MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER
|
|
- Herman Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER Ria Rahmaningsih, Prayitno, Yahmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang riarahmaningsih@yahoo.co.id ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa Madrasah Aliyah tentang keperiodikan unsur menggunakan instrumen diagnostik two-tier. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan subjek penelitian 60 siswa kelas XI IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman sebagian besar siswa pada keperiodikan unsur tergolong sangat rendah. Selain itu, ditemukan juga beberapa miskonsepsi. Diantaranya yaitu afinitas elektron unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah selalu semakin kecil. Kata-kata kunci: pemahaman konsep, two-tier, keperiodikan unsur ABSTRACT: The purpose of this study was to determine student s conceptual understanding and misconceptions of Islamic Senior High School for elements periodicity using two-tier diagnostic instrument. This study was descriptive design with subjects were 60 students of Grade XI of Science Classes. The result of this study indicates that most of student s understanding for elements periodicity which is grouped into very low. Beside that, in this study was found some misconceptions. One of them was the electron affinity of the elements in a group from the top to the bottom is always decrease. Key words: conceptual understanding, two-tier, elements periodicity Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Silberberg, 2009:4). Menurut Nahum (2004:301), ilmu kimia berkaitan dengan sifat dan reaksi suatu zat. Effendy (2007:1) mendefinisikan ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sifat, struktur, perubahan materi, hukum atau prinsip yang menggambarkan materi dan konsep serta teori yang menginterpretasikannya. Menurut Ben-zvi, Eylon, dan Silberstein (dalam Pinarba dan Canpolat, 2003:1328) ilmu kimia dianggap sulit oleh siswa. Ilmu kimia memiliki kesulitan yang cukup tinggi karena karakteristik ilmu kimia yang bersifat abstrak dan berjenjang (Kean dan Middlecamp, 1985:5). Disamping itu, menurut Johnstone (dalam Smith dan Nakhleh, 2011:398) dalam mempelajari kimia, siswa dituntut untuk memahami tiga representasi pemahaman yang meliputi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Gabel (1999:548) menyatakan bahwa konsep yang sulit dalam kimia menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi yaitu konsep yang berbeda dengan pemahaman ilmiah yang diterima secara umum dan ketika telah menjadi struktur kognitif siswa, maka akan menyebabkan siswa kesulitan dalam menghubungkan dengan informasi baru (Nakhleh,1992:191). Latar belakang, kemampuan, dan pengalaman siswa yang kurang memadai dalam memahami suatu konsep juga menyebabkan siswa menciptakan konsep sendiri yang berbeda dengan yang dimiliki masyarakat ilmiah sehingga terjadi miskonsepsi (Barke, Hazari, dan Yitbarek, 2009:2). Pemahaman yang berbeda ini juga disebabkan oleh siswa membangun konsep sains secara terbatas (Treagust, 2006:1). Konfigurasi elektron dan sifat periodik unsur (meliputi: jari-jari atom atau ion, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan) merupakan salah satu pokok bahasan dalam kimia SMA. Pokok bahasan ini berisi konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap sulit 1
2 2 oleh siswa. Konsep tersebut menjadi prasyarat bagi konsep berikutnya, misalnya konsep ikatan kimia (Taber, 2003) Untuk menggali konsep siswa, menurut Tüysüz (2009:626) dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain metode peta konsep (Novak), wawancara (Carr), dan tes diagnostik two-tier (Treagust). Instrumen diagnostik two-tier yang dikembangkan oleh Treagust ini berupa tes pilihan ganda dengan dua tier (tahap) pemilihan jawaban. Tier (tahap) pertama berisi pertanyaan atau pernyataan dengan dua sampai empat jawaban, sedangkan tier (tahap) kedua berisi alasan untuk jawaban yang dipilih tersebut. Jawaban siswa akan dianggap benar hanya ketika siswa memilih jawaban dan alasan yang benar. Jika jawaban benar tapi alasan salah, maka jawaban siswa tersebut dianggap salah. Oleh karena itu, untuk dapat menjawab tes ini siswa harus benar-benar memahami konsepnya (Treagust, 2006). Instrumen ini dikembangkan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh instrumen pilihan ganda yang tidak dapat mengetahui alasan pemilihan jawaban oleh siswa (Odom dan Barrow, 1995:46). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul Menggali Pemahaman Konsep Siswa Madrasah Aliyah X tentang Keperiodikan Unsur Menggunakan Instrumen Diagnostik Two-Tier. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman konsep siswa Madrasah Aliyah X tentang keperiodikan unsur dan menggali miskonsepsi yang dialami siswa Madrasah Aliyah X tentang keperiodikan unsur. METODE Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah dua dari enam kelas XI IPA yang ada di Madrasah Aliyah X tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah 60 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Mei Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen diagnostik two-tier. Instrumen tersebut merupakan tes pilihan ganda dengan dua tier (tahapan). Setiap soal yang dikembangkan pada tier pertama berisi pertanyaan dengan 2-4 pilihan jawaban, sedangkan tier kedua berisi 3-4 pilihan alasan yang menyediakan pembenaran jawaban pada pilihan tier pertama. Instrumen yang dikembangkan sebanyak 20 item soal (10 soal berpasangan). Tahap pengembangan instrumen diagnostik two-tier ini disajikan dalam Gambar 1 berikut.
3 3 Mengidentifikasi materi yang diteliti (keperiodikan unsur). Tahap I Menentukan isi Mengidentifikasi pernyataan pernyataan penting tentang keperiodikan unsur Mengembangkan peta konsep Menelaah bahan pustaka Tahap II Mengumpulkan informasi tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa Mengumpulkan penjelasan siswa menggunakan jawaban terbuka Mengumpulkan penjelasan siswa meggunakan tes pilihan ganda dengan pilihan alasan terbuka Wawancara siswa secara semiterstruktur Mengembangkan draf instrumen ke-1 Tahap III Pengembangan instrumen diagnostik berbentuk two-tier Menyusun kisi-kisi instrumen Mengembangkan draf instrumen ke-2 Perbaikan instrumen Mengembangkan instrumen akhir Gambar Bagan Pengembangan Instrumen Diagnostik Two-Tier (dikutip dari Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerino, 2007:296). Analisis data untuk pemahaman konsep dilakukan dengan menentukan besarnya persentase siswa yang menjawab benar dan analisis data untuk miskonsepsi yang dialami
4 4 siswa dapat dilakukan dengan cara menghitung besarnya persentase kombinasi pemilihan jawaban dan alasan yang konsisten salah untuk setiap pasangan soal. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemahaman Siswa pada Keperiodikan Unsur Pemahaman siswa dalam konsep keperiodikan unsur disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1 Pemahaman Siswa Pemahaman Siswa Persentase (%) Sangat tinggi 0,0 Tinggi 3,3 Sedang 13,3 Rendah 38,3 Sangat rendah 45,0 Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar siswa (45,0%) memiliki pemahaman yang sangat rendah, 38,3% siswa memiliki pemahaman yang rendah dan 13,3% siswa memiliki pemahaman yang sedang. Selanjutnya sebanyak 3,3% siswa memiliki pemahaman yang tinggi dan tidak ada siswa yang memiliki pemahaman sangat tinggi. Pemahaman Aspek-Aspek dalam Konsep Keperiodikan Unsur Persentase siswa yang memahami aspek-aspek dalam konsep keperiodikan unsur disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Persentase Pemahaman Apek-Aspek Energi Ionisasi Aspek Jawaban Siswa (%) Rata-rata (%) (1) Energi Ionisasi Kecenderungan energi ionisasi dalam 20,0 satu periode dan golongan Perbandingan energi ionisasi dua unsur 42,5 22,8 dalam satu periode Perbandingan energi ionisasi pertama 5,9 dan kedua suatu unsur (2) Jari-jari Atom Jari-jari atom dalam satu periode dan 45,9 45,9 golongan (3) Jari-jari Ion Jari-jari ion isoelektronik 1,7 15,5 Jari-jari ion dari atom satu golongan 29,2 (4) Keelektronegatifan Keelektronegatifan unsur dalam satu 49,2 49,2 periode dan golongan (5) Afinitas Elektron Afinitas elektron unsur dalam satu 7,5 7,5 golongan (6) Konfigurasi Elektron Penentuan golongan dan periode unsur 14,2 27,1 dalam tabel periodik unsur Konfigurasi elektron unsur transisi 40,0
5 5 Berdasarkan Tabel 2 diketahui persentase siswa yang memiliki pemahaman tentang aspek-aspek dalam konsep energi ionisasi tergolong rendah yaitu 22,8%. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa belum memahami tentang energi ionisasi pertama serta energi ionisasi kedua suatu unsur. Selanjutnya, persentase siswa yang memahami konsep jari-jari atom dalam satu periode dan golongan adalah 45,9% sehingga persentase siswa yang memiliki pemahaman tentang konsep ini tergolong sedang. Pada konsep jari-jari ion, persentase siswa yang memiliki pemahaman tentang aspek-aspek pada konsep jari-jari ion tergolong sangat rendah yaitu 15,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum memahami jari-jari ion, baik jari-jari ion isoelektronik maupun jari-jari ion dalam satu golongan. Persentase siswa yang memiliki pemahaman tentang konsep keelektronegatifan tergolong sedang yaitu 49,2%. Persentase pemahaman siswa pada konsep ini adalah yang paling tinggi diantara keenam konsep di atas. Pada konsep afinitas elektron, persentase siswa yang memahami konsep afinitas elektron adalah 7,5% sehingga tergolong sangat rendah. Persentase pemahaman siswa pada konsep afinitas elektron adalah yang paling rendah diantara keenam konsep di atas. Pada konsep konfigurasi elektron, persentase siswa yang memiliki pemahaman tentang aspek-aspek pada konsep konfigurasi elektron tergolong rendah yaitu 27,1%. Miskonsepsi yang Dialami Siswa pada Konsep Keperiodikan Unsur Selain pemahaman siswa, dalam penelitian ini juga diperoleh miskonsepsi yang dialami siswa. Miskonsepsi-miskonsepsi tersebut disajikan dalam Tabel 3 berikut. Tabel 3 Miskonsepsi yang Dialami Siswa pada Konsep Keperiodikan Unsur Miskonsepsi (1) Konsep Energi Ionisasi Energi ionisasi unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil seiring dengan jari-jari yang semakin besar. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan jari-jarinya yang semakin kecil. Energi ionisasi unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil seiring dengan gaya tarik inti terhadap elektron terluar yang semakin lemah, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan gaya tarik inti terhadap elektron terluar yang semakin kuat. Energi ionisasi unsur dalam satu periode maupun dalam satu golongan sama (tidak berubah) Energi ionisasi kedua suatu unsur lebih kecil daripada energi ionisasi pertamanya. Energi ionisasi kedua suatu unsur lebih besar daripada energi ionisasi pertamanya karena elektron kedua yang akan dilepas terletak lebih dekat dengan inti. Energi ionisasi kedua suatu unsur sama dengan energi ionisasi pertamanya. Pada periode 3 energi ionisasi unsur dari kiri ke kanan selalu makin besar. Konsisten Salah (%) 18,6 28,3 5,0 3,3 30,0 18,3 30,0
6 6 (2) Jari-jari Atom Jari-jari atom dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin besar, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah jarijari atom semakin kecil. Jari-jari atom dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin besar seiring dengan energi ionisasi yang semakin kecil, sedangkan dalam satu golongan jari-jari atom semakin kecil seiring dengan energi ionisasi yang semakin besar. Jari-jari atom dalam satu periode maupun satu golongan sama (tidak berubah) (3) Jari-jari Ion Jari-jari ion isoelektronik dipengaruhi oleh jumlah elektron yang dilepas atau diterima oleh atom. Semakin banyak elektron yang diterima suatu atom maka jari-jari anionnya makin besar. Semakin banyak elektron yang dilepas suatu atom maka jari-jari kationnya makin kecil. Jari-jari ion isoelektronik berbanding terbalik dengan harga energi ionisasinya. Jari-jari ion yang berasal dari atom satu golongan dari atas ke bawah semakin besar karena energi ionisasi dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil. Jari-jari ion yang berasal dari atom satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil. (4) Keelektronegatifan Keelektronegatifan unsur-unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah, keelektronegatifan unsur-unsur semakin besar. Keelektronegatifan unsur ditentukan oleh mudah tidaknya unsur dalam melepas pasangan elektron. Dalam satu periode semakin mudah unsur-unsur melepas pasangan elektron, semakin elektronegatif, sedangkan dalam satu golongan semakin sulit unsur-unsur melepas elektron, semakin berkurang keelektronegatifannya. Keelektronegatifan unsur-unsur dalam satu periode maupun satu golongan sama. (5) Afinitas Elektron Afinitas elektron unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah selalu semakin kecil (6) Konfigurasi Elektron Penentuan periode dan golongan dari ion-ion pada tabel periodik didasarkan pada muatannya, jika bermuatan positif akan melepaskan elektron sejumlah muatannya dan sebaliknya. Konfigurasi ion suatu unsur sama dengan konfigurasi elektron unsur tersebut Konfigurasi elektron unsur Cu dan Cr dapat distabilkan oleh kombinasi dari 3d yang tidak terisi penuh (tidak penuh maupun setengah penuh) dan orbital 4s yang terisi penuh Konfigurasi elektron yang stabil dari unsur Cu dan Cr sesuai dengan pengisian elektron awal tanpa dipengaruhi orbital penuh setengah penuh 15,0 11,7 10,0 21,7 11,7 43,3 15,0 23,3 10,0 8,3 48,3 26,7 21,7 28,3 21,7
7 Pada konsep kecenderungan energi ionisasi dalam satu periode dan golongan ini ditemukan miskonsepsi yaitu sebanyak 18,6% siswa beranggapan bahwa energi ionisasi unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil seiring dengan jari-jari yang semakin besar. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan jari-jarinya yang semakin kecil. Miskonsepsi ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Devinta (2011) yaitu unsur-unsur yang memiliki jumlah kulit sama, tetapi jumlah kulit elektron valensi bertambah energi ionisasinya akan selalu makin turun. Miskonsepsi lainnya yaitu sebanyak 28,3% siswa beranggapan bahwa energi ionisasi unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil seiring dengan gaya tarik inti terhadap elektron terluar yang semakin lemah, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan gaya tarik inti terhadap elektron terluar yang semakin kuat. Konsep yang benar menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop (2012:345) adalah energi ionisasi dalam satu golongan dari atas ke bawah cenderung menurun, sedangkan dalam satu periode dari kiri ke kanan cenderung naik. Hal ini disebabkan dalam satu periode, nilai n tetap namun muatan inti bertambah sehingga tarikan inti terhadap elektron terluar meningkat yang mengakibatkan elektron tersebut sulit untuk lepas. Sebaliknya, dalam satu golongan, nilai n naik dan jarak antara inti dengan elektron terluar menjadi makin jauh sehingga tarikan inti terhadap elektron menjadi semakin lemah yang membuat elektron lebih mudah terlepas. Pada konsep perbandingan energi ionisasi kedua dengan energi ionisasi pertama suatu unsur ditemukan miskonsepsi yaitu sebanyak 30% siswa beranggapan bahwa energi ionisasi kedua suatu unsur lebih besar daripada energi ionisasi pertamanya karena elektron kedua yang akan dilepas terletak lebih dekat dengan inti. Hasil ini sesuai dengan yang pernah dilaporkan oleh Taber (2003: 158) yaitu a large majority (84%) recognised the related point that after the atom is ionised, it then requires more energy to remove a second electron because the second electron is nearer the nucleus. Selain itu, 18,3% siswa lainnya beranggapan bahwa elektron kedua yang akan dilepas suatu unsur terletak pada kulit yang sama dengan elektron pertama sehingga energi ionisasi kedua unsur tersebut sama dengan energi ionisasi pertamanya. Konsep yang lebih tepat yaitu energi ionisasi kedua suatu unsur lebih besar daripada energi ionisasi pertamanya karena setelah satu elektron terlepas maka tarikan inti terhadap elektron yang tersisa menjadi lebih kuat (Chang, 2011:262). Dengan kata lain, mengambil muatan negatif (elektron) dari muatan positif lebih sulit daripada mengambil muatan negatif (elektron) dari atom netral sehingga energi ionisasi kedua unsur lebih besar daripada energi ionisasi pertama. Miskonsepsi lain yang juga ditemukan adalah sebanyak 30% siswa beranggapan bahwa energi ionisasi unsur pada periode 3 dari kiri ke kanan selalu makin besar. Miskonsepsi ini juga pernah dilaporkan oleh Tan, dkk (2005: 186) yang menyebutkan bahwa The first ionisation energy of phosphorus is less than that of sulfur because of the effect of an increase in nuclear charge. Konsep yang benar yaitu energi ionisasi dari kiri ke kanan cenderung semakin besar, namun tidak selalu. Hal ini terbukti pada periode 3 energi ionisasi mengalami ketidakteraturan (Chang, 2011:264). Pada energi ionisasi terdapat ketidakteraturan dalam satu periode, seperti pada unsur periode 3 yaitu energi ionisasi unsur P lebih besar daripada unsur S. Penyebabnya adalah pada orbital p unsur S terisi empat elektron, sedangkan pada orbital p unsur P terisi tiga elektron. Pelepasan elektron dari np 4 menyebababkan terbentuknya orbital np setengah penuh dan mengurangi tolakan antar elektron sehingga elektron dari S lebih mudah terlepas (Silberberg, 2009:264). Dalam konsep jari-jari atom ditemukan sebanyak 15% siswa beranggapan bahwa jarijari atom dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin besar, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari atom semakin kecil. Konsep yang benar menurut 7
8 (Jespersen, Brady, dan Hyslop, 2012:341) adalah dalam satu periode dari kiri ke kanan jarijari atom semakin menurun. Hal ini disebabkan muatan inti bertambah sedangkan jumlah kulit tetap sehingga tarikan inti terhadap elektron lebih kuat. Sedangkan dalam satu golongan meskipun muatan inti bertambah namun pengaruh jumlah kulit lebih mendominasi sehingga jarak antara inti dengan elektron terluar lebih jauh dan jari-jari atom semakin besar. Pada konsep jari-jari ion ditemukan miskonsepsi yaitu sebanyak 21,7% beranggapan bahwa jari-jari ion isoelektronik dipengaruhi oleh jumlah elektron yang dilepas atau diterima oleh atom. Semakin banyak elektron yang diterima suatu atom maka jari-jari anionnya makin besar. Semakin banyak elektron yang dilepas suatu atom maka jari-jari kationnya makin kecil. Konsep yang benar menurut Chang (2011:260) yaitu pada jari-jari anion atau kation isoelektronik bergantung pada jumlah proton dalam inti. Semakin banyak jumlah proton dalam inti, maka semakin kuat tarikan inti terhadap elektron terluar sehingga jari-jari ion menjadi lebih kecil. Dalam satu periode, jari-jari kation dan anion isoelektronik cenderung turun. Miskonsepsi lain yang ditemukan yaitu sebanyak 43,3% siswa beranggapan bahwa jarijari ion yang berasal dari atom satu golongan dari atas ke bawah semakin besar karena energi ionisasi dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil. Konsep yang benar seperti yang disampaikan oleh Effendy (2007a:7) yaitu dalam satu golongan jari-jari ion cenderung meningkat dari atas ke bawah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kulit atom. Jadi, meskipun muatan inti bertambah, namun jarak antara inti dengan elektron terluar menjadi semakin jauh sehingga dari atas ke bawah dalam satu golongan, jari-jari ion cenderung meningkat. Miskonsepsi yang ditemukan pada konsep keelektronegatifan yaitu sebanyak 23,3% siswa beranggapan bahwa keelektronegatifan unsur-unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah, keelektronegatifan unsur-unsur semakin besar. Menurut Effendy (2007a:20) konsep yang benar adalah dalam satu periode dari kiri ke kanan keelektronegatifan unsur-unsur semakin meningkat, dan sebaliknya dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan unsur semakin kecil. Unsur-unsur dengan keelektronegatifan yang tinggi memiliki kemampuan menarik pasangan elektron lebih kuat dibandingkan unsur-unsur dengan keelektronegatifan yang rendah. Pada konsep afinitas elektron miskonsepsi yang ditemukan adalah sebanyak 48,3% siswa beranggapan bahwa afinitas elektron unsur-unsur dalam satu golongan selalu semakin kecil. Konsep yang benar yaitu pada tabel periodik unsur afinitas elektron dalam satu golongan cenderung menurun, namun tidak selalu seperti itu. Pada golongan 13 sampai 17, afinitas elektron dalam satu golongan dari unsur-unsur yang terletak pada periode teratas ke periode selanjutnya justru semakin besar. Hal ini disebabkan oleh tolakan-tolakan antara elektron yang dimiliki atom tersebut dengan elektron yang ditambahkan lebih kuat daripada tarikan inti pada elektron yang ditambahkan tersebut (Effendy, 2007a:18). Miskonsepsi yang ditemukan pada konsep konfigurasi elektron yaitu sebanyak 26,7% siswa beranggapan bahwa penentuan periode dan golongan dari ion-ion pada tabel periodik didasarkan pada muatannya, jika bermuatan positif akan melepaskan elektron sejumlah muatannya dan sebaliknya. Selain itu, 21,7% lain siswa beranggapan bahwa konfigurasi ion sama dengan konfigurasi elektron unsur. Penentuan periode dan golongan dari konfigurasi ion dilakukan dengan mengubah konfigurasi ion tersebut menjadi konfigurasi elektron unsur tersebut. Menurut Silberberg (2009:270) penentuan periode dan golongan dilihat dari n tertinggi dan elektron valensinya. Untuk golongan utama maupun transisi periode diperoleh dari n tertinggi. Penentuan golongan untuk unsur golongan utama ditentukan oleh elektron valensinya yang sama dengan elektron terluarnya, namun pada unsur transisi elektron terluar 8
9 9 tidak sama dengan elektron valensinya. Pada unsur transisi elektron valensinya yaitu ns dan (n-1)d. Miskonsepsi lain yang ditemukan yaitu sebanyak 28,3% siswa menganggap bahwa konfigurasi elektron unsur Cu dan Cr dapat distabilkan dengan kombinasi dari 3d yang tidak terisi penuh (tidak penuh maupun setengah penuh) dan orbital 4s yang terisi penuh. Selain itu, sebanyak 21,7% siswa menganggap bahwa konfigurasi elektron yang stabil dari unsur Cu dan Cr sesuai dengan pengisian elektron awal tanpa dipengaruhi orbital penuh setengah penuh. Konsep yang benar menurut Effendy (2007b:198) bahwa tidak semua unsur transisi memiliki konfigurasi yang sama dengan pengisian awalnya, misalnya unsur Cu dan Cr. Hal ini disebabkan adanya faktor untuk mencapai kestabilan. Unsur Cu akan lebih stabil jika konfigurasinya mengikuti aturan penuh setengah penuh. Begitu juga dengan unsur Cr yang konfigurasinya berisi setengah penuh. Konfigurasi penuh setengah penuh ini lebih stabil dibandingkan konfigurasi tidak penuh dan penuh. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pemahaman siswa pada keperiodikan unsur yang tergolong sangat rendah sebanyak 45,0%, rendah sebanyak 38,3%, cukup sebanyak 13,3%, dan tinggi sebanyak 3,3%. Tidak ada siswa yang memiliki pemahaman sangat tinggi pada keperiodikan unsur. 2. Pemahaman siswa terhadap aspek-aspek dalam konsep keperiodikan unsur dinyatakan sebagai berikut. a) Pemahaman siswa terhadap aspek-aspek dalam konsep energi ionisasi dan konfigurasi elektron tergolong rendah. b) Pemahaman siswa terhadap aspek-aspek dalam konsep jari-jari atom dan keelektronegatifan unsur tergolong sedang. c) Pemahaman siswa terhadap aspek-aspek dalam konsep jari-jari ion dan afinitas elektron tergolong sangat rendah. 3. Miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep keperiodikan unsur adalah sebagai berikut. a) Energi ionisasi unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil seiring dengan jari-jari yang semakin besar. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan jari-jarinya yang semakin kecil. b) Energi ionisasi unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil seiring dengan gaya tarik inti terhadap elektron terluar yang semakin lemah, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan gaya tarik inti terhadap elektron terluar yang semakin kuat. c) Energi ionisasi kedua suatu unsur lebih besar daripada energi ionisasi pertamanya karena elektron kedua yang akan dilepas terletak lebih dekat dengan inti. d) Energi ionisasi kedua suatu unsur sama dengan energi ionisasi pertamanya. e) Energi ionisasi unsur pada periode 3 dari kiri ke kanan selalu makin besar. f) Jari-jari atom dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin besar, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari atom semakin kecil. g) Jari-jari ion isoelektronik dipengaruhi oleh jumlah elektron yang dilepas atau diterima oleh atom. Semakin banyak elektron yang diterima suatu atom maka jari-jari anionnya makin besar. Semakin banyak elektron yang dilepas suatu atom maka jari-jari kationnya makin kecil.
10 10 h) Jari-jari ion yang berasal dari atom satu golongan dari atas ke bawah semakin besar karena energi ionisasi dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil. i) Keelektronegatifan unsur-unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil, sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah, keelektronegatifan unsur-unsur semakin besar. j) Afinitas elektron unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah selalu semakin kecil. k) Penentuan periode dan golongan dari ion-ion pada tabel periodik didasarkan pada muatannya, jika bermuatan positif akan melepaskan elektron sejumlah muatannya dan sebaliknya. l) Konfigurasi ion suatu unsur sama dengan konfigurasi elektron unsur tersebut. m) Konfigurasi elektron unsur Cu dan Cr dapat distabilkan oleh kombinasi dari 3d yang tidak terisi penuh (tidak penuh maupun setengah penuh) dan orbital 4s yang terisi penuh. n) Konfigurasi elektron yang stabil dari unsur Cu dan Cr sesuai dengan pengisian elektron awal tanpa dipengaruhi orbital penuh setengah penuh. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diuraikan saran-saran sebagai berikut. 1. Guru hendaknya memilih metode pembelajaran dan merancang LKS (Lembar Kerja Siswa) yang sesuai dengan kondisi di kelas serta berpusat pada siswa sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. 2. Guru hendaknya mengambil tindakan untuk memperbaiki miskonsepsi siswa. Salah satunya yaitu menggunakan strategi konflik kognitif untuk memperbaiki miskonsepsi yang dialami siswa. 3. Siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti pelajaran, bertanya kepada guru, dan berdiskusi dengan guru. 4. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih banyak melakukan kajian literatur dan wawancara sehingga instrumen yang dihasilkan lebih baik dalam menggali miskonsepsi siswa. DAFTAR RUJUKAN Barke, H-D., Hazari, A. & Yitbarek, S Misconception in Chemistry. Adressing Perception in Chemical Education. Germany: Springer. Chandrasegaran, A. L., Treagust D. F. & Mocerino, M The Development of a Two-tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Students Ability to Describe and Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation. Chemistry Education Research and Practice, 8 (3). (Online), ( diakses 27 Agustus Chang, R General Chemistry: The Essential Concepts (sixth edition). New York: McGraw-Hill Companies. Devinta, A Identifikasi Persepsi Konsep Sukar dan Salah Konsep Sifat Periodik Unsur pada Siswa SMA Negeri 8 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang
11 Effendy. 2007a. A-Level Chemistry for Senior High School Students (volume 1B). Malang: Bayumedia Publishing. Effendy. 2007b. A-Level Chemistry for Senior High School Students (volume 2B). Malang: Bayumedia Publishing. Gabel, D Improving Teaching and Learning through Chemistry Education Research: A Look to the Future. Journal of Chemical Education, 76 (4): Jespersen, N. D., Brady, J.E, Hyslop, A Chemistry: The Molecular Nature of Matter (sixth edition). USA: Courier Kendallville. Kean, E. & Middlecamp, E Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Nahum, T. L., Hosfein, A., Naaman, R. M. & Dov, Z. B Can Final Examination Amplify Student`s Misconceptions in Chemistry. Chemistry Education Research and Practice, 5 (3). (Online), ( diakses 14 September Nakhleh, M.B Why Some Students Don t Learn Chemistry Chemical Misconceptions. Journal of Chemical Education, 69 (3): Odom, A.L & Barrow L.H Development and Application of a Two-Tier Diagnostic Test Measuring College Biology Students Understanding of Diffusion and Osmosis after a Course of Instruction. Journal of Research in Science Teaching, 32 (1): Pinarba,T. & Canpolat, N Student s Understanding of Solution Chemistry Concepts. Journal of Chemical Education, 80 (11): Silberberg, M. S Chemistry The Molecular Nature of Matter and Change (fifth edition). New York: McGraw-Hill Companies. Smith, K.C & Nakhleh, M.B University Students Conceptions of Bonding in Melting and Dissolving Phenomena. Chemistry Education Research and Practice. 12 (398). (Online), ( diakses 01 Mei Taber, K. S Understanding Ionisation Energy: Physical, Chemical and Alternative Conceptions. Chemistry Education Research And Practice, 4 (2). (Online), ( diakses 30 April Tan, K.C. D., Taber, K. S., Goh, N.K. & Chia, L. S The Ionisation Energy Diagnostic Instrument:A Two-Tier Multiple-Choice Instrument to Determine High School Students Understanding of Ionisation Energy. Chemistry Education Research And Practice, 6 (4). (Online), ( diakses 27 Agustus Treagust, D. F Diagnostic Assessment in Science as a Means to Improving Teaching, Learning and Retention. Makalah disajikan pada UniServe Science Assessment SymposiumProceedings, 2006, (Online), ( treagust/pdf.), diakses 28 Sepetember Tüysüz, C Development of Two-Tier Instrument and Assess Students` Understanding in Chemistry. Scientific Research and Essay, 4 (6). (Online), ( diakses 24 September
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Oscar Prananda Pajaindo, Prayitno, Fauziatul Fajaroh Universitas Negeri Malang E-mail: o5c4r.prananda@gmail.com
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER Tri Yunita Maharani, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang E-mail: menik.chant@yahoo.com
Lebih terperinciAlumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram 2
ISSN 1907-1744 ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 MATARAM MENGGUNAKAN ONE TIER DAN TWO TIER TEST MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Nabilah 1, Yayuk Andayani 2, Dwi Laksmiwati
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Muhammad Ali Kurniawan, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang Email: muhammadalikurniawan@rocketmail.com
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH TENTANG STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH TENTANG STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Indah Krisnawati, Prayitno, Fauziatul Fajaroh Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciKata kunci : pemahaman konsep, reaksi redoks, sel Volta, sel elektrolisis, tes diagnostik two tier.
MENGGALI PEMAHAMAN MAHASISWA KIMIA ANGKATAN TAHUN PERTAMA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG DALAM POKOK BAHASAN ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER Evi Yulistia Heriyana, Sri Rahayu,
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN AWAL MAHASISWA TINGKAT I PADA MATERI LAJU REAKSI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TWO TIER
P-ISSN : 2337-9820 E-ISSN : 2579-8464 DESEMBER 2017 Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran, Penelitian Pendidikan dan Sains MENGGALI PEMAHAMAN AWAL MAHASISWA TINGKAT I PADA MATERI LAJU REAKSI MENGGUNAKAN INSTRUMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, mutu pendidikan di Indonesia tergolong masih rendah. Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia cenderung masih rendah, yaitu hasil
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA
PEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA Isnaini, Masriani, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak Email:
Lebih terperinciANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT
512 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 512-520 ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC
Lebih terperinciPROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT Wiwi Siswaningsih, Hernani, Triannisa Rahmawati (Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Swasta di Kota Bandung, yaitu di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN AWAL MULTI LEVEL REPRESENTASI MAHASISWA TINGKAT I PADA KONSEP REAKSI REDOKS
EduChemia Vol.1, No.1, Januari 2016 (Jurnal Kimia dan Pendidikan) eissn 25024787 ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MULTI LEVEL REPRESENTASI MAHASISWA TINGKAT I PADA KONSEP REAKSI REDOKS Indah Langitasari Pendidikan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Edisi Pertama. Bandung: Rosda.
120 DAFTAR PUSTAKA Allahyari, T. dkk. (2010). Development and evaluation of a new questionnaire for rating of cognitive failures at work. International Journal of Occupational Hygiene, 3 (1), hlm. 6-11.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER DAN MANFAATNYA DALAM MENGUKUR KONSEPSI KIMIA SISWA SMA
PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER DAN MANFAATNYA DALAM MENGUKUR KONSEPSI KIMIA SISWA SMA Nahadi, Wiwi Siswaningsih & Rose Purnamasari Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciIdentifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice
JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Zulfadli
Lebih terperinciKemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)
Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Neng Tresna Umi Culsum*, Ida Farida dan Imelda Helsy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
Lebih terperinciNanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas Negeri Malang
REPRESENTASI MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK DAN SIMBOLIK SISWA KELAS XII DI SEBUAH SMA NEGERI KOTA MALANG TERHADAP SISTEM DAN PRINSIP KERJA SEL ELEKTROKIMIA Nanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan subjek yang didasarkan pada konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami, terutama ketika siswa ditempatkan pada posisi untuk mempercayai sesuatu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN COMPUTERIZED TWO TIER MULTIPLE CHOICE (CTTMC) UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 PENGEMBANGAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN
IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN 2012-2013 Putri Arum Nilawati, Fariati, dan Munzil Arief Universitas Negeri Malang E-mail:
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI ASAM BASA PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN DUAL SITUATED LEARNING MODEL (DSLM)
Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI ANALISIS MISKONSEPSI ASAM BASA PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN DUAL SITUATED LEARNING
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang bersifat sistematis, interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA MELALUI GAMBARAN MIKROSKOPIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 MALANG
1 IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA MELALUI GAMBARAN MIKROSKOPIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 MALANG Iska Meylindra, Suhadi Ibnu, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang E-mail:
Lebih terperinciEFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KAPRA PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KAPRA PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA Rizky Arnadi Juan, Sri Rahayu, Prayitno Universitas Negeri Malang Email: rizkyjuan@yahoo.co.id,
Lebih terperinciJURNAL. Oleh. Jahardi Ineng Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Nip Nip
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Deskripsi Hirarki Kemampuan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kota Gorontalo dalam Memahami Materi Ikatan Kimia dengan Menggunakan Instrument Tes Terstruktur JURNAL Oleh Jahardi
Lebih terperinciPengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si
1 Identifikasi Pemahaman Siswa Pada Konsep Atom, Ion, Dan Molekul Menggunakan Two-Tier Test Multiple Choice. Norma, Astin lukum 1, La Ode Aman 2 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Nageri
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA
Jurnal Pembelajaran Vol. 2, No. 1, Juni 2017, hal. 9-13 OJS Universitas Negeri Malang IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA Aninda Indriani a, Ida Bagus Suryadharma b,
Lebih terperinciPutu Indrayani Pendidikan Kimia-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.
208 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120 Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPA SMA serta Upaya Perbaikannya dengan
Lebih terperinciWita Loka Rizki Siregar* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan * ABSTRACT
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-DISCUSS- EXPLAIN-OBSERVE- DISCUSS-EXPLAIN (PDEODE) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI BUFFER EFFECTIVENESS OF PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN
Lebih terperinciYusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak
IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA ASPEK MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 MALANG TAHUN AJARAN 2013/ 2014 Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI MAN MOJOSARI KOTA MOJOKERTO IMPLEMENTATION OF COGNITIVE CONFLICT STRATEGY
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BUKU AJAR ASAM, BASA, DAN GARAM DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI KELAS VII SMP
PENGEMBANGAN BUKU AJAR ASAM, BASA, DAN GARAM DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI KELAS VII SMP Chairul Umam, Husna Amalya Melati, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI
ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI Dhika Amelia, Marheni dan Nurbaity Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN
IDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN 2012-2013 Reni Roikah, Fariati, dan Munzil Arief Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP LAJU REAKSI BERDASARKAN GRAFIK PADA SISWA KELAS XI IPA
1 IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP LAJU REAKSI BERDASARKAN GRAFIK PADA SISWA KELAS XI IPA Ike Nuriva, Suhadi Ibnu, Yahmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: einst.cke@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan pendahuluan penelitian yang dilakukan. Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian,
Lebih terperinciImplementasi Pembelajaran dengan Menginterkoneksikan Multipel Representasi pada Materi Hidrolisis Garam untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Implementasi Pembelajaran dengan Menginterkoneksikan Multipel Representasi pada Materi Hidrolisis Garam untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Masrid Pikoli, Mangara Sihaloho Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciDESKRIPSI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROKARBON KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PONTIANAK
DESKRIPSI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROKARBON KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PONTIANAK Nurul Hidayah, Husna Amalya Melati, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email: nurulhidayahf02111020@gmail.com
Lebih terperinciDESKRIPSI KESALAHAN SISWA SMAN 3 PONTIANAK DALAM MENYELESAIKAN SOAL STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR ARTIKEL PENELITIAN
DESKRIPSI KESALAHAN SISWA SMAN 3 PONTIANAK DALAM MENYELESAIKAN SOAL STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR ARTIKEL PENELITIAN Oleh: Ika Mawarni NIM F1061131006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPengaruh Media Animasi Submikroskopik terhadap Peningkatan Keterampilan Memecahkan Masalah Mahasiswa
Pengaruh Media Animasi Submikroskopik terhadap Peningkatan Keterampilan Memecahkan Masalah Mahasiswa Ratna Azizah Mashami dan Ahmadi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram Email: ratna1742@gmail.com Abstract:
Lebih terperinciMEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA
MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA REMEDIATION STUDENT S MISCONCEPTION WHO HAVE LEARNING STYLE VISUAL-VERBAL
Lebih terperinciKhoirun Nisa Retno Ning Tiyas * Muhardjito ** Kadim Masjkur *** Jalan Semarang 5 Malang 65145
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN DIAGNOSTIK BENTUK PILIHAN GANDA 2 TINGKAT UNTUK MENGETAHUI KELEMAHAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI KALOR SISWA KELAS X-7 SMA LABORATORIUM UM Khoirun Nisa Retno Ning Tiyas * Muhardjito
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION
Jurnal Zarah, Vol. 5 No. 1 (2017), Hal. 22-28 IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION Trining Puji Astutik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk siswa oleh guru kimia, peneliti, dan pendidik pada umumnya.
Lebih terperinciPENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang penting; kimia membelajarkan mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007). Belajar
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PEMAHAMAN KONSEP REAKSI REDOKS MENGGUNAKAN TES OBJEKTIF BERALASAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG
STUDI EVALUASI PEMAHAMAN KONSEP REAKSI REDOKS MENGGUNAKAN TES OBJEKTIF BERALASAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG Binti Solikhatul Jannah, Ida Bagus Suryadharma, Fauziatul Fajaroh Universitas Negeri
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN MODEL KONKRET DAN MODEL KOMPUTER DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA MATERI STRUKTUR SENYAWA ORGANIK (ISOMER)
KEEFEKTIFAN MODEL KONKRET DAN MODEL KOMPUTER DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA MATERI STRUKTUR SENYAWA ORGANIK (ISOMER) Rika Septina Ratih Universitas Negeri Malang Email: rikaseptinaratih@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH GENDER TERHADAP MISKONSEPSI SISWA SMAN DI KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER
ANALISIS PENGARUH GENDER TERHADAP MISKONSEPSI SISWA SMAN DI KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER Rizky Dayu Utami 1, Salamah Agung 1, Evi Sapinatul Bahriah 1 1 Pendidikan Kimia Fakultas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERPADU NUMBERD HEAD TOGETHER
ISSN 1907-1744 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERPADU NUMBERD HEAD TOGETHER DAN TWO STAY TWO STRAY DALAM UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013
IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI LEVEL SUB-MIKROSKOPIK SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DI SMAN 1 TARIK SIDOARJO IMPLEMENTATION OF 7-E LEARNING CYCLE MODEL TO REDUCE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep kimia merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa dengan berbagai alasan, diantaranya karena konsep kimia bersifat kompleks dan abstrak.
Lebih terperinciDESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK
DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK Vanny Anggraeni, Eny Enawaty, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email : vannyahardini@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemilihan Kelas Penentuan kelas yang akan digunakan sebagai kelas pengembangan butir soal didasarkan pada rata-rata kelas pada ujian semester 1 kelas X MAN 1 Model Kota
Lebih terperinciDESKRIPSI KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI PADA MATERI LAJU REAKSI SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 KETAPANG
DESKRIPSI KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI PADA MATERI LAJU REAKSI SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 KETAPANG Widi Wahyudi *, Mahwar Qurbaniah dan Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK THREE-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI FLUIDA STATIS PADA SISWA KELAS X MIA
PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK THREE-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI FLUIDA STATIS PADA SISWA KELAS X MIA Anisa Matinu Saifullah, Wartono, Sugiyanto Universitas Negeri Malang E-mail:
Lebih terperinciSOAL TENTANG SISTEM PERIODIK UNSUR DAN JAWABANNYA
SOAL TENTANG SISTEM PERIODIK UNSUR DAN JAWABANNYA 1. Kelompok unsur berikut yang semuanya bersifat logam yaitu.... a. Emas, seng, dan Karbon b. Besi, nikel dan belerang c. Fosfor, oksigen dan tembaga d.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan individu merupakan hasil dari proses membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam sistem kognisi individu
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN INTERKONEKSI MULTIPEL REPRESENTASI DALAM MENGURANGI KESALAHAN KONSEP SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI
Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 11 Bulan November Tahun 2016 Halaman: 2076 2082 KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN INTERKONEKSI MULTIPEL
Lebih terperinciLembar Kerja Siswa Materi SPU. Nama kelompok : Kelas : Tanggal: LKS SPU PPL II VITA 1
Lembar Kerja Siswa Materi SPU Nama kelompok : Kelas : Tanggal: LKS SPU PPL II VITA 1 1. Cermati gambar berikut! Kulit terluar Inti r = jari-jari atom berdasarkan gambar disamping simpulkan apa yang dimaksud
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN PENERAPAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER DALAM MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG ATOM DAN MOLEKUL
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER DALAM MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG ATOM DAN MOLEKUL Laili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Model mental merepresentasikan pikiran tiap individu yang digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena ketika belajar sains (Harrison & Treagust dalam
Lebih terperinciPENGEMBANGAN THREE TIER TEST SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP OPTIK. Hebron Pardede
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Halaman 148-153 PENGEMBANGAN THREE TIER TEST SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENGUNGKAP MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP OPTIK Hebron Pardede Prodi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LC 5E UNTUK MENGURANGI KESALAHAN KONSEP MATERI REDOKS DAN RETENSINYA PADA SISWA KELAS X
Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LC 5E UNTUK MENGURANGI KESALAHAN KONSEP MATERI REDOKS DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mengkaji zat dari segi sifat, komposisi, struktur, ikatan, perubahan, dan pembuatannya
Lebih terperinciMINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH
MINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH Sri Haryani, Dian Listanti, Edy Cahyono,, Universitas Negeri Semarang e-mail: haryanimail@gmail.com,
Lebih terperinciKeyword: four-tier multiple choice, level of understanding, chemical bonding.
Menganalisis Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia Menggunakan Instrumen Penilaian Four-Tier Multiple Choice (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh) Malik Yakubi *, Zulfadli,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 MALANG
IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 MALANG Lailatul Maghfiroh, Santosa, Ida Bagus Suryadharma Jurusan
Lebih terperinciMISKONSEPSI DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN LEMAK MELALUI PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN
MISKONSEPSI DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN LEMAK MELALUI PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN Asep Kadarohman, Nahadi, dan Mira Ratna Asri M. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, yang dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan pada tujuan melalui
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA KULIAH KIMIA DASAR I
58 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1Tahun 1ke- 2013. PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SISTEMIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA KULIAH KIMIA DASAR I THE APPLICATION OF SYSTEMIC
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul : Identifikasi Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Persamaan Reaksi dan Perhitungan Kimia Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP SISWA TERHADAP MATERI IKATAN KIMIA MELALUI SELF ASSESSMENT DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK
PEMAHAMAN KONSEP SISWA TERHADAP MATERI IKATAN KIMIA MELALUI SELF ASSESSMENT DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK Eka, Hairida, Ira Lestari Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email : eka.adja@yahoo.co.id
Lebih terperinciANALISIS PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA PADA MATA KULIAH KIMIA ORGANIK MELALUI INSTRUMEN TWO TIER
Nurbaity & I. Mustikasari JRPK Vol. 2 No. 1 Desember 2012 ANALISIS PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA PADA MATA KULIAH KIMIA ORGANIK MELALUI INSTRUMEN TWO TIER Nurbaity dan Ine Mustikasari Jurusan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciANALISIS LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL STOIKIOMETRI SISWA SMA KELAS X SMAN 5 MALANG
ANALISIS LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL STOIKIOMETRI SISWA SMA KELAS X SMAN 5 MALANG Nike Indriyani Hasim, Suhadi Ibnu, Ida Bagus Suryadharma Universitas Negeri Malang E-mail: nikeindriyani20@yahoo.co.id
Lebih terperinciKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA TAHUN PERTAMA TENTANG STRUKTUR ATOM
Noor Fadiawati dan Liliasari/Konsepsi Mahasiswa Pneidikan KONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA TAHUN PERTAMA TENTANG STRUKTUR ATOM Noor Fadiawati 1, Liliasari 2 1 Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung,
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA BARU JURUSAN KIMIA FMIPA UM ANGKATAN 2016 TENTANG FENOMENA PERUBAHAN MATERI
PERSEPSI MAHASISWA BARU JURUSAN KIMIA FMIPA UM ANGKATAN 2016 TENTANG FENOMENA PERUBAHAN MATERI M. Muchson*, Yunilia Nur Pratiwi**, Oktavia Sulistina*, Darsono Sigit* * Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian berupa instrumen tes diagnostik yang dikembangkan. Subjek ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Setelah pembelajaran dilakukan, guru perlu mengetahui
Lebih terperinciMiskonsepsi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak Pada Materi Ikatan Kimia
Miskonsepsi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak Pada Materi Ikatan Kimia ARIEF RAHMAN, ENY ENAWATI, ERLINA Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email : rahman_08@ymail.com Abstrak: Tujuan penelitian
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)
2108 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2108 2117 ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) Qurrota A
Lebih terperinciMISKONSEPSI DITINJAU DARI PENGUASAAN PENGETAHUAN PRASYARAT UNTUK MATERI IKATAN KIMIA PADA KELAS X
QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol. 8, No.1, 2017, 63-77 63 MISKONSEPSI DITINJAU DARI PENGUASAAN PENGETAHUAN PRASYARAT UNTUK MATERI IKATAN KIMIA PADA KELAS X Misconception Reviewed from the
Lebih terperinciStudi Evaluasi Pemahaman Konsep Persamaan dan Stoikiometri Reaksi Kimia Menggunakan Tes Objektif Beralasan pada Siswa MAN Malang II Batu
Studi Evaluasi Pemahaman Konsep Persamaan dan Stoikiometri Reaksi Kimia Menggunakan Tes Objektif Beralasan pada Siswa MAN Malang II Batu Diah Achirul Muslimah 1, Ida Bagus Suryadharma 1, Fauziatul Fajaroh
Lebih terperinciPROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014), telah dikembangkan instrumen tes diagnostik two tier multiple choice pada materi asam basa. Instrumen ini mencakup
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI DI KELAS X SMA NEGERI 12 SURABAYA INCREASING THE STUDENT SCIENCE
Lebih terperinciWidhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan mata pelajaran yang sarat dengan konsep, mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan dari konsep yang konkret sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Depdiknas,
Lebih terperinciISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO Desita Tri Anggraini, Muhardjito, Sutarman Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Herlian, Eny Enawaty, Erlina Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017
KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SMA NEGERI 12 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E SCIENCE PROCESS SKILLS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC IN SMA NEGERI 12 SURABAYA
Lebih terperinci1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah.
TUGAS Jawablah soal-soa berikut dengan tepat dan benar. 1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah. A. Dari atas ke bawah dalam satu golongan energi ionisasi makin
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) JURNAL PENELITIAN Oleh NUR LAILA IBRAHIM NIM: 441 411 077 UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO Laily Rohmawati, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan fenomena dengan mendeskripsikan karakteristik
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN JURNAL
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA TERHADAP MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES THREE-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC OLEH Ira Ekawati Hasrat 441 407 027 Telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia dan berperanan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat
Lebih terperinciPENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA
PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA Elvira Noprianti 1 dan Lisa Utami 1 1. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING. Identifikasi Hirarki Pemahaman Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia. Oleh Bambang NIM.
PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul : Identifikasi Hirarki Pemahaman Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia Oleh Bambang NIM. 441410046 Telah diperiksa dan disetujui oleh
Lebih terperinci