-13 (5.40 menit/hari dan ke-31 berlangsung selama 1.38 menit/hari (Gambar 46b. Durasi Perilaku induk walet berpindah tempat ke sisi bawah sarang dan

31 kembali ke bibir sarang mempunyai rataan 2.98 detik/perilaku atau 0.87 menit/hari (Gambar 47a atau 0.11% dari seluruh perilaku (Gambar 47b. (a (b! #! # $% " " *& " &* * + " " &* $% * + Gambar 46 Durasi perilaku khusus walet pada fase pengasuhan anak: (a mendekap tubuh anak, (b memberi makan anak, menelisik bulu/leher anak, dan pindah ke sisi bawah/kembali ke bibir sarang

32 (a (b Menelisik bulu berdua, Pindah ke sisi baw ah sarang/kembali ke bibir sarang, 0.87 Menelisik bulu kepala dan leher anak, 2.37 Menelisik bulu berdua 1.77% Pindah ke sisi baw ah sarang/kembali ke bibir sarang 0.11% Menelisik bulu kepala dan leher anak 0.30% Menelisik bulu sendiri, Menelisik bulu sendiri 3.26% Berdiam diri/istirahat, (a Berdiam diri/istirahat 8.27% Perilaku lainnya, 3.29 Memberi makan anak, 1.52 Mendekap tubuh anak, Perilaku lainnya 0.41% Memberi makan anak 0.19% Mendekap tubuh anak 85.70% Gambar 47 Rataan durasi perilaku walet pada fase pengasuhan anak (a; persentase rataan durasi perilaku walet fase pengasuhan anak (b Kondisi Habitat Mikro Walet Rumahan Fase pembuatan sarang berlangsung bulan Oktober-Nopember. Fase pengeraman terjadi bulan Nopember-Desember. Fase pengasuhan anak pada bulan Desember-Januari. Suhu ruang bersarang walet yaitu o C (Gambar 48. Suhu tertinggi berada pada bulan Oktober dan menurun sampai bulan Desember. Kelembaban relatif di dalam ruang bersarang 81-90%. Kelembaban tertinggi

33 terjadi pada bulan Oktober sebesar 90% dan stabil 81% pada bulan Desember- Januari (Gambar 49. Suhu ( o C Suhu pk Suhu pk Suhu pk Suhu pk Sept'08 Okt'08 Nov'08 Des'08 Jan'09 Periode Pengamatan Gambar 48 Suhu di dalam ruang bersarang walet Kelembaban (% Kelembaban pk Kelembaban pk Kelembaban pk Kelembaban pk Sept'08 Okt'08 Nov'08 Des'08 Jan'09 Periode Pengamatan Gambar 49 Kelembaban relatif di dalam ruang bersarang walet

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah walet milik Ir. H. Ubaidillah Thohir, S.Pd. mulai bulan Agustus 2008 sampai Januari 2009. Lokasi penelitian di Desa Meriyunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Karakteristik Burung Walet

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Karakteristik Burung Walet TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Nama baku burung walet di dalam bahasa Indonesia adalah Walet Sarang Putih (MacKinnon et al. 1992). Di dalam publikasi ilmiah terdapat dua versi nama latin walet

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mega Bird and Orchid farm, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa 22 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jumlah Waktu dan Frekuensi Grooming Monyet Ekor Panjang Pelaku pada perilaku grooming monyet ekor panjang adalah Jantan Dewasa (JD), Betina Dewasa (BD),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi alon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 9 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 9 PERNYATAAN

Lebih terperinci

7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan

7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan 7. PEMBAHASAN UMUM Morfologi Gonad dan Kelenjar Mandibularis Walet Linchi Dari hasil pengamatan selama 12 bulan terhadap perubahan morfologi yang terjadi pada gonad jantan dan betina. Tampak perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM

PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM PERILAKU SELAMA PERIODE PERKEMBANGBIAKAN PADA BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) RUMAHAN DI KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK ERHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 9 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA

SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA Lasarus Setyo P 1, Natalia Damastuti 2 1, 2, Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

Daftar Isi. Pencegahan...2 CATATAN KHUSUS UNTUK MONITOR LCD...2. Isi dalam kardus...3. Petunjuk Pemasangan...3. Merakit Monitor...3. Perhatikan...

