Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp.) dan Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp.) dan Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, ( Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp. dan Kapuk (Ceiba Pentandra Melalui Reaksi Nitrasi Bayu Erlangga P., Ilman Tafdhila, Mahfud dan Rr. Pantjawarni Prihatini Teknik Kimia, Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya mahfud@chem-eng.its.ac.id Abstrak - Saat ini pemanfaatan kapas dan kapuk masih terbatas penggunaannya dan seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada saat ini penggunaan kapas dan kapuk mulai sering banyak yang ditinggalkan. Oleh karena hal tersebut perlu dipikirkan kembali penggunaan kapas dan kapuk yang memiliki nilai guna dan nilai ekonomis yang lebih tinggi, diantaranya memanfaatkannya untuk pembuatan nitroselulosa. Tulisan ini menerangkan tentang pengaruh bahan baku selulosa pada proses pembuatan nitroselulosa dari bahan selulosa kapas dan kapuk dengan reaksi nitrasi, yang kedua pengaruh waktu reaksi, suhu reaksi, dan komposisi larutan asam terhadap kualitas nitroselulosa yang dihasilkan, dan yang ketiga perbandingan kualitas nitroselulosa yang dihasilkan dari selulosa kapas dan dari selulosa kapuk. Pada penelitian ini dibagi dalam dua tahapan yaitu tahap pembuatan nitroselulosa dan tahap pengujian ratio %nitroselulosa yang diperoleh dan kandungan gugus nitro dalam nitroselulosa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah diketahui bahwa bahan baku selulosa kapas menghasilkan % rasio nitroselulosa produk lebih besar apabila dibandingkan dengan % rasio yang dihasilkan oleh bahan baku selulosa kapuk. %Rasio nitroselulosa dari bahan kapas adalah 20-50%, sedangkan untuk bahan kapuk adalah 6-30%. Untuk menghasilkan gugus nitro yang paling banyak, pada variabel kapas diperlukan waktu reaksi 30 menit, suhu reaksi 15 O C, dan komposisi campuran asam H 2 SO 4 60 ml dan HNO 3 45 ml. Sedangkan untuk variabel kapuk, untuk menghasilkan gugus nitro yang paling banyak, pada variabel kapas diperlukan waktu reaksi 60 menit, suhu reaksi 5 O C, dan komposisi campuran asam H 2 SO 4 60 ml dan HNO 3 30 ml. Kata Kunci kapas, kapuk, nitrasi, nitroselulosa, selulosa I. PENDAHULUAN ndonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat Imelimpah. Salah satu sumber daya yang bisa dimanfaatkan adalah kekayaan Indonesia akan sumber bahan baku selulosa. Yang dimaksud dengan selulosa adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari betaglukosa. Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh manusia. Selulosa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan hampir mencapai 50 %, karena selulosa merupakan unsur struktural dan komponen utama bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Sumber selulosa dapat ditemukan dalam berbagai macam tanaman yang ada di Indonesia, diantaranya adalah tanaman kapas dan tanaman kapuk. Tanaman kapas adalah tanaman dengan serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis gossypium, sedangkan tanaman kapuk adalah pohon tropis yang tergolong ke dalam ordo malvales. Tanaman kapas dan tanaman kapuk ini banyak tumbuh di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Potensi tanaman kapas dan tanaman kapuk Indonesia saat ini diantaranya adalah di daerah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan [1]. Saat ini tanaman kapas dan tanaman kapuk masih terbatas dalam penggunaannya, diantaranya adalah digunakan sebagai peralatan kecantikan, digunakan sebagai alas tidur, dan digunakan dalam industri tekstil. Di sisi lain penggunaannya juga terus berkurang karena adanya bahan yang lebih baik kualitasnya karena adanya penggunaan bahan seperti dacorn. Oleh karena hal tersebut perlu dipikirkan penggunaan untuk meningkatkan nilai guna dari kapas dan kapuk tersebut sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dari petani kapas dan kapuk. Salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari bahan selulosa kapas dan kapuk adalah pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan nitroselulosa dengan menggunakan reaksi nitrasi. Reaksi ini adalah reaksi pembuatan nitroselulosa dengan menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat dengan bantuan air dengan atau tanpa pengadukan. Komposisi reaktan diatur agar dihasilkan nitroselulose dengan kadar N 12,2 %. Nitroselulosa yang dihasilkan distabilkan dengan memanaskan dalam asam panas diikuti dengan larutan natrium karbonat encer panas [2]. Nitroselulosa mempunyai rumus molekul (C 6 H 7 O 2 (OH 3 n. Dari rumus molekul ini tampak bahwa unsur-unsur bahan bakar (fuel yaitu C dan H bergabung dengan unsur oksidator (oxidizer, yaitu O membentuk satu senyawa yang mampu terbakar apabila dikenai energi aktivasi walaupun tanpa kehadiran oksigen dari udara (udara mengandung 21 %v oksigen dan 79 %v nitrogen. Nitroselulose (<12,6 % N biasanya dipertahankan basah dan mengandung ± 30 % air agar tidak mudah meledak. Nitroselulosa dengan kadar N lebih tinggi dikenal sebagai guncotton dan mudah meledak meski sedikit basah. Jika kering semua jenis nitroselulosa sangat peka terhadap ledakan dan cukup berbahaya. Nitroselulosa kering diperlukan untuk jenis bahan peledak tertentu, dan ini dibuat dengan pengeringan pelan-pelan dari nitroselulosa basah dalam aliran air hangat [3]. Pemanfaatan dari nitroselulosa sendiri saat ini sangat luas. Diantaranya pemanfaatan nitroselulosa dapat digunakan sebagai bahan bakar yang bisa digunakan dalam skala rumah tangga maupun dalam skala industri. Nitroselulosa juga dapat digunakan untuk bahan bakar pengganti minyak gas dan juga LPG dalam memasak dengan melarutkan dalam methanol sehingga dihasilkan metanol gel nitroselulosa. Penggunaan lainnya pada era modern ini adalah pengembangan penggunaan nitroselulosa sebagai bahan peledak, maupun sebagai bahan baku penggerak roket. Oleh karena pemanfaatannya yang sangat

