PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA"

Transkripsi

1 BAPPEDA : 040.4/BAPPEDA 2012 KATALOG BPS : PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product by Industrial Origin of Padang City Kerjasama : BAPPEDA KOTA PADANG dengan BADAN PUSAT STATISTIK Kota Padang

2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Padang City by Industrial Origin

3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PADANG MENURUT LAPANGAN USAHA, GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT of PADANG CITY by INDUSTRIAL ORIGIN, ISSN : Nomor Publikasi / Publication Number : Katalog BPS / BPS Catalogue : BAPPEDA : / BAPPEDA / 2012 Naskah / Editor : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang Regional Development Planning Board of Padang dan / and Badan Pusat Statistik Kota Padang BPS-Statistics of Padang Gambar Kulit / Cover : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang Regional Development Planning Board of Padang dan / and Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Regional Accounts And Analysis for Statistics Sub Diterbitkan Oleh / Published by : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang Regional Development Planning Board of Padang dan / and Badan Pusat Statistik Kota Padang BPS-Statistics of Padang Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

4 KATA PENGANTAR Penerbitan Buku Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang Menurut Lapangan Usaha , merupakan publikasi kelanjutan dari penerbitan publikasi sebelumnya, yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kota Padang. Dalam publikasi ini memuat beberapa indikator ekonomi yang dapat digunakan baik untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan maupun sebagai bahan perencanaan untuk masa yang akan datang. Indikator-indikator tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi total maupun sektoral, struktur perekonomian, pendapatan perkapita penduduk, pengaruh tingkat harga dan sebagainya. Penyempurnaan cakupan data dan metodologi telah dilakukan pada publikasi ini. Beberapa angka yang disajikan masih bersifat sementara terutama data 2011, karena belum tersedianya data dasar secara lengkap dan akan disempurnakan pada penerbitan selanjutnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga terwujudnya publikasi ini, diucapkan terima kasih. Padang, Agustus 2012 BPSKOTA PADANG Kepala, BAPPEDA KOTA PADANG Kepala, RIZAL, S.ST NIP Ir. H. HERVAN BAHAR, MM NIP i

5 FREFACE This publication on Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) of Padang by Industrial Origin, , is an annual publication compiled by Regional Development Planning Board of Padang cooperation with BPS of Padang. The data in this can be used either as the basis of evaluating the results of development or the basis of development planning. The indicators included in this publication are among others the rates of economic growth both on an average and sectoral basis, the structure of economy, per capita income, the effect of price level and so on. The improvement in coverage and method of estimation has been implemented in this publication. Saveral figures are presented as preliminary estimate, particularly for the 2011 due to less complete basic data. These figures will be revised in the next publication. publication. We express our sincere thanks to all parties wha have contributed to this Padang, Agustus 2012 BPS - STATISTICS OF PADANG H e a d, REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD OF PADANG H e a d, RIZAL, S.ST NIP Ir. H. HERVAN BAHAR, MM NIP ii

6 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix Bab I. PENDAHULUAN Pengertian Pendapatan Regional Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Perubahan Tahun Dasar... 4 Bab II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa jasa.. 28 Bab III. Tinjauan Perekonomian Kota Padang Perkembangan PDRB Menurut Sektor Ekonomian Pertumbuhan Ekonomi Sektor dan sub. Sektor Peranan Sektor Ekonomi Terhadap PDRB PDRB Perkapita Perkembangan Kelompok Sektor PDRB Perbandingan PDRB Kota Padang dengan PDRB Sumatera Barat... Bab IV. Penutup Kesimpulan Saran saran iii

7 CONTENTS Page F r e f a c e.. Contents..... List of Tables.. List of Graphs. Ii Iv Vii X Chapter I. INTRODUCTION Concept of Regional Income Regional Income Statistics Benefits Change of Base Year.. 9 Chapter II. COVERAGE AND ESTIMATION METHOD Agriculture, Livestock, Forestry and Fishery Mining and Quarrying Manufacturing Industry Electricity, Gas and Water Supply Construction Trade, Hotel and Restaurant Transport and Communications Financial, Building Rental and Corporate Services Services.. 47 iv

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Halaman PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (Jutaan Rupiah) Tabel 2. PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, (Jutaan Rupiah) Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Distribusi Persentase PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Distribusi Persentase PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Indeks Perkembangan PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Indeks Perkembangan PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Indeks Berantai PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Indeks Berantai PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Laju Pertumbuhan PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tabel 10. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tabel 11. Indeks Implisit PDRB Kota Padang Menurut Lapangan Usaha, Tabel 12. Laju Inflasi PDRB Kota Padang Menurut Lapangan Usaha, Tabel 13. Perkembangan Agregat Pendapatan Regional dan Angkaangka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 14. Perkembangan Agregat Pendapatan Regional dan Angkaangka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan Tabel 15. Indeks Perkembangan Agregat Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku v

9 Tabel 16. Indeks Perkembangan Agregat Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan Tabel 17. Indeks Berantai Agregat Pendapatan Regional dan Angkaangka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 18. Indeks Berantai Agregat Pendapatan Regional dan Angkaangka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan Tabel 19. Laju Pertumbuhan Agregat Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 20. Laju Pertumbuhan Agregat Pendapatan Regional dan Angka-angka Perkapita Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan vi

10 LIST OF TABLES Tabel 1. Page GRDP of Padang City at Current Market Price by Industrial Origin, (Million Rupiahs).. 79 Tabel 2. Tabel 3. GRDP of Padang City at Constant 2000 Market Price by Industrial Origin, (Million Rupiahs).. 80 Percentage Distribution GRDP of Padang City at Current Market Price by Industrial Origin, Tabel 4. Percentage Distribution GRDP of PadangCity at Constant 2000 Market Price by Industrial Origin, Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Index GRDP of Padang City at Current Market Price by Industrial Origin, (2000=100) Index GRDP of Padang City at Constant 2000 Market Price by Industrial Origin, (2000=100) Link Index GRDP of Padang at Current Market Price by Industrial Origin, (Previous Year=100) 85 Link Index GRDP of Padang at Constant 2000 Market Price by Industrial Origin, (Previous Year=100). 86 Growth Rate of GRDP of Padang City by Industrial Origin, Tabel 10. Growth Rate of GRDP of Padang City at Constans 2000 Prices by Industrial Origin, Tabel 11. Implicit Prices Index of Padang City by Industrial Origin Tabel 12. Inflation Rate of GRDP of Padang City by Industrial Origin Tabel 13. Trend of Regional Product Agregate of Padang City at Current Market Price Tabel 14. Trend of Regional Product Agregate of Padang City at Constant 2000 Market Price vii

11 Tabel 15. Index of Regional Product Agregate of Padang City at Current Market Price Tabel 16. Index of Regional Product Agregate of Padang City at Constant 2000 Market Price Tabel 17. Link Index of Regional Product Agregate of Padang City at Current Market Price Tabel 18. Link Index of Regional Product Agregate of Padang City at Constant 2000 Market Price Tabel 19. Growth Rate of Regional Product Agregate of Padang City at Current Market Price Tabel 20. Growth Rate of Regional Product Agregate of Padang City at Constant 2000 Market Price viii

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang Menurut Sektor, Gambar 3.3. Distribusi Persentase PDRB Padang 2010 dan Gambar 3.4. Peranan Kelompok Sektor Terhadap PDRB Padang Tahun ix

13 LIST OF GRAPHS Page Graph 3.1. Padang GRDP at Current and 2000 Constant Price Graph 3.2. Padang GRDP Growth Rates by Industrial Origin, Graph 3.3. Percentage Distribution GRDP of Padang, 2009 dan Graph 3.4. Contribution of Sectoral Group to Padang GRDP, x

14 BAB I PENDAHULUAN

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Pendapatan Regional Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam penghitungan ini digunakan tahun Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : a. Menurut Pendekatan Produksi, Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu : 1. Pertanian (Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan) 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

16 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah b. Menurut Pendekatan Pendapatan, Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, Produk Domestik Regional Bruto( PDRB ) adalah semua komponen permintaan akhir seperti: 1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, 2. Konsumsi pemerintah, 3. Pembentukan modal tetap domestik bruto, 4. Perubahan stok, dan 5. Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor. Secara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya semua hasil penghitungan ini disebut Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

17 Disamping Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) sebagai salah satu indikator ekonomi, beberapa ukuran penting lainnya yang diturunkan dari data Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yakni: 1. Produk Regional Bruto merupakan produk domestik regional bruto ditambah dengan pendapatan netto dari luar daerah. Pendapatan netto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Kota Padang yang diterima dari luar daerah dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk luar daerah yang diperoleh dari luar Kota Padang. 2. Produk Regional Neto merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun. 3. Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi adalah produk regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan Regional. 4. Angka-angka per kapita adalah ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang diperoleh dari data ini antara lain adalah : 1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

18 suatu daerah. Nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. 2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. 3. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) harga konstan ( riel ), dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor ekonomi dari tahun ke tahun. 4. Distribusi Produk Domestik regional Bruto ( PDRB ) harga berlaku menurut sektor menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomiam suatu daerah. 5. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dan Produk Regional Bruto ( PRB ) per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dan Produk Regional Bruto ( PRB ) per kepala atau per satu orang penduduk. 6. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dan Produk Domestik Regional Bruto ( PRB ) per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita Penggunaan Tahun Dasar. Selama ini perhitungan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) telah dihitung menggunakan 5 tahun dasar yaitu, tahun dasar 1960, tahun dasar 1973, tahun dasar 1983 dan tahun dasar Karena perhitungan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dengan menggunakan tahun dasar 1993, dianggap sudah terlalu lama dan dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau kondisi ekonomi yang terjadi, maka diperlukan kembali penetapan tahun dasar baru dalam pengukuran Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ). Alasan tekhnis yang mendorong pergeseran tahun dasar dari perhitungan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 1993 Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

19 menjadi Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 adalah : 1. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000, dipandang relatif stabil. Sejak tahun 2000 hingga tahun 2003 pertumbuhan ekonomi secara agregat terus meningkat dari tahun ketahun dengan besaran positif. Hal ini bisa diberi makna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah keterpurukan akibat krisis ekonomi yang membuat Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) merosot. 2. Pemutakhiran tahun dasar penghitungan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dari tahun 1993 ke tahun 2000, perlu dilakukan estimasi agar hasil estimasi Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) akan menjadi realistis, dalam pengertian mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektor. 3. Menurut rekomendasi Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB ), sebagaimana tertuang dalam buku panduan yang baru Sistem Neraca Nasional, dinyatakan bahwa estimasi PDRB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun refensi yang berakhiran 0 dan Dalam waktu dekat penyusunan series Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), maupun Indeks Harga Konsumen ( IHK ) akan menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun dasar Ketersediaan data dasar ( raw data ), baik harga maupun volume tahun 2000 secara rinci pada masing masing sektor ekonomi relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan kondisi pada tahun 1993, seiring dengan ikutnya berbagai Departemen / Kementrian maupun instansi pemerintah lainnya dalam membangun statistik bagi keperluan perencanaan sektoralnya masing-masing. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

20 CHAPTER I INTRODUCTION 1.1. Concept Of Regional Income One of the important economic indicator for a certain period and area is shown by Gross Regional Domestic Product ( GRDP ), at current and constant prices. Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) is defined as total value added created by all economic units in a certain region, or is a total value of final goods and services produced by all economic units. The current prices of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices reflects the total value added of goods and services calculated on the basis of the prices prevailing in every corresponding, current year. While Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at constant prices shows the total value added of goods and services caculated by using, the prices of goods and services prevailing in a selected base year, where in this calculation 2000 was selected as the base year. Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices can be used primarily for knowing the structural shift of an economiy, while that at constant prices for knowing the growth rate of the economy from year to year. The Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) data can be estimated by three approaches, namely : a. Production Approach, Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) is a total of final product produced from all production units in a country/region for a certain period (usually a year). The production units in this presentation are grouped into 9 sectors of origin, these are : 1. Agriculture,farm non food crops, livestock, forestry and fishery; 2. Mining and quarrying; 3. Manufacturing; 4. Electricity, gas and water supply; 5. Construction; 6. Trade, hotel and restaurant; 7. Transport and communication; Gross Regional Domestic Product of Padang City by Industrial Origin

21 8. Bank, rental and business services; 9. Services including services provided by government. b. Income approach, Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) is a total amount of compensations received by production factors engaged in production processes in a country/region and for a certain period (usually in a year). The compensations consist of wages, land rental, capital interest and profits, all before direct taxes. In this definition, Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) includes also depreciation and net indirect taxes. Total of the income components in a sector is called sectoral gross value added. There fore, the Gross Regional Domestic Product (GRDP) is a total value added of all economic sectors (sectors of origin). c. Expenditure approach, Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) is a total components of final demand, which are : 1. Household and period non profit institution expenditures; 2. Government consumption; 3. Gross domestic fixed capital formation; 4. Change in stock, and (5) Net export, in a certain period. The net refers to export minus import. Conceptually, the three approaches give the same results for total expenditure, total final goods and services and total income of production factors. Further, Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices includes net indirect taxes. Other figures, derived from Gross Regional Domestic Product ( GRDP ), are also valuable for economic indicators, namely : 1. Gross Regional Domestic Product, it is derived from Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) plus net income from out region. Term net refers to the income of production factors (labor and capital) received by Padang resident in out region minus income received by other resident in Padang. Gross Regional Domestic Product of Padang City by Industrial Origin

22 2. Net Gross Regional Domestic Product at current prices, which is derived from Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) minus depreciation of capital goods used in production process for a years. 3. Net Gross Regional Domestic Product at factor cost, defined as the product at current prices minus net indirect taxes. The term net is the value of indirect taxes minus government subsidy. The indirect taxes and subsidies are levied on goods and services produced or sold. The indirect taxes affect in increasing prices, whereas the subsidy, conversely. The Net Regional Domestic Product at factor cost is well known as Regional Income. 4. Per capita figures are obtained by dividing the indicators above by the total Padang at mid year population Regional Income Statistics Benefits Regional Income data is an economic indicator used for showing regional economic condition annually. The benefits from this data are : 1. Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices shows the capability of economic resources to produce goods and services in a spesific region. A large value of Regional Domestic Product ( GRDP ) shows a strong economic capability. 2. Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices also shows the income could be enjoyed by the residents of a region. 3. Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at constant prices gives a picture for economic growth either for the whole or specific sector annually. 4. Distribution of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices shows the economic structure of the region. A big share of the sector plays as basis of the regional economy. 5. Per capita Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) and Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at current prices give a clue of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) and Gross Regional Domestic Product (GRDP) per person. These data also conclude the Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) and Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) distributed equally to population in a years. Gross Regional Domestic Product of Padang City by Industrial Origin

23 6. Percapita Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) and Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) have benefits for exposing economic growth adjusted by population growth 1.3. Change of Base Year All this time, the estimation of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) uses 4 (four) base years those are 1960, 1973, 1983, and Because of the estimations of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) with 1993 base year had uses almost 15 year and the estimation was not appropriate with the present economic circumtances then we need to Re-base the base year estimate the Gross Regional Domestic Product ( GRDP ). The technical excuses to rebase the base year of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) from 1993 as the base year to 2000 as the base year were : 1. The performance of Indonesia Economic in 2000 was stabil respectively, from the year of 2000 till 2003 the economic growth rate was increased positively. 2. The updating of base year in the estimation of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) from 1993 base year to 2000 base year necessary to do in order that the estimation of GRDP shall more realistic. 3. According to the recommendation of United Nation (U.N) in the guide book that was System of National Account explain that the estimation of Gross Regional Domestic Product ( GRDP ) at constant price it s better to update periodicly in the year that ending with 0 or As soon as possible the compilling of serial of Whole Trade Price Index and Consumen Price Index will use 2000 base year. 5. The Availability of raw data includes prices and volume in the year 2000 in each economic sector was complite respectively than the condition in Gross Regional Domestic Product of Padang City by Industrial Origin

24 BAB II RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN

25 BAB II RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub-sektor, cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 serta sumber datanya, yang meliputi : 2.1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Sektor pertanian meliputi lima sub-sektor yaitu : sub-sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan & hasilnya, kehutanan dan perikanan Tanaman Bahan Makanan Sub-sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya; sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya Tanaman Perkebunan Sub-sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainnya Peternakan dan Hasilnya Sub-sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

26 adalah : sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya Kehutanan Sub-sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi : kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya Perikanan Sub-sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya Jasa Pertanian Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pengelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masing-masing sub-sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap sub-sektor pertanian. Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah, yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

27 dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus. Total output suatu sub-sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu sub-sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya-biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000 = 100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar Khusus untuk sub-sektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni : banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak Pertambangan dan penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian, dikelompokkan dalam tiga sub-sektor,yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

28 Di Kota Padang kegiatan penambangan minyak dan gas bumi belum dilakukan, oleh karena itu tabel-tabel PDRB Padang tidak mencakup sub sektor ini Pertambangan tanpa Migas Pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil dari kegiatan ini adalah batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, ferro nikel, nikel mattes, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam serta komoditi tambang selain tersebut diatas. Untuk memperoleh output beberapa komoditi tambang seperti batubara, bijih bauksit, bijih timah, bijih tembaga, bijih nikel, ferro nikel, nikel mates, bijih emas dan bijih perak tetap digunakan metode pendekatan produksi. Cara yang digunakan untuk memperoleh output dan NTB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 ditempuh cara yang sama dengan cara yang digunakan pada sub-sektor pertambangan migas, yaitu revaluasi Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut diatas. Output komoditi penggalian lainnya atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan produksi dimana output setiap komoditi di peroleh dari hasil perkalian antara produksi dengan harga masing-masing komoditi. NTB diperoleh dari output dikurangi biaya antara. Sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan melalui metode revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

29 2.3. Industri Pengolahan Seperti halnya pada seri tahun dasar 1993, industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua industri pengolahan tanpa migas Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi Sub sektor ini mencakup pengilangan minyak bumi dan produk LNG yang dihasilkan oleh pengilangan gas alam. Namun karena tidak ada kegiatan di Padang maka sub-sektor ini dikosongkan Industri tanpa Migas Sejak tahun 2000 Industri pengolahan tanpa migas dihitung menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Industri (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau (31); industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); industri kayu, bambu, rotan dan perabot rumahtangga (33); industri kertas dan barang dari kertas (34); industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); industri barang galian bukan logam (36); industri logam dasar (37); industri barang dari logam, mesin & peralatannya (38); dan industri pengolahan lainnya (39). Didalam perhitungan pada tahun dasar 2000=100 digunakan sebagai acuan adalah Tabel Output Padang tahun 2000 sehingga semua kode KLUI yang dimulai dengan angka 3 (tiga) sudah dimasukkan dalam sektor industri. Meskipun demikian, dalam penyajiannya belum memisahkan sektor industri sehingga menjadi 2 digit KLUI. Hal ini mengingat keterbatasan data dasar Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga. a. Industri Besar dan Sedang Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh nilai tambah brutonya. Pada prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun seri baru tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

30 b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan rumah tangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar/Sedang tanpa Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan perusahaan digolongkan sebagai Industri Kerajinan Rumahtangga jika tenaga kerjanya berjumlah kurang dari 5 orang. Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB sub-sektor ini dihitung dengan metoda extrapolasi dengan dasar indeks triwulanan Industri Besar/Sedang Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor ini terdiri dari tiga subsektor, yaitu : subsektor listrik, subsektor gas dan subsektor air bersih Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan untuk seri 2000 pada sub-sektor ini adalah sama dengan metode penghitungan yang dipakai pada seri 1993 yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi. Dan penghitungan atas dasar harga konstan digunakan metode revaluasi G a s Kegiatan ini meliputi penyediaan serta penyaluran gas kota kepada konsumen dengan menggunakan pipa. Di Indonesia kegiatan usaha ini Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

31 hanya dilakukan oleh Perum Gas Negara. Karena tidak ada kegiatan ini di Padang, maka sub sektor ini tidak ada isian Air Bersih Kegiatan sub-sektor air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan pada seri 2000 ini masih sama dengan metode penghitungan yang digunakan pada seri 1993 yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi, dengan data dasar hasil Survei Perusahaan Air Minum (PAM/PDAM) Tahunan. Metode penghitungan menggunakan pendekatan produksi. Dan penghitungan atas dasar harga konstan digunakan metode revaluasi Bangunan Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI. Metode estimasi untuk memperoleh output dan NTB sektor bangunan, menggunakan cara ekstrapolasi yang mana output dan nilai tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output dan NTB harga berlaku. Output dari kegiatan konstruksi anggota AKI dan Non AKI diestimasi dengan indeks output. Selanjutnya ditambah dengan pengeluaran investasi rumahtangga yang berupa bangunan. Untuk menghitung NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menginflate nilai NTB harga konstan 2000 dengan indeks pengeluaran bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu : subsektor perdagangan, subsektor hotel, dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/hotel, serta penjualan Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

32 makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan jenisnya Perdagangan Kegiatan yang dicakup dalam sub-sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa mengubah sifat barang tersebut. Sub-sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB sub-sektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor. Untuk mendapatkan nilai atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi atau deflasi, dimana indeks harga perdagangan besar (IHPB) atau indeks harga konsumen (IHK) sebagai deflator Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

33 tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan yang datanya sulit dipisahkan. NTB sub sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya adalah rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTBnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi atau metode deflasi dengan indeks tarif hotel tertimbang sebagai deflatornya Restoran Kegiatan sub-sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam sub-sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub-sektor restoran adalah pendekatan produksi, yaitu perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan metode ekstrapolasi, dengan indeks produksi sebagai ekstrapolatornya Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam sub-sektor pengangkutan terdiri atas jasa angkutan kereta api, angkutan jalan raya, angkutan laut, sungai, danau Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

34 dan penyeberangan, angkutan udara, jasa penunjang angkutan serta pergudangan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan. a. Angkutan Rel Meliputi pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia ( PT KIA ) secara monopoli. Metode estimasi yang digunakan yaitu pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku diolah dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan output atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan metode ekstrapolasi yaitu dengan menggunakan penumpang dan barang sebagai ekstrapolatornya. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun b. Angkutan Jalan Raya Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlakunya merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. c. Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

35 kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan. Pada dasarnya metode estimasi NTB angkutan laut adalah dengan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal/angkutan sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah penumpang, barang dan mobil yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harga yang terdiri dari angkutan sungai, danau serta penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. e. Angkutan Udara Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di Padang. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah penumpang dan banyaknya barang yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku angkutan udara diperoleh dari perusahaan penerbangan. Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. f. Jasa Penunjang angkutan Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

36 sungai, darat (terminal & parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan ini diperkirakan berdasarkan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga yang sesuai. Data indikator produksi dan pendapatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan laporan keuangan BUMN dan dinas yang terkait. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio NTB, rasio mark-up dan rasio lainnya yang sesuai Komunikasi Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia dan perusahaan pengiriman barang lainnya. Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan oleh PT Telekomunikasi dan PT Indosat serta Perusahaan Telekomunikasi lainnya. Jasa Penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), warung internet (warnet), radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku berupa pendapatan/penerimaan Pos dan Giro serta telekomunikasi diperoleh dari laporan keuangan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh pula dari laporan keuangan berupa penjumlahan upah dan gaji, penyusutan, laba / rugi, dan komponen - komponen lainnya dari NTB. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. Output dan NTB jasa penunjang angkutan diestimasi dengan pendekatan produksi, yaitu dengan menggunakan jumlah perusahaan sebagai indikator produksi, dan rata-rata pendapatan per perusahaan sebagai indikator Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

37 harganya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Keuangan, Persewaan bangunan dan Jasa perusahaan terdiri atas subsektor Bank, subsektor Lembaga Keuangan bukan bank dan Jasa penunjang keuangan, subsektor Sewa bangunan dan subsektor Jasa perusahaan Bank Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat penyimpanan barang berharga, dan sebagainya. Output dari usaha perbankan adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank, biaya pengiriman wesel, dan sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan. NTB Sub Sektor ini dihitung oleh Bank Indonesia Pusat dengan pendekatan produksi dan pendekatan pendapatan. NTB atas dasar harga konstan dapat diperkirakan dengan metode deflasi, dengan indeks harga konsumen umum dan indeks harga implisit PDRB sebagai deflatornya Lembaga Keuangan Tanpa Bank Subsektor Lembaga keuangan tanpa bank mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam dan Lembaga pembiayaan (sewa gudang usaha, modal ventura, anjak piutang dan sebagainya) a. Usaha Jasa Asuransi Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

38 /kecelakaan atas barang atau orang tersebut (termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa asuransi ini dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi kerugian. Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. Nilai pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak asuransi ini akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti : - jasa angkutan - jasa kesehatan - jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi kerugian serta broker asuransi). Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan, sewa gedung dan biaya administrasi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

39 NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya antara yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan (hasil Survei Khusus Pendapatan Regional /SKPR). Sedangkan untuk NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara sebagai berikut : untuk asuransi jiwa menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk asuransi sosial menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah peserta; untuk asuransi kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai deflatornya adalah indeks harga perdagangan besar (IHPB) umum. b. Dana Pensiun Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi output dan NTB atas harga konstan diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai deflatornya /ekstrapolatornya adalah IHK umum atau jumlah peserta. c. Pegadaian Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan nilai barang jaminan yang Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

40 diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai penggunaan dananya. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan Perum Pegadaian. Outputnya terutama terdiri dari sewa modal, bunga deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah Jasa Penunjang Keuangan Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa penunjangnya, manajer investasi, penasehat investasi, reksa dana, biro administrasi efek, tempat penitipan harta, dan sejenisnya. a. Pedagang Valuta Asing Pedagang valuta asing adalah suatu badan usaha/perusahaan yang memperoleh izin Bank Indonesia untuk melakukan transaksi valuta asing dan membeli travel check, dan perusahaan tersebut tidak boleh melakukan pengiriman uang dan menagih sendiri ke luar negeri. Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih penjualan valuta asing dengan pembelian valuta asing. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian rasio NTB terhadap outputnya. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode deflasi Sewa Bangunan Sub-sektor ini meliputi usaha pesewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumahtangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

41 Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per m 2. NTB diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya indeks luas bangunan Jasa Perusahaan Kegiatan subsektor ini meliputi pemberian jasa yang pada umumnya melayani perusahaan, seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan pembukuan dan sebagainya. a. Jasa Hukum (Advokat/pengacara, Notaris) Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman untuk mensyahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian dan sebagainya. b. Jasa Akuntansi dan Pembukuan Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan. c. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan, jasa survei geologi, penyelidikan tambang/pencarian komoditi pertambangan dan jasa penyelidikan serta sejenisnya. d. Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran Jasa periklanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

42 e. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan Jasa Persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan mesin dan peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak, industri pengolahan, konstruksi, dan mesin-mesin keperluan kantor. Output jasa perusahaan atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (ratarata output perusahaan atau per tenaga kerja). NTBnya diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan output. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan indeks harga konsumen terkait sebagai deflatornya Jasa-Jasa Sektor Jasa-jasa terdiri atas dua subsektor, yaitu subsektor Pemerintahan umum dan pertahanan serta subsektor Swasta Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yakni pertama pelayanan dari pemerintahan departemen dan pertahanan, dan kedua pelayanan yang diberikan oleh badan-badan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya. a. Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan Sektor Pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan. Belanja pegawai guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintahan, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak melayani masyarakat dikelompokkan sebagai administrasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

43 pemerintahan sedangkan dokter pemerintah yang melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terdiri dari pemerintah daerah tingkat I, tingkat II dan kelurahan/desa termasuk angkatan bersenjata. b. Jasa Pemerintah Lainnya Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, bimbingan masyarakat terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang dibiayai dari keuangan pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha semacam ini menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat. Aparat pemerintah yang melayani penyuluhan KB atau memberi penyuluhan kepada masyarakat terasing dikategorikan sebagai jasa kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang melakukan penjualan karcis masuk taman hiburan, museum atau melayani masyarakat di perpustakaan dikategorikan sebagai jasa hiburan dan kebudayaan. Belanja pegawai dari sektor ini terdiri dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan lainnya. Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja pembangunan ditransfer ke belanja rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk guru-guru sekolah negeri, pekerja rumah sakit pemerintah, pekerja bimbingan masyarakat terasing, pekerja perpustakaan dan tempat-tempat rekreasi serta museum pemerintah. Penyusutan barang modal untuk sektor pemerintahan umum datanya belum tersedia. Sehingga nilai penyusutan diadakan estimasi berdasarkan rasio terhadap belanja pegawai. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

44 Struktur biaya dari sektor ini tidak memuat unsur surplus usaha. Sedangkan pemerintah tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung, untuk memperoleh nilai tambah bruto diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan penyusutan. Data untuk estimasi NTB sektor pemerintahan umum didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang ditransfer dari pemerintah pusat dan daerah diperoleh dari realisasi anggaran belanja pembangunan menurut sektor dan sub-sektor. Sedangkan belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya untuk pemerintah daerah diperoleh dari laporan belanja pegawai menurut jenis pengeluaran. Disamping belanja pegawai di atas penyusutan juga termasuk dalam penghitungan NTB jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan diperkirakan sekitar 5 persen dari nilai belanja pegawai. Perkiraan NTB sektor pemerintahan umum dan jasa lainnya atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan Jasa Swasta Subsektor ini mencakup tiga jenis kegiatan yaitu Jasa sosial dan kemasyarakatan, Jasa Hiburan dan kebudayaan serta Jasa perorangan dan rumah tangga. a. Jasa Sosial Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat/ypac, rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing indikator. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

45 berdasarkan perkalian rasio NTB dengan output, sedangkan atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi dan IHK sebagai deflatornya. b. Jasa Hiburan dan Rekreasi Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan film dokumenter untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan teknis, bilyar, klub Galatama, artis film, artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan produksi, yaitu output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang diproduksi dengan rata-rata output per film. Output kegiatan distribusi film diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pajak tontonan yang diterima pemerintah. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan rata-rata output per indikatornya. Dan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi/ekstrapolasi dengan deflator/ekstrapolatornya adalah IHK hiburan & rekreasi/indeks indikator produksi yang sesuai. c. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga, yang terdiri dari : - Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil-kecilan dari kendaraan roda empat, roda tiga dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

46 dua, seperti mobil pribadi, mobil umum, bemo, sepeda motor dan sebagainya. Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumah tangga lainnya. - Jasa pembantu rumah tangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak.. - Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu. Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumah tangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumah tangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu rumah tangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk jasa perorangan yang belum dicakup. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output, rasio NTB diperoleh dari hasil Survei Khusus Input Output (SKIO). Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode extrapolasi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

47 CHAPTER II COVERAGE AND ESTIMATION METHOD Sectoral description presented in this chapter include coverage and definition for sector and sub-sector, estimation of value added both at current and constant 2000 market prices, and its data sources, which include : 2.1. Agriculture, Farm Non Food Crops, Forestry and Fishery The agricultural sector includes all the concessions obtained from nature and is the stuff of life, where the results will be used to meet their own lives or sold to another party, does not include activities that aim to hobbyists. The agriculture sector covers five sub-sectors, namely: sub-sector tabama, plantation crops, livestock & result, forestry and fisheries Farm Food Crops This sub-sector includes commodities such as paddy, maize, cassava, sweet potatoes, food crops, peanuts, soyabean, other bean and nuts, vegetables and other farm food crops Estate Crops This sub-sector covers all kinds of estate crops activities, for example clove, ginger, cashew fruit, castor, cocoa, rubber, cotton, kapok, cinnamon, coconut, oil palm, candle nut, quinine, coffee, pepper, vanilla, sack fibber, sugar cane, tobacco, tea and other estate crops Livestock and Its Products This sub-sector covers activities all kinds of animal husbandry and poultry, for breeding, growing up, slaughtering and obtain its product undertaking by people and livestock company. Kinds of animal husbandry covers cattle, buffalo, goat, pig, horse, chicken, duck, eggs, unadulterated milk, and other animal husbandry Forestry This sub-sector covers cutting of wood, gathering products such as leaves, saps and roots, including hunting. Commodities covered are log (from extensive jungle and cultivated forest), fire wood, rattan, charcoal, Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

48 bamboo, turpentine, gandarukem, peel, deer, wild boar and other forest products Fishery Fishery sub-sector includes all kinds of cultivating fish, both in freshwater and salty water. Fishery products are tuna fish and other marine fishes, goldfish and other freshwater fishes, kinds of ground fishes, shrimp and other hard-skinned animals, squid and other sea plants Agriculture Services Agriculture services are identified as supporting activity for agriculture economic such as contractual work and percentages to results. Included in this sub-sector is agriculture equipment rental with operator under condition that the organizing and activity risk are separately. Value added of agriculture sector, conceptually, included in agriculture services and distributed into each sub-sector (such as animal doctor services in the livestock sub-sector, coffee picking services in estate crops). Because of the incomplete information the agriculture services, calculated by a certain percentage as mark-up value to the each agriculture sub-sector. Estimation Method of Value Added and Output Approach that is used in estimating the agriculture sector value added is through production approach. This approach based on the availability of production and price data for each agriculture commodity. In general, output of each commodity is obtained by multiplying both production and commodity producer prices. According to the characteristics, output is divided into two kinds, namely main output and product. Commodities of other agriculture sub-sectors in which the data are not available, are estimated through mark up percentage numbering, obtained from several specific survey. Total output of the sub-sector is resulted from summing up the main products, by products and some mark-up. Value added is derived through a total of all value added of each commodity. The value added itself is a residual of output at producer prices minus intermediate inputs, which in practice is accounted through multiplying a ratio of value added to output of commodity. For a Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

49 publication, value added data at constant 2000 (2000=100) prices is estimated by revaluation method, i.e. all production and costs are valued at 2000 prices. For The livestock, the products can not be estimated directly, but it used a certain formula using three variables : number of slaughtering plus changes in stock and export minus import of animals Mining and Quarrying All commodities covered in this sector are grouped into three sub-sectors; oil and gas mining, non oil-gas mining and quarrying Oil and Gas Mining The oil-gas mining covers activities of getting and finding oil and gas, exploring, mining, evaporating, separating and obtaining these solid commodities in order to sell and market them. Commodities obtained are crude oil, condensate and natural gas. These activities are not available in Padang, so that there is no figures on this sub-sector Non-Oil-Gas Mining This sub-sector includes obtaining and preparation of further processing of solid object, whether beneath, under or above earth and also all activities in order to utilize those products. The commodities are coal, gold, etc. To get the output of coal, and gold are using a production approach. To obtain output and value added for constant prices are using a revaluation method but for iron ore, mangan, sulfur are using another method Quarrying This sub-sector covers quarrying and gathering all kinds of stone, sand and soil which are generally available on earth. The products are mount stones, river stones, lime stones, pebbles, corals, marbles, sand used in material construction, silicate, kaolin, quartz, clay and others. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

50 Included in this sub-sector are natural salt (roughly salt). Output salt at constant 2000 is obtained by extrapolating the 1990 output to the 2000 year using index of population growth. Value added at constant 2000 prices is obtained by multiplying the output and ratio of value added at 2000 year. The current output is derived by multiplying output at constant 2000 prices and Wholesale Prices Index of salt (2000=100). Value added at current prices is again multiplying the output and value added ratio. Output of other quarrying products are estimated using a production approach, i.e. each product is multiplied by its price. Moreover, the value added at current prices of each commodity constitutes as a multiplication of output and its value added ratio. Meanwhile, the vallued added at constant 2000 market price is estimated by Revaluation methods Manufacturing As in the series data at 1993 constant prices, the manufacturing sub-sector is divided into two categories, first oil and gas processing industry (oil refinery), and second non-oil-gas manufacturing industry Oil and gas Processing Industry (Oil Refinery) This sub-sector contains oil refinery and Liquefied Natural Gas (LNG) which is derived from processing natural gas. As there is no oil and gas processing activity refinery in Padang, the figures of this sub-sector are zero Non Oil-Gas Industry Starting from 2000, the manufacturing industry of non-oil-gas is estimated by 2 digits of industrial classification (KLUI) that is : foods, tobacco and beverages industries (31); textile, garment and leather industries (32) wood, bamboo s, and rattan industries (33); paper and paper product industries (34); chemical and rubber product industries (35), cement and non metallic mineral industry (36); iron and basic steel industries (37), transport equipment, machinery industries (38); and other manufacturing industries (39). Estimation for the base year 2000 = 100 Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

51 based on the 2000 I-O Table of Padang, where the classification (ISIC) used as the starts with 3 digit ISIC. As it has shown in data series at 1993 constant prices, the basic data on manufacturing non oil gas for 2000 series is also divided into 3 groups; large and medium industry (labors > 20 person), small industry (5-19 labors); and household industry (labors < 4 persons). a. Large and Medium Industry Method of estimation used is production approach, that is to estimate output first and then deducted it with intermediate input to get gross value added. In principle the method for the new series is the same as for the old series. The method is to use inflation. The method for estimating current values and extrapolation for constant prices using Quarterly production index. b. Small and Household Industry Principaly, scope and definition of the small and household industry is the same as the large and medium industry of non-oil and gas activities. The difference is only in the use of labors. An establishment is defined as small industry if it uses 5 to 19 labors. Meanwhile an establishment is categorized as household industry if it uses less than 5 labors. As the base year changes from 1993 to 2000, and the improvement of estimation due to the more complete data, then the method of estimation for the value added is also improved by extrapolation method using quarterly production index, according to groups of 3 digit classification of ISIC. 2.4 Electricity, Gas and Water Supply This sector consists of three sub-sectors, namely: sub-sectors of electricity, gas and sub-sub clean water Electricity This activity covers providing and distribution of electric power, either by central state company of electricity (PLN) or by establishment of regional states and personal or private own for the purpose of selling the power. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

52 Production of electricity consists of electric sold, own used, loss in transmission, and stolen electricity. Method of estimation for 2000 series of this sub-sector is the same as used in 1983 series, that is the production appproach includes supplying and distributing gas to consumers by using pipes. In Indonesia this activity is only engaged by the State Company Gas Gas commodity mentioned here is the gas produced by Perum Gas Negara. The value added figures of this sub sector is not mention ad in Padang, as there is no such activity Water Supply This sub-sector covers the definery and processing of water and other chemical processing of water to produce clean water, including distribution and supplying directly through pipe and other tools to satisfy household, government institutions and privates. Method of estimation used for the 2000 series is also the same as the old 1993 series that is the production approach. All data are collected completely, and the information taken from direct survey, i.e. Annual Water Supply Survey. 2.5 Construction Activities of construction sector consists of various activities such as building, constructing, installation and maintenance all kinds of construction which are consistent as the ISIC remark. The method to calculate value added of the construction sector is commodity flows. This method lays on the principle that output of the construction sector is on line with the input commodity used for construcion. Method for estimating value added and output are the extrapolation where output and value added at constant prices are estimated first and then the current values at second. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

53 2.6. Trade, Hotel and Restaurant This sector consists of three sub-sectors, namely: trade subsector, subsectors hotel and restaurant sub-sector. Basically, the activities covered include trading activities, the provision of accommodation / hotels, as well as the sale of food and beverages such as restaurants, cafes, shops, mobile vendors and type Trade Activities covered in sub-sector trade are to buy and sell products, either the new or the used goods, for distribution without changing characteristics of the products. Trade sub-sector consists of wholesale and retail sale. The wholesale includes activities that gathers and resold of the new and used goods by the traders, purchased from producers and importers and selling to whole sellers, retail sellers, establishments and non profit institutions. While retailers include the activities of trading which providing services to personal consumers or household without changing characteristics of new and used products. The method used in this sub-sector is the commodity flows. Output on trade margin is defined as a difference between selling values and purchasing values of the traded goods and often free from transport cost paid by the traded, with the commodity flows. The Output is accounted based on trade margin earned from trading the agriculture sector, mining and quarrying, manufacturing products including products from import. Value added is obtained through multiplication of output total and ratio of value added. Furthermore, for obtaining value added, the sub-sector of trade is by summing up the value added and the sales tax and custom duty of import Hotel This sub-sector includes providing accommodation by part or whole of the building for temporarily staying. The accommodation defined here is the star hotels, non-star hotels, and others for temporarily living such as inn, motel and the like. Including activities are providing and supplying foods and drinks and other facilities for the guests, which are in the same Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

54 management with the accommodation. Reasons to include this is due to the difficulties of data separation. Value added of hotel sub-sector is obtained through production approach. Indicators of production used are numbers of room-nights while the indicators of prices are average prices of the rate of room-nights. Output at current prices is obtained based on multiplication of production indicator and price indicators. On the one hand the value added is derived by applying value added ratio to output. Output and value added at constant prices are accounted by using extrapolation method Restaurant Activity of this sector is to supply a prepare foods and drinks for consumer which usually consume at the place of selling. These activities are, for example, all kinds of restaurant, coffee shop, drinking place, canteen and catering. The approach used to estimate value added of sub-sector restaurant is a consumption expenditure for foods and drinks outside home, taken from National Socio-Economic Survey (SUSENAS) Transport and Communications This sector includes goods and passenger transport activities, transport and communications support services Transport Transport sub-sector includes railroad transport, road transport, sea and ferry transport, air transport and services allied to transport. Those activities are intended to move people and goods from one to another places using a public transport either has a motor or without motor. Services activities are the one to support the transport activities for example terminals, ports and storage. a. Rail Road Transport It includes a transportation of goods and passengers by using rail transport which is fully operated by state public company (Perum KA). Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

55 Method of estimation is the production approach, output and value added at current prices are collected from the financial report of the rail company. While the constant price is estimated through the extrapolation method that is to use number of passengers and goods loaded as extrapolation. Value added is obtained through applying a value-added ratio of 2000 base year. b. Road Transport This sub-sector covers the transport of goods and passengers using a road vehicle bothr motor vehicles and motor vehicles without motor. Including also a rental vehicles with and without drivers. The method of estimation is production approach. The current output obtained by multiplying production indicators and price indicators for each kind of vehicles. Meanwhile, the output at constant price is by applying an extrapolation method. Value added is accounted by using value-added ratio to output. c. Sea Transport It covers activities of transporting goods and passengers using sea boat operated for domestic or international area. It excludes the sea transport operated by other company which namely supporting sea transport activity. This is because of the difficulty in separating data of the transport and non transport. Basically, the method in estimating the value added of 2000 series data is the same as one in the 1993 series. The difference is only in the use of ratios of value added. In 1993 series, the ratios reflected the 1993 condition, whice was built up from a combination of transporting goods and passengers. While for the 2000 series, the ratios reflected the 2000 condition, which is separated ratios for goods and for passengers. Output at current prices is obtained from multiplication of production indicator and price indicator. Output at constant prices is accounted using extrapolation method and the value added is derived from applying the value-added ratio. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

56 d. River, Lake Transport and Ferry Activities covered in this sub-sector are transporting goods and passengers using boats/vessels of river and lake either having motorized or non-motorized, including ship ferry for crossing a distance of river, sea and lake. Method of estimation is the production approach. Production indicator used is a number of passengers and goods transported. Output at current prices is obtained from multiplication of the production indicators and price indicators for the respective kind of transportation facility, i.e. river, lake and ferry transports. Output at constant prices is gathered through the extrapolation method. The value added is obtained by applying value added ratio. e. Air Transport This activity consists of transporting passengers and goods using aircraft and operated by Airline Company in domestic area of Indonesia. The method of estimation used is the production approach. The production indicators are number of passenger and goods which are transported. Output at current prices is gathered from the airline companies. The gross value added is derived from multiplying ratio value added to output. Output and value added at constant price are obtained through using extrapolation method. f. Transport Services It covers all activities to support and smoothing transportation for the sea, air, and inland water transport, i.e. terminals and parking; load and loaded goods in a harbour, agencies, expedition, toll road and other services allied to transport, i.e. cleaning and observing vessels for proper sailing. Method of estimation used is production approach. Output and value added at current prices for the monopolize activity are gathered from financial report of BUMN. Other activities are estimated by multiplying production and price indicators. Ratios used are value added and mark-up. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

57 Communication This sub-sector consists of Pos & Giro, Telecommunication and Services allied to communication. Pos & Giro activities include providing services to others in the form of sending letter, money order and packet which are operated by PT Pos Indonesia. Telecommunication includes providing services to others in the form of sending information through telex, telephone operated by PT Telkom and PT Indosat. Services allied to communication such as telecommunication shop (wartel), internet shop (warnet), radio call (pagers) and cellular telephone (ponsel). Method of estimation used is production approach. Output at current prices is gathered from financial reports of these companies. Value added is also from the financial report in the form of summing wages and salaries, profit or loss, depreciation and other components of the value added. Value added and output at constant price are estimated by extrapolation method. Output and value added of services allied to transport are also estimated by extrapolation method, that is by using number of establishments as production indicator and average income per establishment as prices indicator. Output and value added at constant prices are also estimated through the extrapolation method Financial, Rentals and Business Services Sector Finance, Leasing and Services company building sub-sector consists of Banks, Financial Institutions sub-sector non-bank finance and supporting services, buildings and sub-sub Rental Services company Bank It covers activities which provides financial services to other parties for example: receiving deposits, mainly in the forms of giro and deposits, providing credit/loan either the short term or long term, sending money, buying and selling securities, discounting money orders/trade securities and the like, rental place/ locker of security and so on. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

58 Output of banking business is defined as total receivable on bank services to customers, for example: administration charges, transfer money charges, and so on. In this output also includes imputation of bank services charge which is a residual of interest received minus interest received minus interest paid Non Bank Financial Institutions a. Insurance Services Insurance is a kind of non bank financial agents which engages in receiving risks on any casualty, damaged and loss of goods and people (including pension fund support). For the customers, they can ask claims on their goods casualty and the dead of persons insured. The insurance services consist of life insurance, social and casualty and loss insurance. The life insurance is an insurance which provides a dead risk, casual or sickness, including a pledge for old life/future life of the insured person. Value of the insurance is set by two agents of insurance company and the insured agents and recorded in a letter of agreement. The loss insurance is a business which provides a risk on lose and loss or damage of assets or objects, including a responsible on law to the third parties due to the something reasons according to the value of insurance. The insurance value is determined by the two parties of concern and it is recorded in the letter of agreement. The social insurance is an insurance business which covers life (loss) based on government regulations, concerns to the relation between insurance company and the whole or a group of society for the social purposes. The insurance company receipts premium or obliged donor/contribution from the society which uses the public services such as : - transport services - health services - services for the vehicle owners and the services of older people. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

59 Output of the business insurance is a recapitulation of output of life and non life insurance (social loss and broker insurance). Intermediate cost of the insurance consists of overhead/general expenses (for example office expenses, fuels, electric expenses, and others), maintenance s, office rents, and administrative expenses. Value added at current prices is obtained based on a different between output and intermediate inputs recorded in the financial reports of the insurance companies. Value added at constant prices is derived as follow : for the life pensiun. insurance uses extrapolation method where the extrapolations are the number of polish for the social insurance use the number of members; for the loss insurance uses the deflation method where the whole sale price index for general as the inflator. b. Pension Fund Pension fund is the business which engages in providing a program of pension benefit. The benefit is the payment periodically for the members after they retired according to rule of pension fund. The pension benefits consist of normal,, fasted, disable and postpone pension benefits. Kind of pension fund is divided into pension fund of job provider and pension fund of financial institution. Output and value added at current prices of the pension fund is gathered from data processing on financial report of this activity. Output and value added at constant prices used is deflation/extrapolation using deflator of general consumer price index and extrapolator of number of members respectively. c. Pawnshop It is an institution of credit formed and monopolized by government constituted under the law, which intends to help small economic of society through providing credit based on pledge rule, easy, fast, save and thrifty. The main activity is to supply money loan for a group of society under the use pledge/warrant of movable goods. The value of warrant is worthy as the value of credits from the creditors without any restriction on the use of the credits. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

60 Output and value added at current prices of the pawnshop is recorded from the financial report of the Pawnshop Company (Perum Pegadaian). The output is mainly from interest on capital, interest on deposits an other rents (house rents). Value added is derived from subtracting intermediate inputs from output. Output and value added at constant prices use extrapolation method, and the extrapolating is number of consumers Financial Supporting Services It covers activities under foreign exchange traders, capital market and it supporting services, investment managers, investment consultant, fund company, administration effect bureaus, asset lockers, and the like. Foreign Exchange Trader Foreign exchange trader is an agent which holds a license from Central Bureau to undertake the foreign exchange transactions and purchasing travel checks, where it can not sending money and claim it directly to and from overseas. Output of the foreign exchange trading is the different of selling foreign exchange minus purchasing it. Value added at current prices is applying a ratio of value added to output. Value added at constant prices is obtained through deflation method Rent Building This sub-sector covers business of rental of building and land, either for dwelling or non dwelling, such as offices, shop and rental on specific time of rent. Output of renting building is estimated through multiplying per capita consumption of dwelling rent, housing contract, official condominium, estimation ownership of dwelling, tax and maintenance of house, with the number of population at mid year. While output of non dwelling rent is obtained by multi-plying the area of building rented and average of rent tariff per square meter. Value added is derived from applying value added ratio to output. Value added at constant price use extrapolation method, where the extrapolation is index of building area. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

61 2.8.5 Business Services a. Law Services (Advocate and Notary Advocate is the lawyer providing a consultation, advice or stand up for a law-suit in administration of justice either for crime or non crime matters. While the notary is a person appointed and have a right from Department of Justice to clarify and legitimate letters of agreement, land purchasing and the like. b. Accountant and Bookkeeper Services Accountant and bookkeeper services provide making and checking financial report and also services for data processing and tabulating as part of the accountant and bookkeeper business. c. Architect, Technician and Building Services These services include building and technique consultant services, geology surveying services, research on finding mining commodity and research on newly objects. d. Advertisement and Marketing Research Services Services of advertisement and marketing research are business to provide services such as making and installing advertisement, that is to convey information, asking and reminding consumers about the products of the company or business by using all tools and mediators. e. Rental Machine and Appliance Services Services of machine and appliance renting is a business to supply machine and appliance for renting for the needs of agriculture, mining and oil well, manufacturing industry, construction, and for office purposes. Output of business services is output indicators (number of establishments or labors) multiplied with price indicators (average output per establishment or per labor) Services Services sector consists of two sub-sectors, namely public administration and defense sub-sectors and subsectors Private. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

62 This services principly consists of first public administration services which are government department and defense, and second services from agents under the department of government. The second services are grouped into other government services. a. Government Administration and Defense Government administration and defense sector includes all departments and non-departments, state institutions and high state institutions, offices and agents that controlled by government and defense. Employment expenses for administrative are classified into public administration while expenses for teachers, which have duty to teach, are classified into education service. The same way for those who serve administratively are classified into public administration and doctors who serve directly to society are clasified into health services. These activities include for all government levels, central government, regional and local government, including defense. Other Government Service. b. Other government services are services produced, Through government schools, universities, hospitals, museums, guiding of remote people, recreational places which are financed by government impose a few retribution which do not cover all the expenses in running these activities provide services for the public/society. Government employee who provides services of family planning (KB) and services to the remoted people are classified into social services. While government employee who include in selling tickets in entertainment park, museum or in library are classified as entertainment and cultural services. Employment expenses of this sector consists of basic salaries, supporting salaries, honour and others. Employment expenses derived from development budget is transferred to routine budget. These expenses are for example honorarium of government employee which involved in the development project. Government employment expenses for other government sub-sector are employment salaries paid by central and regional government, Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

63 obtained from routine and development budget such as salaries for school teacher, health employee, guiders of remote people, library employee, and recreational and museum employee. Data on depreciation of capital for public government is not available, so that it is estimated based on the ratio to employment expenses. Input structure of this sub-sector has zero operating surplus. It does not have indirect taxes, either. Therefore, the gross value added is obtained by summing up the employment expenses, and depreciation. Data on estimating the value added are gathered from the realization of government budget. Employment expenses, which are transferred from central and regional government, are obtained from development budget by economic sector and sub-sectors. While employment expenses of other government services for regional offices are gathered from statement of employment budget by kinds of expenditure. Beside the employment expenses, depreciation is also added upin order to get the gross value added of other government services sub-sector. The depreciation in this case is estimated to be 5 percent to employment expenses. Value added at 2000 prices for public government and other government services is accounted by using extrapolation method, where the weighted index of number of employment by position levels as extrapolator Private Services a. Social Community Services It includes education services, health, research, red cross, child care, disable care, religious house and the like which mainly are operated by the private. Output of this sub-sector is obtained by multiplying production indicator that is number of students per level of education, number of bed of the hospital, number of religious house, number of disable persons with the average output per each indicator mentioned. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

64 b. Recreational and Entertainment Services This services cover production and distribution of commercial films and documentary films, reproduction of film and video, cinema services, podium entertainment, video rental, radio studios, library and museum, zoo, recreation park, golf court, tennis court, billiard, sport organization, artists, karaoke, video clipproduction, television studios, and radio stations which are operated by privates. Output at current prices is obtained by applying production approach, that is output is derived from multiplying production indicator and price indicator. Output of film distribution is obtain by multiplying cost ratio of film rental to movie output. The movie output is obtained from number of visitors and its average output. Output of entertainment podiums is estimated based on movie taxes receipt by government. Output of other entertainment services is estimated through number of establishment and number of employment multiply with their respective output. Value added at current prices is derived by using value added ratio multiply the output. Output and value added at constant prices are derived through deflation/extrapolation method, where the deflator is the consumer price index (CPI) of recreation group, and the extrapolator is the quantity indicators. c. Personal and Household Services It covers all kinds of service activities, which are generally supplied by personal and household. It consists of : - Vehicle repair services, includes small and heavy maintenance of private and public automobiles, motorcycles and the like. Other repair and maintenance services for example for repairing clocks, televisions, radios, refrigerators, sewing machines, bicycles, and other household appliances. - Domestic servant, including independent personal services for restaurant, park, save guard at night, baby & childcare, and the like. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

65 - Other personal services : laundry, barber shop, sewing shop, cleaning shoes, and the like. Output at current prices of maintenance personal and household services are obtained through multiplying each of their labors and average output per labor. While output of domestic servant, baby and child care, and the like are estimated by per capita expenditure multiply with number of servants for domestic servant activity and with number of population at mid year for other services uncovered before. Value added current prices is obtained by applying value added ratio, where the ratio is gathered from special survey of input-output (SKIO). Output and value added at constant price is estimated by using extrapolation method. Gross Regional Domestic Product of Padang City Origin

66 BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA PADANG

67 BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA PADANG 3.1 Perkembangan PDRB Menurut Sektor Ekonomi Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun regional secara keseluruhan lebih baik dibandingkan tahun Ekonomi Kota Padang pada tahun 2011 telah tumbuh sebesar 6,41 persen, angka ini meningkat dibanding tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 5,96 persen. Berarti pertumbuhan ekonomi Kota Padang pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen, dibanding tahun 2010, Tabel 3.1 PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha ( Milyar Rupiah ) Lapangan Usaha 2010 *) 2011 **) ADHB 1) ADHK 2) ADHB 1) ADHK 2) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 1.430,24 612, ,75 645,54 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. 9. Jasa-jasa 415, ,50 491, , , , , ,69 185, ,43 214,89 517, , ,07 977, ,32 458, ,80 528, , , , , ,01 198, ,22 227,54 558, , , , ,71 PDRB , , , ,18 Catatan : * ) angka diperbaiki 1) Atas dasar Harga Berlaku ** ) angka sementara 2) Atas dasar Harga Konstan 2000 Pertumbuhan ekonomi Kota Padang ini lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi Propinsi Sumatera Barat yang hanya mencapai sebesar 6,22 persen tahun 2011, maupun dibanding tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 5,93 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

68 MilyarRupiah Berdasarkan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang atas dasar harga konstan 2000 = 100,00 secara riil meningkat dari Rp ,50 juta pada tahun 2010 menjadi Rp ,77 juta pada tahun Secara nominal PDRB Kota Padang atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp ,17 juta pada tahun 2010 menjadi Rp ,19 juta pada tahun 2011 atau mengalami kanaikan sebesar 12,02 persen. Gambar 3.1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun , , , , , , , , , , ADHK2000 ADHB 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektor dan Sub- Sektor Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh perkembangan masing-masing sektor atau sub-sektor yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atau dengan kata lain sektor atau sub. sektor yang berperan dalam membentuk nilai tambah perekonomian daerah tersebut. Nilai pertumbuhan ekonomi yang diperoleh merupakan dampak nyata dari suatu kondisi ekonomi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan di daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

69 Indikator ini sangat penting bagi suatu daerah untuk menyatakan keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Tabel 3.2 : Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan Harga Berlaku Tahun (Persen) Lapangan Usaha Pertumbuhan 1) Distribusi 2) 2010 *) 2011 **) 2010 *) 2011 **) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 5,03 6,84 4,54 5,60 7,52 4,63 7,98 6,68 5,55 5,39 6,92 4,89 5,89 7,97 5,50 8,28 7,15 5,76 5,82 1,69 14,89 2,00 4,88 21,15 24,18 8,62 16,77 5,87 1,66 14,66 1,92 5,10 21,37 24,18 8,51 16,74 PDRB 5,96 6,41 100,00 100,00 Catatan : *) angka diperbaiki 1) Atas dasar Harga Konstan 2000 **) angka sementara 2) Atas dasar Harga Berlaku Fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun terlihat dari penyajian Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila terjadi pertumbuhan yang negatif berarti terjadinya penurunan perekonomian. Pada tabel 3.2 diatas terlihat bahwa pada tahun 2011 seluruh sektor maupun sub-sektor perekonomian sudah mencapai pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan ekonomi Kota Padang bila dilihat menurut sektor ekonomi mengalami peningkatan. Untuk sektor bangunan dan sektor angkutan & komunikasi serta sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan merupakan Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

70 sektor yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya, yakni sudah mencapai diatas 7 (tujuh) persen. Sedangkan sektor pertanian, sektor pertambangan & penggalian, sektor listrik & air bersih, sektor perdagangan, hotel & restoran serta sektor jasa-jasa pada tahun 2011 pertumbuhan ekonominya juga sudah diatas 5 (lima) persen. Sektor ekonomi yang pertumbuhannya dibawah 5 (lima) persen tahun 2011 adalah sektor industri pengolahan sebesar 4,89 persen. Berikut ini disajikan angka pertumbuhan ekonomi menurut sektor dan sub. sektor ekonomi diantaranya adalah : 1. Sektor pertanian pada tahun 2011, hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,39 persen, angka ini lebih baik dibanding tahun 2010 yang tumbuh sebesar 5,03 persen. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian ini karena didukung oleh peningkatan pertumbuhan sub-sektor tanaman pangan dari 4,62 persen tahun 2010 menjadi 5,06 persen pada tahun 2011 dan sub-sektor perikanan dari 5,68 persen tahun 2010 menjadi 6,11 persen tahun Sedangkan sub-sektor lain pertumbuhannya yang melambat yakni : sub-sektor perkebunan dari 5,16 persen tahun 2010 menjadi 5,06 persen tahun 2011 dan sub-sektor peternakan & hasilhasilnya dari 3,47 persen tahun 2010 menjadi 3,36 persen tahun 2011 serta sub-sektor kehutanan pertumbuhannya melambat dari 1,09 persen tahun 2010 menjadi 1,07 persen tahun Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 6,922 persen pada tahun 2011, angka ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding tahun 2010 sebesar 6,84 persen. Hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan bahan-bahan galian karena meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan. 3. Sektor industri pengolahan pada tahun 2011 tumbuh sebesar 4,89 persen, pertumbuhan ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 yang tumbuh sebesar 4,54 persen. Meningkatnya pertumbuhan sektor ini karena sudah makin bergairahnya kembali produksi beberapa industri yang menyumbang terhadap nilai tambahnya, baik industri besar/sedang, industri kecil dan menengah maupun industri rumah tangga. 4. Sektor listrik, gas dan air bersih mampu tumbuh sebesar 5,89 persen pada 2011, yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari tahun sebelumnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

71 yakni sebesar 5,60 persen. Meningkatnya pertumbuhan sektor listrik, gas dan air minum ini didukung dengan meningkatnya pertumbuhan sub-sektor listrik yang tumbuh sebesar 5,96 persen tahun 2011, dari 5,67 persen pada tahun 2010 dan sub-sektor air bersih yang meningkat pertumbuhan dari 4,95 persen tahun 2010 menjadi sebesar 5,17 persen pada tahun Sektor bangunan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 7,97 persen pada tahun Pertumbuhan ini meningkat dibanding tahun 2010, yang tumbuh sebesar 7,52 persen. Tingginya peningkatan pertumbuhan sektor bangunan ini sejalan dengan terus berjalannya pembangunan pasca gempa beberapa tahun yang silam dan juga meningkatnya pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. 6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding tahun Dimana pertumbuhan tahun 2011 adalah sebesar 5,50 persen dan tahun 2010 pertumbuhan sektor ini adalah sebesar 4,63 persen. Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan rastoran ini disebabkan naiknya pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran dari 4,63 persen pada 2010 menjadi 5,51 persen pada tahun 2011 dan sub-sektor restoran yang tumbuh dari 4,68 persen pada tahun 2010 menjadi 5,30 persen pada tahun Sedangkan sub-sektor hotel pertumbuhan sedikit melambat dari 4,68 persen pada 2010 menjadi 4,34 persen pada tahun Sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor yang paling tinggi mengalami pertumbuhan tahun 2011 yakni sebesar 8,28 persen, pertumbuhan sektor ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai pertumbuhan sebesar 7,98 persen. Meningkatnya pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi ini disebabkan oleh naiknya pertumbuhan subsektor angkutan kereta api dari 5,29 persen tahun 2010 menjadi sebesar 5,33 persen tahun 2011, sub-sektor angkutan jalan raya dari 5,16 persen tahun 2010 menjadi sebesar 5,37 persen tahun 2011 dan naiknya pertumbuhan sub-sektor jasa penunjang angkutan dari 5,94 persen tahun 2010 menjadi sebesar 6,12 persen tahun Serta sub-sektor komunikasi pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan pertumbuhan dari Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

72 sebesar 13,31 persen tahun 2010 menjadi sebesar 13,68 persen tahun Sedangkan sub-sektor angkutan laut pertumbuhannya sedikit melambat dari 4,08 persen tahun 2010 menjadi sebesar 3,22 persen tahun Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 6,68 persen tahun 2010 menjadi sebesar 7,15 persen tahun Terjadinya peningkatan pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ini didukung dengan meningkatnya pertumbuhan sub-sektor bank dari 6,16 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 6,69 persen pada tahun 2011, sub-sektor lembaga keuangan tanpa bank yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,88 persen tahun 2010 menjadi sebesar 8,17 persen tahun 2011 dan sub-sektor sewa bangunan dari 6,54 persen tahun 2010 menjadi 7,13 persen tahun Serta sub-sektor yang mengalami kenaikan pertumbuhan pada sektor ini adalah sub-sektor jasa perusahaan pertumbuhannya naik dari 5,18 persen tahun 2010 menjadi 5,31 persen pada tahun Selanjutnya sektor jasa-jasa tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 5,76 persen, angka ini meningkat dari tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 5,55 persen. Terjadinya peningkatan pertumbuhan sektor jasa jasa ini pada tahun 2011 disebabkan meningkatnya pertumbuhan subsektor pemerintahan dan pertahanan dari 5,86 persen tahun 2010 menjadi 5,91 persen tahun 2011, sub-sektor jasa sosial & kemasyarakatan juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,14 persen pada tahun 2010 menjadi 7,26 persen tahun 2011 dan sub-sektor jasa hiburan & rekreasi mengalami peningkatan pertumbuhan dari 3,77 persen tahun 2010 menjadi 4,62 persen tahun 2011 serta sub-sektor jasa perorangan & rumahtangga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 3,93 persen tahun 2010 menjadi 4,27 persen tahun Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

73 Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang Menurut Sektor Tahun Peranan Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Pergeseran struktur ekonomi tiap tahunnya dapat dilihat dari sumbangan masing-masing sektor dan sub-sektor terhadap pertumbuhan Produk Domestik regional Bruto ( PDRB ), yang dinilai atas dasar harga berlaku. Struktur ekonomi Kota Padang pada tahun 2011 tidak banyak memperlihatkan perubahan, hal ini digambarkan oleh kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor. Pada tahun 2011 sektor angkutan dan komunikasi masih mendominasi pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang dengan kontribusi sebesar 24,18 persen, angka ini sama dengan kontribusi tahun sebelumnya. Urutan kedua diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,37 persen pada tahun 2011, angka ini meningkat dibanding tahun 2010 sebesar 21,15 persen, urutan ketiga ditempati oleh sektor Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

74 jasa jasa yang sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang adalah sebesar 16,74 persen tahun 2011, angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2010 yang sumbangannya sebesar 16,77 persen. Kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 15,66 persen tahun 2011, sumbangan sektor ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 15,89 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya memberikan sumbangan sebesar 8,51 persen tahun 2011 sumbangan sektor ini sedikit melambat dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 8,62 persen. Sektor pertanian menempati urutan keenam dalam memberikan sumbangan terhadap pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang tahun 2011 dengan sumbangan sebesar 5,87 persen, kontribusi ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 yang sumbangannya sebesar 5,82 persen serta sektor bangunan dengan sumbangan sebesar 5,10 persen tahun 2011, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 4,88 persen pad.a tahun Sektor listrik & air bersih dan sektor pertambangan & penggalian hanya mampu memberikan sumbangan terhadap pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional bruto ( PDRB ) Kota Padang dibawah lima persen. Dimana kontribusi dari masing-masing sektor tersebut adalah, sektor listrik & air bersih tahun 2011 sumbangannya adalah sebesar 1,92 persen dan mengalami sedikit penurunan sumbangan dibanding tahun 2010 sebesar 2,00 persen serta sektor pertambangan & penggalian sumbangannya tahun 2011 adalah sebesar 1,66 persen atau mengalami penurunan dibanding tahun 2010 yang sumbangannya sebesar 1,69 persen. Dari sembilan sektor yang membentuk nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang, hanya 3 (tiga) sektor yang mengalami peningkatan sumbangannya pada tahun 2010 ini, adalah : 1. Sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional bruto ( PDRB ) Kota Padang tahun 2011 adalah sebesar 5,87 persen, kontribusi ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 5,82 persen. Peningkatan peranan sektor pertanian ini terjadi dengan meningkatnya kontribusi subsektor tanaman pangan dari 1,43 persen tahun 2010 menjadi 1,44 pada tahun 2011 dan sub-sektor perikanan mengalami peningkatan peranan dari Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

75 3,48 persen tahun 2010 menjadi 3,51 persen tahun Sedangkan subsektor yang tidak mengalami perubahan peranan tahun 2011 ini dibanding tahun 2010 adalah sub-sektor perkebunan sebesar 0,05 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,83 persen dan sub-sektor kehutanan sebesar 0,03 persen. 2. Peranan sektor bangunan tahun 2011 ini mengalami peningkatan dari 4,88 persen tahun 2010 menjadi 5,10 persen tahun Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2011 ini peranannya mengalami peningkatan dibanding tahun 2010, yaitu meningkat dari 21,15 persen tahun 2010 menjadi 21,37 persen tahun Meningkatnya peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran ini disebabkan dengan meningkatnya peranan sub-sektor perdagangan besar dan eceran dari 20,77 persen tahun 2010 menjadi 20,99 persen tahun Sedangkan sub-sektor hotel dan restoran pada tahun 2011 ini tidak mengalami perubahan peranan dibanding tahun 2010, yaitu peranan sub-sektor hotel adalah sebesar 0,21 persen dan sub-sektor restoran sebesar 0,17 persen. Adapun sektor-sektor yang membentuk nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang, yang mengalami penurunan sumbangannya pada tahun 2011 ini adalah : 1. Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 ini mengalami sedikit penurunan peranannya dibanding tahun 2010, peranan sektor ini disumbangkan oleh sub-sektor penggalian yang turun dari 1,69 persen tahun 2010 menjadi 1,66 persen tahun Sektor industri pengolahan mengalami penurunan peranannya pada tahun 2011 ini, sektor industri pengolahan hanya dibentuk oleh sub- sektor industri tanpa migas dimana perananannya turun dari 14,89 persen tahun 2010 menjadi 14,66 persen pada tahun Sektor listrik, gas dan air minum tahun 2011 ini juga mengalami penurunan peranannya dibanding tahun 2010, yaitu turun dari 2,00 persen tahun 2010 menjadi 1,92 persen tahun Penurunan peranan sektor ini diakibatkan dengan turunnya peranan sub-sektor listrik dari 1,83 persen tahun 2010 menjadi 1,76 persen tahun 2011 dan sub-sektor air bersih peranannya juga turun dari 0,17 persen tahun 2010 menjadi 0,16 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

76 4. Peranan sektor pengangkutan dan komunikasi sama dengan tahun sebelumnya sebesar dari 24,18 persen, namun sub-sektor yang menyumbangnya terjadi perubahan. Sub-sektor angkutan kereta api peranannya turun dari 0,23 persen tahun 2010 menjadi 0,22 persen tahun 2011, diikuti oleh angkutan laut sungai, danau dan penyeberangan yang peranannya turun dari 3,46 persen tahun 2010 menjadi 3,25 persen tahun 2011 serta jasa penunjang angkutan peranannya turun dari 3,33 persen tahun 2010 menjadi 3,27 persen tahun Untuk sub-sektor angkutan jalan raya yang membentuk sektor pengangkutan dan komunikasi ini. peranannya tidak berobah dengan tahun sebelumnya sebesari 9,80 persen. Sedangkan satu satunya sub-sektor yang mengalami peningkatan peranannya adalah sub-sektor komunikasi yang meningkat dari 7,36 persen tahun 2010 menjadi 7,63 persen tahun Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tahun 2011 ini mengalami sedikit penurunan peranan dibanding tahun 2010, yaitu turun dari 8,62 persen tahun 2010 menjadi 8,51 persen tahun Menurunnya peranan sektor ini diikuti dengan menurunnya peranan sub-sektor bank dari 2,75 persen tahun 2010 menjadi 2,69 persen tahun 2011, sub-sektor lembaga keungan tanpa bank peranannya menurun dari 2,21 persen tahun 2010 menjadi 2,19 persen tahun 2010 dan sub-sektor sewa bangunan yang peranannya menurun dari 3,26 persen tahun 2010 menjadi 3,25 persen tahun 2011 serta sub-sektor jasa perusahaan yang peranannya menurun dari 0,40 persen tahun 2010 menjadi 0,39 persen tahun Menurunnya peranan sektor jasa jasa tahun 2011 ini, dari 16,77 persen tahun 2010 menjadi 16,74 persen 2011, disebabkan dengan menurunnya peranan sub-sektor hiburan dan rekreasi dari 1,43 persen tahun 2010 menjadi 1,42 persen tahun 2011 dan menurunnya peranan sub-sektor perorangan dan rumah tangga dari 3,36 persen tahun 2010 menjadi 3,29 persen tahun Namun sub-sektor pemerintahan umum terjadi peningkatan sumbangannya dalam membentuk kontribusi sektor jasa-jasa dari 8,41 persen tahun 2010 menjadi 8,42 persen tahun 2011 dan subsektor sosial kemasyarakatan dari 3,58 persen tahun 2010 menjadi 3,61 persen tahun Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

77 Gambar 3.3. Distribusi Persentase PDRB Kota Padang Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

78 3.4 PDRB Perkapita Dampak kebijaksanaan pembangunan suatu daerah terlihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Tingginya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah belum tentu mencerminkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, karena juga sangat tergantung kepada perkembangan jumlah penduduk. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita, yang menggambarkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama setahun. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) perkapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah penduduk pertengahan tahun Kota Padang pada tahun yang sama. Jika pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk pertengahan pada tahun yang sama, maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapitanya akan semakin besar berarti tingkat kesejahteraan masyarakatnya makin lebih baik dan begitu sebaliknya. Indikator lain yang juga lebih bisa menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk yakni Pendapatan Regional Perkapita, yang merupakan total Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yang sudah dikurangi dengan penyusutan dan pajak tak langsung neto dan sudah ditambah transfer neto 1) dibagi dengan penduduk pertengahan tahun. Dari tabel 3.3. dibawah dapat dilihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) perkapita Kota Padang tercatat sekitar 29, 46 juta rupiah pada 2010 dan meningkat menjadi 32,50 juta rupiah pada Namun setelah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung netto, didapat Pendapatan Regional Perkapita Kota Padang sebesar 25,99 juta rupiah pada tahun 2010 dan naik menjadi 28,57 juta rupiah pada Catatan : 1) Tidak termasuk transfer neto yaitu selisih pendapatan faktor produksi milik penduduk Kota Padang di luar wilayah dengan pendapatan faktor produksi yang dimiliki bukan penduduk Padang. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

79 Tabel 3.3 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Padang U r a i a n Tahun Nilai Nominal ( Rupiah ) Kenaikan (%) (1) (2) (3) (4) PDRB Perkapita *) 2011 **) Pendapatan Regional Perkapita *) 2011 **) , , , , , , , , , ,35 11,30 14,44 6,99 11,11 10,30 10,55 13,94 6,51 10,65 9,93 Catatan : *) angka diperbaiki **) angka sementara Walaupun begitu tingginya Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) perkapita dan pendapatan regional perkapita Kota Padang, tetap masih belum menggembirakan sebab tidak didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat, kerena lebih disebabkan oleh inflasi yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Padang. 3.5 Perkembangan Kelompok Sektor PDRB Sektor-sektor PDRB dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok sektor yaitu sektor Primer, Sekunder dan Tersier. Pengelompokkan sektor ini didasarkan kepada output dan input dalam proses produksi. Kelompok sektor Primer mencakup kegiatan yang outputnya merupakan proses dasar atau mengambil langsung dari alam. Sektor Primer ini mencakup sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor yang termasuk sektor Sekunder adalah sektor yang inputnya sebagian atau seluruhnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

80 memanfaatkan sektor primer. Yang termasuk kelompok sektor ini adalah sektor Industri Pengolahan dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta sektor Bangunan. Sedangkan yang tidak tercakup dalam dua sektor diatas, dikelompokkan ke dalam sektor Tersier, yang mencakup sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. Pada tabel 3. 4 dibawah dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 sektor Tersier masih merupakan kelompok sektor yang dominan, baik nilai tambah maupun kontribusinya terhadap perekonomian Kota Padang, dengan sumbangan sebesar 70,80 persen, yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 70,72 persen. Nilai tambah kelompok sektor tersier ini mencapai sekitar ,61 milyar rupiah pada tahun 2010 menjadi ,52 milyar rupiah pada tahun Tabel 3. 4 Nilai dan Kontribusi Kelompok Sektor PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Kekompok Sektor Nilai (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 2010 *) 2011 **) 2010 *) 2011 **) Primer , ,23 7,51 7,53 2. Sekunder , ,28 21,77 21,67 5. Tersier , ,68 70,72 70,80 P D R B , ,19 100,00 100,00 Catatan : *) angka diperbaiki **) angka sementara Kemudian diikuti oleh sektor Sekunder dengan sumbanganya sebesar 21,67 persen pada tahun 2011, angka ini sedikit menurun dibanding tahun 2010 sebesar 21,77 persen. Nilai tambah yang dibentuk oleh sektor sekunder ini adalah sebesar 5.353,68 milyar rupiah di tahun 2010, naik menjadi 5.969,47 Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

81 66

82 milyar rupiah pada tahun Sedangkan sumbangan sektor primer dalam pembentukan nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Padang hanya sebesar 7,51 persen pada tahun 2010, sumbangan sektor primer ini meningkat menjadi 7,53 persen pada tahun Gambar 3.4. Peranan Kelompok Sektor Terhadap PDRB Padang Tahun 2011 Primer 7.53% Sekunder 21.67% Tersier 70.80% Tabel 3.5 Nilai dan Pertumbuhan Kelompok Sektor PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Kekompok Sektor Nilai (Jutaan Rupiah) Pertumbuhan (%) 2010 *) 2011 **) 2010 *) 2011 **) Primer , ,41 5,45 5,74 2. Sekunder , ,25 5,19 5,57 5. Tersier , ,11 6,25 6,74 P D R B , ,77 5,96 6,41 Catatan : *) angka diperbaiki **) angka sementara Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Menurut Lapangan Usaha

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix Bab I. PENDAHULUAN. 2 1.1 Pengertian Pendapatan Regional. 2 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional.. 5 1.3 Perubahan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Solok Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Solok Menurut Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN I. INTRODUCTION 1.1. Pengertian Pendapatan Regional 1.1. Concept Of Regional Income Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL

BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL 10.1. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha PDRB Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dengan migas tahun 2009 mencapai 51.177 milyar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut : Penyajian statistik Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional dan regional khususnya di bidang ekonomi karena angka-angkanya dapat dipakai sebagai ukuran

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto/ Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 327 328 Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 10.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2011 541 542 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2010 sebesar 49.362,71 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 43.985,03 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1 Tabel / Table 11.1 PDRB Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku GRDP of Musi Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin (Juta Rupiah / Million Rupiahs) 1.

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta Tahun

Figur Data Kota Surakarta Tahun PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 11 Figur Data Kota Surakarta Tahun 2014 256 Pendapatan Regional Regional Income PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran kinerja ekonomi

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1. BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX 9.1. Struktur Ekonomi 9.1. Economy Structure Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama perekonomian di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB. XI. PENDAPATAN REGIONAL Regional Income

BAB. XI. PENDAPATAN REGIONAL Regional Income BAB. XI PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 515 516 BAB XI CHAPTER XI PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME 1. PDRB Jawa Tengah menurut Sektor Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2008 yang ditunjukkan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkankemampuansuatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian dan bahan evaluasi pembangunan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA 2008-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008-2012 MENURUT LAPANGAN USAHA ISSN : No. Publikasi : 15015.1306 Katalog BPS :

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

BAB X PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER X REGIONAL INCOME

BAB X PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER X REGIONAL INCOME BAB X PENDAPATAN REGIONAL Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat perekonomiannya yang tercermin melalui pendapatan regional yang dihasilkan wilayah tersebut. Melalui

Lebih terperinci

BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME

BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 mengalami kenaikan sebesar 7,88 persen. Kenaikan ini merupakan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.1. PDRB Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) merupakan salah satu cermin perkembangan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha

Lebih terperinci

Pendapatan Regional dan Pengeluaran

Pendapatan Regional dan Pengeluaran Pendapatan Regional dan Pengeluaran 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

penduduk pertengahan tahun tersebut sebesar person jiwa. Jawa Barat Dalam Angka / Jawa Barat in Figures

penduduk pertengahan tahun tersebut sebesar person jiwa. Jawa Barat Dalam Angka / Jawa Barat in Figures Regional Income REG GIONAL INCOM ME Jawa Barat Dallam Angka / Jaw wa Barat in Figurres 2011 521 REGIONAL INCOME PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar 770.660.505 juta rupiah,

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265

PDRB / GDRP BAB XII PDRB GDRP. Berau Dalam Angka 2013 Page 265 BAB XII PDRB GDRP Berau Dalam Angka 2013 Page 265 Berau Dalam Angka 2013 Page 266 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional Regional Income

Pendapatan Regional Regional Income Pendapatan Regional Regional Income Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah. 11.1.PDRB

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

6.1. Perdagangan/Trade , , Hotel , , Restoran/Restaurants ,

6.1. Perdagangan/Trade , , Hotel , , Restoran/Restaurants , Tabel : 10.01.01 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Gross Domestic Regional Products of Surabaya City by Industrial Origin 2010) 2011( 000.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

2010**) 2009*) Lapangan Usaha/Industrial Origin (3)

2010**) 2009*) Lapangan Usaha/Industrial Origin (3) Tabel : 10.01.01 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Gross Domestic Regional Products of Surabaya City by Industrial Origin 2009*) 2010( 000.000

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta yang telah memberikan data demi terwujudnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih.

KATA SAMBUTAN. Kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta yang telah memberikan data demi terwujudnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih. KATA SAMBUTAN Penerbitan publikasi Produk Domestik Regional Bruto 2008 2012, merupakan lanjutan dari publikasi yang sama tahun sebelumnya yang berisikan gambaran informasi data statistik mengenai kemajuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2007 sebesar 33.518,59 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 28.593,61 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR 2013 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 219-228 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1. SEKTOR PERTANIAN BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA Indikator terjadinya alokasi yang efisien nilai output nasional seberapa efisien sumberdaya

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JAWA TENGAH TAHUN 2010 Gross Regional Domestic Product of Jawa Tengah 2010

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JAWA TENGAH TAHUN 2010 Gross Regional Domestic Product of Jawa Tengah 2010 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JAWA TENGAH TAHUN 2010 Gross Regional Domestic Product of Jawa Tengah 2010 No. Katalog/Catalog Number : 9302005.33 ISSN : 0126-4796 No. Publikasi/Publication Number : 33550.1101

Lebih terperinci

11. PENDAPATAN REGIONAL/Regional Incomes

11. PENDAPATAN REGIONAL/Regional Incomes 11. PENDAPATAN REGIONAL/Regional Incomes PENDAPATAN REGIONAL PENJELASAN TEKNIS 1. Penghitungan statistik neraca regional yang digunakan di sini mengikuti buku petunjuk yang diterbitkan oleh Perserikatan

Lebih terperinci

Gross Domestic Regional Product

Gross Domestic Regional Product Gross Domestic Regional Product TABEL TABLE 9.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PAKPAK BHARAT MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007-2010 (JUTA RUPIAH) GROSS REGIONAL DOMESTIC

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Kerja Sama : BPS Kabupaten Pasaman Barat dan Bappeda Kabupaten Pasaman Barat

Kerja Sama : BPS Kabupaten Pasaman Barat dan Bappeda Kabupaten Pasaman Barat Kerja Sama : BPS Kabupaten Pasaman Barat dan Bappeda Kabupaten Pasaman Barat PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PASAMAN BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA 2007~ 2011 Gross Regional Domestic Product of

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI-PROVINSI Dl INDONESIA MENURUT LAPANGAN USAHA 2OO9-2OO9 Gross Regional Domestic Product Of Provinces in Indonesia by Industrial Origin Daftar I si/ List of Contents

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 KERJASAMA ANTARA BPS KABUPATEN ROKAN HILIR DENGAN BAPPEDA KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009

PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009 PENDAPATAN REGIONAL 574 Jambi Dalam Angka 2009/Jambi in Figures 2009 REGIONAL INCOME BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 mengalami

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG) Daftar Isi Kompilasi dan Analisis PDRB Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha 2012-2013 ISSN : - Ukuran Buku / Book Size : A5 (14,8 x 21 cm) Jumlah Halaman / Total Pages : iv + 51 halaman Naskah / Manuscript

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (STUDI KASUS BPS KABUPATEN KENDAL TAHUN 2006-2010) SKRIPSI Disusun oleh : ROSITA WAHYUNINGTYAS J2E 008 051 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci