IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Sistem Pengukuran Kinerja PKBL PT. Sucofindo Saat Ini 1. Gambaran Umum PT. Sucofindo PT. Superintending Company of Indonesia (PT. Sucofindo) adalah perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. Sebagian besar sahamnya, yaitu 95 persen, dikuasai Negara dan lima persen milik Societe Generale de Surveillance Holding SA ( SGS ). PT. Sucofindo sendiri berdiri pada 22 Oktober Bisnisnya bermula dari kegiatan perdagangan terutama komoditas pertanian dan kelancaran arus barang dan pengamanan devisa negara dalam perdagangan ekspor-impor. Seiring dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha, Sucofindo melakukan langkah kreatif dan menawarkan inovasi jasa-jasa baru berbasis kompetensinya. Melalui studi analisis dan inovasi, dilakukan diversifikasi jasa sehingga lahirlah jasa-jasa warehousing dan forwarding, analytical laboratories, industrial and marine engineering, dan fumigation and industrial hygiene. Sampai saat ini telah memiliki 152 jenis jasa yang diklasifikasikan dalam lima jenis yaitu: Inspeksi dan Audit, Pengujian dan Analisa, Layanan Sertifikasi, Layanan Pelatihan, dan Layanan Konsultasi. Keanekaragaman jasa ini dikemas secara terpadu, jaringan kerja laboratorium, cabang dan titik layanan di berbagai kota di Indonesia. Sampai saat ini PT. Sucofindo mempunyai 34 cabang dan 17 Laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah karyawan tetap PT. Sucofindo adalah orang yang tesebar di seluruh cabang dan berasal dari berbagai strata pendidikan dan disiplin ilmu. PT. Sucofindo dipimpin oleh seorang Direktur Utama. Dalam melaksanakan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh empat orang direktur yaitu Direktur Operasi I, Direktur Operasi II, Direktur Pengembangan Bisnis dan Direktur Keuangan dan Pendukung Strategis. Di bawah Direksi terdapat Divisi, Bisnis Strategis, Cabang, Laboratorium, Satuan Pengendalian Internal dan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Struktur organisasi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.

2 56 Gambar 9 Struktur Organisasi PT. Sucofindo Sesuai tujuan PT. Sucofindo untuk turut melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional maka PT. Sucofindo pada tahun 1986 mulai aktif berperan serta dalam menunjang pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah di bidang ekonomi melalui kegiatan pemeriksaan barang ekspor, pemeriksaan verifikasi daftar induk (masterlist), verifikasi laporan realisasi ekspor dan verifikasi dalam rangka penetapan tingkat kandungan lokal kendaraan bermotor atau komponen buatan dalam negeri.

3 57 2. Sistem Pengukuran Kinerja PT. Sucofindo PT. Sucofindo merupakan perusahaan milik negara dimana koordinasi, pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Kementerian Negara BUMN sehingga pengukuran kinerjanya mengacu pada peraturan Kementerian Negara BUMN. Kementerian Negara BUMN telah mengeluarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Dijelaskan pada peraturan tersebut bahwa penilaian tingkat kesehatan dimaksud adalah penilaian kinerja perusahaan BUMN yang meliputi aspek keuangan, operasional dan administrasi. Dalam penilaian tingkat kesehatan ini BUMN dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu non jasa keuangan dan jasa keuangan. BUMN non jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur dan non infrastruktur. BUMN jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa penjaminan. PT. Sucofindo termasuk klasifikasi jasa non keuangan yang bergerak di bidang non infrastruktur. Penilaian kesehatan BUMN jasa non keuangan yang bergerak di bidang non infrastruktur adalah sebagai berikut: Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN digolongkan menjadi : (1) SEHAT, yang terdiri dari : AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95 AA apabila 80<TS 95 A apabila 65 <TS 80 (2) KURANG SEHAT, yang terdiri dari : BBB apabila 50 <TS 65 BB apabila 40 <TS 50 B apabila 30 <TS 40 (3) TIDAK SEHAT, yang terdiri dari : CCC apabila 20 <TS 30 CC apabila 10 <TS 20 C apabila TS 10

4 58 Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian : (1) Aspek Keuangan. (2) Aspek Operasional. (3) Aspek Administrasi. Masing-masing aspek di atas telah dilakukan penetapan tata cara penilaiannya. Tata cara penilaian tingkat kesehatan dilakukan sebagai berikut: (a) Aspek Keuangan a) Total bobot = 70 b) Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya. Dalam penilaian aspek keuangan ini, indikator yang dinilai dan masingmasing bobotnya adalah seperti pada Tabel 8 dibawah ini : Tabel 8 Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan No. Indikator Bobot 1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) Imbalan Investasi (ROI) Rasio Kas 5 4. Rasio Lancar 5 5. Periode Koleksi 5 6. Perputaran persediaan 5 7. Perputaran total asset 5 8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 10 Jumlah 70 c) Penetapan Skor Masing-masing indikator dalam Tabel 8 memiliki skor yang dirinci pada Tabel 9, 10, dan 11. Nilai ROE 15% mendapatkan skor maksimum yaitu 20, sedangkan nilai ROE < 0% mendapatkan skor nol. Nilai ROI sampai dengan 18 dengan skor 0 15 dan nilai RK 0 35 dengan skor 0 5.

5 59 Tabel 9 Skor ROE, ROI dan Rasio Kas ROE (%) ROI (%): Rasio Kas (%) 15 < ROE 13 < ROE < ROE 13 9 < ROE 11 7,9< ROE 9 6,6< ROE 7,9 5,3< ROE 6,6 4 < ROE 5,3 2,5< ROE 4 1 < ROE 2,5 0 < ROE 1 ROE < 0 = 20 = 18 = 16 = 14 = 12 = 10 = 8.5 = 7 = 5.5 = 4 = 2 = 0 18 < ROI 15 < ROI < ROI < ROI 13 10,5 < ROI 12 9 < ROI 10,5 7 < ROI 9 5 < ROI 7 3 < ROI 5 1 < ROI 3 0 < ROI 1 ROI < 0 = 15 = 13.5 = 12 = 10.5 = 9 = 7.5 = 6 = 5 = 4 = 3 = 2 = 0 RK RK < RK < RK < 15 5 RK < 10 0 RK < 5 = 5 = 4 = 3 = 2 = 1 = 0 Tabel 10 Skor Rasio Lancar, Periode Koleksi dan Perputaran Persediaan Rasio Lancar (%) P. Koleksi (hari) P. Persediaan (hari) 125 RL 110 RL < RL < RL < RL < 95 RL < 90 = 5 = 4 = 3 = 2 = 1 = 0 PK < PK < PK < PK < PK < PK < PK < PK 270 = 5 = 4.5 = 4 = 3.5 = 3 = 2.4 = 1.8 = 1.2 x < x < x < x < x < x < x < x < x 300 = 5 = 4.5 = 4 = 3.5 = 3 = 2.4 = 1.8 = 1.2 = 0.6 Skor untuk rasio lancar mulai dari nol sampai lima untuk nilai rasio lancar 125 mendapatkan skor maksimum yaitu lima dan nilai rasio lancar di bawah 90 mendapat skor nol. Untuk Periode koleksi memiliki skor dengan nilai Perputaran persediaan memiliki skor sedangkan nilainya

6 60 Tabel 11 Skor Perputaran Total Aset (TATO), Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset (TMS) TATO (%) TMS (%) 120 < TATO 105 < TATO < TATO < TATO < TATO < TATO < TATO 40 TATO 20 = 5 = 4.5 = 4 = 3.5 = 3 = 2.5 = 2 = 1.5 TMS < 0 0 TMS < TMS < TMS < TMS < TMS < TMS < TMS < TMS < TMS < TMS < 100 = 0 = 4 = 6 = 7.25 = 10 = 9 = 8.5 = 8 = 7.5 = 7 = 6.5 Nilai perputaran total aset 20 ke bawah mendapatkan skor minimum yaitu 1.5, sedangkan nilai 120 ke atas mendapatkan skor maksimum lima. Nilai TMS di bawah nol yang berarti masih memiliki hutang untuk modal maka mendapat skor nol. (b) Aspek Operasional a) Total Bobot = 15 b) Indikator yang dinilai Indikator yang dinilai meliputi unsur-unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Indikator yang akan digunakan disepakati pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setelah diajukan oleh Komisaris/Dewan Pengawas. c) Jumlah Indikator Jumlah indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal dua indikator dan maksimal lima indikator, dimana apabila dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Misalnya, suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan, dalam tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk kegiatan yang berkaitan

7 61 dengan indikator tersebut perusahaan telah mencapai tingkatan/standar yang sangat baik, atau karena ada indikator lain yang dipandang lebih dominan pada tahun yang bersangkutan. d) Sifat penilaian dan kategori penilaian Penilaian terhadap masing-masing indikator dilakukan secara kualitatif dengan kategori penilaian dan penetapan skornya sebagai berikut: - Baik sekali (BS) : skor = 100% x Bobot indikator yang bersangkutan - Baik (B) : skor = 80% x Bobot indikator yang bersangkutan - Cukup (C) : skor = 50% x Bobot indikator yang bersangkutan - Kurang (K) : skor = 20% x Bobot indikator yang bersangkutan Definisi untuk masing-masing kategori penilaian secara umum adalah sebagai berikut : - Baik sekali : Sekurang-kurangnya mencapai standar normal atau di atas normal baik diukur dari segi kualitas (waktu, mutu dan sebagainya) dan kuantitas (produktivitas, rendemen dan sebagainya). - Baik : Mendekati standar normal atau sedikit di bawah standar normal namun telah menunjukkan perbaikan baik dari segi kuantitas (produktivitas, rendemen dan sebagainya) maupun kualitas (waktu, mutu dan sebagainya). - Cukup : Masih jauh dari standar normal baik diukur dari segi kualitas (waktu, mutu dan sebagainya) namun kuantitas (produktivitas, rendemen dan sebagainya) dan mengalami perbaikan dari segi kualitas dan kuantitas. - Kurang : Tidak tumbuh dan cukup jauh dari standar normal (c) Aspek Administrasi a) Total Bobot = 15 b) Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya Dalam penilaian aspek administrasi, indikator yang dinilai dan masingmasing bobotnya adalah seperti pada Tabel 12.

8 62 Tabel 12 Daftar Indikator dan Bobot Aspek Administrasi No. Indikator Bobot 1. Laporan Perhitungan Tahunan 3 2. Rancangan RKAP 3 3. Laporan Periodik 3 4. Kinerja PUKK 6 TOTAL 15 c) Metode Penilaian i. Laporan Perhitungan Tahunan Standar waktu penyampaian perhitungan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus sudah diterima oleh Pemegang Saham untuk persero atau Menteri BUMN untuk perum paling lambat akhir bulan kelima sejak tanggal tutup buku tahun yang bersangkutan. Penentuan nilai waktu penyampaian laporan pada Tabel 13. Tabel 13 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Jangka Waktu Laporan Audit Diterima - sampai dengan akhir bulan keempat sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup Skor 3 - sampai dengan akhir bulan kelima sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup - lebih dari akhir bulan kelima sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup 2 0 ii. Rancangan RKAP Sesuai ketentuan pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998, pasal 27 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1998, RUPS untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM dalam pengesahan rancangan RKAP tahunan harus sudah diterima 60 hari sebelum

9 63 memasuki tahun anggaran yang bersangkutan. Penentuan nilai waktu penyampaian rancangan RKAP pada Tabel 14. Tabel 14 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Rancangan RKAP Jangka waktu surat diterima sampai dengan memasuki Skor tahun anggaran yang bersangkutan - 2 bulan atau lebih cepat - kurang dari 2 bulan 3 0 iii. Laporan Periodik Waktu penyampaian laporan periodik triwulanan harus diterima oleh Komisaris/Dewan Pengawas dan Pemegang Saham untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya periode laporan. Penentuan nilai waktu penyampaian laporan periodik pada Tabel 15. Tabel 15 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Periodik Jumlah keterlambatan dalam 1 tahun Skor Lebih kecil atau sama dengan 0 hari 0 < x 30 hari 30 < x 60 hari > 60 hari iv. Kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) Indikator yang dinilai pada Tabel 16. Indikator Tabel 16 Indikator Kinerja PUKK Bobot Efektivitas penyaluran Tingkat kolektibilitas pengembalian Pinjaman 3 3

10 64 Metode penilaian masing-masing indikator: (a) Efektivitas penyaluran dana. Rumus: Jumlah dana yang disalurkan x 100% Jumlah dana yang tersedia Definisi jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri atas: (1) Saldo awal; (2) Pengembalian pinjaman; (3) Setoran sisa pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan (termasuk alokasi dana PUKK BUMN lain, jika ada); dan (4) Pendapatan bunga dari pinjaman PUKK. Adapun definisi jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang disalurkan kepada usaha kecil dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan pinjaman, termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk menjamin pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan). Penilaian tingkat penyerapan dana PUKK dikelompokkan ke dalam empat katagori, yaitu: di atas 90 persen diberi skor tiga, antara 85 sampai dengan 90 persen diberi skor dua, antara 80 sampai dengan 85 persen diberi skor satu, dan di bawah 80 persen diberi skor nol. (b) Tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK x 100% Jumlah pinjaman yang disalurkan Definisi rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara bobot kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut: (1) Lancar 100%; (2) Kurang lancar 75%; (3) Ragu-ragu 25%; dan (4) Macet 0%. Jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada Usaha Kecil dan Koperasi sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan.

11 65 Penilaian tingkat pengembalian dana PUKK dikelompokkan ke dalam empat katagori yaitu: di atas 70 persen diberi skor tiga, antara 40 sampai dengan 70 persen diberi skor dua, antara 10 sampai dengan 40 persen diberi skor satu, dan di bawah 10 persen diberi skor nol. 3. Sistem Pengukuran Kinerja PKBL Sampai saat ini sistem pengukuran kinerja PKBL merupakan bagian dari sistem penilaian kesehatan BUMN yang dicantumkan dalam keputusan Kementerian Negara BUMN nomor Kep-100/MBU/2002. Dalam keputusan menteri tersebut sistem pengukuran kinerja PKBL masuk ke dalam penilaian pada aspek administrasi. Hal ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yaitu pada BAB IX KINERJA PROGRAM KEMITRAAN pada Pasal 27 yaitu: (1) Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina, dan (2) Perhitungan kinerja Program Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Akan tetapi sejak tahun 2007 telah terdapat rencana pengembangan sistem pengukuran kinerja program kemitraan. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yaitu pada bab ix kinerja program kemitraan Pasal 30 yaitu: (1) Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina. (2) Perhitungan kinerja Program Kemitraan akan diatur kemudian oleh Menteri. Sangat disayangkan sampai saat ini belum ada peraturan menteri yang menjadi petunjuk tentang perhitungan kinerja program kemitraan sebagaimana direncanakan pada pasal 30 ayat 2 di atas. Dari uraian di atas jelas diketahui bahwa pengukuran kinerja PKBL BUMN merupakan bagian dari penilaian tingkat kesehatan BUMN dan masuk ke dalam

12 66 penilaian pada aspek administrasi dengan indikator efektivitas penyaluran dana dan tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman. Sampai saat ini belum ada peraturan menteri yang diterbitkan sebagai petunjuk perhitungan kinerja PKBL sebagaimana direncanakan. Diketahui pula, bahwa telah ada rencana pembuatan sistem pengukuran kinerja program kemitraan hal ini menunjukkan bahwa memang dirasakan bahwa pengukuran kinerja saat ini sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangan sistem pengukuran kinerja organisasi seperti yang dikemukakan oleh Wibisono (2011) bahwa fokus pengelolaan perusahaan saat ini bukan lagi hanya pada kepentingan pihak tertentu tetapi berkembang untuk kepentingan semua pihak (stakeholder). Terlebih pada perusahaan pelayanan publik yang dikelola pemerintah yang jelas-jelas untuk melayani masyarakat dan menggunakan dana masyarakat. Dikuatirkan pengukuran kinerja yang hanya fokus pada kepentingan pihak tertentu akan mengakibatkan disfungsi organisasi yang merugikan stakeholder lain, termasuk masyarakat. Sebagai contoh dalam penerapan evaluasi system pengukuran kinerja di Bank Tabungan Negara (BTN) cabang solo (Putri, 2008), menggunakan balance scorecard untuk mengakomodir aspek non keuangan. Meskipun BTN merupakan lembaga keuangan tetapi menyadari bahwa pengukuran kinerja yang hanya berfokus pada aspek keuangan saja untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Apalagi bank merupakan perusahaan jasa seperti halnya PT. Sucofindo, dimana pelanggan merupakan komponen penting dalam kelangsungan bisnisnya. B. Identifikasi Harapan Stakeholder kepada PKBL 1. Harapan Stakeholder Survei harapan stakeholder dilakukan terhadap responden yang dipilih secara purposive. Untuk stakeholder masyarakat jumlah responden adalah 31 responden yang terdiri dari pakar, praktisi dan orang yang dipandang mengetahui tentang PKBL BUMN. Stakeholder usaha kecil jumlah responden adalah 32 responden yang terdiri

13 67 dari pengusaha kecil mitra binaan BUMN dan bukan mitra binaan. Stakeholder manajemen PKBL PT. Sucofindo seluruhnya menjadi responden yaitu berjumlah empat responden. Stakeholder karyawan PKBL PT. Sucofindo Jakarta seluruhnya menjadi responden yang berjumlah tujuh responden, sedangkan stakeholder Kementerian BUMN yang menangani PKBL yang menjadi responden berjumlah tujuh responden. Data hasil survei harapan stakeholder dapat dilihat pada Lampiran 7,8,9,10, dan 11. Dari data survei yang kemudian diolah dengan menjumlahkan tingkat kesesuaian tiap-tiap harapan maka didapat harapan masing-masing stakeholder sesuai ranking. Harapan yang diambil untuk diproses selanjutnya adalah empat harapan dengan ranking teratas. Harapan stakeholder terpilih sesuai ranking dapat dilihat sebagai berikut: Harapan stakeholder Masyarakat Ranking 1 Ranking 2 Ranking 3 Ranking 4 PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat PKBL bebas KKN keberhasilan pembinaan PKBL sehingga usaha kecil meningkat usahanya kegiatan PKBL yang tepat sasaran. Harapan stakeholder Usaha Kecil Ranking 1 Ranking 2 Ranking 3 Ranking 3 plafon pinjaman ke PKBL yang lebih besar dari saat ini ( 60 juta). PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat keberhasilan pembinaan PKBL sehingga usaha kecil meningkat pinjaman kepada PKBL tidak menggunakan jaminan. Harapan stakeholder Manajemen PKBL PT. Sucofindo Ranking 1 Ranking 2 Ranking 2 Ranking 3 adanya SOP untuk semua kegiatan PKBL PKBL yang tertib administrasi adanya SOP pembinaan usaha kecil pada PKBL pelayanan pelanggan PKBL yang baik Harapan stakeholder Karyawan PKBL PT. Sucofindo Jakarta Ranking 1 adanya SOP untuk semua kegiatan PKBL Ranking 1 penilaian kinerja karyawan PKBL menggunakan sistem 360

14 68 Ranking 2 Ranking 3 kepuasan karyawan PKBL yang tinggi ketersediaan pelatihan untuk karyawan sesuai tugasnya. Harapan stakeholder Kementerian BUMN Ranking 1 Ranking 2 Ranking 3 Ranking 4 Ranking 4 rancangan dan Anggaran Kerja (RKA) PKBL harus ada setiap tahunnya usaha kecil yang dibina PKBL meningkat usahanya penyaluran pinjaman usaha kecil yang efektif pada PKBL adanya SOP pelaksanaan PKBL tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman usaha kecil yang tinggi. 2. Klasifikasi Harapan Stakeholder Terdapat beberapa harapan yang sama dari kelompok stakeholder yang berbeda, dengan proses klasifikasi maka harapan yang sama tersebut disatukan. Pada harapan stakeholder Kementerian negara BUMN terdapat dua harapan pada posisi ranking empat. Setelah didiskusikan kembali diambil kesimpulan bahwa dari kedua harapan tersebut akan diambil satu saja yaitu tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman usaha kecil yang tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa selama ini untuk tingkat kolektibilitas masih harus ditingkatkan dan dikontrol agar dana yang digulirkan tidak dibiarkan macet. Dokumentasi prosedur, SOP pelaksanaan telah diakomodir di harapan stakeholder karyawan dan manajemen. Hasil klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 17. Hasil klasifikasi melahirkan enam aspek harapan yaitu aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek proses operasional, aspek administrasi, aspek kemampuan organisasi dan aspek karyawan. Pengelompokan aspek ini berdasarkan studi literatur dimana beberapa referensi menyebutkan aspek-aspek sangat erat keterkaitannya. Pada aspek keuangan terdapat empat harapan stakeholder untuk program kemitraan. Aspek pelayanan merupakan aspek yang sebaiknya ada dalam organisasi nonprofit apalagi organisasi pemerintah yang melayani masyarakat. Terbukti dari survei aspek ini juga diharapkan oleh stakeholder PKBL.

15 69 Aspek Tabel 17 Klasifikasi Harapan Stakeholder Terpilih Harapan Stakeholder Keuangan Plafon pinjaman ke PKBL yang lebih besar dari saat ini ( 60 juta) Pelayanan Proses operasional Administrasi Kemampuan organisasi Pinjaman kepada PKBL tidak menggunakan jaminan Penyaluran pinjaman usaha kecil yang efektif pada PKBL Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman usaha kecil yang tinggi Pelayanan pelanggan PKBL yang baik PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat Adanya SOP untuk semua kegiatan PKBL Adanya SOP pembinaan usaha kecil pada PKBL Adanya SOP pengawasan PKBL PKBL yang tertib administrasi Rancangan dan Anggaran Kerja (RKA) PKBL harus ada setiap tahunnya Keberhasilan pembinaan PKBL sehingga usaha kecil meningkat usahanya PKBL bebas KKN Karyawan Penilaian kinerja karyawan PKBL menggunakan sistem 360 Kepuasan karyawan PKBL yang tinggi Ketersediaan pelatihan untuk karyawan sesuai tugasnya Aspek pelayanan memiliki satu harapan stakeholder yang dapat dikembangkan karena sesuai dengan tujuan organisasi yaitu melayani masyarakat. Terdapat aspek proses operasional yang diharapkan memiliki SOP di semua kegiatan termasuk SOP pengawasan dan pembinaan. Ketiga SOP dapat disatukan menjadi SOP pengelolaan PKBL BUMN. Harapan stakeholder agar PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi merupakan cerminan keingintahuan stakeholder tentang program PKBL BUMN. Aspek administrasi terdiri dari tertib administrasi dan tuntutan adanya RKA setiap tahun. Aspek kemampuan organisasi (kapabilitas) merupakan harapan stakeholder kepada PKBL untuk membuktikan kemampuannya menghasilkan keluaran berupa

16 70 keberhasilan pembinaan dan yang bebas KKN. Aspek karyawan juga merupakan harapan dari stakeholder yang terdiri dari penilaian kinerja yang lebih adil dengan metode 360, kepuasan karyawan, dan ketersediaan pelatihan untuk menunjang pekerjaan sehari-hari. Adapun yang dimaksud dengan penilaian kinerja karyawan dengan metode 360 adalah penilaian kinerja karyawan yang dilakukan bukan hanya oleh atasannya saja tetapi juga oleh rekan kerja dan bawahannya. C. Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja PKBL 1. Penentuan Indikator Kinerja Program Kemitraan Identifikasi menghasilkan harapan stakeholder yang menjadi target untuk dipenuhi. Pemenuhan harapan stakeholder ini akan terlihat dan terdefinisi secara logika dalam Logical Framework Analysis (LFA) yang disebut juga logframe. Harapan akan diterjemahkan ke dalam akibat (impact) yang akan terjadi yang menjadi pertimbangan untuk menentukan hasil/tujuan. Tujuan yang jelas akan memudahkan penentuan indikator sebagai alat ukur untuk melihat keberhasilan pencapaian hasil/tujuan. Indikator setiap aspek ditunjukkan pada Tabel 18, 19, 20, 21, 22, dan 23. Logframe aspek keuangan menghasilkan empat indikator yang dapat menjadi alat ukur harapannya. Dari empat indikator tersebut terdapat dua indikator yang selama ini digunakan untuk mengukur kinerja PKBL. Logframe aspek keuangan dapat dilihat pada Tabel 18. Plafon pinjaman merupakan indikator untuk melihat apakah PKBL dapat memenuhi harapan Stakeholder yang menghendaki perubahan dari aturan yang ada saat sekarang yaitu maksimal plafon pinjaman adalah Rp. 60 juta rupiah. Batasan ini dipandang dapat membatasi pengembangan usaha kecil yang memerlukan pinjaman lebih besar dari Rp. 60 juta rupiah, sedangkan usaha kecil hanya dapat meminjam pada satu PKBL saja sehingga untuk mendapatkan pinjaman lebih besar dari Rp. 60 juta sangat sulit.

17 71 Tabel 18 Logframe Aspek Keuangan Harapan Akibat Hasil Indikator Plafon pinjaman ke PKBL yang lebih besar dari saat ini ( 60 juta) Pinjaman kepada PKBL tidak menggunakan jaminan Penyaluran pinjaman usaha kecil yang efektif pada PKBL Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman usaha kecil yang tinggi Usaha UKM dapat lebih berkembang UKM tidak memiliki jaminan dapat menjadi mitra binaan Lebih banyak usaha kecil yang terbantu Lebih banyak dana pinjaman yang terkumpul Pinjaman dapat lebih besar dari 60 juta Mitra binaan tidak harus menyerahkan jaminan Lebih banyak dana pinjaman terserap Lebih banyak dana pinjaman yang bisa disalurkan Plafon Pinjaman Penggunaan Jaminan Efektivitas Penyaluran Tingkat Kolektibilitas Di dalam aturan baik undang-undang maupun aturan pemerintah tidak terdapat persyaratan jaminan untuk pinjaman dengan PKBL tetapi pada pelaksanaannya beberapa PKBL BUMN mensyaratkan. Hal ini dilakukan karena belajar dari pengalaman penyebab dari pengembalian yang kurang lancar yang salah satunya adalah kurangnya rasa tanggungjawab mitra binaan terhadap uang yang dipinjam. Mitra binaan merasa seolah-olah pinjaman merupakan bantuan pemerintah yang tidak wajib dikembalikan. Hal ini menjadi dilema bagi PKBL, harapan stakeholder meniadakan jaminan menjadi berat tetapi harus dilaksanakan sebagai komitmen untuk memuaskan seluruh stakeholder. Efektivitas penyaluran dana adalah jumlah dana yang disalurkan dibagi dengan jumlah dana yang tersedia dikali 100%. Jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri atas: saldo awal, pengembalian pinjaman, setoran sisa pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan (termasuk alokasi dana PUKK BUMN lain, jika ada), pendapatan bunga dari pinjaman PUKK. Jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang

18 72 disalurkan kepada usaha kecil dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan pinjaman, termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk menjamin pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan). Tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman adalah rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK dibagi dengan Jumlah pinjaman yang disalurkan dikali 100%. Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara bobot kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Dalam aspek pelayanan harapan stakeholder adalah kepuasan masyarakat terhadap PKBL. Dengan beberapa pertimbangan, sudah selayaknya organisasi pelayanan masyarakat harus berorientasi kepada pelayanan yang memuaskan pelanggan sehingga indikator yang dimunculkan adalah tingkat kepuasan pelanggan. Logframe aspek pelayanan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Logframe Aspek Pelayanan Harapan Akibat Hasil Indikator Pelayanan pelanggan PKBL yang baik Kegiatan berjalan dengan baik Kepuasan pelanggan terpenuhi Tingkat Kepuasan Pelanggan Tingkat kepuasan pelanggan dimaksud adalah hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan kepada mitra binaan dan mantan mitra binaan. Hasil survei kepuasan pelanggan diharapkan bisa menjadi alat ukur kepuasan pelanggan PKBL. Aspek proses operasional memuat harapan stakeholder yang menuju pada hasil semakin banyak masyarakat yang mengerti program PKBL. Untuk mencapai hasil tersebut maka PKBL diharapkan melakukan sosialisasi dan membuat SOP untuk kegiatan-kegiatannya. Kegiatan sosialisasi bisa dilakukan dengan berbagai jenis kegiatan seperti: langsung memberikan informasi pada usaha kecil melalui asosiasinya, penyuluhan, dan memberikan informasi melalui media masa (TV, radio, surat kabar, majalah dll). Untuk memenuhi harapan adanya SOP untuk semua kegiatan, maka PKBL harus membuat SOP sesuai dengan alur proses kegiatan mulai

19 73 dari penerimaan usulan pinjaman/hibah sampai pengawasan dan pembinaan usaha kecil. Logframe aspek operasional dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Logframe Aspek Proses Operasional Harapan Akibat Hasil Indikator PKBL lebih banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat Adanya SOP untuk pengelolaan PKBL Peluang pengembangan usaha UKM lebih besar Kemudahan pelaksanaan kegiatan Pencegahan penyimpangan Semakin banyak masyarakat mengerti program PKBL BUMN Kegiatan tertib sesuai SOP Kegiatan sosialisasi SOP Kegiatan Aspek yang keempat adalah aspek administrasi, dimana PKBL diharapkan dalam melakukan kegiatannya dapat mengadministrasikannya dengan baik dan memiliki Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Tertib administarsi akan mengakibatkan semua kegiatan dapat dibuktikan dengan berkas yang lengkap alur proses teratur dan mampu telusur. Indikator hasil logframe untuk memenuhi harapan PKBL tertib administrasi yaitu berkas lengkap sesuai SOP dan permintaan berkas dapat cepat dipenuhi. Sedangkan untuk adanya RKA setiap tahunnya dibuktikan dengan dimilikinya laporan kegiatan dan RKA pada tahun pengukuran kinerja. Logframe aspek administrasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Logframe Aspek Administrasi Harapan Akibat Hasil Indikator PKBL yang tertib administrasi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) PKBL harus ada setiap tahunnya Mampu telusur Mudah pengawasan Tersedianya informasi tentang program kerja Mudah melaksanakan kegiatan Alur proses kegiatan cepat, aman dan terkendali Memiliki informasi program kerja dan pedoman kegiatan tahunan Berkas lengkap sesuai SOP Permintaan berkas dapat cepat ipenuhi Laporan kegiatan dan RKA

20 74 Harapan stakeholder pada aspek kemampuan organisasi menuntut PKBL memiliki kemampuan mengembangkan mitra binaan dan melakukannya dengan baik tanpa adanya KKN. Logframe aspek kemampuan organisasi terdapat pada Tabel 22. Keberhasilan pembinaan dapat dilihat dari peningkatan parameter skala usaha mitra binaan, apabila parameter skala usaha meningkat maka pembinaan dapat dikatakan berhasil. Parameter skala usaha mitra binaan dimaksud adalah parameter yang mampu memberikan gambaran usaha mitra binaan seperti jumlah aset, omzet, jumlah penjualan, laba dll. Penentuan parameter yang digunakan untuk menilai perkembangan usaha dilakukan sesuai kesepakatan antara manajemen dengan pihak yang berkepentingan. Harapan bebas KKN dimaksudkan agar tidak ada kerugian Negara/ masyarakat yang disebabkan oleh kegiatan yang mementingkan diri pribadi atau golongan tertentu. Tekad untuk menjalankan kegiatan yang bebas KKN harus ditunjukkan adanya komitmen manajemen yang diwujudkan berupa adanya upaya kampaye anti KKN kepada para karyawan/manajemen PKBL dan adanya aturan yang jelas tentang penyimpangan KKN. Tabel 22 Logframe Aspek Kemampuan Organisasi Harapan Akibat Hasil Indikator Keberhasilan pembinaan PKBL sehingga usaha kecil meningkat usahanya PKBL bebas KKN Mitra binaan berkembang Tidak ada kerugian negara/ masyarakat Peningkatan skala usaha mitra binaan Adanya komitmen manajemen untuk bebas KKN Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan Kampanye anti KKN Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN Aspek karyawan memuat keinginan karyawan pada PKBL untuk dapat lebih memperhatikan karyawan baik dari segi karir maupun dari segi kompetensinya. Akibat dari harapan karyawan terpenuhi diharapkan dapat meningkatkan kinerja sehingga mencapai target. Logframe aspek karyawan dapat dilihat pada Tabel 23.

21 75 Tabel 23 Logframe Aspek Karyawan Harapan Akibat Hasil Indikator Penilaian kinerja karyawan PKBL menggunakan sistem 360 Kepuasan karyawan PKBL yang tinggi Ketersediaan pelatihan untuk karyawan sesuai tugasnya Kinerja meningkat Kinerja meningkat Kegiatan sesuai target Karyawan termotivasi dan semangat kerja meningkat Tidak adanya keluhan Keterampilan karyawan meningkat SOP penilaian karyawan 360 Tingkat kepuasan karyawan Pelatihan karyawan Hasil yang diharapkan adalah motivasi karyawan meningkat, tidak adanya keluhan karyawan dan keterampilan karyawan meningkat. Untuk memenuhi harapan dan pencapaian hasil tersebut maka pengukuran dilakukan dengan melihat adanya SOP penilaian karyawan dengan sistem 360, pelatihan karyawan. 2. Analisis Kesesuaian tingkat kepuasan karyawan dan Dari indikator-indikator di atas dilakukan analisis kesesuaian yaitu menganalisa apakah indikator-indikator tersebut dapat memenuhi kriteria-kriteria indikator yaitu: specific (S), measurable (M), achievable (A), realistic (R), timely (T), continuously improve (C), relevan (Rv), prioritas (P), dan layak (L). Hasil analisis dapat dilhat pada Tabel 24. Dari semua indikator, merupakan indikator yang jelas dan specific, memiliki batasan yang terukur, dapat disesuaikan dengan kemampuan sehingga dapat dicapai, berasal dari harapan stakeholder, dapat diberi batasan waktu, merupakan indikator yang dapat terus-menerus dikembangkan, sangat berhubungan dengan kinerja, merupakan prioritas, dan sudah seharusnya indikator tersebut diperhatikan untuk memenuhi harapan stakeholder. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua indikator memenuhi kriteria yang disyaratkan.

22 76 Tabel 24 Analisis Kesesuaian No. Indikator S M A R T C Rv P L 1 Plafon Pinjaman 2 Penggunaan Jaminan 3 Efektifitas Penyaluran 4 Tingkat Kolektibilitas 5 Tingkat Kepuasan Pelanggan 6 Kegiatan sosialisasi 7 SOP Kegiatan 8 Berkas lengkap sesuai SOP 9 Permintaan berkas dapat cepat dipenuhi 10 Laporan Kegiatan RKA 11 Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan 12 Kampanye anti KKN 13 Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN 14 SOP penilaian karyawan Tingkat kepuasan karyawan 16 Pelatian karyawan Keterangan: S : Specific C : Continuously Improve M : Measurable Rv : Relevan A : Achievable P : Penting/menjadi prioritas R : Realistic L : Efektif dan layak T : Timely : Sesuai 3. Pemilihan Indikator Kinerja Utama Dari analisis data hasil survei didapat 16 indikator sebagai pedoman pengukuran untuk mencapai harapan stakeholder. Dari 16 indikator tersebut dipilih 10 Indikator Kinerja Utama (IKU). Pemilihan dilakukan dengan menggunakan

23 77 metode Analytical Hierarchy Process (AHP), didapat alternatif pilihan sesuai ranking dalam Tabel 25. Tabel 25 Hasil Analisis Peringkat dengan Metode AHP Ranking Indikator Nilai Prioritas 1 Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan Tingkat kepuasan pelanggan Kegiatan sosialisasi Efektivitas penyaluran Tingkat kolektibilitas SOP kegiatan Laporan kegiatan dan RKA Kampanye anti KKN Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN Tingkat kepuasan karyawan Pelatihan karyawan Berkas lengkap sesuai SOP Permintaan berkas dapat cepat dipenuhi Penggunaan jaminan Plafon pinjaman SOP penilaian karyawan Hasil analisis AHP memberikan petunjuk urutan ranking dari 1 sampai dengan 16 dengan nilai Consistency Ratio (CR) adalah Nilai CR yang diperoleh masih berada di bawah 0.1 sehingga hasil dinyatakan konsisten (dapat digunakan). Dari hasil di atas untuk indikator kinerja utama diambil 10 ranking teratas sehingga untuk indikator kinerja utamanya adalah: 1) Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan 2) Tingkat kepuasan pelanggan 3) Kegiatan sosialisasi 4) Efektivitas penyaluran 5) Tingkat kolektibilitas 6) SOP kegiatan 7) Laporan kegiatan dan RKA 8) Kampanye anti KKN 9) Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN 10) Tingkat kepuasan karyawan

24 78 4. Pembobotan Indikator Kinerja Utama Pembobotan dilakukan dengan perhitungan proporsional nilai prioritas hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) yang sebelumnya adalah 16 indikator setelah dipilih 10 ranking teratas menjadi 10 indikator kinerja utama. Hasil perhitungan pembobotan disajikan dalam Tabel 26. Tabel 26 Hasil Pembobotan No. Indikator Bobot 1 Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan 22 2 Tingkat kepuasan pelanggan 17 3 Kegiatan sosialisasi 13 4 Efektivitas penyaluran 12 5 Tingkat kolektibilitas 9 6 SOP kegiatan 8 7 Laporan kegiatan dan RKA 6 8 Kampanye anti KKN 5 9 Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN 4 10 Tingkat kepuasan karyawan Jumlah Dokumen Sumber Verifikasi Pada saat dilakukan pengukuran kinerja dengan indikator-indikator tersebut di atas diperlukan sumber informasi yang menyatakan secara resmi tentang seberapa besar nilai indikator tersebut. Keberadaan sumber informasi tersebut merupakan bukti autentik dari pada pengukuran kinerja dari organisasi. Sumber informasi umumnya dinyatakan dalam dokumen resmi yang diterbitkan oleh lembaga resmi baik organissi itu sendiri maupun pihak eksternal. Dokumen sumber verifikasi pada perancangan sistem pengukuran kinerja disesuaikan dengan dokumen yang sudah ada. Dokumen sumber verifikasi untuk indikator pengukuran kinerja PKBL PT. Sucofindo dapat dilihat pada Tabel 27.

25 79 Tabel 27 Dokumen Sumber Verifikasi No. Indikator Dokumen Sumber Verifikasi 1 Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan Form A dalam prosedur survei lapangan dan form C dalam prosedur monitoring lapangan 2 Tingkat kepuasan pelanggan Dokumen hasil survei kepuasan pelanggan 3 Kegiatan sosialisasi Laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 4 Efektifitas penyaluran Laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 5 Tingkat kolektibilitas Laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 6 SOP kegiatan Dokumen SOP 7 Laporan kegiatan dan RKA Laporan Kegiatan dan Dokumen RKA 8 Kampanye anti korupsi Dokumen hasil pengamatan tim penilai 9 Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN Doukumen peraturan 10 Tingkat kepuasan karyawan Dokumen hasil survei kepuasan karyawan Form A dalam prosedur survei lapangan yang dilakukan untuk melakukan verifikasi proposal pengajuan pinjaman memuat hasil survei berupa informasi tentang profile usaha kecil mulai dari alamat, pemiliki, aset, omzet, laba, jumlah karyawan dan lainnya, sedangkan form C pada prosedur monitoring lapangan merupakan laporan kunjungan yang dilakukan dalam rangka pembinaan yang memuat informasi perkembangan usaha yang sedang berjalan. Dokumen hasil survei pelanggan merupakan laporan hasil survei pelanggan yang dilakukan setiap akhir tahun untuk mengetahui kualitas pelayanan organisasi. Sampai saat ini PKBL selalu penyampaikan laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ke Kementerian BUMN. Laporan tersebut memuat laporan kegiatan, penyaluran dan pengembalian pinjaman. Di samping itu terdapat pula prosedur yang menjadi acuan dari kegiatan dalam PKBL sehingga bisa menjadi acuan indikator SOP kegiatan. Menjelang akhir tahun PKBL juga membuat Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang berisi laporan kegiatan dan prediksi biaya untuk tahun berjalan. Indikator aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN dapat

26 80 diverifikasi dengan ada atau tidaknya peraturan perusahaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Tingkat kepuasan karyawan dilihat dari dokumen survei kepuasan karyawan yang merupakan hasil survei kepuasan karyawan yang dilakukan setiap akhir tahun. 6. Cara Perhitungan Indikator Pada saat pelaksanaan pengukuran kinerja dilakukan perhitungan terhadap masing-masing indikator. Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan skor yang akan dikalikan dengan bobot sehingga menjadi nilai pengukuran kinerja indikator tersebut. Penetapan nilai indikator yang disetarakan dengan skor dilakukan dengan pendapat pakar melalui Focus Group Discussion (FGD). Perhitungan dilakukan sebagai berikut: (1) Peningkatan Parameter Skala Usaha Mitra Binaan Peningkatan parameter skala usaha adalah perbedaan nilai parameter skala usaha yang terdapat dalam form C (Laporan Monitoring Perkembangan Usaha Kecil dan Koperasi (UKK) dalam prosedur monitoring lapangan) (Lampiran 14) atau form A hasil survei proposal pinjaman tahap selanjutnya, yang dibandingkan dengan data awal sebelum diberikan pinjaman yang terdapat dalam form A hasil survei dalam prosedur survei lapangan (form A terlampir, pada Lampiran 13 ). Adapun skala usaha dimaksud adalah nilai dari aset, omzet, dan laba. Masingmasing diberi bobot seimbang yaitu aset 7.3 omzet 7.3 dan laba 7.4. Perhitungan dilakukan terhadap usaha kecil yang masa pinjamannya selesai pada tahun pengukuran. Dilakukan pengambilan sampel terhadap usaha kecil secara acak pada tiap-tiap jenis usaha (random sampling). Peningkatan parameter skala usaha merupakan rata-rata peningkatan parameter skala usaha dari sampel usaha kecil yang diambil. Skor penilaian adalah nol untuk tidak ada peningkatan skala usaha dan 10 untuk skala usaha meningkat 46% atau lebih. Penetapan 46% untuk skor 10 didasari dari pendapat pakar dan data historis yang menunjukkan bahwa kenaikan skala usaha 46% merupakan kenaikan yang tinggi. Untuk skor penilaian di antara satu sampai dengan sembilan merupakan interpolasi dari peningkatan nol sampai dengan 46 persen.

27 81 (2) Tingkat Kepuasan Pelanggan Tingkat kepuasan pelanggan dihitung dari hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan di akhir tahun terhadap mitra binaan, mantan mitra binaan dan obyek bina lingkungan. Tingkat kepuasan pelanggan disesuaikan dengan skor mulai dari nol sampai dengan 10, dimana nol merupakan nilai terburuk dari tingkat kepuasan pelanggan dan 10 merupakan tingkat kepuasan terbaik. (3) Kegiatan Sosialisasi Kegiatan sosialisasi yang dimaksud adalah kegiatan menjelaskan program kemitraan dan bina lingkungan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat melalui berbagai jenis kegiatan. Untuk penilaian skor kegiatan sosialisasi dihitung frekuensinya dalam tahun pengukuran. Skor nol merupakan skor yang diberikan apabila dalam satu tahun tidak melakukan kegiatan sosialisasi dan skor 10 diberikan apabila kegiatan sosialisasi dilakukan lebih dari 10 kegiatan. (4) Efektivitas Penyaluran Efektivitas penyaluran dihitung dari laporan tahunan dimana terdapat jumlah penyaluran pinjaman kepada mitra binaan dalam tahun laporan yang dibandingkan dengan jumlah dana tersedia tahun tersebut. Skor nol untuk penyaluran < 80% dan skor 10 untuk penyaluran > 90 persen. Untuk skor diantara satu sampai dengan sembilan merupakan interpolasi dari nilai 80 sampai dengan 90 persen. Penetapan skor tersebut mengacu pada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. (5) Tingkat Kolektibilitas Tingkat kolektibilitas dihitung dari laporan tahunan dimana terdapat jumlah penerimaan dari pinjaman dibandingkan dengan jumlah dana yang disalurkan dalam tahun pelaporan. Skor nol untuk tingkat pengembalian < 10% dan skor 10 untuk tingkat pengembalian > 70 %. Untuk skor di antara satu sampai dengan sembilan merupakan interpolasi dari nilai 10 sampai dengan 70 persen. Penetapan skor tersebut mengacu pada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

28 82 Nomor : Kep-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. (6) SOP Kegiatan Terdapat 10 kegiatan sesuai dengan alur proses yang dipandang penting untuk dibuatkan SOP-nya termasuk SOP pengawasan dan SOP pembinaan kepada usaha kecil oleh PKBL. SOP-SOP tersebut menjadi pedoman untuk penilaian skor dimana skor 0 akan diberikan pada PKBL yang tidak memiliki sama sekali SOP dan skor 10 diberikan pada PKBL yang memiliki SOP lengkap. Masingmasing SOP memiliki nilai yang sama yaitu satu. SOP tersebut adalah : a) Prosedur Permohonan Pinjaman b) Prosedur Survei Lapangan c) Prosedur Evaluasi Kelayakan Usaha d) Prosedur Penyaluran Pinjaman e) Prosedur Monitoring Lapangan f) Prosedur Monitoring Pengembalian Angsuran g) Prosedur Kerjasama Dengan Pihak ke Tiga h) Prosedur Penilaian Peningkatan Skala Usaha Mitra Binaan i) Prosedur Pembinaan Mitra Binaan j) Prosedur Pengawasan Internal (7) Laporan Kegiatan dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Laporan kegiatan memuat realisasi rencana kerja dan anggaran tahun penilaian. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) memuat proyeksi realisasi tahun penilaian dan rencana kerja satu tahun ke depan. Skor nol diberikan bila tidak memiliki laporan kegiatan dan RKA sedangkan skor 10 diberikan bila memliki keduanya yang memuat sesuai dengan peraturan yang ada. (8) Kampanye Anti KKN Pemberian skor komitmen PKBL untuk bebas KKN dilihat dari adanya kegiatan kampanye di lingkungan kerja PKBL seperti: adanya pernyataan bersama, slogan anti KKN, adanya kegiatan sosialisasi pengawasan melekat dan pembinaan mental karyawan. Skor nol untuk tidak adanya kampanye seperti di atas dan skor 10 untuk adanya kampanye yang lengkap dan komprehensif.

29 83 Sedangkan skor satu sampai dengan sembilan diberikan untuk kegiatan yang belum lengkap dan komprehensif (penentuan skor diserahkan pada penilai). (9) Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN Komitmen untuk anti KKN di PKBL salah satunya diwujudkan dengan adanya aturan tentang penyimpangan yang disebabkan oleh praktek KKN. Perhitungan skor untuk indikator ini adalah adanya aturan tentang penyimpangan karena KKN diberi skor 10 dan apabila belum ada aturan tersebut maka diberi skor nol. (10) Tingkat kepuasan karyawan Tingkat kepuasan karyawan dihitung dari hasil survei kepuasan karyawan yang dilakukan diakhir tahun terhadap seluruh karyawan PKBL. Tingkat kepuasan karyawan disesuaikan dengan skor mulai dari nol sampai dengan 10, dimana nol merupakan nilai terburuk dari tingkat kepuasan karyawan dan 10 merupakan tingkat kepuasan terbaik. Untuk skor satu sampai dengan sembilan menyesuaikan dengan nilai tingkat kepuasan karyawan hasil survei. 7. Penentuan Kriteria Penilaian Dari cara perhitungan di atas maka didapat tabel OMAX sebagai pedoman penilaian kinerja PKBL. Hasil penentuan kriteria penilaian dengan OMAX disajikan pada Tabel 28. Baris Pencapaian pada Tabel 28 merupakan tempat menyajikan penilaian tahun sebelumnya. Baris Pencapaian tersebut berfungsi untuk menilai peningkatan kinerja dari tahun sebelumnya dengan menghitung indeks prestasi tahun penilaian yaitu nilai kinerja tahun penilaian dibagi dengan nilai kinerja tahun lalu. Baris Target pada Tabel 28 merupakan sasaran kinerja berupa skor yang akan dicapai yang telah ditetapkan pada awal tahun penilaian. Baris Target tersebut berfungsi untuk menghitung pencapaian target pada tahun penilaian. Baris Skor pada Tabel 28 merupakan tempat menyajikan skor sesuai dengan hasil penilaian saat tahun penilaian.

30 84 PENCAPAIAN TARGET INDIKATOR SCOR Tabel 28 Kriteria Penilaian dengan Objective Matrix 1 Asset Omzet Laba 46% 46% 46% > 90% > 70% % - 45% 41% - 45% 41% - 45% % 64% % - 40% 36% - 40% 36% - 40% % 58% % - 35% 31% - 35% 31% - 35% % 52% % - 30% 26% - 30% 26% - 30% % 46% % - 25% 21% - 25% 21% - 25% % 40% % - 20% 16% - 20% 16% - 20% % 34% % - 15% 11% - 15% 11% - 15% % 28% % - 10% 6% - 10% 6% - 10% % 22% % - 5% 1% - 5% 1% - 5% % 16% < 0% < 0% < 0% 0 0 < 80% < 10% BOBOT 7,3 7,3 7, NILAI NILAI TARGET % PENC. TARGET STATUS KINERJA Keterangan: 1 = Peningkatan parameter skala usaha mitra binaan 2 = Tingkat Kepuasan Pelanggan 3 = Kegiatan sosialisasi 4 = Efektifitas Penyaluran 5 = Tingkat Kolektibilitas 6 = SOP Kegiatan 7 = Laporan Kegiatan dan RKA 8 = Kampanye anti korupsi 9 = Aturan yang jelas untuk penyimpangan KKN 10 = Tingkat kepuasan karyawan Baris Bobot pada Tabel 28 merupakan hasil pembobotan indikator dengan metode AHP. Baris Nilai pada Tabel 28 merupakan hasil perkalian antara skor dan bobot. Baris Nilai Target pada Tabel 28 adalah hasil perkalian antara target dan bobot. Baris % Pencapaian Target pada Tabel 28 adalah persentase perbandingan SKOR

31 85 antara nilai dan nilai target. Baris Status Kinerja pada Tabel 28 merupakan komitmen manajemen dan pemilik organisasi yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada awal tahun penilaian. Status kinerja dapat disepakati diambil dari nilai atau dari persentase pencapaian target. D. Pengukuran Kinerja Program Kemitraan PKBL PT. Sucofindo Jakarta 1. Kesesuaian Sistem Pengukuran Kinerja Hasil Pengembangan dengan Kondisi PKBL PT. Sucofindo saat ini Sistem pengukuran kinerja hasil pengembangan memuat 10 indikator utama dimana dua diantaranya merupakan indikator yang selama ini digunakan untuk mengukur kinerja PKBL yaitu efektivitas penyaluran dan tingkat kolekbilitas. Terdapat delapan indikator yang baru yang belum pernah dilakukan pengukuran selama ini di PKBL PT. Sucofindo. Untuk pengukuran kinerja dengan 10 indikator tersebut diperlukan dokumen sumber verifikasi. Dokumen sumber verifikasi ada yang sudah tersedia pada kegiatan PKLB PT. Sucofindo, ada pula yang belum. Ketersedian dokumen verifikasi pada PKBL PT. Sucofindo disajikan pada Tabel 29. Dari Tabel 29 terlihat ada tiga dokumen sumber verifikasi yang belum tersedia sehingga untuk melakukan penilaian kinerja perlu adanya upaya untuk mengadakan dokumen tersebut. Dokumen hasil survei kepuasan pelanggan belum dimiliki karena belum pernah dilakukan survei kepuasan pelanggan oleh karena itu sebelum penilaian perlu dilakukan survei kepuasan pelanggan. Dokumen hasil pengamatan tim penilai diadakan pada saat pengukuran kinerja dilakukan. Sedangkan dokumen hasil survei kepuasan karyawan seperti halnya dokumen hasil survei kepuasan pelanggan yaitu belum pernah dilakukan survei kepuasan karyawan sehingga perlu dilakukan survei kepuasan karyawan terlebih dahulu. Di samping itu beberapa parameter terdapat dalam dokumen yang sama seperti: kegiatan sosialisasi, efektifitas penyaluran, dan tingkat kolektibilitas terdapat pada laporan program kemitraan dan bina lingkungan yang dibuat setiap akhir tahun.

Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja Program Kemitraan di PKBL PT Sucofindo, Jakarta

Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja Program Kemitraan di PKBL PT Sucofindo, Jakarta Manajemen IKM, Februari - Vol. No. ISSN - http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja Program Kemitraan di PKBL PT Sucofindo, Jakarta Development of the System

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%)

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%) L1 Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROE (%) Skor 15 < ROE 2 13 < ROE < 15 18 11 < ROE < 13 16 9 < ROE < 11 14 7,9 < ROE < 9 12 6,6 < ROE < 7,9

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Brigham (2010:84) Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menilai Kinerja Manajemen Keuangan Perusahaan pada Pabrik Gula Kebon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menilai Kinerja Manajemen Keuangan Perusahaan pada Pabrik Gula Kebon BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Mahlatin (2008) mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang dengan judul Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Vera Febrina Chirsti (2012). yaitu

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Vera Febrina Chirsti (2012). yaitu BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Vera Febrina Chirsti (2012). yaitu studi kasus pada PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta berdasarkan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Manfaat Penelitian... 1.5. Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin

Lebih terperinci

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KESEHATAN PERUSAHAAN BUMN (Studi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta)

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KESEHATAN PERUSAHAAN BUMN (Studi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta) ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KESEHATAN PERUSAHAAN BUMN (Studi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta) Verra Febrina Christi Moch. Dzulkirom AR Achmad Husaini Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Karakteristik penting akuntansi adalah pengidentifikasian, pegukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk BAB 4 PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional terhadap pelaksanaan program kemitraan dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk mencakup pelaksanaan dari unit Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya peningkatan kemampuan daya saing perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya peningkatan kemampuan daya saing perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menempati posisi yang sangat strategis dalam perekonomian nasional. Dengan penggunaan asset yang cukup besar dan meliputi

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012): laporan keuangan meliputi

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan perusahaan seperti, pemegang saham, kreditur, karyawan, pemerintah dan

I. PENDAHULUAN. dengan perusahaan seperti, pemegang saham, kreditur, karyawan, pemerintah dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya bercita-cita untuk tumbuh dan berkembang demi memuaskan pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti, pemegang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut Kasmir (2010) menjelaskan bahwa : Sedangkan Najmudin (2011) menyatakan bahwa :

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut Kasmir (2010) menjelaskan bahwa : Sedangkan Najmudin (2011) menyatakan bahwa : BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Untuk memahami pengertian dari laporan keuangan, berikut dijelaskan beberapa definisi laporan keuangan dari beberapa ahli. Menurut

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PT WIJAYA KARYA ( Persero ) Tbk. UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PERIODE ABSTRAK

EVALUASI KINERJA PT WIJAYA KARYA ( Persero ) Tbk. UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PERIODE ABSTRAK EVALUASI KINERJA PT WIJAYA KARYA ( Persero ) Tbk. UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PERIODE 2004-2006 ABSTRAK Krisis ekonomi yang melanda Indonesia memberikan dampak yang cukup besar pada dunia usaha. Kenaikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 04/MBU/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 04/MBU/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 04/MBU/2011 TENTANG INDIKATOR PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA JASA KEUANGAN BIDANG USAHA PERASURANSIAN DAN JASA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 59 /MBU/2004

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 59 /MBU/2004 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 59 /MBU/2004 TENTANG KONTRAK MANAJEMEN CALON ANGGOTA DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/ Tahun MEMUTUSKAN :

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/ Tahun MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-101/MBU/2002 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Catatan ASET LANCAR Kas dan setara kas

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-59/MBU/2004 TENTANG KONTRAK MANAJEMEN CALON ANGGOTA DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Wicak Lingga Bahara Muhammad Saifi Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Wicak Lingga Bahara Muhammad Saifi Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN DARI ASPEK KEUANGAN BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR: KEP 100/MBU/02 (Studi Kasus pada PT ADHI KARYA (Persero) Tbk. Periode ) Wicak Lingga Bahara Muhammad

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PROGRAM KEMITRAAN di PKBL PT. SUCOFINDO JAKARTA ARIFIN DERAJAT SURYANA

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PROGRAM KEMITRAAN di PKBL PT. SUCOFINDO JAKARTA ARIFIN DERAJAT SURYANA PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PROGRAM KEMITRAAN di PKBL PT. SUCOFINDO JAKARTA ARIFIN DERAJAT SURYANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2013 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi paling menarik di dunia, karena capaian ekonominya dengan tingkat GDP (PPP) sebesar satu triliun

Lebih terperinci

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PT PELNI (PERSERO) PERIODE ABSTRAK. sistem penilaian kinerja yang dalam perekonomian terbuka diharapkan mampu memicu

EVALUASI KINERJA PT PELNI (PERSERO) PERIODE ABSTRAK. sistem penilaian kinerja yang dalam perekonomian terbuka diharapkan mampu memicu EVALUASI KINERJA PT PELNI (PERSERO) PERIODE 2003-2005 ABSTRAK Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN, menjawab kebutuhan akan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk bisa bersaing dan meningkatkan efisiensinya agar bisa tetap bertahan. Perusahaan yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perkembangan teknologi dan informasi seperti saat ini sangat memungkinkan masyarakat dan pihak eksternal perusahaan lainnya untuk dapat menilai dan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 DAFTAR TABEL Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 Tabel 2.2 : Perbedaan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional dengan sistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PENGELOLAAN KINERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PENGELOLAAN KINERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Unit Pengelola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan

BAB II LANDASAN TEORI. dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. LAPORAN KEUANGAN Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan haruslah mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap BAB IV ANALISIS DATA A. Pengukuran Kinerja PT Nindya Karya (Persero) Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap sebagai fokus utama pengendalian manajemen tradisional,

Lebih terperinci

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Jl. Sei Batanghari No. 2 Medan 20122 Sumatera Utara, Indonesia Telp. : (-62-61) 8452244, 8453100 Fax. : (-62-61) 8455177, 8454728 Website : www.ptpn3.co.id Email :

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 99/PMK.010/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 55 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 d1/february 23, 2017 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT 1 of 50 8/23/2014 7:22 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1928, 2016 BUMN. Program Kemitraan. Program BL. Perubahan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUP PST) PT Bank Mandirii (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara RUPS Tahunan, maka

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompas.com harga saham Garuda pada saat Initial Public Offering (IPO), hargas

BAB I PENDAHULUAN. Kompas.com harga saham Garuda pada saat Initial Public Offering (IPO), hargas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perusahaan penerbangan banyak diminati oleh banyak orang untuk berpergian karena pelayanan yang diberikan dan waktu yang relatif singkat dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK 63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.1000, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PDN. PLN. Penerusan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, dengan fokus melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4 (empat)

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Mengadakan penilaian atau analisis terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat mengetahui perkembangan keuangan

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Transformasi Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Mikro Syariah menjadi Bank Perkreditan Rakyat/ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Laporan aktivitas PKBL, dimana aset neto akhir tahun 2015 sebesar Rp

Laporan aktivitas PKBL, dimana aset neto akhir tahun 2015 sebesar Rp KEHADIRAN PADA RUPS RUPS Tahunan 2016 dihadiri oleh Komisaris Utama dan seluruh anggota Dewan Komisaris, termasuk Ketua dan anggota Komite yang ada di bawah Dewan Komisaris serta Direktur Utama dan seluruh

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tindak Lanjut Atas Arahan RUPS Lampiran 2 NO ARAHAN-ARAHAN RUPS TINDAK LANJUT 1 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tahun 2008 yang telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham merupakan pedoman

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan

Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan LAMPIRAN 81 Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan susunan kepala cabang, supervisor dan karyawan PT Indonesia Trading Company cabang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 10 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA SUKABUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Efektifitas kinerja manajemen pada dasarnya dinilai dari efektifitas sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Efektifitas kinerja manajemen pada dasarnya dinilai dari efektifitas sumber 101 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Efektifitas kinerja manajemen pada dasarnya dinilai dari efektifitas sumber daya manusia dalam menjalankan fungsinya di organisasi yang bersangkutan. Berhasilnya manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2000 : 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan 2007 PT Asahimas Flat Glass Tbk Rusli Pranadi Manager Corporate Finance Samuel Rumbajan Direktur Keuangan NERACA (Tidak diaudit) 30 September 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI KABUPATEN KUPANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI KABUPATEN KUPANG ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI KABUPATEN KUPANG Oleh: *Munawar Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan rasio keuangan sebagai salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA INTAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci