POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak)"

Transkripsi

1

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) GULA AREN (Gula Semut dan Gula Cetak)

3 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

4 KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga). Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21 judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah usaha gula aren dengan produk gula semut dan gula cetak. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah musyarakah (bagi hasil). Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri baik di kantor pusat maupun kantor cabang, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan terimakasih. i

5 Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat: Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Telp: (021) , Fax: (021) BTeknis_PUKM@bi.go.id Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta, Desember 2009 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

6 Ringkasan Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah Usaha Pembutan Gula Aren No Unsur Pembiayaan Uraian 1 Jenis usaha Usaha Pembuatan Gula Aren 2 Skala usaha optimum Skala industri kecil dengan produksi gula aren per bulan kg gula aren semut dan 1.250kg gula aren cetak. 3 Lokasi Usaha Desa Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak 4 Dana yang diperlukan - Investasi = Rp ,- - Modal Kerja = Rp ,- - Total = Rp ,- 5 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri 6 Plafon Pembiayaan a. Plafon pembiayaan dari LKS: Pembiayaan modal kerja sebesar 80% dari total pembiayaan modal kerja yaitu sebesar Rp ,- b. Kontribusi nasabah: - ±20% dari total kebutuhan modal kerja sebesar Rp , % dari biaya investasi:rp ,- Total kontribusi nasabah sebesar Rp ,-. 7 Akad Pembiayaan Kebutuhan pembiayaan usaha gula aren adalah akad musyarakah (murni), hal ini karena biaya yang dibutuhkan adalah untuk modal kerja dengan kontribusi modal baik dari nasabah maupun dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). 8 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan modal kerja selama 1 tahun,dapat diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja pembiayaannya bagus (sesuai dengan kriteria bank bersangkutan) iii

7 9 Perhitungan nisbah a. Berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) yang disepakati oleh kedua belah pihak melalui berita acara bagi hasil. b. Pengakuan pendapatan ini dilakukan setiap bulan,sebagai dasar perhitungan perolehan nisbah kedua belah pihak. 10 Nisbah Bank 0,76% 11 Nisbah Nasabah 99,24% 12 Periode Pembayaran Pembiayaan - Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan - Nisbah bagi hasil bank dibayarkan setiap bulan 13 Kelayakan Usaha a. Periode Proyek b. Skala usaha Gula Cetak Gula Semut c. Tingkat Teknologi d. Pemasaran Produk 5 tahun kg/bulan kg/bulan Manual dan Mesin sederhana Dijual langsung, agen, pesanan 14 Kelayakan Usaha a. Usaha pembuatan Gula Aren mampu menghasilkan keuntungan setelah membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS. b. Total nisbah yang diperoleh dari pembiayaan modal kerja dengan akad musyarakah diproyeksikan adalah Rp ,-. c. Dengan demikian usaha pembuatan Gula Aren layak untuk diusahakan dan memperoleh pembiayaan dari LKS. iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR TABEL... Hal i iii v viii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Pola Pembiayaan... 6 BAB III ASPEK TEKNIS PRODUKSI 3.1. Lokasi Usaha Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas Produksi Peralatan Bahan Baku Tenaga Kerja Teknologi Proses Produksi Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi Produksi Optimum Kendala Produksi v

9 BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 4.1. Aspek Pasar Permintaan Penawaran Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Aspek Pemasaran Harga Jalur Pemasaran Produk Kendala Pemasaran BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan Karakteristik Usaha Gula Aren Pola Usaha dan Pembiayaan Produk Musyarakah Asumsi dan Parameter Teknis Komponen dan Struktur Biaya Proyek Biaya Investasi Biaya Operasional Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Proyeksi Produksi dan Pendapatan Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point (BEP) Proyeksi Arus Kas Proyeksi Perolehan Nisbah Pembiayaan BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Dampak Lingkungan vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

10 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR WEBSITE DAFTAR LAMPIRAN vii

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Hal Gambar 1.1. Pohon Industri Produk Turunan Aren... 1 Gambar Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula semut oleh pengrajin Gambar Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri. 17 Gambar Rantai Pemasaran Gula Aren Cetak Gambar Rantai Pemasaran Gula Aren Semut DAFTAR FOTO Foto Hal Lodong diberi kapur sebelum dipakai Nira aren dimasak sambil diaduk Gula aren setelah pekat didinginkan Gula Aren Cetak Mesin Penggiling Gula Aren semut diayak berdasarkan ukuran kehalusan Gula Aren semut berdasarkan 3 jenis ukuran kehalusan viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

12 DAFTAR TABEL Tabel Hal 1.1. Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun Perkembangan luas pertanaman, produksi dan produktivitas gula aren di Indonesia Asumsi dan Parameter Teknis untuk Analisa Keuangan Kebutuhan Biaya Investasi Kebutuhan Biaya Operasional Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren Proyeksi Laba Rugi Rata-rata Per Tahun ix

13 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

14 BAB I PENDAHULUAN Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25 o celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi. Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolangkaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan Gambar 1.1. Pohon Industri Produk Turunan Aren 1

15 PENDAHULUAN akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri, berikut adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan. Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Produk gula aren ini adalah berupa gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan berbentuk setengah lingkaran. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu hingga gula aren mengkristal, kemudian dikeringkan (dijemur atau dioven) hingga kadar airnya di bawah 3%. Jenis yang terakhir ini memiliki keunggulan yaitu berdaya tahan yang lebih lama, lebih higienis dan praktis dalam penggunaannya. Tabel 1.1 Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006 Daerah Luas Area (Ha) Produksi (ton) Jawa Barat* Sulawesi Utara Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Tengah Bengkulu Sumber : Statistik Perkebunan Tahun 2006, hal 8 * Jawa Barat termasuk Banten. 2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

16 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Luas area pohon aren yang diusahakan di Indonesia adalah ha dengan jumlah produksi ton dalam bentuk gula merah. Berikut ini adalah enam Propinsi penghasil aren terbesar di Indonesia. Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para petani di sentra-sentra produksinya. Salah satu sentra produksi gula aren di Indonesia adalah di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten yaitu tepatnya di desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal sebagai salah satu daerah penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Industri gula aren di kabupaten ini menyerap tenaga kerja melalui unit usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang tersebar di 44 sentra produksi 1. 1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lebak,

17 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

18 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Pengusaha Usaha gula aren pada umumnya dilaksanakan oleh para pengrajin sebagai usaha sampingan. Ini karena waktu penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari di luar waktu kerja utamanya. Usaha ini tergolong jenis home industry karena pengerjaannya secara individual di rumah masing-masing pengrajin. Penyadapan biasanya dilakukan oleh para pria, kemudian proses pemasakan hingga menjadi gula cetak atau gula semut setengah jadi dilakukan oleh para wanita di rumah. Proses produksi gula aren di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar. Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula aren cetak memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif. Pada saat musim hujan, yaitu ketika pasokan gula aren melimpah, harga bisa jatuh hingga kisaran antara Rp. 3000,- dan Rp. 4000,- per kg. Namun pada saat musim kemarau pasokan gula aren sangat terbatas, sehingga harga dapat naik dari Rp ,- hingga Rp ,- / kg. Untuk memasok industri usaha gula aren semut, biasanya pengrajin hanya memproduksi bahan setengah jadi, yaitu gula aren semut dengan kadar air yang masih di atas 5%. Bahan tersebut kemudian dikumpulkan ke sentra produksi oleh para pengumpul. Selanjutnya, gula aren setengah jadi dihaluskan dan dikeringkan kembali hingga kadar airnya di bawah 3%. Proses pengeringannya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan panas matahari dan menggunakan oven. Usaha gula aren di lokasi penelitian terkonsentrasi pada suatu sentra produksi. Adanya sentra ini membantu pelaku usaha untuk berkembang dan 5

19 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN memudahkan pihak-pihak terkait untuk berkontribusi dalam pengembangannya, misalnya bantuan peralatan (penghancur, oven, loyang penjemur) melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat. Batuan peralatan ini didistribusikan melalui kelompok pengrajin, sehingga pemiliknya adalah kelompok yang bersangkutan/ bukan individual. Hasil produksinya kemudian dijual ke pasar dan pedagang besar di kota-kota besar seperti Tangerang dan Jakarta. Sedangkan, keuntungan yang diperoleh dibagikan di antara anggota (pengrajin dan pengumpul) dengan proporsi yang sudah ditentukan Pola Pembiayaan Pada tingkat pengrajin, pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk keperluan konsumsi daripada usaha. Ini karena usaha gula aren hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, seperti: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar dan konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Peralatan tersebut relatif harganya murah dan atau dapat diusahakan sendiri oleh pengrajin. Sedangkan pinjaman konsumsi dibutuhkan untuk kelangsungan hidup keluarga, terutama pada masa paceklik. Sumber pinjaman biasanya berasal dari pengumpul. Di awal bulan pengumpul memberikan pinjaman kepada pengrajin berupa bahan makanan dan atau uang untuk keperluan hidupnya. Kemudian pengrajin akan membayar pinjamannya dengan gula aren yang dihasilkan. Pengumpul tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu pengumpul murni yang membeli gula aren cetak untuk dijual ke pasar/agen, dan pengumpul yang juga berperan sebagai pengusaha gula aren semut. Pengusaha gula aren semut tersebut memproduksi gula aren semut sebagai produk utama dan gula aren cetak sebagai produk sampingan. Pada tingkat pengusaha/pengumpul, pinjaman yang diperlukan untuk kebutuhan investasi yaitu pengadaan alat-alat produksi dan modal kerja. Buku pola pembiayaan ini membahas mengenai pembiayaan modal kerja pada jenis usaha ini. Sumber pembiayaan selain dari bank konvesional dapat juga berasal 6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

20 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) dari perbankan syariah. Salah satu alternatif produk syariah yang dapat digunakan adalah musyarakah (bagi hasil). Jenis Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis pembiayaan kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi ekonomi). Disamping itu prospek pemasaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut. 7

21 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

22 BAB III ASPEK TEKNIK PRODUKSI 3.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha produksi gula aren sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku yaitu nira aren. Hal ini disebabkan daya tahan nira aren hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. Oleh karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat dan nira hasil sadapan harus segera diolah menjadi gula cetak. Daerah yang memiliki banyak pohon aren, umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Salah satu sentra produksi yang relatif berkembang ada di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Di wilayah tersebut terdapat 44 sentra produksi yang mampu menghasilkan ±2.249 ton gula aren per tahun Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas Produksi a. Saung/bangunan untuk proses produksi Saung digunakan untuk aktivitas produksi yang ukurannya disesuaikan dengan kapasitas/skala usaha. Kegiatan produksi di saung/bangunan ini adalah proses pemasakan nira aren dan pencetakan gula aren. b. Lahan penjemuran Luas lahan penjemuran disesuaikan dengan skala usaha. c. Tempat penyimpanan gula aren semut yang sudah jadi. 9

23 ASPEK TEKNIK PRODUKSI Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha gula aren relatif sederhana, yaitu: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar, saringan nira, golok sadap, pemukul (paninggur), konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Sedangkan untuk usaha gula aren yang sudah berskala industri kecil menggunakan alat tambahan berupa nampan aluminium untuk menjemur gula aren semut, mesin penggiling, oven pemanas, mesin pengayak dan alat pengayak manual Bahan Baku Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk usaha gula aren adalah nira aren. Perbedaan jenis gula aren antara gula cetak dan gula semut karena perbedaan pengolahannya. Pada jenis gula aren cetak, pengolahan nira dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kemasaman. Pengolahan gula aren cetak selain bahan baku, juga memerlukan bahan pelengkap yaitu sarang madu yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengentalkan nira ketika dipanaskan. Sedangkan untuk gula aren semut, bahan baku selain langsung dari nira aren juga dapat menggunakan gula aren semut setengah jadi. Pada skala industri kecil, umumnya digunakan bahan baku berupa gula aren semut setengah jadi yang diperoleh dari pengrajin dan atau pengumpul Tenaga Kerja Tenaga kerja pada usaha gula aren umumnya berasal dari anggota keluarga dan masyarakat di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja keluarga biasanya dipraktekkan di tingkat pengrajin, yaitu penyadap oleh anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan sebagai pemasak nira aren. 10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

24 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Pada tingkat skala industri kecil, menggunakan tenaga kerja sebanyak 6-12 tenaga kerja yang berasal baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Tenaga kerja tersebut dapat digolongkan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap yang memproses gula aren semut. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja administratif yang digaji per bulan, sedangkan tenaga kerja tidak tetap dibayar upah antara Rp ,- hingga Rp ,- per hari Teknologi Teknologi usaha gula aren dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a. Teknologi Tradisional Teknologi tradisonal digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan mutu yang relatif rendah. b. Teknologi Mekanisasi Teknologi ini umumnya digunakan pada skala industri kecil. Teknologi mekanisasi yang biasanya dipakai antara lain: mesin penggiling, mesin pengayak dan oven pengering Proses Produksi Proses produksi gula aren dapat dibedakan atas: 1. Proses produksi gula cetak 2. Proses produksi gula semut Proses produksi gula cetak Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren atau dari gula semut reject. Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya hanya dilakukan di tingkat 11

25 ASPEK TEKNIK PRODUKSI pengrajin. Sedangkan di tingkat industri, gula cetak diproduksi dari gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal dan tidak lolos ayakan. Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren. Foto 3.1. Lodong diberi kapur sebelum dipakai Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi risiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro. Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya tahan 3 jam. 12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

26 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Foto 3.2. Nira aren dimasak sambil diaduk Foto 3.3. Gula aren setelah pekat didinginkan Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam. 13

27 ASPEK TEKNIK PRODUKSI Gula aren cetak didinginkan Gula aren cetak siap dijual Proses produksi gula semut Foto 3.4. Gula Aren Cetak Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala industri kecil di masing-masing sentra produksi. Industri kecil gula aren semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren di Lebak menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal. Setelah penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%. 14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

28 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Foto 3.5. Mesin Penggiling Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak. Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar. Foto 3.6. Gula Aren semut diayak berdasarkan ukuran kehalusan Foto 3.7. Gula Aren semut berdasarkan 3 jenis ukuran kehalusan 15

29 ASPEK TEKNIK PRODUKSI Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut, kemudian dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3%. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnya oven pemanas. Gula semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri makanan atau pedagang besar dengan kemasan plastik untuk dipasarkan. Secara garis besar alur proses produksi gula aren dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Nira Aren Penyaringan (membersihkan dari kotoran kasar) Pemasakan (ditambah minyak kelapa) serta pembersihan dari buih dan kotoran halus Pekatan nira (peet) Didinginkan 10 menit tanpa diaduk Pencetakan dalam kojor Pendinginan Gula Cetak Pengadukan Pensterilan Pengadukan dipercepat Gula Semut ½ jadi Gambar 3.1. Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula semut oleh pengrajin 16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

30 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Gula Semut ½ Jadi Penggilingan Gula semut reject Pengayakan Pemasakan Pengeringan Pekatan nira (peet) Gula Semut Pencetakan dalam kojor Pendinginan Gula Cetak Gambar 3.2. Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri 3.7. Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi Usaha gula aren menghasilkan dua jenis produk yaitu gula aren cetak dan gula aren semut. Sedangkan untuk jumlah produksi, baik gula aren cetak atau semut pada skala pengrajin adalah antara 2 10 kg per hari. Sementara, pada skala industri kecil, produksi gula aren per hari antara kg. Jumlah produksi dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan, jumlah nira aren yang dihasilkan lebih banyak dibanding pada saat musim kemarau. Dengan demikian, hasil produksi gula aren musim hujan lebih banyak dari musim kemarau. Tetapi 17

31 ASPEK TEKNIK PRODUKSI dari sisi kualitas, gula aren musim kemarau lebih baik daripada musim hujan. Hal ini karena kadar air nira musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau. Mutu gula aren cetak ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna. Namun demikian, tidak ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu berdasarkan ketiga variabel tersebut baik di tingkat pengrajin maupun industri kecil. Sedangkan, gula aren semut untuk memenuhi standar industri merujuk pada standar tingkat kehalusan serbuk dan kadar air. Kehalusan serbuk dibagi dalam 3 jenis ukuran, yaitu: 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%. Tingkat kehalusan serbuk gula semut inilah yang menentukan perbedaan harga. Harga gula aren semut ukuran 20 mesh (terkecil) adalah yang paling mahal Produksi Optimum Hasil produksi gula aren di tingkat pengrajin ditentukan oleh musim dan jumlah pohon aren yang dimiliki. Rata-rata seorang pengrajin memiliki pohon, dimana hanya sepertiga atau sekitar 4 20 pohon diantaranya yang memproduksi nira. Sementara, sisanya pohon masih muda atau belum berproduksi. Mengingat tidak adanya biaya variabel di tingkat pengrajin gula aren (kayu bakar, minyak kelapa dan nira aren diproduksi sendiri), maka semakin banyak produksi gula aren, keuntungan yang didapat semakin besar. Sedangkan hasil gula aren di tingkat industri kecil, produksi optimum mencapai ± 2 ton per hari. Hal ini diperhitungkan dari besarnya rata-rata permintaan pasar terhadap produk gula aren di Kabupaten Lebak Kendala Produksi Kendala produksi yang dialami dalam usaha pembuatan gula aren adalah fluktuasi jumlah nira aren yang dihasilkan dan harga. Fluktuasi ini terjadi karena pengaruh musim. Pada saat musim hujan jumlah produksi meningkat tetapi harga produk justru turun, sementara pada musim kemarau terjadi sebaliknya. 18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

32 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) Selain itu, pada tingkat industri kecil juga mengalami kendala pengadaan peralatan produksi misalnya oven pengering. Oven ini sangat dibutuhkan terutama pada musim pengujan, dimana produksi sedang tinggi tetapi tidak ada panas matahari sebagai pengering. 19

33 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

34 BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 4.1. Aspek Pasar Permintaan Usaha gula aren di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut, yang seringkali sulit dipenuhi. Berdasarkan survei, sebuah industri kecil dalam sebulan dapat memperoleh pesanan sebesar ton. Pesanan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi akibat keterbatasan pasokan dan kurangnya modal. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang Penawaran Di Indonesia, usaha gula aren banyak dikembangkan di wilayah pegunungan. Berdasarkan data pada tabel 4.2. luas areal tanaman relatif meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi gula aren juga cenderung meningkat. 21

35 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Tabel Perkembangan luas pertanaman, produksi dan produktivitas gula aren di Indonesia Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kw/Ha) , , , , , , , , , ,13 Sumber: Ditjen Perkebunan ( ) Perluasan areal tanaman aren dapat diindikasikan sebagai jaminan pasokan bahan baku. Ini juga berarti usaha gula aren dapat berkelanjutan dan berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, dari sisi penawaran berpotensi untuk menaikan produk gula aren sebagai upaya untuk memenuhi permintaan yang cenderung makin tinggi Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan antar usaha gula aren di lokasi penelitian relatif masih rendah karena jumlah pengusaha gula aren tidak terlalu banyak. Dengan demikian, jumlah penawaran masih lebih rendah dibanding permintaannya, terutama pada saat permintaan tinggi yaitu pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagaimana yang diuraikan pada sub bab pengusaha seringkali tidak mampu memenuhi permintaan pasar. 22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

36 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) 4.2. Aspek Pemasaran Harga Harga gula aren ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik. Secara umum fluktuasi harga per kg untuk gula aren cetak berkisar antara Rp 3.000,- sampai Rp 9.000,-, sedangkan gula aren semut berkisar Rp7000,- sampai Rp , Jalur Pemasaran Produk Gula aren, baik gula aren cetak maupun gula aren semut, dapat dipasarkan melalui beberapa jalur pemasaran. Jalu-jalur tersebut antara lain dapat dilihat pada diagram 4.1 dan 4.2 Pengrajin Pedagang pengumpul di tingkat desa Pedagang pengumpul di tingkat kecamatan Pedagang Besar/Bandar di Tingkat kabupaten Pedagang Besar dari Jakarta dan Tangerang Pedagang Pengecer Gambar 4.1. Rantai Pemasaran Gula Aren Cetak 23

37 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Pengrajin Pedagang pengumpul di tingkat desa Pedagang pengumpul di tingkat kecamatan Industri kecil Pengolahan Gula Semut Pedagang Besar dari Jakarta dan Tangerang Pedagang Pengecer Industri makanan dan obat Eksportir Gambar 4.2. Rantai Pemasaran Gula Aren Semut Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang masih dihadapi oleh pengusaha dalam pemasaran produk gula aren, antara lain: - Kurangnya akses terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin rendah). - Masyarakat masih kurang mengenal produk gula aren semut sebagai subtitusi gula pasir tebu. Hal ini menyebabkan gula aren semut lebih dikenal untuk keperluan industri daripada untuk konsumsi. Padahal, peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan pemanis pada pasar konsumsi relatif besar. 24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

38 BAB V ASPEK KEUANGAN Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha gula aren Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan perolehan hasil yang fleksibel. Keragaman produk syariah tersebut, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Adapun untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/pls) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Pada profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara pada revenue sharing, perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya. 25

39 ASPEK KEUANGAN Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, LKS menetapkan produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabah yang berbeda Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan Karakteristik usaha gula aren Usaha gula aren didukung oleh ketersedian bahan baku nira aren. Ketersediaan nira aren dipengaruhi oleh populasi dari pohon aren. Sejauh ini di lokasi penelitian populasi pohon aren relatif cukup banyak, hampir setiap rumah mempunyai pohon aren. Populasi pohon aren juga relatif terjamin, karena informasi dari Pemerintah Daerah setempat menyampaikan bahwa melalui dinas terkait sedang dikembangkan program pembibitan pohon aren yang selanjutnya akan dibagikan kepada penduduk untuk mengganti pohon aren yang sudah tua. Ini mengindikasikan bahwa dari sisi bahan baku tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, hanya kualitasnya yang berfluktuasi dipengaruhi oleh musim, dimana musim kemarau kualitas nira aren lebih bagus dari pada musim penghujan. Dengan demikian mengacu pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha gula aren relatif dapat dijalankan. Selain itu, usaha gula aren dapat dilakukan baik dengan peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha gula aren dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri. Pasar gula aren masih terbuka lebar, ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut. Sebagai gambaran, sebuah industri kecil dalam sebulan 26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

40 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) dapat memperoleh pesanan sebesar ton, pesanan ini belum bisa dipenuhi karena keterbatasan modal. Berdasarkan potensi pasarnya, maka usaha gula aren memiliki prospek untuk dikembangkan Pola Usaha dan Pembiayaan Analisis keuangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengusaha maupun pemerhati usaha gula aren terhadap nilai tambah yang dihasilkan dalam kegiatan usaha ini. Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha gula aren yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di wilayah lain. Usaha yang dianalisis adalah usaha gula aren skala industri kecil. Industri yang menjadi contoh adalah usaha gula aren yang dimiliki oleh kelompok tani di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak. Produk utama yang dihasilkan adalah gula aren semut dengan kadar air 3% dan produk sampingan adalah gula aren cetak yang berasal dari gula aren semut yang tidak lolos pada saat pengayakan. Kapasitas produksi per bulan adalah kg gula aren semut dan 1.250kg gula aren cetak. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja usaha gula aren, pada kajian ini diasumsikan dipenuhi oleh LKS. Pola pembiayaan syariah yang dipergunakan adalah pola musyarakah (bagi hasil). Pola/akad musyarakah merupakan akad yang sesuai untuk pembiayaan modal kerja. Pada sistem bagi hasil, akad musyarakah merupakan salah satu bentuk pembiayaan berdasarkan bagi hasil yang relatif mudah untuk diterapkan kepada nasabah. Hal ini karena pada akad musyarakah baik pengusaha maupun perbankan mempunyai kontribusi modal sehingga risiko ditanggung oleh kedua belah pihak. Faktor penting yang mendasari akad musyarakah adalah kepercayaan. Hal ini karena perhitungan bagi hasil bersumber pada laporan keuangan/ 27

41 ASPEK KEUANGAN pengakuan pendapatan yang diterima (revenue sharing) atau keuntungan yang diperoleh (profit sharing) oleh nasabah. Inilah yang mendasari pentingnya asas kepercayaan antara bank dan nasabah karena pengakuan realisasi penjualan bersumber pada nasabah bersangkutan meskipun bank juga mempunyai perkiraan perhitungan. Hal kritikal adalah ketika realisasi penjualan lebih besar dari perkiraan bank, di sini kepercayaan nasabah sangat memegang peranan. Untuk itu, perbankan syariah memberikan pembiayaan dengan pola musyarakah kepada nasabahnya secara selektif yaitu untuk nasabah yang memiliki track record yang baik dari pembiayaan sebelumnya. Biasanya, sebelum memperoleh akad musyarakah, perbankan memberikan pembiayaan akad murabahah terlebih dulu untuk dapat lebih mengenal baik usaha maupun karakter nasabahnya. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja untuk usaha gula aren dimungkinkan untuk dibiayai dengan akad musyarakah oleh LKS, sepanjang kinerja pembiayaan sebelumnya menunjukan hasil yang baik, diantaranya tidak pernah menunggak, disiplin dalam pembayaran, mempunyai prospek pemasaran yang baik, dll Produk musyarakah Pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan musyarakah memiliki keunggulan dalam kebersamaan dan keadilan, baik dalam berbagi keuntungan maupun risiko kerugian. Penjelasan mengenai pembiayaan musyarakah mengacu antara lain pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/ POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

42 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tgl. 25 September Beberapa ketentuan terkait musyarakah sebagaimana terdapat dalam ketentuan dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: a. Ketentuan umum Dalam melaksanakan kegiatan usaha baik penghimpunan dana, penyaluran dana maupun pelayanan jasa bank wajib memenuhi prinsip syariah, yang terdiri dari prinsip keadilan dan keseimbangan, kemaslahatan, dan universalisme, serta tidak memenuhi unsur gharar, masyir, riba, dzalim, riswah dan obyek haram. b. Modal 1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. 2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan. c. Kerja 1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. 29

43 ASPEK KEUANGAN 2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak. d. Keuntungan 1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah. 2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. 3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya. 4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. e. Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal Asumsi dan Parameter Teknis Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren menjelaskan gambaran umum variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan analisis keuangan. Asumsi tersebut diambil berdasarkan survei lapangan yang dilakukan terhadap industri terkait. Periode proyek adalah lima tahun dimana tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha setiap bulan mampu memproduksi kg gula aren semut dan kg gula aren cetak dengan angka rendemen sebesar 92%. Harga gula aren semut rata-rata di pasar lokal sebesar Rp8.000,- per kg, dan gula aren cetak Rp6.000,- per kg. Hari 30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

44 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) kerja selama setahun sebanyak diasumsikan 300 hari (25 hari per bulan). Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren dapat dilihat pada tabel 5.1. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 2. Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisa Keuangan No Asumsi Jumlah (Nilai) Satuan Keterangan 1 Periode proyek 5 tahun Periode 5 tahun 2 Jumlah hari kerja per bulan 25 hari 3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan 4 Skala Usaha Untuk satu hari a. Bahan baku *) 600 kg b. Output produksi Gula Cetak 50 kg Gula Semut 500 kg 5 Harga produk **) Gula Cetak 6,000 Rp/kg Gula Semut 8,000 Rp/kg 6 Harga Bahan Baku **) 5,000 Rp/kg 7 Upah tenaga kerja Untuk satu bulan Pimpinan 2,000,000 Rp/bulan Tenaga kerja administrasi 800,000 Rp/bulan Tenaga kerja harian ***) 30,000 Rp/hari 8 Biaya pemeliharaan 5% %/thn dari nilai peralatan dan mobil 9 Expected Return Bank 14% % efektif****) *) Gula aren setengah jadi yang dihasilkan pengrajin **) Harga rata-rata sepanjang tahun (rata-rata terbobot dari harga masing-masing musim) ***) Jumlah hari kerja perbulan dikali upah harian (Rp per hari) ****) Data per Desember 2009 dari Bank Syariah 31

45 ASPEK KEUANGAN 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi secara garis besar terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu: biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, peralatan produksi, peralatan lain, dan kendaraan carry. Biaya perijinan meliputi SIUP, SITU, ijin usaha industri dan wajib daftar perusahaan yang masa berlakunya 5 tahun, sementara untuk ijin Depkes dan NPWP yang berlaku selamanya. Jumlah biaya perijinan total mencapai Rp ,-. Sewa tanah dan bangunan dibayarkan sekaligus selama masa proyek yaitu 5 tahun, karenanya setiap tahun harus dikeluarkan biaya amortisasi untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol adalah Rp ,-. Komponen biaya investasi berurutan dari yang terbesar adalah sewa tanah dan bangunan yaitu 46,3% dari total biaya investasi pada awal usaha, kemudian diikuti biaya kendaraan carry yaitu sebesar 27%, peralatan produksi yaitu sebesar 25,7% dan sisanya 1% adalah untuk investasi pembelian peralatan lain dan perijinan. Kebutuhan biaya investasi dapat dilihat pada tabel 5.2. Sedangkan, rincian biaya investasi dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 5.2. Kebutuhan Biaya Investasi No Jenis Biaya Nilai Rp Penyusutan per thn 1 Perizinan 1,750, ,000 3 Sewa tanah dan bangunan 120,000,000 24,000, POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

46 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) 2 Peralatan Produksi 66,700,000 13,850,000 3 Peralatan lain 750, ,000 4 Kendaraan carry 70,000,000 7,000,000 Jumlah Biaya Investasi 259,200,000 45,240, Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan umum. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi gula aren. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari (asumsi yang digunakan adalah 25 hari kerja per bulan dan 12 bulan kerja dalam setahun). Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp ,-. Komponen biaya operasional berurutan dari yang terbesar yaitu biaya bahan baku menyerap sebesar 81,3% dari total biaya operasional per tahun, diikuti biaya overhead pabrik yaitu sebesar 13,2% dan 5,5% sisanya adalah biaya bahan pendukung, pemasaran, tenaga kerja serta administrasi dan umum. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari seorang pimpinan dengan bayaran Rp ,- per bulan, 2 orang tenaga administrasi gaji masing-masing Rp ,- per bulan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah 3 orang yang masing-masing dibayar dengan upah sebesar Rp30.000,- per hari. Jumlah biaya operasional untuk usaha gula aren disajikan pada tabel 5.3. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. 33

47 ASPEK KEUANGAN Tabel 5.3: Kebutuhan Biaya Operasional No Jenis Biaya Nilai 1 Bahan Baku 900,000,000 3 Bahan Pendukung 30,180,000 4 Pemasaran 3,600,000 5 Biaya Tenaga kerja 27,000,000 6 Biaya overhead pabrik 145,637,500 7 Biaya administrasi & umum 600,000 Jumlah Biaya 1,107,017,500 Biaya operasional per bulan 92,251, Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Besarnya dana modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha produksi gula aren mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Sehingga kebutuhan dana modal kerja adalah: Kebutuhan dana modal kerja = ( siklus produksi) ( ) ( biaya operasional setahun ) hari kerja setahun 25 = Rp ,- 300 = Rp ,- Dengan demikian total kebutuhan biaya untuk modal awal usaha gula aren sebesar Rp ,- yang terdiri dari biaya investasi sebesar Rp ,- dan modal kerja awal untuk 1 siklus produksi gula aren (1 bulan/25 hari) yaitu sebesar Rp ,-. Dalam penelitian ini untuk 34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

48 Gula Aren (Gula Semut Dan Gula Cetak) kebutuhan dana investasi seluruhnya berasal dari modal sendiri sedangkan modal kerja sebagian bersumber dari dana sendiri dan pembiayaan dari LKS. Diproyeksikan pembiayaan untuk modal kerja sebesar Rp ,- yang bersumber dari pembiayaan LKS dan sisanya sebesar Rp ,- berasal dari modal sendiri. Jangka waktu pembiayaan untuk modal kerja satu tahun dan sesudahnya dapat diperpanjang sepanjang kinerja pembiayaannya baik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh LKS bersangkutan. Dengan memperhitungkan besaran expected return bank sebesar 14%, plafon pembiayaan LKS sebesar Rp ,- dan proyeksi pendapatan sebesar Rp ,- per tahun, maka diperoleh nisbah bank sebesar 0.76% dan nisbah nasabah sebesar 99,24%. Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan, sedangkan pembayaran nisbah bank dilakukan setiap bulan berdasarkan pengakuan pendapatan. Kebutuhan dana usaha gula aren selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 5.4 dan lampiran 5, sedangkan proyeksi nisbah bank selengkapnya pada lampiran 6. Tabel 5.4.: Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp) 1 Dana investasi yang bersumber dari a. Pembiayaan b. Dana sendiri Jumlah dana investasi 2 Dana modal kerja yang bersumber dari a. Pembiayaan b. Dana sendiri Jumlah dana modal kerja 3 Total dana proyek yang bersumber dari a. Pembiayaan b. Dana sendiri Jumlah dana proyek - 259,200, ,200,000 70,000,000 22,251,458 92,251,458 70,000, ,451, ,451,458 35

49 ASPEK KEUANGAN 5.6. Proyeksi Produksi Dan Pendapatan Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka kapasitas produksi usaha gula aren per bulan adalah kg gula aren semut dan kg gula aren cetak, sehingga selama satu tahun besarnya produksi adalah kg gula aren semut dan kg gula aren cetak. Harga jual gula aren semut rata-rata sebesar Rp8.000,-/kg, sedangkan untuk gula aren cetak Rp6.000,-/kg. Dengan demikian, pendapatan yang dihasilkan dari produksi gula aren semut adalah Rp ,-. dan gula aren cetak sebesar Rp ,- atau totalnya (kotor) mencapai Rp ,- per tahun. Perhitungan produksi dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.5 atau lampiran 7. Tabel Proyeksi Produksi dan Penjualan Gula Aren No Uraian Satuan Produksi kg/bulan Produksi kg/tahun Harga Rp/kg Nilai Rp/thn 1 Jenis Produk Gula Cetak Kg 1,250 15,000 6,000 90,000,000 Gula Semut Kg 12, ,000 8,000 1,200,000,000 2 Total Pendapatan Kotor Per Tahun 1,290,000, Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point (BEP) Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel pada 5.6. di bawah ini menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek. 36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)

AREN. Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005)

AREN. Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENGEMBANGAN PRODUK GULA AREN DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISA PENGEMBANGAN PRODUK GULA AREN DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISA PENGEMBANGAN PRODUK GULA AREN DI KABUPATEN PURWOREJO Agus Dwi Atmoko Politeknik Sawunggalih Aji agus.ak@polsa.ac.id ABSTRAK Gula Aren sangat menunjang perekonomian masyarakat di pedesaan dan memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PRODUK OLAHAN PENGRAJIN GULA AREN DESA MONGIILO

PENINGKATAN MUTU PRODUK OLAHAN PENGRAJIN GULA AREN DESA MONGIILO PENINGKATAN MUTU PRODUK OLAHAN PENGRAJIN GULA AREN DESA MONGIILO Zuchri Abdussamad Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo Email : zuchriabdussamad@yahoo.com ABSTRAK Masyarakat Desa Mongiilo

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki iklim tropis. Oleh karena itu di Indonesia banyak tumbuh tanaman seperti pohon kelapa dan pohon aren. Pohon kelapa

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc & Tim Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada Pertemuan Pengembanan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Gula Aren

II TINJAUAN PUSTAKA Gula Aren 2.1. Gula Aren II TINJAUAN PUSTAKA Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis. Komponen utama dari gula adalah karbohidrat. Jenis gula

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, buah,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Septiawan, 2 Dini Rochdiani, 3 Muhamad Nurdin Yusuf

Lebih terperinci

Potensi dan Tantangan Agroindustri Gula Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara

Potensi dan Tantangan Agroindustri Gula Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara Potensi dan Tantangan Agroindustri Gula Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara Sutan Pulungan Fakultas Pertanian, Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan Pendahuluan Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan sumber bahan pemanis yang banyak digunakan, baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk bahan baku industri makanan dan minuman. Gula

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis 1. Umur Kinerja anggota dalam mengelola gula semut dipengaruhi oleh karakteristik umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA RUMAH TANGGA BOMIS JAYA) 1.

ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA RUMAH TANGGA BOMIS JAYA) 1. Prosiding SNaPP2016 Sains dan Teknologi ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN SEBAGAI ALTERNATIVE PEMANIS ALAMI (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PERDAGANGAN SUKU CADANG MOBIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK) PANCING ULUR BERUMPON HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KATA PENGANTAR Cetakan Syariah Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia

Lebih terperinci

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI IbM USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI Nining Purnamaningsih1) Djunaidi2) 1Fakultas Ekonomi Universitas Kadiri Niningpurnamingsih@gmail.com)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi. Awalnya aren merupakan

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon yang. menghasilkan bahan-bahan industri yang sudah sejak lama kita kenal.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon yang. menghasilkan bahan-bahan industri yang sudah sejak lama kita kenal. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri yang sudah sejak lama kita kenal. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin memburuknya keadaan perekonomian di Indonesia yang di tandai dengan penurunan nilai tukar rupiah, maka masyarakat mulai banyak mencari penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN OLEH RIFI YANTI 0810221051 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT Karina Shafira*), Lily Fauzia **), Iskandarini ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI. MUDHARABAH dan MUSYARAKAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI. Oleh Fiqri Yunanda Pratama 20120730132 Swasti Saraswati 20120730137

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) Oleh: Yuri Tiara 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam era globalisasi ini, perbankan telah banyak mendominasi sistem perekonomian di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan bank

Lebih terperinci

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Pituruh merupakan salah satu dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681.

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu

Lebih terperinci

UJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO

UJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO Jurnal Agroteknose. Volume VII No. II Tahun 2016 UJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO Etty Sri Hertini, Hermantoro, Danang Manumono Institut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diantara berbagai kebijaksanaan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian pemerintah karena bank merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau ahli bidang ilmu lainnya yang mungkin tidak setuju dengan statement

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau ahli bidang ilmu lainnya yang mungkin tidak setuju dengan statement BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris, walau sekarang ini banyak para ahli ekonomi atau ahli bidang ilmu lainnya yang mungkin tidak setuju dengan statement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/19/PBI/2007 TENTANG PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA BANK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Undang undang No.10 Tahun 1998 tentang penyempurnaan Undangundang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan merupakan langkah yang baik dalam perkembangan perbankan

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa merupakan sumber daya alam negara Indonesia yang sangat potensial. Masyarakat pada umumnya sangat akrab dengan kelapa karena penggunaannya sebagai santan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA 36 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Sukiman 1), Dumasari 2), dan Sulistyani Budiningsih 2) 1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Pembiayaan Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA 5.1 Tipe Pembiayaan Berdasarkan kebutuhan biaya dalam kegiatan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar kelompok Tani Hurip termasuk ke dalam pembiayaan kredit

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum No. 7/ 3 /DPNP Jakarta, 31 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Sehubungan dengan

Lebih terperinci

INDUSTRI KERUPUK UDANG

INDUSTRI KERUPUK UDANG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI KERUPUK UDANG BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Idin Hadwa, 2 Soetoro, 3 Zulfikar Noormansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan berlandaskan syariah Agama Islam. Seperti halnya bank konvensional bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) SKRIPSI YULLY INDYASTUTI H34060254 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 by KarimSyah Law Firm Level 11, Sudirman Square Office Tower B Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran

Lebih terperinci