BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional terhadap pelaksanaan program kemitraan dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk mencakup pelaksanaan dari unit Program Kemitraan Bina Lingkungan. Tujuan dari audit operasional ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur penyaluran pinjaman, proses penyaluran dana pinjaman, tingkat efektivitas penyaluran dana dan tingkat kolektibilitas pengembalian, dan monitoring pengawasan dari unit PKBL dalam melaksanakan PK di PT PP (Persero) Tbk. Untuk itu, proses audit operasional atas ini harus dilakukan secara terarah dan sistematis. Program kerja untuk audit operasional adalah: 1. Survei pendahuluan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi umum mengenai aktifitas unit PKBL 2. Pengujian terinci atas sumber-sumber informasi yang sudah dikumpulkan untuk menetapkan temuan audit. 3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi hasil temuan audit rinci, menetapkan temuan dan menetapkan unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi. 4.1 Survei Pendahuluan. Survei pendahuluan adalah tahap awal yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai kegiatan PK. Dengan survei pendahuluan, akan diperoleh informasi mengenai aktivitas yang terjadi 45

2 dalam unit PKBL secara umum. Proses survei pendahuluan yang dilakukan penulis adalah: 1. Melaksanakan wawancara atau pembicaraan awal dengan unit PKBL mengenai tujuan dan langkah kerja dari pemeriksaan yang dilakukan. Melakukan pendekatan kepada manajemen yang menjadi konsentrasi pemeriksaan, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan manajemen dan staf-staf yang berkaitan dalam pelaksanaan di lapangan. 2. Observasi Melakukan pengamatan atas aktivitas unit PKBL 3. Documentation Mempelajari dan memeriksa strategi PK dan tahap tahap prosedur penyeleksian mitra binaan Strategi Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkedudukan di Jakarta. Berdasarkan kebijakan pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007, tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka BUMN diwajibkan untuk menyisihkan maksimum 2% dari laba setelah pajak untuk Program Kemitraan (PK), serta maksimum 2% dari laba setelah pajak untuk Program Bina Lingkungan (PBL). Kewajiban BUMN dalam membina usaha kecil dilakukan mulai dari menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), melakukan evaluasi dan 46

3 seleksi atas kelayakan usaha kemudian menetapkan calon Mitra Binaan secara langsung, menyiapkan serta menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan, melakukan pemantauan dan pembinaan, melakukan pembukuan atas Program Kemitraan, menyampaikan laporan pelaksanaan program yang meliputi laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepada menteri dan penyampaian laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepada coordinator BUMN pembinaan di wilayah masing-masing. Selain pemberian pinjaman, BUMN juga wajib melakukan pembinaan dengan memberikan pelatihan manajerial dan pemasaran. Pembinaan terhadap usaha kecil diberikan untuk jangka waktu maksimal 5 tahun. Penggunaan PK tersebut diaudit dan dipertanggung jawabkan di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kewajiban mitra binaan terhadap BUMN pembinaan antara lain melaksanakan kegiatan usaha sesuai rencana yang telah disetujui oleh BUMN pembinaan, menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan dengan tertib, membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, dan menyampaikan kembali laporan perkembangan usaha setiap triwulan. Dalam realisasinya penyaluran alokasi dana untuk para mitra binaan tidak semudah membalikan telapak tangan karena dalam penyalurannya banyak mengalami masalah atau kendala. Masalah atau kendala tersebut berasal dari para mitra binaan yang dalam pengembalian dana sering terhambat. Mitra binaan yang menunggak (macet) terhadap kewajiban mengembalikan fasilitas pinjaman yang telah diberikan akan dikenakan 47

4 peringatan. Hal tersebut akan berdampak pada tidak lancarnya pengguliran dana kemitraan kepada calon mitra binaan lainnya. Strategi PKBL PT PP (Persero) Tbk Tahun 2012 adalah: Bekerjasama dengan BUMN Pembina lain yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai operator Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor: S- 349/MBU/2011, tanggal 29 Juni 2011 perihal Penugasan Pelaksanaan GP3K yaitu PT Sang Hyang Seri (Persero) serta bekerjasama dengan PT Pertani (Persero). BUMN Pembina lain yang bertindak sebagai operator GP3K bertindak sebagai avalist dan off taker. Sistem penyaluran program kemitraan bersifat executing. Dalam program ini PT PP (Persero) Tbk bekerjasama dengan beberapa BUMN Pembina lain yang bertindak sebagai operator Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) PT Sang Hyang Seri (Persero) untuk klaster petani padi, kedelai dan berencana melakukan kerjasama dengan PT Pertani (Persero) untuk klaster petani padi Proses Seleksi Mitra Binaan Pola Penyaluran PK PT PP (Persero) Tbk 48

5 Flowchart Penyaluran Dana PK Pengajuan Proposal dan Surat Perjanjian Kerja Sama oleh BUMN lain Verifikasi Kelengkapan Data atas Proposal yang Masuk Analisis Kelayakan dan Kewajaran Dana yang diajukan Persetujuan Pengarah Unit PKBL Selesai Pencairan Dana Tanda Tangan Kontrak Kerjasama Membuat Surat Balasan Perjanjian Kerjasama Kepada BUMN Lain Seleksi Untuk Calon Mitra Binaan Melalui Lembaga Penyalur : 1. Penyaringan/seleksi para calon mitra binaan yang feasible untuk diberi pinjaman dilakukan oleh BUMN/Lembaga Penyalur, karena para calon mitra binaan tersebut telah menjadi rekanan dalam kurun waktu tertentu atau telah masuk didalam list para BUMN/Lembaga Penyalur yang sudah dilakukan analisis kelayakannya serta berdasar track record mereka selama bekerja sama dengan para BUMN/Lembaga Penyalur sehingga dapat dinyatakan layak untuk diberikan pinjaman. 2. Melakukan Survey langsung ke lokasi usaha untuk mengetahui data dan kondisi sebenarnya di lapangan apakah sesuai dengan data yang ada didalam proposal sekaligus mengambil foto kegiatan usaha. 3. Bila diperlukan para calon mitra binaan dihimbau memberikan jaminan meski jaminan bukan merupakan syarat mutlak hanya sebagai bentuk moral obligation bahwa dana PK tersebut adalah merupakan pinjaman 49

6 yang wajib dikembalikan bukanlah merupakan Hibah.Dana PK adalah Dana bergulir sehingga dari pengembalian pinjaman para calon mitra binaan bisa disalurkan kepada calon mitra binaan yang lainnya. 4. Hasil analisis diajukan ke Pengarah dan Ketua PKBL untuk mendapatkan persetujuan sekaligus menentukan besarnya pinjaman yang dapat diberikan ke masing-masing mitra binaan. 5. Setelah disetujui mitra binaan dan dibuatkan Kontrak Perjanjian Kerjasama Pinjaman Modal yang isinya telah dibahas dan disepakati oleh kedua belah pihak, maka dilakukan penandatanganan kontrak. 6. Sebelum dilakukan transfer dana pinjaman dipastikan terlebih dulu bahwa semua persyaratan dokumen telah dilengkapi oleh calon mitra binaan. 7. Bagi para calon mitra binaan yang dinyatakan feasible untuk diberikan pinjaman diundang ke kantor Perseroan atau ke kantor Lembaga Penyalur untuk dilakukan penanda tanganan perjanjian kerja sama / perjanjian pinjaman. 8. Pelaksanaan pencairan dana pinjaman ke mitra binaan Sehubungan dengan strategi unit PKBL dan proses seleksi mitra binaan kami memberikan rekomendasi agar PT PP (Persero) Tbk membuat divisi khusus yang menangani pencarian calon mitra binaan. Selama ini PT PP (Persero) Tbk dalam mendapatkan daftar calon mitra binaan biasanya bekerjasama dengan unit independent yang bertugas dalam menyeleksi calon mitra binaan mana saja yang layak untuk dipilih. Jenis unit independent yang bekerjasama dengan unit PKBL adalah koperasi-koperasi yang terdapat di daerah. Alasan unit PKBL bekerjasama dengan koperasi adalah karena unit independent itu lebih mengetahui tentang siapa saja yang membutuhkan 50

7 pinjaman dan memiliki lebih banyak saluran dalam mencari calon mitra binaan. Sehingga unit PKBL itu sendiri belum mempunyai divisi yang khusus menangani dalam pencarian calon mitra binaan. Kondisi ini membuat unit PKBL rentan kemungkinan tertipu dalam mendapatkan calon mitra binaan karena bisa saja calon mitra binaan yang kualitasnya dibawah standar tersebut mengambil jalan belakang dengan koperasi demi mendapatkan pinjaman. 4.2 Audit Terinci Audit Terinci adalah rincian dari langkah-langkah yang dilakukan seorang auditor untuk mengumpulkan dan melakukan evaluasi atas temuan audit. Untuk mendapatkan temuan audit yang kompeten serta menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi pelaksanaan PK oleh PT PP (Persero) Tbk, maka ditetapkan tujuan serta prosedur audit. 1. Tujuan audit operasional atas pelaksanaan PK pada PT PP (Persero) Tbk adalah sebagai berikut: A. Untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur penyaluran pinjaman Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk dengan PER-05/MBU/2007 terkait dengan PKBL B. Untuk mengetahui proses penyaluran dana Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk. C. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas penyaluran dana dan tingkat kolektibilitas pengembalian Program Kemitraan yang mengacu kepada Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 100/MBU/2002. D. Untuk mengetahui bagaimana monitoring pengawasan pinjaman yang dilakukan oleh PT PP (Persero) Tbk. 51

8 2. Prosedur audit operasional atas pelaksanaan PK pada PT PP (Persero) Tbk adalah sebagai berikut: A. Memeriksa apakah calon mitra binaan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh PER-05/MBU/2007. Untuk mengetahui apakah unit PKBL telah melakukan seleksi mitra binaan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh PER- 05/MBU/2007 penulis melakukan wawancara dengan narasumber dari PT PP (Persero) Tbk. Ternyata selain proses seleksi yang terdapat pada halaman sebelumnya, unit PKBL juga melakukan pemeriksaan kepada calon mitra binaan. Apakah mereka sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh PER-05/MBU/2007, yaitu: 1) Memiliki kekayaan bersih sebanyak Rp tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp ) Milik Warga Negara Indonesia. 3) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan maupun cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar. 4) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 5) Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 6) Telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun. 7) Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable). 52

9 Hasil dari pemeriksaan menemukan bahwa untuk syarat kuantitatif seperti syarat 1,2,3,4,6, dan 7 terpenuhi semua. Akan tetapi untuk syarat kualitatif seperti nomor 5 penulis tidak menemukan adanya catatan khusus tentang analisis yang dilakukan oleh unit PKBL. B. Pemeriksaan terhadap kegiatan penyaluran dana PK Untuk mengetahui tentang pelaksanaan Program Kemitraan penulis melakukan wawancara dengan narasumber dari unit PKBL. Setelah melakukan wawancara tentang apa saja yang telah dilakukan unit PKBL pada tahun 2012, penulis meminta data laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan. PT PP (Persero) Tbk menyusun laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan menggunakan dasar akrual. Berikut penjelasan tentang akun di dalam laporan tersebut: 1) Kas dan Setara Kas Terdiri dari saldo kas dan bank serta deposito berjangka dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang dan tidak digunakan sebagai jaminan serta tidak dibatasi penggunaannya dan diklasifikasikan setara kas. 2) Alokasi Penyisihan Piutang Penyisihan piutang pinjaman mitra binaan dihitung dan dicatat sebesar presentase tertentu berdasarkan kualitas pinjaman yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri BUMN No: KEP- 100/MBU/2002. Pada kualitas piutang lancar dikatakan apabila pengembalian pinjaman dibawah 30 hari, sedangkan piutang 53

10 kurang lancar dikatakan apabila pengembalian pinjaman lebih dari 30 hari tetapi kurang dari 180 hari. Jika pengembalian pinjaman melebihi batas waktu 180 hari tetapi kurang dari 270 hari maka disebut piutang meragukan. Terakhir adalah piutang macet yang terjadi ketika pengembalian pinjaman melebihi dari batas waktu yang telah ditentukan, yaitu 270 hari. Untuk persentasi penyisihan tiap-tiap piutang, yaitu: a) Untuk piutang lancar besaran penyisihannya sebesar 0% b) Untuk piutang kurang lancar penyisihannya sebesar 25% c) Untuk piutang diragukan penyisihannya sebesar 75% d) Untuk piutang macet penyisihannya sebesar 100% 3) Piutang Bermasalah Merupakan piutang pinjaman bermasalah berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No: PER-05/MBU/2007. Piutang bermasalah disajikan sebesar nilai pokok pinjaman. Besarnya alokasi penyisihan adalah sebesar 100% dari saldo piutang bermasalah. Piutang bermasalah berasal dari para mitra binaan yang telat dalam pengembalian pinjaman, sehingga mengakibatkan penyaluran dana terhambat. Terhadap piutang pinjaman bermasalah yang telah diupayakan pemulihannya namun tidak terpulihkan akan dikelompokkan dalam aset lain-lain dengan nama pos piutang pinjaman bermasalah. 4) Kelebihan Pembayaran Angsuran Merupakan penerimaan angsuran yang melebihi saldo piutang mitra binaan per 31 Desember

11 5) Beban Yang Masih Harus Dibayar Merupakan saldo yang masih harus dibayar Program Kemitraan per 31 Desember 2012 untuk sektor pertanian dan sektor industry 6) Angsuran Belum Teridentifikasi Merupakan penerimaan angsuran yang belum dapat diklasifikasikan atau diidentifikasi 7) Aset Bersih Aset bersih diklasifikasikan menjadi aset bersih terikat dan aset bersih tidak terikat. Aset bersih terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu atau tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasional normal. Aset tidak terikat adalah sumber daya yang digunakannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. 8) Pengakuan Penerimaan, Pendapatan, Penyaluran, Beban, dan Pengeluaran Pendapatan diakui dalam laporan aktivitas unit PKBL sesuai dengan basis yang digunakan, taitu basis akrual, kecuali untuk mendapatkan jasa administrasi pinjaman dan pendapatap sewa beli syariah yang menggunakan basis kas sehingga pendapatan-pendapatan tersebut akan dicatat/diakui pada saat RUPS menetapkan besarnya alokasi laba untuk PKBL. Penerimaan pelimpahan dana dari PKBL lain diakuis pada saat terjadi transfer dana dari unit PKBL lain. Sumbangan diakui pada saat diterima oleh unit PKBL. Penggantian beban operasional diakui pada saat diterima penggantian dana. Beban 55

12 dicatat atau diakui dalam laporan aktivitas unit PKBL, sesuai dengan basis yang digunakan, yaitu basis akrual pada saat terjadinya transaksi atau kejadian. Pengakuan beban bersama dengan pengakuan kenaikan kewajiban dan penurunan aktiva. 9) Dana Pembinaan Kemitraan (D.P.K) Terdiri dari dua jenis D.P.K yaitu anggaran dan realisasi. Anggaran berarti D.P.K tersebut masih dalam tahap rencana sedangkan realisasi berarti D.P.K tersebut sudah dilaksanakan. D.P.K sendiri digunakan untuk pembinaan dan promosi para mitra binaan. Berikut adalah laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan unit satuan tugas PKBL PT PP (Persero) Tbk Tabel 4.1 Penyaluran PK Tahun 2012 No. Uraian Wilayah Jumlah Mitra Modal Kerja Pendamping an Jumlah 1 Sektor Pertanian Kerjasama PT Pertani (Persero) Kerjasama PT Pertani (Persero) Kerjasama PT Pertani (Persero) Kaliman tan Barat Kaliman tan Selatan Jawa Timur Kerjasama PT Sang Hyang Seri (Persero) Banten

13 Kerjasama PT Sang Hyang Seri (Persero) Kerjasama PT Sang Hyang Seri (Persero) Jawa Barat Sumater a Utara Jml Sektor Pertanian Sektor Industri PT PNM (Persero) Jawa Tengah Jml Sektor Industri DPK Workshop Mitra Binaan DKI Jakarta Jumlah (sumber: Hasil wawancara) Laporan posisi keuangan A - Kas dan setara kas Rp 1,974,429,620 B - Piutang penyisihan laba Rp 0 C - Piutang Lembaga penyalur Rp 11,156,741,434 D - Piutang mitra Rp 4,794,122,367 E - Alokasi penyisihan piutang pinjaman : Rp 1. Mitra binaan - Lancar ( s/d 30 hari ) Rp (242,422) - Kurang Lancar ( 31 s/d 180 hari ) Rp (1,519,000) - Diragukan ( 181 s/d 270 hari ) Rp 0 - Macet ( > 270 hari ) Rp (121,905,008) Jumlah Rp (123,666,430) 2. BUMN Lain / Lembaga penyalur : - Lancar ( s/d 30 hari ) Rp 50,963,161 57

14 - Kurang Lancar ( 31 s/d 180 hari ) Rp (60,394,037) - Diragukan ( 181 s/d 270 hari ) Rp 0 - Macet ( > 270 hari ) Rp 1,916,323,584 Jumlah Rp 1,906,892,708 Jumlah Rp 1,783,226,278 F - Total aset Rp 11,985,217,137 G - Piutang bermasalah Rp 3,168,690,783 H - Kelebihan pembayaran angsuran Rp 14,410,326 I - Beban yang masih harus dibayar Rp 32,500,000 J - Angsuran belum teridentifikasi Rp 43,954,368 K - Aset bersih Rp 11,894,352,443 L - Pendapatan Rp 8,308,262,831 - Beban dan pengeluaran 7,243,109,406 M - D.P.K ( Anggaran ) Rp 1,440,000,000 - D.P.K ( Realisasi ) Rp 1,078,100,000 (sumber: Hasil wawancara) Pada tahun 2012 unit PKBL PT PP (Persero) Tbk berfokus utama pada sektor pertanian karena adanya Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor: S-349/MBU/2011, tanggal 29 Juni 2011 perihal Penugasan Pelaksanaan GP3K. Kegiatan utama yang dilakukan unit PKBL pada tahun 2012 kemarin adalah melakukan kegiatan pasar murah dengan PT Sucofindo dan kegiatan mengadakan penyaluran dana PK untuk program GP3K melalui kerjasama dengan PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). Dana yang tersedia untuk PK pada tahun 2012 berasal dari: Saldo awal sebesar Rp 219,498,166 Pengembalian angsuran sebesar Rp 4,767,580,396 58

15 Penyisihan laba sebesar Rp 3,603,347,616 dimana penyisihan laba tersebut berasal dari 1.5% X laba tahun 2011 yaitu 1.5% X Rp 240,233,175,382 Pendapatan jasa giro sebesar Rp 40,284,870 C. Menghitung kinerja PK sesuai dengan Keputusan Menteri Setelah mendapatkan laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan dari unit PKBL, penulis melakukan perhitungan tentang kinerja PK PT PP (Persero) Tbk sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002. Dari laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan tersebut diambil variable-variable yang diperlukan dalam perhitungan kinerja. Kinerja program kemitraan merupakan Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN lampiran II yang mengatur tata cara Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN Non Jasa Keuangan. Pada point III.3.d disebutkan indikator yang dinilai adalah: 1) Efektivitas Penyaluran Dengan menggunakan pedoman tersebut maka nilai efektivitas penyaluran untuk tahun 2012 adalah Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Efektivitas Perusahaan 1) - Dana tersedia : - Saldo awal Rp 219,498,166 - Pengembalian angsuran Rp 4,767,580,396 - Penyisihan laba Rp 3,603,347,616 - Pendapatan jasa giro Rp 40,284,870 59

16 Rp 8,630,711,048 2) - Dana disalurkan : - Penyaluran pinjaman Rp 7,120,000,000 - DPK / Hibah Rp 1,078,100,000 Rp 8,198,100,000 Jumlah dana disalurkan Rp 8,198,100, Rumus : x 100% = x 100% Jumlah dana tersedia Rp 8,630,711, = 94.99% (sumber: Pengolahan Data) 2) Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman Dengan menggunakan pedoman tersebut maka tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman untuk tahun 2012 adalah Tabel 4.3 Perhitungan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman Rata-rata tertimbang 1) kolektibilitas pinjaman - Lancar Rp 8,959,362,931 x 100% = Rp 8,959,362,931 - Kurang Lancar Rp 20,833,327 x 75% = Rp 15,624,995 - Diragukan Rp 0 x 25% = Rp 0 - Macet Rp 6,970,667,543 x 0% = Rp 0 Rata-rata nilai tertimbang Rp 15,950,863,801 Rp 8,974,987,926 2) Pinjaman disalurkan (saldo piutang) : - Jumlah piutang Rp 15,950,863,801 - Piutang bermasalah Rp (3,168,690,783) 60

17 - Piutang lancar Rp 12,782,173,018 Rata-2 nilai tertimbang Rp 8,974,987,926 Rumus : x 100% = x 100% Jumlah pinjaman (saldo piutang) Rp 12,782,173,018 = 70% (sumber: Pengolahan Data) Mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No: KEP- 100/MBU/2002 maka skor untuk efektivitas penyaluran PT PP (Persero) Tbk adalah 3 sedangkan skor untuk tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman PT PP (Persero) Tbk adalah 2 Untuk membandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kita hitung terlebih dahulu data yang ada Tabel 4.4 Perhitungan Tahun-Tahun Sebelumnya Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 4,000,500, x 100% 4,428,460,000 = 90% Skor = 2 Tingkat Kolektibilitas Pengembalian 2) Pinjaman 61

18 = 3,084,064, x 100% 6,768,474,178 = 46% Skor = 2 Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 2,991,100, x 100% 3,498,037,510 = 86% Skor = 2 Tingkat Kolektibilitas Pengembalian 2) Pinjaman = 3,084,064, x 100% 6,768,474,178 = 46% Skor = 2 Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 2,100,230,000 62

19 x 100% 2,308,970,924 = 91% Skor = 3 Tingkat Kolektibilitas Pengembalian 2) Pinjaman = 1,273,015, x 100% 6,191,424,030 = 21% Skor = 1 Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 1,546,120, x 100% 1,683,575,713 = 92% Skor = 3 Tingkat Kolektibilitas Pengembalian 2) Pinjaman = 2,280,447, x 100% 7,761,556,337 63

20 = 29% Skor = 1 (sumber: Pengolahan Data) Tabel 4.5 Rekapitulasi Efektivitas Penyaluran Efektivitas No Tahun Penyaluran Dana Nilai % % % % % 3 Rata-rata 91% 2.6 (sumber: Pengolahan Data) Setelah direkap dan dianalisis tingkat efektivitas penyaluran selama 5 tahun, rata-rata efektivitas penyaluran dana sebesar 91% dengan rata-rata nilai sebesar 2.6. Pada tahun 2008 efektivitas penyaluran dana sebesar 92% dengan nilai 3. Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 91% tetapi skor masi 3. Pada tahun selanjutnya kembali mengalami penurunan menjadi 86% dengan skor turun menjadi 2 dikarenakan adanya mitra binaan yang macet dalam mengembalikan pinjaman. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 90% dengan skor tetap 2. Pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi 95% dengan skor meningkat menjadi 3. Tabel 4.6 Rekapitulasi Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman No Tahun Efektivitas Nilai 64

21 Penyaluran Dana % % % % % 2 Rata-rata 42% 1.6 (sumber: Pengolahan Data) Setelah direkap dan dianalisis tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman selama 5 tahun, rata-rata tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman sebesar 42% dengan rata-rata nilai sebesar 1.6 saja. Pada tahun 2008 tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman hanya sebesar 29% dengan nilai sebesar 1. Pada tahun 2009 menurun menjadi 21% dengan nilai tetap 1. Pada tahun selanjutnya mengalami kenaikan menjadi 46% dengan nilai naik menjadi 2. Pada tahun 2011 tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman stabil tetap pada 46% dengan nilai 2. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 70% dengan nilai masi sama yaitu 2, Setelah membandingkan efektivitas penyaluran dan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman maka dapat dilihat bahwa kinerja unit PKBL PT PP (Persero) Tbk stabil dari tahun 2008 sampai 2011 dengan total nilai 4 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 5. Tingkat efektivitas penyaluran dana pada 2008 dan 2009 mendapatkan nilai 3, akan tetapi mengalami penurunan pada 2010 karena meningkatnya mitra binaan yang mengalami kemacetan dalam 65

22 pengembalian pinjaman. Akan tetapi pada 2011 kembali naik performanya dan meningkat lagi pada Nilai tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman pada tahun 2008 sangat rendah, hanya mencapai angka 1. Hal ini disebabkan banyaknya piutang yang macet dari mitra binaan dan kurangnya personil unit PK, sehingga pengawasan atau pengecekan langsung terhadap mitra binaan sulit dilakukan. Kurangnya pengawasan terhadap mitra binaan dan tingkat disiplin mitra binaan yang rendah mengakibatkan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman menjadi rendah pula. Pada tahun 2009 performa unit PKBL dalam tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman kembali mengalami penurunan. Untuk menyisiati hal tersebut unit PK PT PP (Persero) Tbk membuat reskedul pinjaman dengan mitra binaan dan menambah personil yang ada. Hal tersebut terbukti efektif yang dapat dilihat pada kenaikan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman tahun 2010 menjadi 46%. Kemudian stabil pada tahun 2011 dan meningkat kembali pada tahun 2012 D. Memeriksa monitoring yang dilakukan oleh unit PKBL PT PP (Persero) Tbk. Untuk memeriksa kegiatan monitoring apa saja yang dilakukan oleh unit PKBL penulis melakukan wawancara dengan 2 narasumber, pertama dengan narasumber dengan jabatan manajer dan yang satu lagi dengan narasumber karyawan yang turun ke lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah antara bagian top middle manajemen memiliki jawaban yang sesuai yang dilakukan oleh 66

23 karyawan di lapangan. Kegiatan monitoring sendiri dilakukan dengan tujuan untuk memantau bagaimana perkembangan para mitra binaan di lapangan dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha para mitra binaan. Menurut hasil wawancara dengan manajer unit PKBL, PT PP (Persero) Tbk melakukan monitoring terhadap para mitra binaan seperti pengawasan langsung kepada mitra binaan, melihat perkembangan mitra binaan. Akan tetapi ketika penulis bertanya dengan karyawan yang turun ke lapangan, kegiatan monitoring yang dilakukan oleh unit PKBL adalah hanya: Melihat kinerja dari calon mitra binaan sebelum diberi pinjaman. Memprediksi prospek apakah usaha tersebut bisa berkembang. Bertanya kepada calon mitra binaan tentang penghasilan sebelum diberi pinjaman sehingga bisa memastikan pinjaman yang diberikan. Melihat apakah ada area penjualan dari hasil produksi mitra binaan. Melihat jaminan apa yang diberikan sebelum diberi pinjaman. 4.3 Laporan Temuan Hasil Pemeriksaan Audit Operasional atas Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk Berikut Dengan Rekomendasi Perbaikan Sebagai tindak lanjut dilakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi pada PT PP (Persero) Tbk yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis menemukan adanya beberapa temuan 67

24 permasalahan dalam program kemitraan. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang ditemukan mengenai unit PKBL pada PT PP (Persero) Tbk: 1. Banyaknya peminjaman bermasalah yang tidak dapat dikembalikan Pada tahun 2012 terdapat piutang bermasalah sebesar Rp. 3,168,690,783. Jumlah piutang bermasalah tersebut mencapai 20% dari total piutang yang ada. Hal tersebut akibat dari banyaknya mitra binaan yang tidak dapat mengembalikan pinjaman kepada PT. PP (Persero) Tbk. Banyaknya mitra binaan yang tidak dapat mengembalikan pinjaman menimbulkan pertanyaan pada proses penyeleksian calon mitra binaan. Apakah penyeleksian mitra binaan berjalan dengan baik atau tidak. Jika melihat syarat mitra binaan selain terdapat syarat kuantitatif, terdapat pula syarat kualitatif. Syarat kualitatif seperti mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan inilah yang tidak dapat dilihat dengan baik oleh unit PKBL. Unit PKBL tidak bisa melihat dengan tepat potensi mitra binaan karena kurangnya waktu dan karyawan ketika menganalisis potensi dari calon mitra binaan tersebut. Hal ini mengakibatkan banyaknya pinjaman yang tidak dapat dikembalikan baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang yang dapat mengganggu perputaran pinjaman yang dapat menyebabkan PT PP (Persero) Tbk kesulitan dalam memberikan pinjaman kepada calon mitra binaan yang lain. Untuk mengatasi banyaknya pinjaman bermasalah kami memberikan rekomendasi untuk menambah waktu dalam menyeleksi calon mitra binaan karena dalam menganalisis potensi dan prospek dari tiap-tiap calon mitra binaan tersebut dibutuhkan analisis yang kuat dan mendalam. Akan tetapi 68

25 jika jangka waktu yang digunakan untuk menyeleksi calon mitra binaan tidak dapat ditambah maka kami menyarankan untuk unit PKBL menambah karyawan yang potensial dan handal dalam menganalisis dan menyeleksi calon mitra binaan. Sehingga proses penganalisisan potensi mitra binaan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. 2. Banyaknya peminjaman macet Pada tahun 2012 terdapat peminjaman macet sebesar Rp. 6,970,667,543. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya monitoring yang dilakukan unit PKBL dalam mengawasi peminjaman yang telah diberikan. Penagihan pinjaman baru dilakukan apabila para mitra binaan telah telat dalam membayar pinjaman. Jumlah peminjaman macet yang mencapai 44% dari seluruh jumlah peminjaman yang diberikan tersebut relatif besar dan mengakibatkan perputaran peminjaman menjadi tidak dapat berputar. Jika dibiarkan terus maka dapat menyebabkan unit PKBL tidak dapat memberikan pinjaman lagi kepada calon mitra binaan baru. Untuk memperbaiki banyaknya pinjaman yang macet kami memberikan rekomendasi agar sistem monitoring unit PKBL diperbaiki. Penagihan pinjaman dilakukan secara berkala dan terlebih dahulu memberi tahu kepada mitra binaan ketika mendekati tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman. Agar para mitra binaan lebih waspada ketika sudah mendekati tanggal jatuh tempo dan dapat membayar pinjamannya tepat waktu. 3. Pembinaan yang tidak dilaksanakan oleh unit PKBL Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan unit PKBL ternyata kegiatan monitoring tidak dilakukan oleh unit PKBL. Kegiataan pembinaan hanya dilakukan oleh unit PKBL satu kali saja. Yaitu ketika calon mitra 69

26 binaan akan diberikan pinjaman oleh unit PKBL. Hal tersebut ditimbulkan karena belum adanya program monitoring oleh unit PKBL. Akibat yang ditimbulkan oleh belum adanya pembinaan tersebut antara lain kemampuan perkembangan mitra binaan bakal tidak berkembang sesuai harapan. Dimana jika mitra binaan tidak ada kemajuan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan mitra binaan dalam membayar pinjaman. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada unit PKBL adalah unit PKBL memasukkan kegiatan monitoring seperti seminar, pameran dan kegiatan lain yang berguna kedalam rencana tahunan unit PKBL karena kegiatan monitoring tersebut bertujuan agar mitra binaan dapat termotivasi untuk mengembangkan usahanya agar lebih baik lagi. Selain itu kegiatan monitoring yang perlu dilakukan unit PKBL adalah memantu kinerja para mitra binaan, memantau perkembangan produksi para mitra binaan, dan memantau hasil produksi para mitra. Pemantauan ini diperlukan agar kinerja mitra binaan dapat diketahui oleh unit PP dan dilakukan evaluasi jika terjadi penurunan kinerja para mitra binaan. 4.4 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bramanditto (2008) mengenai Implementasi Pelaksanaan Penyaluran Dana Program Kemitraan di PT Aneka Tambang Tbk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PT Aneka Tambang Tbk secara konsisten menyalurkan dana program kemitraannya kepada masyarakat Usaha Kecil. Persamaan antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Bramanditto dan penulis adalah kedua perusahaan baik PT Aneka Tambang Tbk maupun PT PP (Persero) Tbk sama- 70

27 sama melaksanakan PK kepada usaha kecil yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada PER-05/MBU/2007. Hasil penelitian lainnya yaitu Analisis Tingkat Kepuasan Pelayanan PKBL bagi Mitra Binaan PT Bhanda Ghara Reksa oleh Budi Kurniawan (2008) menunjukkan PKBL PT BGR mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kegiatan PKBL, tetapi pembinaannya kepada para usaha kecil mitra binaannya dirasakan belum memenuhi sasaran karena kendala manajemen. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Budi Kurniawan dan penulis adalah manajemen perusahaan sama-sama memiliki kendala dalam melaksanakan PK terutama kendala dalam hal monitoring kepada mitra binaan yang dimiliki. 71

AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (STUDI KASUS PT PP (PERSERO) TBK)

AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (STUDI KASUS PT PP (PERSERO) TBK) AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (STUDI KASUS PT PP (PERSERO) TBK) Azhar Rolib, Gatot Imam Nugroho Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Catatan ASET LANCAR Kas dan setara kas

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 d1/february 23, 2017 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Daftar Isi Halaman Laporan auditor independen Laporan posisi keuangan...

Lebih terperinci

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2016 dan untuk beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2016

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, selain usaha swasta dan koperasi. Melalui Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1983, pemerintah mengamanatkan BUMN untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan menjamin dan melindungi

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) Catatan 2015 2014 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas 2b, 3.a 1.661.701.690 359.605.273 Piutang Pinjaman

Lebih terperinci

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2015 dan untuk beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2015

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring) BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT. FMA Finance PT. FMA Finance adalah suatu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen (consumer

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 55 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap

BAB V PENUTUP. Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap tenaga kerja berhak atas jaminan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 Tabel 4.1 PT KALBE FARMA, Tbk LAPORAN PERUBAHAN MODAL KERJA TAHUN 2006-2007 Dalam Rupiah (Rp) 31 Desember Perubahan Modal Kerja 2006 2007

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) mulai tanggal 1 Januari 2012 dalam menyajikan aset keuangan dan

Lebih terperinci

BULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.

BULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN. BULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK BAS No. 8 : PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN. Ikhtisar: Interpretasi dalam Buletin Akuntansi Staf ini menyajikan pandangan staf mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah asset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak memepunyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah tekanan ekonomi global, dunia perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Perbankan, khususnya bank

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

Laporan aktivitas PKBL, dimana aset neto akhir tahun 2015 sebesar Rp

Laporan aktivitas PKBL, dimana aset neto akhir tahun 2015 sebesar Rp KEHADIRAN PADA RUPS RUPS Tahunan 2016 dihadiri oleh Komisaris Utama dan seluruh anggota Dewan Komisaris, termasuk Ketua dan anggota Komite yang ada di bawah Dewan Komisaris serta Direktur Utama dan seluruh

Lebih terperinci

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN TAHUN 2015 (SETELAH AUDIT) DAFTAR ISI Halaman I. LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2015 DAN 2014... 1 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang BAB VI PENUTUP Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IX PG Mojo, sebagai berikut : 6.1 Kesimpulan Dalam proses Program Kemitraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%)

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%) L1 Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROE (%) Skor 15 < ROE 2 13 < ROE < 15 18 11 < ROE < 13 16 9 < ROE < 11 14 7,9 < ROE < 9 12 6,6 < ROE < 7,9

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA

BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA A. Analisis Penerapan Audit Berbasis Risiko pada Pembiayaan Murabahah di Bank BRI Syariah Kantor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERMODALAN EKONOMI RAKYAT PROVINSI RIAU PEKANBARU. A. Sejarah PT. Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERMODALAN EKONOMI RAKYAT PROVINSI RIAU PEKANBARU. A. Sejarah PT. Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERMODALAN EKONOMI RAKYAT PROVINSI RIAU PEKANBARU A. Sejarah PT. Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau Pekanbaru PT. Permodalan Ekonomi Rakyat (PER) Provinsi Riau Pekanbaru adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Cipta Graha Sejahtera adalah perusahaan nasional yang dibangun pada tahun 1987 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Berperan

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri Pengelolaan Keuangan 3 Permodalan Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada pengelolaan keuangannya. Pengelolaan keuangan mencakup sumber pendanaan dan penggunaan modal koperasi. Banyak koperasi

Lebih terperinci

PT SANG HYANG SERI (PERSERO)

PT SANG HYANG SERI (PERSERO) Laporan Manajemen PT SANG HYANG SERI (PERSERO) TAHUN 2016 (1) KEPMEN Pendayagunaan BUMN Nomor: KEP-211/M-PBUMN/1999, Tentang Laporan Manajemen Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (2) Rencana Kerja dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Mengadakan penilaian atau analisis terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat mengetahui perkembangan keuangan

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT Dutaniaga Khatulistiwa adalah perusahaan yang bergerak dibidang distibutor dalam perdagangan plastik. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan PKBL PTPN VII Kemitraan adalah pemberian kredit modal kerja yang diberikan oleh PTPN VII kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha

Lebih terperinci

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f, NERACA KONSOLIDASIAN (UNAUDITED) AKTIVA Catatan 2008 2007 AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4,43 10.942.829 10.828.433 Penyertaan sementara 2c,2f,43 182.685 188.139 Piutang usaha 2c,2g,5,36,43 Pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Koperasi 3.1.1 Sejarah Singkat Koperasi Koperasi Buana Indonesia adalah Koperasi yang berikrar pada tanggal 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian

Lebih terperinci

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi No.147, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang Negara. Optimalisasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA OPTIMALISASI

Lebih terperinci

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI TUJUAN PEMBELAJARAN 1. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN Diharapkan peserta mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah;

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1928, 2016 BUMN. Program Kemitraan. Program BL. Perubahan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN A. Pengertian Kredit Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 346 /KMK.017/2000 TENTANG PENGELOLAAN REKENING DANA INVESTASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan penerapan sistem pencatatan

Lebih terperinci

PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk

PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Laporan Auditor Independen Dan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013 d1/february 24, 2015 paraf: Unit Program Kemitraan

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2015 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Manfaat Penelitian... 1.5. Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 2007 (DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2006) (MATA UANG INDONESIA) 1 MUSTIKA

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUP PST) PT Bank Mandirii (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara RUPS Tahunan, maka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Unit Pengelola

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan. No.348, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Jl. Sei Batanghari No. 2 Medan 20122 Sumatera Utara, Indonesia Telp. : (-62-61) 8452244, 8453100 Fax. : (-62-61) 8455177, 8454728 Website : www.ptpn3.co.id Email :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini 1. Gambaran Umum PT. Sucofindo PT. Superintending Company of Indonesia (PT. Sucofindo) adalah perusahaan inspeksi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI P.T. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2004 DAN 2003 AKTIVA 2004 2003 (Disajikan Rental' - Catatan 38) AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 161.020.965.269 41.211.323.789

Lebih terperinci

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG A. PIUTANG JANGKA PENDEK 1. Definisi Piutang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,

Lebih terperinci