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, ( luas dan dapat meningkatkan nilai kegunaan dan nilai keekonomisan dari bahan selulosa kapas dan kapuk, maka penelitian pembuatan nitroselulosa dari bahan kapas dan kapuk dengan reaksi nitrasi sederhana menggunakan HNO 3 dalam media H 2 SO 4 ini perlu dilakukan. Di samping hal tersebut, pada saat ini pembuatan nitroselulosa hanya memanfaatkan selulosa yang terdapat di dalam kapas, sehingga penelitian ini mencoba mengangkat bahan baku baru untuk pembuatan nitroselulosa yaitu dengan menggunakan kapuk yang banyak terdapat di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh bahan baku selulosa pada proses pembuatan nitroselulosa dari bahan selulosa kapas dan kapuk dengan reaksi nitrasi,mempelajari pengaruh waktu reaksi, suhu reaksi, dan komposisi larutan asam terhadap kualitas nitroselulosa, dan membandingkan kualitas nitroselulosa yang dihasilc.kan dari selulosa kapas dan dari selulosa kapuk. II. METODOLOGI A. Bahan yang Digunakan Selulosa diperoleh dari kapas dan kapuk. Larutan HNO 3 65% dan larutan H 2 SO 4 98% digunakan sebagai pereaksi dalam reaksi nitrasi selulosa menjadi nitroselulosa. Larutan NaHCO 3 dan aquadest digunakan sebagai zat pencuci hasil reaksi. menggunakan aquadest dan ditiriskan. Selanjutnya dilakukan untuk variabel-variabel yang lain. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan uji terhadap nitroselulosa melalui untuk mengetahui kualitas nitroselulosa yang dihasilkan melalui perhitungan %rasio nitroselulosa produk dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR. D. Kondisi Operasi dan Variabel Tekanan atmosferik Sistem operasi : Batch Volume H 2 SO 4 : 60 ml Volume HNO 3 : 30, 45, dan 60 ml Waktu reaksi : 30, 45, dan 60 menit Suhu reaksi : 5 O C, 15 O C, dan 25 O C Bahan Baku : Kapas dan Kapuk III. HASIL DAN DISKUSI Pada penelitian ini kualitas nitroselulosa yang dihasilkan didasarkan kepada ratio % nitroselulosa yang dihasilkan, dan kandungan gugus nitro yang terdapat dalam nitroselulosa. Pada gambar 1 dan 2 merupakan hasil analisa FTIR dari bahan selulosa kapas dan bahan selulosa kapuk B. Deskripsi Peralatan Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah reaktor yang terbuat dari kaca, sebagai tempat berlangsungnya reaksi nitrasi. Reaktor dilengkapi dengan termometer, digunakan untuk mengukur suhu reaksi nitrasi, dan diletakkan dalam ice bath untuk mengkondisikan reaksi berlangsung pada suhu rendah. C. Prosedur Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahap penelitian pembuatan nitroselulosa dan tahap analisis kualitas produk nitroselulosa yang meliputi uji kelarutan untuk mengetahui perhitungan besarnya % nitroselulosa produk dan uji FTIR untuk mengetahui gugus nitro yang telah terbentuk. Pada tahapan pembuatan nitroselulosa dapat dijelaskan sebagai berikut, langkah pertama adalah menimbang kapas dan kapuk sesuai dengan variabel massa yang ditentukan yaitu sebesar 5 gram. Selanjutnya disiapkan bahan HNO 3 65 %, bahan H 2 SO 4 98 %, dan NaHCO 3 yang cukup encer (10 %. Sebanyak 30 ml HNO 3 dan 60 ml H 2 SO 4 dimasukkan dalam reaktor supaya terjadi reaksi nitrasi, kemudian ditunggu suhunya hingga mencapai 5 o C, yang dikondisikan dengan ice bath. Ketika suhu reaksi yang diinginkan sudah tercapai maka dimasukkan variabel kapas atau kapuk ke dalam reaktor dengan selama 30 menit. Apabila waktu reaksi telah tercapai, maka langkah selanjutnya adalah mencuci kapas dan kapuk dengan menggunakan aquadest dan dilanjutkan dicuci dengan NaHCO 3 untuk stabilisasi dan menyamakan distribusi gugus nitro ( dalam nitroselulosa yang sudah terbentuk [4]. Setelah dilakukan pencucian dengan NaHCO 3 selanjutnya nitroselulosa yang terbentuk dicuci kembali dengan Gambar 1. Kurva FTIR Bahan Selulosa Kapas Gambar 2. Kurva FTIR Bahan Selulosa Kapuk Dari gambar 1 dan 2 terlihat pada analisa awal ini menunjukkan bahwa pada bahan selulosa kapas dan kapuk banyak mengandung gugus hidroksil (-OH dan ikatan hidrokarbon (C-H, atom H pada gugus hidoksil akan tersubstitusi dengan gugus nitro ( sehingga akan menjadi nitroselulosa. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat diketahui kandungan % ratio nitroselulosa yang dihasilkan dan

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, ( kandungan gugus nitro dari nitroselulosa yang dihasilkan dengan menggunakan uji FTIR dan uji kelarutan. A. Pengaruh Waktu Reaksi Pada gambar 3 dan 4 ditampilkan grafik hubungan antara %ratio nitroselulosa dengan waktu reaksi untuk variabel kapas dan kapuk cahaya yang masuk. Jadi, semakin rendah transmittan, maka kandungan Nitrogen (gugus nitro semakin besar. Pada gambar 5 merupakan hasil analisa FTIR untuk variabel kapas, suhu 5 O C, waktu reaksi 30 menit, H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml cm-1 Gambar 5. Kurva FTIR Kapas (Suhu 5 O C, Waktu 30 menit, H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml Gambar 3. %Ratio untuk Kapas (H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml, suhu 5 o C Gambar 4. %Ratio untuk Kapuk (H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 45 ml, suhu 5 o C Dari gambar 3 dan 4, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi maka semakin besar % ratio yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu reaksi maka akan semakin banyak gugus OH yang tersubstitusi oleh gugus NO 2 pada reaksi pembuatan nitroselulosa, karena selulosa merupakan rangkaian panjang polimer, maka semakin lama maka pergantian gugus tersebut akan semakin banyak terjadi dan menghasilkan % ratio nitroselulosa dalam produk menjadi lebih besar. Untuk mengetahui bahwa hasil reaksi merupakan nitroselulosa maka dilakukan uji kimia Fourier Transform Infrared (FTIR. Uji dengan Fourier Transform Infrared (FTIR untuk menunjukkan keberhasilan reaksi substitusi gugus hidroksil (-OH dalam selulosa oleh gugus nitro ( membentuk nitroselulosa. Pada grafik uji FTIR, sebagai absis adalah frekuensi dinyatakan dengan bilangan gelombang dalam cm -1, dan sebagai ordinatnya adalah transmittan dalam persen (%. Adanya gugus nitro ( ditunjukkan dengan adanya puncak absorbsi tajam pada frekuensi pada cm -1 dan cm -1 [5]. Besar kandungan Nitrogen ditunjukkan tingkat kecuraman puncak, yang dinyatakan dalam ransmittan. Transmittan merupakan fraksi daya cahaya yang diteruskan dengan daya Setelah dilakukan uji FTIR untuk hasil nitroselulosa, ternyata terdapat puncak-puncak pada frekuensi cm -1 dan cm -1 yang menunjukkan adanya gugus nitro ( serta pada masih adanya puncak pada frekuensi cm -1 yang menunjukkan masih adanya gugus hidroksil (-OH. Pada tabel 1 dan 2 ditampilkan perbandingan puncak-puncak gugus NO 2 dan puncak gugus OH untuk variabel kapas dan kapuk Tabel 1. NO 2 dan OH pada Kapas (5 O C, H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml Waktu 30 menit Waktu 45 menit Waktu 60 menit (cm OH Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa untuk variabel kapas untuk waktu reaksi 30 menit, akan menghasilkan kandungan nitrogen yang paling banyak, karena nilai puncak-puncak yang menunjukkan gugus NO 2 paling kecil di antara variabel-variabel yang lain. Maka pada waktu reaksi 30 menit, reaksi nitrasi berlangsung optimal, karena gugus OH pada selulosa paling banyak tersubstitusi dengan gugus NO 2. Tabel 2. NO 2 dan OH pada Kapuk (5 O C, H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml -OH Waktu 30 menit Waktu 45 menit Waktu 60 menit (cm Sedangkan dari tabel 2, untuk variabel kapuk, kandungan nitrogen terbanyak diperoleh saat waktu reaksi 60 menit. Dari pembahasan sebelumnya, untuk waktu reaksi yang sama, pada variabel kapas didapatkan % ratio nitroselulosa yang lebih besar dari variabel kapuk. Untuk

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, ( kandungan gugus nitro terbanyak pada variabel kapas tercapai ketika waktu reaksi 30 menit, sedangkan pada variabel kapuk tercapai ketika waktu reaksi 60 menit. Pada waktu 30 menit, variabel kapas menghasilkan nitroselulosa dengan % ratio sebesar 33,33%, sedangkan pada waktu 60 menit, variabel kapuk menghasilkan nitroselulosa dengan % ratio sebesar 29,79 %. Jadi, untuk menghasilkan % ratio yang hampir sama, variabel kapuk memerlukan waktu yang lebih lama daripada variabel kapas. Hal tersebut terjadi karena adanya kandungan zat lain dalam kapuk (hemiselulosa dan lignin yang jumlahnya lebih banyak daripada kandungannya di kapas. Pada kapuk mengandung 43 % selulosa, 32 % hemiselulosa, dan 13-15% lignin. Pada kapas mengandung 88-96% selulosa, 3-6% hemiselulosa, dan 1-2% lignin. Pada reaksi nitrasi, diharapkan selulosa bereaksi dengan ion nitronium (NO 2 + yang dihasilkan campuran larutan asam nitrat dan asam sulfat, untuk membentuk nitroselulosa. Namun, karena adanya hemiselulosa dalam bahan baku, maka akan menghambat reaksi nitrasi selulosa. Hemiselulosa dalam campuran larutan asam akan mengalami reaksi terlebih dahulu daripada selulosa, karena rantai molekul hemiselulosa lebih pendek dan bercabang. Hemiselulosa akan mengalami oksidasi dan degradasi dalam larutan asam [6]. Kapuk yang mempunyai kandungan hemiselulosa lebih banyak daripada kapas, saat dimasukkan dalam campuran larutan asam, hemiselulosa yang terkandung di dalamnya akan bereaksi terlebih dahulu daripada selulosanya, sehingga reaksi nitrasi selulosa pada kapuk, akan berlangsung lebih lama. Pada waktu reaksi 60 menit, reaksi nitrasi selulosa pada kapuk menghasilkan nitroselulosa dengan kandungan gugus nitro terbanyak, dan % ratio nitroselulosa sebesar 29,79%. Bila dibandingkan dengan kapas, yang mempunyai hemiselulosa lebih sedikit, reaksi nitrasi selulosa pada kapas berlangsung lebih cepat, yakni pada waktu 30 menit, dengan menghasilkan hasil nitroselulosa yang sedikit lebih banyak dengan variabel kapuk dengan waktu 60 menit, yakni menghasilkan % ratio nitroselulosa sebesar 33,33%. B. Pengaruh Suhu Reaksi Pada gambar 6 dan 7 ditampilkan grafik hubungan antara %ratio nitroselulosa dengan suhu reaksi untuk variabel kapas dan kapuk Gambar 6. %Ratio untuk Kapas (H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 45 ml, Waktu 30 Menit Gambar 7. %Ratio untuk Kapuk (H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 45 ml, Waktu 60 Menit Dari gambar 6 dan 7, dapat diketahui bahwa semakin besar suhu reaksi maka nilai %ratio yang dihasilkan adalah semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hukum kesetimbangan reaksi di mana untuk reaksi eksoterm untuk menghasilkan produk yang banyak maka reaksi dikondisikan pada suhu rendah. Reaksi yang terjadi pada proses pembuatan nitroselulosa ini merupakan reaksi eksoterm maka produk akan semakin banyak dihasilkan dengan suhu rendah. Dari hasil uji FTIR untuk hasil nitroselulosa pada variabel kapas dan kapuk, dibuat tabel perbandingan yang ditunjukkan pada tabel 3 dan 4 untuk mengetahui pengaruh suhu reaksi terhadap kandungan gugus nitroselulosa Tabel 3. NO 2 dan OH pada Kapas (60 menit, H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml Suhu 5 O C Suhu 15 O C Suhu 25 O C (cm OH Dari tabel 3, untuk variabel kapas, kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada variabel dengan suhu reaksi 15 O C. Hal ini dapat dilihat dari besarnya untuk puncak-puncak gugus NO 2 pada variabel suhu reaksi 15 O C adalah paling kecil dibandingkan dengan variabel suhu-suhu yang lain. Maka, suhu reaksi 15 O C merupakan suhu optimal reaksi nitrasi, sehingga gugus nitro ( tersubstitusi lebih banyak. Tabel 4. NO 2 dan OH pada Kapuk (60 menit, H 2 SO 4 60 ml, HNO 3 30 ml Suhu 5 O C Suhu 15 O C Suhu 25 O C (cm OH Sedangkan dari tabel 4 untuk variabel kapuk, kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada variabel dengan suhu reaksi 5 O C. Hal ini dapat dilihat dari besarnya untuk puncak-puncak gugus NO 2 pada variabel suhu reaksi 5 O C adalah paling kecil dibandingkan dengan variabel suhu-suhu yang lain. Maka, suhu reaksi 5 O C merupakan suhu optimal reaksi nitrasi, sehingga gugus nitro ( tersubstitusi lebih banyak.

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, ( Dari pembahasan sebelumnya, untuk suhu reaksi yang sama, pada variabel kapas didapatkan % ratio nitroselulosa yang lebih besar dari variabel kapuk. Untuk kandungan gugus nitro terbanyak pada variabel kapas tercapai ketika suhu reaksi 15 O C, sedangkan pada variabel kapuk tercapai ketika suhu reaksi 5 O C. Reaksi nitrasi dilakukan pada suhu yang rendah karena reaksi nitrasi adalah reaksi eksoterm sehingga untuk memperoleh produk yang banyak. Namun suhu yang terlalu rendah akan menyebabkan laju reaksi berjalan lambat. Hal ini dapat dilihat dari variabel kapuk, yang menghasilkan nitroselulosa dengan gugus nitro terbanyak pada suhu reaksi 5 O C, namun membutuhkan waktu reaksi yang lama yakni 60 menit. Pada suhu reaksi 25 O C, pada masing-masing jenis bahan baku, menghasilkan % ratio nitroselulosa yang paling kecil, dan gugus nitro yang tersubstitusi paling sedikit. Hal ini karena selulosa akan mengalami degradasi pada suhu yang cukup tinggi dan berada pada media asam dalam waktu yang cukup lama. Akibat dari degradasi ini adalah terjadinya reaksi yaitu selulosa terhidrolisa menjadi selulosa denga berat molekul yang rendah [6]. Jadi pada suhu reaksi 25 O C, kemungkinan terjadi degradasi pada selulosa sehingga mengakibatkan nitroselulosa yang terbentuk lebih sedikit daripada variabel suhu reaksi yang lain. C. Pengaruh Komposisi Campuran Asam Pada gambar 8 dan 9 ditampilkan grafik hubungan antara %ratio nitroselulosa dengan volume HNO 3 yang digunakan untuk variabel kapas dan kapuk Dari gambar 8 dan 9, dapat diketahui bahwa semakin banyak volume HNO 3 maka nilai %ratio yang dihasilkan adalah semakin besar. Hal ini sesuai dengan prinsip kesetimbangan yang diterapkan dalam teori kesetimbangan Le Chatalier dimana untuk menghasilkan banyak produk atau kesetimbangan bergeser ke kanan maka diperlukan penambahan reaktan sehingga semakin banyak reaktan maka akan semakin banyak produk pula yang dihasilkan. Dari hasil uji FTIR untuk hasil nitroselulosa pada variabel kapas dan kapuk, dibuat tabel perbandingan yang ditampilkan dalam tabel 5 dan 6 untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran asam terhadap kandungan gugus nitroselulosa Tabel 5. NO 2 dan OH pada Kapas (5 O C, 60 menit, H 2 SO 4 60 ml HNO 3 30 ml HNO 3 45 ml HNO 3 60 ml Frekuensi Frekuensi Frekuensi OH Dari tabel 5, dapat diketahui bahwa untuk variabel kapas dengan komposisi H 2 SO 4 60 ml dan HNO 3 45 ml, akan menghasilkan kandungan nitrogen yang paling banyak, karena nilai puncak-puncak yang menunjukkan gugus paling kecil di antara variabel-variabel yang lain. Tabel 6. NO 2 dan OH pada Kapuk (5 O C, 60 menit, H 2 SO 4 60 ml HNO 3 30 ml HNO 3 45 ml HNO 3 60 ml Frekuensi Frekuensi Frekuensi OH Gambar 8. %Ratio untuk Kapas (Suhu 5 o C, Waktu 45 Menit Gambar 9. % Ratio untuk Kapuk (Suhu 5 o C, Waktu 45 Menit Sedangkan dari tabel 6, dapat diketahui bahwa untuk variabel kapuk dengan komposisi H 2 SO 4 60 ml dan HNO 3 30 ml, akan menghasilkan kandungan nitrogen yang paling banyak, karena nilai puncak-puncak yang menunjukkan gugus NO 2 paling kecil di antara variabel-variabel yang lain. Dari pembahasan sebelumnya, untuk komposisi campuran asam yang sama, pada variabel kapas didapatkan % ratio nitroselulosa yang lebih besar dari variabel kapuk. Untuk kandungan gugus nitro terbanyak pada variabel kapas tercapai ketika volume larutan HNO 3 sebanyak 45 ml, sedangkan pada variabel kapuk tercapai ketika volume larutan HNO 3 sebanyak 30 ml. Untuk menghasilkan nitroselulosa dengan kandungan gugus nitro yang banyak, maka diperlukan H 2 SO 4 berlebih. Pada reaksi nitrasi, H 2 SO 4 bertindak sebagai zat pendehidrasi, menarik molekul air (reaksi nitrasi menghasilkan air, sehingga reaksi berlangsung hingga akhir (nitroselulosa yang dihasilkan maksimal. Dengan menggunakan H 2 SO 4 yang berlebih, maka kelebihan H 2 SO 4 akan menarik molekul air hasil reaksi nitrasi.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, ( IV. KESIMPULAN Berdasarkan data yang didapat dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada proses pembuatan nitroselulosa dari bahan selulosa kapas dan kapuk dengan reaksi nitrasi diketahui bahwa bahan baku selulosa kapas menghasilkan % rasio nitroselulosa produk lebih besar apabila dibandingkan dengan % rasio yang dihasilkan oleh bahan baku selulosa kapuk. % Rasio nitroselulosa dari bahan kapas adalah 20-50%, sedangkan untuk bahan kapuk adalah 6-30%. 2. Pengaruh waktu reaksi terhadap kualitas nitroselulosa yang dihasilkan adalah semakin lama waktu reaksi pembuatan nitroselulosa maka semakin besar nilai % rasio nitroselulosa produk yang terbentuk. 3. Pengaruh suhu reaksi diketahui bahwa semakin besar suhu reaksi maka % rasio nitroselulosa produk yang terbentuk semakin kecil. 4. Pengaruh komposisi larutan asam dapat diketahui bahwa semakin banyak volume asam nitrat yang ditambahkan maka semakin besar pula % rasio nitroselulosa produk yang terbentuk. 5. Untuk menghasilkan gugus nitro yang paling banyak, pada variabel kapas diperlukan waktu reaksi 30 menit, suhu reaksi 15 O C, dan komposisi campuran asam H 2 SO 4 60 ml dan HNO 3 45 ml. 6. Untuk menghasilkan gugus nitro yang paling banyak, pada variabel kapuk diperlukan waktu reaksi 60 menit, suhu reaksi 5 O C, dan komposisi campuran asam H 2 SO 4 60 ml dan HNO 3 30 ml. DAFTAR PUSTAKA [1] Setiawan, Yusup, Ir. M.Eng Kuliah Umum : Peranan Polimer Selulosa Sebagai Bahan Baku Dalam Pengembangan Produk Manufaktur Menuju Era Globalisasi. Yogyakarta : Jurusan Teknik Kimia FTI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. [2] Hartaya, Kendra Pembuatan Nitroselulosa dari Bahan Selulosa Sebagai Komponen Utama Propelan Double Base. Bogor : Pusat Teknologi Dirgantara Terapan LAPAN. [3] Selwitz, Charles Cellulose Nitrate in Conservation. The Getty Conservation Institute. [4] Rahmad, Alfein dkk Potensi Reject Pulp sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan. Pekanbaru : Universitas Riau. [5] Hartaya, Kendra Analisis Kurva FTIR untuk Nitroselulosa, Nitrogliserin, dan Propelan Double Base Sebagai dasar Penentuan Kadar Nitrogen dalam Nitroselulosa buatan LAPAN. Bogor : Pusat Teknologi Dirgantara Terapan LAPAN. [6] Fengel,D. and Wenger, G Kayu, Kimia Ultra Struktur Reaksi reaksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers.

