BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi di tengah perekonomian memberikan dampak bagi dunia usaha. Salah satu industri yang terkena efek globalisasi yaitu industri telekomunikasi. Persaingan yang semakin ketat antar industri telekomunikasi lainnya menyebabkan perusahaan harus terus berinovasi untuk tetap bertahan dan tidak tergerus oleh perusahaan sejenis lainnya. Perusahaan yang tidak dapat menyesuaikan kondisi tersebut akan mengalami penurunan dari s egi tingkat profitabilitas bahkan ada kecenderungan pula mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan masalah yang dapat terjadi dalam sebuah perusahaan apabila berada dalam kondisi sulit. Darsono dan Ashari (2005), menyatakan bahwa secara garis besar penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua faktor yaitu: internal dan eksternal. Contoh faktor eksternal seperti kesulitan bahan baku yang berakibat supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan material yang digunakan untuk produksi. Sedangkan untuk faktor internal bisa dilihat dari segi keuangan perusahaan, seperti hutang perusahaan yang membengkak dan modal kerja negatif sehingga perusahaan tidak mampu membiayai kegiatan operasionalnya. Tahap awal kebangkrutan bisnis dalam perusahaan biasanya diawali dengan terjadinya kesulitan keuangan (Financial Distress). Menurut Hanafi (2009:262), kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi kesulitan semacam itu apabila tidak ditangani akan menjadi tidak solvabel (hutang lebih besar dibandingkan dengan asetnya). Kalau tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Alternatif proses likuidasi menjadi pilihan utama apabila nilainya lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan. 1

2 2 Telekomunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi masyarakat untuk saat ini., khususnya telekomunikasi seluler berbasis Global System for Mobile (GSM) yang sudah dikenal masyarakat luas. Pengguna GSM sendiri tidak terbatas hanya di kotabesar saja akan tetapi sudah mencapai keberbagai pelosok daerah. Indonesia GSM sendiri masuk di Indonesia pada tahun 90-an namun baru pada akhir tahun 1993 PT.Telkom memulai proyek GSM tersebut hanya pada cakupan Pulau Batam dan Bintan. Dari sana mulai muncul beberapa seluler dalam industri berbasis GSM tersebut, diantaranya PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) yang berdiri pada tahun 1994 dan PT. Excelcomindo Pratama yang berdiri pada tahun 1996, dimana ketiga perusahaan tersebut adalah cikal bakal suksesnya perkembangan GSM di Indonesia. Pada tahun 2014 muncul mobile-8 sebagai pesaing baru di industri ini, dengan basis teknologi yang berbeda yaitu CDMA yang diikuti oleh Telkom (Flexi), Bakrie Telecom (Esia), Indosat (StarOne), dan Mobile-8 Telecom (Smartfren Telecom). Berbagai provider mempromosikan mulai dari harga, tarif hemat antar sesama pengguna, diskon pemakaian pada jam tertentu,bonus pulsa dan SMS serta paket internet bagi pengguna Android dan Ios. Namun saat ini para pelanggan sudah mulai kritis dalam memilih produk yang akan digunakannya berdasarkan kebutuhan dan fasilitas yang ditawarkan. Pada perdagangan (9/9/2014) saham PT Telkom (TLKM) ditutup melemah Rp5 (0,71%) ke angka Rp 2.820, PT XL Axiata (EXCL) turun Rp175 (2,6%) ke posisi Rp6.750 dan PT Indosat (ISAT) turun Rp45 (1,10%) ke posisi Rp4.060 per saham. Melihat kinerja 3 operator telekomunikasi terbesar, pada semester pertama 2014 EXCL malah mencatat rugi bersih Rp482,52 miliar, begitu juga dengan pendapatan ISAT yang turun 0,8% dibandingkan pada periode sama Tapi, TLKM justru mengalami pendapatan yang naik 8,4% menjadi Rp43,54 triliun dari periode sebelumnya semester pertama 2013 sebesar Rp40,16 triliun. Selain 3 operator telekomunikasi terbesar tersebut ada juga operator lain yang mengalami kerugian pada semester pertama 2014 yaitu FREN dan BTEL dimana FREN meliki kerugian menjadi Rp652,14 miliar dari posisi Rp831 miliar

3 3 di periode sama 2013 dan BTEL mencatat kenaikan rugi bersih periode sama sebelumnya Rp292,68 miliar. Melorotnya kinerja emiten-emiten operator telekomunikasi untuk semester pertama 2014 salah satunya dipicu oleh factor persaingan bisnis disektor telekomunikasi sendiri. Pada saat yang sama, beban keuangan emiten di sektor ini semakin tinggi baik beban keuangan dalam dolar AS maupun beban lainnya. (Facriansyah, 2014) Bakrie Telecom Tbk. Indosat Tbk Sumber : : Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Pelanggan pada Industri Telekomunikasi Periode (dalam jt jiwa) Smartfren Telecom Tbk. Telekomunikasi Indonesia(Perse ro) Tbk. Xl Axiata Tbk.2 Berdasarkan data grafik perkembangan pelanggan 5 operator seluler tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2012, 2013, 2014 dan PT. Telkom Tbk dengan Telkomsel sebagai anak perusahaan mampu menjadi pionir terbesar di Indonesia. Perusahaan ini dilaporkan mengalami peningkatan jumlah pelanggan yang cukup signifikan. Tahun 2011 pengguna provider Telkomsel dilaporkan mencapai 107 juta pelanggan sedangkan XL Axiata 46,4 juta pelanggan, Indosat 51,7 juta pelanggan. Smartfren pelanggan 51,7 juta. Tahun 2012 Telkomsel melaporkan jumlah pelanggan mencapai 125,1 juta, sedangkan tahun 2013 sampai dengan 2015 total pelanggan mencapai 131,5 juta hingga 152,6 juta pelanggan. Untuk perusahaan Smartfren,mengalami kenaikan jumlah pelanggannya selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2013 hingga Sementara XL Axiata sebagai operator selular terbesar kedua tampaknya mengalami fluktuasi antara

4 4 tahun 2012 hingga 2015 dengan variasi jumlah pelanggan yang naik dan turun tahun 2012 jumlah pelanggan mencapai 45,8 juta, tahun 2013 jumlah pelanggan 60,5 juta, tahun 2014 pelanggan 59,6 juta di tahun 2015 jumlah pelanggan mencapai 41,9 juta. Perusahaan Bakrie Telecom mencatat jumlah pelanggan di tahun 2011 hanya 11,7 juta pelanggan kemudian meningkat di tahun 2012 dengan jumlah pelanggan 12 juta. Perusahaan ini tidak bisa bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya dalam bidang yang sama karena banyak pelanggan yang pindah ke provider lain sehingga mengakibatkan penurunan jumlah pelanggan di tahun 2014 sebesar 11,6 juta pelanggan. Tahun 2015 perusahaan Bakrie tidak mencatat jumlah pelanggan dikarenakan mengalami kesulitan keuangan sehingga secara perlahan pihak manajemen mengurangi jumlah karyawan (PHK) sebanyak 450 orang. Perusahaan bakrie diprediksi mengalami kebangkrutan akibat terus menurunnya tingkat minat terhadap merek dagang Esia yang berfluktuasi pada beban perusahaan, rugi dari selisih kurs, ditambah dengan turunnya pendapatan. ( om.rugi.dua.perusahaan.ini.bisa.kena.dampaknya) Rata-Rata Hutang Rata-Rata Pendapatan Sumber : Data diolah Grafik 1.2 Rata-Rata hutang dan Pendapatan Industri Telekomunikasi Periode

5 5 Berdasarkan grafik 1.2, dapat dilihat bahwa pada periode rata-rata jumlah pendapatan perusahaan telekomunikasi lebih tinggi dari rata-rata jumlah hutangnya. Namun ditahun 2014 rata-rata jumlah hutang perusahaan telekomunikasi melonjak tajam hingga memiliki selisih yang signifikan dengan rata-rata pendapatannya. Adanya gejala yang muncul dari lima perusahaan seluruh di Industri Telekomunikasi periode dengan indikasi naik dan turunnya jumlah pelanggan operasional dan beban maka diperlukan analisis yang lebih mendalam agar perusahaan dapat mendeteksi dari awal masalah-masalah keuangan yang akan berdampak besar dimasa mendatang. Selain itu juga adanya informasi yang beredar dimasyarakat pada tanggal 14 september 2012 mengenai putusan majelis hakim yang dipimpin oleh ketua Agus Iskandar telah mengabulkan permohonan PT. Prima Jaya Informatika (PJI) untuk mempailitkan PT. Telkomsel. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas utangnya pada saat ditagih (sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo); berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang. Putusan ini pun menjadi gejolak dan bahan perdebatan dikalangan masyarakat yang kemudian menimbulkan tanda tanya besar mengenai apakah perusahaan yang sudah merajai pasar telekomunikasi tersebut bangkrut? Berdasarkan fenomena penjelasan tersebut penulis tertarik untuk lebih memahami secara mendalam prediksi kebangkrutan perusahaan telekomunikasi serta melakukan penelitian lanjutan dengan topik Analisis Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman Z-score Modifikasi, Springate, dan Zmijewski Pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Identifikasi Masalah 1. Bagaimana prediksi financial distress dengan menggunakan metode Altman Z-score Modifikasi pada Industri Telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia periode ?

6 6 2. Bagaimana prediksi financial distress dengan menggunakan metode Springate pada Industri Telekomunikasi periode ? 3. Bagaimana prediksi financial distress dengan menggunakan metode Zmijewski pada Industri Telekomunikasi periode ? 4. Apakah terdapat perbedaan antara menggunakan metode Altman Z-score Modifikasi, Springate, dan Zmijewski pada Industri Telekomunikasi periode ? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data dan informasi terhadap jawaban serta fenomena permasalahan yang terjadi. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memprediksi financial distress dengan menggunakan metode Altman Z-score Modifikasi pada Industri Telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia periode Untuk memprediksi financial distress dengan menggunakan metode Springate pada Industri Telekomunikasi periode Untuk memprediksi financial distress dengan menggunakan metode Zmijewski pada Industri Telekomunikasi periode Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara menggunakan metodel Altman Z-score Modifikasi, Springate, dan Zmijewski pada Industri Telekomunikasi periode Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penanggulangan kondisi financial distress, sebagai sarana penilaian kualitas diri dalam menghadapi sebuah jawab pekerjaan. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini menjadi bahan referensi sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan prediksi financial distress perusahaan.

7 7 3. Bagi Perusahaan Pihak manajemen dapat mengambil tindakan cepat dalam mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan dan memberikan tanda peringatan dini akan adanya kebangkrutan di masa mendatang. 1.5 Sistematika Skripsi Sistematika skripsi yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Dalam bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Peneltian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Skripsi. Bab 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan pembahasan serta peneliti sebelumnya, kerangka pemikiran, dan hipotesis yang digunakan. Bab 3 Metode Penelitian Dalam bab ini penulis menjelaskan Objek penelitian, Unit Analisis, rancangan penelitian, variabel dan pengukuran, model penarikan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data yang digunakan. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini menjelaskan hasil analisa data yang telah diperoleh, serta pembahasan hasil penelitian berdasarkan teori-teori yang tersedia. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Dalam bab terakhir ini, berisikan kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan, serta saran untuk penelitian berikutnya.