Analisa Ekonomi (Pengantar)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Ekonomi (Pengantar)"

Transkripsi

1 Analisa Ekonomi (Pengantar)

2 Outline State Intervention Teorema Coase Analisa Ekonomi untuk Tort Tort atau Regulasi? Pengantar untuk Pidana

3 I. State Intervention Market failure: Information assymetry Externality Public goods monopoly

4 Penelitian ANEK: Normative/prescriptive Law and economics: Tujuan hukum adalah menciptakan efisiensi Descriptive law and economics Efisiensi: Productive/technical efficiency: alternatif yang menghasilkan output (tujuan) yang sama dengan biaya yang paling sedikit cost effectiveness Allocative/Pareto efficiency: alokasi sumber daya dilakukan sedemikian rupa sehingga orang tidak bisa lagi menjadi lebih baik (better off) tanpa membuat orang lain lebih buruk (worse off) Kriteria Kaldor-Hicks (potential Pareto) Willingness to pay: sumber daya dialokasikan kepada mereka yang value it the most

5 II. Teorema Coase Coase: Keuntungan Cattle raiser: a + b + c Costs, benefits ($) Marginal social (damage) cost (MSC) of farmer Kerugian Farmer: b + c + d O Marginal net private benefit (MB) of cattleraiser a b Q s X c d Q p Output 1. Farmer memperoleh Ganti atas kerugian apa yang akan dilakukan cattleraiser/farmer? 2. Farmer tidak memperoleh Ganti atas kerugian apa yang akan dilakukan cattle-raiser/farmer?

6 Teorema Coase: when parties can bargain and settle their disagreements by cooperation, their behaviour will be efficient regardless of the underlying rule of law

7 III. Game Theory a. Prisoners Dilemma b. Chicken Game c. Divide 100 game

8 Prisoner s Dilemma B A Silence speaks silence (-1; -1) (-10;0) Speaks (0; -10) (-5;-5) Non-cooperation bad outcome Solusi: Repeated game (+ kesempatan utk membalas, titfor-tat) Governance by 3 rd party

9 Chicken Game B A Coop Non Coop Coop (0; 0) (-1;+1) Non Coop (+1; -1) (-10;-10) Non-cooperation bad outcome The biggest fool is the winner Zero-sum game Minus-sum game

10 IV. Analisa Ekonomi atas Pertanggungjawaban Perdata

11 Outline A. Negligence atau SL: Level of care B. Negligence atau SL: Level of activity C. Error dalam Perkiraan Damage D. Judgment proof problem dan Asuransi E. Liability atau regulasi?

12 A. Negligence atau SL: level of care Definisi unilateral cases x adalah level of precaution w adalah biaya utk tiap level of precaution (konstan) p(x) adalah probabilitas munculnya kerugian yang tergantung dari tingkat precaution (endogenous) kehatihatian akan menurunkan probabilitas D adalah kerugian x w.x (w = 5) p(x) (= 1/x) p(x).d (d=125) Total damage / / / / /

13 MinSC = Min [wx + p(x)d ] titik maksimum jika f (x) = 0; SC' = w + p'(x)d = 0 w = - p'(x)d x* (level of precaution yg optimal) terjadi ketika biaya per unit precaution sama dengan perubahan probabilitas munculnya kerugian dari tiap peningkatan precaution, dikalikan dengan kerugian yg diperkirakan w = biaya marjinal pencegahan - p'(x)d = manfaat marjinal dari pencegahan

14 $ Total accident costs (SC): wx + p(x)d Cost of precaution: wx Expected damage: p(x)d 0 x* Level of precaution (x)

15 Negligence rule $ Expected liability 0 x* x

16 Strict Liability $ 0 x* Level of precaution (x)

17 Kesimpulan

18 B. Negligence atau SL: Level of Activity the level of activity = z, yaitu jumlah waktu di mana seseorang terlibat dalam satu kegiatan (yg beresiko) b(z) adalah fungsi dari keuntungan dari kegiatan tersebut, social benefit (SB) adalah: SB = b(z) z [wx + p(x)d]...1 Artinya, SB adalah manfaat dari keterlibatan di dalam kegiatan dikurangi total biaya kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut Karena benefit akan maksimum ketika biaya adalah minimum, x*, persamaan di atas dapat ditulis: SB = b(z) z [wx* + p(x*)d]...2 SB maksimum didapat ketika SB = 0, sehingga: SB' = b'(z) [wx* + p(x*)d] = Jika tingkat aktivitas optimal adalah z*, maka: b'(z*) = [wx* + p(x*)d]...4

19 Dari persamaan 4, terlihat bahwa keuntungan marjinal sama dengan biaya marjinal (jumlah biaya kehati-hatian dan kerugian yang diperkirakan pada level kehati-hatian yang optimal) Untuk Negligence: pada tingkat kehati-hatian optimal, tergugat hanya akan menanggung biaya pencegahan sebesar wx*. Bagi tergugat, manfaat yang didapat dari keterlibatannya di dalam kegiatan adalah: SB = b(z) z(wx*). Berarti, bagi tergugat, peningkatan jumlah keterlibatan dalam kegiatan hanya memerlukan biaya z(wx*). z(wx*) < SC, karena SC adalah z(wx*) + z.p(x*)d Artinya, tergugat hanya akan memperhatikan x*, tapi tidak akan memperhatikan z* Untuk SL: Karena tergugat bertanggungjawab pada setiap muncul kerugian, maka pada tingkat kehati-hatian yang optimal, tergugat akan menanggung biaya sebesar: wx* + p(x*)d. keuntungan dari keterlibatan dalam kegiatan adalah: b(z) z [wx* + p(x*)d]. Keuntungan ini sama dengan manfaat sosial (SB) Artinya, tergugat akan memperhatikan x* dan z*

20 C. Error dalam perkiraan Damage Negligence $ Expected liability 0 x 3 x* x 2 x

21 Strict Liability $ 0 x 3 x* x 2 Level of precaution (x)

22 D. Judgment Proof dan Asuransi Judgment Proof = Error dalam penentuan damage = financial cap III Party Insurance Risk Aversion

23 E[U(Ŵ)] = U(W 0 - RP) V Z RP W 2 CE W 1 Money

24 Asumsikan ada seseorang, yang memiliki kekayaan awal sebesar W 0, sedang mempertimbangkan untuk melakukan investasi pada sebuah usaha. Dari informasi yang dimilikinya, orang tersebut mengetahui bahwa terdapat: kemungkinan besar usaha tersebut akan berhasil, sehingga kekayaannya naik menjadi W 1. kemungkinan kecil bahwa usaha tersebut akan gagal, sehingga kekayaannya turun menjadi W 2.

25 Dari kedua kemungkinan di atas, dapat diketahui bahwa nilai ekspektasi dari usaha tersebut adalah: E*Ŵ+ = E*W 1 ] + E[W 2 ] = p(w 1 ) + (1-p)W 2, di mana: E*Ŵ+ adalah total ekspektasi nilai dari usaha E[W 1 ] dan E[W 2 ] masing-masing adalah ekspektasi nilai dari situasi yang menguntungkan (W 1 ) dan ekspektasi nilai dari situasi yang merugikan (W 2 ) p adalah probabilitas terjadinya situasi yang menguntungkan (W 1 ) Pada sebuah situasi yang disebut dengan fair bet, total ekspektasi dari semua kemungkinan nilai yang ada adalah 0. total ekspektasi nilai tidak mengubah kekayaan, sehingga E[Wˆ ] = W 0.

26 Apabila orang tersebut tidak suka resiko (risk averse), dengan kurva utilitas cembung (concave), maka dapat diketahui bahwa setiap nilai menghasilkan tingkat utilitasnya sendirisendiri, yaitu: W 1 menghasilkan utilitas U(W 1 ), W 2 menghasilkan utilitas U(W 2 ), total ekspektasi nilai menghasilkan utilitas U( E[Wˆ ])

27 Adanya dua kemungkinan utilitas yang muncul dari adanya dua kemungkingan situasi menghasilkan total ekspektasi utilitas sebesar: E*U(Ŵ)+ = p.u(w 1 ) + (1-p).U(W 2 ), di mana: E*U(Ŵ)+ adalah total ekspektasi utilitas usaha U(W 1 ) adalah utilitas dari situasi yang menguntungkan (W 1 ) p adalah probabilitas terjadinya situasi yang menguntungkan U(W 2 ) adalah utilitas dari situasi yang merugikan untuk orang yang tidak suka resiko, ekspektasi utilitas usaha akan lebih rendah dari pada utilitas dari total ekspektasi nilai: E[ U( Wˆ )] U( E[ Wˆ ] Hal ini terjadi karena keberadaan resiko akan mengurangi tingkat utilitas dari orang yang tidak suka resiko.

28 Dari gambar terlihat bahwa garis vertikal dari ekspektasi nilai E*Ŵ+ memotong garis antara X dan Y pada titik Z. kordinat vertikal dari titik Z adalah ekspektasi utilitas, kordinat horisontal titik Z adalah rata-rata dari ekspektasi nilai, E*Ŵ+. apabila kita menarik garis horizontal dari titik Z, maka garis itu akan memotong kurva utilitas pada titik V. Titik ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah uang yang memiliki nilai utilitas yang sama dengan utilitas dari ekspektasi nilai. Uang inilah yang disebut sebagai certainty equivalent (CE).

29 Perbedaan antara certainty equivalent dan ekspektasi nilai inilah yang disebut sebagai premi, risk premium (RP), maksimum uang yang dapat dibayarkan oleh orang yang tidak suka resiko guna menghindari resiko. Dari pada mengalami kerugian yang besar namun tidak pasti, orang yang tidak resiko akan memilih mengalami kerugian yang kecil namun pasti dalam bentuk pembayaran premi.

30 Asuransi Wajib? Moral hazard Adverse selection Duty to accept?

31 E. Liability atau Regulasi? Kriteria dari Steven Shavell: Information Problem: jika pembuat kebijakan lebih tahu maka regulasi lebih baik The Judgement proof problem: jika ada kemungkinan aset perusahaan tidak mencukupi utk membayar ganti, maka regulasi lebih baik (semakin banyak ganti rugi yang harus dibayar, semakin tinggi tingkat pencegahan akan dilakukan) The possibility of being sued: apabila ada kemungkinan sangat besar bahwa pencemar tidak akan digugat (mis. Karena susahnya pembuktian atau karena tidak ada pihak yang berminat menggugat), maka regulasi lebih baik Administrative cost: pertanggungjawaban perdata lebih baik, karena biaya administratif hanya akan muncul jika muncul gugatan (muncul kasus pencemaran), sedangkan regulasi memerlukan biaya administratif (mis. Berupa biaya pengawasan) meskipun kasus belum muncul

32 Jumlah uang III. Sanksi Pidana Pidana vs Perdata: Perfect compensation Y 2 A 2 Y 1 B A 1 U 1 X 2 X 1 U 2 Jumlah mobil

33 Pada kondisi sebelum mengalami kerugian utilitas korban berada di titik A1, yaitu titik (X1,Y1), yang terletak pada kurva utilitas U1. Setelah mengalami kerugian berupa penurunan jumlah mobil, tingkat utilitas turun pada kurva U2 yaitu pada titik B (X2,Y1). Kompensasi penuh akan mengembalikan tingkat utilitas korban kepada tingkat utilitas semula (U1). Ini berarti: kompensasi penuh akan memindahkan korban dari titik B ke titik A2, yaitu titik (X2,Y2). Dari titik A2 dapat disimpulkan bahwa meskipun korban mengalimi kerugian (berupa penurunan tingkat kesehatan dari X1 ke X2), tetapi kerugian ini disertai dengan diberikannya sejumlah uang (kenaikan tingkat pendapat dari Y1 ke Y2), sehingga secara teoritis dapat dinyatakan bahwa korban menjadi indifferent antara berada pada titik A1 atau titik A2 (karena sama-sama berada pada garis utilitas yang sama, atau berada pada tingkat utilitas yang sama).

34 Pertanyaan: Bagaimana jika kerugian tidak bisa diukur dgn uang? Bagaimana jika kemungkinan tertangkap (penegakan hukum/penjatuhan sanksi) < 1? Korupsi 1 juta Sanksi: pengembalian harta Kemungkinan tertangkap: 90% Benefit of crime (korupsi tapi tidak tertangkap)= 1 juta Cost of crime = 90% x sanksi = 90% x 1 juta = 900 ribu

35 Penjahat yang rasional: Melakukan tindak pidana jika: Benefit dari tindak pidana > cost dari tindak pidana Apa itu cost? Sanksi Probability tertangkap tingkat penegakan hukum

36 Public harm vs Private harm Implikasi dari public harm: Yg digunakan adalah penuntutan pidana Hukum pidana memungkinkan adanya pemidanaan terhadap victimless crimes Public harm membenarkan adanya pemidanaan terhadap percobaan

37 Penjahat yang Rasional Benefit dari kejahatan > ongkos dari kejahatan Ongkas terdiri probabilitas dijatuhi sanksi: Law enforcement Kemampuan aparat untuk mendeteksi Beratnya sanksi Sanksi yang pasti Formulanya: y > p.s

38 y = keuntungan dari kejahatan (payoff); x = keseriusan/tingkat kejahatan p = probabilitas S = sanksi Untuk penjahat yang rasional tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan: max y(x) p(x)s(x) Maka: y (p S + ps ) = 0 y = p S + ps y adalah criminal s marginal benefit p S + ps adalah criminal s marginal expected cost

39 Maknanya: Penambahan upaya penegakkan hukum akan meningkatkan probabilitas pendeteksian kejahatan Penambahan upaya pemberian sanksi akan meningkatkan tingkat sanksi Baik p maupun S (penambahan probabilitas dan penambahan sanksi) akan menambah ongkos bagi penjahat mengurangi keseriusan tingkat kejahatan

40 Penegakan Hukum yg Rasional B = manfaat sosial dari penegakan hukum Tergantung dari tingkat keseriusan kejahatan C = ongkos dari penjatuhan sanksi: Biaya pendeteksian/penegakan hukum Biaya penjara Sanksi yang optimal adalah: B>C Denda atau penjara?

Pengantar Matematika Asuransi. Winita Sulandari

Pengantar Matematika Asuransi. Winita Sulandari Pengantar Matematika Asuransi Winita Sulandari What is insurance mathematics? Insurance mathematics is the area of applied mathematics that studies different risks to individuals, property and businesses,

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #13 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan (1/2) 2 Berbagai keputusan secara langka dibuat dengan kepastian. Sebagian besar keputusan melibatkan faktor resiko. Kriteria umum untuk menilai

Lebih terperinci

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu membandingkan antara kondisi nyata dengan penerapan teori yang telah dipelajari. Indikator Penilaian Ketepatan dalam

Lebih terperinci

Eksternalitas & Barang Publik

Eksternalitas & Barang Publik Eksternalitas & Barang Publik Rus an Nasrudin Kuliah ke-13 May 21, 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah ke-13) Eksternalitas & Barang Publik May 21, 2013 1 / 21 Outline 1 Pendahuluan 2 Definisi Eksternalitas 3

Lebih terperinci

Pertemuan 1

Pertemuan 1 1 ASAS ASAS HUKUM LINGKUNGAN 2 TIM PENGAJAR HUKUM LINGKUNGAN @ FHUP 1. ASAS LEGALITAS Asas umum di bidang Ilmu Hukum Pasal 1 ayat (3) UUD 45 Segala kebijakan yang dilakukan berdasarkan atas hukum ( Reschstaat

Lebih terperinci

Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas.

Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas. 1 KRITERIA EKSPEKTASI KEUNTUNGAN Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas. Kelemahan : - probabilitas bersifat subjektif - belum mencakup faktor resiko 2 Contoh Si A mendapat tawaran untuk

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #11 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan 2 Berbagai keputusan secara langka dibuat dengan kepastian. Sebagian besar keputusan melibatkan faktor resiko. Kriteria umum untuk menilai keputusan

Lebih terperinci

RISIKO & RETURN PADA ASSET

RISIKO & RETURN PADA ASSET RISIKO & RETURN PADA ASSET Return Investasi ( Jml diterima Jml inv ) Return = Jml investasi Apabila: Investasi Rp100 juta Hasil yang diperoleh Rp110 juta Lama investasi 1 tahun Rate of Return = (110 100)

Lebih terperinci

Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition)

Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition) Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition) PertemuanVII Tujuan Memahami definisi (perfect competition) Menjelaskan bagaimana perusahaan mengambil keputusan dan mengapa terjadi pemberhentian kerja dan

Lebih terperinci

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) )

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 Cost Effectiveness Analysis (CEA) Sesi 8 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 PRINCIPLES

Lebih terperinci

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko Suasana pengambilan keputusan : dalam pasti (certainty), dalam keadaan resiko (risk), dalam ketidakpastian (uncertainty), dalam suasana konflik (conflict). Analisis

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari

Lebih terperinci

Portofolio yang Efisien dan Optimal

Portofolio yang Efisien dan Optimal Teori Portofolio 1 Portofolio yang Efisien dan Optimal Portofolio efisien ialah portofolio yang memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau portofolio

Lebih terperinci

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM 1. Pengertian Kejahatan yang dilakukan oleh Korporasi Yang bertanggung jawab adalah Korporasi Korporasi = badan hukum => Perseroan

Lebih terperinci

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Dosen : D. Rizal Riyadi SE,.ME

Manajemen Keuangan. Dosen : D. Rizal Riyadi SE,.ME Manajemen Keuangan Dosen : D. Rizal Riyadi SE,.ME Silabus Dasar-dasar Manajemen Keuangan, J Fred Weston & EF Brigham, Penerbit Erlangga Manajemen Keuangan Pengertian Manajemen dana baik yang berkaitan

Lebih terperinci

Economic Managerial; Introduction. Mohammad Arief

Economic Managerial; Introduction. Mohammad Arief Economic Managerial; Introduction Mohammad Arief Bisnis Masalah-masalah Ekonomi Barang apakah yang akan diproduksi dan berapa banyak. Bagaimana caranya barang tersebut diproduksi. Untuk siapa barang diproduksi

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO Konsep Resiko RESIKO Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian; Resiko adalah ketidakpastian; Resiko adalah penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan;

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN BAB 6. KONDISI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Pendahuluan 2. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Kepastian 3. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian 4. Kondisi Pengambilan

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL. Keputusan ekonomi nelayan untuk memilih penggunaan alat tangkap legal

III. KERANGKA KONSEPTUAL. Keputusan ekonomi nelayan untuk memilih penggunaan alat tangkap legal III. KERANGKA KONSEPTUAL Keputusan ekonomi nelayan untuk memilih penggunaan alat tangkap legal dan illegal perlu dikonseptualisasikan. Kerangka konseptual memberikan abstraksi mengenai kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Ni Nyoman Santiari I Gusti Agung Ayu DikeWidhiyaastuti Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian

Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian Bab 13 : Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian 1 Ekonomi manajerial Manajemen 2 Pokok Bahasan Pengantar Keputusan Dalam Ketidakpastian Kriteria Maximin, Kriteria Maximax, Kriteria Minimax (Kroteria

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

PELANGGARAN HUKUM PAJAK YANG BERIMPLIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI & UPAYA PENEGAKAN HUKUMNYA

PELANGGARAN HUKUM PAJAK YANG BERIMPLIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI & UPAYA PENEGAKAN HUKUMNYA PELANGGARAN HUKUM PAJAK YANG BERIMPLIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI & UPAYA PENEGAKAN HUKUMNYA SARWIRINI Fakultas Hukum Universitas Airlangga sarwirini.rini@gmail.com PELANGGARAN HUKUM PAJAK (TAX EVASION =

Lebih terperinci

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN Pengantar (1) Pembahasan dasar-dasar mikroekonomi memberikan pemahaman dari konsep dasar yg dapat

Lebih terperinci

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market) EKSTERNALITAS EKSTERNALITAS Manfaat (Benefit) dan/atau Biaya (Cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang/jasa. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY DECISION THEORY DAN GAMES THEORY PENGANTAR Lingkungan di mana keputusan dibuat sering digolongkan kedalam empat keadaan: certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Decision theory terutama berhubungan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PROYEK MENGGUNAKAN TEORI PREFERENSI DAN CAPM EFFICIENT FRONTIER

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PROYEK MENGGUNAKAN TEORI PREFERENSI DAN CAPM EFFICIENT FRONTIER ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PROYEK MENGGUNAKAN TEORI PREFERENSI DAN CAPM EFFICIENT FRONTIER Elis Ratna Wulan Jurusan Matematika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung e-mail: elisrwulan@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM Konsep Resiko RESIKO Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian; Resiko adalah ketidakpastian; Resiko adalah penyimpangan hasil aktual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan diperlukan pada semua tahap administrasi dan manajemen. Misalnya dalam tahap perencanaan, diperlukan banyak kegiatan pengambilan keputusan sepanjang

Lebih terperinci

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L PENGERTIAN DAN ASUMSI UTAMA Barang (commodities ) adalah benda dan jasa yang di konsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruh nya

Lebih terperinci

RISIKO KERUSAKAN PROPERTI DAN KEWAJIBAN ( LIABILITIES )

RISIKO KERUSAKAN PROPERTI DAN KEWAJIBAN ( LIABILITIES ) RISIKO KERUSAKAN PROPERTI DAN KEWAJIBAN ( LIABILITIES ) 1. RISIKO PROPERTI 1. Cakupan Properti Risiko yang mungkin terjadi atas properti (harta benda) mencakup banyak hal seperti kebakaran, banjir, perusakan,

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. untuk setiap di dan untuk setiap, dengan. (Peressini et al. 1988)

III PEMBAHASAN. untuk setiap di dan untuk setiap, dengan. (Peressini et al. 1988) 4 untuk setiap di dan untuk setiap (Peressini et al 1988) Definisi 22 Teorema Deret Taylor Nilai hampiran f di x untuk fungsi di a (atau sekitar a atau berpusat di a) didefinisikan (Stewart 1999) 24 Kontrol

Lebih terperinci

II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC)

II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC) II. PARETO OPTIMALITY (PO) & CRITERION (PC) o Lester Thurow: banyak proyek yg bagus tidak dilakukan hanya krn manajer proyek tidak mau membayar kompensasi kpd orang2 yg akan dirugikan dgn proyek tsb. Jika

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan

Ekonomi Mikro. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Ekonomi Mikro Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Bentuk-bentuk Organisasi Perusahaan 1. Perusahaan perseorangan 2. Firma 3. Perseroan terbatas 4. Perusahaan negara 5. Koperasi Perusahaan perseorangan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SILABUS MATA KULIAH

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SILABUS MATA KULIAH SILABUS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Mikroekonomi II Kode Mata Kuliah : EKO 505 Kredit : 3(3-0) Semester : 2 Deskripsi : Kuliah ini membahas alat analisis dan topik-topik lanjutan dalam Mikroekonomi,

Lebih terperinci

PERANAN PEMERINTAH DI BIDANG PEREKONOMIAN : PILIHAN PUBLIK DAN EKSTERNALITAS

PERANAN PEMERINTAH DI BIDANG PEREKONOMIAN : PILIHAN PUBLIK DAN EKSTERNALITAS PERANAN PEMERINTAH DI BIDANG PEREKONOMIAN : PILIHAN PUBLIK DAN EKSTERNALITAS DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM Pemerintah tidak selamanya bisa mempengaruhi aktivitas perekonomian dengan menghimbau masyarakat

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Bahasan Teori produksi (teori perilaku produsen) Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perusahaan ditinjau dari sudut teori ekonomi

Lebih terperinci

BAB III GAME THEORY. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang

BAB III GAME THEORY. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang 7 BAB III GAME THEORY 3. Pengantar Game Theory Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetitif yang diwarnai persaingan atau konflik. Persaingan atau konflik ini

Lebih terperinci

Bab 1: Pengertian dan Ruang Lingkup. Ekonomi Manajerial. Ekonomi Manajerial

Bab 1: Pengertian dan Ruang Lingkup. Ekonomi Manajerial. Ekonomi Manajerial Bab 1: Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Pokok Bahasan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial Teori Perusahaan Sifat dan Fungsi Laba Etika Bisnis Kerangka Kerja

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan Heni Wahyuni FEB UGM Microeconomic tools Production Possibility Frontier Ekuilibrium Kepuasan Konsumen Fungsi Produksi Pasar persaingan sempurna vs monopoli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian keuangan dan juga teori keuangan biasanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga disebut teori pasar modal

Lebih terperinci

Portofolio Optimization

Portofolio Optimization Lampiran V.II Portofolio Optimization Optimisasi Portofolio Tim Bidang Investasi ADPI, November 016 Asset Allocation Alokasi Aset Tim Bidang Investasi ADPI, November 016 DAFTAR ISI 1. Pengantar. Toleransi

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENGANTAR RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS 1 RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU EXCLUDABILITY (PENGKHUSUSAN) TINGKAT PENGKHUSUSAN

Lebih terperinci

Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko

Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko Disusun oleh: Kelompok 13 Nama Anggota : Dimas Widyotomo (125020207111048) Rizkie Imadudien L ( 125020205111004) Jurusan

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial. dalam Perekonomian Global. Dominick Salvatore. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial

Ekonomi Manajerial. dalam Perekonomian Global. Dominick Salvatore. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial Bahan Kuliah Program Pascasarjana Unpas Program Studi Magister Manajemen Dosen : Dr. R. H.

Lebih terperinci

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan pengertian utilitas, menerangkan pengaruh utilitas dan permintaan serta menganalisisnya. TIK:

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012 Cost Benefit Analysis (CBA) THE BASIC IDEA (1) Analisis biaya-manfaat lingkungan

Lebih terperinci

MANAGERIAL ECONOMICS. Referensi :

MANAGERIAL ECONOMICS. Referensi : MANAGERIAL ECONOMICS Referensi : Pasar (Kebutuhan Manusia) APA.. ITU... Managerial Economics? Ekonomi Manajerial mengarah pada aplikasi TEORI EKONOMI dan merupakan alat bantu dalam ilmu PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

Manajemen Modal Kerja. Disarikan dan Disesuaikan dari : Laily, Anonim, Sumber lain yang relevan

Manajemen Modal Kerja. Disarikan dan Disesuaikan dari : Laily, Anonim, Sumber lain yang relevan Manajemen Modal Kerja Disarikan dan Disesuaikan dari : Laily, Anonim, Sumber lain yang relevan Primary Activities of the Financial Manager 2 1 PENGERTIAN SECARA UMUM MODAL DIKELOMPOKKAN MENJADI 2 - WORKING

Lebih terperinci

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT Permasalahan Terkait Kejahatan SDA-LH Karakteristik kejahatan SDA-LH: Kejahatan sumber

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS)

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 EKONOMI KESEHATAN DAN APLIKASINYA: RISK Bandi 04/01/2017 Bandi, 2013 2 PRINCIPLES OF HEALTH

Lebih terperinci

PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA

PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA PASAR, INSTITUSI KEUANGAN DAN TINGKAT BUNGA 1. Proses Transfer Modal 2. Jenis Pasar Keuangan dan Institusi Keuangan 3. Bursa Saham 4. Efisiensi Pasar Modal 5. Konsep Tingkat Bunga Muniya Alteza Transfer

Lebih terperinci

TEORI STRUKTUR MODAL. Muniya Alteza

TEORI STRUKTUR MODAL. Muniya Alteza TEORI STRUKTUR MODAL Muniya Alteza Teori Struktur Modal Awal Pertama kali dikembangkan oleh David Duran tahun 1952. Asumsi yang dipakai pajak perusahaan =0. Nilai perusahaan dapat dilihat dengan tiga pendekatan:

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha BAB II Landasan Teori Kelayakan Usaha James C. Van Horne (1989:303) mengemukakan bahwa Feasibility is allocations of capital to long term capital investment used in the production of goods or services.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengadaan Barang dan Jasa, Kualifikasi, Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengadaan Barang dan Jasa, Kualifikasi, Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA KUALIFIKASI TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN OKNUM PEJABAT UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) DALAM HAL TERJADINYA PENYIMPANGAN PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

Decision Theory (Analysis)

Decision Theory (Analysis) Decision Theory (Analysis) Dapat digunakan dlm situasi dimana pembuat keputusan mempunyai beberapa alternatif tindakan (keputusan) tapi juga menghadapi sekumpulan kejadian yg mungkin terjadi dimasa datang

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN 1. Pengertian manajemen keuangan 2. Tujuan manajemen keuangan 3. Fungsi manajemen keuangan 4. Teori keagenan 5. Teori asimetri informasi Muniya Alteza Pengertian Manajemen

Lebih terperinci

TEORI PERMAINAN. Tidak setiap keadaan persingan dapat disebut sebagai permainan (game). Kriteria atau ciri-ciri dari suatu permainan adalah :

TEORI PERMAINAN. Tidak setiap keadaan persingan dapat disebut sebagai permainan (game). Kriteria atau ciri-ciri dari suatu permainan adalah : TEORI PERMAINAN I. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetitif yang diwarnai persaingan atau konflik. Persaingan atau konflik ini dapat terjadi antara

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan

Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M. Staf Khusus Satgas 115/ Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Rabu, 12 Juli

Lebih terperinci

(GOODS) Anang Muftiadi

(GOODS) Anang Muftiadi RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS JENIS BARANG (GOODS) Anang Muftiadi Program Pascasarjana STIA-LAN Bandung RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU

Lebih terperinci

TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO

TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO TEHNIK-TEHNIK MANAJEMEN RISIKO Pak Joko baru saja membeli mobil BMW baru seri 7 yang berharga Rp1,5 milyar. Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan mobil barunya, seperti kecelakaan yang bisa membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB IV PENUTUP. diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut : 1 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan atas permasalahan yang diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa konsep Korporasi sebagai subyek tindak pidana telah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta 1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seorang manajer memegang fungsi dan peran sebagai pengambil keputusan (decision maker). Dalam pengambilan keputusan, manajer harus mempertimbangkan berbagai

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 8 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Dasar Himpunan semua hasil (outcome) yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel (sample space) dinyatakan dengan lambang T dan setiap hasil dalam ruang

Lebih terperinci

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36 Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36 KEBIJAKAN KRIMINAL PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI Oleh : Aprillani Arsyad, SH,MH 1 Abstrak Penyalahgunaan Bahan Bakar

Lebih terperinci

Bab V. PETANI GUREM DAN KECENDERUNGAN MENGHINDARI RESIKO

Bab V. PETANI GUREM DAN KECENDERUNGAN MENGHINDARI RESIKO Bab V. PETANI GUREM DAN KECENDERUNGAN MENGHINDARI RESIKO A. Petani Gurem dan Ketidakpastian Tulisan ini mencoba memaparkan salah satu karakteristik petani gurem, yang cenderung menolak atau menghindari

Lebih terperinci

Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN. Universitas Gunadarma Jakarta

Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN. Universitas Gunadarma Jakarta Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN Universitas Gunadarma Jakarta EVOLUSI TEORI KEUANGAN Konsep Pasar Modal Sempurna (Perfect Capital Markets) Analisis Arus Kas yang Didiskonto (Discounted Flow

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang dapat menjelaskan tentang adverse selection. Adverse selection adalah salah satu permasalahan

Lebih terperinci

Public Review RUU KUHP

Public Review RUU KUHP Public Review RUU KUHP Oleh: agustinus pohan Tujuan: Implikasi pengaturan tindak pidana korupsi dalam RUU KUHP Sejauh mana kebutuhan delik korupsi diatur dalam RUU KUHP. Latar belakang RUU KUHP KUHP dipandang

Lebih terperinci

PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN PROFESI & GUGATAN HUKUM DI AREA PRAKTEK KEDOKTERAN

PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN PROFESI & GUGATAN HUKUM DI AREA PRAKTEK KEDOKTERAN PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN PROFESI & GUGATAN HUKUM DI AREA PRAKTEK KEDOKTERAN KASUS 1 WANITA, 29 THN, mendapat Doksisiklin dari SpKK, MRS hari ke-2 dengan lesi di kulit,mukosa mulut dan vagina. Hari ke-3

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pajak, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: dengan adanya beberapa teori yaitu Doctrine of strict liability atau

BAB V PENUTUP. pajak, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: dengan adanya beberapa teori yaitu Doctrine of strict liability atau BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan diatas mengenai permasalahan pertanggungjawaban korporasi, juga pertanggungjawaban direksi sebagai representasi korporasi dan kendala-kendala yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ASURANSI

KARAKTERISTIK ASURANSI ASURANSI KARAKTERISTIK ASURANSI Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers sebagai dasar operasi mereka. Hukum tersebut. Semakin banyak eksposur atau risiko yang serupa, semakin kecil penyimpangan

Lebih terperinci

Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengertian Pengambilan Keputusan Dadang Sunendar Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PENCURIAN INFORMASI PRIBADI MELALUI DUNIA CYBER DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE) Oleh: R.Caesalino Wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau instansi yang akan mendapatkan upah atau imbalan dalam bentuk lain selama

BAB I PENDAHULUAN. atau instansi yang akan mendapatkan upah atau imbalan dalam bentuk lain selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan atau pegawai adalah orang yang bekerja di sebuah perusahaan atau instansi yang akan mendapatkan upah atau imbalan dalam bentuk lain selama seseorang itu masih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Informasi yang menyesatkan menurut peraturan perundangundangan. pasar modal adalah suatu informasi yang tidak

BAB V PENUTUP. 1. Informasi yang menyesatkan menurut peraturan perundangundangan. pasar modal adalah suatu informasi yang tidak 105 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Informasi yang menyesatkan menurut peraturan perundangundangan pasar modal adalah suatu informasi yang tidak menyampaikan fakta material secara benar atau tidak memuat

Lebih terperinci

BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA

BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA Pada bab ini akan disajikan rumusan mengenai penilaian opsi put Amerika. Pada bagian pertama diberikan beberapa asumsi untuk penilaian opsi Amerika. Bentuk nilai intrinsik

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan masalah serius yang dapat membahayakan stabilitas keamanan negara, masyarakat, serta merugikan keuangan negara. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) a < 0 dan D = 0 a < 0 dan D < 0. a < 0 0 x 0 x

BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) a < 0 dan D = 0 a < 0 dan D < 0. a < 0 0 x 0 x BAB VI FUNGSI KUADRAT (PARABOLA) Secara umum, persamaan kuadrat dituliskan sebagai ax 2 + bx + c = 0 atau dalam bentuk fungsi dituliskan sebagai f(x) = ax 2 + bx + c. Sifat matematis dari persamaan kuadrat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. dan strictly decreasing terhadap serta kontinu dan strictly increasing terhadap. Dua nilai kritis dari didefinisikan untuk

III. PEMBAHASAN. dan strictly decreasing terhadap serta kontinu dan strictly increasing terhadap. Dua nilai kritis dari didefinisikan untuk 4 Opsi Beli Opsi beli memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu aset pada harga tertentu yang disebut harga eksekusi (exercise/strike price) pada atau sebelum tanggal jatuh tempo (maturity)

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen Adalah analisis yang menerangkan : 1. Alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang atau jasa pada harga yang lebih

Lebih terperinci

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan PENDAHULUAN Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN - Konsep Ekonomi - Konsep Sumber Daya B. EKONOMI MANAJERIAL - Hubungan ekonomi manajerial dengan ilmu ekonomi lainnya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

Kuliah III-Derivasi Kurva Permintaan Individu, Analisis Surplus & Ketidakpasti

Kuliah III-Derivasi Kurva Permintaan Individu, Analisis Surplus & Ketidakpasti Kuliah III-, & Ketidakpastian DIE-FEUI February 27, 2013 1 Dua Jenis Kurva Permintaan Marshallian/Uncompensated Normal, Inferior & Giffen Goods dengan Analisis SE & IE Hicksian/Compensated 2 Market demand

Lebih terperinci

BAB IX PROSES KEPUTUSAN

BAB IX PROSES KEPUTUSAN BAB IX PROSES KEPUTUSAN Lingkungan di mana keputusan dibuat sering digolongkan kedalam empat keadaan: certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Decision theory terutama berhubungan dengan pengambilan

Lebih terperinci

BAB 6 TEORI BIAYA ISLAM

BAB 6 TEORI BIAYA ISLAM BAB 6 TEORI BIAYA ISLAM A. Pendahuluan Dalam ajaran Islam, pemanfaatan sumber daya merupakan sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah. Kegiatan tersebut harus dengan prinsip keadilan tanpa adanya unsur

Lebih terperinci

SUKMA VIOLETTA, SH, LLM

SUKMA VIOLETTA, SH, LLM SUKMA VIOLETTA, SH, LLM I. ISTILAH KORPORASI : Korporasi adalah kesatuan orang atau kekayaan untuk tujuan tertentu; Korporasi terdiri dari : -Badan Hukum -Non-Badan Hukum : CV, Firma, Organized Crime Istilah

Lebih terperinci

EKONOMI KUALITAS LINGKUNGAN

EKONOMI KUALITAS LINGKUNGAN EKONOMI KUALITAS LINGKUNGAN Pertemuan 6 MK.EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI & SUMBERDAYA LINGKUNGAN 1 Pendahuluan (1) Sistem pasar cenderung mengalami malfungsi sampai taraf tertentu ketika terjadi

Lebih terperinci