Daftar Isi. Pencegahan...2 CATATAN KHUSUS UNTUK MONITOR LCD...2. Isi dalam kardus...3. Petunjuk Pemasangan...3. Merakit Monitor...3. Perhatikan... Daftar Isi Pencegahan...2 CATATAN KHUSUS UNTUK MONITOR LCD...2 Isi dalam kardus...3 Petunjuk Pemasangan...3 Merakit Monitor...3 Perhatikan...4 Mengepak Kembali Monitor...4 Menyesuaikan Sudut Penglihatan...4

Lebih terperinci

Momoa. Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn. PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Cetakan Pertama: November 2012

Momoa. Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn. PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Cetakan Pertama: November 2012 Momoa Momoa Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn Copyright 2012 Hans Post, Kees Heij, Lies van der Mijn Naskah : Hans Post dan Kees Heij Penerjemah : Indah Groeneveld Penyunting : Yuki HE Frandy Gambar

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk 2. Berdiri tanpa bantuan 3. Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian evaluasi pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan yang berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Analisis data dilaksanakan di Laboraturium

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik, dan pemrograman. Maka terbentuklah sebuah propeller display berbasis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Pemeliharaan dan Pakan Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa teras bendung di sebelah utara dan desa jeruk

Lebih terperinci

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting )

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting ) Pengambilan Gambar (Video Shooting ) Siswa dapat mendefenisikan Video Shooting Siswa dapat mendefenisikan df iik Kamera Video Siswa dapat mengklassifikasikan macam macam Kamera Video Siswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Percobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh Malon betina dewasaumur 4-5 bulan. Jumlah puyuh Malon yang dijadikan sampel sebanyak

Lebih terperinci

PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO

PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO Kampus Kreatif Sahabat Rakyat PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO Anita Mayasari, Diah I. D. Arini, Melkianus S. Diwi, Nur Asmadi Ostim Email : anita.mayasari11@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian mengenai teknik penangkaran dan analisis koefisien inbreeding jalak bali dilakukan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh

2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

Peringatan Sebelum Melakukan Instalasi

Peringatan Sebelum Melakukan Instalasi Peringatan Sebelum Melakukan Instalasi Segera matikan Kamera Jaringan bila terdeteksi adanya asap dan bau yang tidak biasa. Jauhkan Kamera Jaringan dari air. Jika Kamera Jaringan basah, segera matikan.

Lebih terperinci

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012 NAMA : KELAS : SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012 1. Sebuah partikel mula-mula dmemiliki posisi Kemudian, partikel berpindah menempati posisi partikel tersebut adalah...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu daerah yang berada di bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, secara

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1]

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari 2.1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging) BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS Kemampuan Fisik 1. Menggali (digging) Tikus terestrial akan segera menggali tanah jika mendapat kesempatan, yang bertujuan untuk membuat sarang, yang biasanya tidak melebihi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih, Tanggamus, Lampung. Waktu penelitian berlangsung selama 3 bulan antara bulan Januari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Pengujian Alat Dengan menggunakan berbagai metoda pengujian secara lebih akurat akan memudahkan dalam mengambil sebuah analisa yang berkaitan dengan percobaan yang dilakukan,

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Peta Konsep GERAK RITMIK

Peta Konsep GERAK RITMIK Gerak Ritmik Apakah kamu tahu tentang senam aerobik? Senam aerobik termasuk salah satu senam ritmik. Senam aerobik biasanya diiringi dengan musik dan dipandu oleh instruktur. Mengapa banyak orang yang

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR LAMPIRAN TUGAS Mata Kuliah Progran Studi Dosen Pengasuh : Fisika Dasar : Teknik Komputer (TK) : Fandi Susanto, S. Si Tugas ke Pertemuan Kompetensi Dasar / Indikator Soal Tugas 1 1-6 1. Menggunakan konsep

Lebih terperinci

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA 3.1 Alat Uji Kerusakan Bantalan Pada penelitian tugas akhir ini, alat uji yang digunakan adalah alat uji test rig yang digerakkan menggunakan sebuah motor dan

Lebih terperinci

Apa kata Isaac Newton tentang pergerakan manusia dan benda-benda?

Apa kata Isaac Newton tentang pergerakan manusia dan benda-benda? Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan dalam lintasan lurus kecuali bila terdapat net force yang bekerja pada benda tersebut. Net force adalah

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Dok Layar

Buku Petunjuk Dok Layar Buku Petunjuk Dok Layar Edisi 1.0 ID Buku Petunjuk Dok Layar Daftar Isi Untuk keselamatan Anda 3 Tentang aksesori 4 Tombol dan komponen 5 Sambungkan aksesori ke monitor dan catu daya 6 Menyambungkan aksesori

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Penangkaran 5.1.1 Perkandangan Kandang merupakan salah satu syarat yang diperlukan di dalam penangkaran mambruk. Untuk membuat kandang mambruk sebaiknya tidak terlalu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

[Tingkah laku Ternak Unggas]

[Tingkah laku Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Tingkah laku Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Modul PraktikumBiologi Hewan Ternak 2016 2 Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati dalam

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm A. 2, 507 ± 0,01 B. 2,507 ± 0,005 C. 2, 570 ± 0,01 D. 2, 570 ± 0,005 E. 2,700 ±

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Super Ayam kampung super merupakan hasil dari proses pemuliaan yang bertujuan untuk peningkatan produksi daging. Dalam jangka pendek metode persilangan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia Indonesia kaya akan keanekaragaman spesies ikan hias. Indonesia memiliki 400 spesies ikan air tawar dari 1.100 jenis ikan hias air tawar yang ada

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci