Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
|
|
- Suparman Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 100 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Mariati Daeli*, Timotius Gulo Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta * mdaeli95@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keyakinan guru IPA Sekolah dalam melaksanakan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 53 guru IPA yang terdiri dari 32 guru IPA SMA dan 21 guru IPA SMP.. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa guru IPA memiliki rata-rata skor persepsi sebesar 84,68 % dan rata-rata skor keyakinan sebesar 76,16 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran tergolong baik. Dengan menggunakan uji T dua kelompok dependent maka ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan di Kabupaten Nias Barat. Kata kunci:, persepsi, keyakinan, guru IPA I. PENDAHULUAN Pada tahun ajaran 2013/2014, setiap sekolah di Indonesia diwajibkan untuk mengimplementasikan kurikulum Kurikulum ini juga dipersiapkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang produktif kreatif, inovatif, dan beerkarakter. Hal ini salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan. Namun, kebanyakan sekolah belum siap dengan pergantian kurikulum ini karena kurangnya sarana dan prasarana serta kebanyakan guru belum siap menerapkan tuntutan dari kurikulum Apapun kurikulumnya harus didukung oleh guru profesional, karena mereka merupakan garda terdepan dan ujung tombak implementasi kurikulum dan pembelajaran yang berhadapan langsung dengan peserta didik [1]. Sehingga keberhasilan suatu pendidikan di sekolah salah satu kuncinya adalah keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dan dapat memfasilitasi siswanya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru memiliki peran penting dalam pendidikan sebab guru yang mengajar, membimbing dan mendidik siswa. Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru harus professional dalam bidang pengajaran. Dengan kemampuan tersebut guru dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator, pembimbing, penyedia lingkungan, model, motivator, agen perkembangan kognitif dan manajer [2]. Di dalam aktivitas pembelajaran, guru memegang peranan sentral, ia memegang kendali. bersifat interaktif atau satu arah, didominasi ceramah atau berisi kegiatan eksploratif oleh siswa, berpusat pada materi atau pada siswa, tergantung dari perencanaan yang dilakukan oleh guru. Guru dapat membuat pembelajaran sangat menarik atau membosankan, guru juga dapat mengarahkan para murid mempelajari suatu materi secara mendalam atau hanya belajar di permukaan saja, dan guru juga dapat mengatur agar murid hanya menghafalkan materi yang diajarkan atau menantang para murid berpikir kreatif menemukan solusi dari suatu persoalan. Hal ini dipaparkan untuk menunjukkan betapa peran guru bisa sangat menentukan kualitas pembelajaran [3]. Menyadari pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran maka Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat menjalin kerjasama dengan beberapa universitas terbaik untuk memberikan beasiswa kepada putra-putri Nias Barat terbaik yang ingin menjadi guru dengan tujuan kembali mengajar ke Nias Barat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan di Nias Barat hingga saat ini cukup memprihatinkan, masih banyak kekurangan dalam beberapa aspek misalnya saja kualitas pendidik. Pada awal 2016, Nias Barat dihebohkan dengan demonstrasi dari seluruh siswa SMA Negeri 2 Lolofitu Moi yang menuntut haknya untuk belajar karena sudah beberapa minggu guru tidak mengajar di kelas. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap kesungguhan guru untuk mengajar, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran dan bagaimanaa keyakinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang presepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul: Tingkat Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan di Kabupaten Nias Barat. II. LANDASAN TEORI A. Pengertian adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
2 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan 101 perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan 3 (tiga) rumusan yang dianggap lebih maju [4], yaitu: 1. adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. 2. adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. 3. adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari B. Prinsip Kunci yang menentukan tujuan pemebelajaran adalah kebutuhan siswa, mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan, dan guru. Guru adalah sumber utama tujuan bagi para siswa yang diharapkan mampu menentukan pendidikan bermakna dan dapat terukur. C. Menjadi Guru IPA yang Profesional Trowbridge & Bybee, untuk menjadi guru yang profesional, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru terus menerus, antara lain [5]: 1. Penguasaan bahan Guru IPA harus menguasai bahan yang mau diajarkan sehingga tidak menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Sekarang ini banyak sumber belajar yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seperti internet, buku-buku baru, seminar, lokakarya, dan bertanya kepada tenaga ahli. 2. Mengerti tujuan pengajaran IPA Guru IPA yang baik harus mengerti tujuan dari pengajaran IPA (Fisika, Kimia dan Biologi). Dengan mengert tujuannya, guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujan dengan lebih efektif dan efesien. 3. Guru dapat mengorganisai pengajaranipa Guru IPA yang baik dapat mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Ia juga mengerti cara mengajarkan bahan itu, dapat memilih evaluasi dan latihan yang akan diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran. 4. Mengerti situasi siswa akan sungguh mengena pada siswa dan menyenangkan siswa, bila situasi siswa diperhatikan. Maka guru perlu berusaha mengerti keadaan siswa. Beberapa situasi siswa perlu diketahui seperti: konsep awal siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, perkembangan kognitif, moden, dan situasi psikologis siswa, dll. Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi pembelajarannnya. 5. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa Guru perlu melatih diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu dibangun, kemampuan memotivasi, memberikan semangat, menegur, menggerakkan siswa perlu dilatih. Ketrampilan untuk mendekati siswa, membantu siswa belajar, dan juga kemampuan mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa perlu dikembangkan. Kemampuan membuat siswa mengerti kesulitan siswa dalam belajar dan hidup pun perlu ditumbuhkan. 6. Guru menguasai berbagai metode Oleh karena situasi siswa yang bermacam-macam dan dirasakan dapat membantu siswa belajar juga bervariasi, maka menguasai metode yang bermacam macam sangatlah penting bagi guru sehingga dapat membantu siswa lebih baik dan tepat. D. Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai suatu hal.[6]. Dari uraian tentang pembelajaran dan bagaimana menjadi guru IPA yang profesioal maka dapat dikatakan bahwa keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran merupakan suatu sikap yang meyakini bahwa ia dapat menjalankan perannya sebagai guru IPA dan mampu menerapkan unsur-unsur yang terkait untuk menjadi guru IPA professional sehingga bisa mengorganisasi, mempersiapkan dan membantu peserta didik menjadi lebih baik. Keyakinan guru yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang didasari pada persepsi guru itu sendiri. Menurut Borko, H. & Putnam, R.T aktivitas guru merupakan realisasi atau manifestasi dari apa yang ada di dalam kepala guru [7] atau dengan kata lain, tindakan guru dalam kelas merupakan persepsi guru tentang pembelajaran. sehingga untuk mengetahui keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran maka perlu diketahui terlebih dahulu persepsi guru tersebut. Keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran sangat penting dalam memahami dan meningkatkan proses pendidikan [8]. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan/uraian akan suatu hal. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari analisis skor dari kuisioner yang diisi oleh responden. Subjek dalam penelitian ini melibatkan 53 guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat yang terdiri dari 21 guru IPA SMP dan 32 guru IPA SMA yang terdiri dari 17 sekolah. Tabel 1. Klasifikasi Item Kuesioner Persespi dan Keyakinan Guru dalam melaksanakan pembelajaran Aspek Jumlah Item Persepsi Keyakinan Pemahaman tentang pembelajaran Penguasaan materi 6 6 Strategi pembelajaran 8 8 Interaksi dengan siswa 7 7 Pengelolaan kelas 4 4 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dua bagian yaitu pernyataan tentang persepsi guru tentang pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setiap bagian dari instrumen ini masing-masing terdiri dari 35 item pernyataan. Instrumen ini terdiri dari
3 102 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan beberapa aspek yaitu (1) pemahaman guru tentang pembelajaran; (2) penguasaan materi; (3) strategi pembelajaran; (4) interaksi dengan siswa; dan (5) pengelolaan kelas, seperti pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi kuesioner kepada guru untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil kuesioner diberi skor untuk pernyataan postif dan negatif adalah seperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Skor Setiap Item Pernyataan Jawaban Pernyataan positif Pernyataan negatif Sangat setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak setuju 2 3 Sangat tidak setuju 1 4 Data kuesioner yang telah diberi skor akan diklasifikasikan sesuai dengan aspek pembelajaran dan diinterpretasikan sesuai kriteria dengan interval tertentu seperti pada Tabel 3 berikut [9]. Tabel 3. Kualifikasi Skor Guru No Interval Skor (%) Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah tentang Berdasarkan hasil analisis data persepsi guru tentang pembelajaran, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4 beikut. Tabel 4. Persepsi Guru terhadap No Aspek Persepsi (%) pembelajaran 81,23 2 Penguasaan materi 89,96 3 Strategi pembelajaran 84,67 4 Interaksi dengan siswa Pengelolaan kelas Rata-rata 84,68 Dari tabel 4 diperoleh rata-rata skor persepsi guru terhadap pembelajaran sebesar 84,68 %. Berdasarkan tabel 3 yaitu klasifikasii skor guru maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru tentang pembelajaran tergolong baik. Untuk setip aspek, persepsi guru memiliki persentase yang besar pada aspek penguasaan materi sebesar 89,96 %. Hal ini berarti guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki persepsi yang sangat baik pada aspek penguasaan materi. Pada aspek pemahaman tentang pembelajaran guru memiliki rata-rata skor sebesar 81,23 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang baik pada aspek pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek strategi pembelajaran, guru memiliki ratarata skor sebesar 84,67 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang baik terhadap aspek strategi pembelajaran. Pada aspek interaksi dengan siswa, guru memiliki rata-rata skor sebesar 84,43 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang baik terhadap aspek interaksi dengan siswa. Pada aspek terakhir yaitu pengelolaan kelas, guru memiliki rata-rata skor sebesar 85,61% maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki pesepsi yang baik terhadap aspek pengelolaan kelas. Dari hasil analisis tersebut maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran. B. Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan Berdasarkan hasil analisis data keyakinanan guru dalam melaksanakan pembelajaran maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Keyakinan Guru dalam Melaksanakan No Aspek Keyakinan (%) pembelajaran 75,47 2 Penguasaan materi 72,33 3 Strategi pembelajaran 62,56 4 Interaksi dengan siswa 75,74 5 Pengelolaan kelas 7842 Rata-rata 76,16 Dari Tabel 5 maka dapat dilihat bahwa keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki rata-rata skor sebesar 76,16 %. Dari klasifikasi skor Tabel 3 maka diperoleh bahwa guru memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk setiap aspek pembelajaran, keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki persentase yang besar pada aspek pengelolaan kelas dengan rata-rata skor guru sebesar 78,42 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan aspek pengelolaan kelas. Guru memiliki keyakinan paling rendah pada aspek strategi pembelajaran dengan rata-rata skor 62,56 %, maka dapat dikatakan bawah guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang cukup dalam melaksanakan aspek strategi pembelajaran. Pada aspek pemahaman tentang pembelajaran, guru memiliki rata-rata skor keyakinan sebesar 75,47 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan aspek pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek penguasaan materi, guru memiliki rata-rata skor keyakinan sebesar 72,33 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan aspek penguasaan materi. Pada aspek interaksi dengan siswa, rata-rata skor keyakinan guru sebesar 75,74 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik
4 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan 103 dalam melaksanakan aspek interaksi dengan siswa. Dari hasil analisis maka secara keseluruhan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong baik dalam melaksanakan pembelajaran. C. Perbandingan Persepsi Guru tentang Pembelajran dan Keyakinan dalam Melaksanakan Pada Tabel 6 dapat dilihat rata-rata skor pada setiap aspek persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran. Tabel 6. Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah terhadap No Aspek Persepsi (%) Keyakinan (%) pembelajaran 81,23 75,47 2 Penguasaan materi 89,96 72,33 3 Strategi pembelajaran 84,67 62,56 4 Interaksi dengan siswa 84, Pengelolaan kelas 85,61 78,42 Rata-rata 84,68 76,16 Gambar 1. Grafik persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran Dari Tabel 6 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata skor persepsi guru terhadap pembelajaran lebih besar dari pada rata-rata skor keyakinan dalam melaksanakan pemnbelajaran. Dari keseluruhan aspek terdapat dua aspek yang memiliki perbedaan paling besar antara persepsi dan keyakinan. Kedua aspek tersebut yaitu aspek strategi pembelajaran dan penguasaan materi. Pada aspek strategi pembelajaran, rata-rata skor persepsi guru sebesar 84,67 % berada pada kualifikasi baik dan rata-rata skor keyakinan dalam melaksanakan aspek ini sebesar 62,56 % berada pada kualifikasi cukup. Pada aspek penguasaan materi, ratarata skor persepsi sebesar 89,96 % berada pada kualifikasi sangat baik dan rata-rata skor keyakinan dalam melaksanakan aspek ini sebesar 72,33 % berada pada kualifikasi baik. Untuk mengetahui apakah ada beda dari rata-rata skor berdasarkan persepsi terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Maka dianalisis menggunakan uji beda T-Test untuk dua kelompok dependen. Hasil analisis uji beda dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Hasil Uji T Paired Samples Test Paired Differences t Df Sig. (2- tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 10,05 9, , , ,000 Tabel 7 merupakan hasil uji beda untuk melihat apakah ada perbedaan antara perbedaan rata-rata skor persepsi dan keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPPS pada Tabel 7 diketahu nilai t = -8,040, p = 0,000 < α = 0,05 maka hasilnya siginifikan. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi terhadap pembelajaran dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan adanya perbedaan antara keduanya variabel ini maka hal ini bertentangan pada pernyataan. Borko, H. & Putnam, R.T yang menyatakan bahwa aktivitas guru merupakan realisasi atau manifestasi dari apa yang ada di dalam kepala guru [7]. Dengan kata lain, aktivitas guru merupakan penerapan dari apa yang dipikirkannya atau dalam penelitian ini disebut persepsi. Ketidakseimbangan persepsi guru tentang pembelajaran dengan keyakinan dalam melaksanakan bias diakibatkan oleh beberapa hal. Berdasarkan pengalaman sekolah di Nias Barat dan saat proses pengambilan data, kemungkinan ketidakseimbang antara kedua variabel ini dikarenakan karena kekurang fasilitas sehingga apa yang dianggap baik oleh guru tidak dilaksanakan pada proses pembelajaran, dan juga guru kebanyakan tidak kreatif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas di Sekolah. V. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Persepsi guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran di Kabupaten Nias Barat tergolong baik dengan rata-rata skor sebesar 84,68 %. 2. Tingkat keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam pelaksanaan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat tergolong baik dengan rata-rata skor sebesar 76,16 %. 3. Ada perbedaan antara persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tentang pembelajaran. Perbedaan tersebut sangat besar pada aspek strategi pembelajaran dan penguasaan materi. Persepsi guru terhadap pembelajaran lebih baik dari pada keyakinannya dalam melaksanakan pembelajaran. UCAPAN TERIMA KASIH Keberhasilan dalam persiapan, pelaksaan penelitian dan penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari beberapa pihak yaitu:
5 104 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan 1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 2. Kelompok Tim Penelitian (Otami Hia dan Agus Petra Gulo) yang bersama-sama saling membantu dan mendukung selama menyelesaikan penelitian ini. PUSTAKA [1] Mulyasa, Guru dalam implementasi kurikulum 2013, remaja rosdakarya, [2] Suyanto, dkk. Menjadi Guru Profesional, Esensi, [3] Sarkim T. Pedagogical Content Knowlegde: Sebuah Konstruk untuk Memahami Kinerja Guru di Dalam, Yogyakarta, April 2015,pp.1. [4] O. Hamalik, Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Antariksa, 2006 [5] Suparno, Metodologi Fisika. Universitas Sanata Dharma, 2013 [6] Dani. V, Filsafat Ilmu Pengetahuan Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta, 2008 [7] Borko, H. & Putnam, R.T., 1995, Expanding a Teacher s Knowledge Base: A Cognitive Psychological Perspective on Professional Development, pada T.R. Guskey & M. Huberman (Editor), Professional Development in Education: New Paradigms and Practices, (pp ), New York: Teachers College Press. [8] TALIS, Creating Effective Teaching and Learning Environments: Teaching Practices, Teacher Belief and Attitudes, 2009,pp.89. [9] Suparno, Pengantar Statistik untuk Pendidikan dan Psikolgi, Universitas Sanata Dharma, TANYA JAWAB Abdul H. Odja (UNG)? 1. Sampelnya apakah terpisah atau sampelnya sama, tapi tujuannya berbeda?. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengarui. Mariati Daeli (USD Yogyakarta) 1. Berbeda. 2. Keterbatasan kami: Ada fasilitas yang kurang, tapi guru kurang menyediakan
PERSEPSI DAN KEYAKINAN GURU IPA SEKOLAH MENENGAH TERHADAP PEMBELAJARAN DI KABUPATEN NIAS BARAT
PERSEPSI DAN KEYAKINAN GURU IPA SEKOLAH MENENGAH TERHADAP PEMBELAJARAN DI KABUPATEN NIAS BARAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.
PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Leni MAYASARI 1), Jodion SIBURIAN 1), Retni S. BUDIARTI 1) 1) Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk
Lebih terperinciUji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah
56 Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah kognitif masing-masing kelas yang telah dilakukan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis TIK Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PROBLEMATIKA CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI I DARUL KAMAL ACEH BESAR Nurasiah Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini diadakan di SD Kanisius Cungkup yang terletak di Jalan R. Patah Nomor 01, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini membutuhkan data dari sumber atau sampel dari objek yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : MEINAR TRIA SUSANTI
PENGARUH MODEL TALKING STICK DIDUKUNG MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENJELASKAN HUBUNGAN ANTARA SUMBER DAYA ALAM DENGAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SDN KENDALBULUR KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN
Lebih terperinciPENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015
PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR
PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR Ninik Handayani Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER ninikhandayani27@gmail.com
Lebih terperinciHasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery
Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery terpimpin di SMP Oleh: Mia Yuniati NIM K 4302529 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PERISTIWA ALAM
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PERISTIWA ALAM Nina Nurliani 1 Herman Subarjah, 2 Atep Sujana 3 1,2,3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM SUBYAK PENELITIAN 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Mater Alma Jalan Mgr. Sugiyopranoto Nomor 58, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Lebih terperinciKata kunci: Efektivitas, keterampilan proses, pendekatan induktif, sikap ilmiah
EFEKTIVITAS KERJA LABORATORIUM DENGAN PENDEKATAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO TEHUN PELAJARAN 2014/2015 Anita Purwanti, Nur Ngazizah,
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)
Lebih terperinciIMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Guru-guru PKn SMP Negeri Sekecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen) Oleh : KARTIKA MEGA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan
BAB IV ANALISIS DATA Dari beberapa pembahasan yang sudah di paparkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil penelitian. Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan. Siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM
Lebih terperinciPenyiapan Calon Guru Fisika SMA Yang Saintifik dan Berkarakter Melalui Praktikum
Paul Suparno / Penyiapan Calon Guru Fisika SMA Yang Saintifik Dan Berkarakter Melalui Praktikum 109 Penyiapan Calon Guru Fisika SMA Yang Saintifik dan Berkarakter Melalui Praktikum Paul Suparno Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai induvidu- individu yang terlibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dan pengajaran tidak dapat lepas dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang terjadi di berbagi sekolah umumnya ditentukan oleh
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P - 81 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi, Pekantoran dan Pemasaran, dan 3 jurusan di
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Salatiga yang terletak di Jl Nakula Sadewa 1/3 Kembangarum,
Lebih terperinciJurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Volume 15, Nomor 1, Hal. 27-36 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak program pendidikan karena guru adalah salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA SKRIPSI Oleh : Ahmad Faizal NIM K4305026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan
Lebih terperinciMuhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUKAN MEDIA REALIA SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Muhamad Mahmud Surel : muhamadmahmud28@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO Skripsi Oleh: ARINI ANGGARINI K4305005 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciAtina Nur Faizah, Eko Setyadi Kurniawan, Nurhidayati
Pengembangan Handout Fisika Berbasis Guided Note Taking Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Atina Nur Faizah, Eko Setyadi Kurniawan, Nurhidayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya (Hamalik, 2004:79). Mutu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan segi yang penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, oleh karena itu pengadaan pembaharuan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan
Lebih terperinciKEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2)
KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2) Telah dilaksanakan kegiatan Lesson study di SMP N 1 Jatinangor pada topik sistem pencernaan makanan pada manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciSiska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 8 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Siska Puspita Dewi,
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR
Volume 15, Nomor 2, Hal. 01-10 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Aulia Sanova Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Listrik Dinamis di Kelas X SMA Negeri 3 Lamongan, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains, ISBN , (2014), 5.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradaban manusia semakin berkembang dan perkembangan masa kini telah memasuki era globalisasi. Era globalisasi yakni sebagai era persaingan mutu dan kualitas, siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan kemiringan sebesar 23,5 derajat. Perputaran Bumi yang konstan dan tenang menyebabkan benda dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, yang dapat menimbulkan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang diorganisasikan secara formal berdasarkan struktur hierarkis dan kronologis, dari jenjang
Lebih terperinciPengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tinambung
Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tinambung Mesra Damayanti *1, Jirana 2 1,2 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sulawesi
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A MELALUI METODE OBSERVASI MENGGUNAKAN MEDIA WORD SQUARE PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DI SMP NEGERI 1 PUNCU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen yang telah valid dan reliabel yaitu instrumen supervisi akademik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa data jawaban 70 orang responden terhadap tiga instrumen yang telah valid dan reliabel yaitu instrumen supervisi akademik
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA NYARING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS IV SD NEGERI 03 KOTO BANGUN KABUPATEN 50 KOTA Desmiati
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII SMAN DI KOTA BENGKULU
PENGEMBANGAN MODUL AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII SMAN DI KOTA BENGKULU 1) Rosdiana, 2) Johanes Sapri, 2) Bambang Sahono 1) SMAN 5 Bengkulu, 2) Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu tuntutan bagi setiap warga negara, baik yang tua maupun yang masih muda. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat membekali
Lebih terperinciJURNAL KRISNA LATIP NIM
DESKRIPSI KEMAMPUAN GURU DALAM MERUMUSKAN INDIKATOR KOMPETENSI SIKAP SOSIAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Suatu Penelitian di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo) JURNAL Diajukan Sebagai Prasyaratan Memperoleh
Lebih terperinciKUISIONER. Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Rumah Makan Joglo Manis Ponorogo).
LAMPIRAN Lampran 1 KUISIONER Dengan hormat, Saya mahasiswi Universitas Muhammadiyah Ponorogo sedang mengerjakan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Dampak Pemberian Kompensasi Tidak Langsung Terhadap
Lebih terperinciMetode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng
Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Eka Setya Ningsih (Eka Setya Ningsih/148620600018/6/B1) S-1 PGSD Universitas
Lebih terperinciIndonesian Journal of History Education
Indonesia Journal of History Education 1 (1) (2012) Indonesian Journal of History Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijhe PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. Nilai α 3. Untuk Paired Samples T Test df = N- 1 Kemudian bandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel Kriteria uji: Jika t tabel t hitung t tabel maka maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika t hitung
Lebih terperinciPENGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN TERHADAP NILAI RELIGIUS DAN RASA INGIN TAHU SISWA
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN TERHADAP NILAI RELIGIUS DAN RASA INGIN TAHU SISWA Oking Setia Priatna Zahrotul Fitriah PGMIFakultas Agama Islam UIKA Bogor os.priatna@yahoo.co.id ABSTRACT The aim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2001), hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Kondisi
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di MA Mathaliul Huda Pucakwangi Pati, bertujuan untuk melihat secara umum mengenai pembelajaran POGIL-Reteach
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN 2354-614X Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana Hadijah S. Pago, I Nengah Kundera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan salah satu pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia merupakan jalan
Lebih terperinciPERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU
PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU Suwondo, Mariani Natalina L. dan Vivi Triska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi
47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL FASILITASI KEGIATAN SISWA MENANYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH
PENGEMBANGAN MODEL FASILITASI KEGIATAN SISWA MENANYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH Nur Hasan Pradana Dirja 1, Sugiyanto 2 dan Purbo Suwasono 3 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail:
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Proses Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa-Santri dan. Siswa-Non Santri di SMK Syafi i Akrom Pekalongan
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Proses Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa-Santri dan Siswa-Non Santri di SMK Syafi i Akrom Pekalongan Setelah data-data yang dibutuhkan telah terumpul. Untuk analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciANALISA PERBEDAAN MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA DAN DOSEN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP
ANALISA PERBEDAAN MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA DAN DOSEN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP Tina Melinda Universitas Ciputra email: tina.melinda@ciputra.ac.id
Lebih terperinciPENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 11 November 2017 PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 51 PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAARAN AKUNTANSI KEUANGAN KOMPETENSI DASAR PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA SISWA KELAS
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DENGAN KECAKAPAN BERFIKIR RASIONAL SISWA PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DENGAN KECAKAPAN BERFIKIR RASIONAL SISWA PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Masdalena, Agus Suyatna, I Dewa Putu Nyeneng Abstract So far, education in Indonesia
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE KESEBANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENERAPAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP PGRI 396 KELAPA DUA PADA MATERI CAHAYA
PENGGUNAAN METODE KESEBANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENERAPAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP PGRI 396 KELAPA DUA PADA MATERI CAHAYA Rosiana Nomeni 1, Muhammad Arif 2 1,2 Program pendidikan
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO
PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO 1. Miftah Arifah, 2. Hariyatmi 1,2. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lebih terperinciANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin
ISSN : 2527 5917, Vol.2 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengembangkan Budaya Ilmiah dan Inovasi terbarukan dalam mendukung Sustainable Development Goals
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju.
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM
PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL Oleh Rr. Laksmi Wulandari NIM 080210102002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa dan salah satu aset masa depan yang menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan sistem pendidikan, seperti halnya terjadinya perubahan kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian Pelaksanaan kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Kartini Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang dilatarbelakangi bahwa kondisi pendidikan
Lebih terperinciEfektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri
67 Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri (Studi pada Materi Pokok Gugus fungsi) The Effectiveness of Novick Learning Model in Learning Chemistry
Lebih terperinciUNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATERIMENDESKRIPSIKAN TERJADINYA PERUBAHAN WUJUD BENDA DENGAN MEDIA VISUAL DAN AUDIO VISUAL DALAM MODEL INKUIRI SISWA KELAS IV SD TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. 1 Pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan,
Lebih terperinciOleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 3, No. 2, Desember 2016 256 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF Saepuloh 1, Dede Suhayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas
Lebih terperinciKurnia Martikasari Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan PIPS, Fakultas KIP, Universitas Sanata Dharma
Kurnia Martikasari (2014) Judul: Implementasi Jigsaw II untuk Meningkatkan Participation Skill, Sharing Skill, dan Prestasi Belajar Mahasiswa Matakuliah Statistika Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Lebih terperinciBravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMK PLUS UMAR ZAHID SEMELO BANDAR KEDUNGMULYO JOMBANG Mochammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Dan Data Penelitian 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Strategi Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi
127 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III
Lebih terperinciLampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN Responden yang terhormat, Saya, Rima Handayani, Mahasiswa Program Master Science Sekolah Pasca Sarjana IPB dengan Mayor
Lebih terperinciPENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-04)
. SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April
Lebih terperinci