Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls"

Transkripsi

1 Lisa Ratna Sary / Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls 57 Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls Lisa Ratna Sary, Tarsisius Sarkim Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta ratnasaryl@yahoo.com, sarkim@usd.ac.id Abstrak Menurut Piaget, perubahan skema kognitif seseorang terjadi melalui proses adaptasi berdasarkan asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi adalah membentuk skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan rangsangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan proses perubahan skema kognitif secara akomodasi mengenai momentum dan impuls. Metodologi pada penelitian ini adalah wawancara klinis pada siswa, sehingga diperoleh data berupa proses perubahan skema kognitif secara akomodasi pada materi momentum dan impuls. Berdasarkan hasil dan pembahasan, siswa mengubah pemahaman awalnya setelah diberi ilustrasi, pertanyaan yang sesuai dan konfirmasi dari peneliti, ini berarti siswa menunjukkan perubahan skema kognitif secara akomodasi pada materi momentum dan impuls. Kata kunci: skema kognitif, perubahan konsep, akomodasi I. PENDAHULUAN Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan gejalanya yang berada disekitar kita secara sistematis [1]. Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak hanya berisi teori dan rumus untuk dihafal, namun fisika memerlukan pengertian dan pemahaman konsep. Berdasarkan pengamatan pada jurnal terkait pembelajaran fisika dan pengamatan peneliti disekolah serta ungkapan para siswa SMA saat peneliti melaksanakan bimbingan belajar, terungkap bahwa siswa kesulitan membangun pemahaman tentang gejala fisika. Hal ini terjadi karena pemahaman tentang gejala alam sangat kompleks yaitu melibatkan banyak konsep, teori, hukum, persamaan matematis. Teori kognitif menjelaskan bahwa pemahaman seseorang tersusun dalam skema/skemata yang berkembang. Skemata berkembang mulai dari yang sederhana ke yang kompleks melalui proses asimilasi dan akomodasi. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dalam mengungkapkan perubahan pemahaman secara akomodasi pada materi momentum dan impuls. Penelitian yang mengungkapkan perubahan pemahaman siswa telah dilakukan oleh Fitriani dengan mengunakan interactive demonstration, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh interactive demonstration terhadap perubahan konsep siswa tentang tekanan zat cair pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Palu [2]. Pada penelitian ini siswa mengerjakan tes pemahaman, selain itu peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengetahui perubahan konsep siswa. Hasilnya interactive demonstration berpengaruh pada perubahan konsep siswa. Penelitian yang terkait pemahaman siswa juga telah dilakukan oleh Jacquelyn J, dengan membandingkan metode wawancara dan metode biasa di kelas melalui post-test. Hasil yang diperoleh, metode wawancara lebih efektif [3]. Penelitian yang telah dilakukan diatas lebih menekankan pada efektivitas metode yang digunakan untuk perubahan pemahaman siswa, namun bagaimana dengan proses perubahannya. Penelitian ini mengungkapkan proses perubahan pemahaman siswa secara akomodasi. II. LANDASAN TEORI A. Skema Kognitif dan Perubahannya Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang meyakini bahwa individu menciptakan pemahaman baru mereka sendiri atas dasar interaksi antara apa yang mereka sudah tahu dan percaya dengan ide-ide dan pengetahuan yang mereka peroleh dari interaksi [4]. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang melakukan aktivitas secara intelektual, beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya [5]. Skema merupakan suatu pola tingkah laku yang bersifat koheren dan terorganisir [6]. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Skema adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental, konstruksi hipotesis, seperti intelek, kreativitas, kemampuan, dan naluri [6]. Skema sebagai struktur tindakan yang memiliki tindakan komponen yang saling berhubungan [7]. Perubahan skema kognitif seseorang terjadi melalui proses adaptasi berdasarkan asimilasi dan akomodasi [7]. Berdasarkan proses terjadinya perubahan skema kognitif, seseorang dapat menyeimbangkan skema kognitif awal dan perubahannya sampai terjadi keseimbangan atau equilibrasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya [8]. Asimilasi merupakan sebuah proses dimana seseorang menerima pemahaman dari lingkungan yang artinya mungkin mengubah tanda dari mereka untuk membuatnya cocok [9]. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau ransangan yang baru dalam skema yang telah ada.

2 58 Lisa Ratna Sary / Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls Akomodasi adalah proses membentuk skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan rangsangan tersebut [8]. Proses akomodasi menggambarkan kecenderungan individu untuk berubah dalam menanggapi tuntutan lingkungan [9]. Akomodasi merupakan perbedaan suatu pikiran atau konsep dari asimilasi[10]. Misalnya seorang anak memahami momentum itu sebagai hasil bagi antara massa dengan kecepatan, peneliti memberikan ilustrasi, pertanyaan dan konfismasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, data yang diperoleh berupa hasil pengerjaan tes dan transkrip wawancara. Penelitian ini dilakukan bersama siswa SMA kelas XI sebagai partisipan. Materi fisika pada penelitian ini yaitu momentum dan impuls. Tahap pertama, siswa mengerjakan soal tes dengan materi momentum, dan impuls, soal tes ini untuk mengidentifikasi pemahaman awal siswa terkait materi. Hasil tes dianalisis, dengan mengamati dan mengungkapkan proses pemahaman siswa pada indikator yang belum dipahami Tahap kedua, peneliti mewawancarai siswa. Wawancara ini bersifat klinis, yang bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil tes siswa dan mengungkapkan proses perubahan skema kognitif. Pada proses wawancara, peneliti mengembangkan pertanyaan berdasar pada jawaban siswa, selain itu juga siswa diberikan ilustrasi, contoh nyata dan konfirmasi untuk membantu siswa mengubah pemahaman awalnya. Proses wawancara di rekam dengan menggunakan handphone yang kemudian hasil wawancara tersebut di buat dalam bentuk transkrip wawancara. Berdasarkan transkrip wawancara, dilakukan pengkodingan untuk mengungkapkan proses perubahan skema kognitif secara akomodasi. Setelah itu proses akomodasi skema kognitif partisipan dianalisis secara deskriptif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah peneliti mewawancarai partisipan, diperoleh transkrip wawancara untuk mengungkap proses perubahan skema kognitif pada materi momentum dan impuls, seperti pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Pemahaman siswa pada materi momentum dan impuls P: Peneliti, S: Siswa No. Pemahaman Siswa Keterangan 1. Massa dan kecepatan mempengaruhi momentum, yang mana hubungannya sebanding S: Momentum itu tergantung massa dan kecepatan P:Maksudnnya tergantung gimana? S:Ya berarti mempengaruhi momentum S:Kalo massanya besar, nanti nilai momentumnya kecil P:Nilai momentumnya kecil kenapa? S:Ya kalo massa bendanya semakin besar, momentumnya semakin kecil P:kalo ada 2 buah motor, motor A bergerak cepat sedangkan motor B bergerak lebih cepat, menurutmu yang paling sulit dihentikan yang mana? S:Berarti motor B itu kecepatannya lebih gede P:Misalnya ada mobil dan truk ni bergerak ke arah mu dengan kecepatan yang sama, menurutmu yang paling sulit dihentikan yang mana? S:Yang paling sulit dihentikan itu truk, massanya lebih besar dari mobil P: Tadi diawal kamu bilang momentum itu tergantung massa dan kecepatan ya, hubungan massa dan kecepatan dengan momentum itu gimana? S: Eh, kalo gitu, kan tadi massa yang besar dan kecepatan benda yang besar itu sama-sama sulit dihentikan P:Oh gitu, hubungannya gimana? S: Berarti hubungannya massa dan kecepatan dengan momentum itu sebanding P:Hubungannya sebanding maksudnya gimana? S: Eh jadinyakalo massa benda dan kecepatannya gede nanti momentumnya gede 2. Momentum itu termasuk besaran vektor, karena mengikuti kecepatan yang merupakan besaran vektor S:Momentum itu termasuk besaran skalar P:Besaran skalar itu besaran yang bagaimana? Pernyataan siswa tersebut sudah benar, namun belum lengkap terkait pengaruh massa dan kecepatan terhadap momentum, sehingga peneliti memberi pertanyaan lanjutan Pernyataan siswa terkait pengaruh massa terhadap momentum tersebut belum tepat Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya Pernyataan siswa sudah benar, ilustrasi yang diberikan dapat membantu siswa mengingat pemahamannya Pernyataan siswa sudah benar terkait massa benda yang mempangaruhi momentum Peneliti mengkonfirmasi pemahaman awal siswa Setelah mengkonfirmasi dan memberikan pertanyaan untuk membantu siswa mengubah pamahamannya Disini siswa menyadari bahwa pemahaman awalnya tadi ada yang keliru Dengan memberikan pertanyaan berdasarkan pernyataan siswa, peneliti mengarah kan siswa untuk mengubah pemahamannya Pernyataan ini siswa menunjukkan bahwa siswa sudah memahami pengaruh dan hubungan massa dan kecepatan benda dengan momentum, ini juga menunjukkan bahwa siswa mengubah pemahamannya Pernyataan siswa ini terkait besaran momentum belum tepat,

3 Lisa Ratna Sary / Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls 59 No. Pemahaman Siswa Keterangan S:Besaran skalar itu punya nilai P:Ada sebuah motor bergerak dengan kecepatan 10 km/jam berbelok kearah timur untuk menghindari kemacetan, ada besaran apa saja ven? S: Ada massa motor lalu nilai kecepatannya 10 km/jam, kan berbelok berarti ada arah kecepatannya ke timur P:Kecepatan punya apa aja tadi ven? S:Kecepatan punya nilainya 10 km/jam, lalu punya arah juga kearah timur P:Kamu bilang besaran skalar itu besaran yang punya nilai, nah sekarang kecepatan punya nilai dan juga punya arah, besaran yang punya nilai juga punya arah besaran apa ven? S:Berarti kalo gitu besaran yang punya nilai juga punya arah berarti besaran non skalar hehe P:Tadi besaran skalar itu besaran yang punya nilai berarti kalo besaran non skalar besaran yang tidak punya nilai gitu? S: Eh, bukan mba aku ingat, kalo besaran yang dipengaruhi nilai dan juga arah itu besaran vektor, berarti kecepatan itu besaran vektor yak an mba P:Kamu tadi juga bilang momentum itu tergantung massa dan kecepatan kan, jadi gimana? S:Kalo begitu momentum juga termasuk besaran vektor ya, karena mengikuti kecepatan yang merupakan besaran vektor 3. Gaya dan waktu sentuh mempengaruhi nilai impuls yang mana hubungannya sebanding Peneliti memberikan ilustrasi terkait benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu, untuk membantu siswa mengubah pemahamannya Pernyataan siswa sudah benar Peneliti mengkonfirmasi pernyataan siswa agar mengetahui bahwa siswa yakin dengan pernyataannya Peneliti mengkonfirmasi dan memberikan pertanyaan untuk membantu siswa mengubah pemahamannya Pernyataan ini menunjukkan siswa belum mengetahui besaran yang punya nilai dan arah Pernyataan ini menunjukkan siswa mengetahui bahwa pernyataannya belum tepat, Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa memahami momentum termasuk besaran vektor, siswa mengubah pemahamannya S:Impuls itu dipengaruhi gaya dan juga waktu P:Gaya dan waktu yang mempengaruhi impuls itu gimana? S:Gayanya harus besar, waktunya juga lama P:Gayanya harus besar dan waktunya lama kenapa, kalo kecil dan sebentar, ada pengaruhnya terhadap impuls? S:Kalo gayanya besar nanti kan impulnya besar, sama dengan waktunya P:Lalu impuls itu apa? S:Impuls itu gaya dibagi waktu sentuhnya P:Kamu pernah lihat orang memasukkan paku kedalam kayu kan, itu gimana? S:Kalo mau memasukkan paku ya dipukul yang keras mba tapi waktu sentuh palu ke pakunya cuma sebentar kan ya P:Oh gitu, lalu itu maksudnya gimana? S:Kalo dipukul yang keras itu berarti gaya nya gede dan eh ternyata waktu sentuhnya singkat P:Lalu gimana? S:Berarti impuls itu dipengaruhi gaya dan waktu sentuh, dengan hubungannya sebanding dengan impuls kan ya mba Pernyataan siswa ini sudah benar, namun belum lengkap Peneliti memberikan pertanyaan terkait gaya yang dimaksud siswa Pernyataan ini sudah benar, walaupun belum lengkap Pernyataan ini belum tepat, sehingga peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya Ini menunjukkan siswa dapat menghubungkan konsep awal yang diketahuinya dengan ilustrasi yang diberikan peneliti Pernyataan ini menunjukkan siswa mengetahui bahwa waktu sentuh nya singkat Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa memahami konsep impuls, siswa mengubah pemahamannya terkait impuls Berdasarkan Tabel 1 pada no 1, menunjukkan bahwa siswa sudah cukup mengetahui faktor yang mempengaruhi momentum yaitu massa dan kecepatan, hal ini ditunjukkan dengan pernyataan siswa Momentum itu tergantung massa dan kecepatan walaupun belum lengkap. Peneliti menanyakan hubungan massa dan kecepatan dengan momentum, pernyataan siswa masih salah, dengan pernyataan siswa Kalo massanya besar, nanti nilai momentumnya kecil. Peneliti memberikan ilustrasi mengenai faktor yang mempengaruhi kesukaran untuk menghentikan benda yang bergerak. Selain itu juga peneliti memberikan pertanyaan yang sesuai dengan pernyataan siswa dan mengkonfirmasi pernyataan siswa. Sehingga siswa mengubah pemahaman awalnya yang salah menjadi lebih tepat, dengan pernyataan siswa Eh jadinya kalo massa benda dan kecepatannya gede nanti momentumnya gede. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan skema kognitif siswa secara akomodasi. Gambar 1 berikut: Gambar 1. Diagram perubahaan pemahaman siswa berdasar Tabel 1 no 1.

4 60 Lisa Ratna Sary / Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls Berdasarkan Tabel 1 pada no 2, pernyataan awal siswa masih belum tepat, dengan pernyataan siswa Momentum itu termasuk besaran skalar. Peneliti memberikan ilustrasi mengenai benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Peneliti juga memberikan pertanyaan dan mengkonfirmasi pernyataan siswa. Dengan ilustrasi, pertanyaan dan konfirmasi siswa mengubah pemahamannya menjadi lebih tepat, dengan pernyataan siswa Momentum juga termasuk besaran vektor ya, karena mengikuti kecepatan yang merupakan besaran vektor. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami perubahan skema kognitif secara akomodasi. Gambar 2 berikut. Peta konsep awal siswa tersebut menunjukkan bahwa pemahaman awal siswa mengenai momentum belum tepat. Gambar 5. Diagram konsep awal siswa mengenai implus. Peta konsep awal siswa Gambar 5 tersebut menunjukkan bahwa pemahaman awal siswa mengenai impuls belum tepat. Peta konsep akhir siswa ditunjukkan pada diagram Gambar 6 berikut. Gambar 2. Diagram perubahaan pemahaman siswa berdasar Tabel 1 no 2 Berdasarkan Tabel 1 pada no 3, pemahaman awal siswa sudah cukup mengetahui tentang konsep impuls, dengan pernyataan siswa Impuls itu dipengaruhi gaya dan juga waktu walaupun belum lengkap. Peneliti menanyakan apa itu impuls? penyataan siswa belum tepat, dengan pernyataan siswa Impuls itu gaya dibagi waktu sentuhnya. Peneliti memberikan ilustrasi tentang memasukkan paku kedalam kayu dengan palu, selain itu peneliti juga memberikan pertanyaan dan konfirmasi kepada siswa, untuk membantu siswa mengubah pemahamannya. Dengan ilustrasi terkait, siswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi impuls dan hubungannya dengan impuls. Sehingga siswa mengubah pemahaman awalnya menjadi lebih tepat, ini ditunjukkan dengan Kalo dipukul yang keras itu berarti gaya nya gede dan eh waktu sentuhnya singkat. Ini menunjukkan terjadi perubahan skema kognitif secara akomodasi. Gambar 3 berikut. Gambar 3. Diagram perubahaan pemahaman siswa berdasar Tabel 1 no 3. Peta konsep awal siswa ditunjukkan pada diagram Gambar 4 berikut. Gambar 4. Diagram konsep awal siswa mengenai momentum. Gambar 6. Diagram konsep akhir siswa mengenai momentum. Peta konsep akhir menunjukkan perubahan pemahaman siswa mengenai momentum. Gambar 7. Diagram konsep akhir siswa mengenai impuls. Peta konsep akhir ini Gambar 7 menunjukkan perubahan pemahaman siswa mengenai impuls V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, terungkap proses perubahan skema kognitif secara akomodasi pada materi momentum dan impuls. Pada penelitian ini, proses perubahan skema kognitif secara akomodasi terjadi melalui wawancara klinis yang melibatkan pemberian ilustrasi, dan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dan juga konfirmasi balik ke siswanya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada program studi pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. Peneliti juga mengucapkan terima kasih sdr anastasia, beatrix dan yovita, yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian. PUSTAKA [1] I. Gedgrave, Modern Teaching of Physics, Global Media, 2009 [2] Fitriani. K, Jusman Mansyur dan Muhammad Ali, Pengaruh interactive Demostration Terhadap Perubahan Konsep Siswa Tentang tekanan Zat Cair Pada Kelas VIII SMP 14 Palu Website: Diunduh pada : 21 mei [3] Jacquelyn J. C, dkk. Does the Teaching/Learning Interview Provide an Accurate Snapshot of Classroom Learning?.

5 Lisa Ratna Sary / Perubahan Skema Kognitif Secara Akomodasi Mengenai Momentum dan Impuls Website: PERC-S09.pdf. Diunduh pada : 21 mei [4] Viginia,Richardson. Contrucktivist Pedagogy, Teacher College Record, volume 105, No. 9, 2003, pp [5] I. N. Surna and O. D. Pandeirot Psikologi Pendidikan 1. Jakarta:Erlangga. [6] H.Ginsburg ans S. Opper, Piaget s Theory of Intellectual Development, Prentice-Hall, [7] A. Woolfolk, Educational Psychology edisi kesepuluh, Pustaka Pelajar, [8] Jean Piaget, The Origins of Intelligence in Children(First published), International Universities Press, [9] P. Suparno. Teori perkembangan kognitif jean Piaget, Kanisius, [10] M. F. Joubish and M. A. Khurraam. Cognitive Development in Jean Piaget s Work and its Implications for Teachers, World Applied Sciences Journal, vo 12 no TANYA JAWAB Hartono (UNES) Kesalahan yang dilakukan anak apakah bisa dikategorikan miskonsepsi?.? Lisa Ratna Sary (USD Yogyakarta) Kesalahan tersebut betul miskonsepsi. Kemudian dilakukan perbaikan melalui pendampingan/pembimbingan dan konfirmasi berulang-ulang. Ferdy (UKSW) Tertarik pada perbaikan tentang pemahaman impuls. Mengapa tidak menggunakan pengetahuan sebelumnya y.i menggunakan gaya?. Lisa Ratna Sary (USD Yogyakarta) Untuk melakukan perbaikan pemahaman pada siswa, dilakukan bertahap dan berbagai cara, hingga akhirnya siswa dapat memahami Natan-(UNES) Saran : berhati-hati dalam penggunaan contoh memalu paku. Memaku pada bidang horizontal ada kecenderungan palu menyentuh paku lebih lama dibanding memaku pada bidang vertikal, palu akan segera ditarik meninggalkan paku?

Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek

Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek 62 Anastasia Susi Murwaningsih / Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek Perubahan Skema Kognitif Siswa pada Materi Gaya Gesek Anastasia Susi Murwaningsih 1, Tarsisius Sarkim 2 Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS SKRIPSI

SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS SKRIPSI SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

SKEMA KOGNITIF SISWA SMA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG GERAK LURUS: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI

SKEMA KOGNITIF SISWA SMA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG GERAK LURUS: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI SKEMA KOGNITIF SISWA SMA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG GERAK LURUS: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Piaget dalam Siswanto (2008), pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif. Skemata

Lebih terperinci

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU PENGARUH PRBLEM SLVING LABRATRY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KNFLIK KGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KNSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU Sitti Hadija, Nurjannah dan Jusman Mansyur Khadijaamatullah221@yahoo.com Program

Lebih terperinci

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS Petrus Ongga *), Yani Sanwaty *), Ferdy Semuel Rondonuwu **), Wahyu Hari Kristiyanto ***) Email : whkris_fisika@yahoo.com, whkris@staff.uksw.edu *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR PIAGET

TEORI BELAJAR PIAGET TEORI BELAJAR PIAGET Pendahuluan Dewasa ini masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa strategi pembelajaran di kelas masih didominasi oleh paham strukturalisme atau behaviorisme atau objektivisme

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-14) FALSAFAH KONSTRUKTIVISME SEBAGAI ALTERNATIF LANDASAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DI FKIP UNS

PENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-14) FALSAFAH KONSTRUKTIVISME SEBAGAI ALTERNATIF LANDASAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DI FKIP UNS MAKALAH PENDAMPING PENDIDIKAN KIMIA (Kode : A-14) ISBN : 978-979-1533-85-0 FALSAFAH KONSTRUKTIVISME SEBAGAI ALTERNATIF LANDASAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DI FKIP UNS Rini Budiharti Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN:

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG Mohammad Dadan Sundawan mdsmath@gmail.com Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK Model pembelajaran konstruktivisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati. Tujuan dari mempelajari

Lebih terperinci

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP KONFLIK KOGNITIF PIAGET

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP KONFLIK KOGNITIF PIAGET MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP Nama : Sumbaji Putranto NIM : 16709251028 Kelas : Pend. Matematika B PPs UNY A. PENDAHULUAN Menjadi sebuah kewajaran dalam proses belajar mengajar muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR KOGNITIF

TEORI BELAJAR KOGNITIF Pengertian Teori Kognitif TEORI BELAJAR KOGNITIF Istilah Cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,

Lebih terperinci

Kata Kunci: startegi, konflik kognitif, dan perubahan konsep

Kata Kunci: startegi, konflik kognitif, dan perubahan konsep Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Strategi Konflik Kognitif terhadap Perubahan Konsep tentang Gerak pada Siswa Kelas X MAN 2 Model Palu Filda Ambo Tayeb, Muslimin dan Jusman Mansyur e-mail: Fildaambotayeb@yahoo.com

Lebih terperinci

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi Skema: struktur kognitif seseorang yang memungkinkan individu untuk mengingat

Lebih terperinci

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika?

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika? Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Sebagian dari ahli teori belajar atau ahli psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil studi lapangan mengenai tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika di salah satu SMA Negeri di kota Bandung kepada 39 orang siswa menyatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui

Lebih terperinci

ANALISIS STURKTUR KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA KONSEP STRUKTUR KRISTAL

ANALISIS STURKTUR KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA KONSEP STRUKTUR KRISTAL DOI: doi.org/10.21009/0305010408 ANALISIS STURKTUR KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA KONSEP STRUKTUR KRISTAL Marungkil Pasaribu Pendidikan Fisika, Universitas Tadulako, Palu, 94000 Email: pasar67@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PERUBAHAN KONSEP SISWA TENTANG TEKANAN ZAT CAIR PADA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALU

PENGARUH INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PERUBAHAN KONSEP SISWA TENTANG TEKANAN ZAT CAIR PADA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALU Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3. 3 ISSN 2338 3240 PENGARUH INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PERUBAHAN KONSEP SISWA TENTANG TEKANAN ZAT CAIR PADA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALU Fitriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya pemberian makna atas data sensori baru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Palu pada Materi Pembiasan Cahaya Syamsinar inarnore@yahoo.com Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia berperan penting pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah

Lebih terperinci

Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran

Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran 100 Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Mariati Daeli*, Timotius Gulo Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia (Masykur, 2007). Berbagai rumus, konsep dalam matematika digunakan dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

Lebih terperinci

ALUR PENALARAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KERANGKA KERJA GREENO

ALUR PENALARAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KERANGKA KERJA GREENO 77 ALUR PENALARAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KERANGKA KERJA GREENO Havid Tandiramma 1, Jusman Mansyur 2 dan Darsikin 2 1 SMA GKST Palu 2 Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATERI USAHA DAN ENERGI. berarti keliru, kekhilafan, sesuatu yang salah, perbuatan salah.

BAB II KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATERI USAHA DAN ENERGI. berarti keliru, kekhilafan, sesuatu yang salah, perbuatan salah. BAB II KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATERI USAHA DAN ENERGI A. Kesalahan Siswa Menurut Poerwadarminta (2003 : 1012) salah berarti tidak sebagaimana mestinya, tidak betul, tidak benar, keliru, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri dari pengetahuan dan proses. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam upaya penguasaan IPTEK. Akan tetapi, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan

Lebih terperinci

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel 41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Thesis Dian Ratna Arianti, dkk., Eksperimentasi Model

BAB I PENDAHULUAN. 1 Thesis Dian Ratna Arianti, dkk., Eksperimentasi Model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, teori peluang dan matematika

Lebih terperinci

REPRESENTASI MOMENTUM DAN IMPULS MELALUI DIAGRAM

REPRESENTASI MOMENTUM DAN IMPULS MELALUI DIAGRAM Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 REPRESENTASI MOMENTUM DAN IMPULS MELALUI DIAGRAM Hikmat dan Ridwan Effendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika pada umumnya dianggap sulit oleh sebagian besar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika pada umumnya dianggap sulit oleh sebagian besar siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika pada umumnya dianggap sulit oleh sebagian besar siswa di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Siswa menganggap

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN Indah Mentari, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (dalam Sagala, 2009 :1) pendidikan

Lebih terperinci

Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Satu dan Dua Sekolah Dasar. Oleh: Sufyani Prabawanto

Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Satu dan Dua Sekolah Dasar. Oleh: Sufyani Prabawanto Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Satu dan Dua Sekolah Dasar Oleh: Sufyani Prabawanto A. Pendahuluan Apakah anak-anak memperoleh konsep bilangan dengan cara mengajarkan kepadanya?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang di berikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus di pelajari oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan pendidikannya

Lebih terperinci

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017 VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA PEMROSESAN INFORMASI MAHASISWA DALAM MERENCANAKAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN KECERDASAN SPASIAL Wasilatul Murtafiah 1), Titin Masfingatin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep sangat penting dimiliki oleh siswa SMP. Di dalam Permendikbud nomor 64 tahun 2013 telah disebutkan bahwa siswa memahami konsep berdasarkan

Lebih terperinci

Proses Konstruksi Pengetahuan Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi

Proses Konstruksi Pengetahuan Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi Proses Konstruksi Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi Knowledge Construction Process of Visual Learning Type Student on Biology Aty Mulyani 1, Kamid 2, dan Damris Muhamad 2 Email: zonaty27@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusa. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara . DSR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Konsep merupakan abstrak dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir []. Pengertian atau penafsiran

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA ARASTAMAR AIR UPAS MENGENAI GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA SUATU BENDA SKRIPSI

PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA ARASTAMAR AIR UPAS MENGENAI GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA SUATU BENDA SKRIPSI PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA ARASTAMAR AIR UPAS MENGENAI GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA SUATU BENDA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP A PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP Nopa Ratna Putri, Edy Tandililing, Syukran Mursyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email: nopa_ratnaputri@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

Analisis Proses Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Geometri Kelas X SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbasis Scientific Approach

Analisis Proses Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Geometri Kelas X SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbasis Scientific Approach SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 82 Analisis Proses Berpikir Siswa Pada Pembelajaran Geometri Kelas X SMA Berdasarkan Teori Van Hiele Berbasis Scientific Approach Tirtaprimasyah

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P - 81 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII A SMP KANISIUS KALASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar berupa pembinaan (pengajaran) pikiran dan jasmani anak didik berlangsung sepanjang hayat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah suatu proses dimana peserta didik memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

DINAMIKA PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA SEMARANG

DINAMIKA PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA SEMARANG Dinamika Pelaksanaan Kurikulum. Margi Wahono dan Novia Wardhani DINAMIKA PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA SEMARANG Margi Wahono dan Novia Wahyu Wardhani Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi yang perubahannya begitu cepat dan dramatis, hal ini merupakan fakta dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 7 LANDASAN TEORETIS & EMPIRIS: Teori perkembangan Jean Piaget Teori perkembangan konstruktivisme Teori Vygotsky Teori Bandura Teori Brunner Dr.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR GARIS ISTIMEWA DALAM SEGITIGA PADA SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TEORI PIAGET

KESULITAN BELAJAR GARIS ISTIMEWA DALAM SEGITIGA PADA SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TEORI PIAGET KESULITAN BELAJAR GARIS ISTIMEWA DALAM SEGITIGA PADA SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TEORI PIAGET Herfa Maulina Dewi Soewardini 1), Meilantifa 2) 1)3) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Stimulus Proses Respon

Stimulus Proses Respon TEORI BELAJAR Oleh: Muhammad Syamsul Arifin (15105241047) A. Behaviorisme o Belajar : Perubahan tingkah laku o PBM : Penguatan Stimulus Proses Respon Penguatan o Kritik : - Proses belajar yang kompleks

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif, profil afektif, profil

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT TIPE CLIMBER

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT TIPE CLIMBER PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT TIPE CLIMBER Rany Widyastuti IAIN Raden Intan, Lampung, Indonesia Email: rany_2302@yahoo.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan sebuah pengetahuan yang mempelajari tentang gejala atau fenomena-fenomena alam. Dikuatkan dengan pendapat Direktorat Ketenagaan (dalam Wardani,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN Abstrak: Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting yang harus dilatihkan kepada siswa. Lev Semyonovich

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KOGNITIF MAHASISWA PADA KONSEP HUKUM NEWTON

ANALISIS STRUKTUR KOGNITIF MAHASISWA PADA KONSEP HUKUM NEWTON ANALISIS STRUKTUR KOGNITIF MAHASISWA PADA KONSEP HUKUM NEWTON Deviliana RanteTampang, I Komang Werdhiana, Syamsu Devilia_rantetampang@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP USAHA DAN ENERGI: SEBUAH STUDI KASUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Disusun Oleh: Gandha

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR ACEH BESAR. (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsyiah)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR ACEH BESAR. (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsyiah) PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR ACEH BESAR 1) Yoserizal Bermawi, 2) Tati Fauziah (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsyiah) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Students misconception about archimedes law

Students misconception about archimedes law SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 206 Makalah Pendamping

Lebih terperinci