DESCRIPTIVE MODELLING MENGGUNAKAN K-MEANS UNTUK PENGCLUSTERAN TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI RIAU
|
|
- Yohanes Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DESCRIPTIVE MODELLING MENGGUNAKAN K-MEANS UNTUK PENGCLUSTERAN TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI RIAU Warnia Nengsih 1) 1) Sistem Informasi/Komputer,Politeknik Caltex Riau-Pekanbaru 1) Abstrak - Secara statistik dari tahun ke tahun statistik tingkat kemiskinan terkadang mengalami peningkatan dan penurunan pada sebuah wilayah. Peningkatan tersebut bisa terlihat dengan semakin tingginya indeks keparahan kemiskinan. Kenaikan indeks bisa saja disebabkan oleh banyak hal diataranya kesenjangan antar penduduk miskin dan semakin rendahnya daya beli masyarakat.jika dibandingkan wilayah kota dengan pedesaan, maka pedesaan mengalami kondisi kemiskinan yang parah dibandingkan dengan daerah perkotaan. Salah satu penyebabnya disebabkan tingginya tingkat inflasi di wilayah pedesaan. Riau merupakan propinsi dengan dominasi sumber daya alam terutama minyak bumi, gas alam, karet dan perkebunan kelapa sawit. Propinsi ini memiliki 12 kecamatan dan kota Namun bukan berarti kondisi ini menyebabkan Riau terbebas dari masalah kemiskinan.data pesentase kemiskinan dan garis kemiskinan serta jumlah penduduk miskin pada setiap wilayah menjadi acuan pemetaan. Kesulitan dalam menentukan wilayah mana yang mengalami tingkat kemiskinan yang paling tinggi dan normal serta wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah menjadi sebuah alasan untuk melakukan pengan ini. Metode yang digunakan adalah ing k-means sebagai salah satu permodelan deskriptif. Hasil yang diperoleh dimana record 3 dan record 9 berada pada 2. Record 1,2,4,5,6,7,8,10,11,12 berada pada 3. Tidak ada kota atau kabupaten yang berada pada 1. Metode ini memberikan pengetahuan pengan wilayah yang tersebar di Propinsi Riau, sehingga gambaran yang diperoleh dapat menjadi acuan bagi Pemerintah dalam pelaksanaan dan pengaturan sebuah kebijakan Kata Kunci Clustering,K-Means, Riau, Kemiskinan, descriptive model. 1. PENDAHULUAN Peningkatan kemiskinan bisa terlihat dengan semakin meningkatnya indeks keparahanan kemiskinan. Kenaikan indeks bisa saja disebabkan oleh banyak hal diantaranya kesenjangan antar penduduk miskin dan semakin rendahnya daya beli masyarakat. Pertumbuban jumlah penduduk dan dampak goncangan ekonomi global, melemahnya beberapa harga komoditas unggulan dan pemutusan hubungan kerja mempengaruhi perekenomian masyarakat Riau. Hal ini mengakibaatkan pengaruh besar terhadap pendapatan per kapita penduduk dan bertambahnya jumlah penduduk miskin.tingkat kemiskinan di Riau mengalami peningkatan hal itu ditunjukkan dengan indeks keparahan kemiskinan, Dari 0,243 pada bulan September 2013 lalu menjadi 0,288 pada bulan September Indeks keparahan kemiskinan di Riau juga terjadi peningkatan Dari 0,243 pada bulan September 2013 lalu menjadi 0,288 pada bulan September (BPS 2014). Namun kondisi ini belum tentu mendefinisikan seluruh wilayah-wilayah yang ada di Propinsi Riau. Ada bebebara wilayah yang terkena dampak sangat signifikan dan ada wilayah yang masih bertahan pada garis standar untuk kategori perekonomian yang normal. Pemerintah tentunya dalam hal ini segera dan sedini mungkin harus mengeluarkan tindakan, program dan kebijakan untuk meminimalisir agar indeks keparahan kemiskinan serta pertumbuhan jumlah penduduk miskin tidak mengalami kenaikan yang tinggi. Agar program berjalan dengan baik, cepat dan merata maka azas prioritas lebih ditekankan. Pemerintah mestinya mempunyai gambaran wilayah mana yang perlu penanganan cepat dan serius. Sehingga nilai tepat guna untuk kebijakan, program dan strategi yang dibuat bisa terimplemetasikan dengan baik. Kesulitan dalam menentukan wilayah mana yang mengalami tingkat kemiskinan yang paling tinggi sehingga bisa menjadi prioritas dari pemerintah provinsi menjadi dasar perlu adanya pengan setiap wilayah. Mana wilayah yang termasuk pada wilayah normal dan wilayah yang termasuk tingkat kemiskinannya tinggi atau rendah. Metode yang digunakan adalah ing k-means. Metode ini merupakan bagian dari teknik ing data mining. Dimana metode ini akan mengelompokkan nilai yang mempunyai kemiripan yang sama pada satu. Metode ini juga merupakan bagian dari model deskriptif yang menggambarkan pola dari sebuah nilai. Data yang diolah adalah data kemiskinan 12 kota atau kabupaten yang tersebar di Propinsi Riau. Dengan Variabel yang digunakan sebanyak 3 variabel dengan rincian Data pesentase kemiskinan(x1) dan garis kemiskinan(x2) 1
2 serta jumlah penduduk miskin (x3) untuk menentukan wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi (c3) dan dengan wilayah dengan tingkat kemiskinan normal(c2) serta wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah (c1) II.METODE 1. Kemiskinan dan Masalah Perekonomian Pada dasarnya kemiskinan sebuah wilayah dalam jangka panjang akan berdampak pada terhambatnya pembangunan nasional. Jika masyarakat sebuah wilayah masih berfokus untuk perbaikan ekonomi, bagaimana pemerintah fokus untuk program-program lain yang lebih luas. Secara definitif kemiskinan adalah ketidakmampuan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan serta kelayakan pendidikan, kesehatan dan keamanan atau hal-hal yang bersifat pelayanan dasar. Kemiskinan dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu Kemiskinan klasik yaitu kategori kemiskinan dalam hal kekurangan sandang, pangan dan papan atau kebutuhan dasar. Kemiskinan Modern merupakan kategori kemiskinan dalam hak kesulitan dan ketidakmampuan memenuhi layanan - layanan dasar. Layanan dasar ini dapat dikategorikan dalam bentuk kelayakan pendidikan, kelayakan fasilitas kesehatan atau kelayakan mendapatkan fasilitas-fasilitas umum. Berikut merupakan penyebab kemiskinan secara umum Penyebaran pembangun yang belum merata. Selanjutnya kondisi penciptaan pendapatan bagi masyarakat yang sangat minim, tingginya tingkat pengangguran. Berikut program yang digalakkan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; d. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar; e. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.. 2. Tingkat Kemiskinan Propinsi Riau Propinsi Riau merupakan propinsi dengan dominasi sumber daya alam terutama minyak bumi, gas alam, karet dan perkebunan kelapa sawit. Propinsi ini memiliki 12 kecamatan dan kota Namun bukan berarti kondisi ini menyebabkan Riau terbebas dari masalah kemiskinan. Banyak hal yang menjadi pemicu tingkat kemiskinan di Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun diantaranya tingkat pengangguran.tingkat pengangguran disebabkan oleh menurunnya harga komoditas unggulan Propinsi Riau di Sektor Migas, CPO dan Karet, Berikutnya tingginya pertumbuhan penduduk akibat migrasi dan tingkat pendidikan tenaga kerja relatif rendah juga turut menyumbang kenaikan angka tersebut. Beberapa program atau kebijakan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan adalah menggerakkan sektor real dengan berbagai program unggulan seperti program nasional pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan UKM dan regulasi kemudahan dan perlindungan usaha, menciptakan lapangan kerja, menggalakkan program-progam yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, menjaga stabilitas harga bahan dan kebutuhan pokok, meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat miskin untuk pelayanan dasar, menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. 3.K-Means Clustering K-Means clusutering merupakan salah satu metode ing data mining menggunakan konsep descriptive model. Konsep ini secara umum menggambarkan sebuah pola dari nilai yang sudah dijabarkan. Metode ini masuk ke dalam kategori jenis non hirarki ing, dimana penentuan jumlah ditentukan terlebih dahulu. Metode ini juga mengenal nilai euclidean dan iterasi untuk menemukan nilai akhir dari sebuah nilai. Berikut merupakan algoritma dasar dari ing k- means: 1. Tentukan jumlah. 2. Menentukan pusat secara acak. 3. Menentukan jarak setiap data terhadap pusat dan pengan data dari nilai terdekat. 4. Menentukan pusat baru. 5. Ulangi langkah 3 sampai nilai pusat baru tidak berubah. Penentuan pusat baru menggunakan formula sebagai berikut : C= xn/cn... (1) Persamaan 1 didefnisikan sebagai jumlah seluruh nilai atribut terhadap tertentu dimana : C= Cluster baru Xn=nilai atribut Cn = tertentu 2
3 Sedangkan rumus menentukan jarak terdekat sebagai berikut :...(2) dimana: p : Dimensi data. : Nilai absolut x1,x2: nilai variabel. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan sistematika sistem secara umum descriptive model yang dibangun: dan dengan wilayah dengan tingkat kemiskinan normal(c2) serta wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah(c1). Data tersebut diolah dengan menggunakan k-means ing untuk menemukan pola yang memberikan gambaran tentang setiap wilayah. means Berikut merupakan proses ing k- Penentuan jumlah Penentuan pusat Data Kemiskinan Penentuan jarak Penentuan atribut terdefinisi n(x)=3 dan n(c)=2 Penentuan pusat baru Clustering k-means Hasil penilaian unit spesialis Gambar 2 Proses ing k-means Hasil Cluster Gambar 1 alur sistem secara umum Gambar 1 menjelaskan tentang descriptive model dimana data yang diolah adalah data kemiskinan pada 12 Kota atau Kabupaten di Propinsi Riau.Variabel yang digunakan adalah Data pesentase kemiskinan(x1) dan garis kemiskinan(x2) serta jumlah penduduk miskin (x3) untuk menentukan wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi (c3) Dimulai dengan penentuan jumlah, dalam hal ini yang digunakan tiga, wilayah dengan tingkat kemiskinan normal dan dengan tingkat kemiskinan tinggi serta wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah. Penentuan pusat acak dari nilai yang terdapat pada variabel yang diolah. Selanjutnya mencari nilai euclidean dan penentuan baru. Sampai sebuah iterasi selesai dikerjakan. Berikut merupakan analisa dan hasil dari descriptive model yang dilakukan. 3
4 Tabel 1 Data Kemiskinan 12 Kota Kabupaten/Kota Kabupaten/Kot a Kuantan Singingi Jumlah Pendudu k Miskin (000) Data Persentase Kemiskinan(% ) Garis Kemiskina n (Rp) Indragiri Hulu ,21 Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar ,681 Rokan Hulu Bengkalis ,671 Rokan Hilir Kepulauan Meranti Pekanbaru Dumai Nilai acak diambil dari nilai masing-masing variabel yang digunakan.pengambilan nilai acak berpengaruh pada jumlah iterasi pada k-means ing. Tabel 2 Pusat Cluster Acak X1 X2 X3 C C C Tabel 3 menjelaskan sementara dari pengelompokan tingkat kemiskinan pada 12 kota atau kabupaten. Pada tabel terlihat 12 kota atau kabupaten yang ada di Propinsi Riau hanya masuk ke dalam kategori C2 dan C3. Tabel 3 Iterasi 1 X1 X2 X3 C1 C2 C * * * * * * * * * * * * Berikutnya menentukan pusat baru.pada tabel 4 terlihat bahwa pusat hanya fokus pada c2 dan c3. Tabel 4 Pusat Cluster baru X1 X2 X3 C C C Tabel 4 tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota X2 X3 C2 C * * * * * * * * * * * * Pada tabel 4 menjelaskan hasil yang diperoleh dimana record 3 dan record 9 berada pada 2. Record 1,2,4,5,6,7,8,10,11,12 berada pada 3. Tidak ada kota atau kabupaten yang berada pada 1. IV.KESIMPULAN Descriptive model dimana data yang diolah adalah data kemiskinan pada 12 Kota atau Kabupaten di Propinsi Riau dimana variabel yang digunakan adalah : Data pesentase kemiskinan(x1) dan garis kemiskinan(x2) serta jumlah penduduk miskin (x3) untuk menentukan wilayah dengan tingkat kemiskinan normal dan dengan wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah. Data tersebut diolah dengan menggunakan k-means ing untuk menemukan pola yang memberikan gambaran tentang setiap wilayah. hasil yang diperoleh dimana record3 dan record 9 berada pada 2(wilayah dengan tingkat kemiskinan normal). Record 1,2,4,5,6,7,8,10,11,12 berada pada 3( Wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi). Tidak ada kota atau kabupaten yang berada pada 1(Wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah). REFERENSI [1] Rismawan, Tedy, Sri Kusumadewi. Aplikasi K- Means untuk Pengelompokkan Mahasiswa 4
5 Berdasarkan Nilai Body Mass index (BMI) & Ukuran Kerangka. Yogyakarta [2] Agusta, Y. Minimum Message Length Mixture Modelling for Uncorrelated and Correlated Continuous Data Applied to Mutual Funds Classification, Ph.D. Thesis, School of Computer Science and Software Engineering, Monash University, Clayton, 3800 Australia, 2004 [3]Agusta,Y, K-means-penerapan, permasalahand an metode terkait, STMIK, Bali, Indonesia [4] Harun, Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Mutu Pelayanan Rumah Sakit Nirmala Suri Sukohardjo dengan Methode Servqual, Tesis, Kajian Administrasi Rumah Sakit, FKM, UI, Depok.2001.) [5] Nengsih,Warnia.Clustering K-Means Analysis SNTIKI6, UIN, Pekanbaru,Indonesia [6] Nengsih, Warnia, Juni Nurma Sari. K-Means Analysis in Mapping Concept Based On Geographic Information System.IC-Star, Universitas Lampung, Lampung.Indonesia
BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN
No 56/11/14/Tahun XIII, 5 November 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau sebesar 4,30 persen, yang berarti
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN
No. 59/11/14/Th. XV, 5 November 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2014 mencapai 2.695.247 orang.
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN No.49/12/14/Th. XI, 1 Desember 2010 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2010 mencapai 2.377.494 orang atau bertambah 116.632 orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20
No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No. 30/06/14/Th. XVII, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi
PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau
POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara kuantitatif pelaksanaan pembangunan di daerah Riau telah mencapai hasil yang cukup baik seperti yang terlihat dari data tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciJURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 2 Juni 2014
PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN, TINGKAT PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU Nursiah Chalid dan Yusbar Yusuf Jurusan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR
ANALISIS CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA ANTARA RIAU DARATAN DAN RIAU PESISIR Oleh : Lapeti Sari ABSTRAK Diantaranya tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan termasuk
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU
1 ANALISIS DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU Djaimi Bakce dan Syaiful Hadi (Pusat Pengkajian Pembangunan Pedesaan dan Kemiskinan Universitas Riau) ABSTRAK Salah satu indikator pencapaian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dicermati kembali proses pemekaran Provinsi Riau menjadi Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, ada dua perkiraan yang kontradiktif bahwa Provinsi Riau Kepulauan
Lebih terperinciHARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN 2014 UMUM PROVINSI RIAU
HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN 2014 UMUM PROVINSI RIAU NO JENIS FORMULIR SPESIFIKASI JUMLAH HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH
Lebih terperinciRESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2013 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU
RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2013 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU Dari hasil laporan Umpan Balik pada bulan Desember 2013, sbb : 1. Cakupan Laporan : A. Pelayanan Kontrasepsi (PELKON) Berikut Kabupaten
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)
No. 60/12/14/Th.XIV, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 68,57 RIBU RUMAH TANGGA, TURUN 45,33 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah rumah tangga
Lebih terperinciGIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model
Jurnal... Vol. XX, No. X, Bulan 20XX, XX-XX 1 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id GIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model Warnia Nengih Politeknik Caltex Riau,
Lebih terperinciPotensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau
No. 14/02/14 Th. XVI, 16 Februari 2015 Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014 Provinsi Riau, pada bulan
Lebih terperinciHasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau
No. 25/05/14/Th. XVIII, 24 Mei 2017 Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau Hasil pendaftaran usaha/perusahaan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) di Provinsi Riau tercatat
Lebih terperinciRINCIAN HARGA PENAWARAN FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU
RINCIAN PENAWARAN FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU NO JENIS FORMULIR SPESIFIKASI JUMLAH JUMLAH A Formulir Model C 1 Lampiran Model
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011
No. 05/01/33/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciBoks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang
Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU I. Latar Belakang Penerapan otonomi daerah pada tahun 2001 telah membawa perubahan yang cukup berarti bagi kondisi ekonomi di Propinsi Riau. Penelitian
Lebih terperinciISBN
ANALISIS PERKEMBANGAN KONDISI KEMISKINAN DI PROVINSI RIAU Azharuddin M. Amin 1, Saipul Bahri 1, Ratna Setianingsih 2 dan Ernawati 2 Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Islam
Lebih terperinciKata kunci : Data Mining, K-Means, Knowledge Discovery in Databases (KDD), Pemetaan digital
Pemetaan Digital dan Pengelompokan Lahan Hijau di Wilayah Provinsi Riau Berdasarkan Knowledge Discovery in Databases (KDD) dengan Teknik K-Means Mining Mustakim Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains
Lebih terperinciAPLIKASI K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKKAN MAHASISWA BERDASARKAN NILAI BODY MASS INDEX (BMI) & UKURAN KERANGKA
APLIKASI K-MEANS UNTUK PENGELOMPOKKAN MAHASISWA BERDASARKAN NILAI BODY MASS INDEX (BMI) & UKURAN KERANGKA Tedy Rismawan 1 dan Sri Kusumadewi 2 1 Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teknik
Lebih terperinciSatuan Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi Riau
Satuan Kerja Kementerian Pekerjaan Umum 1. Kasatker SNVT Wilayah I Riau; 2. Kasatker SNVT Wilayah II Riau; 3. Para Kasatker, PPK dan Pokja di lingkungan BWWS III Riau. Pemerintah Provinsi Riau 1. Sekretaris
Lebih terperinciPERANCANGAN APLIKASI MENENTUKAN BERAT BADAN IDEAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING
PERANCANGAN APLIKASI MENENTUKAN BERAT BADAN IDEAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING Johan Candra Juliner Hutabarat Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja
Lebih terperinciHASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013
No. 35/07/14/Th.XV, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI RIAU TAHUN 2013 DARI
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS
PENGELOMPOKAN TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Yulius Palumpun 1), Sitti Nur Alam 2) 1) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer dan Manajemen (FIKOM) - Universitas
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU
KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU Oleh : Ir. SRI AMBAR KUSUMAWATI, MSi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Disampaikan pada Acara Focus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tetapi juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini masyarakat lebih dituntut untuk mandiri dan kreatif dalam berusaha dan membuka lapangan kerja, jadi bukan hanya mencari pekerjaan tetapi juga
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak
Lebih terperinciKEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)
KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) Agus Sutikno, SP., M.Si. 1 dan Ahmad Rifai, SP., MP 2 (1) Pembantu Dekan IV Fakultas Pertanian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Disparitas Sosial-Ekonomi Antar-Daerah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Disparitas Sosial-Ekonomi Antar-Daerah Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pembangunan ekonomi di Provinsi Riau terus mengalami peningkatan secara signifikan. Daerah-daerah
Lebih terperinciYani Ramma Sani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA PROVINSI RIAU TAHUN 2005-2011 COMPARATIVE ANALYSIS OF GROWTH BETWEEN DISTRICT/CITY RIAUPROVINCE YEAR 2005-2011 Yani Ramma Sani Fakultas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Pengertian Sistem Informasi pada dasarnya merupakan hasil dari dua arti, yakni sistem dan informasi yang digabungkan. Berikut definisi sistem menurut para ahli
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi dibidang peternakan. Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,
Lebih terperinciANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009
ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 Taryono dan Hendro Ekwarso Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI RIAU 2014
OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciDemikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Pekanbaru, 28September2015 Nomor : 748/LPJK-04/IX/2014 Kepada Yth; Lampiran : 2 (dua) lembar Ketua Asosiasi Profesi Sifat : Segera (daftar terlampir) Perihal : Undangan Seminar Sehari Gugurnya Di - Kewenangan
Lebih terperinciANALISIS DISPARITAS SPASIAL DAN ALIRAN INVESTASI DI DAERAH RIAU (The Analysis of The Spatial Disparity and Investment Flows in The Riau Province)
ANALISIS DISPARITAS SPASIAL DAN ALIRAN INVESTASI DI DAERAH RIAU (The Analysis of The Spatial Disparity and Investment Flows in The Riau Province) Almasdi Syahza 1 Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan (wildfire/forest fire) merupakan kondisi dimana keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi yang mudah terbakar di daerah pedesaan atau daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan hal yang sangat kompleks. Di wilayah Kecamatan Bantul, seorang warga disebut sebagai keluarga miskin berdasarkan beberapa aspek seperti
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016
No. 05/01/Th. XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 10,70 PERSEN Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN ROKAN HILIR, KABUPATEN
Lebih terperinciA. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput
LAMPIRAN 93 Lampiran 1 Analisis daya dukung lahan sumber pakan ternak A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang Jumlah Luas Rawa Pangan Rumput
Lebih terperinciDAMPAK DANA TRANSFER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI RIAU. Oleh : Taryono dan Syapsan ABSTRAK
DAMPAK DANA TRANSFER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI RIAU Oleh : Taryono dan Syapsan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak dana transfer terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT TAHUN 2013
No. 42/08/14/Th. XV, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 9,09 RIBU TON DAN CABAI RAWIT SEBESAR 6,42 RIBU TON A. CABAI BESAR Produksi cabai besar
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU
IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG Pada bulan September 2012, jumlah penduduk
Lebih terperinciRINCIAN JENIS, SPESIFIKASI, JUMLAH KEBUTUHAN DAN PERUNTUKAN FORMULIR
Lampiran : Dokumen Pengadaan Nomor : 01/PAN-PBJ/FORM/KPU-RIAU/II/2014 Tanggal : Pebruari 2014 RINCIAN JENIS, SPESIFIKASI, JUMLAH KEBUTUHAN DAN PERUNTUKAN FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan
Lebih terperinciTingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 55/09/32/Th. XVII, 15 September 2015 Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan
Lebih terperinciDisampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, 30-31 Oktober 2012
Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, 30-31 Oktober 2012 Oleh : Drs. Z U L H E R, MS Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau TERWUJUDNYA KEBUN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th X, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciProsiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN
SISTEM KLASTERISASI MENGGUNAKAN METODE K-MEANS DALAM MENENTUKAN POSISI ACCESS POINT BERDASARKAN POSISI PENGGUNA HOTSPOT DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Achmad Fauzan*, Abid Yanuar Badharudin, Feri
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Provinsi Bidang Ketahanan No. Jenis Pelayanan Dasar A. Ketersediaan dan Cadangan B. Distribusi dan Akses Standar Pelayanan Minimal Indikator Nilai (%) 1 Penguatan
Lebih terperinciSekapur Sirih. Pekanbaru, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Riau. Abdul Manaf, MA NIP
Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari daratan 1.8 juta km 2 dan lautan 7.9 juta km 2. Potensi sumber daya alam Indonesia cukup besar, salah satunya
Lebih terperinciPenerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan
Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan Dengan diberlakukannya desentralisasi sejak era reformasi, maka terdapat beberapa penerimaan Negara yang dibagihasilkan ke daerah sesuai dengan Undang-undang No
Lebih terperinciANALISIS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU. Susi Lenggogeni dan Rita Yani Iyan
ANALISIS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU Susi Lenggogeni dan Rita Yani Iyan Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Binawidya
Lebih terperinciBoks 1 TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI PROVINSI RIAU. 1. Latar Belakang
Boks 1 TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI PROVINSI RIAU 1. Latar Belakang Stabilitas perekonomian merupakan prasyarat dasar bagi tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN ROKAN HILIR, KABUPATEN
Lebih terperinci4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau
54 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau Provinsi Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang
Lebih terperinciPenelitian Strategis Unggulan IPB
Penelitian Strategis Unggulan IPB PENGEMBANGAN KONSEP ALOKASI LAHAN UNTUK MENDUKUNG REFORMA AGRARIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL Oleh : Baba Barus Dyah Retno Panuju Diar Shiddiq Pusat Pengkajian
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nomor 51/07/21/Th. XII, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 53 T AHUN 1999 PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN ROKAN HILIR, KABUPATEN SIAK, KABUPATEN
Lebih terperinci*11780 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 13 TAHUN 2000 (13/2000)
Copyright (C) 2000 BPHN UU 13/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN ROKAN HILIR, KABUPATEN SIAK, KABUPATEN KARIMUN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XX, 03 Januari 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA SEPTEMBER SEBANYAK 1.452.550 ORANG (10,27%) Jumlah penduduk miskin di
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 40/07/12/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA MARET 2017 SEBANYAK 1.453.870 ORANG (10,22%) Jumlah penduduk miskin di
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2016
No. 04/01/72/Th. XX, 03 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2012 cenderung mengalami
Lebih terperinciJumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.
No. 35/07/14 Th. XVII, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2016 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011
No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011 Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2010. Tingkat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016
No. 01/06/Th. XVII, Juni 2017 PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BENGKAYANG MENINGKAT Pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciBAB 7 KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. TINGKAT KEMISKINAN
BAB 7 KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. TINGKAT KEMISKINAN Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak hanya ditandai oleh rendahnya pendapatan penduduk (ekonomi), tetapi juga digambarkan
Lebih terperinciFuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement
Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fitri Hidayah Sundawati 1), Jadi Suprijadi 2), Titi Purwandari 3) 1) Mahasiswa Statistika Terapan, UniversitasPadjadjaran-Indonesia 2) Pengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016
No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016
No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU
PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU Caska*) dan RM. Riadi**) Abstract: This research aimed to know disparity of economic growing in Riau Province between Regency.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan Nasional Indonesia
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014
No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015
No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG
Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN ROKAN
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013
No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku
Lebih terperinci