Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP"

Transkripsi

1 Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP IV.1. Usulan Pelaksanaan Proses-Proses Val IT Berdasarkan hasil pengidentifikasian proses-proses Val IT pada bagian III.5, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh pihak Universitas Sangga Buana YPKP agar pelaksanaan perencanaan investasi TI dengan menggunakan Val IT dapat dilaksanakan dengan baik. Gambaran usulan proses Val IT Universitas Sangga Buana YPKP dimodelkan dengan penggunaan simbol seperti tampak pada Gambar IV.1. Simbol ini digunakan pada bagian IV.1.1, IV.1.2 dan IV.1.3. Proses Val IT Penghubung Usulan setiap proses Gambar IV.1 Simbol untuk Gambaran Usulan Proses Val IT Simbol kotak mewakili proses Val IT yang akan dilakukan. Simbol proses tersebut dihubungkan oleh anak panah satu arah terhadap usulan apa saja yang harus dilakukan untuk setiap proses Val IT (disimbolkan dengan kotak yang berada di bawah kotak proses). IV.1.1. Usulan tentang Proses Value Governance (VG) Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap proses Value Governance (VG) pada bagian III.5.1, ada beberapa usulan yang dikemukakan berdasarkan proses VG yaitu sebagai berikut.

2 51 A. Proses VG1: Kepastian akan Penginformasian dan Pelaksanaan Kepemimpinan Proses ini sudah ada, tetapi performanya kurang baik. Berdasarkan hasil analisis dari III.5.1, ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.2 berikut ini: Gambar IV.2 Gambaran Usulan Proses Value Governance 1 Kepastian akan Penginformasian dan Pelaksanaan Kepemimpinan Berdasarkan Gambar IV.2 di atas, hal-hal yang harus dilakukan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pelaporan dari bagian PUDI (Pusat Data dan Informasi) kepada setiap bagian dilakukan secara periodik minimal satu bulan sekali. 2) Pelaporan dari PUDI harus sejalan dengan kepentingan TI di Universitas Sangga Buana YPKP. 3) Semua pimpinan perlu mempunyai pemahaman isu TI yang strategis, seperti ketergantungan pada TI, pengertian yang mendalam akan TI dan kemampuan teknologinya, menyetujui pemahaman antara institusi dan fungsi TI, serta mengenai dampak yang potensial dari TI terhadap strategi institusi. 4) Strategi institusi dan TI harus sudah terintegrasi secara jelas serta mampu menghubungkan sasaran institusi dan sasaran TI sehingga memperluas keleluasaan berkomunikasi.

3 52 B. Proses VG2: Pendefinisian dan Pengimplementasian Proses-Proses Berdasarkan hasil analisis pada III.5.1, proses ini sudah ada dengan performa yang cukup sehingga diusulkan seperti yang terlihat pada Gambar IV.3 berikut ini: Gambar IV.3 Gambaran Usulan Proses Value Governance 2 Pendefinisian dan Pengimplementasian Proses-Proses Dari Gambar IV.3 di atas, hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Anggaran investasi teknologi informasi harus dipertimbangkan dan ditempatkan pada prioritas utama. 2) Pendefinisian dan pengimplementasian proses serta secara konsisten mengikuti proses-proses yang tersedia untuk memperjelas dan mengaktifkan hubungan antara strategi institusi, portofolio programprogram investasi TI yang memungkinkan dilaksanakannya strategi, program-program investasi individual, bisnis dan proyek-proyek TI yang membangun program-program. Dalam proses-proses itu perlu dimasukkan perencanaan dan penganggaran, tingkat prioritas yang telah direncanakan dan pekerjaan yang ada di keseluruhan anggaran, alokasi sumber daya yang konsisten dengan prioritas-prioritas, tahapan program-program investasi, pemantauan dan pengkomunikasian kinerja, pengambilan aksi pemulihan yang sesuai dan bermanfaat bagi manajemen, serta adanya pengembalian yang optimal pada portofolio dan semua aset dan pelayanan TI.

4 53 C. Proses VG3: Pendefinisian Peran dan Tanggung Jawab Proses ini sudah ada dengan performa yang baik sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.1, ada hal-hal yang harus ditempuh pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.4 berikut ini: Gambar IV.4 Gambaran Usulan Proses Value Governance 3 Pendefinisian Peran dan Tanggung Jawab Pada Gambar IV.4 di atas, terdapat hal-hal yang harus ditempuh yaitu sebagai berikut. 1) Penanganan komplain dan pemeliharaan TI harus dilakukan dengan respon yang cepat dan terjadwal oleh PUDI. 2) Pendefinisian dan pengkomunikasian peran dan tanggung jawab untuk semua persona dalam institusi yang berhubungan dengan portofolio program-program investasi bisnis TI yang memungkinkan, programprogram investasi individu, dan aset-aset serta pelayanan TI yang lain untuk mengizinkan otoritas dalam melatih peran dan tanggung jawab yang ditugaskan. Peran ini perlu dimasukkan di dalamnya, tetapi tidak harus dibatasi oleh satu kesatuan keputusan investasi, sponsor program (yayasan), manajemen program, manajemen proyek, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan proyek tersebut. 3) Penyediaan sistem dengan prosedur-prosedur, teknik-teknik dan kakas yang memungkinkan untuk menunjuk suatu tanggung-jawab. 4) Penetapan dan pemeliharaan satu koordinasi yang optimal, komunikasi,

5 54 dan struktur hubungan antara fungsi TI dan stakeholder di dalam dan di luar institusi. D. Proses VG4: Kepastian Akuntabilitas yang Sesuai dan yang dapat Diterima Berdasarkan hasil analisis pada III.5.1, proses ini sudah ada dengan performa cukup sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.5 berikut ini: VG4. Kepastian Akuntabilitas yang Sesuai dan yang dapat Diterima Pengendalian biaya terus dilakukan Penetapan satu pendukung yang sesuai dan mendukung pengontrolan framework Gambar IV.5 Gambaran Usulan Proses Value Governance 4 Kepastian Akuntabilitas yang Sesuai dan yang dapat Diterima Seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.5 di atas, ada hal-hal yang harus dilakukan yaitu: 1) Pengendalian biaya yang sudah dilakukan dengan adanya pemasukan anggaran dari setiap bagian dan diolah lagi oleh Biro Perencanaan harus terus dijalankan 2) Penetapan satu pendukung yang dianggap sesuai dan mampu mendukung pengontrolan framework yang konsisten dengan keseluruhan lingkungan pengontrolan institusi dan prinsip-prinsip pengontrolan yang berlaku umum. Framework itu perlu disediakan agar akuntabilitas tidak ambigu dan praktis untuk menghindari suatu gangguan di dalam pengawasan dan kekhilafan intern. Akuntabilitas untuk meraih keuntungan bisnis,

6 55 mengirimkan kemampuan yang diperlukan, dan mengendalikan biayabiaya yang seharusnya dengan jelas dilakukan dan dipantau. E. Proses VG5: Pendefinisian Kebutuhan akan Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP, proses ini belum ada sehingga berdasarkan dari hasil analisis pada III.5.1 ada hal-hal yang harus dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.6 berikut ini: Gambar IV.6 Gambaran Usulan Proses Value Governance 5 Pendefinisian Kebutuhan akan Informasi Dari Gambar IV.6 di atas, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut. 1) Pendefinisian set yang seimbang dari sasaran kinerja, ukuran-ukuran, benchmark, dan sudah disetujui oleh stakeholder yang relevan. Prosesproses harus dibentuk melalui pengumpulan data yang akurat dan tepat waktu untuk melaporkan kemajuan sesuai dengan target. 2) Proses pemantauan memerlukan suatu metode (contoh balanced score card) yang menyediakan sesuatu secara singkat, tetapi jelas, pandangan keseluruhan portofolio, program dan kinerja TI (teknologi dan fungsional) dan dukungan pengambilan keputusan, perealisasian keputusankeputusan, dan pemantauan untuk menelusuri hasil yang diharapkan dari apa yang sedang dicapai. Metode itu tentu saja harus cocok di dalam sistem pemantauan perusahaan.

7 56 F. Proses VG6: Penetapan Kebutuhan akan Pelaporan Dari hasil analisis pada III.5.1, proses ini belum ada sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.7 berikut ini: VG6. Penetapan Kebutuhan akan Pelaporan Pelaporan tepat waktu dan akurat Laporan manajemen ditinjau ulang oleh manajemen senior Gambar IV.7 Gambaran Usulan Proses Value Governance 6 Penetapan Kebutuhan akan Pelaporan Beberapa hal yang harus dilakukan dari Gambar IV.7 di atas adalah sebagai berikut. 1) Dilakukannya pelaporan tepat waktu dan akurat tentang relevansinya portofolio, program, dan kinerja TI (teknologi maupun fungsional) kepada pimpinan dan manajemen eksekutif. 2) Laporan Manajemen disediakan untuk ditinjau ulang oleh manajemen senior berdasarkan kemajuan institusi yang harus sesuai dengan sasaran yang sudah diidentifikasi. Status laporan perlu dimasukkan ke dalam tingkat sasaran yang direncanakan yang telah dicapai, pemerolehan pengiriman, target-target kinerja, dan pengurangan risiko. Pelaporan dintegrasikan dengan keluaran yang serupa dengan fungsi bisnis lainnya. Berdasarkan hasil peninjauan ulang, tindakan manajemen yang sesuai harus diaktifkan dan dikendalikan.

8 57 G. Proses VG7: Penetapan Struktur Organisasi Proses ini sudah ada dengan performanya baik sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.1, beberapa upaya yang harus ditempuha pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.8 berikut ini: Gambar IV.8 Gambaran Usulan Proses Value Governance 7 Penetapan Struktur Organisasi Berdasarkan Gambar IV.8 di atas, maka hal-hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Dilakukannya peninjauan ulang terhadap struktur organisasi yang berkaitan dengan TI sesuai dengan kebutuhan institusi. 2) Ditetapkannya struktur pimpinan yang sesuai, komite yang termasuk struktur pendukung, tetapi tidak terbatas, seorang komite strategi TI, seorang perencanaan TI atau komisi pengendalian, dan seorang pimpinan arsitektur TI. 3) Ditetapkan dan dipeliharanya koordinasi yang optimal, struktur komunikasi dan hubungan antara fungsi TI dan berbagai stakeholder yang lain di dalam dan di luar fungsi TI itu, seperti para user, para suplier, para petugas keamanan, para manajer risiko, group perusahaan, outsourcer dan manajemen offsite.

9 58 H. Proses VG8: Penetapan Arah Strategik Proses ini sudah ada dengan performa cukup, berdasarkan hasil analisis pada III.5.1, beberapa hal yang ditemukan adalah sebagai Gambar IV.9 berikut. Gambar IV.9 Gambaran Usulan Proses Value Governance 8 Penetapan Arah Strategik Seperti pada Gambar IV.9 di atas, dapat dilakukan tindakan sebagai berikut. 1) Diselaraskannya antara strategi dan peran TI di institusi. 2) Dipastikannya arah bisnis untuk pembelanjaan investasi-investasi bisnis TI yang memungkinkan yang seharusnya diselaraskan pemahamannya, termasuk visi institusi, prinsip-prinsip institusi, tujuan dan sasaran strategis, serta prioritas-prioritas. 3) Dipastikannya pemahaman yang umum dan disetujui antara bisnis dan fungsi TI mengenai dampak yang potensial dari TI pada strategis bisnis dan peran TI di institusi, serta memastikan telah dikomunikasikan dengan luas. I. Proses VG9: Pendefinisian Kategori Investasi Dilihat dari hasil analisis di III.5.1, proses ini sudah ada dengan performa cukup, sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.10:

10 59 VG9. Pendefinisian Kategori Investasi Pengelompokan investasi Proses tata kelola harus mengenali tipe investasi yang berbeda Gambar IV.10 Gambaran Usulan Proses Value Governance 9 Pendefinisian Kategori Investasi Berdasarkan Gambar IV.10 di atas, hal-hal yang harus dilakukan sebagai berikut. 1) Dilakukannya pengelompokan investasi. 2) Proses-proses tata kelola harus mengenali berbagai macam tipe investasi yang berbeda di dalam kompleksitas dan derajat-derajat kebebasan di dalam mengalokasikan dana. Perbedaan tipe investasi dikategorikan. Kategori-kategori bisa dimasukkan ke dalamnya, tetapi tidak dibatasi pada, kewajiban, kesinambungan atau dukungan, dan kebebasan yang menentukan. Kebebasan menentukan bisa termasuk di dalamnya, tetapi tidak dibatasi pada strategis atau transformasional (untuk keuntungan kompetitif atau inovasi utama), informasional (untuk menyediakan informasi lebih baik), transaksional (untuk memproses transaksi-transaksi dan mengurangi biaya dari pengerjaan bisnis), dan infrastruktur (untuk menyediakan pembagian pelayanan dan integrasi). J. Proses VG10: Penentuan Target Portofolio Campuran Dengan mengacu hasil analisis pada III.5.1, proses sudah ada dengan performa cukup, tetapi ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.11 berikut ini:

11 60 VG10. Penentuan Target Portofolio Campuran Target portofolio campuran lebih ditingkatkan Portofolio diselaraskan dengan arah strategis institusi Gambar IV.11 Gambaran Usulan Proses Value Governance 10 Penentuan Target Portofolio Campuran Berdasarkan pada Gambar IV.11 di atas, hal-hal yang harus dilakukan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Target portofolio campuran lebih ditingkatkan lagi. 2) Portofolio campuran harus diselaraskan dengan arah strategis institusi. Portofolio campuran itu harus mencapai keseimbangan yang sesuai dengan investasi di sejumlah dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi ini bisa termasuk di dalamnya, tetapi tidak dibatasi pada keseimbangan kategorikategori yang sesuai, retur jangka pendek dan panjang, manfaat-manfaat finansial dan nonfinansial, dan investasi risiko tinggi vs risiko rendah. K. Proses VG11: Pendefinisian Kriteria Evaluasi dengan Kategori Proses ini sudah ada dengan performa cukup berdasarkan hasil analisis pada III.5.1, ada hal-hal yang harus ditempuh pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.12 berikut ini:

12 61 Gambar IV.12 Gambaran Usulan Proses Value Governance 11 Pendefinisian Kriteria Evaluasi dengan Kategori Berdasarkan Gambar IV.12 di atas, maka hal-hal yang harus ditempuh tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pembuatan kriteria evaluasi untuk kategori investasi. 2) Untuk masing-masing kategori dari investasi, kriteria evaluasi harus pada tempatnya untuk mendukung evaluasi yang adil, transparan, dapat diulang dan diperbandingkan. Kriteria evaluasi harus termasuk di dalamnya, minimal selaras dengan sasaran strategis institusi; manfaat, finansial, dan nonfinansial; keseluruhan keuangan yang berharga (seperti penentuan praktis dari tiap perusahaan); dan risiko, penyerahan risiko (risiko yang tidak mengirimkan suatu kemampuan) dan risiko keuntungan (risiko yang tidak merealisasikan keuntungan yang diharapkan dari kemampuan). 3) Dipertimbangkan diberlakukannya secara menyeluruh skor relatif untuk setiap kategori investasi. IV.1.2. Usulan tentang Proses Portfolio Management (PM) Hasil pengidentifikasian proses Portfolio Management (PM) pada bagian III.5.2 memperlihatkan beberapa hal yang diusulkan berdasarkan masing-masing proses PM, yang dapat dilihat sebagai berikut.

13 62 A. Proses PM1: Pemeliharaan Sumber Daya Manusia Dari hasil analisis pada III.5.2 terlihat proses ini sudah ada dengan performa yang cukup, beberapa aspek yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.13 berikut ini: Gambar IV.13 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 1 Pemeliharaan Sumber Daya Manusia Melihat Gambar IV.13 di atas, beberapa hal yang harus dilakukan adalah: 1) perhatian untuk personil kunci TI lebih ditingkatkan lagi; 2) membuat dan memelihara inventori sumber daya manusia TI yang ada, kemampuan-kemampuan mereka, utilisasi mereka yang ada dan terikat. B. Proses PM2: Pengidentifikasian Kebutuhan Sumber Daya Berdasarkan hasil analisis pada III.5.2, proses ini sudah ada dengan performa cukup. Hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.14 berikut ini.

14 63 Gambar IV.14 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 2 Pengidentifikasian Kebutuhan Sumber Daya Dari Gambar IV.14 di atas, hal-hal yang harus dilakukan tersebut yaitu: 1) Dilakukannya identifikasi untuk perubahan TI yang dimungkinkan, dan diberikan perhatian khusus untuk personil teknologi informasi. 2) Dilakukannya pemahaman tentang permintaan pada masa sekarang dan yang akan datang untuk sumber daya TI berdasarkan pada portofolio yang ada dan pada pandangan ke depan dari portofolio. 3) Untuk program perubahan TI yang dimungkinkan harus dilakukan identifikasi kebutuhkan sumber daya bisnis yang ada. C. Proses PM3: Pelaksanaan Analisis Gap Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.2, ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.15 berikut ini.

15 64 Gambar IV.15 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 3 Pelaksanaan Analisis Gap Berdasarkan Gambar IV.15 di atas, beberapa hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Dilakukannya identifikasi awal-awal kegagalan antara permintaan sumber daya bisnis dan TI yang ada dan yang di masa datang serta TI yang ada dan yang telah direncanakan dan suplai sumber daya bisnis. 2) Dilakukannya pengembangan strategi dan perencanaan untuk menunjukkan awal-awal kegagalan. D. Proses PM4: Pengembangan Perencanaan Sumber Daya Proses ini setelah dianalisis pada III.5.2 dinyatakan sudah ada dengan performa cukup. Hal yang harus dilakukan pada proses ini seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.16 berikut ini.

16 65 Gambar IV.16 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 4 Pengembangan Perencanaan Sumber Daya Berdasarkan dari Gambar IV.16 di atas, hal yang harus dilakukan adalah pembuatan dan pemeliharaan perencanaan TI secara taktis untuk sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung portofolio dari program-program investasi TI yang dimungkinkan dan perencanaan strategis TI. Perencanaan taktis ini menggambarkan bagaimana inisiatif TI akan berperan untuk program-program, sumber daya yang diperlukan, dan bagaimana pemakaian sumber daya dan penyerahan kontribusi yang diharapkan akan dipantau. E. Proses PM5: Pemantauan Kebutuhan dan Utilisasi Sumber Daya Proses ini dinyatakan sudah ada dengan performa cukup. Berdasarkan hasil analisis pada III.5.2, ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.17 berikut ini.

17 66 Gambar IV.17 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 5 Pemantauan Kebutuhan dan Utilisasi Sumber Daya Melihat Gambar IV.17 di atas, hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Dilakukannya pemantauan kebutuhan dan utilisasi sumber daya secara maksimal. 2) Dilakukannya peninjuan ulang secara periodik fungsi TI dan struktur organisasi bisnis untuk melakukan penyesuaian kebutuhan staf dan strategi sumber daya untuk mempertemukan sasaran bisnis yang diharapkan dan respon terhadap perubahan keadaan. F. Proses PM6: Penetapan anggaran investasi Proses ini sudah ada dengan performa ragu-ragu sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.2 ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini yang diperlihatkan pada Gambar IV.18.

18 67 PM6. Penetapan Anggaran Investasi Anggaran untuk keseluruhan setiap tahun akademik yang telah dilakukan harus terus dijalankan Ditentukannya secara menyeluruh anggaran Gambar IV.18 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 6 Penetapan anggaran investasi Diperlihatkan pada Gambar IV.18 di atas, beberapa hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Anggaran untuk keseluruhan setiap tahun akademik yang telah dilakukan harus terus dijalankan. 2) Ditentukannya secara menyeluruh anggaran yang tersedia bagi portofolio, komitmen yang ada dari anggaran itu, penggunaan yang disetujui dan penggunaan sampai saat ini. G. Proses PM7: Pengevaluasian Inisialisasi Konsep Program Business Case Berdasarkan hasil analisis pada III.5.2 proses ini belum ada sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.19 berikut ini.

19 68 PM7. Pengevaluasian Inisialisasi Konsep Program Business Case Pelaksanaan inisialisasi, penilaian tingkat tinggi dari konsep program business case Penentuan konsep program Gambar IV.19 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 7 Pengevaluasian Inisialisasi Konsep Program Business Case Berdasarkan Gambar IV.19 di atas, hal-hal yang harus dilakukan yaitu : 1) Pelaksanaan inisialisasi, penilaian tingkat tinggi dari konsep program Business Case yang memperhatikan keselarasan strategis; bermanfaat, baik secara finansial maupun nonfinansial; keseluruhan finansial yang berharga dan berisiko; dan menyehatkan keseluruhan portofolio. 2) Penentuan konsep program yang berpotensi cukup untuk membenarkan diteruskannya pendefinisian dan evaluasi program secara penuh. H. Proses PM8: Pengevaluasian dan Pemberian Skor yang Relatif untuk Program Business Case Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.2 ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.20 berikut ini:

20 69 Gambar IV.20 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 8 Pengevaluasian dan Pemberian Skor yang Relatif untuk Program Business Case Hal yang harus dilakukan berdasarkan Gambar IV.20 di atas adalah: 1) Pelaksanaan penilaian yang terperinci atas program business case yang dapat mengevaluasi keselarasan strategis; bermanfaat, baik secara finansial maupun nonfinansial; finansial yang berharga; risiko, termasuk risiko penyerahan dan risiko keuntungan; dan ketersediaan sumber daya. 2) Pemberian skor yang relatif untuk program berdasarkan pada kriteria evaluasi dan dipertimbangkannya untuk kategori investasi ini. I. Proses PM9: Pembuatan pandangan portofolio secara keseluruhan Hasil analisis pada III.5.2 ditenukan proses ini belum ada sehingga hal-hal yang harus dilakukan diperlihatkan pada Gambar IV.21 berikut ini: Gambar IV.21 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 9 Pembuatan pandangan portofolio secara keseluruhan

21 70 Gambar IV.21 di atas memperlihatkan hal-hal yang harus dilakukan seperti: 1) Dilakukannya pandangan portofolio secara keseluruhan. 2) Penilaian dampak dari keseluruhan portofolio yang menambahkan suatu program kandidat. 3) Penentuan dampak portofolio campuran. 4) Pengidentifikasian setiap perubahan-perubahan yang diperlukan untuk program-program yang lain di dalam portofolio sebagai hasil dari menambahkan program ini. 5) Penilaian dampak dan kelangsungan hidup dari perubahan itu. J. Proses PM10: Pembuatan dan Pengkomunikasian Keputusan Investasi Proses ini belum ada yang dinyatakan hasil analisis pada III.5.2. Beberapa hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti pada Gambar IV.22 berikut ini. Gambar IV.22 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 10 Pembuatan dan Pengkomunikasian Keputusan Investasi Hal-hal yang harus dilakukan berdasarkan Gambar IV.22 di atas adalah sebagai berikut. 1) Penentuan yang mana program kandidat yang seharusnya dipilih dan yang dipindahkan ke portofolio yang aktif. 2) Jika program itu tidak terpilih, tentukan jika akan dipertimbangan pada waktu kemudian, yang dipegang dan yang dilengkapi dengan beberapa

22 71 pembiayaan untuk menentukan jika business case dapat diperbaiki atau dihapuskan dari pertimbangan lebih lanjut. 3) Pengkomunikasian dan peninjauan ulang keputusan dengan pihak yayasan. K. Proses PM11: Tahapan dan Pendanaan dalam Pemilihan Program- Program Proses ini belum ada berdasarkan hasil analisis pada III.5.2. Hal-hal yang harus dilakukan dapat dilihat pada Gambar IV.23 berikut ini. Gambar IV.23 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 11 Tahapan dan Pendanaan dalam Pemilihan Program- Program Dari Gambar IV.23 di atas, maka hal yang harus dilakukan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Dilakukannya tahapan dan pendanaan program-program yang dipilih. 2) Penentuan tahapan yang diperlukan untuk siklus hidup program secara ekonomis. 3) Pengkonfirmasian kebutuhan business case pada masing-masing tahap. 4) Pengadaan pembiayaan program total, rilis pembiayaan untuk tahap berikutnya dan mengidentifikasi kebutuhan pembiayaan pada tahap yang berikutnya. 5) Pemindahan program ke dalam portofolio aktif.

23 72 L. Proses PM12: Optimalisasi Kinerja Portofolio Proses ini belum ada didapatkan berdasarkan hasil analisis pada III.5.2 sehingga ada hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti pada Gambar IV.24 berikut ini. Gambar IV.24 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 12 Optimalisasi Kinerja Portofolio Melihat Gambar IV.24 di atas, maka hal yang harus dilakukan tersebut adalah peninjauan ulang portofolio secara reguler untuk pengidentifikasian dan pemanfaatan peluang untuk sinergi dan pengidentifikasian, pengurangan dan minimalisasi risiko. M. Proses PM13: Penentuan Kembali Prioritas Portofolio Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.2 ada hal yang harus dilakukan pada proses ini seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.25 berikut ini.

24 73 Gambar IV.25 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 13 Penentuan Kembali Prioritas Portofolio Berdasarkan Gambar IV.25 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah ketika perubahan-perubahan masuk ke lingkungan bisnis internal atau eksternal, atau ketika program business case diperbaharui untuk mencerminkan perubahanperubahan di dalam kebutuhan atau kinerja program, dilakukannya evaluasi ulang dan penentuan kembali prioritas portofolio untuk dipasatikannya portofolio itu selaras dengan strategi bisnis dan target campuran dari investasi-investasi yang telah dipelihara sehingga portofolio meraih nilai keseluruhan yang maksimum. Ini memerlukan program-program untuk diubah, yang ditunda atau dipensiunkan, dan program-program baru untuk diaktifkan. N. Proses PM14: Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Portofolio Melihat hasil analisis pada III.5.2 proses ini belum ada sehingga harus dilakukan beberapa hal pada proses ini, yaitu seperti pada Gambar IV.26 berikut ini.

25 74 Gambar IV.26 Gambaran Usulan Proses Portfolio Management 14 Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Portofolio Hal yang harus dilakukan berdasarkan Gambar IV.26 di atas adalah sebagai berikut. 1) Disediakannya secara singkat tapi jelas pandangan keseluruhan dari kinerja portofolio untuk pimpinan dan manajemen eksekutif secara tepat waktu dan akurat dengan cara yang sesuai di dalam sistim pemantauan perusahaan. 2) Manajemen senior meninjau ulang kemajuan perusahaan itu terhadap sasaran yang sudah diidentifikasi melalui laporan manajemen. 3) Status laporan harus termasuk pada tingkat mana sasaran yang direncanakan telah dicapai, perolehan penyerahan, target-target kinerja yang ditemui dan pengurangan risiko. 4) Berdasarkan peninjauan ulang maka tindakan manajemen yang sesuai harus diaktifkan dan terkendali.

26 75 IV.1.3. Usulan tentang Proses Investment Management (IM) Menurut hasil pengidentifikasian proses Investment Management (IM) yang dapat dilihat pada III.5.3 beberapa hal yang diusulkan berdasarkan masing-masing proses IM, dengan usulan sebagai berikut. A. Proses IM1: Pengembangan Definisi Tingkat Tinggi dari Peluang Investasi Dilihat dari hasil analisis pada III.5.3 proses ini belum ada sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.27 di bawah ikhghdni. Gambar IV.27 Gambaran Usulan Proses Investment Management 1 Pengembangan Definisi Tingkat Tinggi dari Peluang Investasi Dari Gambar IV.27 di atas beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Dikenalinya peluang program-program investasi untuk pembuatan nilai yang mendukung strategi bisnis. 2) Penggolongan peluang program investasi. 3) Diperjelasnya outcome bisnis yang diharapkan dan pengidentifikasian pada tingkat tinggi, bisnis, proses, orang-orang, teknologi dan inisiatif organisasi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus dimiliki oleh manajemen bisnis yang

27 76 bertindak sebagai sponsor untuk peluang yang menyeluruh termasuk proyek-proyek TI yang diperlukan. B. Proses IM2: Pengembangan Inisialisasi Konsep Program Business Case Dari hasil analisis pada III.5.3, terlihat bahwa proses ini belum ada, sehingga harus melakukan beberapa hal, seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.28 berikut ini: Gambar IV.28 Gambaran Usulan Proses Investment Management 2 Pengembangan Inisialisasi Konsep Program Business Case Berdasarkan Gambar IV.28 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Business case harus menguraikan outcome bisnis untuk program mana yang potensial akan berkontribusi, sifat kontribusi program itu, dan bagaimana konstribusi yang terukur. 2) Keuntungan tingkat tinggi, finansial dan nonfinansial, dan biaya-biaya untuk siklus hidup ekonomis secara penuh dari program tersebut harus diperkirakan. 3) Setiap asumsi-asumsi kunci harus dinyatakan. 4) Risiko kunci harus diidentifikasi beserta dampak yang potensial dan strategi mitigasi mereka. 5) Manajer fungsi TI menandatangani pada aspek teknis dari program. 6) Pihak yayasan menyetujui dan menandatangani pada business case.

28 77 C. Proses IM3: Pengembangan Pemahaman yang Jelas dari Program Kandidat Proses ini belum ada terlihat berdasarkan dari hasil analisis di III.5.3, maka beberapa hal yang harus dilakukan dapat dilihat pada Gambar IV.29 di bawah ini: IM3. Pengembangan Pemahaman yang Jelas dari Program Kandidat Penggunaan metoda dan teknik yang sesuai Pengukuran yang relevan dan indikator serupa Pengidentikasian risiko kunci Gambar IV.29 Gambaran Usulan Proses Investment Management 3 Pengembangan Pemahaman yang Jelas dari Program Kandidat Berdasarkan Gambar IV.29 di atas beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Penggunaan metoda-metoda dan teknik-teknik yang sesuai dengan disertakannya semua stakeholder kunci, untuk pengembangan dan pendokumentasian secara lengkap dan pembagian pemahaman dari outcome bisnis yang diharapkan (antara keduanya atau 'kepemimpinan', dan akhir atau 'tertinggal', outcome) dari program-program kandidat, bagaimana mereka akan diukur, dan lingkup yang penuh dari inisiatif yang dibutuhkan untuk mencapai outcome yang diharapkan. Inisiatif ini termasuk perubahan-perubahan yang diperlukan untuk sifat dari bisnis enterprise, proses-proses bisnis, keahlian dan kompetensi orang, teknologi dan struktur organisasi yang dimungkinkan. Sifat dari kontribusi inisiatif, bagaimana kontribusi akan diukur dan semua asumsi kunci harus diidentifikasi. 2) Pengukuran yang relevan dan indikator yang serupa untuk pemantauan

29 78 kebenaran asumsi-asumsi ini harus diidentifikasi. 3) Risiko kunci kedua-duanya untuk penyelesaian yang sukses dari inisiatif individu dan untuk keberhasilan dari outcome yang diinginkan perlu juga diidentifikasi. D. Proses IM4: Pelaksanaan Analisis Alternatif Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.30 berikut ini. IM4. Pelaksanaan Analisis Alternatif Pengidentifikasian tindakan alternatif Pemilihan keadaan tindakan yang berpotensi tinggi Manajemen bisnis menilai dampak bisnis dari alternatif tindakan Gambar IV.30 Gambaran Usulan Proses Investment Management 4 Pelaksanaan Analisis Alternatif Berdasarkan Gambar IV.30 di atas berbagai hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Pengidentifikasian berbagai tindakan alternatif untuk pencapaian outcome bisnis yang diinginkan. pengukuran keuntungan yang relatif, biaya-biaya, risiko-risiko dan pemilihan waktu untuk masing-masing identifikasi dari tindakan. 2) Pemilihan keadaan tindakan yang mempunyai nilai potensial paling tinggi, pada biaya yang bisa diusahakan dengan suatu tingkat risiko yang dapat diterima. 3) Pendokumentasian dasar pemikiran untuk direkomendasikannya tindakan yang terpilih. 4) Manajemen bisnis perlu menilai dampak bisnis dari alternatif tindakan,

30 79 dan fungsi TI perlu menilai dampak teknisnya. E. Proses IM5: Pengembangan Perencanaan Program Melalui analisis pada III.5.3 menunjukkan bahwa proses ini belum ada sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.31 berikut ini. Gambar IV.31 Gambaran Usulan Proses Investment Management 5 Pengembangan Perencanaan Program Berdasarkan Gambar IV.31 di atas beberapa hal yang harus dilakukan adalah: 1) Pendefinisian dan pendokumentasian semua proyek, termasuk bisnis, proses bisnis, orang-orang, teknologi dan proyek organisasional, yang diperlukan untuk mencapai outcome bisnis dari program yang diharapkan. 2) Penetapan sumber daya yang diperlukan, termasuk manajer proyek dan tim proyek seperti sumber daya bisnis yang bisa diterapkan. 3) Penetapan pembiayaan, pemilihan waktu dan interdependensi dari semua proyek. Penetapan dasar untuk perolehan dan penugasan anggota staf yang kompeten dan/atau kontraktor untuk proyek. F. Proses IM6: Pengembangan Realisasi Perencanaan yang Menguntungkan Berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 terlihat bahwa proses ini belum ada, sehingga harus melakukan beberapa hal yang diperlihatkan pada Gambar IV.32 berikut ini:

31 80 Gambar IV.32 Gambaran Usulan Proses Investment Management 6 Pengembangan Realisasi Perencanaan yang Menguntungkan Berdasarkan Gambar IV.31 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah untuk setiap outcome kunci, diidentifikasikan dan didokumentasikannya dasar dan target pengukuran untuk pencapaiannya, metode pengukuran masing-masing outcome kunci, tanggung-jawab untuk pencapaian outcome, jadwal penyerahan yang diharapkan, dan proses pemantauan yang perlu dimasukkan ke dalamnya beberapa form dari register keuntungan secara detil, beserta penjelasan risikorisiko yang mengancam keberhasilan dari tiap outcome kunci dan bagaimana risiko-risiko itu akan dikurangi. G. Proses IM7: Pengidentifikasian Biaya dan Keuntungan siklus hidup secara penuh Karena proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 ada beberapa hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.33 berikut ini:

32 81 Gambar IV.33 Gambaran Usulan Proses Investment Management 7 Pengidentifikasian Biaya dan Keuntungan siklus hidup secara penuh Dari Gambar IV.33 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah disiapkannya anggaran program yang mencerminkan biaya dan keuntungan finansial dan nonfinansial siklus hidup ekonomi secara penuh, dan penyerahannya untuk tinjauan ulang, perbaikan dan persetujuan oleh yayasan. H. Proses IM8: Pengembangan Program Business Case secara terperinci Seperti yang sudah dianalisis pada III.5.3, proses ini belum ada, sehingga ada halhal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.34 berikut ini: Gambar IV.34 Gambaran Usulan Proses Investment Management 8 Pengembangan Program Business Case secara terperinci

33 82 Pada Gambar IV.34 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Pengembangan business case yang lengkap dan menyeluruh untuk konsistennya kebutuhan standar business case institusi. 2) Business case perlu memasukkan di dalamnya ringkasan eksekutip; uraian tujuan program, sasaran, pendekatan dan ruang lingkup; ketergantungan program, risiko-risiko dan milesetone; dampak perubahan organisasi dari program; nilai dari penilaian; dan rencana program. 3) Nilai dari penilaian program perlu memasukkan di dalamnya biaya dan keuntungan dari siklus hidup ekonomi secara penuh, finansial dan nonfinansial; finansial yang berharga secara menyeluruh; keselarasan strategis; risiko-risiko, kedua-duanya penyerahan dan risiko keuntungan; skor nilai yang relatif dari keseluruhan program; dan beberapa asumsi kunci. 4) Perencanaan program perlu memasukkan di dalamnya komponen perencanaan proyek, perencanaan realisasi yang menguntungkan, pendekatan untuk risiko dan manajemen perubahan, dan struktur tata kelola program itu dan pengendaliannya. 5) Manajer fungsi TI menandatangani pada aspek teknis dari program. 6) Pihak Yayasan menyetujui dan menandatangani pada business case. I. Proses IM9: Pelaksanaan Tanggung Jawab yang Jelas Proses ini belum ada, sehingga berdasarkan dari hasil analisis di III.5.3, maka ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.35 berikut ini:

34 83 Gambar IV.35 Gambaran Usulan Proses Investment Management 9 Pelaksanaan Tanggung Jawab yang Jelas Berdasarkan Gambar IV.34 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah tanggung jawab untuk mencapai keuntungan, pengendalian biaya-biaya, pengelolaan risiko-risiko, dan dikoordinirnya aktivitas dan interdependensi dari seluruh proyek harus jelas, serta tidak ambigunya yang ditugaskan dan yang dipantau. Di mana tanggung jawab yang ditugaskan harus diterima, harus dengan perintah dan ruang lingkup yang jelas, dan orang yang diberi tanggungjawab harus mempunyai otoritas dan garis tugas yang cukup untuk berbuat sesuatu, memerlukan kemampuan/wewenang, sumber daya setaraf, bentuk yang jelas dari tanggung-jawab, pemahaman dari hak dan kewajiban, dan pengukuran kinerja yang relevan. J. Proses IM10: Penginisialisasian, Perencanaan dan Peluncuran Program Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.36 berikut ini:

35 84 Gambar IV.36 Gambaran Usulan Proses Investment Management 10 Penginisialisasian, Perencanaan dan Peluncuran Program Berdasarkan Gambar IV.36 di atas hal yang harus diltempuh adalah dilakukannya perencanaan, pengadaan sumber daya dan komisi kebutuhan proyek yang perlu untuk mencapai hasil program. K. Proses IM11: Pengelolaan Program Proses ini belum ada, sehingga berdasarkan dari hasil analisis di III.5.3, maka ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.37 berikut ini:

36 85 Gambar IV.37 Gambaran Usulan Proses Investment Management 11 Pengelolaan Program Berdasarkan Gambar IV.37 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Pengelolaan kinerja program terhadap kriteria kunci (termasuk, ruang lingkup, jadwal, mutu, biaya dan risiko). 2) Pengidentifikasian penyimpangan dari perencanaan dan pengambilan tindakan pemulihan tepat waktu ketika diperlukan. 3) Memantau kinerja proyek secara individu yang berhubungan dengan penyerahan dari kemampuan yang diharapkan, jadwal, biaya-biaya dan risiko-risiko untuk pengidentifikasian dampak potensial pada kinerja program, dan mengambil tindakan pemulihan tepat waktu ketika diperlukan. L. Proses IM12: Pengelolaan/Penelusuran Keuntungan Proses ini belum adasehingga berdasarkan dari hasil analisis pada III.5.3 ada halhal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.38 berikut ini:

37 86 Gambar IV.38 Gambaran Usulan Proses Investment Management 12 Pengelolaan/Penelusuran Keuntungan Berdasarkan Gambar IV.38 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Pengimplementasian proses pemantauan keuntungan untuk dipastikannya keuntungan yang direncanakan telah dicapai, didukung dan dioptimalisasi. 2) Penyerahan keuntungan harus dipantau dan dilaporkan. 3) Kinerja yang berlawanan dengan target-target harus secara teratur ditinjau dan dianalisis sebab utama pelaksanaannya menyimpang dari rencana. 4) Tindakan pemulihan untuk menunjukkan dasar penyebabnya harus diinisialisasi dan dikendalikan. M. Proses IM13: Pembaharuan Business Case Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.39 berikut ini:

38 87 IM13. Pemperbaharuan Business Case Diperbaharuinya business case untuk mencerminkan status yang ada dari program Gambar IV.39 Gambaran Usulan Proses Investment Management 13 Pembaharuan Business Case Berdasarkan Gambar IV.39 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah diperbaharuinya business case untuk mencerminkan status yang ada dari program. Ini harus dilaksanakan kapanpun biaya atau keuntungan yang diproyeksikan dari program berubah, ketika risiko-risiko berubah, dan dalam mempersiapkan tahap tinjauan ulang. N. Proses IM14: Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Program Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 ada hal-hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.40 berikut ini. IM14. Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Program Penggambaran dan pengimplementasian praktek enterprise Pelaporan dimasukkan ke dalamnya kinerja terhadap portofolio keseluruhan Gambar IV.40 Gambaran Usulan Proses Investment Management 14 Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Program

39 88 Berdasarkan Gambar IV.40 di atas hal yang harus dilakukan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Penggambaran dan pengimplementasian praktek enterprise untuk memastikan bahwa kinerja program dan kontribusi TI untuk kinerja tersebut dilaporkan kepada pimpinan dan eksekutip tepat waktu dan akurat. 2) Pelaporan dimasukkan ke dalamnya kinerja terhadap portofolio keseluruhan, strategi TI, pemenuhan dengan kebijakan dan standar, realisasi keuntungan, proses maturity, kepuasan pengguna akhir, dan status pengontrolan internal TI. O. Proses IM15: Tahap Akhir Program Proses ini belum ada sehingga berdasarkan hasil analisis pada III.5.3 ada berbagai hal yang harus dilakukan pada proses ini, yaitu seperti yang diperlihatkan pada Gambar IV.41 berikut ini: Gambar IV.41 Gambaran Usulan Proses Investment Management 15 Tahap Akhir Program Berdasarkan Gambar IV.41 di atas, maka hal yang harus dilakukan tersebut adalah: 1) Ketika persetujuan nilai bisnis yang diinginkan telah dilakukan atau akan direalisasikan, pastikan bahwa program telah diselesaikan dengan baik,

40 89 termasuk persetujuan formal dari sponsor bisnis. 2) Penutup program bukan berarti satu akhir untuk pemantauan dan optimisasi keuntungan. 3) Ketika program menghasilkan layanan atau aset yang lain yang berkelanjutan, tanggung-jawab dan proses-proses harus diletakkan pada tempatnya untuk memastikan bahwa organisasi melanjutkan untuk optimalisasi nilai bisnis dari layanan atau aset lain. 4) Begitu program itu ditutup haruslah dipindahkan dari portofolio yang aktif. 5) Penutupan program perlu juga dipastikan semua telah belajar dari program yang telah ditinjau ulang dan setiap perubahan-perubahan yang perlu diimplementasikan untuk memperbaiki proses manajemen program. IV.2. Usulan Program Perencanaan Investasi TI Berdasarkan Business Case Untuk dapat menerapkan kerangka kerja Val IT, organisasi harus membangun Business Case. Berdasarkan analisis business case pada bagian III.7 beberapa hal yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut: 1) Hasil analisis keselarasan, tidak ada hal yang diusulkan karena investasi laboratorium komputer mendukung sasaran strategis institusi dan dapat disesuaikan dengan arsitektur target institusi. 2) Tidak ada usulan untuk analisis keuntungan finansial, karena tidak dilakukan dengan pertimbangan masalah keuangan maupun anggaran tidak dapat dikeluarkan atau dipublikasikan untuk pihak luar Universitas Sangga Buana YPKP. 3) Dari investasi laboratorium komputer ini, diperoleh beberapa keuntungan nonfinansial, sehingga tidak ada yang dapat diusulkan karena sudah memenuhi kriteria keuntungan nonfinansial. 4) Dari analisis risiko, faktor risiko keamanan sangat berisiko, untuk itu diusulkan beberapa hal yaitu:

41 90 a) Pengawasan untuk akses keluar masuk orang kedalam lingkungan laboratorium harus ditingkatkan, terutama jika laboratorium dalam keadaan tidak terpakai. Lebih baik ruangan laboratorium dalam keadaan terkunci. b) Ditambah sumber daya manusia untuk pengawasan laboratorium tersebut. Kemudian yang berkaitan dengan pemeliharaan komputer diusulkan: 1. Dilakukan pemeliharaan dari serangan virus komputer secara periodik dan terencana. 2. Menjaga suhu ruangan laboratorium komputer tetap stabil dengan memasang alat pendingin udara. 3. Memasang stabilizer pada setiap komputer untuk menstabilkan tegangan listrik. 5) Berdasarkan matrik keputusan, maka diusulkan keputusan investasi laboratorium komputer ini adalah berfokus pada keuntungan nonfinansial. 6) Bentuk dokumentasi Business Case merupakan bentuk dokumentasi Business Case yang telah diuraikan dari langkah 2 (dua) sampai dengan langkah 6 (enam) pada Bagian III.4. 7) Tidak dilakukan peninjauan Business Case karena tidak sampai pada pelaksanaan program. Untuk bentuk dokumentasi Business Case perencanaan investasi laboratorium komputer tidak dilakukan secara lengkap dibandingkan dengan contoh gambaran Business Case pada Lampiran F. Hal ini disebabkan: 1. Business Case yang dibuat hanya sebatas analisis saja. 2. Gambaran keuangan Universitas Sangga Buana YPKP dan anggaran perencanaan investasi laboratorium komputer tidak boleh dipublikasikan ke pihak luar. 3. Peninjauan Business Case tidak dilakukan karena program perencanaan investasi laboratorium komputer ini belum dilaksanakan.

42 91 Gambaran dari Business Case seharusnya seperti di bawah ini: 1. Cover a) Nama Program b) Sponsor Bisnis c) Manajer Program d) Catatan Revisi e) Tanda tangan Pengesahan f) Tanda tangan Persetujuan 2. Ringkasan A. Konteks Program a) Nama b) Sponsor Bisnis c) Catatan perjalanan dari tim manajemen d) Kategori investasi e) Profil atau deskripsi program B. Ringkasan penilaian business case a) Kontribuasi program (nilai) b) Waktu program (jadwal) c) Resiko, keuangan dan nilai keselarasan d) Kepercayaan e) Kunci resiko 3. Apakah kita melakukan hal yang benar? (mengapa?) A. Keuntungan keuangan. a) Deskripsi dan hitungan, meliputi arus kas (kas keluar dan kas masuk) b) Pengukuran c) Asumsi dan kepekaan d) Pertanggung-jawaban B. Biaya keuangan. a) Total komitmen dan permintaan pembiayaan b) Asumsi c) Pertangung-jawaban C. Keuntungan diluar keuangan (keselarasan) a) Deskripsi dan hitungan b) Pengukuran c) Asumsi dan kepekaan d) Pertanggung-jawaban D. Biaya diluar keuangan (keselarasan, efisiensi) a) Deskripsi b) Dampak dan kelonggaran strategi E. Analisa Resiko F. Dampak perubahan organisasi a) Mempengaruhi Stakeholders b) Pendekatan perubahan manajemen

43 92 c) Biaya perubahan manajemen G. Dampak dari tidak melakukan program 4. Apakah kita melakukan dengan cara yang benar? (Apa dan Bagaimana?) a) Pendekatan alternatif b) Pemilihan pendekatan c) Cara analisis tingkat tinggi d) Kejadian penting dari program e) Ketergantugan program f) Pemenuhan arsitektur perusahaan g) Pemenuhan kebijakan keamanan h) Resiko kunci 5. Apakah kita menyelesaikannya dengan baik? (Bagaimana?) A. Rencana pelaksanaan program a) Deskripsi dari proyek b) Asumsi perencanaan c) Dampak teknologi d) Sususan kepegawaian dan organisasi e) Penjadwalan dan biaya B. Rencana realisasi manfaat tingkat tinggi C. Manajemen resiko D. Perubahan manajemen a) Tujuan b) Kerangka kerja c) Pendekatan komunikasi E. Struktur ketatakelolaan (kontrol) F. Resiko kunci 6. Apakah kita mendapat keuntungan? a) Deskripsi dari keuntungan b) Daftar manfaat tingkat tinggi c) Keuntungan keuangan d) Resiko kunci 7. Lampiran a) Rincian analisis model b) Rincian rencana proyek c) Rincian rencana manajemen resiko d) Rincian rencana realisasi keuntungan e) Daftar keuntungan keseluruhan

44 93 IV.3. Usulan Matrik Atribut Kematangan Proses-Proses Val IT Berdasarkan pada beberapa uraian proses-proses Val IT yang dijelaskan di sub-bab sebelumnya, maka untuk menetapkan pilihan strategis dan melakukan perbandingan benchmarking dapat mengacu pada model kematangan proses (maturity model). Model kematangan proses membedakan tingkat kematangan menjadi 6 skala kematangan berikut ini : 1) Level 0 (Non-Existent) : Proses belum dikenali secara utuh. Organisasi belum mengenal adanya isu atau permasalahan yang harus diselesaikan. 2) Level 1 (Initial) : Organisasi telah mengenal isu atau masalah yang ada dan perlu diarahkan. Tidak ada proses standarisasi, tetapi sekurang-kurangnya ada pendekatan khusus (ad hoc) yang cenderung diterapkan pada individu atau dasar kasus demi kasus. Pendekatan terhadap keseluruhan manajemen tidak terorganisir. 3) Level 2 (Repeatable) : Proses telah berkembang pada tahap di mana prosedur yang sama diikuti oleh orang yang berbeda dalam menjalankan tugas yang sama, tetapi tidak ada pelatihan formal atau prosedur komunikasi standar. Tanggung jawab diserahkan kepada setiap individu. Kepercayaan terhadap pengetahuan individu sangat tinggi sehingga seringkali terjadi kesalahan. 4) Level 3 (Defined) : Prosedur telah distandarisasi, didokumentasikan dan dikomunikasikan melalui pelatihan. tetapi implementasinya masih bergantung pada individu dalam hal ketaatan terhadap prosedu. Prosedur dikembangkan sebagai bentuk formalisasi dari praktek yang ada. 5) Level 4 (Managed) : Proses telah memungkinkan untuk memantau dan mengukur ketaatan pada prosedur sehingga dapat dengan mudah di ambil tindakan apabila proses yang ada tidak berjalan secara efektif. Perbaikan proses dilakukan secara kontinu dan memberikan best practices. Otomasi dan peralatan yang digunakan masih terbatas. 6) Level 5 (Optimised) : Proses telah diseleksi pada tingkat best practices berdasarkan pada hasil perbaikan yang terus menerus dan pengukuran model

45 94 maturity dengan organisasi lain. TI digunakan secara terintegrasi untuk mengotomatisasi arus kerja, menyediakan alat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas, dan membuat perusahaan mudah untuk beradaptasi. Model kematangan proses tersebut masih bersifat umum dan tidak dapat digunakan langsung untuk menilai tingkat kematangan proses-proses Val IT. Untuk dapat menilai tingkat kematangan proses-proses Val IT secara spesifik dapat dilakukan pemetaan terhadap matriks atribut kematangan proses-proses Val IT seperti pada Tabel IV.1 berikut ini:

46 95 Tabel IV.1 Usulan Matriks Atribut Kematangan untuk Proses ValueGovernance Kepedulian dan Komunikasi 0 Belum mengenali kebutuhan dan komunikasi untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI. 1 Mengenali kebutuhan dan komunikasi yang sporadis untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI yang muncul. Kebijakan, Rencana dan Prosedur Belum adanya kebijakan, rencana dan prosedur untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI. Pendekatan ad hoc untuk proses dan praktek mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI, tetapi proses dan kebijakannya tidak didefinisikan. Kakas dan Otomatisasi Keahlian dan Kepakaran Belum ada kakas yang Belum adanya keahlian digunakan untuk dan kepakaran untuk mengoptimalkan nilai mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI. investasi berbasis TI. Untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI, beberapa kakas telah ada; Penggunaannya berdasarkan standar kakas desktop, tetapi tidak ada pendekatan perencanaan. Keahlian yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI belum diidentifkasi, serta perencanaan pelatihan dan pelatihan bersifat formal belum ada. Tanggungjawab dan Akuntabilitas Belum adanya tanggungjawab dan akuntabilitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI. Belum didefinisikan a- kuntabilitas dan tanggung jawab untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI, orang-orang mengambil inisiatif sendiri. Penentuan dan Pengukuran Pencapaian Belum adanya penentuan dan pengukuran pencapaian untuk mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI. Pencapaian dalam mengoptimalkan nilai investasi berbasis TI belum jelas dan belum diukur.

Bab III Analisis Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP

Bab III Analisis Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP Bab III Analisis Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP III.1 Profil Universitas Sangga Buana YPKP Universitas Sangga Buana (USB YPKP) didirikan pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI VAL IT DAN BUSINESS CASE. Hasil analisis matrikulasi sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III

BAB IV IDENTIFIKASI VAL IT DAN BUSINESS CASE. Hasil analisis matrikulasi sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III BAB IV IDENTIFIKASI VAL IT DAN BUSINESS CASE 4.1 Identifikasi Proses Val IT 4.1.1 Analisis Identifikasi Value governance (VG) Hasil analisis matrikulasi sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III pada

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI.

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI. PENGGUNAAN VAL IT FRAMEWORK 2.0 UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI APLIKASI METATRADER 4.0 (ONLINE TRADING) PADA PERUSAHAAN SEKURITAS ONLINE Oleh : Rani Puspita Dhaniawaty, Yeffry

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Pengantar Val IT merupakan Framework yang dikembangkan oleh IT Governance Institute (ITGI), dimana fokus utama framework ini adalah tanggungjawab

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi informasi (TI) saat ini telah mengalami perubahan yang sangat besar, dari hanya sekadar alat bantu menjadi komponen proses bisnis organisasi. Organisasi

Lebih terperinci

Bab III Analisis Investasi Teknologi Informasi

Bab III Analisis Investasi Teknologi Informasi Bab III Analisis Investasi Teknologi Informasi III.1 Profil Politeknik Caltex Riau Politeknik Caltex Riau (PCR) adalah satu-satunya Politeknik di kawasan Provinsi Riau yang berkedudukan di Pekanbaru. Politeknik

Lebih terperinci

JURNAL LPKIA, Vol.1 No.1, September 2017

JURNAL LPKIA, Vol.1 No.1, September 2017 MENGUKUR INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI ABSENSI DIGITAL DOMAIN PORTFOLIO MANAGEMENT(STUDI KASUSUNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP) 1 Renol Burjulius, 2 Khoirul Khoiria 1 Program Studi Sistem Informasi STMIK

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Value (Nilai) Value (Nilai) dalam bahasa Yunani axia yang berarti berharga. Terdapat perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memberikan beberapa landasan teori, meliputi teori di bidang tata kelola TI, dan pengelolaan investasi TI yang digunakan dalam penelitian. 2.1 Definisi Sebelum lebih jauh,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas layanan sebagai salah satu realisasi dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) mensyaratkan penerapan tata kelola

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu Lampiran LAMPIRAN A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH Proses TI PO - Menetapkan Rencana Strategis IT Perencanaan strategis TI diperlukan untuk mengelola dan mengarahkan semua sumber daya TI sesuai dengan

Lebih terperinci

Kata kunci : Investasi Teknologi Informasi, Val IT Framework 2.0, Value Governance (VG), Maturity Level.

Kata kunci : Investasi Teknologi Informasi, Val IT Framework 2.0, Value Governance (VG), Maturity Level. Pengukuran Investasi Teknologi Informasi Pada Domain Value Governance (VG) Val IT Framework 2.0 di Universitas XYZ The Information Technology Investment Measurement of Value Governance (VG) Domain Using

Lebih terperinci

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto Hubungan antara Val IT dan COBIT Val IT menyediakan perspektif pada level enterprise dalam penciptaan nilai bisnis. COBIT membantu Val IT dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1 ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1 Angga Pratama Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh Jl. Cot Tengku Nie Reuleut Muara Batu, Aceh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan sistem informasi telah melewati 3 era evolusi model yang membawa perubahan bagi keselarasan antara strategi bisnis dengan strategi SI/TI, untuk setiap organisasi

Lebih terperinci

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna Rini Astuti Unit Sumber Dya Informasi Institut Teknologi Bandung riniastuti2001@yahoo.com

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0 AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0 1 Juliandarini (07018215), 2 Sri Handayaningsih (0530077701) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak EVALUASI PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOPERASI SWADHARMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL PADA KERANGKA KERJA COBIT PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE RAHMADINI DARWAS Program Magister Sistem Informasi

Lebih terperinci

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS Wahyuni, S.Si, MT Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Perkembangan TI yang semakin canggih dan

Lebih terperinci

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT.

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT. TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT. INDO BISMAR) Ronggo Alit 1, Okky Dewinta 2, Mohammad Idhom 3 Email: ronggoa@gmail.com

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER. PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI

LAMPIRAN 1 KUESIONER. PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI L1 LAMPIRAN 1 KUESIONER Pilihan Jawaban : 1 : Tidak Setuju 2 : Kurang Setuju 3 : Setuju 4 : Sangat Setuju PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI Maturity Level 0 : Non-existent

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) dalam perusahaan saat ini tidak lagi dipandang hanya sebagai penyedia layanan saja, tetapi lebih jauh lagi penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia IV.1 Rekomendasi Untuk Mengatasi Gap Kematangan Proses TI Rekomendasi untuk mengatasi perbedaan (gap) tingkat kematangan merupakan

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

Tata Kelola Teknologi Informasi

Tata Kelola Teknologi Informasi MODUL PERKULIAHAN Modul ke: 02Fakultas Agus FASILKOM Tata Kelola Teknologi Informasi PROSES TATA KELOLA TI Hamdi.S.Kom,MMSI Program Studi Teknik Informatika LINGKUP PROSES TATA KELOLA i. Perencanaan Sistem

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat membantu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Islam Riau yang beralamat di jalan Kaharudin Nasution No. 113, Perhentian Marpoyan. Pekanbaru. 3.2.

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya. BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session Context of This Session External Business Environment Internal Business Environment Internal IS/IT environment Strategic Management of IS/IT O rganization and R esources Chapter 8 We are here Strategic

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERANGKA KERJA VAL IT UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI, STUDI KASUS PT. SCTV

PENGGUNAAN KERANGKA KERJA VAL IT UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI, STUDI KASUS PT. SCTV PENGGUNAAN KERANGKA KERJA VAL IT UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI, STUDI KASUS PT. SCTV RESEARCH GALIH SEPTANTO 0922200763 PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONSEP TATA KELOLA TI

KONSEP TATA KELOLA TI KONSEP TATA KELOLA TI Pertemuan ke 2 Mata Kuliah Tata Kelola dan Audit Sistem Informasi Diema Hernyka S, M.Kom Konsep IT Governance Outline : Pentingnya Tata Kelola TI Perbedaan Manage dan Govern Definisi

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi Pada bab ini membahas tentang evaluasi hasil pelaksanaan audit sistem informasi berdasarkan Penentuan Ruang Lingkup Audit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) Agus Hermanto [9112205310] Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hari Ginardi, M.Kom PROGRAM

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Rencana Strategis Organisasi di Politeknik Sawunggalih Aji Perencanaan strategis teknologi informasi di Politeknik Sawunggalih Aji ini dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) saat ini menjadi teknologi yang banyak diadopsi oleh hampir seluruh organisasi dan dipercaya dapat membantu meningkatkan efisiensi proses yang

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan

Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan 24 Bab III Pengembangan Kerangka Kerja Penyelarasan Bisnis dan TI III.1 Tahap Pengembangan Kerangka Kerja Pengembangan kerangka kerja penyelarasan meliputi beberapa tahapan. Tahap awal pengembangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penyusunan penelitian yaitu dasar pertimbangan pentingnya melakukan perencanaan strategis sistem informasi di institusi

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom COBIT Control Objectives for Information & Related Technology Taryana Suryana. M.Kom E-mail:taryanarx@yahoo.com COBIT Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) dapat definisikan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Persoalan tata kelola TI menyangkut beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membantu analisis dan pengembangan solusi. Beberapa hal yang akan mendasari untuk membantu pencapaian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI No. Dokumen 02-3.04.1.02 Distribusi Tgl. Efektif RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Rumpun MK Bobot (SKS) Semester

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES Dafid Sistem Informasi, STMIK GI MDP Jl Rajawali No.14 Palembang dafid@stmik-mdp.net Abstrak Layanan penjualan

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Information System Strategic Design 11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Sumber :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI

PENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kunci kesuksesan dari integrasi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI dan TI) sangat ditentukan jika ada keselarasan antara Perencanaan Strategis Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Sistem Informasi Information System (IS) atau yang dikenal dengan Sistem Informasi (SI) oleh Oetomo (2002, p11) didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang

Lebih terperinci

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) N. Tri Suswanto Saptadi POKOK PEMBAHASAN 1.Kendali Manajemen Atas 2.Kendali Manajemen Pengembangan Sistem 3.Kendali Manajemen Pemrograman 4.Kendali Manajemen Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Teknologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Langkah pelaksanaan audit sistem informasi berdasarkan best practice

BAB III METODE PENELITIAN. Langkah pelaksanaan audit sistem informasi berdasarkan best practice BAB III METODE PENELITIAN Langkah pelaksanaan audit sistem informasi berdasarkan best practice (Sarno, 2009: 147-163), yaitu: Penentuan Ruang Lingkup Audit Sistem Informasi, Pengumpulan Bukti, Pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci