MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER
|
|
- Irwan Kurnia
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER Tri Yunita Maharani, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk menggali pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa SMA pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 76 siswa SMA kelas XI IPA. Instrumen penelitian berupa tes diagnostik two-tier yang terdiri dari 40 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan tergolong rendah. Ditemukan 19 miskonsepsi pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan, diantaranya yang menonjol adalah siswa menganggap penambahan sedikit garam yang sukar larut ke dalam larutan jenuh garam tersebut akan menaikkan konsentrasi larutan jenuh garam tersebut sehingga nilai K sp garam tersebut berubah. Kata Kunci: pemahaman konsep, kelarutan, hasil kali kelarutan, tes diagnostik two-tier ABSTRACT: The purpose of this study is to identify the high school students understanding and misconceptions of solubility and solubility product concept. This research wa descriptive. Subjects are 76 high school students grade XI IPA. Instrumeny used is two-tier diagnostic test consisting of 40 items. The result of this research showed that students' understanding of solubility and solubility product concept is low. There are 19 misconceptions that was found and the greatest misconceptions experienced by students on solubility and solubility product concept is the student considers that the addition of a little sligltly soluble salt to the saturated solution of that slightly soluble salt will raise the concentration of a saturated solution of the salt so that the salt K sp value changed. Keywords: conceptual understanding, solubility, solubility product constant, two-tier diagnostic test Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan sifatnya, perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Silberberg, 2009: 4). Ilmu kimia tergolong sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami. Pinarbaşı dan Canpolat (dalam Önder 2006:167) menyatakan bahwa ilmu kimia dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit baik oleh siswa maupun guru. Johnstone (dalam Taber, 2013:157) juga berpendapat bahwa untuk dapat memahami konsep kimia dengan benar, siswa harus bisa mendeskripsikan dan mengkaitkan aspek makroskopik (eksperimen), mikroskopik (atom, molekul, ion), dan simbolik (simbol, rumus, perhitungan) sehingga hal ini menyebabkan mata pelajaran kimia menjadi sangat kompleks. Agar pembelajaran kimia dapat berlangsung dengan baik, maka pengajar perlu mengarahkan siswa untuk dapat memahami kimia pada aspek makroskopik, mikroskopik dan simbolik. Namun pembelajaran kimia di SMA lebih dominan pada perhitungan (aspek simbolik) dibandingkan pada pembelajaran konsep (aspek makroskopik dan mikroskopik. Adanya ketidaksetimbangan pemahaman siswa pada aspek makroskopik, mikroskopik, dan simbolik maka dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep kimia secara utuh bahkan pada konsep yang paling dasar. Jika siswa kurang memahami konsep dasar tertentu, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang lebih kompleks. Apabila pemahaman yang kurang pada materi yang dipelajari ini terus
2 berlanjut, maka dapat menimbulkan kesalahan konsep atau miskonsepsi. Beberapa penyebab miskonsepsi pada siswa adalah keterbatasan siswa dalam mengkonstruk atau membangun pemahaman terhadap suatu konsep yang mereka terima selama proses pembelajaran. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa sulit dihilangkan dan dapat terbawa hingga ke jenjang pendidikan selanjutnya sehingga siswa tersebut akan mengalami kesulitan untuk mengkaitkan konsep baru yang mereka terima dengan konsep alternatif yang telah menjadi struktur kognitif siswa tersebut. Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan salah satu pokok bahasan dalam kimia yang konsepnya bersifat abstrak dan kompleks. Pokok bahasan ini meliputi konsep dan hitungan. Menurut Raviolo (2001:629), meskipun mahasiswa kimia dapat menyelesaikan berbagai macam soal hitungan pada kesetimbangan kelarutan, contohnya perhitungan K sp dan kelarutan, tidak menjamin siswa tersebut dapat memahami konsepkonsep yang terdapat dalam materi tersebut. Disamping itu, Önder (2006:167) menyatakan bahwa konsep ini merupakan konsep yang sulit dan kompleks karena mensyaratkan beberapa konsep seperti kelarutan, kesetimbangan kimia dan fisika, hukum Le Chatelier, kimia larutan, dan persamaan kimia. Banyak cara yang telah dilakukan untuk menggali kesalahan konsep pada siswa, diantaranya adalah wawancara semi-terstruktur, tes pilihan ganda, tes esay, dan tes twotier multiple choice. Menurut Treagust (dalam Ardtej, 2008:106), bentuk tes paling efektif yang pernah digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep siswa pada berbagai konsep adalah tes diagnostik two-tier multiple choice. Tes diagnostik two-tier multiple choice merupakan tes yang terdiri dari dua lapis (tier) pilihan. Tier pertama berisi sejumlah pilihan untuk jawaban pertanyaan, sedangkan tier kedua berisi sejumlah alasan untuk jawaban yang dipilih tersebut (Tuysuz, 2009: 627). Instrumen diagnostik two-tier mempunyai kelebihan dalam menggali pemahaman dan mendiagnosa adanya miskonsepsi. Penggunaan instrumen diagnostik two-tier pada awal atau akhir dari pengajaran sebuah topik pelajaran tertentu dapat membantu pengajar sains untuk memperoleh gambaran yang lebih baik tentang pemahaman siswa dan keberadaan miskonsepsi pada bagian tertentu dari topik yang diajarkan (Treagust, 2006:6). Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Menggali Pemahaman Siswa SMA pada Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Meggunakan Tes Diagnostik Two-Tier. METODE Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil tes menggunakan tes diagnostik two-tier dan hasil wawancara digunakan untuk mendeskripsikan pemahaman dan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Subjek penelitian adalah 76 siswa SMA kelas XI IPA. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen berupa tes. Instrumen tes yang digunakan adalah instrumen diagnostik two-tier yang terdiri dari 40 item soal. Pilihan jawaban dan alasan pada soal tes diagnostik two-tier diperoleh dari kajian literatur miskonsepsi, wawancara dan tes terbuka terhadap sebagian siswa. Pada saat kegiatan wawancara, penelitilah yang menjadi instrumen. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes diverifikasi melalui uji validitas isi, taraf kesukaran, daya beda, validitas butir soal, dan reliabilitas isi tes. Tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan
3 tahap pengumpulan data. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data pemahaman konsep dan miskonsepsi yang dialami siswa. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis data yang dilakukan bertujuan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dari penelitian. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menentukan jenis-jenis miskonsepsi pada masing-masing konsep sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman konsep siswa. Penentuan pemahaman siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan didasarkan pada persentase pilihan jawaban dan alasan yang benar pada tiap siswa, sedangkan jenis-jenis miskonsepsi dan jumlah siswa yang mengalaminya didadasarkan pada kekonsistenan jawaban siswa pada soal-soal dengan konsep sejenis. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemahaman Siswa pada Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pemahaman siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Pemahaman Siswa pada Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pemahaman Jumlah Siswa Sangat Baik 0,0 Baik 0,0 Cukup 10,5 Rendah 71,1 Sangat Rendah 18,4 Berdasarkan Tabel 1 dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa (71,1%) memiliki pemahaman yang rendah pada kelarutan dan hasil kali kelarutan, sebanyak 10,5% siswa memiliki pemahaman yang cukup, dan sebanyak 18,4% siswa memiliki pemahaman sangat rendah. Tidak ada siswa yang memiliki pemahaman baik dan sangat baik pada kelarutan dan hasil kali kelarutan. B. Pemahaman pada Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 1. Kesetimbangan Garam yang Sukar Larut Pemahaman pada konsep kesetimbangan garam yang sukar larut disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Persentase Jawaban Benar Siswa pada Kesetimbangan Garam Sukar Larut Jawaban Siswa Kesetimbangan Garam Sukar Larut Kesetimbangan garam sukar larut 38,2 Kesetimbangan garam sukar larut pada keadaan lewat jenuh 26,9 Kesetimbangan garam sukar larut pada keadaan tidak jenuh 9,2 Ratarata Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep kesetimbangan garam sukar larut tergolong rendah. Namun jika ditinjau lebih jauh, siswa yang paham pada ketiga aspek pada konsep kesetimbangan garam sukar larut hanya tergolong sangat rendah. Pemahaman siswa 24,8
4 yang sangat rendah pada konsep kesetimbangan garam sukar larut disebabkan karena siswa tidak memahami konsep kesetimbangan kimia. 2. Kelarutan Pemahaman pada konsep kelarutan disajikan pada Tabel 3 berikut Tabel 3 Persentase Jawaban Benar Siswa pada Kelarutan Jawaban Siswa Kelarutan Nilai kelarutan 18,4 Kelarutan garam 40,8 Urutan kelarutan garam 62,5 Garam yang lebih mudah atau lebih sukar larut 21,1 35,7 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep kelarutan tergolong rendah. Namun jika ditinjau lebih jauh, siswa yang paham pada keempat aspek yang terdapat pada konsep kelarutan hanya tergolong sangat rendah. Siswa memiliki pemahaman yang lebih rendah dalam hal menentukan nilai kelarutan berdasarkan data dan menentukan garam yang lebih mudah atau sukar larut. Namun, sebagian besar siswa paham dalam memprediksi kelarutan dan urutan kelarutan garam. Pemahaman siswa yang sangat rendah pada konsep kelarutan bisa dikarenakan rendahnya pemahaman siswa pada konsep kesetimbangan garam sukar larut. Selain itu, rendahnya pemahaman siswa pada konsep kelarutan juga disebabkan karena siswa belum memahami pengertian dari kelarutan. 3. Hasil Kali Kelarutan Pemahaman siswa pada konsep hasil kali kelarutan disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Persentase Jawaban Benar Siswa pada Hasil Kali Kelarutan Jumlah siswa Hasil Kali Kelarutan Rumusan K sp 40,2 Nilai kelarutan dari nilai K sp 59,2 Nilai K sp dari nilai kelarutan 56,6 52,0 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep hasil kali kelarutan tergolong cukup. Jika ditinjau lebih jauh, siswa yang memahami ketiga aspek pada konsep hasil kali kelarutan juga tergolong cukup. Hal ini menunjukkan adanya kekonsistenan siswa dalam memahami konsep tersebut. Siswa yang memahami aspek rumusan K sp maka juga dapat memahami aspek nilai kelarutan dari K sp dan aspek nilai K sp dari kelarutan. Berdasarkan keterkaitan konsep kesetimbangan garam sukar larut dengan konsep hasil kali kali kelarutan, dapat dikatakan bahwa belum tentu siswa yang tidak memahami konsep kesetimbangan garam sukar larut juga tidak memahami konsep hasil kali kelarutan, meskipun secara hirarki kedua konsep tersebut memang sangat terkait.
5 4. Pengendapan Pemahaman siswa pada konsep pengendapan disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Persentase Jawaban Benar Siswa pada Pengendapan Jumlah siswa Pengendapan Menentukan zat yang lebih dulu mengendap 34,9 34,9 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep pengendapan tergolong rendah. Rendahnya pemahaman siswa dalam menentukan zat yang lebih dulu mengendap karena siswa belum memahami tentang hubungan K sp dengan kelarutan dan siswa juga mengalami kebingungan antara konsep melarut dan mengendap. 5. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan Pemahaman pada konsep pengaruh ion senama terhadap kelarutan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Persentase Jawaban Benar Siswa pada Ion Senama terhadap Kelarutan Jumlah siswa Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan Pengaruh penambahan ion senama terhadap pergeseran sistem kesetimbangan 23,0 Pengaruh penambahan ion senama terhadap sistem kesetimbangan garam sukar larut 37,5 Pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan garam 15,2 Pengaruh penambahan ion senama terhadap konsentrasi ion garam sukar larut 10,5 21,6 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep pengaruh ion senama terhadap kelarutan tergolong rendah. Namun jika ditinjau lebih jauh, siswa yang paham pada keempat aspek yang terdapat dalam konsep pengaruh ion senama terhadap kelarutan tergolong sangat rendah. Siswa memiliki pemahaman yang lebih rendah pada aspek pengaruh ion senama terhadap kelarutan garam dan pengaruh ion senama terhadap konsentrasi ion garam sukar larut. Pemahaman siswa yang sangat rendah pada konsep pengaruh ion senama terhadap kelarutan dikarenakan rendahnya pemahaman siswa pada konsep kesetimbangan garam sukar larut. utama dalam mempelajari konsep pengaruh ion senama adalah prinsip Le Chatelier dalam kesetimbangan kimia. Jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep kesetimbangan kimia maka siswa juga akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep ini. 6. hubungan K sp dengan ph Larutan Pemahaman pada konsep sifat hubungan K sp dengan ph larutan disajikan pada Tabel 7 berikut.
6 Tabel 7 Persentase Jawaban Benar Siswa pada Hubungan K sp dengan ph Larutan Jumlah siswa Hubungan K sp dengan ph Larutan Menghitung nilai K sp jika diketahui ph 20,4 Menghitung nilai kelarutan jika diketahui ph 15,2 Menghitung nilai ph jika diketahui kelarutan 23,7 19,8 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep hubungan K sp dengan ph larutan tergolong sangat rendah. Jika ditinjau lebih jauh, siswa yang paham pada ketiga aspek yang terdapat dalam konsep hubungan K sp dengan ph larutan juga tergolong sangat rendah. Beberapa siswa yang paham dalam menghitung nilai K sp jika diketahui ph tidak memahami cara menghitung kelarutan jika diketahui ph larutan. Rendahnya pemahaman siswa pada konsep hubungan ph larutan dengan kelarutan dikarenakan siswa belum memahami aplikasi atau penggunaan rumus dalam menentukan ph asam atau basa. 7. Pengaruh Penambahan Garam yang Sukar Larut Terhadap Kelarutan Garam tersebut Pemahaman pada konsep sifat larutan asam-basa disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Jawaban Benar Siswa pada Pengaruh Penambahan Garam yang Sukar Larut terhadap Kelarutan Garam tersebut Pengaruh Penambahan Zat yang Sama terhadap Kelarutan Kecenderungan nilai K sp terhadap penambahan garam yang sama Kecenderungan nilai kelarutan dan K sp terhadap penambahan garam yang sama Jumlah siswa 6,6 6,6 6,6 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah siswa yang memiliki pemahaman pada konsep pengaruh penambahan garam yang sukar larut terhadap kelarutan garam tersebut tergolong sangat rendah. Jika ditinjau lebih jauh, siswa yang paham pada kedua aspek dalam konsep pengaruh penambahan garam yang sukar larut terhadap kelarutan garam tersebut juga tergolong sangat rendah yaitu. Pemahaman siswa yang sangat rendah pada konsep pengaruh penambahan garam yang sama terhadap kelarutan disebabkan karena siswa kurang paham tentang konsep molaritas. Selain itu siswa juga kurang dapat memahami perbedaan penambahan larutan yang mengandung ion senama dan penambahan garam yang sukar larut pada larutan garam tersebut. C. Miskonsepsi yang Dialami Siswa pada Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada bagian ini dipaparkan data jawaban siswa yang konsisten salah (miskonsepsi) yang telah diidentifikasi untuk masing-masing konsep.
7 1. Kesetimbangan Garam yang Sukar Larut Dalam penelitian ini sebanyak 25% siswa beranggapan bahwa garam yang larut dalam air akan terionisasi menjadi ion-ion yang jumlahnya sama. Penjelasan yang lebih tepat untuk menjelaskan konsep ini adalah menggunakan hukum netralitas muatan dalam larutan. Jumlah muatan ion-ion dari garam yang terionisasi harus bernilai nol sehingga setiap garam yang berbeda memiliki jumlah ion-ion yang berbeda. Selanjutnya pada konsep kesetimbangan garam sukar larut pada keadaan lewat jenuh dan tidak jenuh, miskonsepsi yang terjadi adalah siswa mengabaikan hukum netralitas muatan dalam larutan. Sebanyak 22,4% siswa beranggapan bahwa jumlah ion pada larutan lewat jenuh lebih besar daripada larutan jenuh tanpa memerhatikan hukum netralitas dan sebanyak 23,7% siswa beranggapan bahwa jumlah ion pada larutan tidak jenuh lebih kecil daripada larutan jenuh tanpa memerhatikan hukum netralitas muatan dalam larutan. yang benar menurut Mc Murry dan Fay (2003:701) adalah larutan lewat jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion produk lebih besar daripada K sp sedangkan larutan tidak jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion produk lebih kecil daripada K sp. Dalam hal ini, larutan jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion-ion produknya sama dengan nilai K sp. Jika dilihat secara mikroskopik, maka jumlah ion-ion pada larutan lewat jenuh lebih banyak daripada jumlah ion-ion pada larutan jenuh sedangkan jumlah ion-ion pada larutan tidak jenuh lebih sedikit daripada jumlah ion-ion pada larutan jenuh. Meskipun begitu, hukum netralitas muatan dalam larutan harus tetap terpenuhi. Jumlah muatan pada larutan harus bernilai nol sehingga larutan bermuatan netral. 2. Kelarutan Dalam penelitian ini sebanyak 21,1% siswa beranggapan bahwa nilai kelarutan dihitung dari molaritas garam pada kondisi larut dan sebanyak 17,1% siswa beranggapan bahwa nilai kelarutan dihitung dari mol garam pada kondisi jenuh. yang benar menurut Jespersen, Brady dan Hyslop (2011:833) bahwa kelarutan adalah jumlah mol garam yang larut pada satu liter pelarut dan menghasilkan larutan jenuh. Jadi, nilai kelarutan dapat dihitung dari molaritas garam pada kondisi tepat jenuh. Miskonsepsi lainnya yaitu pada saat kesetimbangan konsentrasi ion yang dihasilkan sama dengan konsentrasi garam dimiliki oleh 23,7% siswa. Mereka beranggapan bahwa keadaan setimbang berarti antara garam dan ion-ionnya dalam keadaan yang sama sehingga memiliki konsentrasi yang sama pula. Miskonsepsi ini sesuai dengan hasil penelitian Önder dan Geban (2006:169) yang menyatakan bahwa konsentrasi ion yang dihasilkan sama dengan konsentrasi garam pada saat kesetimbangan. Hackling dan Garnet (dalam Quilez, 2004) juga melaporkan miskonsepsi yang sama pada kesetimbangan kimia yaitu siswa menganggap konsentrasi reaktan sama dengan konsentrasi produk pada keadaan setimbang. yang benar adalah pada saat kesetimbangan, konsentrasi ion-ionnya dan konsentrasi garam (kelarutan garam) dapat ditentukan dari perbandingan mol pada sistem kesetimbangan. Miskonsepsi lain yang ditemukan adalah tentang hubungan nilai K sp dengan kelarutan. Peneliti memberikan pertanyaan tentang urutan kelarutan pada garam yang memiliki jumlah ion sama berdasarkan nilai K sp yang diberikan. Sebanyak 18,4% siswa menyatakan bahwa pada garam yang memiliki jumlah ion yang sama, semakin besar nilai K sp maka nilai kelarutannya semakin kecil karena nilai K sp berbanding terbalik dengan nilai kelarutan. yang benar adalah bahwa pada garam yang memiliki jumlah ion yang sama, semakin besar nilai K sp maka nilai kelarutannya semakin besar
8 pula. K sp merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion garam dipangkatkan dengan koefisiennya, sedangkan kelarutan garam dapat diperoleh dari perbandingan mol ion-ion garam tersebut. Jika nilai K sp semakin besar maka konsentrasi ion-ion garam tersebut semakin besar sehingga nilai kelarutan garam juga besar. Dalam penelitian ini juga ditemukan miskonsepsi yaitu sebanyak 25,0% menganggap bahwa garam yang sukar larut adalah garam yang memiliki nilai kelarutan besar sedangkan garam yang mudah larut adalah garam yang memiliki nilai kelarutan kecil. yang benar adalah garam sukar larut memiliki nilai kelarutan kecil sedangkan garam mudah larut memiliki nilai kelarutan besar. Kelarutan adalah banyaknya garam yang terlarut pada sejumlah pelarut sehingga menghasilkan larutan tepat jenuh (Jespersen, Brady dan Hyslop, 2011:833). Semakin banyak zat yang bisa larut (atau semakin mudah suatu garam untuk larut), maka semakin besar nilai kelarutannya. Sebaliknya, jika semakin sedikit zat yang bisa larut (atau semakin sukar suatu garam untuk larut), maka semakin kecil nilai kelarutannya. 3. Hasil Kali Kelarutan Miskonsepsi yang ditemukan pada konsep hasil kali kelarutan berkaitan dengan perumusan K sp. Sebanyak 21,1% siswa beranggapan bahwa K sp merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion pada reaksi kesetimbangan dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu tanpa dipangkatkan koefisien. yang benar menurut Mc Murry dan Fay (2003:689) bahwa K sp merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion garam sukar larut dipangkatkan dengan koefisiennya pada reaksi kesetimbangan. 4. Pengendapan Dalam penelitian ini sebanyak 18,4% siswa beranggapan bahwa garam yang memiliki nilai K sp lebih kecil akan lebih sulit mengendap karena kelarutannya kecil. Mereka menganggap bahwa konsep mengendap sama dengan konsep melarut. Pada konsep kelarutan yang telah dibahas sebelumnya, semakin besar nilai kelarutan garam maka semakin mudah garam tersebut untuk larut sedangkan semakin kecil nilai kelarutan garam maka semakin sulit garam tersebut untuk larut. Penyamaan konsep mengendap dan kelarutan ini yang menyebabkan siswa memiliki anggapan bahwa garam yang memiliki nilai K sp dan nilai kelarutan kecil akan lebih sulit mengendap. 5. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan Dalam penelitian ini sebanyak 22,4% siswa beranggapan bahwa pada sistem kesetimbangan jika konsentrasi reaktan bertambah maka pergeseran kesetimbangan juga ke arah reaktan. Teori yang benar seperti disampaikan oleh Jespersen, Brady dan Hyslop (2011:711) bahwa menurut Hukum Le Chatelier, posisi kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi reaktan atau produk yang ditambahkan atau mengganti reaktan atau produk yang telah dihilangkan. Jadi, jika pada sistem kesetimbangan ditambahkan reaktan maka sistem akan bergeser ke arah sebaliknya (atau produk) untuk mengurangi kelebihan reaktan, sedangkan jika pada sistem kesetimbangan ditambahkan produk maka sistem akan bergeser ke arah reaktan untuk mengurangi kelebihan produk. Miskonsepsi lain yang ditemukan yaitu sebanyak 17,1% siswa beranggapan bahwa penambahan ion senama pada garam sukar larut akan menggeser kesetimbangan ke arah produk (ion-ion dari garam sukar larut). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penambahan ion senama menyebabkan ion dari garam sukar larut bertambah sehingga
9 untuk mengurangi kelebihan ion kesetimbangan harus bergeser ke arah pembentukan garam. Silberberg (2009:856) juga menyatakan bahwa jika konsentrasi dari ion-ion garam sukat larut bertambah maka sistem kesetimbangan harus bergeser ke arah pembentukan garam untuk mengurangi kelebihan ion dan sistem tetap pada keadaan setimbang. Berkaitan dengan miskonsepsi ini, sebanyak 21,1% siswa beranggapan bahwa kelarutan garam sukar larut akan bertambah jika sistem kesetimbangan bergeser ke arah reaktan (garam sukar larut). Dalam konsep ini siswa paham tentang konsep kesetimbangan yaitu penambahan ion senama pada kesetimbangan garam sukar larut akan menyebabkan konsentrasi ion bertambah sehingga kesetimbangan bergeser ke arah garam (reaktan). Namun, siswa tidak dapat memahami bahwa jika reaksi bergeser ke arah garam maka kelarutan garam akan semakin kecil. Siswa menganggap bahwa kelarutan garam akan semakin besar jika reaksi bergeser ke arah garam. yang benar menurut Jespersen, Brady, dan Hyslop (2011:838) bahwa jika senyawa yang mengandung ion sama ditambahkan ke dalam kesetimbangan garam sukar larut, maka akan menyebabkan konsentrasi ion-ion garam sukar larut bertambah dan sistem bergeser ke arah kiri (pembentukan garam). Hal ini menyebabkan garam lebih sedikit larut pada larutan yang mengandung ion yang sama. Selanjutnya, miskonsepsi lainnya yaitu pada keadaan setimbang konsentrasi ion akan tetap atau tidak berubah walaupun ditambah ion senama dimiliki oleh 15,8% siswa. Siswa menganggap bahwa pada keadaan setimbang tidak ada lagi perubahan yang terjadi karena reaksinya sudah stabil. yang benar adalah bahwa konsentrasi ion garam sukar larut yang sama dengan ion senama yang ditambahkan akan meningkat. Sebanyak 18,4% siswa beranggapan bahwa pada keadaan setimbang tidak ada pengendapan dan pelarutan lagi. yang benar adalah pengendapan dapat terjadi pada sistem kesetimbangan apabila pada kesetimbangan larutan jenuh garam sukar larut ditambah dengan dengan larutan yang mengandung ion senama. Ion senama akan menyebabkan konsentrasi ion garam bertambah. Jika konsentrasi ion garam bertambah, maka sistem kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan garam untuk mengurangi kelebihan ion pada sistem kesetimbangan. Oleh karena larutan jenuh telah memiliki batas maksimum dalam melarut, maka penambahan garam karena pergeseran kesetimbangan menyebabkan terbentuknya endapan. 6. Hubungan K sp dengan ph Larutan Sebanyak 23,7% siswa beranggapan bahwa ion hidroksida yang digunakan untuk menghitung nilai K sp larutan basa berasal dari antilog negatif ph. yang benar adalah untuk menghitung nilai K sp suatu larutan basa perlu diketahui terlebih konsentrasi OH -. Miskonsepsi lainnya yang ditemukan yaitu sebanyak 21,1% siswa beranggapan bahwa untuk mencari nilai ph larutan jenuh suatu basa langsung dihitung dari konsentrasi OH -. Siswa menganggap bahwa konsentrasi OH - dan H + memiliki kesejajaran. yang benar adalah untuk menghitung nilai ph larutan jenuh suatu basa maka perlu dicari terlebih dahulu nilai poh. 7. Pengaruh Penambahan Garam yang Sukar Larut terhadap Kelarutan Garam tersebut Dalam penelitian ini sebanyak 50,0% siswa beranggapan bahwa penambahan sedikit garam yang sukar larut ke dalam larutan jenuh garam tersebut akan menaikkan konsentrasi larutan jenuh garam tersebut sehingga nilai K sp garam tersebut berubah. Mereka menganggap bahwa penambahan garam yang sukar larut pada larutan garam
10 tersebut sama halnya dengan penambahan ion senama. Siswa menerapkan hukum Le Chatelier untuk menjelaskan konsep penambahan garam yang sama. Mereka menjelaskan bahwa penambahan garam yang sama menyebabkan konsentrasi larutan jenuh garam semakin besar sehingga kesetimbangan bergeser ke arah produk (ion-ion garam sukar larut) sehingga kelarutan semakin besar dan K sp semakin besar. Miskonsepsi pada konsep pengaruh penambahan garam yang sama terhadap kelarutan serupa juga ditemukan yaitu sebanyak 30,3% siswa beranggapan bahwa penambahan sedikit garam yang sukar larut ke dalam larutan jenuh garam tersebut akan menambah konsentrasi garam tersebut sehingga kelarutannya akan semakin besar dan nilai K sp semakin besar. yang benar adalah penambahan garam yang sama terhadap kesetimbangan larutan jenuh garam sukar larut tidak mempengaruhi nilai kelarutan dan nilai K sp. Nilai K sp selalu bernilai konstan selama suhunya juga konstan atau tetap (Barke, 2009:160). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tentang pemahaman siswa dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada siswa SMA kelas XI IPA dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa pada konsep hasil kali kelarutan tergolong cukup, sedangkan pemahaman siswa pada konsep kesetimbangan garam sukar larut, kelarutan, pengendapan, dan pengaruh ion senama terhadap kelarutan, hubungan K sp dengan ph larutan dan pengaruh penambahan garam yang sukar larut terhadap kelarutan garam tersebut tergolong sangat rendah. Sedangkan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan diantara siswa menganggap penambahan sedikit garam yang sukar larut ke dalam larutan jenuh garam tersebut akan menaikkan konsentrasi larutan jenuh garam tersebut sehingga nilai K sp garam tersebut berubah. Selain itu siswa juga menganggap bahwa penambahan sedikit garam yang sukar larut ke dalam larutan jenuh garam tersebut akan menambah konsentrasi garam tersebut sehingga kelarutannya akan semakin besar dan nilai K sp semakin besar. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang menggali pemahaman siswa SMA pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan tes diagnostik two-tier, maka dapat dipaparkan saran-saran sebagai berikut. 1. Melihat rendahnya persentase pemahaman sebagian besar siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan (71,1%), maka hendaknya guru memilih metode pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi siswa dalam kelas. Guru juga hendaknya memberikan soal-soal konseptual disamping soal hitungan. 2. Dengan memperhatikan banyaknya miskonsepsi pada kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dialami siswa, hendaknya guru memilih metode pembelajaran yang berpusat pada siswa contohnya metode inkuiri. Selain itu, untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa dapa digunakan strategi konflik kognitif. 3. Hendaknya guru menuntaskan pemahaman siswa pada konsep kesetimbangan kimia dan dilanjutkan dengan pemahaman kesetimbangan ion garam sukar larut, karena konsep tersebut sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep lainnya dalam kelarutan dan hasil kali kelarutan.
11 4. Melihat besarnya kesalahan konsep, maka diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran, bertanya kepada guru, dan berdiskusi dengan guru khususnya pada konsep kesetimbangan ion garam sukar larut. 5. Instrumen dalam penelitian ini masih banyak memiliki kelemahan khususnya dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya kajian literatur dan wawancara yang dilakukan pada saat penyusunan instrumen. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih banyak melakukan kajian literatur dan wawancara sehingga instrumen yang dihasilkan lebih baik dalam menggali miskonsepsi siswa. DAFTAR RUJUKAN Ardtej, R., dkk Development of Two-Tier Diagnostic Test for Examination of Thai High School Students` Understanding in Acid-Base, Barke, H-D., dkk Misconception in Chemistry. Adressing Perception in Chemical Education. Germany: Springer. Jespersen, N. D., dkk Chemistry: The Molecular Nature of Matter (sixth edition). USA: Courier Kendallville. Mc Murry dan Fay Chemistry (fourth edition). Önder, I., Geban, Ö The Effect of Conceptual Change Text Oriented Instruction on Students Understanding of The Solubility Equilibrium Concept. Journal of Education, 30: Raviolo, Andres Assesing Students Conceptual Understanding of Solubility Equilibrium. Journal of Chemical Education, 78 (5): Silberberg, M. S Chemistry The Molecular Nature of Matter and Change (fifth edition). New York: McGraw-Hill Companies. Taber, K. S., Revisiting the Chemistry Triplet: Drawing Upon the Nature of Chemical Knowledge and the Psychology of Learning to Inform Chemistry Education.Chemistry Education Research and Practice, (Online), 14: , ( diakses 13 Juni Treagust, David F Diagnostic Assessment in Science as a Means to Improving Teaching, Learning and Retention. Makalah disajikan pada UniServe Science Assessment Symposium Proceedings, 2006, (Online), ( treagust/pdf.), diakses 28 September Tüysüz, C Development of Two-Tier instrument and Assess Students` Understanding in Chemistry. Scientific Research and Essay, 4 (6):
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Oscar Prananda Pajaindo, Prayitno, Fauziatul Fajaroh Universitas Negeri Malang E-mail: o5c4r.prananda@gmail.com
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Muhammad Ali Kurniawan, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang Email: muhammadalikurniawan@rocketmail.com
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER
MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER Ria Rahmaningsih, Prayitno, Yahmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciAlumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram 2
ISSN 1907-1744 ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 MATARAM MENGGUNAKAN ONE TIER DAN TWO TIER TEST MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Nabilah 1, Yayuk Andayani 2, Dwi Laksmiwati
Lebih terperinciIdentifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice
JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Zulfadli
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA
Jurnal Pembelajaran Vol. 2, No. 1, Juni 2017, hal. 9-13 OJS Universitas Negeri Malang IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA Aninda Indriani a, Ida Bagus Suryadharma b,
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN AWAL MAHASISWA TINGKAT I PADA MATERI LAJU REAKSI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TWO TIER
P-ISSN : 2337-9820 E-ISSN : 2579-8464 DESEMBER 2017 Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran, Penelitian Pendidikan dan Sains MENGGALI PEMAHAMAN AWAL MAHASISWA TINGKAT I PADA MATERI LAJU REAKSI MENGGUNAKAN INSTRUMEN
Lebih terperinciDESKRIPSI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS IX IPA SMA
DESKRIPSI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS IX IPA SMA Agus Arianto, Rachmat Sahputra, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email: aagyus@gmail.com
Lebih terperinciYusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak
IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA ASPEK MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 MALANG TAHUN AJARAN 2013/ 2014 Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan
Lebih terperinciPROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014), telah dikembangkan instrumen tes diagnostik two tier multiple choice pada materi asam basa. Instrumen ini mencakup
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI
ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI Dhika Amelia, Marheni dan Nurbaity Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan mata pelajaran yang sarat dengan konsep, mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan dari konsep yang konkret sampai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN COMPUTERIZED TWO TIER MULTIPLE CHOICE (CTTMC) UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA
PEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA Isnaini, Masriani, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk siswa oleh guru kimia, peneliti, dan pendidik pada umumnya.
Lebih terperinciMENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH TENTANG STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH TENTANG STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Indah Krisnawati, Prayitno, Fauziatul Fajaroh Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciAuliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 10 MALANG PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN (s) DAN HASIL KALI KELARUTAN
Lebih terperinciPENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Jurnal Pembelajaran Kimia Vol. 2, No. 1, Juni 2017, hal. 21-30 OJS Universitas Negeri Malang PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Laily
Lebih terperinciANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT
512 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 512-520 ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA MELALUI GAMBARAN MIKROSKOPIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 MALANG
1 IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM BASA MELALUI GAMBARAN MIKROSKOPIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 MALANG Iska Meylindra, Suhadi Ibnu, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang E-mail:
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun
KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia ini dengan baik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, mutu pendidikan di Indonesia tergolong masih rendah. Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia cenderung masih rendah, yaitu hasil
Lebih terperinciKemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)
Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Neng Tresna Umi Culsum*, Ida Farida dan Imelda Helsy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO
KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO Ira K. Dali, Mardjan Paputungan, Rakhmawaty A. Asui Jurusan Pendidikan Kimia Faklutas Matematika dan IPA Universitas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER DAN MANFAATNYA DALAM MENGUKUR KONSEPSI KIMIA SISWA SMA
PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER DAN MANFAATNYA DALAM MENGUKUR KONSEPSI KIMIA SISWA SMA Nahadi, Wiwi Siswaningsih & Rose Purnamasari Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci.
Kimia XI SMA 205 BAB 8 Kelarutan Garam Sukar Larut Gambar Larutan Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) JURNAL PENELITIAN Oleh NUR LAILA IBRAHIM NIM: 441 411 077 UNIVERSITAS
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang bersifat sistematis, interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang di anggap sulit, hal ini menyebabkan sebagian besar siswa kurang berminat untuk mempelajari
Lebih terperinciTINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BATU
p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 (1-6) November 2016 TINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA mengalami kesulitan dalam memahami konsep-kosep kimia. Salah satu penelitian
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN JURNAL
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA TERHADAP MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES THREE-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC OLEH Ira Ekawati Hasrat 441 407 027 Telah
Lebih terperinciTHE EFFECT OF THE READING REFUTATION TEXT TO STUDENT S MISCONCEPTIONS REMEDIATION OF ACID BASE CONCEPT IN XI SCIENCES CLASS SMA NEGERI 4 PONTIANAK
154 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun II, No. 2, Desember 2014 PENGARUH PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG KONSEP ASAM BASA DI KELAS XI IPA
Lebih terperinciPENYEDIAAN REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN KONSEP SISWA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
PENYEDIAAN REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN KONSEP SISWA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Icha Regita, Eny Enawaty, A.Ifriani Harun Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN, Pontianak
Lebih terperinciDESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIDROLISIS GARAM DI KELAS XI IPA SMA KATOLIK TALINO
DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIDROLISIS GARAM DI KELAS XI IPA SMA KATOLIK TALINO Wilianus Boncel, Eny Enawaty, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Diskusi
Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi
Lebih terperinciOLEH Ni Nyoman Widiantari Telah diperiksa dan disetujui oleh NIP NIP
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL EFEKTIVITAS SAJIAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN ANALOGI DAN SUBMIKROSKOPIK DALAM MEREDUKSI MISKONSEPSI ASAM BASA PADA SISWA SMA KELAS XI DI GORONTALO OLEH Ni Nyoman Widiantari 441411048
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep kimia merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa dengan berbagai alasan, diantaranya karena konsep kimia bersifat kompleks dan abstrak.
Lebih terperinciHASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep
LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan
Lebih terperinciKELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
7 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) B. HUBUNGAN KELARUTAN (s) DENGAN Ksp C. PENGARUH ION SEJENIS TERHADAP KELARUTAN D. HUBUNGAN Ksp DENGAN PH LARUTAN E. HUBUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan materi subyek yang menjelaskan mengenai struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Menurut Johnstone
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan fenomena dengan mendeskripsikan karakteristik
Lebih terperinciKelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Setelah pembelajaran dilakukan, guru perlu mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Model mental merepresentasikan pikiran tiap individu yang digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena ketika belajar sains (Harrison & Treagust dalam
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH GENDER TERHADAP MISKONSEPSI SISWA SMAN DI KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER
ANALISIS PENGARUH GENDER TERHADAP MISKONSEPSI SISWA SMAN DI KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER Rizky Dayu Utami 1, Salamah Agung 1, Evi Sapinatul Bahriah 1 1 Pendidikan Kimia Fakultas
Lebih terperinciANALISIS LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL STOIKIOMETRI SISWA SMA KELAS X SMAN 5 MALANG
ANALISIS LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL STOIKIOMETRI SISWA SMA KELAS X SMAN 5 MALANG Nike Indriyani Hasim, Suhadi Ibnu, Ida Bagus Suryadharma Universitas Negeri Malang E-mail: nikeindriyani20@yahoo.co.id
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DISERTAI HIERARKI
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013
IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI LEVEL SUB-MIKROSKOPIK SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DI SMAN 1 TARIK SIDOARJO IMPLEMENTATION OF 7-E LEARNING CYCLE MODEL TO REDUCE
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 MALANG
IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 MALANG Lailatul Maghfiroh, Santosa, Ida Bagus Suryadharma Jurusan
Lebih terperinciKata kunci : pemahaman konsep, reaksi redoks, sel Volta, sel elektrolisis, tes diagnostik two tier.
MENGGALI PEMAHAMAN MAHASISWA KIMIA ANGKATAN TAHUN PERTAMA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG DALAM POKOK BAHASAN ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER Evi Yulistia Heriyana, Sri Rahayu,
Lebih terperinciMISKONSEPSI SISWA DALAM BIDANG STUDI KIMIA: FAKTOR PENYEBAB DAN SOLUSINYA
MISKONSEPSI SISWA DALAM BIDANG STUDI KIMIA: FAKTOR PENYEBAB DAN SOLUSINYA Ardi Widhia Sabekti Dosen FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji Penerima Beasiswa Unggulan (BU) BPKLN KEMDIKNAS e-mail: aws165@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Depdiknas,
Lebih terperinciKIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013
Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam
Lebih terperinciC. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Objek yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. education for all (EFA) di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Hingga saat ini masalah pendidikan masih menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Pasalnya Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau education for all
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian berupa instrumen tes diagnostik yang dikembangkan. Subjek ini
Lebih terperinciANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA
Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 7 Bulan Juli
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI MAN MOJOSARI KOTA MOJOKERTO IMPLEMENTATION OF COGNITIVE CONFLICT STRATEGY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Sebagai
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul : Identifikasi Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Persamaan Reaksi dan Perhitungan Kimia Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument
Lebih terperinciANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA PADA TINGKAT MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS SISWA DI SMA NEGERI GORONTALO. Mangara Sihaloho *)
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA PADA TINGKAT MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS SISWA DI SMA NEGERI GORONTALO. Mangara Sihaloho *) Abstract: The research described a condition of Senior
Lebih terperinciArifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang
PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LAWANG PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS GARAM Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida
Lebih terperinciWita Loka Rizki Siregar* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan * ABSTRACT
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-DISCUSS- EXPLAIN-OBSERVE- DISCUSS-EXPLAIN (PDEODE) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI BUFFER EFFECTIVENESS OF PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN. Contoh Analisis Konsep untuk Materi Kesetimbangan dalam Larutan- By : Dr. Ida Farida, M.Pd.
No Label konsep ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN Atribut Hirarki konsep Definisi konsep Superordinat Kritis Varibel Subordinat Koordinat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tetapan kesetimbangan (K) 2 Dinamis
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO Laily Rohmawati, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan pendahuluan penelitian yang dilakukan. Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian,
Lebih terperinciMODUL III KESETIMBANGAN KIMIA
MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa
Lebih terperincikimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran
KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT, JENIS, DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN SISWA MA NEGERI WLINGI DALAM MEMAHAMI MATERI INDIKATOR DAN ph LARUTAN ASAM-BASA
IDENTIFIKASI TINGKAT, JENIS, DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN SISWA MA NEGERI WLINGI DALAM MEMAHAMI MATERI INDIKATOR DAN ph LARUTAN ASAM-BASA Muhammad Lukman Buchori, Ida Bagus Suryadharma, Fauziatul
Lebih terperinci*Korespondensi, tel : ,
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
Lebih terperinciPengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si
1 Identifikasi Pemahaman Siswa Pada Konsep Atom, Ion, Dan Molekul Menggunakan Two-Tier Test Multiple Choice. Norma, Astin lukum 1, La Ode Aman 2 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Nageri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN
IDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN 2012-2013 Reni Roikah, Fariati, dan Munzil Arief Universitas Negeri Malang
Lebih terperinci2014 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan salah satu sains fisis yang diajarkan di sekolah menengah atas (Achor dan Kalu, 2014) yang berkaitan dengan studi tentang struktur, komposisi,
Lebih terperinciPROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT Wiwi Siswaningsih, Hernani, Triannisa Rahmawati (Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Lebih terperinciPendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1,2. Universitas Negeri Papua Abstract
EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF LEARNING START WITH QUESTION (LSQ) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN EFFECTIVENESS OF LEARNING STRATEGIES
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang
Lebih terperinciAnalisa kesulitan Pemahaman Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa SMA Inshafuddin Tahun Ajaran 2015/2016
Analisa kesulitan Pemahaman Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa SMA Inshafuddin Tahun Ajaran 2015/2016 Tya Ulfah, Rusman, Ibnu Khaldun Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP HUKUM- HUKUM DASAR KIMIA DAN PENERAPANNYA DALAM STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS X IPA DI MAN 3 MALANG
IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP HUKUM- HUKUM DASAR KIMIA DAN PENERAPANNYA DALAM STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS X IPA DI MAN 3 MALANG Riski Norjana, Santosa, Ridwan Joharmawan Jurusan Kimia, FMIPA
Lebih terperinciMINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH
MINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH Sri Haryani, Dian Listanti, Edy Cahyono,, Universitas Negeri Semarang e-mail: haryanimail@gmail.com,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan individu merupakan hasil dari proses membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam sistem kognisi individu
Lebih terperinciKELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. Pengertian Kelarutan Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam air seperti natrium klorida (NaCl) dan ada pula garam sukar
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION
Jurnal Zarah, Vol. 5 No. 1 (2017), Hal. 22-28 IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION Trining Puji Astutik
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia
Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia Muh. Afturizaliur Adaminata*, dan I Nyoman Marsih Diterima 3 Juni 2011, direvisi 20 Juni 2011, diterbitkan 23 September 2011 Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Whitten dkk., 2004). Johnstone (dalam
Lebih terperinciWidhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia
Lebih terperinciNanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas Negeri Malang
REPRESENTASI MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK DAN SIMBOLIK SISWA KELAS XII DI SEBUAH SMA NEGERI KOTA MALANG TERHADAP SISTEM DAN PRINSIP KERJA SEL ELEKTROKIMIA Nanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas
Lebih terperinciImplementasi Pembelajaran dengan Menginterkoneksikan Multipel Representasi pada Materi Hidrolisis Garam untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Implementasi Pembelajaran dengan Menginterkoneksikan Multipel Representasi pada Materi Hidrolisis Garam untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Masrid Pikoli, Mangara Sihaloho Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mengkaji zat dari segi sifat, komposisi, struktur, ikatan, perubahan, dan pembuatannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kabupaten Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang telah mempelajari materi
Lebih terperincikimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran
K-1 kimia K e l a s XI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan 1. Memahami tentang kelarutan garam (elektrolit). 2. Memahami
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Swasta di Kota Bandung, yaitu di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciPENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA
PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA Elvira Noprianti 1 dan Lisa Utami 1 1. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Lebih terperinciPutu Indrayani Pendidikan Kimia-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.
208 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120 Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPA SMA serta Upaya Perbaikannya dengan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke- : Kimia : SMA : XI/2 : 2 x 45 menit : 9 (sembilan) Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat
Lebih terperinci