TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet ( Collocalia fuciphaga) Habitat Burung Walet
|
|
- Suryadi Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet (Collocalia fuciphaga) Collocalia fuciphaga merupakan spesies dari burung walet yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Menurut MacKinnon (1995), spesies ini berukuran sedang (12 cm), tubuh bagian atas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan tungging abu-abu pucat, tubuh bagian bawah berwarna coklat, sayap berbentuk bulan sabit memanjang dan runcing, memiliki ekor yang menggarpu dan kuku yang tajam. Kedua jenis kelamin pada burung ini sulit dibedakan, memiliki bobot tubuh 8,7-14,8 gram (Dunning, 2008) dan bentang sayap mm (Campbell dan Lack, 1985). Menurut Campbell dan Lack (1985), burung ini bersifat monogami dan induk betina menghasilkan dua butir telur yang dierami oleh kedua induk selama 23±3 hari. Burung walet sarang putih memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Bird Life International, 2009): Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Apodiformes Famili : Apodidae Genus : Collocalia Spesies : Collocalia fuciphaga (Thunberg, 1812) Burung ini merupakan penerbang yang kuat, mampu terbang sekitar 40 jam secara terus menerus, menjelajahi home range dengan radius km (Mardiastuti et al., 1998). Burung walet menggunakan ekholokasi sehingga mampu terbang di tempat yang gelap (Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Sarang Collocalia fuciphaga terbentuk dari air liur burung tersebut yang mengeras (Mardiastuti et al., 1998). Habitat Burung Walet Habitat adalah tempat yang digunakan untuk mencari pakan, minuman dan berkembangbiak. Secara alami burung walet merupakan penghuni gua batu kapur yang dikelilingi hutan yang lebat (MacKinnon, 1995). Burung tersebut menggunakan langit-langit gua untuk menempelkan sarang sebagai tempat istirahat atau tidur dan 2
2 berbiak. Menurut Kepmenhut Nomor 449/Kpts-II/1999, burung walet (Collocalia fuciphaga) menempati habitat dua habitat, yaitu habitat alami dan habitat buatan. Habitat alami (In-Situ) burung walet adalah gua-gua alam, tebing/lereng bukit yang curam beserta lingkungannya sebagai tempat burung walet hidup dan berkembang biak secara alami, baik yang berada di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Habitat buatan (Ex-Situ) burung walet adalah bangunan sebagai tempat burung walet hidup dan berkembang biak. Habitat untuk burung walet dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelas, yaitu habitat makro dan mikro. Habitat Makro Burung Walet Habitat makro merupakan daerah tempat burung walet mencari pakan. Habitat makro burung walet adalah di sekitar pantai dan daerah yang ditumbuhi banyak tanaman atau hutan (Gosler, 2007). Habitat mencari pakan yang paling cocok untuk spesies Collocalia fuciphaga adalah campuran antara sawah dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%) yang terletak hingga m di atas permukaan laut (dpl) (Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Faktor pakan sangat bergantung dengan habitat makro, sehingga habitat makro sangat penting bagi kelangsungan hidup burung walet (Sumiati, 1998). Habitat Mikro Burung Walet Habitat mikro burung walet adalah tempat burung tersebut tinggal, bersarang, dan berkembangbiak. Habitat mikro tersebut ada dua, yaitu gua dan rumah, yang pada hakekatnya mempunyai sifat ekologis yang serupa dalam hal kelembaban, suhu, dan cahaya (Sumiati, 1998). Habitat mikro burung walet yang ideal adalah daerah yang mempunyai kondisi udara dengan suhu o C dan kelembaban 70-95% (Sofwan dan Winarso, 2005), tenang, aman, tersembunyi dan tidak banyak terganggu predator serta burung walet mudah menempelkan sarangnya dan mudah keluar masuk ruangan. Sedangkan intensitas cahaya yang disukai burung walet adalah mendekati 0 lux (gelap total) (Francis, 1987). Suhu yang terlalu rendah dapat mengurangi produktivitas sarang, sedangkan kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur pada tempat peletakan sarang dan terjadi pertumbuhan nyamuk pada genangan air di dalam rumah burung walet (Ibrahim et al., 2009). Selain itu, kondisi sirip burung walet yang 3
3 terlalu lembab juga tidak disukai burung walet karena dapat menyebabkan sarang mudah lepas dan terjatuh. Menurut Sawitri (2007), upaya untuk menstabilkan suhu dan kelembaban dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: (1) membuat lubang sirkulasi udara dengan PVC berdiameter 0,75-1 dengan jarak 60 cm di sepanjang dinding, (2) menyediakan air atau arang di dalam tempayan-tempayan, (3) memasang jaringan pipa air pada dinding, (4) membasahi permukaan tembok dan lantai dalam ruangan secara berkala, (5) membuat kolam depan rumah burung walet, (6) melapisi atap plafon dengan aluminium foil, sekam padi, atau kulit kerang, dan (7) memasang sprayer di atap rumah burung walet untuk pengkabutan, terutama pada musim kemarau. Selain itu, menurut Taufiqurohman (2002), dapat juga dilakukan dengan membuat saluran air atau kolam dan atap rumah burung walet berbahan genting. Kolam yang dibuat di atap bertujuan meredam panas radiasi matahari pada siang hari. Saat terbang dalam kegelapan di dalam gua maupun rumah burung walet, burung ini menggunakan daya ekholokasi untuk melakukan navigasi (Mardiastuti et al., 1998). Daya ekholokasi adalah suatu sistem yang digunakan oleh burung untuk mengenal keadaan lingkungan suatu tempat (terutama dalam keadaan gelap), dengan mengeluarkan suara putus-putus berfrekuensi tertentu dan kemudian menangkap kembali pantulan suara itu dengan telinganya untuk menentukan jarak dan arah dari benda yang memantulkannya. Menurut Thomassen dan Povel (2006), daya ekholokasi digunakan juga sebagai pendeteksi sarang milik burung walet tersebut. Rumah Burung Walet Burung walet berkembangbiak dan membuat sarang di gua-gua atau rumah burung walet. Rumah burung walet berbeda dengan gua, namun burung walet terbukti mampu beradaptasi dan dapat bersarang di dalamnya. Menurut Mardiastuti et al. (1998), jumlah rumah burung walet pada tahun 1998 diperkirakan mencapai sampai rumah yang sebagian besar terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera Utara. Rumah burung walet di Jawa banyak ditemukan di sepanjang pantai utara, dengan peningkatan pesat terjadi di Indramayu (Jawa Barat) dan Gresik (Jawa Timur) (Mardiastuti et al., 1998). Mardiastuti et al. (1998) menyatakan bahwa rumah burung walet dapat berupa bangunan tua, bangunan hasil rehabilitasi rumah seriti, atau bangunan baru 4
4 yang dikondisikan iklim mikronya sesuai habitat asli burung walet. Bangunan tua yang menjadi rumah burung walet pada umumnya berasal dari rumah-rumah tua peninggalan zaman Belanda. Secara umum bangunan tersebut berbentuk seperti gedung besar berukuran 10 x 15 m sampai 10 x 20 m, dengan ketinggian tembok 5-6 m. Menurut Taufiqurohman (2002), ruangan dapat dibuat bertingkat berdasarkan ketinggian minimum 2 m, setiap tingkat dipetak-petak lagi menjadi beberapa ruangan sehingga akan menciptakan suasana dalam gua-gua batu karang alami. Penggunaan ruangan oleh burung walet menurut Mardiastuti et al. (1998) terbagi menjadi tiga ruang (Gambar 1), yaitu: 1. Roving area adalah tempat untuk terbang berputar-putar di halaman rumah burung walet. Ukuran roving area tergantung banyaknya populasi burung walet. Setidaknya diberi lahan kosong di depan pintu burung walet seluas 4 x 4 x 4 m 3. Burung walet mempunyai kebiasaan terbang berputar-putar dulu di roving area sebelum masuk ke dalam rumah burung walet pada sore hari. 2. Roving room adalah ruangan di dalam rumah burung walet dan terletak setelah lubang masuk burung walet, berfungsi sebagai tempat terbang berputar-putar sebelum hinggap di tempat bersarang. 3. Resting/Nesting room adalah ruangan di dalam rumah burung walet tempat burung tersebut beristirahat pada malam hari. Ruangan tersebut juga berfungsi sebagai tempat untuk bersarang, biasanya terdiri dari sekat-sekat yang beraturan. Lubang masuk burung Pintu masuk Tampak samping Tampak depan Gambar 1. Denah Penempatan Ruang di dalam Rumah Burung Walet (Mardiastuti et al., 1998) 5
5 Atap rumah burung walet terbuat dari genteng dan berdinding bata plester tebal yang biasanya berkapur putih juga memiliki plafon dan wuwungan yang tinggi (empat meter atau lebih) (Mardiastuti et al., 1998). Kemiringan atap yang tajam baik digunakan untuk rumah burung walet di daerah panas karena memiliki sirkulasi udara yang baik dan menyejukkan udara di dalamnya. Rumah burung walet dalam kondisi tertutup dan hanya terdapat satu pintu untuk manusia, sedangkan lubang masuk burung walet dalam satu rumah biasanya terdapat lebih dari satu buah yang terletak di atas dengan tinggi minimum dua meter dari tanah. Lubang masuk burung walet berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang bervariasi namun cukup untuk burung walet bergerak bebas keluar masuk. Ukuran lubang tersebut pada umumnya adalah panjang 30 cm dan lebar atau tinggi cm. Posisi lubang ini sebaiknya tidak menghadap ke Timur atau Barat karena merupakan arah matahari terbit dan terbenam sehingga memungkinkan cahaya masuk ke dalam rumah secara langsung. Disamping itu, upaya lain untuk meminimalkan cahaya yang masuk dapat dilakukan dengan pemasangan karung goni di depan lubang masuk burung walet. Pakan Burung Walet Campbell dan Lack (1985) menyatakan bahwa burung walet adalah aerial insectivore, yaitu jenis burung yang menangkap serangga pada saat burung terbang. Menurut Mardiastuti et al. (1998), burung walet sering dijumpai berkumpul mencari pakan di tempat yang sama sehingga tampak bahwa burung walet mencari pakan secara bergerombol meskipun pada dasarnya burung walet mencari pakan secara soliter. Hal ini dikarenakan serangga pakan burung walet seringkali terdapat dalam suatu kumpulan yang besar. Jenis-jenis pohon yang sering didatangi burung walet adalah beringin (Ficus benjamina), kenari (Canarium commune), kihujan (Samanea saman), angsana (Pterocarpus indicus), dan flamboyan (Delonix regia). Selain itu, menurut MacKinnon (1995), pohon yang sering didatangi burung walet adalah pohon Ara (Ficus annulata) karena banyak tawon yang sering beterbangan di atasnya. Serangga pakan burung walet merupakan serangga yang sangat kecil, diperkirakan memiliki panjang 1 sampai 2 mm (Mardiastuti et al., 1998). Serangga pakan burung walet yang terbanyak dikonsumsi adalah ordo Hymenoptera dan Diptera (Lourie dan Tompkins, 2000). Menurut Mardiastuti et al. (1998), empat ordo serangga yang menjadi pakan burung walet dengan urutan dominasi serangga pakan 6
6 adalah Hymenoptera (89,8%) (lebah, tawon, semut terbang), Coleoptera (8,3%) (kumbang, kepik, kunang-kunang), Homoptera (1,7%) (lalat putih, kutu loncat, wereng) dan Diptera (0,2%) (nyamuk, lalat). Sedangkan jika dilihat pada tingkat famili, maka famili Formicidae merupakan jenis seranggga pakan yang paling banyak dikonsumsi oleh burung walet, yakni mencapai 98,2% dari ordo Hymenoptera atau 88,2% dari keseluruhan pakan burung walet. Kebiasaan Burung Walet Burung walet hidup di rumah yang disukainya secara berkoloni dan memiliki homing instinct, yang akan membuatnya selalu kembali dan tinggal di rumah yang sama selama mereka nyaman dan keamanannya tidak terganggu. Menurut Chantler dan Driessens (1995), burung walet sangat setia pada tempat bersarangnya dan akan kembali pada tempat yang sama pada musim biak. Burung walet mempunyai kebiasaan membuat sarang di gua-gua kapur atau di rumah burung walet. Collocalia fuciphaga memilih bersarang pada permukaan yang kering dengan bidang vertikal (Solihin et al., 1999). Burung ini mempunyai kebiasaan bersarang dalam kelompok. Jarak satu sarang dengan sarang lainnya sangat berdekatan, bahkan beberapa kaki sarang saling bersinggungan. Perilaku bersarang ini diduga berkaitan dengan keamanan terhadap berbagai gangguan dan sebagai upaya meningkatkan suhu saat mengerami telur (Mardiastuti et al., 1998). Viruhpintu et al. (2002) menyatakan bahwa pada sebuah gua di Thailand, Collocalia fuciphaga bersarang secara berkelompok dengan jumlah sarang sekitar 10 sampai lebih daripada keping dengan luasan rata-rata 12,32 m 2. Kebiasaan mencari pakan oleh burung walet dilakukan sejak keluar rumah pada pagi hari hingga sore hari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Purwaka (1989), burung walet (Collocalia fuciphaga) mulai keluar pada pagi hari sejak pukul sampai WIB dan masuk rumah pada sore hari pukul sampai WIB. Pukul sampai pukul WIB, burung walet mencari pakan di pesawahan dekat dengan sarangnya. Udara yang panas pada siang hari menyebabkan serangga tidak keluar lagi sehingga burung walet melanjutkan perjalanannya mencari pakan di atas pohon-pohon besar sampai pukul WIB. Burung walet banyak ditemukan bergerombol di daerah sungai pada tengah hari. Burung ini menggunakan sungai dan rawa sebagai tempat minum, mandi dan mencari pakan pada siang hari. 7
7 Sebelum kembali ke sarang, burung walet mencari pakan kembali ke sawah-sawah dan kemudian pulang menjelang sore sekitar pukul WIB. Sarang Burung Walet Sarang burung Collocalia fuciphaga terbuat dari sejumlah besar air liur yang mengeras (MacKinnon, 1995). Air liur ini mengeras oleh udara di tempat yang tidak terlindung membentuk substansi berwarna putih bersih menyerupai kaca (Gosler, 2007). Sarang tersebut pada umumnya berwarna kecoklatan atau putih kotor, bagian luar padat dan keras, serta bagian dalam memiliki tekstur yang spongy. Sarang ini rapuh, mudah patah dan sebagian besar seperti lem perekat. Ujung-ujung sarang dan bagian sarang yang menempel pada dinding (kaki sarang) memiliki tekstur yang lebih keras dan kurang kenyal seperti pada bagian lainnya. Sarang tersebut memiliki bau yang khas seperti bau amis (Mardiastuti et al., 1998). Waktu pembuatan sarang sangat bervariasi tergantung musim. Burung walet biasanya memulai membuat sarangnya beberapa minggu sebelum burung tersebut siap untuk bertelur. Menurut Francis (1987), sarang burung walet dibuat oleh burung jantan dan betina selama hari. Musim hujan saat serangga melimpah ruah, sarang dapat diselesaikan dalam 30 hari. Bulan September-April, sarang diselesaikan dalam 40 hari. Sarang burung walet umumnya dipanen tiga kali dalam setahun, pertama pada bulan April atau Mei, kedua pada bulan Juli atau Agustus dan ketiga pada bulan November atau Desember. Sarang burung walet biasanya dibentuk secara bergantian oleh induk jantan dan betina. Seekor induk dapat menghabiskan menit sehari untuk membuat sarang. Komposisi zat gizi sarang burung walet bervariasi tergantung pada jenis burung, jenis pakan dan musim pembuatannya. Lau dan Melville (1994) mengemukakan bahwa komposisi kimia sarang burung walet terdiri dari 50-60% protein, 25% karbohidrat dan 10% air dengan sedikit mineral terutama kalsium, fosfor, potassium dan sulfur. Selain itu, diketahui sarang burung walet dibuat dari suatu glycoprotein yang tersusun dari protein dan karbohidrat, yang mempunyai pengaruh nyata terhadap sel darah manusia. Menurut Wieruszeski et al. (1987), glycoprotein merupakan suatu zat yang terdapat pada sarang yang dihasilkan oleh kelenjar ludah burung walet (genus Collocalia), sebagian besar berasal dari sialic acid o-glycosylproteins. Kandungan protein yang tinggi berfungsi mempercepat 8
8 regenerasi sel. Selain itu menurut Mardiastuti et al. (1998), di dalam sarang burung walet terdapat senyawa aktif 9-octadecenoic acid (ODA) dan hexadecenoic acid (HAD) sebesar 3,9-6,8%. ODA memiliki fungsi di dalam tubuh, yaitu dapat menghambat kanker, menurunkan kadar kolesterol dan sebagai media pelarut vitamin A, D, E dan K. HAD berfungsi untuk menstimulus kerja enzim sehingga dapat meningkatkan produksi energi metabolisme tubuh. Sarang burung walet dapat digunakan sebagai pangan yang dikonsumsi untuk tujuan kesembuhan bagi orang yang menderita sakit TBC dan juga dipercaya dapat memberikan kelembaban pada saluran pernafasan dan kulit, menambah energi hidup, menyehatkan tubuh dan membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan (Lau dan Melville, 1994). Proses pemanenan sarang burung walet menurut Kepmenhut Nomor 449/Kpts-II/1999 dapat dilakukan dengan cara penen rampasan dan panen tetasan dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Panen rampasan adalah sistem pemanenan sarang burung walet yang dilakukan pada saat sarang burung walet sempurna dibuat dan belum berisi telur. Panen tetasan adalah sistem pemanenan sarang burunng walet yang dilakukan setelah anakan burung walet menetas dan sudah bisa terbang serta dapat mencari makan sendiri. Pemanenan sarang burung walet dengan cara panen tetasan wajib dilakukan minimal satu tahun sekali, sedangkan panen rampasan dapat dilakukan tiga kali dalam satu tahun. 9
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur. berbatasan langsung dengan garis pantai Laut Jawa. Kabupaten Lampung Timur
22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu dari 15 kabupaten di Provinsi Lampung. Kabupaten ini berada di ujung Timur Provinsi Lampung
Lebih terperinci3,35 3,96 Jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Haurgeulis secara geografis terletak di ujung Barat Kabupaten Indramayu dan terletak antara 107 o 51 107 o 54 Bujur Timur dan 6 o 35 6 o 35
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Karakteristik Burung Walet
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Nama baku burung walet di dalam bahasa Indonesia adalah Walet Sarang Putih (MacKinnon et al. 1992). Di dalam publikasi ilmiah terdapat dua versi nama latin walet
Lebih terperinciPEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV
PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan
Lebih terperinciUSAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L
USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioekologi Burung Seriti. 1. Klasifikasi dan Morfologi. Menurut Peterson (2005) klasifikasi burung Seriti dapat diklasifikasikan dalam Taksonomi adalah: Kingdom : Animalia Phylum
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari
Lebih terperinciTERNAK WALET 1. SEJARAH SINGKAT
TERNAK WALET 1. SEJARAH SINGKAT Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )
TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.
Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera
Lebih terperinciPENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) dengan mudah dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006), famili Apodidae dijumpai di setiap
Lebih terperinciHASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet
HASIL Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan Pengamatan perilaku walet rumahan diamati dengan tiga unit kamera IR- CCTV. Satu unit kamera IR-CCTV tambahan digunakan untuk mengamati
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial
TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciBUDIDAYA BURUNG WALET ( Collacalia fuciphaga )
BUDIDAYA BURUNG WALET ( Collacalia fuciphaga ) 1. SEJARAH SINGKAT Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Gajah Sumatera Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub species gajah asia (Elephas maximus). Dua sub species yang lainnya yaitu Elephas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class
Lebih terperinciIdentifikasi Habitat dan Produksi Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga)... Turaina Ayuti
IDENTIFIKASI HABITAT DAN PRODUKSI SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR SWIFTLET (Collocalia fuciphaga) NEST PRODUCTION AND HABITAT IDENTIFICATION AT EAST LAMPUNG DISTRICT
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
BUDIDAYA IKAN LELE Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh: Mada Mahatma 11.12.5828 Kelas 11.S1SI.07 Sistem Informasi Budidaya Ikan Lele Jenis Ikan Lele memang memiliki
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Anorganik Dan Organik Padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi sebagian besar bangsa Indonesia (Idham & Budi, 1994). Menurut Pracaya (2002) upaya untuk mampu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing
Lebih terperinciGambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciGambar 1. Koloni Trigona sp
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,
Lebih terperinciTANAMAN PENGHASIL PATI
TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica
Lebih terperinciV. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar
V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.
Lebih terperinciTugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali
Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan di Indonesia berpotensi bagi perkembangan dunia usaha khususnya sebagai komoditas perdagangan dan sumber pangan. Permintaan pasar akan produksi perikanan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah dari Katak Pohon Bergaris (P. Leucomystax Gravenhorst 1829 ) menurut Irawan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Phyllum: Chordata,
Lebih terperinci7. PEMBAHASAN UMUM. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des. Gambar 21 Ukuran testis walet linchi selama 12 bulan
7. PEMBAHASAN UMUM Morfologi Gonad dan Kelenjar Mandibularis Walet Linchi Dari hasil pengamatan selama 12 bulan terhadap perubahan morfologi yang terjadi pada gonad jantan dan betina. Tampak perubahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang
Lebih terperinciBUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 2 TAHUN 2016
BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan
Lebih terperinciBudidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22
Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciKARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO Oleh : R. muhammad Taufiq Sujatmikanto 11.01.2893 11/D3TI/02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Jl. Ring Road
Lebih terperinciREDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA
REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya
Lebih terperinciKARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan kuantitas serta kualitasnya untuk memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi
3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam
Lebih terperinciMenteri Kehutanan Dan Perkebunan,
Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 449 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ) Dan Habitat Buatan (Ex-Situ) Menteri Kehutanan Dan Perkebunan, Menimbang
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat
I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan
Lebih terperinciPanduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa
Panduan Ikan Louhan A. Jenis-jenis ikan louhan yang pernah populer di Indonesia. Mungkin, dari beberapa jenis ikan ini, ada jenis ikan louhan yang pernah kamu pelihara : 1. Ikan Louhan Cencu Ikan louhan
Lebih terperinciBUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)
BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di
12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciBurung Kakaktua. Kakatua
Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada
Lebih terperinciTerbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut
Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon
TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti
Lebih terperincigenus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda
116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan
Lebih terperinciAyo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinci