TINJAUAN PUSTAKA. Ikan jambal Siam mencapai matang kelamin pada urnur dua sampai tiga tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Ikan jambal Siam mencapai matang kelamin pada urnur dua sampai tiga tahun"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Reproduksi Ikan Jambal Siam Ikan jambal Siam mencapai matang kelamin pada urnur dua sampai tiga tahun dengan bobot tiga sampai lima kilogram (Varikul dan Boonsom 1968). Pada ikan jantan, kematangan kelamin dicapai pada umur dua sampai tiga tahun, sedangkan pada betinanya yaitu pada umur tiga sampai empat tahun. Musim pemijahan ikan jarnbal Siam berlangsung dari bulan September sampai April dengan puncak musim pada bulan Oktober sampai Desember. Puncak musim te rjadi pada saat musim hujan, baik pada ikan yang dipelihara di kolarn dengan sistem perairan rnengalir maupun pada sistem perairan tergenang (Utiah 2000). lkan betina yang telah matang gonad mempunyai ciriciri perut iiampak besar dan lembek, kulit bagian perut tipis, genital membengkak dan berwarna merah tua, ' dan jika sekitar genital ditekan akan keluar beberapa butir telur yang seragam ukurannya dan warnanya agak kuning serta bening serta terpisah satu sama lain. Ikan jantan yang sudah matang kelarnin ditandai dengan keluarnya cairan sperma yang berwarna putih susu bila diurut bagian perutnya. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor ikan betina bervariasi bergantung kepada ukunn induk. Seekor induk jambal Siam dapat menghasilkan sekitar juta butir telur. Umurnnya telur muda berwarna putih sedangkan telur matang berwarna kuning, tergantung pada jenis pakan yang dikonsumsinya. Telur akan menjadi adhesif (menempel) setelah mengalami kontak dengan air di sekelilingnya.

2 Mekanisme Hormon Reproduksi dalam Proses Perkembangan dan Kematangan Akhir Gonad Reproduksi ikan diatur oleh poros hipotalamus-hipofisis-gonad. GnRH. yang diproduksi hipotalamus mempunyai struktur kimiawi dekapeptida dan memiliki daya ke rja merangsang sekresi GTH I dan GTH II. Dalam kondisi fisiologik yang normal, hormon gonadotropin di dalam peredaran darah mempunyai mekanisme pengaturan olehnya sendiri sehingga akan selalu dalam kadar optimum untuk menjaga keseimbangan keadaan organ sasarim yang berada di bawah pengaruhnya. Mekanisme pengaturan ini disebut umpan balik, baik negatif maupun positif Secara alami perkembangan gonad ikan dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis sebagai respon hipotalamus terhadap sinyal-sinyal lingkungan, seperti suhu, naik turunnya permukaan air, curah hujan, dan lain-lain. Hipofisis menghasilkan GTH I dan GTH 11 yang merangsang kelenjar gonad untuk menghasilkan hormon gonad (steroid). GTH I mempunyai daya ke rja untuk merangsang pertumbuhan ovari (vitelogensis), dan GTH I1 untuk merangsang pematangan akhir. Elizur, Zmora, Rosenfeld, Meiri, Hassin, Gordin, dan Zohar (1996) menyatakan bahwa kandungan GTH I urnumnya tinggi pada saat vitelogenesis, sedangkan kandungan GTH I1 tinggi pada saat pematangan akhir dan ovulasi. Apabila kadar hormon steroid di dalam peredaran darah telah melewati batas keperluan, hormon steroid ini akan menghambat hipofisis untuk mengurangi sekresi GTH. Dengan demikian produksi hormon steroid akan menurun mencapai kadar

3 yang optimum. Hormon steroid dapat menghambat hipotalamus dengan cara menghambat produksi GnRH, sehingga sekresi GTH akan berkurang (Gambar 1). Pada ikan betina, ovari berespon terhadap peningkatan konsentrasi gonadotropin melalui produksi estradiol- l7p. Estradiol- 17P beredar menuju hati, L memasuki jaringan dengan cara difusi dan secara spesifik merangsang sintesis vitelogenin (Ng dan Idler 1983). Aktivitas vitelogenesis ini menyebabkan nilai hepatosomatic index (HSI) dan gonadosomatic index (GSI) ikan meningkat (Cerda, Calman, Lafleur, and Limesand 1996). Menurut Effendie (1997), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%. Adapwi pertambahan bobot gonad pada ikan patin betina yang matang gonad mencapai % (Siregar 1999). Lebih lanjut dikemukakan oleh Effendie (1997) bahwa semakin lanjut tingkat kematangan gonad, ukuran diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar. Siklus ovari berkaitan dengan siklus konsentrasi hormon steroid seks yang cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan ovari dan menurun setelah pemijahan. Hal ini terjadi bersasnaan dengan penurunan laju sintesis estrogen dalarn ovari (Van Bohemen dan Lambert 1981) dan memungkinkan sekresi gonadotropin naik sampai ke tingkat ovulasi dengan mengurangi hambatan urnpan balik. Penurunan estrogen ini juga mengurangi penghambatan potensial terhadap pematangan gonad yang dirangsang gonadotropin dan konsentrasi estrogen yang minimum diduga menandai kematangan gonad. Dengan mekanisme umpan balik (negatif maupun positif), maka keseimbangan hormonal di dalam tubuh akan

4 te rjamin, sehingga keseimbangan fisiologis juga akan dipertahankan selama tubuh masih dapat dan marnpu untuk melakukannya (Redding dan Patino 1993). Kelenjar Hipofisis Hormon yang digunakan untuk manipulasi pematangm gonad dan ovulasi ikan dapat berbentuk hormon alamiah maupun sintetis, di antaranya adalah human chorionic gonadotropin (HCG)(Zairin, Furukawa, dan Aida 1992), gonadotropin ikan salmon (Sato et al. 1996), luteinizing hormone releasing hormone (I,HRH dan LHRH-a) (Ernawati 1999), ekstrak hipofisis ikan mas (Epler et al. 1986), ekstrak hipofisis ikan chum salmon (Todo, Adachi, dm Yamauchi 1995), estradiol-17p (Indriastuti 2000), l7a-metiltestosteron (Emawati 1999), dan lain-lain. Salah satu jenis hormon yang dapat mempercepat proses kematangan gonad adalah gonadotropin. Gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang berasal dari hipofisis atau plasenta yang merangsang perkembangan dan hngsi gonad. Gonadotropin merupakan faktor utama yang diperlukan untuk memacu perkembangan dan pematangan sel telur. Gonadotropin bekerja secara tidak langsung melalui stimulasi sintesis hormon steroid oleh kelenjar gonad yang mempengaruhi perkembangan sel telur (estradiol-17p) dan pematangan akhir (maturation-inducing hormone, MM; 17% 20P dihydroxy-4-pregnen-3-one, 17a,20(3-DP) (Nagahama et al. 1993). Ekstrak kelenjar hipofisis yang mengandung hormon gonadotropin sangat efektif untuk memngsang beberapa spesies ikan untuk mencapai kematangan tahap akhir telur. Epler et al. (1986) melaporkan bahwa penyuntikan ekstrak kelenjar

5 hipofisis ikan mas dua kali berturut-turut dengan dosis 0.5 dan 4.0 mgkg pada ikan mas (Cjprinus carpio L.) mampu meningkatkan kematangan gonad dan menjamin keberhasilan ovulasi sebesar 80%. Hasil penelitian Todo et al. (1995) pada ikan sidat Jepang menunjukkan bahwa penyuntikan hipofisis ikan chum salmon sebanyak 20 pglg BBIminggu mampu memacu proses viteiogenesis dimana awal proses vitelogenesis terjadi pada minggu ke-9. Serum vitelogenin meningkat tajam pada suntikan pertama dan meningkat secara bertahap sarnpai akhir proses vitelogenesis (minggu ke-17-20). Adapun Sato el al. (1996) melaporkan bahwa penyuntikan ekstrak gonadotropin salmon (sgth) dalam bentuk emulsi tipe WIO dengan menggunakan FlA sebanyak 200 pg sgtwloo g bobot tubuh dapat mempercepat vitelogenesis dan kematangan gonad ikan sidat Jepang (Anguilla japonica) dibandingkan dengan penyuntikan sgth melalui larutan salin (Sato et al. 1996). Aktivitas ekstrak kelenjar hipofisis bergantung kepada umur, jenis kelamin, dan kematangan donor, di samping metode pengumpulan dan teknik yang digunakan untuk mengawetkan kelenjar hipofisis. Standarisasi ekstrak kelenjar hipofisis baik yang segar maupun yang telah diawetkan dalam aseton sulit dilakukan karena kandungan honnon gonadotropin dalam ekstrak tidak selalu sama. Menurut Woynarovich dan Horvath (1980), kandungan hormon gonadotropin pada kelenjar hipofisis ikan bervariasi menurut musim pemijahan dan selama stadia tertentu dalam hidupnya. Hasil penelitian Elizur et al. (1996) yang dilakukan pada ikan gilthead seabream (Sparus auratus) menunjukkan bahwa selama musim pemijahan kandungan P-GTH 1 pada jantan 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan pada betina. Adapun hasil

6 penelitian Swanson (1 991) menunjukkan bahwa kandungan GTH I pada jantan coho salmon yang matang gonad lebih tinggi dibandingkan pada betinanya. Konsentrasi GTH-I1 pada hipofisis ikan lele (Clarias batrachus) jantan dan betina mencapai puncaknya pada fase pra-pemijahan yaitu sebesar nglmg hipofisis (Joy, Singh, Senthilkumaran, dan Goos 2000). Secara umum dosis total untuk menyeragamkan kematangan telur dan ovulasi pada induk yang berukuran lebih dari 5 kg digunakan hipofisis sebesar mg, untuk induk ukuran 2-5 kg digunakan 1.5 nig, sedangkan untuk induk ukuran kg digunakan 0.75 mg. Kelenjar hipofisis ikan mas yang telah diawetkan dalam aseton dengan bobot mg berasal dari kg ikan mas. Umumnya dosis hipofisis yang diberikan per kilogram bobot induk betina adalah mg (Woynarovich dan Horvath, 1980). L Vitelogenesis dan Perkembangan Gonad Dua proses yang terjadi selama oogenesis adalah perkembangan dan pematangan sel telur. Gonadotropin yang disekresikan oleh hipofisis memegang peran penting pada kedua proses tersebut. Kelenjar hipofisis ikan teleost mensekresikan dua jenis gonadotropin (GTH I dan GTH II). Pada ikan salmonid, GTH I disekresikan selama proses perkembangan gonad dan berpemn untuk menstimulasi perturnbuhan ovari dan proses steroidogenesis. Sebaliknya, selama periode pematangan sel telur, kelenjar hipofisis mensekresikan GTH I1 yang meningkatkan proses steroidogenesis untuk memacu pematangan akhir sel telur (Nagahama et al. 1993). Walaupun gonadotropin merupakan mediator utama pada

7 proses perkembangan dan pematangan sel telur, hormon ini tidak bekerja secara lmgsung, tetapi melalui produksi hormon steroid oleh sel folikel. Prorrr vikloprnrrlr Praerpen... ngen.khir Gan~bar 1. Proses vitelogenesis pada ikan (Aida, KO bayashi, dan Kaneko 1991 ) Vitelogenesis pada ikan teleost terjadi melalui dua tahapan yaitu peningkatan sekresi estradiol-17p oleh gonadotropin, ymg kemudian menstimulasi sintesis dan sekresi vitelogenin oleh hati. Peningkatan kanduilgan estradiol- 17P te rjadi selama ikan betina aktif melakukm, proses vitelogenesis. Kapasitas produksi estradiol-17p oleh folikel sebagai respon terhadap stimulasi gonadotropin meningkat selama perkembangan sel telur, tetapi secara cepat mengalanli penurunan pada saat sel telur mencapai tingkat kematangan (Nagahama et al. 1993). Vitelogenin secara selektif diserap oleh oosit yang sedang berkembang melalui aliran darah. Vitelogenin yang diserap ke dalam oosit akan menyebabkan

8 ukuran oosit dan gonad bertambah besar. Setelah mencapai ukuran maksimurn, perkembangan akan terhenti dan oosit akan memasuki fase dorman (Woynarovich dan Horvath 1 980). Proses vitelogenesis pada ikan jambal Siam dapat dipercepat melalui rekayasa hormonal. Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian, hormon-hormon yang efektif merangsang sintesis dan sekresi vitelogenin pada ikan jarnbal Siam antara lain estradiol-17p (Indriastuti 2000; Monijung 2001 ), LHRH-a (Ernawati 19991, testosteron (Ernawati 1999, Sarwoto 200 I), dan HCG (Siregar 1999). Untuk mengukur tingkat perkembangan gonad Nikolsky dalam Effendie (1997) membagi tingkat kematangan gonad dalam tujuh tahapan, yaitu : Tahap I : Tidak masak. Individu masih belum berhasrat inengadakan reproduksi. Ukuran gonad kecil. Tahap I1 : Masa istirahat. Produk seksual belum berkembang. Gonad berukuran kecil. Telur tidak dapat dibedakan oleh mata. Tahap 111 : Hampir masak. Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari transparan menjadi warna ros. Tahap IV : Masak. Produk seksual masak. Produk seksual mencapai bobot maksimum. Tetapi produksi tersebut belum keluar bila perut diberi sedikit tekanan.. Tahap V : Reproduksi. Bila perut diberi sedikit tekanan produk seksualnya akan menonjol keluar dari lubang pelepasan, bobot gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai.

9 Tahap VI : Keadaan salin. Produk seksual te!ah dikeluarkan. Lubang genital berwarna kemerahan. Gonad mengempis. Ovarium berisi beberapa telur sisa. Testes juga berisi sperma sisa. Tahap VII : Masa istirahat. Produk seksual telah dikeluarkan. Wama kemerah- merahan pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata. Adapun Siregar (1 999) membagi tingkat kematangan gonad ikan jambal Siam betina secara morfologi dan histologi sebagai berikut : TKG I I1 MORFOLOGI" Ovari masih kecil dan halus seperti benang. Wama ovari merah muda, memanjang di rongga perut. Ukum ovari bertambah besar, warna ovari berubah menjadi HISTOLOGI~' Didominasi oleh oogonia - berukuran pm. Inti sel besar. Oogonia menjadi oosit, ukuran p membentuk 1 coklat muda, butiran telur belum 1 kantung kuning telur. 1 terlihat. Sitoplasma berwarna ungu. Ukuran ovari relatif besar dan Lumen berisi telur. Ukuran oosit I mengisi hampir sepertiga rongga pm. lnti mulai perut. Butir-butir telur terlihat tampak. jelas dan benvarna kuning muda. Gonad mengisi penuh rongga Inti terlihat jelas dan sebaran, perut, semakin pejal dan warna kuning - telur mendominasi oosit. butimn telur kuang tua. Butiran IV telur besarnya hampir sama dan mudah dipisahkan. Kantung tubulus seminifer a~ak lunak. Keterangan : 1. Klasifikasi menurut Nikolsky dalam Effendie (1997) 2. Klasifikasi menurut Chinabut et al. (1991) Ukuran oosit pm. --

10 Sistem Penghantaran Hormon Rekayasa hormonal merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk _ menginduksi perkembangan gonad, kematangan gonad, dan ovulasi. Sistem penghantaran hormon dapat dilakukan secara akut atau kronis. Sistem penghantaran hormon secara akut dapat berupa penyuntikan larutan cab yang mengandung hormon. Sistem ini umumnya digunakan untuk merangsang pematangan akhir dan ovulasi. Kelemahan dari sistem ini yaitu hormon akan cepat hilang dari sistem peredamn darah dan penyuntikan yang berulang kali dapat menyebabkan gangguan pada fhngsi gonad, stres, dan bahkan kematian. Sistem penghantaran hormon secara kronis dapat melalui impantasi pelet kolesterol (Crim et al. 1988) maupun dengan menggunakan emulsi (Sato et al. 1995). Sistem ini dapat mengatur ketersediaan hormon secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama di dalam sirkulasi darah dan umumnya digunakan untuk merangsang perkembangan dan pematangan gonad. Sistem penghantaran hormon dengan menggunakan teknik implantasi masih memiliki beberapa kelemahan yaitu sukar untuk menentukan dosis hormon yang tepat dalam pelet kolesterol yang digunakan, belum tersedianya ukuran pelet untuk ikan yang berbeda ukuran dan jenisnya, dapat menyebabkan stres pada ikan kmna timbulnya lubang bekas implan, dan rentan penyakit. Untuk mengatasi masalah ini maka dikembangkan sistem penghantaran hormon dengan menggunakan emulsi. Penggunaan emulsi memiliki beberapa keunggulan antara lain dosis hormon dapat diketahui dengan pasti, pelepasan hormon terjadi secara perlahan dan bertahap, serta dapat meminimumkan stres pada ikan.

11 Emulsi merupakan sistem koloid yang mengandung fase diskontinyu yang terdistribusi secara seragam dan sangat halus di dalam fase kontinyu. Sejumlah emulsi dibuat dengan menggunakan Freund's incomplete adjuvant (FIA).. FIA membentuk tipe emulsi tetes air dalam minyak atau water-in-oil (WIO) dan umumnya digunakan untuk meningkatkan imunitas terhadap antigen untuk respon dalam jangka waktu yang lama. Bahan lain yang digunakan untuk membuat emulsi adalah lipophilized gelatin (LG) dan minyak, yang membentuk tipe emulsi water-in-oil-inwater (W/O/W). Emulsi tipe WIOIW adalah sistem penyebaran tetesan minyak yang mengandung butiran air yang lebih kecil. Lapisan minyak diantara dua h e cair (internal. dan eksternal) berperan sebagai membran. Emulsi tipe W/O/W memiliki potensi sebagai mikroenkapsulasi dan dapat berperan sebagai pembawa hormon dalam mengontrol dan rnemperpanjang pelepasan hormon (Sato et al. 1995). Emulsi dengan menggunakan LG mampu melepaskan glukosa dan sgth secara perlahan dan bertahap baik dalam percobaan secara in vitro maupun in vivo (Sato et al. 1996). Hasil penelitian Bugar (2000), Sugihartono (2000), dan Tjendanawangi (2000) menunjukkan bahwa penggunaan LG (C 14 dan C 16) yang diaplikasikan secara in vivo pada ikan jarnbal Siam dapat mengendalikan pelepasan HCG di dalam plasma darah. Menurut hasil penelitian Sato et al. (1996) pada ikan sidat Jepang, pemberian sgth dengan menggunakan emulsi LG, emulsi FIA atau lamtan salin memberikan efek yang berbeda pada kematangan gonad. Pada kelompok ikan yang diberi emulsi LG yang mengandung sgth, semua ikan matang gonad dengan variasi peningkatan bobot tubuh dan GSI yang rendah serta terjadi peningkatan konsentrasi estradiol-17p

12 dan testosteron. Pada kelompok ikan yang diberi perlakuan emulsi FIA yang mengandung sgth, bobot tubuh dan GSI pada sebagian ikan meningkat dan sebagian lainnya tidak menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu konsentrasi estradiol-17p dan testosteron menunjukkan adanya fluktuasi yang bervariasi. Pemberian hormon secara berulang dengan menggunakan emulsi FIA dikhawatirkan dapat menstimulasi pembentukan antibodi. Respon yang rendah terhadap sgth kemungkinan disebabkan karena diproduksinya antibodi. Pada kelompok ikan yang diberi perlakuan dengan larutan saliil yang mengandung sgth, hampir semua ikan bobot tubuhnya relatif tetap dan GSJ sangat bervariasi. Hal ini diperkirakan karena pemberian sgth dalam larutan salin memerlukan periode waktu yang lebih lama untuk mencapai kematangan gonad. Monijung (2001) menyatakan bahwa penyuntikan hormon estradiol- 17P melalui emulsi WION LG (C 14) efektif mempercepat proses vitelogenesis pada ikan jambal Siam. Dosis hormon estradiol-17p yang efektif untuk penyuntikan berkala dengan selang waktu sepuluh hari sekali adalah 250 pgkg bobot ikan. Hasil penelitian Sarwoto (2001) menunjukkan bahwa penyuntikan hormon testosteron melalui emulsi WION pada ikan jambal Siam berpengaruh terhadap proses vitelogenesis di dalam tubuh yang diindikasikan dengan adanya peningkatan kadar hormon testostemn dan estradiol-l7p dalam plasma darah, peningkatan ukuran diameter telur, GSI dan HSI. Dosis penyuntikan testostemn yang efektif adalah 50- I00 pglkg bobot ikan. L

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hepatosomatic Index Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. Hati merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia. Usaha budidaya ikan baung, khususnya pembesaran dalam keramba telah berkembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan

Lebih terperinci

ikan jambal Siam masih bersifat musiman,

ikan jambal Siam masih bersifat musiman, Latar Belakang Ikan jambal Siam (Pangmius hpophthalmus) dengan sinonim Pangmius sutchi termasuk famili Pangasidae yang diioduksi dari Bangkok (Thailand) pada tahun 1972 (Hardjamulia et al., 1981). Ikan-ikan

Lebih terperinci

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Relasi panjang berat dan aspek reproduksi ikan beureum panon (Puntius orphoides) hasil domestikasi di Balai Pelestarian Perikanan Umum dan Pengembangan Ikan Hias (BPPPU)

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Hasil percobaan perkembangan bobot dan telur ikan patin siam disajikan pada Tabel 2. Bobot rata-rata antara kontrol dan perlakuan dosis tidak berbeda nyata. Sementara

Lebih terperinci

Mulyanto Lingkungan hidup untuk ikan. Departemen Pendidikan dan Ke budayaan.

Mulyanto Lingkungan hidup untuk ikan. Departemen Pendidikan dan Ke budayaan. DAFTAR PUSTAKA Aida, K., M. Kobayashi and T. Kaneko. 1991. Endokrinologi. (dalam bahasa Jepang). Dalam M. Itazawa and I. Hanyu (eds.). Fisiologi Ikan. Koseishako Seikaku, Tokyo. Hal : 167-241 Angka, S.L.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budi daya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat. Selama ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi dan Reproduksi Ikan Baung Ikan baung (Mystus nemurus CV) secara taksonomis diklasifikasikan kedalam phylum Cordata, kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Ostariophysi,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Sumatra Gambar 1. Ikan Sumatra Puntius tetrazona Ikan Sumatra merupakan salah satu ikan hias perairan tropis. Habitat asli Ikan Sumatra adalah di Kepulauan Malay,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan ukuran panjang tubuh sekitar 45cm dan ukuran berat tubuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Gonad Ikan

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Gonad Ikan 5 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Gonad Ikan Effendie (1997) menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad (TKG) sangat penting dan akan menunjang keberhasilan pembenihan ikan. Hal ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan benih ikan mas, nila, jambal, bawal dan bandeng di bendungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan benih ikan mas, nila, jambal, bawal dan bandeng di bendungan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan benih ikan mas, nila, jambal, bawal dan bandeng di bendungan Cirata dan Saguling khususnya kabupaten Cianjur sekitar 8.000.000 kg (ukuran 5-8 cm) untuk ikan mas, 4.000.000

Lebih terperinci

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang 16 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan ini adalah mudah dipelihara,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Tahap I Pemberian pakan uji yang mengandung asam lemak esensial berbeda terhadap induk ikan baung yang dipelihara dalam jaring apung, telah menghasilkan data yang

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI 5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus hasselti) termasuk kedalam salah satu komoditas budidaya yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan bahwa ikan nilem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh gram. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh gram. Di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Gonad Ikan Lele Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100-200 gram.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan hike adalah nama lokal untuk spesies ikan liar endemik yang hidup pada perairan kawasan Pesanggrahan Prabu Siliwangi, Desa Pajajar, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 PEMBENIHAN : SEGALA KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM PEMATANGAN GONAD, PEMIJAHAN BUATAN DAN PEMBESARAN LARVA HASIL PENETASAN SEHINGGA MENGHASILAKAN BENIH YANG SIAP DITEBAR DI KOLAM, KERAMBA ATAU DI RESTOCKING

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 12 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan November 2012 di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor. Analisis hormon testosteron

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jambal tergolong ikan bertulang sejati (teleostei). lkan teleostei biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. jambal tergolong ikan bertulang sejati (teleostei). lkan teleostei biasanya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.. Biologi Reproduksi lkan Pangasius djambal lkan Pangasius djambal atau yang kemudian dikenal dengan nama patin jambal tergolong ikan bertulang sejati (teleostei). lkan teleostei

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HORMON alh-rh MELALUI EMULSI W/O/W LG (C-14) PADA PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophthalmus)

PENGARUH PEMBERIAN HORMON alh-rh MELALUI EMULSI W/O/W LG (C-14) PADA PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophthalmus) Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3): 15-21 (2004) 15 PENGARUH PEMBERIAN HORMON alh-rh MELALUI EMULSI W/O/W LG (C-14) PADA PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophthalmus) Effect of LH-RHa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada 8 induk ikan Sumatra yang mendapat perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan Spawnprime A dapat mempengaruhi proses pematangan akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari April 2010 sampai Januari 2011, di Laboratorium Pembenihan Ikan Ciparanje dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Desember (Amornsakun dan Hassan, 1997; Yusuf, 2005). Areal pemijahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Desember (Amornsakun dan Hassan, 1997; Yusuf, 2005). Areal pemijahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Reproduksi Ikan baung memijah pada musim hujan, yaitu pada bulan Oktober sampai Desember (Amornsakun dan Hassan, 1997; Yusuf, 2005). Areal pemijahan biasanya ditumbuhi tanaman air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pertumbuhan induk ikan lele tanpa perlakuan Spirulina sp. lebih rendah dibanding induk ikan yang diberi perlakuan Spirulina sp. 2%

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 103 108 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 103 PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Reproduksi dan Perkembangan gonad. Pertumbuhan.(G) pada ikan dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

TINJAUAN PUSTAKA. Reproduksi dan Perkembangan gonad. Pertumbuhan.(G) pada ikan dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu: TINJAUAN PUSTAKA Reproduksi dan Perkembangan gonad Pertumbuhan.(G) pada ikan dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu: (1) Pertumbuhan soma~ yaitu pertumbuhan pada jaringan otot, tuiang dan lainlain dan

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) 1. PENDAHULUAN Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak disukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Induksi,Hormon,Matang gonad

Kata Kunci : Induksi,Hormon,Matang gonad PEMACU PEMATANGAN GONAD INDUK IKAN NILEM DENGAN TEKNIK INDUKSI HORMON Oleh Ninik Umi Hartanti dan Nurjanah Abstrak Induksi dengan mengunakaan berberapa hormone analog pada calon induk untuk mempercepat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila

Lebih terperinci

KINERJA REPRODUKSI DENGAN INDUKSI OODEV DALAM VITELOGNESIS PADA REMATURASI INDUK IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DI DALAM WADAH BUDIDAYA

KINERJA REPRODUKSI DENGAN INDUKSI OODEV DALAM VITELOGNESIS PADA REMATURASI INDUK IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DI DALAM WADAH BUDIDAYA Fish Scientiae, Volume 3 Nomor AgusTinus 5, Juni 2013 : Kinerja Reproduksi Dengan Induksi OODEV... KINERJA REPRODUKSI DENGAN INDUKSI OODEV DALAM VITELOGNESIS PADA REMATURASI INDUK IKAN PATIN (Pangasius

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rasio Kelamin Ikan Nilem Penentuan jenis kelamin ikan dapat diperoleh berdasarkan karakter seksual primer dan sekunder. Pemeriksaan gonad ikan dilakukan dengan mengamati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH

FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH UTILIZATION OF ESTRADIOL-17β HORMONE FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV) By Herlina Mahriani Siagian 1), Netti Aryani 2), Nuraini 2) ABSTRACT The research was conducted from April

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Estrus 4.1.1 Tingkah Laku Estrus Ternak yang mengalami fase estrus akan menunjukkan perilaku menerima pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan baung diklasifikasikan masuk ke dalam Filum : Cordata, Kelas : Pisces,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan baung diklasifikasikan masuk ke dalam Filum : Cordata, Kelas : Pisces, BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Baung Ikan baung diklasifikasikan masuk ke dalam Filum : Cordata, Kelas : Pisces, Sub-Kelas : Teleostei, Ordo : Ostariophysi, Sub Ordo : Siluroidea,

Lebih terperinci

3.KUALITAS TELUR IKAN

3.KUALITAS TELUR IKAN 3.KUALITAS TELUR IKAN Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: umur induk, ukuran induk dan genetik. Faktor eksternal meliputi: pakan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004) 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2011 dengan waktu pengambilan contoh setiap satu bulan sekali. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemberian kombinasi pakan uji yang ditambahkan ascorbyl phosphate magnesium (APM) dan implantasi estradiol-17β pada ikan lele (Clarias gariepinus) yang dipelihara dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HORMON UNTUK PEMBENIHAN IKAN

PENGGUNAAN HORMON UNTUK PEMBENIHAN IKAN PENGGUNAAN HORMON UNTUK PEMBENIHAN IKAN Di susun Oleh : KELOMPOK 6 NAMA : AYU ANDIRA NPM : 1401040002 SEMESTER : V PRODI : BDPI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALMUSLIM MATANGGLUMPANG DUA BIREUN 2016 KATA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Percobaan tahap pertama mengkaji keterkaitan asam lemak tak jenuh n-6 dan n-3 yang ditambahkan dalam pakan buatan dari sumber alami

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Penetasan Telur Hasil perhitungan derajat penetasan telur berkisar antara 68,67-98,57% (Gambar 1 dan Lampiran 2). Gambar 1 Derajat penetasan telur ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

HASIL. Parameter Utama

HASIL. Parameter Utama 42 HASIL Parameter Utama Parameter utama hasil pengamatan pemberian hormon tiroksin terhadap reproduksi ikan nila yang dipelihara pada media bersalinitas terdiri dari hepato somatik indeks (HSI, %), diameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN KETIK FHA 2017 SAMPUL (Hard Cover) COVER PUTIH COVER (terdapat tulisan sebagai syarat...dst) LEMBAR PENGESAHAN (dosen pengampu dan

FORMAT LAPORAN KETIK FHA 2017 SAMPUL (Hard Cover) COVER PUTIH COVER (terdapat tulisan sebagai syarat...dst) LEMBAR PENGESAHAN (dosen pengampu dan FORMAT LAPORAN KETIK FHA 2017 SAMPUL (Hard Cover) COVER PUTIH COVER (terdapat tulisan sebagai syarat...dst) LEMBAR PENGESAHAN (dosen pengampu dan Coass) LEMBAR PENGESAHAN (asisten) KATA PENGANTAR DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF Pemijahan ikan lele semi intensif yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan. Penggunanya bukan hanya ibu-ibu rumah

Lebih terperinci

THE EFFECT OF OVAPRIM AND PROSTAGLANDIN (PGF 2 α) COMBINATION ON OVULATION AND EEG QUALITY OF KISSING GOURAMY (Helostoma temmincki C.

THE EFFECT OF OVAPRIM AND PROSTAGLANDIN (PGF 2 α) COMBINATION ON OVULATION AND EEG QUALITY OF KISSING GOURAMY (Helostoma temmincki C. THE EFFECT OF OVAPRIM AND PROSTAGLANDIN (PGF 2 α) COMBINATION ON OVULATION AND EEG QUALITY OF KISSING GOURAMY (Helostoma temmincki C.V) By M. Fikri Hardy 1), Nuraini 2) and Sukendi 2) Abstract This research

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Januari 2013 bertempat di Hatcery Kolam Percobaan Ciparanje

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Merak Hijau (Pavo muticus) Merak hijau (Pavo muticus) termasuk dalam filum chordata dengan subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah

Lebih terperinci

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan Gonad di kolam tanah Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan

Lebih terperinci

Efektivitas pemberian kombinasi hormon human chorionic gonadotropin... (Isriansyah)

Efektivitas pemberian kombinasi hormon human chorionic gonadotropin... (Isriansyah) EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMBINASI HORMON HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN DAN 17α-METILTESTOSTERON SECARA KRONIS TERHADAP KADAR ESTRADIOL-17β DAN PERKEMBANGAN TELUR IKAN BAUNG (Mystus nemurus) Isriansyah Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI KOMBINASI PAKAN DAN ESTRADIOL_17β TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

EVALUASI KOMBINASI PAKAN DAN ESTRADIOL_17β TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) EVALUASI KOMBINASI PAKAN DAN ESTRADIOL_17β TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Hengky Sinjal 1, Frengky Ibo 2, Henneke Pangkey 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan upaya tersebut sudah umum dilakukan dalam

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Oktober 2011 hingga Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 3). Pengambilan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi ikan tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838 in www.fishbase.com) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IX A. 1. Pokok Bahasan : Sistem Regulasi Hormonal A.2. Pertemuan minggu ke : 12 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Tempat produksi hormone 2. Kelenjar indokrin dan produksi

Lebih terperinci

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2) :162-174 (2014) ISSN : 2303-2960 PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA (Channa striata) MENGGUNAKAN HORMON Human Chorionic Gonadotropin DOSIS BERBEDA Gonadal Maturation

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dari bulan Januaribulan Maret 2010. Analisis aspek reproduksi dilakukan di Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di

Lebih terperinci