HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah dan Perkembangan PT Sucofindo (Persero) PT Sucofindo (Persero) berdiri pada tanggal 22 Oktober 1956 sebagai perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. PT Sucofindo (Persero) didirikan oleh Pemerintah melalui Lembaga Penyelenggara Perusahaan Indonesia (LPPI) bermitra dengan Societe Generale de Surveillance (SGS) SA Holdings Geneva Swiss. Pada awal pendirian proporsi saham masing-masing 59 %, komposisi kepemilikan saham mengalami beberapa kali perubahan dan saat ini kepemilikan saham dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sebesar 95 % dan SGS SA Holdings Geneva sebesar 5%. (PT Sucofindo 2009). Pada masa awal berdiri hingga tahun 1985 PT Sucofindo (Persero) lebih berfokus pada jasa inspeksi komoditas pertanian, diantaranya beras untuk pengadaan kebutuhan dan cadangan pangan Nasional, pengawasan pemuatan barang ekspor dan pembongkaran barang impor atas permintaan buyer ataupun shipper. Jasa inspeksi kemudian diperluas pada jasa inspeksi teknik dan supervisi pelaksanaan proyek. Sesuai tujuan PT Sucofindo (Persero) untuk turut melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan Nasional maka PT Sucofindo (Persero) pada tahun 1986 mulai aktif berperan serta dalam menunjang pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah di bidang ekonomi melalui kegiatan pemeriksaan barang ekspor, pemeriksaan verifikasi daftar induk (Masterlist). Verifikasi laporan realisasi ekspor dan verifikasi dalam rangka penetapan tingkat kandungan lokal kendaraan bermotor atau komponen buatan dalam negeri. PT Sucofindo (Persero) pada tahun 2010 memiliki 2700 pegawai profesional dibidangnya yang tersebar di seluruh Indonesia dengan komposisi 2300 orang pegawai tetap dan 400 orang pegawai tidak tetap. Sumber daya manusia sebagai salah satu aset terpenting oleh karenanya pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan secara konsisten di seluruh tingkatan posisi pekerjaan melalui berbagai jenis pelatihan mulai dari kompetensi dasar,

2 33 fungsional hingga kepeminpinan. Program-program pelatihan dilakukan baik secara internal maupun secara eksternal bekerja sama dengan institusi domestik maupun luar negeri. PT Sucofindo (Persero) percaya bahwa keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang dilengkapi dengan nilai-nilai perusahaan yang kuat dan unik akan mampu mendukung keberhasilan PT Sucofindo (Persero) di masa mendatang. Dalam perjalanannya PT Sucofindo (Persero) telah mengalami pasang surut sesuai dengan kondisi perekonomian maupun politik di dalam negeri. Pada tahun 2009 PT Sucofindo (Persero) membukukan total pendapatan sebesar Rp ,20 milyar atau 101,5% dari anggaran sebesar Rp ,21 milyar, realisasi total biaya mencapai Rp ,34 milyar atau 101,6 % dari anggaran sebesar Rp ,48 milyar, laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 42,003 milyar atau 100,2% dari anggaran sebesar Rp. 41,92 milyar (PT Sucofindo, 2009). Upaya peningkatan kinerja selama tahun 2009 dengan menerapkan kebijakan low price & cost yang diikuti dengan intensifikasi pelaksanaan sistem pengelolaan akun pelanggan (Account Management System) yang fokus terhadap Strategic Account (SA) dan Key Acoount (KA) untuk meningkatkan pendapatan. B. Produk PT Sucofindo (Persero) PT Sucofindo (Persero) melaksanakan kegiatan usaha dalam jenis dan bidang usaha jasa sebagai berikut: a. Pemeriksaan, pengawasan, pemantauan, pengujian, pemeriksaan dan pemeliharaan yang berkenaan dan berkaitan dengan perbankan, insdustri, teknologi, komoditas dan perdagangan. b. Sertifikasi dan audit yang berkenaan dengan sistem manajemen mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. c. Manajemen yang berkaitan dan berkenaan dengan logistik, pergudangan, properti dan sistem informasi. Sebagai konsekuensi dari perubahan arah bisnis dan portofolio dengan memperhatikan kompetensi perusahaan dan kebutuhan pelanggan maka pada tahun 2002 perusahaan melakukan perubahan pengelompokan jasa-jasa yang

3 34 dilakukan dengan pendekatan sektoral menjadi 10 (sepuluh) sektor usaha, yaitu : a. Sektor Pertanian b. Sektor Produk Industri dan Konsumen c. Sektor Rekayasa dan Transportasi d. Sektor Mineral e. Sektor Minyak dan Gas f. Sektor Sucofindo Internasional Certification Services g. Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial h. Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i. Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional j. Sektor Jasa Umum C. Kondisi Lingkungan 1. Lingkungan Internal Salah satu kekuatan PT Sucofindo (Persero) adalah jaringan pelayanan jasa termasuk laboratorium yang tersebar diseluruh Indonesia yang memungkinkan perusahaan untuk merespon kebutuhan pelanggan dengan cepat. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bentuk unit-unit kerja yang bersifat profit center, yaitu Strategic Business Unit (SBU) dan untuk menangani kegiatan usaha disetiap wilayah yang cukup besar dibentuk 31 Cabang. Disamping itu untuk menangani kegiatan usaha di daerah yang lebih kecil dan berada didaerah terpencil dibentuk 16 liaison Officer (Site) yang berada dibawah koordinasi Cabang setempat (PT Sucofindo, 2009). Unit kerja operasional yang melaksanakan kegiatan operasi sebagai profit center adalah semua Cabang, Liaison Officer (Site) dan SBU yang berada di kantor Pusat, yang terdiri dari : a) Sektor Pertanian b) Sektor Produk Industri dan Konsumen c) Sektor Rekayasa dan Transportasi d) Sektor Mineral e) Sektor Minyak dan Gas

4 35 f) Sektor Sucofindo Internasional Certification Services g) Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial h) Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i) Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional j) Sektor Jasa Umum PT Sucofindo (Persero) juga mengembangkan jaringan usaha ditingkat internasional menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan inspeksi diluar negeri, antara lain SGS SA Swiss, Nippon Kaiji Kensei Kyokai (NKKK) Japan Audit and Certification Organization for Environment and Quality ( JACO) Jepang, OMIC Jepang, Vina Control Vietnam, Lioyds Inggris, RWTUV Jerman, PSB Singapura, SIRIM Malaysia, DNV Norwegia, AFAQ Perancis, BVQI Perancis, UL America Serikat, CCIC Republik Rakyat Cina, HKSTC Hongkong, INSPEKTA Republik Cheko, KQMI Korea Selatan, SEMC-TAFE Australia. Disamping itu PT Sucofindo (Persero) merupakan anggota dari lembaga profesi dan asosiasi bisnis tingkat Nasional dan Internasional diantaranya dengan : a) International Federation of Inspection Agencies (IFIA), Inggris b) RvA Belanda, akreditasi lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000) c) NATA Australia, akreditasi laboratorium penguji tekstil, mainan anakanak dan batu bara d) IRCA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000) e) EARA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) f) Liverpool Cotton Association (LCA) Inggris g) Grains and Feed Trade Association (GAFTA), Inggris h) American Society for Non Destructive Testing (ASNT), USA i) Asean Vegetable Oil Club (AVOC), Malaysia j) Ikatan Konsultan Indonesia ( INKINDO) k) Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI)

5 36 2. Lingkungan Eksternal Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 memiliki tema Meningkatkan Kompetensi, Memperluas Bidang dan Wilayah Usaha. Sejalan dengan tema tersebut, tantangan ke depan yang dihadapi PT Sucofindo (Persero) adalah mempertahankan dan meningkatkan pendapatan serta meningkatkan pangsa pasar yang lebih luas di bidang bisnis survey. Upaya penetrasi yang dilakukan dengan pola Account Manager yang ditempatkan ditiap-tiap Strategic Business Unit (SBU) dan Branch Office menunjukkan keseriusan PT Sucofindo (Persero) dalam mengefektikkan kegiatan pemasaran dan pengelolaan pelanggan sehingga kebutuhan setiap pelanggan dapat terakomodasi dengan cepat dan baik sesuai kebutuhan pelanggan. Upaya efisiensi biaya dilaksanakan dengan penerapan cost reduction program (CRP) dengan upaya efisiensi pendukung operasional Perusahaan tanpa mengurangi kualitas pelayanan operasional dan pelayanan pelanggan, selektif dalam melakukan investasi dan pengadaan barang dan jasa, diantaranya melanjutkan penjualan atau penyewaan gedung dan aset tanah perusahaan yang tidak terpakai. D. Perkembangan Program Kemitraan dan Bina Lingungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero) PT Sucofindo (Persero) telah melaksanakan Program Kemitraan (PK) dengan usaha kecil dan Koperasi sejak tahun 1991 dengan suatu konsep pembinaan terpadu dan berkesinambungan yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan lembaga/instansi terkait yang berkompeten di bidangnya. Pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi yang dilakukan PT Sucofindo (Persero) sejak tahun 1991 sesuai keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1232/KMK.013/1989 yang mewajibkan semua BUMN menyisihkan laba sebesar 1% - 3% untuk pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan Koperasi (Pegelkop), Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 316/KMK.016/1994 program ini berganti nama menjadi program Pembinaan

6 37 Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-05/MBU/2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang dinamakan sebagai program kemitraan dan bina lingkungan atau PKBL. Berdasarkan kebijakan tersebut BUMN diwajibkan untuk menyisihkan maksimum 2% dari laba setelah pajak untuk program bina lingkungan. Pada tahun 2010 Program Kemitraan (PK) dilaksanakan melalui penyaluran dana pinjaman dan hibah kepada usaha kecil pada sektor industri, perdagangan, peternakan, pertanian, perikanan, perkebunan dan jasa di 16 (enam belas) propinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Program Bina Lingkungan dilaksanakan dengan menyalurkan dana untuk program bantuan bencana alam, bantuan untuk peningkatan pendidikan, kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam. 1. Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero) Organisasi Unit Kerja PKBL PT Sucofindo (Persero) berdasarkan Keputusan Direksi nomor 06/KD/2009 tanggal 3 Maret 2009 tentang Struktur Organisasi Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan keputusan direksi Nomor 06/KD/2009 tanggal 3 Maret 2009 susunan penanggungjawab PKBL adalah sebagai berikut : Direktur Keuangan dan Administrasi : Hendi Kariawan, SE, MSc Senior Manager PKBL : Ir. Johar Maturidi Manager Administrasi & keuangan PKBL : Farida Lestari, SE Manager Pembinaan PKBL : Riza, SE

7 38 Direktur Keu & Adm UNIT PKBL Senior Manager Adm & Keu Manager Cabang Officer PKBL Pengembangan UNIT PKBL Manager Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero)Tahun 2010 Gambar 1 Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero) 2. Strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) Sesuai Laporan PKBL Tahun 2010 PT Sucofindo (Persero), dalam rangka pencapaian sasaran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL tahun 2010 telah ditetapkan strategi program kemitraan dan bina lingkungan yang efisien dan efektif dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi untuk menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri. Adapun strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Penyaluran pinjaman dialokasikan pada 17 Propinsi atau sesuai dengan RKA PKBL tahun 2010 dan Surat Keputusan Kementerian BUMN tentang alokasi dana dan wilayah pembinaan. b. Penyaluran pinjaman diprioritaskan kepada sektor usaha yang potensial dan produktif dengan karakter pengusaha yang baik serta mengedepankan prinsip kehati-hatian. c. Menerapkan pola inti plasma dan pembinaan yang berkelanjutan. d. Monitoring dan penagihan angsuran pinjaman secara intensif dan mengoptimalkan peran forum komunikasi di seluruh cabang serta

8 39 bekerjasama dengan pihak terkait khusus untuk menangani piutang bermasalah. e. Kegiatan Program Bina Lingkungan dilaksanakan oleh Divisi terkait, Kantor Pusat atau langsung oleh bagian PKBL setelah mendapatkan rekomendasi dari Direktur Keuangan dan Administrasi serta persetujuan dari Direktur Utama. Kebijakan dan program kerja yang mendukung atas pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sehingga strategi program kemitraan dan bina lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat sasaran adalah : a. Pola penyaluran dana - Keputusan layak bina ditetapkan oleh Cabang dan penyaluran pinjaman dana ditetapkan oleh Kantor Pusat. - Kegiatan hibah di seluruh cabang harus mendapatkan rekomendasi unit PKBL Kantor Pusat. - Menerapkan pola/konsep pinjaman khusus di seluruh Cabang. - Penyaluran pinjaman diprioritaskan kepada mitra binaan yang telah melunasi pinjaman dengan kategori lancar. - Penyaluran dana kepada mitra binaan per wilayah disesuaikan dengan konstribusi dana masing-masing cabang. b. Kegiatan PKBL di Cabang Pelaksanaan program PKBL di seluruh Cabang melibatkan senior officer/officer PKBL dengan pengawasan langsung dari kepala Cabang. c. Tertib Administrasi Program PKBL Penerapan sistem dan prosedur yang konsisten, seluruh kegiatan PKBL dilaksanakan berdasarkan aturan (sistem dan prosedur) yang berlaku baik prosedur, kebijakan dan peraturan dari Kementerian BUMN atau prosedur yang telah ditetapkan secara intern. d. Sistem Pengelolaan Kinerja Penerapan sistem pengelolaan kinerja diterapkan di unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam rangka meningkatkan motivasi

9 40 staf PKBL dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan, diberikan penghargaan berupa reward, khususnya terhadap pencapaian kinerja kolektibilitas dan penyaluran. Tahapan dalam proses pemberdayaan usaha kecil adalah sebagai berikut : Pemberdayaan usaha kecil yang layak bina menjadi layak kredit (bankable) Membina dan mengembangkan usaha kecil yang bankable menjadi usaha kecil mandiri yang memiliki sistem manajemen yang efektif dan efisien. Membina dan mengembangkan usaha kecil mandiri menjadi usaha kecil yang mampu memberikan pembinaan kepada usaha kecil lainnya, sehingga akan terjalin jaringan usaha yang saling menguntungkan. Dana program kemitraan yang terhimpun dari pembagian laba, angsuran usaha kecil dan penerimaan lainnya disalurkan kepada mitra binaan dalam bentuk: Pinjaman modal kerja dan investasi serta pinjaman khusus dalam jangka waktu pinjaman maksimal 2 (dua) tahun. Hibah diberikan kepada usaha kecil untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, pengkajian, penelitian, konsultasi manajemen dan sebagainya (Laporan PKBL tahun 2010). 3. Program Kemitraan dan Bina Lingungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero) Program kemitraan dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: 05 /MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dana dan Program Bina Lingkungan, yang biasa disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). BUMN XYZ telah membuat rencana kerja dan anggaran (RKA) tahun 2010 program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang telah disyahkan dalam RUPS tanggal 7 Desember Realisasi jumlah usaha kecil dan koperasi yang telah dilakukan pembinaan diseluruh Indonesia sejak tahun 1991 sampai dengan 31

10 41 Desember 2010 sebanyak unit usaha dengan total dana yang telah disalurkan sebanyak Rp Sebanyak usaha kecil dan koperasi tersebut, usaha kecil dan koperasi telah berakhir masa pembinaannya dan telah melunasi pinjamannya sampai dengan Desember 2010 dengan jumlah dana sebesar Rp Pada tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan pelatihan, asestensi dan konsultasi manajemen sesuai dengan kebutuhan mitra binaan bekerja sama dengan lembaga pendidikan, penguruan tinggi dan instansi terkait kepada 66 usaha kecil di 16 propinsi (Laporan PKBL tahun 2010). Dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi mitra binaan pada tahun 2010, telah diikutsertakan 67 usaha kecil mitra binaan dalam kegiatan pameran berskala Nasional maupun Internasional yang dilaksanakan sebanyak 11 kali pameran yaitu: 1) Pameran gelar karya PKBL BUMN 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 24 s/d 28 Maret 2010 di Balai Sidang Jakarta Confention Center dengan mengikutkan 4 (empat) mitra binaan dari DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan dengan transaksi penjualan ritail sebesar 260 juta. 2) Pameran Inacraf 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 21 s/d 25 April 2010 di Balai Sidang Jakarta Confention Center dengan mengikutksertakan 6 (enam) mitra binaan dari Propinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bandar Lampung, Jawa Tengah dan Bali dengan transaksi penjualan retail sebesar 305,6 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 154,3 juta. 3) Pameran Sriwijaya Expo 2010 tanggal 16 s/d 23 Juni 2010 di Palembang dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Sumatera Selatan dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 127,9 juta dan transaksi pemesanan sebesar Rp 112,1 juta. 4) Pamaeran Flora Fauna Jakarta 2010 tanggal 2 Juli s/d 3 Agustus 2010 di lapangan banteng Jakarta dengan mengikursertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Riau dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 107,9 juta.

11 42 5) Islamic Festival 1431 H & Halal Expo 2010 tanggal 5 s/d 8 Agustus 2010 di Balai Kartini Jakarta dengan mengikutsertakan 4 unit usaha kecil dari Propinsi DKI Jakarta dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 118,9 juta 6) Mega Bazar PT Sucofindo 2010 tanggal 24 s/d 27 Agustus 2010 di gedung Graha Sucofindo dengan mengikutsertakan 39 unit usaha kecil dari Propinsi Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bandar Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 299,5 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 130,3 juta. 7) Pameran Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) Expo & Award 2010 tanggal 30 September s/d 3 Oktober 2010 di Jakarta Convention Center dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 118,4 juta serta transaksi pemesanan sebesar 107 juta. 8) Pameran Lampung Expo 2010 tanggal 15 s/d 19 Oktober di Graha Wangsa Lampung dengan mengikutsertakan 5 unit usaha kecil dari Propinsi Bandar Lampung dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 153,7 juta 9) Pameran Jogyakarta Export Expo 2010 tanggal 27 s/d 31 Oktober di Jogyakarta dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Tengah dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 13,5 juta 10) Pameran PKBL BUMN Expo 2010 tanggal 27 s/d 31 Oktober 2010 di Surabaya dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Timur dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 101,5 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 103,3 juta. 11) Pameran ICRA 2010 tanggal 24 s/d 28 Nopember di Jakarta Convention Center dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 145,6 juta. (Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) tahun 2010) Dalam rangka meningkatkan keahlihan sumber daya manusia dibidang pemasaran bagi mitra binaan pada tahun 2010 telah diikutsertakan sebanyak 30 usaha kecil dan koperasi dari 17 propinsi dalam pelatihan

12 43 Manajemen Pemasaran Terpadu bekerja sama dengan LPMB Universitas Airlangga yang diselenggarakan pada tanggal 10 s/d 11 Maret di Denpasar Bali. 4. Realisasi Anggaran PKBL BUMN XYZ tahun 2010 Sumber dana untuk PKBL berasal dari dana pengembalian pinjaman usaha kecil (dana bergulir) serta alokasi dana dari penyisihan laba perusahaan tahun Tahun 2010 dana yang tersedia sebesar Rp yang terdiri dari saldo awal sebesar Rp ditambah alokasi dana penyisihan laba sebesar Rp penerimaan pengembalian pokok pinjaman sebesar Rp penerimaan pengembalian pokok pinjaman bermasalah sebesar Rp dan penerimaan yang belum teridentifikasi sebesar Rp Selain itu terdapat penerimaan sebesar Rp terdiri dari jasa administrasi sejumlah Rp jasa administrasi pinjaman bermasalah Rp jasa giro, bunga deposito sebesar Rp pendapatan lainnya sebesar Rp dan penerimaan kelebihan anggaran Rp Sedangkan realisasi jumlah penyaluran dana PKBL tahun 2010 (audited) sebesar Rp terdiri dari pengembalian pinjaman sebesar Rp yang telah disalurkan kepada 277 usaha kecil di 14 propinsi dan untuk kegiatan pembinaan kepada usaha kecil sebesar Rp Dana tersedia dan penggunaannya dibandingkan dengan anggaran 2010 disajikan pada Tabel 3. Jumlah penyaluran dana sampai tahun 2010 sebesar Rp atau 106,2 % dari anggaran tahun 2010 di 17 propinsi yaitu : (1) Sumatra Utara, (2) Sumatra Barat, (3) Riau, (4) Sumatra Selatan, (5) Lampung, (6) DKI Jakarta, (7)Tangerang dan Cilegon, (8) Jawa Barat, (9) Jawa Tengah, (10) DIY, (11) Jawa Timur, (12) Bali, (13) Kalimantan Timur, (14) Kalimantan Barat, (15) Kalimantan Selatan, (16) Sulawesi Selatan, (17) Sulawesi Utara. Yang terdiri dari pinjaman kepada usaha kecil sebsar Rp kepada 277 unit usaha kecil dan kegiatan pembinaan kepada usaha kecil sebesar Rp

13 44 Tabel 3 Anggaran dan Realisasi Penyaluran Pinjaman PKBL 2010 Keterangan Anggaran Tahun 2010 Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) Tahun 2010 ( Dalam Jutaan Rupiah ) Perbandingan Realisasi Realisasi Realisasi Tahun 2010 Tahun 2009 Real Thn 2010 (Audited) (Audited) Thd. Angg Thn = 2/1 5 = 2/3 Real Thn 2010 Thd. Real Thn I. Saldo Awal 1.245,6 616,4 540,6 49,5 114,0 II. Penerimaan , , ,4 109,2 113,6 a. Alokasi Dari Laba Tahun ,0 0,0 400,3 0,0 0,0 b. Alokasi Dari Laba Tahun ,4 840,1 0,0 0,0 0,0 c. Angsuran UKK , , ,3 105,8 106,9 - Pokok Pinjaman , , ,9 103,7 107,3 - Bunga Pinjaman 813, , ,4 140,3 101,9 d. Jasa Giro 65,7 59,0 50,6 89,9 116,7 e. Bunga Deposito 0,0 7,1 0,0 0,0 0,0 f. Lain - lain 0,0 584,0 11,3 0, ,1 III. Pengeluaran , , ,6 107,4 111,0 a. Penyaluran Dana ke UKK , , ,1 106,2 111,7 - Pinjaman Modal Kerja , , ,3 109,5 107,3 - Pinjaman Investasi 1.037,6 727,5 389,3 70,1 186,9 - Konsultasi Manajemen / Hibah 1.200, ,9 883,6 103,6 140,8 b. Biaya Administrasi dan Umum 877, , ,6 127,1 102,2 IV. Saldo Akhir 1.411, ,0 616,4 76,6 175,4 5. Program Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 Dengan dikeluarkannya Surat Edaran dari Kementarian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: S-366/M-MBU/2002 tanggal 6 Mei 2002 tentang program bina lingkungan yang disempurnakan dengan Peraturan Kementarian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nomor : Per- 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan usaha kecil dan program bina lingkungan, bahwa BUMN dapat melaksanakan program bina lingkungan dengan menyisihkan laba bersihnya sebesar maksimum 2 %, realisasi program bina lingkungan BUMN XYZ pada tahun 2010 sebesar Rp yang disalurkan dalam kegiatan : (1) Bantuan korban bencana alam BUMN peduli (2) Bantuan peningkatan pendidikan masyarakat (3) Bantuan peningkatan kesehatan masyarakat (4) Bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum (5) Bantuan perbaikan sarana ibadah.

14 45 Tabel 4 Anggaran dan Realisasi Program Bina Lingkungan 2010 KETERANGAN Anggaran Tahun 2010 Realisasi Tahun 2010 (Audited) Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) Tahun 2010 Realisasi Tahun 2009 (Audited) ( Dalam Jutaan Rupiah ) Perbandingan Realisasi Thn 2010 thd Angg. Thn 2010 (Audited) Thn 2010 thd Real Thn 2009 (Audited) =2/1 5=2/3 1.Saldo Awal 70,0 646,0 563,6 922,9 114,6 2. Penerimaan 853,4 859,2 413,9 100,7 207, Alokasi Dari Laba Tahun ,4 840,1-100, Alokasi Dari Laba Tahun ,0-400, Jasa Giro 15,0 11,0-73, Bunga Deposito , Lain - lain - 8, Penggunaan Dana 837,4 678,8 331,5 81,1 204, Program Bina Lingkungan BUMN Peduli 272,5 200,0-73, Program Bina Lingkungan 525,0 458,8 313,0 87,4 146, Bantuan Korban Bencana Alam 75,0 84,7 134,5 112,9 62, Bantuan Pendidikan dan Pelatihan 50,0 94,7 35,5 189,4 266, Bentuan Peningkatan Kesehatan 75,0 84,5 44,8 112,6 188, Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum 75,0 72,9 5,5 97, , Bantuan Sarana Ibadah 100,0 101,5 50,0 101,5 203, Pelestarian Alam 150,0 20,6 42,7 13,7 48, Biaya Operasional 39,9 19,9 18,6 49,9 107, Beban Survey/penelitian, Monitoring/Evaluasi 19,9 17,2 15,4 86,5 112,1 dan Penyerahan bantuan Beban Pengiriman Barang 14, Beban Administrasi dan PPN 5,6 2,7 3,2 48,0 84, Lain - lain 0, Saldo Akhir 86,0 826,4 646,0 960,9 127,9 Saldo piutang pinjaman mitra binaan per 31 Desember 2010 (audited) dan 2009 (audited) terdiri dari saldo pokok pinjaman, rincian piutang pinjaman mitra binaan dan mutasinya secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Tabel 5 Akumulasi Penyaluran Pinjaman PKBL PT Sucofindo (Persero) POKOK PINJAMAN URAIAN s/d 2010 s/d 2009 Audited (Rp) Audited (Rp) Realisasi pemberian pinjaman Realisasi angsuran mitra binaan Saldo piutang Saldo piutang bermasalah Saldo piutang per Desember (bersih) Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo(Persero) tahun 2010 Kualitas pinjaman mitra binaan per 31 Desember 2010 dan 2009 diklasifikasikan dapat dilihat pada Tabel 6.

15 46 Tabel 6 Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2010 Kualitas Pinjaman 2010 Audited (Rp) a. Lancar (umur piutang 30 hari) b. Kurang Lancar (umur piutang > 30 hari dan 180 hari ) c. Diragukan (umur piutang > 180 hari dan 270 hari) d. Macet ( umur piutang > 270 hari) Jumlah Sumber : Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 Tabel 7 Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2009 Kualitas Pinjaman 2009 Audited (Rp) a. Lancar (umur piutang 30 hari) b. Kurang Lancar (umur piutang > 30 hari dan 180 hari ) c. Diragukan (umur piutang > 180 hari dan 270 hari) d. Macet ( umur piutang > 270 hari) Jumlah Sumber : Laporan PKBL Sucofindo (Persero) tahun Pembinaan Usaha Kecil dan koperasi PT Sucofindo (Persero) telah mengeluarkan dana Rp kepada unit usaha dan koperasi (UKK) di 17 Propinsi selama 20 tahun sejak tahun 1991 s/d 2010 (PT Sucofindo, 2010). Upaya pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi tersebut sejalan dengan kebijakan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) yang intinya mensyaratkan BUMN memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial ekonomi melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan (PT Sucofindo, 2010). Sasaran pembinaan PT Sucofindo (Persero) terhadap usaha kecil dan koperasi terfokus pada bidang usaha: a. Industri kecil (IK) yang berorientasi ekspor dan padat karya yang terdiri dari industri pengolahan dan industri kerajinan.

16 47 b. Agrobisnis: Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Perikanan. c. Perdagangan barang (Warung makan, waserda dan penjualan bahan bangunan). d. Jasa (bengkel mobil/motor, warnet). E. Karakteristik Responden Dalam kajian ini dilakukan pengamatan terhadap 37 responden yang telah menjadi mitra binaan PT Sucofindo (Persero) yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara lebih lengkap karakteristik mitra binaan PT Sucofindo (Persero) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8 Karakteristik Responden Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) No Karakteristik Jumlah Persentase 1 Jenis Usaha a. Sembako 6 16% b. Makanan 8 22% c. Kerajinan 4 11% d. Farmasi 1 3% e. Konveksi 5 14% f. Agrobisnis 4 11% g. Service / Jasa 9 24% 2 Sektor Usaha a. Perdagangan 11 30% b. Industri, Agrobisnis, Jasa 26 70% 3 Lama Usaha a. < 10 tahun 11 30% b. > 10 tahun 26 70% 4 Periode Kredit a. Sebelum tahun % b. Setelah Tahun % 5 Jangka Waktu Kredit a. 12 Bulan 21 57% b. 24 Bulan 16 43% 6 Plafon Kredit a. < dari 40 Juta 17 46% b. > dari 40 Juta 20 54% 7 Total Asset a. < dari 100 Juta 27 73% b. > dari 100 Juta 20 54%

17 48 F. Analisis Deskriptif Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sejauh mana suatu perusahaan telah mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajibannya dalam memaksimalkan laba, oleh karenanya analisa rasio profitabilitas akan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya dalam pencapaian laba. Sedangkan Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efiktivitas pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Seperti telah disampaikan dimuka bahwa analisa profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang digunakan dalam kajian ini adalah profit margin (PM), return on asset, (ROA), return on total assets (ROTA), perputaran modal kerja ( working capitaltturn over), Penjualan dan perubahan jumlah tenaga kerja. Perbandingan Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang dicapai oleh mitra binaan PT Sucofindo (Persero) sebelum dan setelah pemberian kredit sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3. Dari Lampiran 3 tersebut di atas jika dikelompokkan berdasarkan: jenis usaha (Perdagangan dan Industri kecil, Agrobisnis dan Jasa), jangka waktu kredit (12 bulan dan 24 bulan), lama usaha (kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun), total aset (kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta), pemberian kredit (sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2009) dan plafon kredit (kurang dari Rp 40 juta dan lebih dari Rp 40 juta) dapat disajikan sebagai berikut: a) Berdasarkan jenis/sektor usaha. Jenis/sektor usaha mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terdiri dari dua kelompok yaitu sektor usaha perdagangan dan sektor usaha industri kecil, agrobisnis dan jasa, seperti pada Lampiran 4. b) Berdasarkan jangka waktu kredit. Jangka waktu kredit kepada mitra binaan terbagi dalam dua kelompok yaitu kredit dengan jangka waktu 12 bulan dan kredit dengan jangka waktu 24 bulan, seperti dalam Lampiran 5.

18 49 c) Berdasarkan lama usaha. Lama usaha mitra binaan yang diberikan kredit terbagi dalam dua kelompok yaitu kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun, seperti dalam Lampiran 6. d) Berdasarkan total aset. Total aset mitra binaan terdiri dari dua kelompok yaitu total aset kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta, seperti dalam Lampiran 7. e) Berdasarkan tahun pencairan / realisasi kredit. Tahun pencairan atau realisasi kredit terdiri dari dua kelompok yaitu pencairan kredit tahun 2009 dan tahun 2009, seperti dalam Lampiran 8. f) Berdasarkan plafon kredit. Plafon atau besaran kredit yang diberikan kepada mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terbagi dua kelompok yaitu kredit dari Rp 40 juta dan kredit dari Rp 40 juta, seperti dalam Lampiran 9. Berdasarkan Lampiran 3 9 tersebut, dapat disampaikan pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada tabel Analisis Profit Margin (PM) Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata profit margin (PM) disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan pada Tabel 9, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja profit margin (PM) usaha mitra binaan adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.

19 50 Tabel 9 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan profit margin (PM) No Keterangan Sebelum PM ( % ) Sesudah Pengaruh/ Kenaikan % A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan Bulan Rataan 20,00 22,50 2,50 B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan Industri, Agrobisnis, Jasa Rataan 19,00 22,00 3,00 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun Tahun Rataan 20,50 22,50 2,00 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun Tahun 2009 dan Setelah Rataan 19,50 22,00 2,50 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta Juta Rataan 19,50 22,50 3,00 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta Juta Rataan 20,50 24,00 3,50 c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, lama usaha 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan lama usaha 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan

20 51 PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta dan Rp 40 juta memberikan kenaikan yang sama terhadap PM. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, total aset Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset < Rp 100 juta. 2. Analisis Return On Total Assets (ROTA). Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata ROTA, seperti disajikan dalam Tabel 10. Berdasarkan pada Tabel 10 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja return on total assets (ROTA) usaha mitra binaan adalah: a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 4 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, lama usaha 10 tahun dan lama usaha 10 tahun memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan

21 52 ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun Tabel 10 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROTA No Keterangan Sebelum ROTA ( % ) Sesudah Pengaruh/ Kenaikan % A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan Bulan Rataan 12,5 17,5 5 B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan Industri, Agrobisnis, Jasa Rataan 13,5 18,5 5 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun Tahun Rataan 13,5 17,5 4 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun Tahun 2009 dan Setelah Rataan 14 17,5 3,5 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta Juta Rataan 13 17,5 4,5 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta Juta Rataan 11,5 15 3,5 e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 4,5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 1 % dibanding besaran kredit Rp 40 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, total aset Rp

22 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan total aset Rp 100 juta. 3. Analisis Return On Equity (ROE). Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata ROE, seperti disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROE No Keterangan A. Berdasarkan Jangka Waktu Sebelum ROE ( % ) Sesudah Pengaruh/ Kenaikan % 1 12 Bulan Bulan Rataan 15,5 21,5 6 B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan Industri, Agrobisnis, Jasa Rataan C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun Tahun Rataan 15,5 21 5,5 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun Tahun 2009 dan Setelah Rataan E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta Juta Rataan F. Total Asset 1 < dari 100 Juta Juta Rataan 15,5 22 6,5

23 54 Berdasarkan pada Tabel 11 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) usaha mitra binaan adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan dan jangka waktu 24 bulan memberikan kenaikan rataan ROE yang sama terhadap ROE. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan rataan yang sama terhadap ROE. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 5,5 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, lama usaha 10 tahun mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan lama usaha 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, besaran kredit Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 2 % dibanding besaran kredit Rp 40 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 6,50% terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, total aset Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset Rp 100 juta. 4. Analisis Perputaran Modal Kerja (PMK) Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata perputaran modal kerja disajikan pada Tabel 12.

24 55 Tabel 12 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PMK Pengaruh/ PMK ( % ) No Keterangan Kenaikan Sebelum Sesudah % A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan Bulan Rataan 14 16,5 2,5 Tabel 12 Lanjutan B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan Industri, Agrobisnis, Jasa Rataan 13 14,5 1,5 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun Tahun Rataan 13,5 16 2,5 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun Tahun 2009 dan Setelah Rataan 13,5 16,5 3 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta Juta Rataan F. Total Asset 1 < dari 100 Juta Juta Rataan 14 16,5 2,5 Berdasarkan pada Tabel 12 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja perputaran modal kerja (working capital turn over) usaha mitra binaan adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.

25 56 b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 1,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2,5% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, lama usaha 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan lama usaha 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan PMK sama. e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, besaran kredit Rp 40 juta dan besaran kredit Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan PMK yang sama. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, total aset Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset Rp 100 juta. 5. Analisis Omset Penjualan Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata omset penjualan disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan pada Tabel 13 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja omset penjualan usaha mitra binaan adalah: a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 19,3% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 4,1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.

26 57 Tabel 13 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan omset penjualan. NO. Keterangan Omset Penjualan Pengaruh / Kenaikan Sebelum Sesudah % A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan ,3% 2 24 Bulan ,4% 3 Rataan ,3% B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan ,5% 2 Industri, Agrobisnis, Jasa ,8% 3 Rataan ,1% C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun ,6% 2 10 Tahun ,5% 3 Rataan ,5% Tabel 13 lanjutan D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun ,4% Tahun 2009 dan Setelah ,4% Rataan ,4% E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta ,1% 2 40 Juta ,0% 3 Rataan ,1% F. Total Asset 1 < dari 100 Juta ,0% Juta ,6% 3 Rataan ,8% b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 20,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 5,3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 21,5% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, lama

27 58 usaha 10 tahun mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan lama usaha 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,4% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan omset penjualan yang sama. e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, besaran kredit Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan besaran kredit Rp 40 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 21,9% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, total aset Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 3,6% dibandingkan dengan total asset Rp 100 juta. 6. Analisis Jumlah Pegawai Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata jumlah pegawai yang disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan pada Tabel 14 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja jumlah pegawai usaha mitra binaan adalah: a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 18,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 2,5% dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,4% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, sektor perdagangan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 0,6% dibandingkan dengan sektor usaha sektor industri, agrobisnis dan jasa.

28 59 Tabel 14 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan jumlah pegawai NO. Keterangan Jumlah Pegawai Pengaruh / Kenaikan Sebelum Sesudah % A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan ,0% 2 24 Bulan ,5% 3 Rataan 8, ,7% B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan ,7% 2 Industri, Agrobisnis, Jasa ,1% 3 Rataan 6,5 7,5 16,4% C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun ,7% 2 10 Tahun ,7% 3 Rataan 6,0 7,0 16,7% D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun ,0% 2 Tahun 2009 dan Setelah ,8% 3 Rataan 6,5 7,5 18,9% E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta ,0% 2 40 Juta ,3% 3 Rataan 6,5 7,5 17,1% F. Total Asset 1 < dari 100 Juta ,7% Juta ,2% 3 Rataan 7,0 8,0 14,9% c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, lama usaha 10 tahun dan lama usaha 10 tahun mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai yang sama. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 18,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 1,8% dibanding dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

29 60 e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 17,1% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, besaran kredit Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 5,7% dibandingkan dengan besaran kredit Rp 40 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 14,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, total aset Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 3,5% dibandingkan dengan total asset Rp 100 juta. G. Analisis Inferensial 1. Hasil Uji t Tabel 15. Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja dapat dilihat pada Tabel 15 Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P PMDift ( , ) ROTADift ( , ) ROEDift ( , ) PMKDift ( 1.948, 3.304) SaleDift ( , ) WorkDift ( , ) Rata-rata perubahan PM adalah dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing dan 0.003, rata-rata perubahan ROTA adalah dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing dan 0.004, ratarata perubahan ROE adalah dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing dan Adapun rata-rata perubahan PMK adalah dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing dan 0.334, rata-rata perubahan penjualan adalah dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing dan Sedangkan rata-rata perubahan jumlah pekerja adalah dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing dan

30 61 Hasil uji-t atas hipotesis (Tabel 15), menunjukkan nilai p yang lebih kecil dari 0.05, sehingga keputusan ujinya pada adalah tolak H0, baik untuk perubahan PM (PMDift), ROTA (ROTADift), ROE (ROEDift), PMK (PMKDift), Penjualan (SaleDift), maupun jumlah pekerja(workdift). Dengan keputusan uji ini maka dapat disimpulkan bahwa nilai-tengah ukuran-ukuran kinerja tersebut adalah lebih dari nol. Dengan kata lain, telah terjadi peningkatan kinerja pada keadaan setelah menerima bantuan dari keadaan sebelum mendapat bantuan. Hal ini tampak pula dari selang kepercayaan 95% bagi nilai-tengah perubahan kinerja yang batas bawah dan batas atasnya masing-masing bernilai positif. 2. Hasil Uji F Hasil uji F atas model analisis ragam perubahan kinerja sebagai peubah respon pada lima peubah faktor disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Uji-F model Analisis Ragam Perubahan Kinerja Pada Lima Faktor Peubah Faktor Nilai-p dari uji-f untuk peubah respon PM ROTA ROE PMK Penjualan Pekerja Keseluruhan Sektor Usaha Jangka waktu kredit Pemberian kredit Plafon Kredit Total asset Uji atas keseluruhan model menunjukkan bahwa peubah respon memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktor adalah peubah ROTA dan PMK dengan nilai-p masing-masing kurang dari Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa variasi perubahan nilai ROTA dan variasi perubahan nilai PMK terkait dengan perbedaan pada nilai-nilai peubah faktor. Untuk peubah ROTA, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan ROTA ini adalah jenis usaha dan total asset, masing-masing

31 62 dengan nilai-p dan Dari nilai-p ini, jenis usaha dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai ROTA pada taraf nyata 0.05, sedangkan total asset signifikan pada taraf nyata Rata-rata perubahan nilai ROTA pada berbagai sektor (Gambar 2) menunjukkan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan menunjukkan perubahan nilai ROTA yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor jasa. Gambar 2 Rata-rata perubahan ROTA pada sektor usaha yang berbeda Perubahan nilai ROTA disebabkan antara lain : sektor perdagangan menjual barangnya dengan perputaran relatif cepat sehingga mempengaruhi penerimaan kas atau cash flow, biaya produksi sektor perdagangan kecil bahkan tidak ada sehingga keuntungannya cukup tinggi, tidak memerlukan sumber daya manusia atau pegawai yang banyak dan tidak membutuhkan investasi yang banyak. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada nilai aset yang berbeda (Gambar 3) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan ROTA yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah. Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset Rp. 100 juta pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai Rp. 40 juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan ROTA sedangkan pemberian bantuan pada

32 63 mitra binaan dengan aset Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan nilai ROTA. Gambar 3 Rata-rata perubahan ROTA pada total aset yang berbeda Untuk peubah PMK, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan PMK ini adalah jangka waktu kredit dan total asset, masingmasing dengan nilai-p dan Dari nilai-p ini, kedua faktor ini dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai PMK pada taraf nyata Rata-rata perubahan nilai PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda (Gambar 4) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan menunjukkan perubahan nilai PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Pinjaman dengan jangka waktu 24 bulan terdapat sektor agribisnis yang perputaran modal kerjanya setahun hanya 2 atau 3 kali sebagai contoh usaha pengemukan sapi dan ikan hias sedangkan sektor perdagangan dan jasa hanya membeli produk jadi yang dijual langsung sangat berpengaruh pada peningkatan PMK.

33 bln 24 bln Gambar 4 Rata-rata perubahan PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda Rata-rata perubahan nilai PMK pada nilai aset yang berbeda (Gambar 5) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah. Gambar 5 Rata-rata perubahan PMK pada total aset yang berbeda Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset Rp. 100 juta banyak terdapat pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai Rp. 40

34 65 juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan PMK sedangkan pemberian bantuan pada mitra binaan dengan aset Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan PMK. Hasil Uji-F untuk keseluruhan model bagi empat peubah respon lainnya, yaitu (1) PM, (2) ROE, (3) Penjualan, dan (4) jumlah pekerja, menunjukkan bahwa keempat peubah respon tidak dapat dikatakan memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktornya, dengan nilai-p masing-masing lebih dari Namun demikian uji-f masing-masing faktor menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat dikatakan berpengaruh signifikan terhadap peubah respon. Untuk perubahan nilai PM, pemberian kredit dan total aset tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.10, dan kurang dari Untuk perubahan nilai ROE, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p sedikit lebih besar dari Adapun untuk peubah Penjualan dan jumlah pekerja, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05, dan kurang dari Gambar 6 Rata-rata perubahan PM pada pemberian kredit yang berbeda

35 66 Gambar 7 Rata-rata perubahan PM pada total aset yang berbeda Untuk peubah PM, usaha-usaha dengan pemberian kredit mulai tahun 2009 memiliki rata-rata perubahan PM yang lebih tinggi daripada usaha-usaha dengan pemberian kredit sebelum 2009 (Gambar 7). Usaha mitra binaan sebelum tahun 2009 mempunyai pengalaman dan keahlian pemilik mitra binaan sangat mempengaruhi pengelolaan usaha secara lebih efisien sehingga memberikan peningkatan PM lebih tinggi. Sedangkan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah memiliki rata-rata perubahan PM yang lebih tinggi daripada dengan usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah (Gambar 7). Usaha mitra binaan dengan aset 100 juta banyak bergerak pada jasa bengkel ahas yang disamping menjual jasa, usaha ini juga dapat membeli spare part secara tunai dengan memperoleh discount yang cukup besar sehingga memberikan peningkatan PM. Untuk peubah ROE, usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata perubahan ROE yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 12 bulan (Gambar 8). Demikian pula halnya untuk peubah Penjualan (Gambar 9) dan Jumlah Tenaga Kerja (Gambar 10). Bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata perubahan pejualan dan rata-rata perubahan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Mitra binaan yang

36 67 mendapatkan pinjaman dengan jangka waktu lebih lama (24 bulan) memberikan pengaruh pada peningkatan omset penjualan lebih tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan ROE, dengan peningkatan omset penjualan berpengaruh pada beberapa mitra binaan terhadap penambahan jumlah pegawai dari mitra binaan tersebut. 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 5.32% 6.80% 0.00% 12 bln 24 bln Gambar 8 Rata-rata perubahan ROE pada jangka waktu kredit yang berbeda 30.00% 25.00% 20.00% 19.09% 25.24% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 12 bln 24 bln Gambar 9 Rata-rata perubahan penjualan pada jangka waktu kredit yang berbeda

Pinjaman Program Kemitraan pada Peningkatan Kinerja Mitra

Pinjaman Program Kemitraan pada Peningkatan Kinerja Mitra Manajemen IKM, Februari 2013 (9-19) Vol. 8 No. 1 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Pinjaman Program Kemitraan pada Peningkatan Kinerja Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) di

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk BAB 4 PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional terhadap pelaksanaan program kemitraan dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk mencakup pelaksanaan dari unit Program

Lebih terperinci

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Daftar Isi Halaman Laporan auditor independen Laporan posisi keuangan...

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 d1/february 23, 2017 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Catatan ASET LANCAR Kas dan setara kas

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

PERAN CSR SUCOFINDO DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBERDAYA MANUSIA. Hotel Horison, Bandung 15 November 2010

PERAN CSR SUCOFINDO DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBERDAYA MANUSIA. Hotel Horison, Bandung 15 November 2010 PERAN CSR SUCOFINDO DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBERDAYA MANUSIA Hotel Horison, Bandung 15 November 2010 AGENDA 1 Profil PT SUCOFINDO (Persero) 2 Konteks CSR di SUCOFINDO 3 Penerapan CSR di SUCOFINDO 4 Tanya

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Rentabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rentabilitas Tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan.

Lebih terperinci

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISA PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN PADA PENINGKATAN KINERJA MITRA BINAAN PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK HERI SUPRAYITNO

KUESIONER PENELITIAN ANALISA PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN PADA PENINGKATAN KINERJA MITRA BINAAN PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK HERI SUPRAYITNO Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISA PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN PADA PENINGKATAN KINERJA MITRA BINAAN PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK HERI SUPRAYITNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%)

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%) L1 Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROE (%) Skor 15 < ROE 2 13 < ROE < 15 18 11 < ROE < 13 16 9 < ROE < 11 14 7,9 < ROE < 9 12 6,6 < ROE < 7,9

Lebih terperinci

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN Ratio Keuangan: perhitungan matematika yang bergunauntuk: Mengevaluasi performa perusahaan Memonitor performa perusahaan selama periode tertentu (mingguan

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat yang sejahtera. Pembangunan mempunyai sifat yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA

Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA Studi Banding Badan Mutu ke PT. Surveyor Indonesia dan WQA Kegiatan Badan Mutu Pelayanan Kesehatan yang telah dilaksanakan, memiliki berbagai tujuan, salah satunya adalah melakukan pengembangan sistem

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini 1. Gambaran Umum PT. Sucofindo PT. Superintending Company of Indonesia (PT. Sucofindo) adalah perusahaan inspeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat dalam memperebutkan pasar membuat perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau mengembangkan bisnisnya. Keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1).

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1). I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan adalah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai pengumpul dana masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka menggerakan roda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Cipta Graha Sejahtera adalah perusahaan nasional yang dibangun pada tahun 1987 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang PT ABC PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang tekstil. Perusahaan

Lebih terperinci

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk. L1 Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk. Periode Analisis Horisontal Analisis Vertikal 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 ASET ASET LANCAR Kas dan Setara Kas

Lebih terperinci

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2016 dan untuk beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2016

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, pinjaman penerusan yang dananya berasal

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Likuiditas Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban lancarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya hubungan antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti bahan dan tenaga kerja yang dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Yth. Direksi Perusahaan Modal Ventura di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Sesuai dengan amanat ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring) BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT. FMA Finance PT. FMA Finance adalah suatu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen (consumer

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1928, 2016 BUMN. Program Kemitraan. Program BL. Perubahan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian kas Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai

Lebih terperinci

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN Analisis rasio keuangan perusahaan daerah aneka karya Kabupaten Boyolali tahun 1998 2000 Yulaika Dyah Iswandari F 3300040 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan didirikan untuk mencari keuntungan dengan membuat produk atau jasa bagi para konsumen yang membutuhkan sebagai upaya agar dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang dengan baik. Salah satu sektor industri manufaktur yang cukup baik untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab III Kondisi Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

Bab III Kondisi Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia Bab III Kondisi Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia III.1 Latar Belakang Perusahaan PT Surveyor Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan usaha patungan dengan struktur pemegang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI

PERKEMBANGAN TERKINI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perekonomian dan merebaknya arus informasi yang turut menunjang pembangunan negara kita dewasa ini, banyak bermunculan perusahaan- perusahaan

Lebih terperinci

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha.

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. KREDIT PENGERTIAN Pengertian kredit menurut undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis

BAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang berkembang semakin pesat merupakan harapan setiap bangsa di dunia. Indonesia merupakan negara berkembang yang juga mengharapkan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk

PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Laporan Auditor Independen Dan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013 d1/february 24, 2015 paraf: Unit Program Kemitraan

Lebih terperinci

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan bisnis pada era globalisasi saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif. Pasar yang semakin luas dan selera konsumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan situs resmi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan situs resmi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan situs resmi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), http://www.bumn.go.id, yang didownload pada tanggal 2 Juli 2008 menyebutkan bahwa BUMN yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan menjamin dan melindungi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 DAFTAR TABEL Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 Tabel 2.2 : Perbedaan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional dengan sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 99/PMK.010/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTITUSI. Indonesia. Saham mayoritas saat ini dipegang oleh pemerintah Republik Indonesia

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTITUSI. Indonesia. Saham mayoritas saat ini dipegang oleh pemerintah Republik Indonesia BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTITUSI A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. SUCOFINDO (persero) didirikan pada tahun 1956 oleh pemerintah Indonesia bermitra dengan salah satu perusahaan superintending terbesar

Lebih terperinci