PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN WONOSOBO GROSS DOMESTIK REGIONAL PRODUCT 2006

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN WONOSOBO GROSS DOMESTIK REGIONAL PRODUCT 2006"

Transkripsi

1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN WONOSOBO GROSS DOMESTIK REGIONAL PRODUCT 2006 Nomor Katalog BPS/Catalog Number Nomor Publikasi/Publication Number Ukuran Buku/Book Size 16 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Page xv + 80 Naskah/Manuscript BPS Kabupaten Wonosobo Diterbitkan oleh/published by BPS Kabupaten Wonosobo Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Maybe cited with reference to the source

2 DAFTAR ISI Halaman Page SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO... i The Regent Foreword of Wonosobo SAMBUTAN KETUA BAPPEDA KABUPATEN WONOSOBO... The Foreword of a Chief of Regional Planning Board of Wonosobo KATA PENGANTAR... Preface DAFTAR ISI... Contents Sekilas tentang PDRB... viii ii iii iv I. PENDAHULUAN... 1 INTRODUCTION 1.1. Umum... 1 General 1.2. Tahun Dasar... 2 Base Year 1.3. Sistimatika Penyajian... 2 Presentation System II. KONSEP DAN DEFINISI... 3 CONCEPT AND DEFINITION 2.1. Produk Domestik Regional Bruto... 3 Gross Regional Domestic Product 2.2. Produk Domestik Regional Neto... 5 Net Regional Domestic Product 2.3. PDRN atas Dasar Biaya Faktor Produksi... 5 NRDP at Factor Cost 2.4. Pendapatan Regional... 5 Regional Income 2.5. Angka-angka per kapita... 5 Per capita Figures 2.6. Cara dan Penyajian Angka Indeks... 6 The Method and Presentation of It Index 2.7. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan... 7 At Constant Market Prices -iv-

3 III. URAIAN SEKTORAL... 9 THE DESCRIPTION OF SECTORS 3.1. Pertanian... 9 Agriculture Tanaman Bahan Makanan... 9 Food Crops Tanaman Perkebunan Estate Crops Peternakan dan Hasil-hasilnya Livestock and it product Kehutanan Forestry Perikanan Fishery 3.2. Pertambangan dan Penggalian Mining and Quarrying 3.3. Industri Pengolahan Manufacturing Industries Industri Besar dan Sedang Large and Medium Scale Manufacturing Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Small Scale Manufacturing and Home Industries 3.4. Listrik dan Air Bersih Electricity and Watersupply Listrik Electricity Air Bersih Watersupply 3.5. Bangunan Construction 3.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Trade, Hotel and Restaurant Perdagangan Besar dan Eceran Wholesale and Retail Trade Hotel Hotel Restoran/Rumah Makan Restaurant 3.7. Angkutan dan Komunikasi Transportation and Communication Pengangkutan Transportation -v-

4 Komunikasi Communication 3.8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Bank and Other Financial Institutions Bank Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Jasa Perusahaan Non Bank Financial Institution and Services Allied to Financial Sewa Bangunan Building Rental 3.9. Jasa-jasa Services Jasa Pemerintahan dan Pertahanan Government and Defense Services Jasa Swasta Private Services IV. ULASAN EKONOMI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN A REVIEW ECONOMY OF WONOSOBO REGENCY AT Umum General PDRB dan Perkembangannya GRDP and it development Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo Economic growth of Wonosobo Regency Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Wonosobo The growth of Industrial Origin in Wonosobo Regency Peranan masing-masing Sektor dalam PDRB Total The contribution of Industrial Origin of Total GRDP PDRB Per kapita Kabupaten Wonosobo GRDP Per capita of Wonosobo Regency Tabel tabel s -vi-

5 1 PENDAHULUAN INTRODUCTION 1.1 Umum 1.1 General Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan pengaruh yang semakin kompleks dengan makin beragam jenis dan macam kegiatan usaha. Informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai pembangunan di bidang ekonomi sangat diperlukan untuk menyongsong era globalisasi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 sebesar 3.23 persen atau mengalami peningkatan sebesar 0,30 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini utamanya didukung oleh sektor Pertanian, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Industri Pengolahan dan sektor Jasa-jasa. Disamping itu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta sektor Angkutan dan Komunikasi juga mengalami peningkatan meskipun tidak sebesar sektor utama. Publikasi Pendapatan Regional Kabupaten Wonosobo 2006 merupakan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan tahun dasar Dalam publikasi ini gambaran perekonomian dibatasi pada series PDRB tahun 2003 sampai dengan tahun Economic growth in all industrial origin will be given influence which various and complex of kind and business activity, so the economics information are very needed. One of the choice is Gross Domestic Regional Product (GRDP) as the measure of planning evaluation and successfully of development in the regional. The economic growth in Wonosobo Regency in 2006 is 3.23 percent or increased by 0,30 percent if we will be compared to previous year. It case influenced by increasing in Agriculture sector, Trade, Hotel and Restaurant sector, Manufacturing Industries and Service sector. Beside it caused by Electricity, Gas and Water supply sector, and Transportation and Communication also compared the previous year. increasing if This Publication is often called Regional Income of Wonosobo It is as a result accounting of GRDP with 2000 as base year. The publication consists of 2003 until 2006 series data of economic of Industrial Origin in Wonosobo Regency. PDRB Kabupaten Wonosobo

6 1.2 Tahun Dasar 1.2 Base Year Penggunaan tahun dasar tertentu dalam penghitungan PDRB merupakan salah satu persyaratan, agar analisa perbandingan secara menyeluruh antar waktu dan antar wilayah dapat dilakukan. Sebagaimana pada publikasi tahun lalu, tahun dasar penghitungan PDRB tahun 2006 menggunakan tahun dasar Using of base year by accounting of GRDP is very important, so the comparison analyze between times and inter region can be use it. In Publication as same as previous edition, Which in this case is 2000 as base year. 1.2 Sistematika Penyajian 1.2 Presentation System Sistematika penyajian publikasi The system of presentation of Regional Pendapatan Regional Kabupaten Income of Wonosobo 2006 changed less Wonosobo 2006 sedikit mengalami perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya, dimana ulasan perekonomian Kabupaten Wonosobo dimunculkan dalam bab tersendiri sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan lengkap. Sedangkan untuk bab-bab lainnya seperti tahun lalu dimana pada bagian akhir akan tetap ditampilkan series PDRB. than previous year publication, where Economic Review of Wonosobo Regency displayed in another chapter. It given a information so good and completely. Moreover, in the end Chapters consist of GRDP series. PDRB Kabupaten Wonosobo

7 2 KONSEP DAN DEFINISI CONCEPT AND DEFINITION 1.1 PDRB 1.1 GRDP Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ditimbulkan dari suatu daerah, ada 3 (tiga) pendekatan yang digunakan yaitu : a. Menurut Pendekatan Produksi, adalah menghitung nilai produksi dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah, dikurangi biaya antara dari masing-masing total produksi bruto tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Barang dan jasa yang dihasilkan dinilai menurut harga produsen, ini bertujuan untuk mengetahui seberapa nilai yang benar-benar diterima produsen. Biaya transportasi dan pemasaran tidak dimasukkan dalam penghitungan ini, karena akan dihitung sebagai pendapatan sektor angkutan dan sektor perdagangan. Unit-unit produksi tersebut penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) lapangan usaha, yaitu: 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa The Gross Regional Domestic Product (GRDP) in a region can be estimated by 3 (three) approaches, namely : a. Production approach, GRDP is a total of final product produced from all production units in a region for a certain period (usually in a year), excluding transportation and marketing cost, because its commodities includes in transportation industrial origin. and communication The production units in this presentation are grouped into 9 (nine) industrial origin, follows : 1. Agriculture 2. Mining and Quarrying 3. Manufacturing Industry are as 4. Electricity, Gas and Water supply 5. Construction 6. Trade, Hotel and Restaurant 7. Transportation and Communication 8. Bank, Rental and Business Service 9. Services PDRB Kabupaten Wonosobo

8 b. Menurut Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang di maksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor di sebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto dari seluruh sektor (lapangan usaha). c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah jumlah semua komponen permintaan akhir seperti: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, 2. Konsumsi pemerintah, 3. Pembentukan modal tetap domestikbruto, 4. Perubahan stok, 5. Ekspor neto. Dari ketiga pendekatan tersebut diatas, secara konsep jumlah pengeluaran harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah komponen nilai tambah bruto, termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi. Selanjutnya PDRB seperti yang telah diuraikan diatas disebut PDRB atas dasar harga pasar (adhp), karena didalamnya mencakup komponen pajak tidak langsung neto. b. Income approach, GRDP is a total of compensations of production factors engaged in production process in a region for certain period (usually in a year). The compensations are wages, land rental, capital interest and profits, all before taxes. Total of the income components in a sector is called gross value added. Therefore, the GRDP is a total of value added of all economic sectors (industrial origin). c. Expenditure approach, GRDP is a total component of final demand, which are: 1. Household and non profit institution expenditures, 2. Government consumption, 3. Gross domestic fixed capital, 4. Change in stock, 5. Net export. From the three approaches in conceptually give the same result for total final goods and services, total income production factors and total expenditure. In this case is called GRDP at market prices, because it is including a net indirect taxes. PDRB Kabupaten Wonosobo

9 2.2 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Produk Domestik Regional Neto merupakan produk domestik regional bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun. 2.2 Net Regional Domestic Product (NRDP) Net Regional Domestic Product is gross regional domestic product minus total depreciation of fixed capital good usually in a year. 2.3 PDRN Atas Dasar Biaya Faktor Produksi Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi merupakan produk domestik regional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, keduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya PDRN Atas Dasar Biaya Faktor Produksi sering disebut sebagai Pendapatan Regional. 2.3 Net Regional Product at Factor Cost Defined as the product at current market prices minut net indirect taxes. Moreover, net indirect taxes is indirect taxes minus governmental subsidy. The indirect taxes and subsidies are livied on goods and services produced or sold. The indirect taxes affects in increasing prices, where as the subsidy conversely. The Net Regional Product At Factor Cost is often called as Regional Income. 2.4 Pendapatan Regional 2.4 Regional Income Pendapatan Regional adalah PDRN atas dasar biaya faktor ditambah pendapatan neto dari luar wilayah. Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk di suatu wilayah yang diterima dan dikurangi pendapatan yang dibawa ke luar wilayah. Regional Income is NRDP plus net income from abroad. Net income contains of income at factor cost (manpower and capital) of population minus income from abroad. 2.5 Angka-angka per Kapita 2.5 Per Capita Figures Angka-angka Per Kapita merupakan PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Per Capita Figures are GRDP dividing by mid year population. PDRB Kabupaten Wonosobo

10 2.6 Cara Penyajian dan Angka Indeks Agregat-agregat pendapatan seperti yang telah diuraikan diatas disajikan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar. a. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua produksi yang dihasilkan dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB. b. Pada penyajian atas dasar harga konstan, suatu tahun dasar, semua nilai tambah yang ditimbulkan dinilai atas dasar harga konstan yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga tetap, maka nilai tambah dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil dan tidak dipengaruhi fluktuasi kenaikan harga atau yang disebut inflasi. Total nilai tambah bruto juga disajikan dalam bentuk angka indeks perkembangan, laju pertumbuhan dan indeks harga implisit, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : a. Indeks Perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. b. Angka Laju Pertumbuhan, diperoleh dengan membagi nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100, kemudian dikurangi 100. Angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya. 2.6 Presentation Methods and Value Indexes The income aggregates are distinguished into 2 (two) form, namely at current market prices and at constant market prices in base year, are as follows : a. At current market prices, all product aggregates are valued at yearly current prices. In this case influenced by production, value added and GRDP expenditures. b. At constant market prices, all product aggregates are valued at fixed base year prices, so the added value from yearly only influenced by real produced but didn t influenced by inflation. The total of gross value added contains of ordinary index, growth rate and implicit index will be described below : a. Ordinary Index is obtained by dividing the value corresponding to a certain year by year value, multiplied by 100. This index shows year to year shift in the level of product aggregates relative to base year value. b. Growth Rate is obtained by dividing the value of previous year to a current year by year value, less by 100. This value shows year to year shift in the level of product aggregates relative to previous year value. PDRB Kabupaten Wonosobo

11 Indeks Harga Implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar 2.7 Perhitungan Atas Harga Harga Konstan Pertumbuhan riil dari agregat ekonomi diturunkan dengan cara menghilangkan pengaruh dari perubahan harga pada angka atas dasar harga berlaku, sehingga akan diperoleh angka atas dasar harga konstan. Bila angka atas dasar harga konstan dinyatakan dalam harga tahun dasar yang sama, maka analisis perbandingan akan dapat dilakukan dan diturunkan dari komponen-komponennya. Tiga metode berikut adalah cara merubah angka atas dasar harga berlaku menjadi angka atas dasar harga konstan. Metode-metode tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk seluruh komponen PDRB, seperti permintaan akhir, output, input antara dan komponen pendapatan dari nilai tambah. a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi masing-masing tahun dengan menggunakan harga tahun dasar. b. Ekstrapolasi Yang perlu diperhatikan dalam cara ini adalah penentuan ekstrapolatornya. Kuantitas produksi dari masing-masing sektor maupun sub sektor merupakan ekstrapolator yang baik. Implicit Index is obtained by dividing the value at current market prices in a certain year by the value at constant market prices of the same year, multiplied by 100. This index would show yearly price levels of an income aggregate relative to the base year level. 2.7 At Constant Market Prices The real growth of economic aggregates by differential and loss of prices change at current market prices, so can be found at constant market prices. If at constant market prices in same base year, so the comparison analize do it. Sectoral value added at constant market prices may be estimated using one of three standard methods, such as : last demand, output, input and income of added value. Each of which will be described below : a. Revaluation Revaluation is conducted by evaluating each year s production using base year s prices. b. Extrapolation The importance of this method is to choice extrapolator. The production index, generally termed extrapolator can constitute that year s index of productions or an index derived PDRB Kabupaten Wonosobo

12 Namun apabila angka-angka tersebut tidak dapat diperoleh, maka dapat pula dipakai keterangan-keterangan lain yang erat kaitannya dengan produktivitas seperti tenaga kerja, kapasitas produksi (mesin kendaraan dan sebagainya). Nilai tambah atas dasar harga konstan pada suatu tahun diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan index produksi (kuantum) sebagai extrapolator-nya. c. Deflasi Metode ini dilakukan dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks harga dari barang-barang yang bersangkutan. Indeks harga disini dapat berupa Indeks Harga Perdagangan Besar, Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga Konsumen. Indeks harga yang dipakai sebagai deflator harus disesuaikan tahun dasarnya, yaitu tahun From several production indicators such as manpower, capasity of production (vehicle machine, etc), which closely related with the production activities whose value added are being estimated. Extrapolation may also be computed by multiplying output at constant market prices with (fixed) ratio of value added to output. c. Deflation This methode is obtained by dividing each year s value added at current market prices with the respective year s price index. The price index used may be the wholesale price index, producer price index and customer price index. The price index used as deflator, by base year PDRB Kabupaten Wonosobo

13 3 URAIAN SEKTORAL THE DESCRIPTION OF SECTORS 3.1 Pertanian 3.1 Agriculture Dalam penghitungan PDRB sektor pertanian dibagi dalam 6 sub sektor, yaitu : a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan Rakyat c. Tanaman Perkebunan Besar d. Peternakan dan Hasil-hasilnya e. Kehutanan f. Perikanan Metode penghitungan yang digunakan adalah dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu dengan jalan menilai tiap-tiap jenis produksi. Jika nilai produksi dinilai dengan harga yang berlaku untuk masing-masing sub sektor, kemudian dikurangi dengan biaya antara dan penyusutan sektor bersangkutan, hasilnya merupakan nilai tambah neto sektor pertanian atas dasar harga berlaku. Apabila produksi tiap-tiap sub sektor dinilai dengan harga pada tahun 2000, dan selanjutnya dikurangi dengan biaya antara dan penyusutannya, maka akan diperoleh nilai tambah neto atas dasar harga konstan According of GRDP, especially in agriculture sector divided in 6 sub sectors, namely: a. Food Crops b. Society Estate c. Large Estate d. Livestock and its product e. Forestry f. Fishery In this case used by Product approach, that is a valued good in every production. Value added at current market prices less and is called Net value added at current market prices. In this case if value added at 2000 constant market prices less and is called Net value added at 2000 constant market prices Tabama Food Crops Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kentang, kacang tanah, kedelai, sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman pangan lainnya. Including of food crops likes paddy, maize, cassava, potatoes, soybean, vegetables, fruit, etc. PDRB Kabupaten Wonosobo

14 Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo, sedangkan data harga diperoleh dari survei Harga Produsen yang diterima petani (HP-2) yang dilakukan oleh Mantri Statistik Kecamatan se Kabupaten Wonosobo. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan harga produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output Tabel I-O tahun 2000 yang telah diupdate. Untuk memperoleh nilai tambah neto atas dasar harga berlaku, maka nilai penyusutan dikeluarkan.ntb atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000 kemudian dikurangkan lagi dengan biaya antara atas dasar harga konstan tahun Apabila nilai penyusutan dikeluarkan akan diperoleh nilai tambah neto atas dasar harga konstan The production data come from Food Crops Agriculture service of Wonosobo Regency and Price data from Producer Price Survey that its received by a farmer (HP-2), it is obtained by BPS of Wonosobo Regency. Gross value added at current market prices is obtained by price Production approach, that is dividing the production quantum multiplied by its prices. As result of this item less intermediate cost at current market prices in a year. The intermediate cost is obtained by ratio of intermediate cost compare to output of I-O in 2000 which updated. Gross value added at current market prices less depreciation is Net value added at current market prices. Gross value added at 2000 constant market prices is obtained by Revaluation methods, that is production quantum multiplied by prices of commodity in 2000, and then less intermediate cost at 2000 constant market prices. Gross value added at 2000 constant market prices less depreciation is called Net value added at 2000 constant market prices. Tabel : Nilai Tambah sub sektor Tanaman Bahan Makanan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Food Crops sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Uraian Description Production value Intermediate Cost c. NTB GVA e. NTN NVA , , , , , , , , , ,06 PDRB Kabupaten Wonosobo

15 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Tanaman Bahan Makanan atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Food Crops sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , , Tanaman Perkebunan Estate Crops Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat, seperti kelapa, kopi, tembakau, klembak, cengkeh, kapulogo, mendong, tanaman obat-obatan dan sebagainya, termasuk produk ikutannya. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan Kabupaten Wonosobo, sedangkan data harga berasal dari BPS Kabupaten Wonosobo. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi, yaitu dengan cara mengalikan masing-masing jenis komoditas dengan harganya. Jika biaya antara dikeluarkan akan diperoleh NTB atas dasar harga berlaku. Apabila penyusutan dikeluarkan akan diperoleh nilai tambah neto atas dasar harga berlaku. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan. There are several commodities of society estate result, such as coconut, coffee, tobacco, clove, cardamom, etc including secondary production. The production data come from Estate Service of Wonosobo and price data from BPS of Wonosobo Regency. Gross value added at current market price is obtained by production approach, that is commodity multiplied by it s price. If without intermediate cost is often called Net Value Added. Moreover, the value added at 2000 constant market prices is calculated as same as the food crops commodities. PDRB Kabupaten Wonosobo

16 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Perkebunan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Estate sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , ,29 748, , , , ,35 840, ,34 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Perkebunan atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Estate sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , ,94 586, , , , ,75 574, ,27 PDRB Kabupaten Wonosobo

17 3.1.3 Peternakan dan Hasilhasilnya Sub sektor peternakan yang dihasilkan di Kabupaten Wonosobo meliputi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, ayam, itik, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah dengan perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Wonosobo sedangkan data mengenai harga ternak dan hasil-hasilnya diperoleh dari Dinas Peternakan dan BPS Kabupaten Wonosobo. Nilai produksi didapatkan baik atas dasar harga konstan dinilai dengan harga produsen. Sedangkan nilai tambahnya didapatkan dengan mengurangkan berturut-turut biaya produksi dan penyusutan terhadap nilai produksi (output). Persentase biaya produksi dan penyusutan berdasarkan tabel I-O Indonesia tahun 1990 yang diupdate. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangkan lagi dengan biaya antara atas dasar harga konstan 2000, seperti terlihat pada tabel Biaya antara/produksi dimaksud adalah jenis-jenis pengeluaran untuk bibit, makanan, obat-obatan, jasa, pemeliharaan dan perbaikan ringan alat-alat usaha Livestock and It Product Livestock sub sector consists of large and small livestock, poultry, and its product likes cow, buffalo, pig, horse, goat, sheep, chicken, duck, egg and milk. The kind production of livestock is obtained by livestock slaughtered, stock changed and net export of livestock. Data of number of livestock which slaughtered, livestock population, milk production and egg come from livestock Service of wonosobo. Moreover, it price data Of livestock come from livestock service and BPS of Wonosobo Regency. Production value consists of current and constant market prices, the value added is obtained by cost and depreciation based on the I-O table of Indonesia, 1990 which updated. Gross value added at 2000 constant market prices is obtained by revaluation method, that is quantum production multiplied by price of 2000 and then less intermediate cost at 2000 constant market prices, it can be seen in table /production such as seed, food, drug, service, care and repair of business equipment. PDRB Kabupaten Wonosobo

18 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Peternakan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of livestock sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,05 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Peternakan atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of livestock sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,22 PDRB Kabupaten Wonosobo

19 3.1.4 Kehutanan Forestry Sub sektor kehutanan meliputi kegiatan penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan penghasilan hasil hutan lainnya antara lain berupa getah pinus dan kopal. Data produksi kehutanan diperoleh dari Perum Perhutani Ngadisono dan Kedu Utara, sedangkan data harga disamping dari Perum Perhutani juga merupakan hasil survei yang dilakukan BPS Kabupaten Wonosobo. Dalam penghitungan NTB untuk sub sektor ini seperti dengan sub sektor pertanian yaitu dengan cara pendekatan produksi. The activity of forestry subsector consist of cutting of wood and take it another forest product. This activity was produced of several commodities of Forestry and its produc, such as log wood, wood, agava and copal. Forestry data come from Forestry Service of Ngadisono and Kedu part North and price data from Forestry Service and BPS of Wonosobo. In the accounting of Gross Value Added (GVA) of this sub sector as same as agriculture sector with production approach Tabel : Nilai Tambah sub sektor Kehutanan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of forestry sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , , , , , , , , ,60 PDRB Kabupaten Wonosobo

20 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Kehutanan atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of forestry sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , , Perikanan Fishery Karena di Kabupaten Wonosobo tidak terdapat perairan laut, maka komoditi yang dicakup hanyalah perikanan darat yang meliputi pemeliharaan ikan dikolam, empang, sawah, dan karamba serta penangkapan ikan di perairan umum seperti waduk, telaga, sungai dan sebagainya. Data produksi ikan berasal dari Dinas Perikanan Kabupaten Wonosobo sedangkan produksi ikan yang dikonsumsi sendiri dan tidak dijual dipasaran umum diperkirakan sebesar 3 % dari total produksi. Nilai produksi sub sektor perikanan atas dasar harga berlaku diperoleh dari jumlah perkalian tiap jenis produksi dengan harga pada masingmasing tahun bersangkutan, sedangkan untuk nilai produksi atas dasar harga konstan 2000 dengan harga pada tahun dasar. Penghitungan NTB dilakukan dengan mengurangkan biaya antara terhadap nilai produksinya, apabila dikurangkan lagi dengan penyusutan maka akan diperoleh NTN. Persentase biaya antara dan penyusutan diperoleh dari Tabel I-O Indonesia tahun 1990 yang telah diperbarui. In the Wonosobo Regency isn t sea inland so it commodities consits of fishesy inland only such as wetland fishery, cage, lake, dyke, river, etc. Fishery data come from Fishery Service of Wonosobo and production which consumption by self and don t selling is estimated about 3 % from total of production. Production value of Fishery at current market prices is obtained quantum production multiplied by prices and then it value at 2000 constant market prices is quantum production multiplied by the 2000 prices. The accounting of Gross Value Added of fishery sub sector is intermediate cost less production value. In case if less a depreciation is called Net Value Added. The percentage of intermediate cost and depreciation is based on I-O table of Indonesia in 1990 which update. PDRB Kabupaten Wonosobo

21 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Perikanan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Fishery sub sector at current Wonosobo Regency (in million rupiahs) market prices in Production value Gross value added Net value added , , ,40 155, , , , ,54 172, ,64 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Perikanan atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Fishery sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added ,84 830, ,85 123, , ,09 851, ,91 126, ,17 PDRB Kabupaten Wonosobo

22 3.2 Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Wonosobo meliputi penggalian pasir, kerikil, batu dan sebagainya. Data yang dipergunakan dalam penghitungan PDRB merupakan hasil survei dan listing yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Wonosobo. Data yang dicatat meliputi jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah produksi. Data harga yang dipakai merupakan harga rata-rata Kabupaten Wonosobo. Metode penghitungan untuk menghitung nilai produksi dengan menggunakan pendekatan produksi. Nilai produksi merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga masing-masing jenis produksi. Sedangkan untuk menghitung nilai produksi atas dasar harga konstan 2000, dengan cara revaluasi yaitu mengalikan produksi pada tahun berlaku dengan harga pada tahun dasar Nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan mengurangkan biaya antara dan penyusutan dari nilai produksinya. Biaya antara dan penyusutan untuk masing-masing produksi diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara dan penyusutan terhadap nilai produksi hasil penyusunan Tabel I-O Indonesia tahun 1990 yang diperbarui. 3.2 Mining and Quarrying The Mining and Quarrying sector in Wonosobo Regency, namely Sold mining, Gravel mining, Stone, etc. It s data come from survey result and listing by BPS Wonosobo consists of number of companies, number of manpower, and number of production. It is used the average prices of this commodity in Wonosobo Regency. Production value at current market prices is obtained by production approach, it is multiplied between production and prices. Moreover, the production value at 2000 constant market prices is obtained by revaluation approach, that is multiplied between production at current market prices and prices at 2000 as base year. Gross value added of mining and quarrying sector at current and at 2000 constant market prices is obtained by less intermediate cost and depreciation. and depreciation compare to production value of I-O table of Indonesia in 1990 that updated. PDRB Kabupaten Wonosobo

23 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Pertambangan dan Penggalian atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Mining and Quarrying sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , , , , , , , , ,56 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Pertambangan dan Penggalian atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Mining and Quarrying sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,44 PDRB Kabupaten Wonosobo

24 3.3 Industri Pengolahan 3.3 Mining and Quarrying Sektor ini mencakup semua perusahaan /usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Termasuk kedalam sektor iini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan perakitan dari bagian suatu industri. Sektor industri pengolahan dibedakan menjadi sub sektor industri pengolahan non migas dan sub sektor industri pengolahan pengilangan minyak bumi. Karena di Kabupaten Wonosobo tidak terdapat industri pengolahan pengilangan minyak, maka yang akan dicakup disini hanyalah industri pengolahan non migas. Industri pengolahan non migas dibedakan kedalam golongan yang didasarkan pada banyaknya pekerja/tenaga kerja, yaitu : a. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih b. Industri sedang mempunyai tenaga kerja orang c. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5-19 orang d. Industri rumahtangga mempunyai tenaga kerja 1-4 orang This is defined by all companies/business which activities of change of essential good to be consumer s good and or a good with less nominal to be high and quality prices. Including of company activity is industry service and assembling service. Manufacturing industries are divided into non oil and gas and oil and gas sub sector. But in Wonosobo Regency can t be found of oil and gas sub sector, so it is region consist of non oil and gas sub sector only. The non oil and gas sub sector is divided in several classification by number of manpower, namely : a. Large scale manufacturing with manpowers are 100 persons and over b. Medium scale manufacturing with manpowers between 20 and 99 persons c. Small scale manufacturing with manpowers between 5 and 19 persons d. Home industries with manpowers between 1 and 4 persons. PDRB Kabupaten Wonosobo

25 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Industri Pengolahan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Manufacturing Industries sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , , , , , , , ,81 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Industri Pengolahan atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Manufacturing Indutries sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,44 PDRB Kabupaten Wonosobo

26 3.3.1 Industri Besar dan Sedang Metode penghitungan yang dipakai adalah dengan metode pendekatan produksi, yaitu dengan cara menilai produksi yang dihasilkan dari unit produksi pengolahan dengan harga produsen yang terjadi. Untuk mendapatkan nilai tambah terlebih dahulu mengeluarkan biaya yang dikeluarkan untuk membentuk barang dan jasa yang lazim disebut biaya antara. Data yang dibutuhkan berasal dari Survei Tahunan Industri B/S Badan Pusat Statistik. Persentase biaya antara dan penyusutan diperoleh dari tabel I-O tahun 1990 Indonesia yang telah diupdate. NTB Industri B/S atas dasar harga konstan 2000, diperoleh Large and Medium Scale Manufacturing In this case used by production approach, that is a result of production multiplied by prices of producer. For find a value added, the first step less cost from it is, and then to be good and service. It is often called intermediate cost. The data come from Annual Industry Survey B/S of BPS Percentage of intermediate cost and depreciation can be found from I-O table of Indonesia that updated. Gross value added of B/S Industry at 2000 constant market prices is obtained by deflation approach, with IHPB Industry as deflator. dengan cara deflasi dengan deflator IHPB Industri. PDRB Kabupaten Wonosobo

27 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Industri Besar dan Sedang atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Large dan Medium Scale Manufacturing sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , , , , , , , , ,77 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Industri Besar dan Sedang atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Large dan Medium Scale Manufacturing sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,45 PDRB Kabupaten Wonosobo

28 3.3.2 Industri Kecil dan Kerajinan RT Metode penghitungan yang digunakan untuk penghitungan adalah dengan Smale Scale Manufacturing and Home Industries The method for accounting of this case used by production approach metode pendekatan produksi. Untuk mendapatkan nilai tambah terlebih dahulu mengeluarkan biaya yang dikeluarkan untuk membentuk barang dan jasa yang lazim disebut biaya antara. For find a value added, the first step less cost from it is, and then to be good and service. It is often called intermediate cost. Data yang digunakan berasal dari Cabang Dinas Perindustrian dan Deperindag Kabupaten Wonosobo serta laporan data penunjang Pendapatan Regional Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo. Persentase biaya antara dan penyusutan diperoleh dari tabel I-O tahun 1990 Indonesia yang telah diupdate. NTB atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara The data come from Manufacturing Industries Service and Departement of Trade and Industry branch of Wonosobo Regency and Regional Income Secondary Report of BPS Wonosobo. Percentage of intermediate cost and depreciation can be found from I-O table of Indonesia that updated. Gross value added of B/S Industry at 2000 constant market prices is obtained by deflation approach, with Large Trading Price Indexes (IHPB) Industry as deflator. deflasi dan sebagai deflator adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Industri. PDRB Kabupaten Wonosobo

29 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Small Scale Manufacturing and Home Industries sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , , , , , , , , ,04 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Small Scale Manufacturing and Home Industries sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,00 PDRB Kabupaten Wonosobo

30 3.4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3.4 Electricity, Gas and Watersupply Data produksi yang disajikan untuk sektor ini meliputi data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Wonosobo dan Perusahaan Negara Air Minum (PDAM) Kabupaten Wonosobo, sedangkan sub sektor gas di Kabupaten Wonosobo tidak ada. Nilai produksi masing-masing sub sektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup yang dicakup dalam usahanya Listrik Electricity The data presented of this sector, its come from State Electricity Company branch of Wonosobo Regency and Watersupply Regional Company of Wonosobo. Moreover, gas sub sector can t be found in Wonosobo. Production value consists of all production which resulted in every activities of this sector Sub sektor ini meliputi kegiatan produksi dan distribusi listrik baik yang diusahakan oleh PLN maupun non PLN, tetapi masih sulitnya memperoleh data listrik non PLN maka data dasar yang dipakai dalam penghitungan ini memakai data pokok PLN. Metode yang digunakan untuk penghitungan sub sektor ini menggunakan metode pendekatan produksi. Dengan mengalikan produksi dan harga per KWH yang berlaku pada masing-masing tahun yang diperoleh dari PLN akan didapatkan nilai produksi atas dasar harga berlaku, sedangkan nilai produksi atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengurangkan biaya antara pada masing-masing tahun bersangkutan, sedangkan NTB atas dasar konstan 2000 dicari dengan mengalikan produksi dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Dalam penghitungan nilai produksi dan biaya antara sub sektor ini diperhitungkan juga listrik yang digunakan sendiri dan yang hilang dalam jaringan transmisi. The sub sector consist of production activity and distribution of electricity from State Electricity Company and Non State Electricity Company, but it is very difficult of non state electricity data so in this case used state electricity company primary data s. In Electricity sub sector is used the production approach. That is production multiplied by price per KWH at current of the year obtained by state electricity company. It is called production value at current market prices, and then production value at 2000 constant market prices is obtained by revaluation approach. Gross value added at current market prices is obtained by less intermediate cost at yearly to yearly. The Gross value added at 2000 constant market prices is obtained by production multiplied by the 2000 prices, and then less intermediate cost. To find of Electricity sub sector also do use of self and loss in transmition electric. PDRB Kabupaten Wonosobo

31 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Listrik atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Electricity sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production value Gross value added Net value added , , , , , , , , , ,29 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Listrik atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Electricity sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added , , , , , , , , , ,69 PDRB Kabupaten Wonosobo

32 3.4.2 Air Bersih Watersupply Sub sektor yang dicakup dalam kegiatan ini adalah air bersih yang diproduksi oleh PDAM. Metode penghitungan yang digunakan untuk penghitungan adalah dengan metode pendekatan produksi. Untuk mendapatkan nilai produksi, NTB dan NTN baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan Kind of activity in this sub sector is watersupply that produced by Regional Company of Watersupply (PDAM). It is obtained by production approach. The accounting of production value, Gross value added and net value added at current market prices and at 2000 constant market prices as same as with electricity sub sector menggunakan cara yang sama dengan penghitungan sub sektor listrik. Tabel : Nilai Tambah sub sektor Air Bersih atas dasar harga berlaku di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Watersupply sub sector at current market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added 3.696,02 698, ,47 158, , , , ,84 PDRB Kabupaten Wonosobo

33 Tabel : Nilai Tambah sub sektor Air Bersih atas dasar harga konstan di Kabupaten Wonosobo tahun (dalam jutaan rupiah) Value Added of Watersupply sub sector at constant market prices in Wonosobo Regency (in million rupiahs) Production Value Gross Value Added Net Value Added 2.432,59 459, ,83 104, , ,16 474, ,55 107, , Bangunan 3.5 Construction NTB dari sektor Bangunan diperoleh dengan mengalikan suatu rasio dengan nilai produksi tahun yang bersangkutan. Besarnya nilai produksi ini diperkirakan sebanding dengan realisasi belanja pembangunan. Sedangkan untuk bangunan yang dikerjakan oleh bukan kontraktor penghitungannya menggunakan metode pendekatan pendapatan. Data yang dibutuhkan selain dari Survei Konstruksi dan Data Monografi yang dikumpulkan oleh Mantri Statistik se Kabupaten Wonosobo secara rutin, juga berasal dari Gapensi dan Bapeda Kabupaten Wonosobo. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi dengan deflator Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok Perumahan. Gross value added of construction sector is obtained by multiplied between ratio and production value in a year. The number of production value estimated as same as value with actual development expenditures. And then for non contractor, the accounting used by income method. The data come from Construction Survey and Monographic data s that collected by BPS Wonosobo Regency, also from Business Union of Indonesia (It is often called Gapensi) and Regional Planning Board of Wonosobo. Accounting at 2000 constant market prices is obtained by deflation methods with Consumer Price Indexes (IHK) at Housing group as deflator. PDRB Kabupaten Wonosobo

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL

BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL 10.1. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha PDRB Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dengan migas tahun 2009 mencapai 51.177 milyar

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2011 541 542 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2010 sebesar 49.362,71 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 43.985,03 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto/ Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 327 328 Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 10.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta Tahun

Figur Data Kota Surakarta Tahun PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 11 Figur Data Kota Surakarta Tahun 2014 256 Pendapatan Regional Regional Income PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran kinerja ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix Bab I. PENDAHULUAN. 2 1.1 Pengertian Pendapatan Regional. 2 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional.. 5 1.3 Perubahan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Solok Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Solok Menurut Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN I. INTRODUCTION 1.1. Pengertian Pendapatan Regional 1.1. Concept Of Regional Income Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut : Penyajian statistik Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional dan regional khususnya di bidang ekonomi karena angka-angkanya dapat dipakai sebagai ukuran

Lebih terperinci

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1 Tabel / Table 11.1 PDRB Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku GRDP of Musi Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin (Juta Rupiah / Million Rupiahs) 1.

Lebih terperinci

BAB X PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER X REGIONAL INCOME

BAB X PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER X REGIONAL INCOME BAB X PENDAPATAN REGIONAL Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat perekonomiannya yang tercermin melalui pendapatan regional yang dihasilkan wilayah tersebut. Melalui

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.1. PDRB Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) merupakan salah satu cermin perkembangan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1. BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX 9.1. Struktur Ekonomi 9.1. Economy Structure Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama perekonomian di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB. XI. PENDAPATAN REGIONAL Regional Income

BAB. XI. PENDAPATAN REGIONAL Regional Income BAB. XI PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 515 516 BAB XI CHAPTER XI PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME 1. PDRB Jawa Tengah menurut Sektor Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2008 yang ditunjukkan

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkankemampuansuatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional dan Pengeluaran

Pendapatan Regional dan Pengeluaran Pendapatan Regional dan Pengeluaran 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2007 sebesar 33.518,59 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 28.593,61 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME

BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 mengalami kenaikan sebesar 7,88 persen. Kenaikan ini merupakan

Lebih terperinci

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265 BAB XII PDRB GDRP Berau Dalam Angka 2013 Page 265 Berau Dalam Angka 2013 Page 266 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

Gross Domestic Regional Product

Gross Domestic Regional Product Gross Domestic Regional Product TABEL TABLE 9.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PAKPAK BHARAT MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007-2010 (JUTA RUPIAH) GROSS REGIONAL DOMESTIC

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian dan bahan evaluasi pembangunan

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

penduduk pertengahan tahun tersebut sebesar person jiwa. Jawa Barat Dalam Angka / Jawa Barat in Figures

penduduk pertengahan tahun tersebut sebesar person jiwa. Jawa Barat Dalam Angka / Jawa Barat in Figures Regional Income REG GIONAL INCOM ME Jawa Barat Dallam Angka / Jaw wa Barat in Figurres 2011 521 REGIONAL INCOME PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar 770.660.505 juta rupiah,

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 219-228 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

Pendapatan Regional Regional Income

Pendapatan Regional Regional Income Pendapatan Regional Regional Income Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah. 11.1.PDRB

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009

PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009 PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009 REGIONAL INCOME BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 mengalami

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JAWA TENGAH TAHUN 2010 Gross Regional Domestic Product of Jawa Tengah 2010

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JAWA TENGAH TAHUN 2010 Gross Regional Domestic Product of Jawa Tengah 2010 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JAWA TENGAH TAHUN 2010 Gross Regional Domestic Product of Jawa Tengah 2010 No. Katalog/Catalog Number : 9302005.33 ISSN : 0126-4796 No. Publikasi/Publication Number : 33550.1101

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

Lebih terperinci

11. PENDAPATAN REGIONAL/Regional Incomes

11. PENDAPATAN REGIONAL/Regional Incomes 11. PENDAPATAN REGIONAL/Regional Incomes PENDAPATAN REGIONAL PENJELASAN TEKNIS 1. Penghitungan statistik neraca regional yang digunakan di sini mengikuti buku petunjuk yang diterbitkan oleh Perserikatan

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Penda atan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9 Gross Regional Domestic Product Of Provinces in Indonesia by Industrial Origin Daftar I si/ List of Contents

Lebih terperinci

6.1. Perdagangan/Trade , , Hotel , , Restoran/Restaurants ,

6.1. Perdagangan/Trade , , Hotel , , Restoran/Restaurants , Tabel : 10.01.01 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Gross Domestic Regional Products of Surabaya City by Industrial Origin 2010) 2011( 000.000

Lebih terperinci

2010**) 2009*) Lapangan Usaha/Industrial Origin (3)

2010**) 2009*) Lapangan Usaha/Industrial Origin (3) Tabel : 10.01.01 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Gross Domestic Regional Products of Surabaya City by Industrial Origin 2009*) 2010( 000.000

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (STUDI KASUS BPS KABUPATEN KENDAL TAHUN 2006-2010) SKRIPSI Disusun oleh : ROSITA WAHYUNINGTYAS J2E 008 051 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

Pengukuran Pendapatan Nasional / output domestik

Pengukuran Pendapatan Nasional / output domestik Pengukuran Pendapatan Nasional / output domestik Pengertian /bagaimana GDP didefinisikan Pengukuran /bagaimana GDP diukur Pendekatan dalam pengukuran Nominal vs Riil Indeks Harga Contoh PDB Indonesia KelemahanKonsepGDP

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL WONOSOBO REGIONAL INCOME OF WONOSOBO 2009

PENDAPATAN REGIONAL WONOSOBO REGIONAL INCOME OF WONOSOBO 2009 PENDAPATAN REGIONAL WONOSOBO REGIONAL INCOME OF WONOSOBO 2009 - NO. KATALOG BPS 9205.3307 - NO PUBLIKASI/PUBLICATION NUMBER 33076-0702 - UKURAN BUKU/BOOK SIZE 21CM X 28 CM - JUMLAH HALAMAN/PAGE 89 - NASKAH/MANUSCRIPT

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BANYUASIN GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT OF BANYUASIN REGENCY

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BANYUASIN GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT OF BANYUASIN REGENCY PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BANYUASIN GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT OF BANYUASIN REGENCY 2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012 Gross Domestic Regional Product

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT WONOSOBO REGENCY IN 2010

GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT WONOSOBO REGENCY IN 2010 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT WONOSOBO REGENCY IN 2010 ISSN : 2086-521X NO. KATALOG BPS : 930203.3307 NO PUBLIKASI : 3307.1102 PUBLICATION

Lebih terperinci

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) 10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9302008.3403 Bekerjasama dengan / in cooperation with PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH The Regional Development Planning Board of Gunungkidul BADAN PUSAT

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

Jambi Dalam Angka 2007/

Jambi Dalam Angka 2007/ FINANCE AND PRICE Jambi Dalam Angka 2007/2008 541 KEUANGAN DAN HARGA 542 Jambi Dalam Angka 2011 FINANCE AND PRICE BAB 9 KEUANGAN DAN HARGA 9.1. Keuangan Negara CHAPTER 9 FINANCE AND PRICE 9.1. Finance

Lebih terperinci

Tabel/Table Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors

Tabel/Table Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors Tabel/Table 12.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Gross Regional Domestic Product at Current Market Price 2004-2008 ( 000 000 Rp ) Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors 2004 2005*)

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN HARGA KONSTAN

PERHITUNGAN DAN ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN HARGA KONSTAN PERHITUNGAN DAN ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN HARGA KONSTAN (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal) S K R I P S I Disusun oleh : FITRIANI J2E 008 021 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XII POPULATION EXPENDITURE AND CONSUMPTION Penjelasan Teknis Technical Notes 1. Data pengeluaran dan konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

10. PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK/Expenditure and Consumptions of People

10. PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK/Expenditure and Consumptions of People 10. PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK/Expenditure and Consumptions of People PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK PENJELASAN TEKNIS 1. Data Pengeluaran dan Konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XII POPULATION EXPENDITURE AND CONSUMPTION Penjelasan Teknis Technical Notes 1. Data pengeluaran dan konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA Indikator terjadinya alokasi yang efisien nilai output nasional seberapa efisien sumberdaya

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENURUT LAPANGAN USAHA,

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENURUT LAPANGAN USAHA, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENURUT LAPANGAN USAHA, 2004-2008 Gross Regional Domestic Product of Gunungkidul Regency by Industrial Origin, 2004-2008 ISBN : 979.472.458.0 Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

Chapter I Introduction. Bab I Pendahuluan Pengertian Pendapatan Regional Concept Of Regional Income

Chapter I Introduction. Bab I Pendahuluan Pengertian Pendapatan Regional Concept Of Regional Income Bab I Pendahuluan Chapter I Introduction 1.1. Pengertian Pendapatan Regional 1.1. Concept Of Regional Income Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode

Lebih terperinci

Katalog BPS: 9302008.34 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Daerah Istimewa Yogyakarta by Industrial Origin 2009 2013 BADAN

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA BAPPEDA : 040.4/BAPPEDA 2012 KATALOG BPS : 9302008.1371 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product by Industrial Origin of Padang City 2007-2011 Kerjasama

Lebih terperinci

Comsumption and Cost

Comsumption and Cost Comsumption and Cost Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menurut Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan, dimana menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga

Lebih terperinci

Number of Taxpayers based on the Type per Sub Distric

Number of Taxpayers based on the Type per Sub Distric 419 Jumlah wajib pajak yang membayar menurut jenisnya paling banyak adalah dari pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yakni sebanyak 590.238. Sedangkan untuk rekapitulasi perhitungan APBD Tahun 2015

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9213.3207 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN CIAMIS MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic

Lebih terperinci

Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012

Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 BAB X PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER X REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)menurut lapangan mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir ini. Total

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara)

PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara) PENGGUNAAN METODA STEPWISE FORWARD UNTUK MENENTUKAN PERSAMAAN REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus : Jumlah Pendapatan di Kabupaten Tapanuli Utara) SKRIPSI LAMSIHAR D. F. PAKPAHAN 110823019 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Katalog BPS : 9210.34 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product Daerah Istimewa Yogyakarta Province by Industrial Origin

Lebih terperinci

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By Irawati Puloli 1) Mahludin Baruwadi 2) Ria Indriani 3) DEPARTMENTAGRIBISNIS FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITYGORONTALO

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE LIVESTOK AND FISHERY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

KEUANGAN DAN HARGA-HARGA. Finance and Prices

KEUANGAN DAN HARGA-HARGA. Finance and Prices KEUANGAN DAN HARGAHARGA Finance and Prices 10 X. KEUANGAN DAN HARGAHARGA X. FINANCE AND PRICES 1. Keuangan Pembangunan Daerah Rretribusi dan pajak daerah, sebagai penyumbang penerimaan daerah, mempunyai

Lebih terperinci