HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa"

Transkripsi

1 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa bangunan yang didesain dan dibangun khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat menampung dan memotong unggas. Kapasitas untuk pemotongan ayam adalah sebanyak ekor/hari. Luas lahan yang dimiliki adalah 2 hektar, terdiri dari A (pos keamanan), B (kantor), C (tempat penampungan ayam), D (tempat pemotongan tipe B), E (tempat pemotongan semi otomatis), F (tempat pemotongan tipe A), G (mushola), H (tempat pemotongan tipe C), dan I (kantin). Denah komplek RPHU Rawa Kepiting dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Denah Lokasi RPHU Rawa Kepiting

2 2 Pemerintah DKI Jakarta menyiapkan RPHU Rawa Kepiting yang merupakan salah satu rumah potong berlokasi di Jakarta Timur dan menjadi unit pengelola yang ditunjuk oleh Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta untuk memenuhi permintaan daging ayam masyarakat. Tempat pemotongan unggas yang dijadikan bahan penelitian adalah Sehati P.S yang dipimpin oleh Richard James dan sudah melakukan usaha pemotongan sejak tahun Tempat pemotongan berada di tipe A dengan kapasitas pemotongan sebanyak ekor. Seluruh proses pemotongan dilakukan secara manual atau tanpa menggunakan mesin. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 30 orang dengan jumlah jam kerja selama 8 jam/hari. Tempat pemotongan disewakan kepada pelaku usaha yang akan memasok daging ayam ke rumah makan, katering, hotel, pabrik bakso, pabrik nugget maupun ke pasar. Biaya retribusi yang dikenakan untuk pemakaian sarana pemotongan adalah Rp 50,-/ekor. Fasilitas dan sarana yang diberikan adalah ruang pemotongan ayam, listrik, dan air. Tempat pemotongan ayam milik PD. Sehati P.S terdiri dari 2 bangunan yaitu, tempat penampungan ayam (A) dan tempat pemotongan ayam (B,C,D). Tempat penampungan ayam disiapkan untuk menampung keranjang-keranjang plastik berisi ayam yang akan dipotong dari truk pengangkut. Bangunan tempat pemotongan ayam digunakan untuk proses pemotongan ayam. Seluruh proses produksi dilakukan secara terpisah ke dalam tiga kompartemen yaitu, kompartemen-1 (area sangat kotor), kompartemen-2 (area kotor), dan kompartemen-3 (area bersih) tanpa menggunakan peralatan mekanik. Setiap

3 3 kompartemen dipisahkan oleh sekat dinding agar mengurangi kontaminasi. Sebelum proses produksi pemotongan ayam dimulai, seluruh peralatan harus dipersiapkan terlebih dahulu disetiap kompartemennya. Denah lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 2. Denah dan Peralatan Tempat Pemotongan Ayam Keterangan : 1. Keranjang plastik 2. Panci perebusan ayam 3. Mesin pencabut bulu 4. Meja untuk mengeluarkan isi perut (eviserasi) 5. Drum berisi air& penampungan isi perut 6. Meja untuk perecahan karkas 7. Drum berisi es 8. Drum penampung karkas 9. Timbangan dan pengemasan 10. Meja administrasi Tabel 1. Proses Produksi Tiap Kompartemen Kompartemen 1 Kompartemen 2 Kompartemen 3

4 Penurunan ayam hidup Pengeluaran dan penanganan jeroan Perecahan karkas Penyembelihan Pencucian karkas Penimbangan Pencelupan ayam Pengemasan Pencabutan bulu Pengiriman 4 Setelah seluruh peralatan telah siap dan truk pengangkut ayam sudah tiba ke tempat pemotongan maka proses produksi pemotongan ayam dapat dilakukan. Alur proses produksi pemotongan ayam hidup menjadi karkas yang siap menjadi bahan konsumsi di RPHU Rawa Kepiting adalah sebagai berikut: 1. Seluruh keranjang-keranjang plastik yang berisi ayam diturunkan dari truk pengakut dan dipindahkan ke tempat penampungan ayam yang berdekatan dengan tempat pemotongan 2. Penyembelihan dilakukan dengan cara memotong arteri carotis, vena jugularis dan oesophagus tanpa memutuskan trakhea dengan menggunakan pisau yang tajam. 3. Pencelupan ayam ke dalam panci berisi air panas yang bertujuan untuk mempermudah pencabutan bulu dengan kapasitas 10 ekor/proses. 4. Pencabutan bulu dengan menggunakan mesin (plucking finger) dengan kapasitas 10 ekor/proses. 5. Pengeluaran dan penanganan jeroan (eviskerasi) dengan cara menyobek kulit perut untuk mengeluarkan isi rongga perut, pemisahan ampela dari usus, pemisahan hati dan jantung, pemisahan limpa, dan penangan usus. Setelah itu dilakukan penanganan terhadap jeroan. Jeroan yang sudah dikeluarkan dan karkas diproses di ruang terpisah.

5 5 6. Perecahan karkas (parting) dan penimbangan, karkas yang telah bersih kemudian dipotong menjadi beberapa bagian menurut aturan atau pesanan konsumen. Perecahan karkas diantaranya adalah paha atas, paha bawah, dada, punggung, dan sayap. 7. Pengemasan sesuai permintaan pelanggan bisa berupa karkas, ataupun sampingan (jeroan) itu dibungkus dengan kantong plastik berwarna merah yang tahan panas. Agar daging ayam tetap segar maka dicelupkan ke dalam drum yang berisi es. 8. Pengiriman ke pelanggan/pasar dengan menggunakan mobil boks tertutup yang dilengkapi dengan pendingin. 4.2 Identitas Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah pemilik usaha sekaligus pengelola pemotongan ayam dan tenaga kerja yang diberikan upah. Pemilik usaha merupakan orang yang menyewa tempat pemotongan, mengelola, mengawasi, dan memperkerjakan sejumlah tenaga kerja untuk melakukan proses produksi. Tenaga kerja yang dimaksud adalah orang yang bekerja pada proses produksi pemotongan ayam dan terbagi pada tiga kompartemen, yaitu kompartemen-1 (area sangat kotor), kompartemen-2 (area kotor) dan kompartemen-3 (area bersih). Selanjutnya tenaga kerja dikelompokan berdasarkan umur, pendidikan, dan pengalaman bekerja, bertujuan untuk mengetahui kapasitas atau klasifikasi tenaga kerja yang melakukan proses produksi.

6 6 Tabel 2. Identitas Tenaga Kerja No Klasifikasi Jumlah Tenaga Kerja Umur Orang % Tahun >64 Tahun - - Jumlah Tingkat Pendidikan 1 SD 20 71,43 2 SMP 4 14,29 3 SMA/SMK/STM 3 10,71 4 Perguruan Tinggi 1 3,57 Jumlah Pengalaman Kerja 1 <5 Tahun 12 42, Tahun 10 35,71 3 >10 Tahun 6 21,43 Jumlah Berdasarkan Tabel 2, umur seluruh tenaga kerja termasuk ke dalam kelompok umur yang produktif, sehingga dianggap mampu melakukan pekerjaan yang menunjang keberhasilan usaha pemotongan ayam. Pernyataan ini sesuai dengan Mulyadi Subri (2012), kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur tahun sebagai kelompok penduduk yang produktif, dan kelompok penduduk umur 64 tahun ke atas sebagai kelompok yang tidak lagi produktif. Seluruh tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi memiliki tingkat pendidikan dari jenjang SD Perguruan Tinggi. Sebanyak 20 orang pendidikan terakhirnya adalah SD, 4 orang SMP, 3 orang SMA/SMK/STM, dan 1 orang

7 7 Perguruan Tinggi. Untuk proses pemotongan ayam setiap tenaga kerja tidak dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mereka diharuskan bekerja secara terampil dan memiliki fisik yang kuat. Karena mereka melakukan pekerjaannya pada waktu malam hari dan ditargetkan dengan waktu. Akan tetapi, dalam proses produksi dibutuhkan seseorang yang memimpin, mengontrol dan mengawasi yaitu seorang mandor/manager/supervisor. Untuk posisi tersebut dibutuhkan seorang tenaga kerja yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan keahlian sesuai dengan bidangnya. Berdasarkan Tabel 2, tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi memiliki pengalaman kerja dari hitungan bulan hingga tahunan. Pengalaman kerja seseorang dibagi berdasarkan masa bekerja yaitu: <5 tahun sebanyak 12 orang, 5-10 tahun sebanyak 10 orang dan >10 tahun sebanyak 6 orang. Semakin lama seseorang bekerja, semakin baik pengetahuan dan pengalaman yang dia dapat dari pekerjaannya. Pengalaman bekerja yang dimiliki memberikan tenaga kerja yang bersangkutan mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih tinggi serta berhati-hati dalam mengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984), lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat berpengaruh dalam memahami tugas tugas suatu pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik. Setelah seluruh tenaga kerja dikelompokkan berdasarkan umur, pendidikan, dan pengalaman bekerja maka dapat diketahui kapasitas atau klasifikasi tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi pemotongan ayam. Secara lebih spesifik, klasifikasi tenaga kerja disajikan pada Tabel 4.

8 8 Tabel 3. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Kualitas Kompartemen Klasifikasi Tenaga Kerja Kompartemen Kompartemen Kompartemen Jumlah Terdidik Terampil Kasar Berdasarkan Tabel 4, tenaga kerja terbagi menjadi 3 kualitas, yaitu tenaga kerja terdidik, terampil, dan kasar. Penentuan klasifikasi tenaga kerja terdidik berdasarkan suatu keahlian yang dimiliki atau kemahiran dalam bidang tertentu yang diperoleh dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan non formal. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang hanya mengandalkan tenaga saja. Kualitas tenaga kerja berpengaruh terhadap upah yang diterima perhari, untuk satu orang tenaga kerja terdidik diupah sebesar Rp , tenaga kerja terlatih Rp , dan tenaga kerja kasar Rp Produktivitas Kerja Seluruh tenaga kerja yang bekerja di PD. Sehati P.S berjumlah 30 orang, akan tetapi pada saat penelitian dilakukan tenaga kerja yang hadir sebanyak 28 orang dikarenakan 2 orang tenaga kerja tidak hadir sedang sakit, pembagian posisi kerja yaitu 1 orang untuk proses penurunan ayam hidup, 2 orang proses penyembelihan, 2 orang proses perebusan ayam, 1 orang proses pencabutan bulu,

9 8 orang proses pengeluaran dan penanganan jeroan, 12 orang proses perecahan karkas, 1 orang proses pengemasan, dan 1 orang untuk proses pengantaran. 9 Tabel 4. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja No Kegiatan Proses Produksi Σ Tenaga Kerja (Orang) Kompartemen-1 1 Penurunan ayam hidup 1 2 Penyembelihan 2 3 Pencelupan ayam ke dalam drum berisi air panas 2 4 Pencabutan bulu dengan mesin 1 Kompartemen-2 5 Pengeluaran dan penanganan jeroan (Evisceration) 8 6 Perecahan (Parting) 12 Kompartemen-3 7 Pengemasan karkas dan grading 1 8 Pengangkutan karkas ke pelanggan 1 Jumlah 28 Langkah selanjutnya adalah menghitung waktu kegiatan pada setiap tahapan proses produksi. Berdasarkan data pada Tabel 6, proses penurunan ayam membutuhkan waktu 40 menit, penyembelihan 286 menit, perebusan ayam 248 menit, pencabutan bulu dengan mesin 132 menit, pengeluaran dan penanganan jeroan 269 menit, perecahan karkas 296 menit, penimbangan dan pengemasan 128 menit, dan proses terakhir yaitu pengantaran karkas ke pasar/pelanggan membutuhkan waktu 20 menit. Seluruh kegiatan proses produksi menurut waktu kerja dapat dilihat pada Tabel 6.

10 10 Tabel 5. Tabel Perhitungan Produktivitas Skala Pemotongan ekor No Kegiatan Proses Produksi Σ Pekerja (Orang) Lama Kegiatan (Menit) (menit/orang) Tenaga Kerja (ekor/orang) Produktivitas Waktu (ekor/menit) Kompartemen-1 1 Penurunan ayam hidup , ,00 2 Penyembelihan , ,49 3 Pencelupan ayam ke dalam drum berisi air panas , ,10 4 Pencabutan bulu dengan mesin , ,73 Kompartemen-2 5 Pengeluaran dan penanganan jeroan (Evisceration) , ,15 6 Perecahan (Parting ) , ,14 Kompartemen-3 7 Pengemasan karkas dan grading , ,44 8 Pengangkutan karkas ke pelanggan , ,00 Jumlah ,14 9,52 Setelah diketahui jumlah ayam yang dipotong, total tenaga kerja dan waktu kegiatan pada setiap tahapan proses produksi maka dapat diketahui tingkat produktivitas tenaga kerja. Output yang dihasilkan berupa ayam yang dipotong sebanyak ekor. Besarnya tingkat produktivitas kerja total dengan jumlah tenaga kerja 28 orang adalah 107, 14 ekor/orang. Perhitungan produktivitas selanjutnya adalah produktivitas waktu, diukur dengan cara membagi total ayam yang dipotong dengan lama waktu kegiatan setiap tahapan proses produksi. Pada proses penurunan ayam produktivitas waktu sebesar 75,00 ekor/menit, penyembelihan 10,49 ekor/menit, perendaman ayam 12,10 ekor/menit, pencabutan bulu 22,73 ekor/menit, pengeluaran dan penanganan jeroan 11,15 ekor/menit, perecahan karkas 10,14 ekor/menit, penimbangan dan pengemasan 23,44 ekor/menit, dan terakhir pengantaran produk

11 11 ke pelanggan/pasar 150,00 ekor/menit. Total produktivitas waktu kerja adalah 9,52 ekor/menit. Apabila dihitung dalam satuan jam, maka dapat menghasilakn 571,2 ekor/jam. Produktivitas diukur untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan visi dan misi organisasi. Selain itu, dapat menentukan tahapan proses produksi pemotongan ayam yang perlu dievaluasi kinerjanya berdasarkan jumlah tenaga kerja dan waktu kegiatan. Penelitian produktivitas tenaga kerja menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja dan tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan produk. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh tenaga kerja yang bekerja pada usaha pemotongan ayam dapat dikatakan produktif, karena dilihat dari seluruh tenaga kerja mampu menyelesaikan pekerjaannya sebelum target waktu yang ditetapkan. Produktivitas kerja dan waktu sangatlah penting bagi suatu usaha, yaitu untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan waktu yang diharapkan secara singkat dan tepat. Hal ini akan meningkatkan daya saing perusahaan, menunjang perkembangan perusahaan, karena dengan peningkatan produktivitas perusahaan akan memperoleh keuntungan untuk investasi baru (Zulian Yamit, 2005). 4.4 Optimalisasi Tenaga Kerja Usaha pemotongan ayam milik Richard James setiap harinya mampu melakukan pemotongan sebanyak ekor ayam perhari. Target waktu untuk

12 12 proses produksi adalah 8 jam. Karena pada pukul WIB ayam sudah harus dipasarkan ke Pasar Senen dan diambil oleh konsumen, sehingga dibutuhkan tenaga kerja agar proses pemotongan dapat berjalan dengan lancar. Proses produksi dimulai dari jam WIB dengan total tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 30 orang, karena untuk mengejar waktu produksi dan target waktu pemasaran. Setiap tenaga kerja ditempatkan posisinya sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki. Penggunaan sumberdaya yang optimal merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan keberhasilan produksi. Maka dari itu, penggunaan sumberdaya dalam proses produksi harus dilakukan secara optimal. Tanpa adanya penggunaan sumberdaya yang optimal dalam suatu proses produksi, maka akan mengakibatkan terganggunya proses produksi yang pastinya akan mengurangi jumlah hasil produksi, waktu produksi, dan biaya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan jumlah tenaga kerja yang harus digunakan pada proses produksi pemotongan ayam. Cara yang digunakan untuk merencanakan/menghitung jumlah tenaga kerja yaitu dengan linear programming. Persoalan pada penelitian model linear programming ini, yaitu: 1. Menentukan berapa banyak kebutuhan tenaga kerja yang dikelompokan menjadi 3 klasifikasi, yaitu tenaga kerja terdidik (ahli), terlatih, dan tenaga kasar. 2. Menentukan distribusi tenaga kerja pada setiap kompartemen.

13 13 3. Menentukan total biaya yang dikeluarkan untuk setiap tenaga kerja. Berdasarkan persoalan tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemecahan persoalaan LP dengan program Microsoft Excel. Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Hasil Perhitungan Linear Programming dengan Solver No Kendala Perusahaan K1 K2 K3 L1 L2 L Kebutuhan total tenaga kerja Tenaga kerja Supervisor (L1) Rasio L2 dan L Distribusi tenaga kerja Kebutuhan TK Komp ,25-0, Kebutuhan TK Komp ,1 0 7 Upah/biaya (Rp1000) Keterangan: K1 = Banyaknya pekerja di kompartemen-1 (area kotor 1) K2 = Banyaknya pekerja di kompartemen-2 (area kotor 2)

14 14 K3 = Banyaknya pekerja di kompartemen-3 (area bersih) L1 = Banyaknya tenaga kerja terdidik (supervisor) L2 = Banyaknya tenaga kerja terlatih L3 = Banyaknya tenaga kerja kasar Kendala yang dihadapi oleh perusahaan adalah dalam satu hari kerja dibutuhkan tenaga kerja paling sedikit 30 orang. Terdapat satu tenaga pengawas/supervisor yang bertanggung jawab penuh atas proses produksi pemotongan ayam, pekerja terdiri dari tenaga terlatih dan tenaga kasar, namun dibutuhkan tenaga terlatih lebih banyak dengan rasio dua per tiga dari total pekerja, seluruh tenaga kerja didistribusikan habis pada setiap kompartemen, tenaga kerja dikompartemen-1 terdiri dari tenaga terlatih dan tenaga kerja kasar, tenaga kerja dikompartemen-3 terdiri dari tenaga supervisor dan tenaga kerja terlatih. Berdasarkan Tabel 7, maka dapat diketahui tenaga kerja yang didistribusikan pada setiap kompartemen dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan berdasarkan klasifikasi kemampuannya. Tenaga kerja pada kompartemen-1 dilakukan oleh 7 pekerja. Kompartemen-2 membutuhkan 21 pekerja dan pada kompartemen-3 membutuhkan 2 pekerja. Apabila dihitung berdasarkan klasifikasi/kemampuan kerjanya, maka dibutuhkan 1 pekerja tenaga ahli, 17 pekerja tenaga terampil, dan 12 pekerja tenaga kasar. Total biaya yang dikeluarkan untuk mengupah seluruh tenaga kerja dapat diketahui yaitu Rp Biaya tersebut diperoleh dari upah yang dikeluarkan dikalikan dengan total tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi kerjanya. Untuk satu orang tenaga

15 kerja terdidik diupah sebesar Rp , tenaga kerja terlatih Rp , dan tenaga kerja kasar Rp

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumah Pemotongan Hewan Unggas Rumah pemotongan unggas (RPU) adalah komplek bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Identitas Tenaga Kerja PD. Sehati P.S. Pendidikan Terakhir

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Identitas Tenaga Kerja PD. Sehati P.S. Pendidikan Terakhir 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Identitas Tenaga Kerja PD. Sehati P.S Nama Pemilik : Richard No Nama Pekerja Umur (tahun) Pendidikan Terakhir Pekerjaan (Bagian) Pengalaman Bekerja (lama kerja) Upah (Rp/hari)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kebutuhan konsumsi daging ayam akan selalu meningkat dikarenakan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss Daging Itik setelah Mengalami Scalding dengan Malam Batik dilaksanakan pada bulan Juli 2013 - Juli 2013. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tempat Pemotongan Ayam Daging ayam di Bali seluruhnya disediakan oleh pihak swasta, yang terdiri dari 2 unit Rumah Pemotongan Unggas (RPU) yang berbentuk perusahaan masing-masing

Lebih terperinci

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas]

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan Rumah Potong Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam Sentul jantan berjumlah 18 ekor dan berumur

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur 14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Pandanarum kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar, khususnya di rumah potong ayam yang ada di desa Pandanarum.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Pendahuluan Dan makanlah makanan yang Halal lagi Baik dari apa yang

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp) III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp) jantan, umur 7 minggu, diamati sampai umur 10 minggu kemudian dipotong, sebanyak

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam

V. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam V. PROFIL INDUSTRI TEMPE A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari kondisi sosial ekonomi sosial pengrajin. Dalam penelitian ini keseluruhan jumlah responden

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek sangat menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia, salah satunya di daerah Sumatera Barat. Apabila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan pasca panen (pembekuan) untuk hasil perikanan, yang merupakan milik Bapak

Lebih terperinci

Mutu karkas dan daging ayam

Mutu karkas dan daging ayam Standar Nasional Indonesia Mutu karkas dan daging ayam ICS 67.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu menjadi institusi pelipat ganda kekayaan. Suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu menjadi institusi pelipat ganda kekayaan. Suatu perusahaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, setiap perusahaan dituntut tidak hanya sebagai institusi pencipta kekayaan tetapi jauh lebih dari itu, perusahaan dituntut untuk

Lebih terperinci

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH ix Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH Mata kuliah PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN ditujukan: (1) untuk mengenal dan memahami macammacam sumber hasil peternakan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM Keuangan Produksi/Operasi Penelitian-Pengembangan Sistem Informasi Total Sumber : David, 2006 V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Maharani Farm RPA Maharani Farm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber kontaminasi bakteri pada daging ayam dapat berasal dari lingkungan sekitar pemotongan (rumah potong hewan), proses pemotongan daging ayam (perendaman

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi

METODE PENELITIAN. Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

Badan Standardisasi Nasional

Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia SNI 01-6159 1999 Rumah Pemotongan Hewan Badan Standardisasi Nasional Rumah Pemotongan Hewan Pendahuluan Penetapan standar Rumah Pemotongan Hewan merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di III. MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. 3.2.

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PENANGANAN DAGING KURBAN

PENANGANAN DAGING KURBAN 1 2 PENANGANAN DAGING KURBAN Daging kurban harus ditangani secara baik dan benar agar daging yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi masyarakat. Penanganan daging kurban yang tidak higienis dapat

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kreasi Lutvi merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi makanan ringan keripik singkong. UD. Kreasi Lutvi berdiri pada tahun 1999. Sejarah

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES TUGAS LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SAEPULOH KELAS : S1 TI 2D N.I.M : 10.11.3793 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) Diterbitkan : Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Grobogan Jl. A. Yani No.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU SALINAN Desaign V. Santoso, 13 Pebruari 2013 Edit Evaluasi Menteri Keuangan ALINA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.4. Membedah (menyeksi) tubuh hewan bertujuan untuk mengamati organ tubuh dalam.

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.4. Membedah (menyeksi) tubuh hewan bertujuan untuk mengamati organ tubuh dalam. SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.4 1. Memegang dengan tangan hewan yang akan dibedah, tangan kiri menggunting melalui anus ke arah punggung sampai tengah dilanjutkan dengan memotong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai Satun di Kota Dumai 1. Keripik Cabe Bintang Usaha industri keripik cabe rumahan di Kelurahan Purnama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH PEMOTONGAN HEWAN, UNGGAS DAN PELAYANAN TEKHNIS DIBIDANG PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) *) **) Michelia Rambu Lawu *), Sri Yuliawati **), Lintang Dian Saraswati **) Mahasiswa Bagian Peminatan

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Cara Produksi dan Penanganan Daging di Rumah Potong Ayam Modern PT. X, Semi Modern Y, dan Tradisional Z Tahun 2013

Analisis Penerapan Cara Produksi dan Penanganan Daging di Rumah Potong Ayam Modern PT. X, Semi Modern Y, dan Tradisional Z Tahun 2013 Analisis Penerapan Cara Produksi dan Penanganan Daging di Rumah Potong Ayam Modern PT. X, Semi Modern Y, dan Tradisional Z Tahun 2013 Abstrak Amelia Hanis, Ratu Ayu Dewi Sartika Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

RPA objectives, development, principles, management and food safety

RPA objectives, development, principles, management and food safety RPA objectives, development, principles, management and food safety TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Peserta dapat menjelaskan tentang prinsip dan manajemen RPA agar menghasilkan daging yang berkualitas dan aman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU. (Pangasius hypophthalmus) DI KABUPATEN BOGOR. Oleh RONNY MARTHA FO

ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU. (Pangasius hypophthalmus) DI KABUPATEN BOGOR. Oleh RONNY MARTHA FO ANALISA KELAYAKAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN BEKU (Pangasius hypophthalmus) DI KABUPATEN BOGOR Oleh RONNY MARTHA FO3496087 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Rezeki Baru merupakan usaha pembuatan keripik ubi dengan merek Rumah Adat Minang yang dikelola oleh Bapak Misli. Pada awalnya UD. Rezeki Baru

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN, PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN DAGING DALAM WILAYAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Pengelolaan Limbah Rumah Potong Lubuk Buaya Padang. temukan bahwa pengelolaan limbah RPH terbagi atas 3 macam yaitu:

BAB IV PENUTUP. 1. Pengelolaan Limbah Rumah Potong Lubuk Buaya Padang. temukan bahwa pengelolaan limbah RPH terbagi atas 3 macam yaitu: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengelolaan Limbah Rumah Potong Lubuk Buaya Padang Dalam hasil observasi lapangan dan wawancara dengan Ibu Mutia Hanum di temukan bahwa pengelolaan limbah RPH terbagi atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 88 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Quality Function Deployment (QFD) Harapan Konsumen (Costumer Needs and Benefits ) Pengumpulan data primer dengan wawancara langsung kepada konsumen produk karkas ayam pedaging

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditas hasil ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat banyak

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Sunan Rubber berdiri pada tahun 1949 dengan nama NV Sunan Rubber Handel Matchapply (NV Sunan Rubber Trading Company Limited). Pada awal pendiriannya,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV.WOLKEN yang beralamat di Jl. Sempurna Ujung - Medan berdiri pada bulan Juni tahun 2010 yang diprakarsai oleh Bapak Bolas Lumbanbatu dengan modal

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN MAKANAN 2

PERSIAPAN BAHAN MAKANAN 2 PERSIAPAN BAHAN MAKANAN 2 Produk Pangan Hewani Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Outline Daging Unggas Seafood Telur Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui pentingnya proses persiapan bahan sebelum

Lebih terperinci

Manajemen Industri. Pengantar Teknologi Pertanian Mas ud Effendi, S.TP., MP

Manajemen Industri. Pengantar Teknologi Pertanian Mas ud Effendi, S.TP., MP Manajemen Industri Pengantar Teknologi Pertanian Mas ud Effendi, S.TP., MP Manajer People who are allocate and oversee the use of resources (Plunket dkk., 2005:5) Orang yang mengatur dan mengawasi penggunaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis 1. Umur Kinerja anggota dalam mengelola gula semut dipengaruhi oleh karakteristik umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan

Lebih terperinci

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2014 KEMENTAN. Hewan Kurban. Pemotongan. Persyaratan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR 5.1. Gambaran Umum Industri Nata de Coco di Kota Bogor Bibit nata de coco Acetobacter xylinum pertama kali berasal dari Philipina yang dibawa ke Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus CARA PANEN BUAH Pendahuluan Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi, lingkungan bisnis berkembang semakin pesat begitu juga dengan tingkat persaingannya yang semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB III INDUSTRI KERUPUK RAMBAK DWIJOYO DESA PENANGGULAN KECAMATAN PEGANDON KABUPATEN KENDAL

BAB III INDUSTRI KERUPUK RAMBAK DWIJOYO DESA PENANGGULAN KECAMATAN PEGANDON KABUPATEN KENDAL BAB III INDUSTRI KERUPUK RAMBAK DWIJOYO DESA PENANGGULAN KECAMATAN PEGANDON KABUPATEN KENDAL A. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah di Desa Penanggulan Desa Penanggulan termasuk wilayah yang memiliki

Lebih terperinci