BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN"

Transkripsi

1 BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Sebagaimana yang telah dibahas pada Bab IV, ada beberapa tahap pengujian yang dilakukan pada kaji eksperimental ini. Tahap pertama diawali dengan pengukuran FRF untuk mengetahui frekuensi pribadi sistem poros-rotor pada kondisi tidak berputar, atau pada kondisi kecepatan putar rpm. Dari kurva FRF dapat diketahui beberapa frekuensi pribadi sistem poros-rotor pada kondisi diam. Pada tahap selanjutnya, dilakukan pengujian dalam kondisi berputar. Pengujian dilakukan dengan memberikan eksitasi impulse pada sistem poros-rotor dalam kondisi berputar dengan menggunakan palu khusus kondisi berputar. Dari pengujian dihasilkan frekuensi pribadi sistem poros-rotor pada beberapa kecepatan putar. Hasil tersebut kemudian di-plot dalam bentuk diagram Campbell, dan dari diagram Campbell dapat diketahui kecepatan kritis sistem poros-rotor. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi program numerik yang telah dibuat. 5.1 Pengujian Fungsi Respon Frekuensi Tujuan pengujian Fungsi Respon Frekuensi (FRF) pada penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi pribadi sistem poros-rotor pada kondisi diam. Dari frekuensi pribadi tersebut dapat diketahui gambaran awal tentang rentang kecepatan putar operasi yang aman bagi sistem poros-rotor. Meskipun hal ini tidak menjadi patokan mutlak, namun setidaknya ada gambaran awal, karena untuk mengetahui rentang kecepatan putar operasi yang aman bagi sistem poros-rotor secara eksperimental harus dilakukan dengan menggunakan diagram Campbell. Hasil pengujian FRF ini juga akan digunakan untuk membuat diagram Campbell, yaitu frekuensi pribadi pada kecepatan putar rpm. Metoda pengujian yang digunakan adalah eksitasi kejut (shock excitation) dengan menggunakan palu pemukul (impulse hammer). Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab IV, di sini beban eksitasi diberikan ke poros-totor pada arah vertikal dan horizontal dan sensor getaran probe-proximity juga dipasang untuk pengukuran arah vertikal dan

2 horizontal. Hasil pengujian FRF pada arah vertikal disajikan pada Gambar 5.1, dan hasil hasil pengujian FRF pada arah horizontal disajikan pada Gambar 5. Gambar 5.1 Hasil pengujian FRF perangkat uji pada arah vertikal Gambar 5. Hasil pengujian FRF perangkat uji pada arah horizontal 44

3 Dari hasil pengujian FRF pada arah vertikal sebagaimana yang terlihat pada Gambar 5.1 didapatkan frekuensi pribadi yang terendah pada kondisi diam pada 58,5 Hz, dan pada pengujian arah horizontal juga didapatkan frekuensi pribadi yang terendah pada kondisi diam sebesar 58,5 Hz. Data hasil pemodelan pada kecepatan putar rpm dan pengujian FRF lebih lengkap disajikan pada Tabel 5.1. Dari Tabel 5.1 dapat dilihat, bahwa dengan rentang frekuensi pengujian 8 Hz, hanya terdapat empat frekuensi pribadi yang muncul dari hasil pengujian. Tabel 5.1 Hasil pengujian FRF No Frekuensi Pribadi Hz 1 58, , , , Pengujian Kondisi Berputar Tujuan pengujian dalam kondisi berputar adalah untuk mengetahui frekuensi pribadi dalam kondisi berputar. Frekuensi pribadi sistem poros-rotor adalah fungsi dari kecepatan putarnya, sehingga frekuensi pribadi di setiap kecepatan putar akan berbeda. Data hasil pengujian kondisi berputar pada beberapa kecepatan putar dapat di-plot dalam diagram Campbell dan selanjutnya, kecepatan kritis dapat diketahui. Pada pengujian kondisi berputar ini, dilakukan pengambilan sinyal getaran kondisi berputar dengan eksitasi impuls dan sinyal getaran tanpa eksitasi impuls ketika sistem poros-rotor beputar pada kecepatan putar tertentu. Sinyal getaran tanpa eksitasi impulse diambil sebagai sinyal referensi yang menunjukkan kondisi getaran yang terjadi pada sistem poros-rotor ketika berputar tanpa gaya eksitasi impuls. Hal ini mencerminkan kondisi sistem poros-rotor ketika beroperasi pada kecepatan tertentu, dengan mengurangkan sinyal getaran dengan eksitasi impuls dan sinyal getaran referensi dalam domain frekuensi, akan didapatkan sinyal getaran sistem poros-rotor yang murni akibat eksitasi impuls yang diberikan. Selanjutnya, dengan membagi sinyal getaran murni akibat 45

4 eksitasi impuls yang diberikan dengan gaya eksitasi palu yang diberikan ke sistem porosrotor, akan didapatkan kurva perpindahan gaya eksitasi pengolahan sinyal getaran tersebut disajikan pada Gambar 5.3. dalam domain frekuensi. Sistem 4 x 1-3 Sinyal Getaran Dengan Eksitasi 4 x 1-3 Sinyal Referensi x 1-4 Sinyal Getaran setelah pengurangan = Sinyal eksitasi ketika berputar Sinyal referensi Sinyal murni akibat eksitasi.4 Hasil Pengujian Kondisi Berputar.35 Magnitude [mm/kgf] = Magnitude [kgf] Impulse Hammer Sinyal palu Sinyal hasil Pengujian berputar Gambar 5.3 Proses pengolahan sinyal getaran pengujian kondisi berputar Untuk mendapatkan hasil pengujian yang betul-betul mencerminkan kondisi sistem dengan baik, maka perlu dilakukan pengambilan masing-masing data (sinyal getaran eksitasi, sinyal referensi dan sinyal palu) dalam jumlah yang cukup banyak. Dalam penilitian ini, dilakukan pengambilan masing-masing sinyal getaran sebanyak 15 kali, dan kemudian dilakukan perata-rataan. Dengan melakukan perata-rataan 15 buah data getaran pada masing-masing sinyal getaran, diharapkan hasil akhir pengolahan sinyal getaran kondisi berputar seperti yang telah dijelaskan pada Gambar 5.3 akan sangat baik. Hal ini ditandai dengan tidak adanya atau minimalnya pola sinyal referensi (contohnya sinyal getaran pada n x rpm akibat cacat) yang muncul pada hasil akhir pengolahan sinyal getaran. 46

5 Pengujian kondisi dilakukan pada arah vertikal dan horizontal. Eksitasi dengan palu khusus kondisi berputar diberikan pada arah vertikal dan horizontal. Respon juga diukur pada arah vertikal dan horizontal. Posisi titik eksitasi kejut dan sensor probe-proximity dalam pengujian kondisi berputar disajikan pada Gambar 5.4. Probe-proximity Gaya eksitasi Gambar 5.4 Posisi gaya eksitasi dan sensor dalam pengujian kondisi berputar Pengujian pada kondisi berputar dilakukan pada beberapa kecepatan putar yang divariasikan antara 5 Hz sampai 7.5 Hz yang bersesuaian dengan kecepatan putar 3 rpm sampai 415 rpm. Pengambilan variasi kecepatan putar pengujian ini disesuaikan dengan kondisi alat uji. Sinyal getaran dalam domain frekuensi untuk masing-masing jenis sinyal getaran dirataratakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada Gambar 5.5 disajikan data hasil pengujian kondisi berputar pada kecepatan putar 3 rpm pada arah vertikal, dan data hasil pengujian kondisi berputar pada kecepatan putar 3 rpm pada arah horizontal disajikan pada Gambar 5.6. Dari kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada pengujian arah vertikal dan horizontal dihasilkan puncak-puncak getaran pada frekuensi yang sama. 47

6 4 x 1-3 Sinyal dengan ketukan x 1-3 Sinyal Referensi pada kecepatan putar 3 rpm x 1-4 Hasil setelah pengurangan (a). Impulse Hammer Magnitude [kgf] Magnitude [mm/kgf] Hasil pengujian kondisi berputar 3 rpm X: Y:.3517 X: 9.8 Y:.1464 X: 49.8 Y: (b) Gambar 5.5 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 3 rpm arah vertikal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 48

7 4 x 1-3 Sinyal Dengan ketukan x 1-3 Sinyal Referensi pada kecepatan putar 3 rpm x 1-5 Hasil Pengujian Kondisi Berputar (a).3 Impulse Hammer Magnitude [kgf]..1 Magnitude [mm/kgf] x Hasil Pengujian berputar pada kecepatan putar 3 rpm X: Y:.735 X: 9.3 Y:.1499 X: 49.8 Y: (b) Gambar 5.6 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 3 rpm arah horizontal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 49

8 Sinyal getaran hasil akhir pengolahan sinyal pada kecepatan putar 3 rpm menunjukkan kurva yang tidak begitu mulus. Hal ini disebabkan karena masih munculnya pola sinyal referensi, yang menandakan masih kurangnya perata-rataan yang dilakukan, sehingga masih ada pengaruh sinyal getaran yang berasal dari ketidak-sempurnaan sistem porosrotor. Namun sejauh masih ditemukan pola getaran akibat impulse, maka data hasil pengujian cukup representatif untuk dinyatakan sebagai hasil pengujian yang cukup baik. Pada pengujian arah vertikal dan horizontal sama-sama ditemukan tiga buah frekuensi pribadi. Ketiga frekuensi tersebut memiliki amplitudo yang berbeda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa frekuensi pribadi yang pertama memiliki amplitudo yang jauh lebih tinggi dari pada frekuensi pribadi yang lain. Hal ini terjadi pada pengujian vertikal dan horizontal. Hal ini berarti, pada arah vertikal dan horizontal frekuensi pribadi yang pertama sama-sama dominan dan pada frekuensi pribadi pertama tersebut sistem poros-rotor memiliki kekakuan yang lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi pribadi yang lain pada arah vertikal dan horizontal, sehingga terjadi amplitudo yang cukup tinggi. Sinyal keluaran palu menunjukkan hasil yang cukup bagus, di mana gaya yang diberikan memiliki kecenderungan konstan pada semua frekuensi pengamatan, yaitu antara s/d 8 Hz. Hal ini menunjukkan palu khusus yang dibuat khusus untuk pengujian kondisi berputar bekerja dengan sebagaimana mestinya, di mana frekuensi pribadi tip palu khusus yang dibuat dari bantalan bola tidak berada pada rentang frekuensi pengukuran dan tidak ditemukan kelonggaran pada pemasangan tip palu. Selanjutnya, hasil pengujian pada kecepatan putar 9 rpm pada arah vertikal dan horizontal secara berurutan disajikan pada Gambar 5.7 dan Gambar 5.8. Pada kedua Gambar tersebut dapat dilihat hasil pengukuran kedua arah pada frekunsi 9 rpm memiliki kecenderungan yang sama dengan nilai frekuensi pribadi yang muncul agak sedikit berbeda. Perbedaan tersebut bisa saja terjadi akibat kekakuan bantalan yang kadang-kadang tidak sama, karena pada set-up uji yang menggunakan externally pressurized bearings, tekanan pelumas yang memasuki bantalan kadangkalanya tidak bisa dijaga konstan, hal ini akan mempengaruhi kekakuan bantalan. Jika tekanan menurun, maka kekakuan akan menurun dan frekuensi pribadi akan menurun. Hal ini berlaku untuk sebaliknya. 5

9 4 x 1-3 Sinyal Dengan ketukan x 1-3 Sinyal Referensi pada kecepatan putar 9 rpm x 1-4 Hasil setelah pengurangan (a). Impulse Hammer Magnitude [kgf] Magnitude [mm/kgf] Hasil Pengujian Kondisi Berputar 9 rpm X: 5.5 Y:.363 X: 1.8 Y:.158 X: 49 Y: (b) Gambar 5.7 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 9 rpm arah vertikal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 51

10 4 x 1-3 Sinyal Dengan ketukan x 1-3 Sinyal referensi pada kecepatan putar 9 rpm x 1-4 Hasil setelah pengurangan (a) Impulse Hammer Magnitude [kgf].4. Magnitude [mm/kgf] Hasil Pengujian Kondisi Berputar pada kecepatan putar 9 rpm.1.5 X: 5.75 Y: X: Y: (b) Gambar 5.8 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 9 rpm arah horizontal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 5

11 Pada masing-masing pengujian di kecepatan putar 9 rpm arah vertikal dan horizontal, frekuensi pribadi pertama memiliki amplitudo yang jauh lebih besar dari pada amplitudo frekuensi pribadi yang lain. Hal ini sama dengan pengujian sebelumnya yang dilakukan pada kecepatan putar 3 rpm. Dan jumlah frekuensi pribadi yang muncul pada pengujian arah vertikal dan horizontal juga sama yaitu tiga buah frekuensi pribadi. Pada Gambar 5.9 disajikan hasil pengujian kondisi berputar pada kecepatan putar 1 rpm. Dan hasil pengujian pada kecepatan putar 415 rpm pada arah vertikal dan horizontal secara berurutan disajikan pada Gambar 5.1 dan Gambar Dari hasil pengujian pada kecepatan putar 1 rpm dapat dilihat bahwa pada sinyal dengan ketukan dan sinyal referensi terlihat sebuah puncak yang sangat dominan, yaitu pada 35 Hz. Hal ini juga dapat dilihat pada hasil pengujian pada kecepatan putar 415 rpm. Puncak tersebut merupakan puncak pada frekuensi yang sama dengan kecepatan putar sistem poros-rotor yaitu 71,5 Hz. Dari hal tersebut dapat diprediksi bahwa ada ketidak-sempurnaan (cacat) pada sistem poros-rotor uji yang menyebabkan getaran pada frekuensi 1 x rpm. Hal ini juga terjadi pada pengujian sebelumnya. Getaran yang dominan muncul pada 1 x rpm dapat diakibatkan oleh adanya massa tak seimbang pada sistem poros-rotor yang mengeksitasi sistem pada arah radial. Selain itu dapat pula disebabkan oleh faktor lain seperti adanya ketidaksesumbuan (muncul pada 1x dan x rpm), kelonggaran (muncul pada n x rpm). Untuk ketidak-sempurnaan akibat kelonggaran lebih lanjut dapat dilihat pada sinyal hasil akhir yaitu masih adanya puncak amplitudo getaran pada n x rpm, walaupun amplitudonya cukup kecil setelah dilakukan pengurangan dengan sinyal referensi. Kecenderungan ini hampir dapat dilihat pada setiap pengujian kondisi berputar. Dari beberapa data yang telah ditampilkan dapat dilihat kecenderungan frekuensi pribadi sistem poros-rotor cenderung berubah untuk setiap kecepatan putar. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada Bab, bahwa frekuensi pribadi sistem yang berputar adalah dalam fungsi kecepatan putarnya, diakibat pengaruh dari inersia massa rotor dan poros yang apabila diputar dengan kecepatan tertentu akan menambahkan faktor efek giroskop, yang dapat diamati secara seksama pada persamaan dasar getarannya. 53

12 .1.5 Sinyal Dengan ketukan Sinyal Referensi pada 1 rpm x 1-4 Hasil setelah pengurangan (a) Impulse Hammer Magnitude [kgf].4. Magnitude [mm/kgf] Hasil Pengujian Kondisi Berputar pada 1 rpm X: 5.75 Y:.3548 X:.8 Y:.8551 X: Y: (b) Gambar 5.9 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 1 rpm arah vertikal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 54

13 4 x 1-3 Sinyal Dengan ketukan x 1-3 Sinyal Referensi pada kecepatan putar 415 rpm x 1-4 Hasil setelah pengurangan (a).3 Impulse Hammer Magnitude [kgf]..1 Magnitude [mm/kgf] Hasil Pengujian Kondisi Berputar 415 rpm X: 48.5 Y:.6388 X: 3.5 Y: (b) Gambar 5.1 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 415 rpm arah vertikal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 55

14 4 x 1-3 Sinyal dengan ketukan x 1-3 Sinyal Referensi pada kecepatan putar 415 rpm x 1-4 Hasil setelah pengurangan (a).4 Impulse Hammer Magnitude [kgf].3..1 Magnitude [mm/kgf] Hasil pengujian kondisi berputar pada kecepatan putar 415 rpm.6.4. X: 48.5 Y:.4981 X: 3.5 Y: (b) Gambar 5.11 Sinyal pengujian berputar pada kecepatan putar 415 rpm arah horizontal (a) Proses pengurangan (b) Hasil akhir: eksitasi-respon 56

15 Frekuensi pribadi akan muncul berbeda pada setiap kecepatan putar yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada beberapa hasil pengujian yang telah dilakukan. Ada kecenderungan frekuensi pribadi itu makin kecil dengan penambahan kecepatan putar dan ada yang makin meningkat seiring dengan penambahan kecepatan putar. Jika frekuensi pribadi cenderung mengecil seiring dengan pertambahan kecepatan putar, maka urutan frekuensi pribadi tersebut dinamakan dengan backward whirl. Jika frekuensi pribadi cenderung membesar seiring dengan pertambahan kecepatan putar, maka urutan frekuensi pribadinya dinamakan forward whirl. Bentuk fisik dari backward whirl dapat dilihat ketika sistem beroperasi yaitu adanya pusaran yang berlawanan arah dengan arah kecepatan putar poros-rotor dan bentuk fisik forward whirl dapat dilihat dengan adanya pusaran yang arahnya searah dengan arah kecepatan putar poros-rotor. Kecenderungan ini dapat dilihat dari data hasil pengujian yang telah ditabelkan pada Tabel 5.. Kurva hasil pengujian pada masingmasing kecepatan putar disajikan lebih lengkap pada Lampiran B. Tabel 5. Data frekuensi pribadi hasil pengujian pada beberapa kecepatan putar No 3 Frekuensi Pribadi Pada Kecepatan Putar (Hz) ,5 53,75 53, 5, 51,5 5,75 51,5 48,5-14, 1,5 13,5 11,5 1,5-118,5 3 9,5 9,5 8,75 4,5 3,5 1,8,8 3, , 49,75 49,5 491,8 494,8 5,5 519,8 - Dari hasil pengujian keseluruhan pada Tabel 5. dapat di-plot diagram Campbell yang menyajikan tabel tersebut. Diagram Campbell dari hasil pengujian kondisi berputar disajikan pada Gambar 5.1. Diagram Campbell hasil pengujian eksperimen di-plot dari data hasil pengujian dan kemudian dilakukan regresi linier dari data-data hasil pengujian kondisi berputar tersebut. Garis regresi kemudian diperpanjang beberapa titik sehingga didapatkan ttik perpotongan antara garis N/6 dengan garis regresi data hasil pengujian pada masing-masing modus getar. Hal ini dilakukan untuk memprediksi nilai putaran kritis sistem dari hasil eksperimen. 57

16 Dari diagram Campbell dapat dilihat titik perpotongan antara garis N/6 dan garis masingmasing modus. Dari titik perpotongan tersebut dapat diprediksi nilai kecepatan kritis sistem poros-rotor yang diuji. Pada diagram Campbell hasil eksperimen terdapat tiga titik potong antara garis N/6 dan garis masing-masing modus. Titik tersebut adalah (317,5 rpm 51,79 Hz), (7814, rpm 13,4 Hz), dan (11751 rpm 195,85 Hz). Titik-titik tersebut adalah pasangan antara kecepatan kritis dalam satuan rpm dan kecepatan kritis dalam satuan Hz. 7 Diagram Campbell Hz N/ 6 Gambar 5.1 Diagram Campbell hasil pengujian kondisi berputar. Kecepatan kritis yang didapat dari diagram Campbell hasil pengujian dapat digunakan untuk menentukan rentang kecepatan putar operasi yang aman bagi sistem poros-rotor. Tiga kecepatan kritis tersebut sudah cukup menjadi acuan dalam penentuan kecepatan operasi, di mana sistem-poros rotor harus dihindari beroperasi dekat atau tepat pada kecepatan kritisnya. Sistem poros-rotor akan aman pada saat start-up dan shut-down jika dioperasikan di bawah kecepatan kritis pertama (317,5 rpm), karena tidak ada kecepatan kritis yang harus dilewatinya. Namun, jika poros-rotor akan dioperasikan pada kecepatan putar di atas kecepatan kritis pertama, ke dua (7814, rpm ) dan ke tiga (11751 rpm), 58

17 maka dibutuhkan sistem penggerak yang memiliki percepatan yang cukup bagus, sehingga bisa melewati kecepatan kritis dengan cepat ketika mencapai kecepatan operasinya. Hasil kecepatan kritis dari hasil eksperimen bila dibandingkan dengan hasil pemodelan cukup jauh berbeda. Bila diurutkan nilai kecepatan putaran kritis berdasarkan kedekatan dengan hasil pemodelan akan kelihatan perbedaan yang cukup signifikan. Perbandingan itu ditampilkan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Perbandingan kecepatan kritis hasil pemodelan dan eksperimen Pemodelan Matlab Eksperimen Selisih No (Matlab-Eksp)/Eksp Hz Hz % 1 44,44 666, ,85 751, 51,79 317,4 11,5 3 15,8 916,8 13,4 7814,4 15, ,7 994, 195, , 15,4 5 4, , Dari Table 5.3 dapat dilihat perbedaan yang cukup besar antara hasil pemodelan dan eksperimen. Nilai perbedaan yang berkisar antara 11,5 % dan 15,4% tersebut disebabkan adanya idealisasi yang dilakukan pada saat pemodelan. Pada pemodelan untuk kekakuan dan redaman bantalan digunakan perhitungan secara teoritis yang sangat baku [11], di mana kekakuan dihitung berdasarkan formulasi untuk kekakuan externally pressurized bearings tanpa memodelkan seal lebih lanjut. Hal ini dapat dijadikan sebagai alasan terhadap perbedaan hasil ini. Seal memiliki kekakuan dan redaman yang belum bisa dimodelkan secara spesifik dalam penelitian ini. Nilai massa tak seimbang dan massa penyeimbang tidak diketahui besarnya secara spesifik, sehingga massa tak seimbang dan massa penyeimbang tidak dimasukkan ke dalam pemodelan sistem poros-rotor untuk penghitungan frekuensi pribadi dan kecepatan kritis. Padahal massa penyeimbang dan massa tak seimbang memberikan gaya sentrifugal kepada sistem poros-rotor ketika beroperasi yang sedikit banyak mempengaruhi hasil eksperimen. Hal ini berdampak pada perbedaan hasil antara pemodelan dan pengujian. 59

18 Selanjutnya, selain massa tak seimbang ada beberapa ketidak-sempurnaan pada perangkat uji yang tidak dimodel pada pemodelan secara numerik. Ketidak-sempurnaan pada perangkat uji sangat mempengaruhi hasil eksperimen, dan dapat dilihat tanda-tandanya dari sinyal getaran. Ketidak-sempurnaan itu diantaranya adalah ketidak-sesumbuan, kelonggaran yang terjadi pada perangkat uji. Hal tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil eksperimen, sehingga menyebabkan perbedaan hasil yang cukup signifikan antara hasil pemodelan dan eksperimen. Untuk pengembangan lebih lanjut, dapat dilakukan perbaikan-perbaikan dari segi pemodelan sebagaimana yang telah dibahas di atas. 6

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR 4.1 Perangkat Uji Sistem Poros-rotor Perangkat uji sistem poros-rotor yang digunakan tersusun atas lima belas komponen utama, antara lain: landasan (base),

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANALISIS KECEPATAN KRITIS ROTOR DINAMIK DENGAN STUDI KASUS EXTERNALLY PRESSURIZED BEARINGS TESIS MAGISTER Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik Oleh FEBLIL HUDA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Vance, J. M., Rotordynamics of Turbomachinery, John Willey & Sons, 1988.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Vance, J. M., Rotordynamics of Turbomachinery, John Willey & Sons, 1988. DAFTAR PUSTAKA 1. Vance, J. M., Rotordynamics of Turbomachinery, John Willey & Sons, 1988.. Adams, M., Nonlinear Dynamics of Multibearing Flexible Rotors, Journal Sound and Vibration, Volume 71, No 1,

Lebih terperinci

PENGUKURAN FUNGSI RESPON FREKUENSI (FRF) PADA SISTEM POROS-ROTOR

PENGUKURAN FUNGSI RESPON FREKUENSI (FRF) PADA SISTEM POROS-ROTOR PENGUKURAN FUNGSI RESPON FREKUENSI (FRF) PADA SISTEM POROS-ROTOR Erinofiardi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Bengkulu E-mail : riyuno.vandi@yahoo.com Abstract Frequency response function (FRF)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Perhitungan Frekuensi Cacat Bantalan Spesimen Uji Perhitungan frekuensi cacat spesimen bantalan uji dilakukan dengan memanfaatkan fitur GUIDE yang terdapat pada

Lebih terperinci

PEMICU 1 29 SEPT 2015

PEMICU 1 29 SEPT 2015 PEMICU 1 9 SEPT 015 Kumpul 06 Okt 015 Diketahui: Data eksperimental hasil pengukuran sinyal vibrasi sesuai soal. Ditanya: a. Hitung persamaan karakteristiknya. b. Dapatkan putaran kritisnya c. Simulasikan

Lebih terperinci

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan industri, penggerak generator pembangkit energi listrik,

Lebih terperinci

Pemodelan, Pengujian, dan Analisis Getaran Torsional dari Perangkat Uji Sistem Poros-Rotor

Pemodelan, Pengujian, dan Analisis Getaran Torsional dari Perangkat Uji Sistem Poros-Rotor Pemodelan, Pengujian, dan Analisis Getaran Torsional dari Perangkat Uji Sistem Poros-Rotor Zainal Abidin dan Haleyna Arstianti Laboratorium Dinamika PAU-IR, Institut Teknologi Bandung Email: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL CIRI GETARAN PADA BANTALAN ROL DENGAN PEMBEBANAN STATIK

KAJI EKSPERIMENTAL CIRI GETARAN PADA BANTALAN ROL DENGAN PEMBEBANAN STATIK Jurnal Teknik Mesin, Vol. 24, No. 1, April 2009 1 KAJI EKSPERIMENTAL CIRI GETARAN PADA BANTALAN ROL DENGAN PEMBEBANAN STATIK K. Magiano 1 & K. Bagiasna 2 1 Asisten riset, Mahasiswa magister fast track,

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pengujian untuk mengetahui unjuk kerja dari perangkat lunak yang telah dikembangkan. Data hasil pengujian tersebut nantinya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material dan Laboratorium Getaran Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2 Diagram Alir Penelitian

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

Tuning Mass-Spring Damper Pada Rekayasa Follower Rest Untuk Meningkatkan Batas Stabilitas Proses Bubut Slender Bar

Tuning Mass-Spring Damper Pada Rekayasa Follower Rest Untuk Meningkatkan Batas Stabilitas Proses Bubut Slender Bar Tuning Mass-Spring Damper Pada Rekayasa Follower Rest Untuk Meningkatkan Batas Stabilitas Proses Bubut Slender Bar Peniel Immanuel Gultom 1, Suhardjono 2,* 1,2 Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin, Fak. Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri, mesin rotari merupakan bagian yang sangat penting dalam proses produksi dan bantalan (bearing) mempunyai peran penting dalam menjaga performa

Lebih terperinci

Talifatim Machfuroh 4

Talifatim Machfuroh 4 PENGARUH PENAMBAHAN DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DDVA)- DEPENDENT DALAM PEREDAMAN GETARAN PADA SISTEM UTAMA 2-DOF Talifatim Machfuroh 4 Abstrak: Suatu sistem yang beroperasi dapat mengalami getaran

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 98 ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Levi Amanda Putra Program

Lebih terperinci

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil pengolahan amplitudo mole plow getar dengan software Corel Photo Paint-12

Lampiran 1. Hasil pengolahan amplitudo mole plow getar dengan software Corel Photo Paint-12 LAMPIRAN 78 Panjang pegas kantilever (mm) Lampiran 1. Hasil pengolahan amplitudo mole plow getar dengan software Corel Photo Paint-12 TABEL PENGOLAHAN DATA AMPLITUDO HORIZONTAL KANTILEVER BEAM F (Hz) T1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Data Pengambilan data dilakukan dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut: Pengujian : Sembilan kecepatan motor (1000 RPM, 1200 RPM, 1400 RPM,

Lebih terperinci

PENGARUH RUBBING TERHADAP KONDISI GETARAN MESIN ROTASI

PENGARUH RUBBING TERHADAP KONDISI GETARAN MESIN ROTASI Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 3, Tahun 216 PENGARUH RUBBING TERHADAP KONDISI GETARAN MESIN ROTASI *Zudi Zukron Amin 1, Achmad Widodo 2, Ismoyo Haryanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA 3.1 Alat Uji Kerusakan Bantalan Pada penelitian tugas akhir ini, alat uji yang digunakan adalah alat uji test rig yang digerakkan menggunakan sebuah motor dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DYNAMIC ABSORBER SEBAGAI KONTROL VIBRASI PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GETARAN BAWAH TANAH. Oleh. Endah Retnoningtyas

PERANCANGAN DYNAMIC ABSORBER SEBAGAI KONTROL VIBRASI PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GETARAN BAWAH TANAH. Oleh. Endah Retnoningtyas PERANCANGAN DYNAMIC ABSORBER SEBAGAI KONTROL VIBRASI PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GETARAN BAWAH TANAH Oleh Endah Retnoningtyas 2407100604 Latar Belakang Struktur struktur umumnya sangat fleksibel sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH PELETAKAN SENSOR ACCELEROMETER TERHADAP HASIL PENGUKURAN FREKWENSI GETARAN

PENGARUH PELETAKAN SENSOR ACCELEROMETER TERHADAP HASIL PENGUKURAN FREKWENSI GETARAN PENGARUH PELETAKAN SENSOR ACCELEROMETER TERHADAP HASIL PENGUKURAN FREKWENSI GETARAN Dedi Suryadi 1, Redo Vanesa 1, Ahmad Fauzan 1, Veky M Fikry 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Bengkulu 2 Balai

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2]

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2] Bab II Teori Dasar 2.1 Proses Akuisisi Data [2, 5] Salah satu fungsi utama suatu sistem pengukuran adalah pembangkitan dan/atau pengukuran tehadap sinyal fisik riil yang ada. Peranan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU DINAMIK SISTEM POROS-ROTOR 3D

ANALISIS PERILAKU DINAMIK SISTEM POROS-ROTOR 3D ANALISIS PERILAKU DINAMIK SISTEM POROS-ROTOR 3D Oleh: Asmara Yanto 1* dan Rachmat Hidayat 2* 1 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri ITP 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Penggunaan Jerk untuk Deteksi Dini Kerusakan Bantalan Gelinding dan Pemantauan Kondisi Pelumasan

Penggunaan Jerk untuk Deteksi Dini Kerusakan Bantalan Gelinding dan Pemantauan Kondisi Pelumasan Penggunaan Jerk untuk Deteksi Dini Kerusakan Bantalan Gelinding dan Pemantauan Kondisi Pelumasan Zainal Abidin dan Budi Heryadi Laboratorium Dinamika PPAU-IR, Institut Teknologi Bandung, Bandung Email:

Lebih terperinci

Kajian Eksperimental Parameter Modal Bangunan Dua Lantai dengan Metode Modal Analisis

Kajian Eksperimental Parameter Modal Bangunan Dua Lantai dengan Metode Modal Analisis Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9 No. 1, April 2016 (91-97) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem ISSN: 2302-5255 (p) Kajian Eksperimental Parameter Modal Bangunan Dua Lantai dengan Metode Modal Analisis

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit 1 PLTU Amurang 2x25MW

Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit 1 PLTU Amurang 2x25MW JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 120 Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : balance performance, massa unbalance, balancing roda mobil, metoda sudut fasa

Abstrak. Kata kunci : balance performance, massa unbalance, balancing roda mobil, metoda sudut fasa STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERAT RODA PADA PROSENTASE UNJUK KERJA BALANCING RODA MOBIL Harie Satiyadi Jaya *, Suhardjono ** Laboratorium Mesin Perkakas, Jurusan Teknik Mesin FTI ITS, Surabaya. E-mail:

Lebih terperinci

Analisis Getaran Bantalan Rotor Skala Laboratorium untuk Kondisi Lingkungan Normal dan Berdebu

Analisis Getaran Bantalan Rotor Skala Laboratorium untuk Kondisi Lingkungan Normal dan Berdebu Analisis Getaran Bantalan Rotor Skala Laboratorium untuk Kondisi Lingkungan Normal dan Berdebu Jhon Malta 1,*), Boy Ilham Wahyudi 1), Mulyadi Bur 1) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ALAT PENGUKUR GETARAN

ALAT PENGUKUR GETARAN ALAT PENGUKUR GETARAN Dalam pengambilan data suatu getaran agar supaya informasi mengenai data getaran tersebut mempunyai arti, maka kita harus mengenal dengan baik alat yang akan kita gunakan. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pembahasan metode penelitian ini disuse untuk mengidentifikasikan kegagalan yang terjadi pada pompa sentrifugal terhadap sinyal vibrasi yang

Lebih terperinci

TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN. Oleh : Opi Sumardi

TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN. Oleh : Opi Sumardi TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN Oleh : Opi Sumardi 1215021064 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2015 Dalam pengambilan data suatu getaran agar supaya informasi mengenai data getaran

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

Kata kunci : Perawatan prediktif, monitoring kondisi, sinyal getaran, sinyal suara, bantalan gelinding

Kata kunci : Perawatan prediktif, monitoring kondisi, sinyal getaran, sinyal suara, bantalan gelinding Kaji Banding Prediksi Kerusakan Pada Bantalan Gelinding Melalui Sinyal Getaran Dan Sinyal Suara Meifal Rusli 1, a *, Agus Arisman 1,b, Lovely Son 1,c dan Mulyadi Bur 1,d 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Studi Ciri Respons Getaran Mekanik Dan Suara Akibat Keausan Pada Bantalan Gelinding

Studi Ciri Respons Getaran Mekanik Dan Suara Akibat Keausan Pada Bantalan Gelinding Studi Ciri Respons Getaran Mekanik Dan Suara Akibat Keausan Pada Bantalan Gelinding Rudy Yuni Widiatmoko*, Carolus Bintoro** * Pengajar Program Studi Teknik Mesin ** Pengajar Program Studi Teknik Aeronautika

Lebih terperinci

iii Banda Aceh, Nopember 2008 Sabri, ST., MT

iii Banda Aceh, Nopember 2008 Sabri, ST., MT ii PRAKATA Buku ini menyajikan pembahasan dasar mengenai getaran mekanik dan ditulis untuk mereka yang baru belajar getaran. Getaran yang dibahas di sini adalah getaran linier, yaitu getaran yang persamaan

Lebih terperinci

STUDI PROBABILITAS RESPON STRUKTUR DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

STUDI PROBABILITAS RESPON STRUKTUR DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI PROBABILITAS RESPON STRUKTUR DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA BUDIARTO NRP : 0421021 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MESIN PENGAYAK PASIR DENGAN METODE EKSITASI MASSA TIDAK SEIMBANG

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MESIN PENGAYAK PASIR DENGAN METODE EKSITASI MASSA TIDAK SEIMBANG PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MESIN PENGAYAK PASIR DENGAN METODE EKSITASI MASSA TIDAK SEIMBANG Feblil Huda, Sigit Pamungkas, Jutria Laboratorium Konstruksi Mesin, Universitas Riau Kampus Bina Widya

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu prosedur design yang disediakan untuk menentukan kriteria penerimaan manusia akibat getaran lantai, bervariasi sesuai dengan bahan yang digunakan dalam konstruksi lantai.

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN

DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN Didik Djoko Susilo Abstract : The aim of the research was to detect the fault of rolling bearing in a centrifugal

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN J. A. Apriansyah, Dedi Suryadi, A. Fauzan Suryono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Jl. WR. Supratman

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB III SIMULATOR KAVITASI DAN METODE AKUISISI DATA

BAB III SIMULATOR KAVITASI DAN METODE AKUISISI DATA BAB III SIMULATOR KAVITASI DAN METODE AKUISISI DATA 3.1 Simulator Kavitasi Pompa Sentrifugal Simulator kavitasi pompa sentrifugal merupakan alat yang dirancang untuk meneliti fenomena kavitasi yang bertujuan

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL SUARA

DETEKSI KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL SUARA DETEKSI KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL SUARA Akbar Anggriawan 1, Feblil Huda 2 Laboratorium Konstruksi Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3. Mutu produksi, misalnya: Asam Lemak Bebas (ALB) minyak sawit. maksimum 3,5 %, kadar air inti sawit maksimum 7% dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3. Mutu produksi, misalnya: Asam Lemak Bebas (ALB) minyak sawit. maksimum 3,5 %, kadar air inti sawit maksimum 7% dan lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang cukup banyak sesuai fungsinya, dengan tujuan utama yaitu mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI SKRIPSI MEKANIKA KEKUATAN BAHAN Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang cukup banyak sesuai fungsinya, dengan tujuan utama yaitu mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS

IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS Tugas Akhir (TM 1486) IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS LUQMAN PURWADANI 2102 100 004 Pembimbing : Ir. Suwarmin, PE PENDAHULUAN LATAR

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE Oleh Agus Susanto Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. Suhardjono,

Lebih terperinci

Bab IV Analisis. 4.1 Uji Konvergensi

Bab IV Analisis. 4.1 Uji Konvergensi Bab IV Analisis... 37 4.1 Uji Konvergensi... 37 4.1.1 Pendahuluan... 37 4.1.2 Uji Konvergensi pada model tanpa cacat... 37 4.1.3 Uji Konvergensi pada model cacat... 39 4.2 Analisis Tegangan Bilah Kipas...

Lebih terperinci

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi mochamad nur qomarudin, februari 015 mnurqomarudin.blogspot.com, alfiyahibnumalik@gmail.com bismillah. seorang kawan meminta saya mempelajari

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PUTARAN TERHADAP EFEKTIFITAS BALANCING POROS FLEKSIBEL PADA PROSES TWO-PLANE BALANCING

PENGARUH VARIASI PUTARAN TERHADAP EFEKTIFITAS BALANCING POROS FLEKSIBEL PADA PROSES TWO-PLANE BALANCING PENGARUH VARIASI PUTARAN TERHADAP EFEKTIFITAS BALANCING POROS FLEKSIBEL PADA PROSES TWO-PLANE BALANCING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : DWI RAHMANTO

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER)

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) Abdul Rohman Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi E-mail :

Lebih terperinci

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN Medianto NRP : 0321050 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain kompresor adalah penghasil udara bertekanan. Karena udara dimampatkan maka mempunyai tekanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi Abdul Rohman 1,*, Harus Laksana Guntur 2 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

5 GETARAN DUA DERAJAD KEBEBASAN (Two Degrees of Freedom System)

5 GETARAN DUA DERAJAD KEBEBASAN (Two Degrees of Freedom System) 5 GETARAN DUA DERAJAD KEBEBASAN (Two Degrees of Freedom System) Dr. Soeharsono (FTI Universitas Trisakti F164070142 1 Pers.umum getaran TDOF Gambar 5-1a Gambar 5-1b Keseimbangan gaya (Gambar 5-1b: 2 5-1a

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai JURNAL TEKNIK POMITS Vol, No, () -6 Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai Anas Khoir, Yerri Susatio, Ridho Hantoro Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR Gerakan dari struktur terapung akan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, dimana terdapat gaya gaya luar yang bekerja pada struktur dan akan menimbulkan gerakan pada struktur. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sinyal getaran untuk mendeteksi kerusakan elemen bola pada bantalan. Bantalan normal dan bantalan cacat elemen bola akan diuji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnitudo Gempabumi Magnitudo gempabumi adalah skala logaritmik kekuatan gempabumi atau ledakan berdasarkan pengukuran instrumental (Bormann, 2002). Pertama kali, konsep magnitudo

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA

EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA Djoko Sulistyono 1, Arief Budiman 2 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI LAPORAN PENELITIAN MANDIRI ANALISA GETARAN ROTOR SIMULATOR DENGAN MENGGUNAKAN FFT ( FAST FOURIER TRANSFROM) Oleh : J.D.C. SIHASALE NIP. 196505091997021001 UNIVERSITAS PATTIMURA November 2016 ANALISA GETARAN

Lebih terperinci

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

ULANGAN UMUM SEMESTER 1 ULANGAN UMUM SEMESTER A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e di depan jawaban yang benar!. Kesalahan instrumen yang disebabkan oleh gerak brown digolongkan sebagai... a. kesalahan relatif

Lebih terperinci

BAB 2 Sweet Spot Raket Tenis

BAB 2 Sweet Spot Raket Tenis BAB 2 Sweet Spot Raket Tenis Ketika anda memukul bola dan kontak bola dengan raket benar-benar terasa lembut, anda menduga bahwa perkenaan bola tepat pada apa yang disebut sweet spot. Tetapi dapatkah kondisi

Lebih terperinci

MATERI gerak lurus GERAK LURUS

MATERI gerak lurus GERAK LURUS MATERI gerak lurus Pertemuan I Waktu : Jarak, Perpindahan, Kelajuan, dan kecepatan :3 JP GERAK LURUS Gerak lurus adalah gerakan suatu benda/obyek yang lintasannya berupa garis lurus (tidak berbelok-belok).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI Ganong Zainal Abidin, I Wayan Sujana Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang Email : ganongzainal@outlook.com

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a*

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a* Journal of Mechanical Engineering and Mechatronics Submitted : 2017-09-15 ISSN: 2527-6212, Vol. 2 No. 1, pp. 11-16 Accepted : 2017-09-21 2017 Pres Univ Press Publication, Indonesia Simulasi Peredam Getaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan diubah menjadi kerja. Namun di dunia ini

Lebih terperinci

ANALISA KECEPATAN PADA ALAT PERAGA MEKANISME ENGKOL PELUNCUR. Yeny Pusvyta 1* 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA

ANALISA KECEPATAN PADA ALAT PERAGA MEKANISME ENGKOL PELUNCUR. Yeny Pusvyta 1* 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA ANALISA KECEPATAN PADA ALAT PERAGA MEKANISME ENGKOL PELUNCUR Yeny Pusvyta 1* 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA Jl. Mayor Ruslan Palembang. *Email : yeny_pusvyta@yahoo.com Abstrak Interaksi yang

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

Pengaruh Bahan Kampas Rem terhadap Respon Getaran pada Sistem Rem Cakram

Pengaruh Bahan Kampas Rem terhadap Respon Getaran pada Sistem Rem Cakram Elhafid dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. No. (April 7) -7 Pengaruh Bahan Kampas Rem terhadap Respon Getaran pada Sistem Rem Cakram Muhammad Mushlih Elhafid, Didik Djoko Susilo, Purwadi Joko Widodo

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Motor Stepper Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian di rancang untuk dapat memformulasikan daignosa kegagalan pada pompa sentrifugal dengan sinyal getaran. Untuk mencapai tujuan ini,

Lebih terperinci

ANALISIS LINIER DAN NON-LINIER DARI PENGARUH GAYA SERET TERHADAP RESPONS SEBUAH STRUKTUR JALUR PIPA DI PERMUKAAN LAUT

ANALISIS LINIER DAN NON-LINIER DARI PENGARUH GAYA SERET TERHADAP RESPONS SEBUAH STRUKTUR JALUR PIPA DI PERMUKAAN LAUT ANALISIS LINIER DAN NON-LINIER DARI PENGARUH GAYA SERET TERHADAP RESPONS SEBUAH STRUKTUR JALUR PIPA DI PERMUKAAN LAUT ABSTRAK Pembebanan gelombang pada struktur-struktur yang fleksibel adalah masalah

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA)

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA) 1 ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA) Amirul Huda dan Unggul Wasiwitono,ST.,M.Eng.Sc,Dr.Eng Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyediaan energi dimasa depan merupakan permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa, karena bagaimanapun juga kesejahteraan manusia dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN

PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : WAHYU UTOMO NIM.

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA GELOMBAG : Gerak Harmonik Sederhana M. Ishaq Pendahuluan Gerak harmonik adalah sebuah kajian yang penting terutama jika anda bergelut dalam bidang teknik, elektronika, geofisika dan lain-lain. Banyak gejala

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER Oleh : Bernadie Ridwan 2105100081 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Sutantra,

Lebih terperinci

MEKANIKA TEKNIK. Sitti Nur Faridah

MEKANIKA TEKNIK. Sitti Nur Faridah 1 MEKANIKA TEKNIK Sitti Nur Faridah Diterbitkan oleh : Pusat Kajian Media dan Sumber Belajar LKPP Universitas Hasanuddin 2016 MEKANIKA TEKNIK Penulis : Dr. Ir. Sitti Nur Faridah, MP. Desain cover : Nur

Lebih terperinci