Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek
|
|
- Sudomo Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 62 Anastasia Susi Murwaningsih / Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek Anastasia Susi Murwaningsih 1, Tarsisius Sarkim 2 Prodi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 1 anastasiasm2001@gmail.com; 2 sarkim@usd.ac.id Abstrak Pembelajaran konstruktivisme merupakan proses membangun pengetahuan yang merupakan interaksi antara pengetahuan yang sudah dimiliki dengan hal yang dialami. Seringkali dalam proses belajar siswa menjumpai ketidaksesuaian antara pengetahuan yang sudah dimiliki dengan hal baru yang dijumpai. Hal ini membuat siswa mengubah pemahaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Menurut Piaget, pemahaman yang telah dimiliki siswa tersusun dalam sebuah struktur yang disebut skema. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya proses perubahan skema kognitif siswa. Penelitian ini bersifat kualitatif. Skema (pemahaman) awal siswa diperoleh dari wawancara. Pertanyaan wawancara bersumber dari pemahaman awal siswa. Peneliti memberikan pertanyaan konfirmasi, contoh maupun ilustrasi untuk membantu siswa memodifikasi pemahamannya. Perubahan skema kognitif siswa dapat dilihat jelas melalui peta konsep awal dan peta konsep akhir yang dimiliki siswa. Kata kunci: konstruktivisme, skema kognitif I. PENDAHULUAN Dalam mempelajari fisika, seseorang melibatkan indera pengamatan dan pikirannya untuk membangun proses pemahaman melalui proses kognitif [1]. Saat menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah, peneliti menemui beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membangun pemahaman tentang fenomena fisika. Apalagi pembelajaran fisika melibatkan banyak konsep, teori, hukum, dan persamaan matematis. Teori kognitif Piaget menjelaskan bahwa pemahaman seseorang tersusun dalam skema sederhana yang berkembang ke skemata yang rumit melalui asimilasi dan akomodasi [2]. Sebelumnya telah dilakukan penelitian serupa dengan metode membaca teks untuk menghilangkan miskonsepsi siswa pada materi relativitas [3]. Keterampilan membaca tiap siswa yang berbeda menyebabkan metode tersebut hanya mampu mengungkap pemahaman siswa, belum bisa menghilangkan miskonsepsinya. Untuk mengungkap pemahaman siswa dilakukan dengan analisis kualitatif dari transkrip wawancara. Penelitian ini mengungkapkan skema kognitif/pemahaman siswa dan perubahannya pada materi gaya gesek, melalui tes konseptual dan analisis kualitatif dari transkrip wawancara. II. LANDASAN TEORI Menurut Resnick, konstruktivisme adalah teori yang mempelajari atau yang berarti pembuatan pemahaman baru dari interaksi antara yang telah diketahui dan dengan yang dialami [4]. Piaget yang merupakan tokoh pembelajaran konstruktivisme, mendefinisikan skema sebagai: urutan tindakan yang memiliki tindakan komponen yang saling berhubungan. Skema adalah kerangka dasar dari model kognitif yang memungkinkan 4kita untuk membentuk representasi mental dunia [4]. Menurut Muhammad Farooq dkk, skema adalah representasi dalam pikiran tentang sebuah persepsi, ide maupun tindakan yang berjalan bersamaan [5]. Skema merupakan struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya [6]. Skema tersebut akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Menurut Slavin, anak yang masih muda memperlihatkan pola perilaku atau pemikiran yang disebut skema, yang juga digunakan oleh orang dewasa dalam menghadapi objek di dunia ini [7]. Maka skema kognitif adalah sebuah kerangka yang berdasar pada pengetahuan yang dimiliki seseorang. Selain itu menurut Piaget terdapat dua hal penting dalam proses perkembangan seseorang, yaitu organisasi dan adaptasi. Dalam proses adaptasi, skema kognitif yang telah dimiliki seseorang dapat berubah melalui proses asimilasi dan akomodasi [7]. Asimilasi merupakan proses dimana seseorang memasukan pengetahuan dari lingkungan ke dalam pikiran, yang dari bukti itu dapat mengubah pemikirannya menjadi lebih sesuai [5]. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan pengalaman atau kejadian yang baru dalam skema yang telah ada. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan atau pergantian skema, melainkan mengembangkan skema [6]. Misalnya seorang anak memahami gaya adalah suatu tarikan atau dorongan. Kemudian saat anak itu melihat akibat dari suatu gaya yang menyebabkan benda bergerak, maka skema kognitif awalnya berubah menjadi gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang mengakibatkan benda bergerak. Akomodasi adalah membentuk skema baru yang cocok dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan pengalaman tersebut [6]. Misalnya seorang anak memahami bahwa benda yang didorong dan belum bergerak tidak ada gaya geseknya. Namun saat dia menyadari ketika dia mendorong benda ada suatu gaya yang melawan dorongannya. Kemudian dia menyadari bahwa terdapat gaya gesek ketika benda didorong namun belum bergerak.
2 Anastasia Susi Murwaningsih / Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek 63 Saat seseorang sudah memiliki pemahaman/skema awal, namun dari pengalaman baru ia mendapati ketidaksesuaian pada pemahamannya tersebut ia akan melakukan asimilasi atau akomodasi sampai mencapai pemahaman baru yang ia yakini (ekuilibrasi). III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif yang dilakukan dengan wawancara pada lima orang siswa SMA. Materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya gesek. Siswa diminta mengerjakan soal tes untuk mengungkap skema awal yang telah dimiliki pada materi gaya gesek. Kemudian berdasarkan jawaban siswa, dianalisis pada indikator mana saja yang belum dikuasai siswa. Penelitian dilanjutkan dengan wawancara pada setiap siswa. Pertanyaan wawancara lebih ditekankan pada indikator yang paling banyak belum dikuasai. Selama wawancara berlangsung, siswa diberi pertanyaan serupa dengan soal tes, untuk mengkonfirmasi skema awal yang dimilikinya. Dari skema awal tersebut, siswa diberi pertanyaan, ilustrasi, maupun contoh konkret untuk mengubah skema awal tersebut. Selama wawancara berlangsung, peneliti tidak memberi tahu benar atau salahnya jawaban siswa. Dari lima orang siswa yang diwawancarai dipilih satu yang paling jelas terdapat perubahan skema kognitifnya. Proses wawancara direkam menggunakan handphone, kemudian dari rekaman suara tersebut dibuat dalam bentuk transkrip wawancara. Dari transkrip wawancara, dilakukan pengkodingan pada bagian yang terdapat proses perubahan skema kognitif. Kemudian dipilih untuk perubahan skema kognitif yang paling terlihat untuk disajikan dalam makalah ini. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mampu mengungkap pemahaman awal siswa. Dari pemahaman awal tersebut, peneliti memberikan pertanyaan konfirmasi atau ilustrasi kepada siswa, supaya pemahaman awalnya diperjelas. Setelah pemahaman awalnya jelas, untuk pemahaman yang masih keliru diberi pertanyaan atau ilustrasi lagi supaya siswa dapat mengubah pemahamannya. Proses perubahan pemahaman pada materi gaya gesek disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Pemahaman siswa pada materi gaya gesek. P : Peneliti S : Siswa No Pemahaman Siswa Keterangan 1 Gaya gesek terjadi saat benda saling bergesekan S : Gaya gesek terjadi kalau dua benda bergesekan P : Maksudnya bergesekan gimana? S : Bendanya saling sentuh, terus salah satu atau keduanya bergerak (diberi gaya) 2 Gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan, massa, dan gaya dorong P : Kalau hp kecil sama hp besar didorong di atas meja, mana yang lebih besar gaya geseknya? S : yang hp besar, karena luas permukaannya, massanya lebih besar, dan membutuhkan gaya dorong yang lebih besar P : Berarti luas permukaan mempengaruhi gaya gesek ya? S : Iya P : Kalau sepatumu yang ukurannya 37, sama sepatunya Lala yang ukurannya 40, kalau jalan di jalan licin berarti kamu lebih mudah kepleset dong dibanding Lala? S : Ya nggak lah, kan badannya Lala lebih besar P : Tapi kan luas permukaan sepatu Lala lebih besar, katanya luas permukaan mempengaruhi gaya gesek, jadi gimana? S : Iya ya, berarti luas permukaan tidak mempengaruhi gaya gesek P : Terus jadinya gaya gesek dipengaruhi sama apa? S : Massa, permukaan, sama gaya dorong P :Oh kalau gaya dorong makin besar berarti gaya geseknya makin besar ya? S : Iya P : Berarti kalau kamu sama Lala sama-sama dorong lemari yang sama gaya gesek di tempat Lala lebih besar? S : Eh gaya geseknya sama ding,tapi kalau pas bergerak punya Lala lebih gampang gerak P : Jadi gaya dorongnya mempengaruhi gaya gesek ga?s S : Tidak P : Terus maksudnya permukaan mempengaruhi gaya gesek gimana? S : ya kasar/halus permukaannya gitu P : istilahnya apa itu? S : lupa P : Pernah denger koefisien gesek? S : pernah tapi lupa P : kalau di pemuaian itu kan, kecepatan memuai benda tergantung sama koefisien muai bendanya. Jadi misalnya besi sama aluminium kan beda bahan terus koefisien muainya beda. Kira-kira kalau di koefisien gesek Pernyataan ini sudah benar, hanya perlu penjelasan di bagian bergesekan, untuk memperjelas peneliti memberikan pertanyaan Pernyataan ini sudah cukup menjelaskan bahwa siswa memahami kapan terjadinya gaya gesek Pernyataan ini kurang tepat, luas permukaan dan gaya dorong tidak mempengaruhi gaya gesek Berdasarkan ilustrasi ini peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa memodifikasi pemahamannya Dari pertanyaan ini siswa menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya hingga akhirnya mengubah pemahamannya Pernyataan ini masih kurang tepat karena gaya dorong tidak mempengaruhi gaya gesek, dan perlu penjelasan di bagian permukaan Dari pertanyaan ini siswa menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya hingga akhirnya mengubah pemahamannya Pernyataan ini menunjukka bahwa siswa sudah memahami, tapi belum bisa menyebutkan koefisien gesek Untuk mengarahkan siswa memahami koefisien gesek, diberi analogi pada peristiwa pemuaian.
3 64 Anastasia Susi Murwaningsih / Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek gimana? S : Oh iya, koefisien gesek itu tingkat kasar/halusnya permukaan P : Kalau dorong lemari di karpet sama di lantai, mana yang lebih besar koefisien geseknya? S : yang di karpet lebih besar karena lebih kasar 3 Arah gaya gesek searah dengan gerak benda P : Arah gaya gesek searah atau berlawanan dengan arah gerak bendanya? S : searah P : Kalau pas lagi ngerem mobil gitu arah gaya geseknya kemana? S : arah gaya geseknya ke belakang P : arah gerak bannya? S : ke depan, eh enggak ding, arah gaya gesek tu berlawanan sama arah gerak bendanya 4 Gaya gesek hanya terjadi jika benda didorong, kemudian bergerak P : Kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya? S : tidak ada P : Kalau lemarinya gerak, ada gaya geseknya? S : ada P : Menurutmu ada gaya yang arahnya berlawanan sama arah doronganmu ga? S : ada, makanya dorongnya susah P : gaya apa itu? S : apa ya? P : Tadi gaya gesek arahnya kemana? S : berlawanan sama arah gerak benda. Oiya, ada gaya geseknya P : Jadi benda didorong meskipun belum gerak ada gaya geseknya ga? S : ada Pada bagian ini ditunjukkan siswa sudah mengingat kembali koefisien gesek Pertanyaan ini untuk mengkonfirmasi apakah siswa benar memahami definisi koefisien gesek Pernyataan ini tidak tepat, arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah kecenderungan gerak benda, maka peneliti memberikan pertanyaan Berdasarkan pertanyaan ini siswa menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya, sehingga ia mengubah pemahamannya. Pernyataan ini tidak tepat, benda yang didorong meskipun tidak bergerak juga terdapat gaya geseknya, peneliti mengajukan pertanyaan Dari pertanyaan ini siswa mulai menemukan ketidaksesuaian dalam pemahamannya, sehingga mengubah pemahamannya Pada Tabel 1, terlihat bahwa pada awalnya siswa memahami bahwa gaya gesek terjadi saat benda saling bergesekan. Pemahaman ini sudah cukup, namun perlu dijelaskan pada bagian bergesekan. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan maksud dari bergesekan yang dikatakannya. Siswa mengatakan bahwa benda bergeseskan ketika kedua benda saling sentuh, kemudian salah satu atau kedua benda saling bergerak. Berdasarkan penjelasan ini terlihat bahwa siswa telah memahami kapan terjadinya gaya gesek. Siswa awalnya berpendapat bahwa nilai gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan, massa, dan gaya dorong. Untuk massa yang mempengaruhi nilai gaya gesek sudah benar, namun untuk luas permukaan dan gaya dorong tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Berdasarkan kesalahan pemahaman tersebut, partisipan diberikan ilustrasi tentang ukuran sepatu yang berbeda ketika melintasi jalan yang licin, ukuran sepatu yang lebih kecil akan mudah terpleset. Siswa tidak menyetujui ilustrasi ini. Menurut siswa, orang yang memakai sepatu dengan ukuran kecil justru tidak terpleset karena badannya lebih kecil. Berdasarkan pernyataan ini terjadi konflik kognitif pada pemahaman siswa tentang las permukaan yang mempengaruhi nilai gaya gesek. Maka peneliti kembali mengkonfirmasi apakah luas permukaan mempengaruhi nilai gaya gesek. Kemudian siswa mengubah pemahamannya dari luas permukaan yang mempengaruhi nilai gaya gesek, menjadi luas permukaan tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Berarti disini terjadi proses perubahan pemahaman secara akomodasi. Siswa juga mengakomodasi pemahamannya tentang gaya dorong yang mempengaruhi nilai gaya gesek, menjadi gaya dorong tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Proses akomodasi ini terjadi karena siswa diberi pertanyaan tentang gaya dorong semakin besar apakah nilai gaya gesek juga akan semakin besar. Selanjutnya siswa mengatakan bahwa nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan permukaan. Siswa mengatakan bahwa kasar/halus permukaan mempengaruhi nilai gaya gesek. Namun siswa belum memahami istilah koefisien gesek. Maka siswa diberi analogi tentang peristiwa pemuaian logam yang dipengaruhi oleh koefisien muai suatu benda. Dari analogi ini siswa mengatakan bahwa koefisien gesek merupakan tingkat kasar/halus permukaan benda. Berarti disini terjadi proses asimilasi, dimana siswa mengembangkan pemahamannya tentang koefisien gesek tanpa mengubah struktur pemahamannya. Untuk menguji pemahaman baru tersebut peneliti memberi pertanyaan tentang manakah yang lebih besar koefisien gesek yang dimiliki lantai dan karpet. Siswa menjawab nilai koefisien gesek karpet lebih besar karena permukaan karpet lebih kasar. Pada pemahaman awal siswa yang masih perlu diperbaiki dilakukan cara yang sama oleh peneliti, yaitu dengan memberikan pertanyaan, ilustrasi dan contoh sehingga siswa dapat mengubah pemahamannya secara akomodasi maupun asimilasi. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat pemahaman awal siswa dalam peta konsep pada Gambar 1.
4 Anastasia Susi Murwaningsih / Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek 65 awal siswa. Ketika menemukan kesalahan pemahaman pada siswa, guru dapat memberikan pertanyaan tajam dan ilustrasi dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun ilustrasi yang diberikan menyimpang. Pertanyaan dan ilustrasi tersebut akan memunculkan konflik kognitif pada pemahaman siswa sehingga siswa akan meperbaiki pemahamannya, dan membentuk pemahaman baru yang benar. Penelitian ini juga mengatasi kelemahan penelitian yang telah dilakukan Akpinar & Tan, dengan mengungkap pemahaman siswa dan menunjukkan perubahan pemahaman yang terjadi. Gambar 1. Peta konsep pemahaman awal siswa pada materi gaya gesek Setelah diberikan pertanyaan konfirmasi maupun ilustrasi terjadi perubahan pemahaman. Pemahaman akhir siswa disajikan dalam peta konsep di Gambar 2. V. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: a. metode wawancara dapat mengungkap pemahaman siswa dan perubahannya b. pertanyaan dan ilustrasi konkret yang diberikan dapat memunculkan konflik kognitif pada siswa, sehingga siswa mengubah pemahamannya c. perubahan skema kognitif dapat terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma, Beatrix Elvi Dasilva, Lisa Ratnasary, dan Yovita Claudia yang telah mendukung penelitian ini. Gambar 2. Peta konsep pemahaman akhir siswa pada materi gaya gesek Dari kedua peta konsep di atas terlihat perbedaan peta konsep awal dan peta konsep akhir. Pada peta konsep akhir terdapat pengembangan tentang koefisien gesek, sedangkan di peta konsep awal belum disinggung tentang koefisien gesek. Koefisien gesek disinggung saat siswa mengubah pemahamannya tentang besaran-besaran yang mempengaruhi nilai gaya gesek. Di peta konsep awal, siswa memahami bahwa gaya gesek terjadi saat dua benda saling bergesekan. Pada peta konsep akhir siswa dapat menjelaskan bahwa gaya gesek terjadi saat benda yang bersentuhan kemudian diberi gaya. Pada peta konsep awal, siswa memahami bahwa nilai gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan, massa, permukaan dan gaya dorong. Pada konsep akhir, pemahaman tersebut sudah berubah bahwa nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan koefisien gesek. Luas permukaan dan gaya dorong tidak mempengaruhi gaya gesek. Pada peta konsep awal arah gaya gesek searah dengan arah gerak benda. Pada peta konsep akhir sudah berubah menjadi arah gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda. Di peta konsep awal siswa hanya meyakini benda yang didorong dan bergerak saja yang terdapat gaya gesek. Pada peta konsep akhir siswa menyebutkan bahwa benda yang didorong baik yang bergerak maupun tidak terdapat gaya gesek. Hal penting dari penelitian ini adalah sebagai seorang guru/pendidik harus memahami bagaimana pemahaman PUSTAKA [1] Isabel Gedgrave, Modern Teaching of Physics, Global Media, [2] Jean Piaget, The Origins of Intelligence in Children, International Universities Press, 1956 [3] Muge Akpinar and Mustafa Tan, Developing, Implementing, and Testing a Conceptual Change Text About Relativity, Western Journal of Educational Science (WAJES), ISSN: , 2011, pp [4] Virginia Richardson, Constructivist Pedagogy, Teacher College Record,volume 105, no. 9, 2003, pp [5] Muhammad Farooq and Muhammad Ashraf, Cognitive Development in Jean s Piaget s Work and It s Implications for Teachers, World Applied Science Journal, no. 12 (8), 2011, pp [6] Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius, [7] Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan, Indeks, TANYA JAWAB Yuli (UST Yogyakarta)? 1. Skema kognitif hanya 5, padahal karakteristik siswa berbeda-beda. Bagaimana? 2. Apakah siswa mengerti materi dari segi konseptual? 3. Bagaimana dari segi faktual? Anastasia Susi Murwaningsih (USD Yogyakarta) 1. Itu dilihat dari faktual siswa. Itu paling dasar dari penelitian ini. 2. Banyak siswa kurang mengerti konsep fisika. 3. Bisa menjawab, tapi segi konsep siswa mulai bingung.
5 66 Anastasia Susi Murwaningsih / Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek Debora (UKSW Salatiga)? 1. Apakah skema kognitif mirip dengan peta konsep? 2. Contoh dari pertanyaan konfirmasi? 3. Apakah anda membuat RPP? 4. Apakah anda sudah menduga sang siswa menjawab apa? Anastasia Susi Murwaningsih (USD Yogyakarta) 1. Skala kognitif mirip dengan peta konsep, tapi penelitian ini tidak digambarkan dalam peta konsep karena materinya rumit. 2. Contoh pertanyaan sudah ada di ppt. Sebelumnya, saya mengarahkan dulu, berikan ilustrasi, kemudian bertanya. 3. Penelitian ini di luar sekolah. Pertama saya berikan 5 soal konseptual gaya gesek.setelah itu dianalisis jawaban. Dari analisis diketahui indikator belum diketahui siswa. Dari situ diuji pemahaman.
Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls
Lisa Ratna Sary / Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls 57 Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls Lisa Ratna Sary, Tarsisius Sarkim Pendidikan
Lebih terperinciSKEMA KOGNITIF SISWA SMA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG GERAK LURUS: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI
SKEMA KOGNITIF SISWA SMA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG GERAK LURUS: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program
Lebih terperinciRANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1
Lampiran 08 RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1 Tema : Gaya Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-3) A.
Lebih terperinciKONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS
KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS Petrus Ongga *), Yani Sanwaty *), Ferdy Semuel Rondonuwu **), Wahyu Hari Kristiyanto ***) Email : whkris_fisika@yahoo.com, whkris@staff.uksw.edu *) Mahasiswa
Lebih terperinciKESALAHAN KONSEP FISIKA DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) UNTUK SMP 1. Bambang Ruwanto 2
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 KESALAHAN KONSEP FISIKA DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) UNTUK SMP 1 Bambang
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA TOPIK SUHU DAN KALOR
26 PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA TOPIK SUHU DAN KALOR Judyanto Sirait Program Studi Pendidikan Fisika,FKIP, Universitas Tanjungpura Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Piaget dalam Siswanto (2008), pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif. Skemata
Lebih terperinciBAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA
BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil studi lapangan mengenai tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika di salah satu SMA Negeri di kota Bandung kepada 39 orang siswa menyatakan
Lebih terperinciStudents misconception about archimedes law
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 206 Makalah Pendamping
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP GAYA: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Disusun Oleh: Maria Kartika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan sebuah pengetahuan yang mempelajari tentang gejala atau fenomena-fenomena alam. Dikuatkan dengan pendapat Direktorat Ketenagaan (dalam Wardani,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciTEORI BELAJAR PIAGET
TEORI BELAJAR PIAGET Pendahuluan Dewasa ini masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa strategi pembelajaran di kelas masih didominasi oleh paham strukturalisme atau behaviorisme atau objektivisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan
Lebih terperinciJean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi
Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi Skema: struktur kognitif seseorang yang memungkinkan individu untuk mengingat
Lebih terperinciBAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS
BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan
Lebih terperinciBAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA
BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek Satuan Pendidikan E. Penerapan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR
IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR Lani Prabawati, Diane Noviandini, Ferdy S. Rondonuwu Program Studi
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)
ISSN: 1693-1246 Juli 2010 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 98-103 J P F I http://journal.unnes.ac.id USAHA MENGURANGI TERJADINYA MISKONSEPSI FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONFLIK
Lebih terperinciPEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET
PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : SMP N 2 Pegandon : VIII ( Delapan ) / Genap : Ilmu Pengetahuan Alam Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya
Lebih terperinciPEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA ARASTAMAR AIR UPAS MENGENAI GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA SUATU BENDA SKRIPSI
PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA ARASTAMAR AIR UPAS MENGENAI GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA SUATU BENDA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU
PENGARUH PRBLEM SLVING LABRATRY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KNFLIK KGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KNSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU Sitti Hadija, Nurjannah dan Jusman Mansyur Khadijaamatullah221@yahoo.com Program
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP USAHA DAN ENERGI: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Disusun Oleh: Gandha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia berperan penting pada
Lebih terperinciBAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika
25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan
Lebih terperinciMENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013
MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 Abubakar dan Rahmatsyah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS. Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS
PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS ABSTRAK Diperlukan strategi khusus untuk membelajaran sebuah persamaan matematis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Euwe Van Den Berg (1991: 5) menjelaskan bahwa manusia sejak lahir sudah berpengalaman dengan peristiwa Fisika. Anak kecil yang melemparkan
Lebih terperinciProses Konstruksi Pengetahuan Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi
Proses Konstruksi Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi Knowledge Construction Process of Visual Learning Type Student on Biology Aty Mulyani 1, Kamid 2, dan Damris Muhamad 2 Email: zonaty27@yahoo.com
Lebih terperinciKONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN
IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN Abstrak: Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting yang harus dilatihkan kepada siswa. Lev Semyonovich
Lebih terperinciPENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSTIK MISKONSEPSI PADA HUKUM NEWTON III
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 20 23 Volume 6 Nomor 1 20 ISSN : 2302-82 PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSTIK MISKONSEPSI PADA HUKUM NEWTON III Sepriyanti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.
Lebih terperinciAnalisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan aplikasi analisis video tracker
Seminar Nasional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (7pp) Papers seminar.uad.ac.id/index.php/quantum Analisis koefisien gesek statis dan kinetis berbagai pasangan permukaan bahan pada bidang miring menggunakan
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR
BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas
Lebih terperinciKata Kunci: Konsepsi, Perubahan Konsepsi, Gaya dan Gerak
IDENTIFIKASI KONSEPSI SISWA PADA MATERI HUBUNGAN GAYA DAN GERAK DIKAITKAN DENGAN PENGALAMAN BELAJAR: STUDI KASUS DI KELAS VIII SMP TERPADU AL-ANWAR TRENGGALEK Wina Khoirul Ummah, Sutopo, Asim Jurusan Fisika,
Lebih terperinciJoko Widodo 1. Kata kunci: pembelajaran konstruktif; struktur logis; proses berpikir; dan relevansi.
MATERI POKOK PASAR DAN PEMBENTUKAN HARGA PASAR BAGI SISWA DALAM PERSPEKTIF PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF Joko Widodo 1 Abstrak: Pembelajaran konstruktif memandang bahwa pengetahuan sebagai hasil belajar merupakan
Lebih terperinciJURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN:
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG Mohammad Dadan Sundawan mdsmath@gmail.com Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK Model pembelajaran konstruktivisme
Lebih terperinci1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.
1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut
Lebih terperinciKONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET
KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET Rien S. D. Premawoli, Marmi Sudarmi, Alvama pattiserlihun Program studi pendidikan fisika Fakultas sains dan matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.
L A M P I R A N 19 Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. Soal no Jumlah siswa (%) yang menjawab option : 10,5 (A) Siswa tidak teliti membaca soal. analisa 1 79 (B*) 10,5 (C) 26% siswa berpikir
Lebih terperinciMODUL MATA PELAJARAN IPA
KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Hukum Newton untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya pemberian makna atas data sensori baru
Lebih terperinciSKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS SKRIPSI
SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciPendidikan Berorientasi Lingkungan: Pergeseran Peran Bahan Alam Sebagai Media Pembelajaran Kimia * Oleh ** Sukisman Purtadi
Pendidikan Berorientasi Lingkungan: Pergeseran Peran Bahan Alam Sebagai Media Pembelajaran Kimia * Oleh ** Sukisman Purtadi PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran sesungguhnya adalah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciRANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Lampiran 08 RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1 Tema/ Sub topik :Gaya/ Resultan Gaya dan Gaya Gesek Alokasi Waktu
Lebih terperinciBAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENGAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk mencari pengetahuan secara sistematis, dengan kata lain, IPA merupakan suatu proses dalam menguasai
Lebih terperinciKeyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
100 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Mariati Daeli*, Timotius Gulo Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. Tabel 4.1 Jadwal Waktu dan Kegiatan Penelitian
45 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat tahap-tahap kegiatan dalam pengerjaannya. Rincian waktu dan kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR KOGNITIF MAHASISWA PADA KONSEP HUKUM NEWTON
ANALISIS STRUKTUR KOGNITIF MAHASISWA PADA KONSEP HUKUM NEWTON Deviliana RanteTampang, I Komang Werdhiana, Syamsu Devilia_rantetampang@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako
Lebih terperinciMeilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel
41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa
BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui
Lebih terperinciSOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI BIDANG FISIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciPENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-14) FALSAFAH KONSTRUKTIVISME SEBAGAI ALTERNATIF LANDASAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DI FKIP UNS
MAKALAH PENDAMPING PENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-14) ISBN : 978-979-1533-85-0 FALSAFAH KONSTRUKTIVISME SEBAGAI ALTERNATIF LANDASAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DI FKIP UNS Rini Budiharti Pendidikan
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMAHAMAN SISWA TENTANG GERAK VERTIKAL: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Disusun Oleh: Maria Febriyanti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciPERANGKAT SOAL BERBASIS KONFLIK KOGNITIF. Iskandar Zulkarnain
JPM IAIN Antasari Vol. 1 No. 1 Juli Desember 2013, pp. 1-8 PERANGKAT SOAL BERBASIS KONFLIK KOGNITIF Iskandar Zulkarnain Abstrak Konflik kognitif adalah kesadaran individu tentang adanya ketidaksesuaian
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo
Lebih terperinciGAYA DAN HUKUM NEWTON
GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi
Lebih terperinciKESULITAN BELAJAR GARIS ISTIMEWA DALAM SEGITIGA PADA SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TEORI PIAGET
KESULITAN BELAJAR GARIS ISTIMEWA DALAM SEGITIGA PADA SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TEORI PIAGET Herfa Maulina Dewi Soewardini 1), Meilantifa 2) 1)3) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Hal ini karena matematika lahir dari fakta-fakta yang ada dalam kehidupan manusia
Lebih terperinciISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017
VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia (Masykur, 2007). Berbagai rumus, konsep dalam matematika digunakan dalam
Lebih terperinci28 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 1, Maret 2014, Halaman 28-33
28 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 1, Maret 2014, Halaman 28-33 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ ISSN: 2338-9117 Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 2 No. 1, Maret 2014, Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang seiring dengan terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang seiring dengan terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi komputer telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciKata Kunci: startegi, konflik kognitif, dan perubahan konsep
Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Strategi Konflik Kognitif terhadap Perubahan Konsep tentang Gerak pada Siswa Kelas X MAN 2 Model Palu Filda Ambo Tayeb, Muslimin dan Jusman Mansyur e-mail: Fildaambotayeb@yahoo.com
Lebih terperinciDINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
FIS-3.1/4.1/3/1-1 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1. IDENTITAS a. Nama Mata Pelajaran : Fisika b. Semester : 3 c. Kompetensi Dasar : 3.1 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak tiga kali pertemuan yaitu
62 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan diisi dengan pembelajaran dan satu kali pertemuan diisi
Lebih terperinciDOKUMENTASI SIKLUS I
DOKUMENTASI SIKLUS I DOKUMENTASI SIKLUS II KISI-KISI SOAL TES HASIL BELAJAR SIKLUS I Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Alokasi Waktu : SMP N1 Berbah : VIII ( Delapan ) / I : IPA(FISIKA) : 2 JP A. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
Lebih terperinciKumpulan Soal UN Materi Hukum Newton
Kumpulan Soal UN Materi Hukum Newton 1. Soal UN 2011/2012 Paket D21 Agar gaya normal yang bekerja pada balok sebesar 20 N, maka besar dan arah gaya luar yang bekerja pada balok adalah... A. 50 N ke bawah
Lebih terperinciDi unduh dari : Bukupaket.com
Tabel tersebut mendeskripsikan besarnya jarak dan waktu yang diperlukan sepeda untuk bergerak. Dengan menggunakan rumus kelajuan dan percepatan, hitunglah: a. kelajuan sepeda pada detik ke 2, b. kelajuan
Lebih terperinciPenerapan Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Listrik Dinamis. Supliyadi.
Supliyadi Penerapan Stategi 18 Penerapan Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Listrik Dinamis Supliyadi supliyadi_smansa_smg@yahoo.com Abstrak- Ketika pengetahuan seseorang bertambah maka akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciPENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Yusfita Yusuf 1, Neneng Tita Rosita 2 Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciB. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara
. DSR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Konsep merupakan abstrak dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir []. Pengertian atau penafsiran
Lebih terperinciAlat Peraga Efek Arus Eddy Dengan Menggunakan Piringan Magnet Berputar
Alat Peraga Efek Arus Eddy Dengan Menggunakan Piringan Magnet Berputar Djoko Untoro Suwarno Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Kampus Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Indonesia
Lebih terperinciSurakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION, EXPLANATION) MELALUI LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK Sawitri Epi Wahyuni
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. matematika, (B) proses berpikir berdasarkan teori Jean Piaget, (C) tinjauan materi,
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan membahas tentang: (A) hakekat pembelajaran matematika, (B) proses berpikir berdasarkan teori Jean Piaget, (C) tinjauan materi, (D) proses berpikir berdaarkan teori
Lebih terperinciApa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika?
Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Sebagian dari ahli teori belajar atau ahli psikologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui
A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui proses pembelajaran. Dari proses
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Lebih terperinciPENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3
PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3 123 Pendidikan Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Semarang
Lebih terperinciSOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG FISIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU
ANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU Wildan Hasyim Amin, Darsikin, dan Unggul Wahyono wildanhasyimamin@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciPi: Mathematics Education Journal 34
ANALISIS KESALAHAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TRIGONOMETRI KELAS X TKJ SMKN 1 GEMPOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Tifaniar Andriani 1, Ketut Suastika 2, Nyamik Rahayu Sesanti 3 1 Program
Lebih terperinci