Latar Belakang. Latar Belakang. Ketersediaan Kapas dan Kapuk. Kapas dan Kapuk. Komposisi Kimia Serat Tanaman

Latar Belakang. Latar Belakang. Ketersediaan Kapas dan Kapuk. Kapas dan Kapuk. Komposisi Kimia Serat Tanaman L/O/G/O L/O/G/O Sidang SkripsiTeknik Kimia FTI-ITS PENDAHULUAN Latar Belakang Dosen Pembimbing : Tujuan Penelitian Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Ir. Rr. Pantjawarni Prihatini Latar Belakang Sumber-Sumber Selulosa

Lebih terperinci

Pembuatan. Nitrasi. Adly. JalanArief Rahman F-274 ONO 2. tidak akan. sulfat dan. pada selulosa. ; 16,86%. berikut : + 6H 2 O ETERBATASAN

Pembuatan. Nitrasi. Adly. JalanArief Rahman F-274 ONO 2. tidak akan. sulfat dan. pada selulosa. ; 16,86%. berikut : + 6H 2 O ETERBATASAN F-274 Pembuatan Nitroselulosa dari (Gossypium sp.) dan (Oryza sativa) Melalui Reaksi Nitrasi Adly Rahmada, Putri Pramodya, Rr. Pantjawarni Prihatini, Mahfud Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI SELULOSA-α PELEPAH SAWIT HASIL PEMURNIAN DENGAN ENZIM XYLANASE (VARIASI KONSENTRASI ASAM NITRAT DAN RASIO ASAM PENITRASI

PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI SELULOSA-α PELEPAH SAWIT HASIL PEMURNIAN DENGAN ENZIM XYLANASE (VARIASI KONSENTRASI ASAM NITRAT DAN RASIO ASAM PENITRASI PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI SELULOSA-α PELEPAH SAWIT HASIL PEMURNIAN DENGAN ENZIM XYLANASE (VARIASI KONSENTRASI ASAM NITRAT DAN RASIO ASAM PENITRASI Harianto, F*, Padil**; Yelmida** *Alumni Teknik Kimia

Lebih terperinci

Pembuatan Nitroselulosa dari Selulosa-α Pelepah Sawit dengan Variasi Waktu Nitrasi dan Rasio Bahan Baku Terhadap Asam Penitrasi

Pembuatan Nitroselulosa dari Selulosa-α Pelepah Sawit dengan Variasi Waktu Nitrasi dan Rasio Bahan Baku Terhadap Asam Penitrasi Pembuatan Nitroselulosa dari Selulosa-α Pelepah Sawit dengan Variasi Waktu Nitrasi dan Rasio Bahan Baku Terhadap Asam Penitrasi R. Fani Miranda Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

POTENSI PABRIKASI PROPELAN HOMOGEN DI INDONESIA

POTENSI PABRIKASI PROPELAN HOMOGEN DI INDONESIA POTENSI PABRIKASI PROPELAN HOMOGEN DI INDONESIA Heri Budi Wibowo Peneliti Bidang Material Dirgantara, LAPAN RINGKASAN Salah satu bagian penting dari program peroketan nasional adalah kemandirian bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

Pembuatan Nitroselulosa Dari Selulosa Hasil Pemurnian Pelepah Sawit dengan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan

Pembuatan Nitroselulosa Dari Selulosa Hasil Pemurnian Pelepah Sawit dengan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan Pembuatan Nitroselulosa Dari Selulosa Hasil Pemurnian Pelepah Sawit dengan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan Saragih,E*, Padil**, Yelmida** *Alumni eknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Februari sampai dengan Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA

PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA LABORATORIUM TEKNOLOGI PROSES KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Optimasi Proses Nitrasi pada Pembuatan Nitroselulosa dengan Memanfaatkan Limbah Serabut Kelapa Sebagai Bahan Baku dalam Upaya Mewujudkan Sumber Energi Bersih dan Terbarukan (Variabel Waktu Nitrasi dan

Lebih terperinci

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 1. Jika gas belerang dioksida dialirkan ke dalam larutan hidrogen sulfida, maka zat terakhir ini akan teroksidasi menjadi... A. S B. H 2 SO 3 C. H 2 SO 4 D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab IV ini akan menjelaskan kajian dari efek fotoinisiator yang akan mempengaruhi beberapa parameter seperti waktu pemolimeran, kelarutan poly tetrahydrofurfuryl

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DENGAN VARIASI WAKTU DAN TEMPERATUR NITRASI

PROSES PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DENGAN VARIASI WAKTU DAN TEMPERATUR NITRASI PROSES PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DENGAN VARIASI WAKTU DAN TEMPERATUR NITRASI Nuraini, Padil, Yelmida Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan 11 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati, dan merupakan primadona bagi komoditi perkebunan. Potensi

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN NITROSELLULOSA BERBAHAN BAKU BIOMASSA SAWIT

PROSES PEMBUATAN NITROSELLULOSA BERBAHAN BAKU BIOMASSA SAWIT PROSES PEMBUATAN NITROSELLULOSA BERBAHAN BAKU BIOMASSA SAWIT Padil Laboratorium Teknologi Produk Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Riau Email: fadilpps@yahoo.com Abstrak Kegiatan dalam

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI Oleh: Ir. Yusup Setiawan, M.Eng. Balai Besar Pulp dan KertasBandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas minyak mentah dunia semakin mengalami penurunan. Penurunan kualitas minyak mentah ditandai dengan peningkatan densitas, kadar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menanam modalnya untuk

Lebih terperinci

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi Jimmy, Fadliyah Nilna, M.Istnaeny Huda,Yesualdus Marinus Jehadu Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN terkandung dalam sampel. Analisis EDX dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Departemen Kehutanan Bogor. Analisis FTIR Sampel silika dan silikon dianalisis menggunakan Spektrometer

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Minyak Goreng Bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian adalah yang berasal dari minyak goreng bekas rumah tangga (MGB 1), minyak goreng

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

adalah fraksi yang tidak larut atau tersisa setelah ekstraksi dengan larutan detergen asam, yaitu selulosa dan lignin (VAN SOEST, 1963). Umumnya ukura

adalah fraksi yang tidak larut atau tersisa setelah ekstraksi dengan larutan detergen asam, yaitu selulosa dan lignin (VAN SOEST, 1963). Umumnya ukura PENGARUH PENGGUNAAN KAPAS DALAM PROSES PENYARINGAN PADA PENETAPAN SERAT. DETERGEN NETRAL DAN SERAT DETERGEN ASAM SAULINA SITOMPUL DAN MARTINI Balai Penelitian Ternak Ciawi, PO Box 221. Bogor 16002 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

KORELASI KADAR NITROGEN DALAM NITROSELULOSA

KORELASI KADAR NITROGEN DALAM NITROSELULOSA Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 2 Juni 2010 : 74-85 KORELASI KADAR NITROGEN DALAM NITROSELULOSA Kendra Hartaya Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN e-mail: kendra19838@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 36 Lampiran 2. Gambar tumbuhan jerami padi ( a ) ( b ) Keterangan : a. Pohon padi b. Jerami padi 37 Lampiran 3. Gambar serbuk, α-selulosa, dan karboksimetil selulosa

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi 46 Lampiran 2. Gambar tumbuhan padi ( a ) Keterangan : ( b ) a. Tumbuhan padi b. Sekam padi 47 Lampiran 3. Gambar serbuk, α-selulosa, dan natrium karboksimetil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA 2015-2016 Siswa mampu memahami, menguasai pengetahuan/ mengaplikasikan pengetahuan/ menggunakan nalar dalam hal: Struktur Atom Sistem Periodik Unsur Ikatan Kimia (Jenis Ikatan)

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

LAMPIRAN C DOKUMENTASI LAMPIRAN C DOKUMENTASI C.1 Pembuatan Reaktor Pulp 1. Penyiapan peralatan penunjang reaktor pulp Pengaduk Ternokopel Pemarut Pembaca Suhu Digital Pengatur Suhu Pemanas Motor Pengaduk Peralatan Lainnya yaitu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Soal nomor 1 Mencari volume yang dibutuhkan pada proses pengenceran. Rumus pengenceran V 1. M 1 = V 2. M 2 Misal volume yang dibutuhkan sebanyak x ml, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral Puslit Geoteknologi LIPI Bandung. Analisis proksimat dan bilangan organik dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PROSES NITRASI LIMBAH PELEPAH SAWIT

KINETIKA REAKSI PROSES NITRASI LIMBAH PELEPAH SAWIT KINETIKA REAKSI PROSES NITRASI LIMBAH PELEPAH SAWIT Jabosar Ronggur, Padil, Sunarno Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau 28293 Email : jabosarronggur@gmail.com

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) Yohanna Vinia Dewi Puspita 1, Mohammad Shodiq Ibnu 2, Surjani Wonorahardjo 3 1 Jurusan Kimia, FMIPA,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan II. Agen Penitrasi

I. Pendahuluan II. Agen Penitrasi I. Pendahuluan Nitrasi merupakan reaksi terbentuknya senyawa nitro atau masuknya gugus nitro (-NO2) dalam suatu senyawa. Pada reaksi nitrasi, gugus nitro dapat berikatan dengan atom yang berbeda dan bisa

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT. PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN UDARA- BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS API PADA GASIFIKASI REAKTOR DOWNDRAFT DENGAN SUPLAI BIOMASSA SERABUT KELAPA SECARA KONTINYU OLEH : SHOLEHUL HADI (2108 100 701) DOSEN

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dikembangkan sensor infra red untuk mendeteksi sisa umur pelumas. Beberapa sumber sinar sensor yang digunakan adalah lampu LED near infra red komersial,

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci