MONITORING DAN EVALUASI JPT BALAI BESAR DAN BARISTAND DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MONITORING DAN EVALUASI JPT BALAI BESAR DAN BARISTAND DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN"

Transkripsi

1 MONITORING DAN EVALUASI JPT BALAI BESAR DAN BARISTAND DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

2

3

4 Tuntutan Masyarakat (Globalisasi, Demokratisasi, Perdagangan Bebas) KEPUASAN PELANGGAN Kinerja & Profesionalisme Prinsip Etika *) *) = efektivitas, efisiensi, integritas,netralitas, keadilan

5 Mengetahui gambaran umum profil kompetensi Balai Besar dan Baristand Industri di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Mengevaluasi kualitas JPT di Lingkungan Kementerian Perindustrian dalam implementasi pelayanan prima. Mengevaluasi dan monitoring efisiensi dan efektifitas pelayanan JPT. Mendata kapabilitas/kemampuan jasa layanan teknis di lingkungan kementerian perindustrian Membuat keputusan yang efektif menuju langkah selanjutnya. Menyuguhkan analisis data yang lebih nyata untuk dapat dijadikan pertimbangan para pemangku kepentingan dalam rangka pembuatan keputusan yang efektif

6 Pengumpulan Data Pengisian Kuesioner Verifikasi Data Pengolahan Data Mengidentifikasi pola, tren dan kemungkinan interpretasi data Presentasi hasil intepretasi data Pembahasan draft laporan Rekomendasi dan tindak lanjut lainnya secara berkelanjutan

7

8 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BPKIMI Memiliki UNIT PELAKSANA TEKNIS 22 BALAI: 11 BALAI BESAR, 11 BARISTAND Balai Besar yang terbentuk sebelum kemerdekaan Balai Besar yang terbentuk sesudah kemerdekaan Baristand mulai terbentuk pada awal kemerdekaan BALAI TERTUA (1908): BBIA & B4T 1922: BBK & BBT 1927: BBKKP 1938: BBKK 1947: BBIHP 1968: BBPK 1962: BBTPPI 1969: BBLM 1947: Balai Penyelidikan Kimia Baristand Surabaya 1961: Balai Penyelidikan Kimia Banjarmasin Baristand Banjarbaru dan lain-lain

9 BBPK BBKKP BBIHP BBKK BBIA B4T BBLM BBT BBK BBKB BBTPPI Profil Balai dapat langsung diklik pada kotak yang telah disediakan; contoh BBTPPI

10 Baristand Pontianak Baristand Banjarbaru Baristand Aceh Baristand Medan Baristand Padang Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Surabaya Baristand Manado Baristand Ambon

11 Obsesi Aspirasi Strategic positioning VISI MISI TUJUAN SASARAN Kondisi Lingkungan RPJP ( ) RPJM Nasional Renstra Kemenperin Renstra BPKIMI Pembangunan Nasional Pembangunan Industri Nasional KIN

12 Visi dan misi Balai Besar telah sejalan dengan Rencana Strategisnya Visi dirumuskan dan menjadi obsesi yang harus dicapai oleh organisasi Misi Balai Besar telah menggambarkan aspirasi dan menjelaskan tujuan serta kepentingan semua stakeholder Misi juga telah menggambarkan strategi positioning Balai Besar untuk mengidentifikasi keunggulan kompetitif organisasi Misi telah cukup memadai untuk memungkinkan kebutuhan perubahan atas pasar/konsumen, termasuk mempengaruhi perilaku orang-orang di yang ada pada Balai Besar masingmasing

13 KOMPETENSI INTI BALAI BESAR BBKK BBIA B4T Pengembangan kimia adi berbasis kelapa, kelapa sawit dan atsiri Desain struktur dan material kemasan Komponen aktif bahan alami industri agro Inspeksi Konstruksi Bawah Air Instrumentasi Industri Material Maju BBLM Mesin listrik & peralatan Peralatan pabrik & Mesin Perkakas Alat angkut BBT BBK Pengembangan produk dan desain tekstil dan produk tekstil Keramik Nano material Bidang bioteknologi BBPK BBKKP Kulit dan produk kulit Karet Plastik BBKB Desain dan bahan baku baru BBTPPI Sebagai lembaga acuan teknologi pencegahan pencemaran BBIHP Kakao

14 FOKUS BARISTAND Nama Baristand Fokus 1. Aceh Rempah dan Minyak Atsiri 2. Medan Mesin dan Peralatan Pabrik 3. Padang Makanan Tradisional 4. Palembang Karet Komponen Teknis 5. Lampung Tepung Industri Agro 6. Surabaya Mesin Listrik & Peralatan Listrik 7. Banjarbaru Teknologi pengolahan kayu, rotan, dan bambu 8. Samarinda Hasil Perikanan dan Perkebunan 9. Pontianak Bahan baku kosmetik alami dan pangan semi basah 10. Ambon Teknologi pengolahan hasil laut 11.Manado Teknologi pengolahan palma

15 Balai Besar & Baristand dengan PK-BLU : BBIA, B4T, BBTPPI dan Baristand Bandarlampung Kesiapan Balai Lain dalam menerapkan PK-BLU Balai BBKK BBLM BBT BBK BBPK BBKKP BBKB BBIHP Tahun > > 4 Baristand Aceh Medan Padang Plb Sby Banjarbaru Pontianak Samarinda Manado Ambon Tahun > >4 1-2 >4 >4

16 Produk Anggaran Profil Balai SDM Peralatan

17 No Nama Jasa Layanan Pengujian BBKK Jkt BBIA Bgr B4T Bdg BBLM Bdg BBT Bdg BBK Bdg BBPK Bdg BBKKP Yk BBKB Yk BBTPPI Smg BBIHP Mks 1 Litbang Pelatihan Teknik 2 Operasional 3 Pengujian 4 Kalibrasi 5 Konsultansi 6 Standardisasi 7 Sertifikasi 8 RBPI 9 Jasa Lainnya Penanganan 10 Pencemaran 11 Inpeksi Teknis 12 Teknologi Proses

18 Jenis JPT Balai Besar Yang Memberi Kontribusi Tertinggi No Nama Balai Jenis JPT Persentase kontribusi (%) 1 BBKK Pengujian 58,04% 2 BBIA Pengujian 75,33% 3 B4T Pengujian 33,60% Pelatihan Teknis 31,79% 4 BBLM Pengujian dan Kalibrasi 53,79% Litbang 35,11% 5 BBT Pengujian 60,72% 6 BBK Pengujian 38,47% Pelatihan 25,52% 7 BBPK Litbang 25,73% Pengujian 25,29% 8 BBKKP Sertifikasi 44,65% 9 BBKB Pelatihan 65,67% 10 BBTPPI Penanganan Pencemaran 44,07% 11 BBIHP Pengujian 58,77% Sementara ini yang dibutuhkan oleh industri masih terbatas kepada Jasa Layanan Pengujian, Pelatihan dan Sertifikasi. Penggunaan jasa layanan litbang masih minim.

19 Baristand No Nama JPT Aceh Mdn Pdg Plb Lamp Sby Samarinda Pontian ak B.baru Mnd Ambon 1 Litbang 2 Pelatihan Teknik Operasional 3 Pengujian Kalibrasi Konsultansi Standardisasi Sertifikasi 8 RBPI 9 Penanganan Pencemaran 10 Inspeksi Teknis 11 Pengambilan Contoh Uji 12 Jasa Lainnya

20 Jenis JPT Baristand Yang Memberi Kontribusi Tertinggi No Nama Balai Jenis JPT Persentase kontribusi (%) 1 Baristand Aceh Pengujian 100,00% 2 Baristand Medan Pengujian dan Kalibrasi 41,71% Sertifikasi 38,15% 3 Baristand Padang Penanganan Masalah Pencemaran 86,10% 4 Baristand Palembang Sertifikasi 64,80% 5 Baristand Lampung Pengujian 70,12% 6 Baristand Surabaya Sertifikasi 46,85% Pengujian 44,78% 7 Baristand Samarinda Pengujian 100,00% 8 Baristand Pontianak Pengujian 100,00% 9 Baristand Banjarbaru Pengujian 100,00% 10 Baristand Manado Pengujian 44,52% 11 Baristand Ambon RBP 77,37% Sementara ini jasa layanan yang ada di Baristand dan dibutuhkan oleh industri kebanyakan masih terbatas kepada Jasa Layanan Pengujian.

21 Semua Balai Besar memiliki presentase di atas 40% untuk SDM yang memasuki usia pensiun sampai dengan 10 tahun mendatang (SDM dengan usia 46 tahun ke atas) risiko tinggi. Risiko tinggi ini diantaranya adalah hilangnya beberapa keahlian dan relasi yang ada di Balai sehingga mempengaruhi daya (kemampuan) Balai dalam memberikan pelayanan. Balai Besar dengan risiko tertinggi adalah BBK Bandung. Minimalisasi risiko dapat dilakukan melalui pengkaderan secara cepat dan efektif, penambahan jumlah pegawai sesuai dengan kompetensi yang hilang. 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 42,33% BBLM Bdg 55,78% BBT Bdg 56,57% 57,55% 58,59% BBIA Bgr BBPK Bdg BBTPPI Smg 62,00% 62,57% 62,79% 63,48% BBIHP Mks B4T Bdg BBKK Jkt BBKB Yk 70,74% 72,11% BBKKP Yk BBK Bdg

22 Hampir semua Baristand memiliki presentase besar (di atas 40%) atas SDM yang memasuki usia pensiun pada 10 tahun mendatang (46 tahun ke atas). Baristand-baristand tersebut adalah: Baristand Aceh, Medan, Palembang, Surabaya, Banjarbaru, Manado dan Ambon. Ini berarti pula bahwa baristand tersebut memiliki risiko tinggi terhadap keberlangsungan Jasa Layanan yang disediakan oleh Balai. Baristand dengan risiko tertinggi adalah Baristand Medan (70,97%). Minimalisasi risiko dapat dilakukan melalui pegkaderan secara cepat dan efektif, penambahan jumlah pegawai sesuai dengan kompetensi yang hilang. Beberapa Baristand masih memiliki risiko kecil atas SDM yang tersedia dan memasuki usia pensiun. Hal ini tampak dari presentase SDM usia pensiun yang tergolong kecil, seperti Baristand Padang, Lampung, Baristand Samarinda dan Pontianak. 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 17,86% 18,87% 20,34% 29,41% 50,00% 56,41% 56,47% 70,97% 65,48% 65,67% 66,23%

23 Usia Alat Utama di Balai Besar Secara umum (apabila dilihat dari grafik), jumlah alat pada usia tua cukup banyak. Namun, juga diimbangi dengan penambahan alat pada 10 tahun terakhir.

24 Usia Alat Utama di Baristand Secara umum (apabila dilihat dari grafik), jumlah alat relatif banyak yang masih muda. Sehingga dapat menjadi modal yang bagus dalam meningkatkan kualitas jasa layanan yang tentu saja didukung dengan jumlah yang memadai

25 TOTAL PNBP BALAI BESAR Dari tahun ke tahun, PNBP Balai Besar secara keseluruhan mengalami kenaikan. Kenaikan PNBP pada tahun 2010 mencapai 2 kali lipat dari tahun 2006.

26 Secara keseluruhan, pertumbuhan PNBP Balai Besar merupakan pertumbuhan positif (mengalami kenaikan) yang ditandai dengan nilai slope bernilai positif, kecuali BBPK. R 2 >0,9 kenaikan PNBP stabil (tidak fluktuatif). R 2 <0,9 kenaikan PNBP fluktuatif. Grafik Regresi PNBP Balai Besar BBIA B4T BBKK BBLM BBT BBK BBIHP BBKB BBKKP BBTPPI BBPK Balai BBPK BBT B4T BBIHP BBLM BBKKP BBKB R 2 0,051 0,2497 0,6986 0,706 0,8196 0,8443 0,8685 slope -3,00E+07 2,00E+08 1,00E+09 1,00E+08 3,00E+08 3,00E+08 2,00E+08 Balai BBK BBIA BBKK BBTPPI R 2 0,9137 0,9607 0,973 0,983 SLOPE 2,00E+08 3,00E+09 4,00E+08 8,00E+08

27 Secara keseluruhan, nilai PNBP Balai Besar naik pada 5 tahun terakhir. Secara umum, JPT dengan kontribusi nilai PNBP paling dominan di seluruh satker Balai Besar adalah JPT Pengujian. Pada umumnya penerimaan PNBP JPT Litbang relatif kecil, kecuali dari BBPK (25,73%) yang menjadi JPT dengan PNBP tertinggi di Balai tersebut. Nilai PNBP Pengujian yang besar tersebut kemungkinan dapat disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang cukup mempengaruhi, seperti adanya pemberlakuan Regulasi Teknis (misal: SNI wajib) Teknologi Proses Inspeksi Teknis PENANGANAN PENCEMARAN Jasa Lainnya RBPI Sertifikasi Standardisasi Konsultansi Kalibrasi Pengujian Pelatihan Litbang

28 Nilai Pagu dan Proporsi Pagu Kemenperin Tahun 2011 Uraian Nilai Pagu Proporsi Pagu Belanja Pegawai ,27% Belanja Barang ,34% Belanja Modal ,39% Total Pagu Belanja operasional masih cukup tinggi dibanding dengan belanja lainnya Nilai Pagu Balai Besar Tahun 2011 Rasio total pagu Balai Besar terhadap total pagu Kementerian Perindustrian adalah sebesar 8,54%. Uraian Nilai % % Belanja Balai/ Total Pagu Kemenperin Belanja Pegawai % 3,34% Belanja Barang % 3,78% Belanja Modal % 1,42% TOTAL PAGU ,54%

29 Total Komposisi Belanja Balai (RM) pegawai barang modal/investasi Total Komposisi Belanja PNBP PEGAWAI BARANG MODAL/INVESTASI Belanja pegawai merupakan belanja terbesar dibanding belanja barang maupun belanja modalnya. Balai masih padat karya dan belum padat teknologi (perlu diperkuat oleh data lainnya). Melonjaknya belanja modal tahun 2008 dikarenakan ada Anggaran Biaya Tambahan (ABT). Belanja barang yang tinggi diiringi dengan penurunan belanja pegawai sejak tahun tersebut MAK belanja pegawai pada anggaran PNBP masuk menjadi kelompok belanja barang. Nilai investasi yang masih cenderung rendah lebih banyak mengandalkan pendanaannya yang bersumber dari RM.

30 Rasio Rasio PNBP terhadap Total Belanja 0,800 BBKK Jkt 0,700 BBIA Bgr B4T Bdg 0,600 BBLM Bdg 0,500 BBT Bdg 0,400 BBK Bdg 0,300 BBPK Bdg 0,200 BBKKP Yk 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 Rasio PNBP terhadap Belanja Balai Besar 0,100 BBKB Yk 0,05 0, BBTPPI Smg BBIHP Mks Rasio meningkat PNBP telah memberi kontribusi semakin tinggi terhadap pembiayaan atau belanja di masing-masing Balai Besar. Secara keseluruhan, pada tahun terakhir (2010), 30% pengeluaran Balai Besar ditutupi oleh PNBPnya

31 Dari grafik, tampak bahwa pengeluaran untuk belanja pegawai cukup besar dibandingkan penerimaan PNBP. Dari grafik I, seiring kenaikan belanja pegawai senantiasa diiringi kenaikan PNBP meskipun belum mampu mendongkrak PNBP secara maksimal. Nilai rasio ini kian mendekati 1, yang dapat diartikan bahwa produktivitas kian meningkat ,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 I. Grafik total PNBP dan total belanja pegawai II. Rasio total PNBP/ total belanja pegawai (RM) TOTAL BELANJA PEGAWAI TOTAL PNBP

32 Belanja barang yang dilakukan pada awalnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir lebih besar dari PNBP. Namun kemudian terjadi peningkatan PNBP sehingga jauh lebih besar dari kebutuhan Belanja Barang. Hal ini ditandai dengan nilai rasio lebih dari 1. Mungkin telah terjadi peningkatan efisiensi dalam Belanja Barang ,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0, total belanja barang balai besar TOTAL PNBP BALAI BESAR rasio pendapatan terhadap belanja barang

33 Dari grafik, dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan dari tahun mampu menaikkan nilai PNBP. Rasio >1 belanja investasi berdampak positif terhadap nilai PNBP karena investasi mampu meningkatkan performa jasa layanan. Tidak ada korelasi negatif antara PNBP dengan investasi meskipun pada tahun investasi kecil, PNBP tetap meningkat total akumulasi investasi total akumulasi PNBP Rasio akumulasi PNBP/akumulasi investasi 1,5 1 0,

34 TOTAL PNBP BARISTAND Kenaikan 2010 mencapai hampir 4 kali lipat dari tahun 2006 Baristand telah melakukan kontribusi pelayanan terhadap masyarakat industri dengan baik sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan.

35 Secara keseluruhan, pertumbuhan PNBP Baristand merupakan pertumbuhan positif (mengalami kenaikan) yang ditandai dengan nilai slope bernilai positif, kecuali Baristand Ambon. R 2 >0,9 kenaikan PNBP stabil (tidak fluktuatif). R 2 <0,9 kenaikan PNBP fluktuatif. 3,5E+09 3E+09 2,5E+09 2E+09 1,5E+09 1E Grafik Regresi PNBP Baristand aceh medan palembang padang lampung surabaya samarinda Pontianak banjarbaru manado BARISTAND Ambon Medan Aceh Manado R 2 0,3805 0,7601 0,8598 0,897 slope BARISTAND Plb Pdg B.baru Samarinda Pontianak Sby Lmp R 2 0,92 0,93 0,934 0,9461 0,9574 0,9616 0,9771 slope 3E08 2E08 3E08 3E08 3E08 6E08 3E08

36 Pengambilan Contoh Uji Secara umum, JPT dengan kontribusi nilai PNBP paling dominan di seluruh satker Baristand adalah JPT Pengujian. Yg diikuti JPT Sertifikasi. Nilai PNBP Pengujian dan sertifikasi yang besar tersebut kemungkinan dapat disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang cukup mempengaruhi, seperti adanya pemberlakuan Regulasi Teknis di Bidang SNI Wajib; pertumbuhan industri pengguna jasa layanan. Adanya kemungkinan untuk meningkatkan PNBP JPT yang lain dengan didukung adanya regulasi teknis yang mendorong industri untuk menggunakan jasa layanan tersebut Inspeksi teknis Penanganan Pencemaran Jasa Lainnya RBPI Sertifikasi Standardisasi Konsultansi Kalibrasi Pengujian Pelatihan Litbang

37 Nilai Pagu dan Proporsi Pagu Kemenperin Tahun 2011 Uraian Nilai Pagu Proporsi Pagu Belanja Pegawai ,27% Belanja Barang ,34% Belanja Modal ,39% Belanja operasional masih cukup tinggi dibanding dengan belanja lainnya Total Pagu Nilai Pagu Baristand Tahun 2011 Rasio total pagu Baristand terhadap total pagu Kementerian Perindustrian adalah sebesar 4,09%. Uraian Nilai % % Belanja Balai/ Total Pagu Kemenperin Belanja Pegawai % 1,83% Belanja Barang % 1,85% Belanja Modal % 0,41% TOTAL PAGU ,09%

38 Total Komposisi Belanja Balai (RM) Baristand pegawai barang modal/investasi Total Komposisi Belanja (PNBP) Baristand PEGAWAI BARANG MODAL/INVESTASI Belanja pegawai merupakan belanja terbesar dibanding belanja barang maupun belanja modalnya. Balai masih padat karya dan belum padat teknologi (perlu diperkuat oleh data lainnya). Peyebab nilai investasi rendah beberapa kemungkinan ygang perlu dukungan data Belanja barang yang tinggi diiringi dengan penurunan belanja pegawai sejak tahun tersebut MAK belanja pegawai pada anggaran PNBP masuk menjadi kelompok belanja barang.

39 Dari grafik, tampak bahwa pengeluaran untuk belanja pegawai cukup besar dibandingkan penerimaan PNBP. Dari grafik I, kenaikan PNBP terus ada meskipun belum tumbuh secara maksimal. Rasio < 1 produktivitas masih rendah ,5 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0, Rasio total PNBP/ total belanja pegawai (RM) Total Belanja pegawai (RM) TOTAL PNBP

40 Nilai rasio < 1 PNBP belum mampu menutupi beban biaya belanja barang. Nilai rasio semakin mendekati 1 dari tahun ke tahun Belanja Barang semakin efisien ,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, Rasio total PNBP/total belanja barang (RM) total belanja barang (RM) total PNBP

41 total akumulasi investasi Rasio < 1 PNBP yang dihasilkan belum mampu mencukupi kebutuhan belanja investasi total akumulasi PNBP 0,8 Rasio akumulasi PNBP/akumulasi investasi 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,

42

43 Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu atau lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk, bahan, peralatan, organisme, fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Jasa Pelayanan Teknis (JPT) Pengujian merupakan salah satu jenis layanan publik yang disediakan oleh Balai Besar dan Baristand di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam mendukung industri guna menjamin mutu produk yang dihasilkan. Gambaran kemampuan, potensi dan resiko yang dihadapi oleh JPT pengujian diuraikan berdasarkan dimensi Produk (kapabilitas dan produktivitas), Sumber Daya Manusia (SDM), Peralatan, dan Keuangan/PNBP

44 Kapabilitas Ruang lingkup pengujian yang dapat dilakukan oleh Balai, terutama ruang lingkup yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan ISO/IEC Produktivitas Nilai PNBP JPT Pengujian yang tergambar juga dari : Jumlah Contoh Uji Jumlah Pelanggan

45 Balai Besar : 100 % terakreditasi Baristand : 50 % terakreditasi Baristand Aceh Medan Padang Palembang Lampung Surabaya Samarinda Pontianak Banjarbaru Manado Ambon Status Akreditasi Sedang dalam proses persiapan Akrediasi Sedang dalam proses persiapan Akrediasi Sedang dalam proses persiapan Akrediasi Terakreditasi Sedang dalam proses akreditasi Terakreditasi Terakreditasi Terakreditasi Sedang dalam proses persiapan Akrediasi Terakreditasi Terakreditasi

46 Kapasitas Pengujian Balai Besar- HS Code HS-Code machinery/electrical HS-Code transportasi HS-Code Miscellaneous HS-Code Service Kapabilitas Balai Besar sesuai HS-Code 34% 66% Ruang Lingkup Tidak termasuk dalam ruang lingkup Kapabilitas Balai Besar mampu menguji 65 komoditi dari 99 komoditi dalam 2 digit HS- Code yang artinya baru 65,66 % dan ada sejumlah 34,34 % komoditi dalam HS-Code yang sama sekali tidak bisa dilakukan pengujiannya oleh Balai Besar.

47 Kapasitas Pengujian Baristand - HS Code HS-Code hewan dan produk hewan HS-Code plastik/karet HS-Code kulit dan produknya HS-Code tekstil dan produk tekstil HS-Code stone/glass HS-Code Machinery/electrical HS-Code transportasi HS-Code Miscellaneous HS-Code Service Kapabilitas Baristand sesuai HS-Code 84% 16% Ruang Lingkup Tidak termasuk dalam ruang lingkup 16 komoditi HS-code yang artinya 16 % mampu menganalisa sesuai 2 digit HS-code Komoditi yang mampu ditangani oleh salah satu baristand, juga sebagian besar dapat ditangani oleh baristand yang lain misalnya untuk komoditi pupuk, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), garam, dan tepung terigu overlap

48 Total Jumlah Contoh Pengujian Balai Besar Jumlah/ total contoh pengujian seluruh Balai Besar dalam kurun waktu lima tahun terahir menunjukkan kecenderungan meningkat Jumlah pelanggan menunjukkan kecenderungan meningkat namun terjadi penurunan pada tahun 2009, penurunan ini terjadi pada BBIA, BBKKP, BBKB, BBTPPI, dan BBIHP Total Jumlah Pelanggan Pengujian Balai Besar

49 Jumlah Contoh Uji Baristand Jumlah/ total contoh pengujian seluruh Baristand dalam kurun waktu lima tahun terahir menunjukkan kecenderungan meningkat Jumlah pelanggan menunjukkan kecenderungan meningkat namun terjadi penurunan pada tahun 2009, penurunan ini terjadi pada Baristand Surabaya, Palembang, dan Aceh Jumlah Pelanggan Baristand Produktivitas Baristand masih kecil dibandingkan dengan Balai Besar.-----Status akreditasi (kepercayaan pelanggan yang lebih memilih JPT pengujian yang sudah terakreditasi)

50 82 % Balai Besar memiliki presentase di atas 40% untuk SDM Pengujian yang memasuki usia pensiun sampai dengan 10 tahun mendatang (SDM dengan usia 46 tahun ke atas) risiko tinggi. Balai Besar dengan risiko tertinggi adalah BBKKP Jogjakarta Minimalisasi risiko dapat dilakukan melalui pengkaderan secara cepat dan efektif, peningkatan kompetensi, penambahan jumlah pegawai sesuai dengan kompetensi yang hilang. 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 32,14% 28,57% Persentase Pensiun SDM dalam kurun waktu 10 tahun mendatang 43% 46,15% 46,43% 49% 53% 56% 57% 65% 68,97%

51 Dimensi SDM JPT Pengujian Baristand menghadapi risiko rendah bila dibandingkan dengan Balai Besar disebabkan 16 % Balai Besar memiliki persentase di atas 40% untuk SDM Pengujian yang memasuki usia pensiun sampai dengan 10 tahun mendatang (SDM dengan usia 46 tahun ke atas) Namun ada Baristand dengan risiko tinggi yaitu Baristand Aceh dan Surabaya 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0% 11% Persentase Pensiun SDM dalam kurun waktu 10 tahun mendatang 25% 31% 33% 34% 36% 38% 39% 42% 55%

52 Balai Ketersediaan SDM Kompetensi Keahlian Training BBKK Cukup memadai Cukup Kompeten fisika, kimia, mikrobiologi % BBIA memadai Cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi % B4T kurang memadai kurang kelistrikan, fisika, metalurgi % BBLM memadai kompeten metalurgi dan mesin % BBT cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia, lingkungan >80 % BBK memadai kompeten fisika, kimia % BBPK kurang memadai cukup kompeten fisika, kimia % BBKKP memadai cukup kompeten fisika % BBKB memadai cukup kompeten fisika/mekanika % BBTPPI cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi,lingkungan >80 % BBIHP kurang memadai cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi >80 %

53 Baristand Ketersediaan Kompetensi Keahlian Training Aceh Cukup memadai Cukup Kompeten fisika, kimia, mikrobiologi % Medan memadai Cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi < 21 % Padang kurang memadai Cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi % Palembang memadai Cukup kompeten fisika, kimia > 80 % Lampung cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi >80 % Surabaya cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia % Sidoarjo kurang memadai cukup kompeten fisik < 21 % Samarinda cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi % Pontianak cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi % Banjarbaru cukup memadai cukup kompeten fisika, kimia >80 % Manado memadai cukup kompeten fisika, kimia, mikrobiologi < 21 % kurang Ambon cukup memadai kompeten kimia %

54 Grafik Tahun Perolehan Alat Pengujian Balai Besar Secara umum (apabila dilihat dari grafik), masih ada alat pada usia tua. Namun, juga diimbangi dengan penambahan alat pada 10 tahun terakhir. 20% 15% 10% 5% Grafik Persentase Tahun Perolehan Alat Pengujian Balai Besar 3% 3% 5% 9% 5% 16% 15% 13% 20% 0%

55 Grafik Tahun Perolehan Alat Pengujian Baristand Secara umum (apabila dilihat dari grafik), masih ada alat pada usia tua. Namun persentasenya masih banyak di penambahan alat pada 10 tahun terakhir. Grafik Persentase Tahun Perolehan Alat Pengujian Baristand 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 0% 0% 0% 1% 1% 7% 28% 26% 37%

56 Jumlah Peralatan di Balai Besar BBKB BBIA BBPK BBKK BBTPPI BBLM BBT BBKKP B4T Terlihat bahwa peralatan tersebar di beberapa Balai Besar, dengan persentase terbesar berada di B4T.

57 60 Jumlah Peralatan di Baristand Terlihat bahwa peralatan tersebar di beberapa Baristand, dengan persentase terbesar berada di Baristand Pontianak.

58 Balai Ketersediaan Kondisi Ruang Limit Deteksi Modern Instrumen BBKK cukup representatif % % BBIA kurang memadai kurang representatif > 80 % % B4T kurang memadai kurang representatif % < 21 % BBLM memadai cukup representatif > 80 % % BBT cukup memadai cukup representatif > 80 % % BBK memadai cukup representatif > 80 % < 20 % BBPK cukup memadai cukup representatif > 80 % % BBKKP cukup memadai cukup representatif > 80 % % BBKB cukup memadai cukup representatif % < 21% BBTPPI cukup memadai cukup representatif < 21 % < 21% BBIHP cukup memadai cukup representatif % < 21 %

59 Baristand Ketersediaan Kondisi Ruang Limit Deteksi Modern Instrumen Aceh cukup Cukup representatif % % Medan cukup memadai Cukup representatif > 80 % % Padang cukup memadai Kurang representatif % < 21 % Palembang kurang memadai cukup representatif % % Lampung cukup memadai cukup representatif % % Surabaya cukup memadai cukup representatif % % Sidoarjo cukup memadai cukup representatif % % Samarinda kurang memadai cukup representatif > 80 % % Pontianak kurang memadai cukup representatif > 80 % % Banjarbaru cukup memadai cukup representatif % % Manado cukup memadai cukup representatif > 80 % < 21 % Ambon kurang memadai kurang representatif % %

60 Total PNBP JPT Pengujian Balai Besar 1,4E+10 1,2E+10 1E+10 Grafik Regresi PNBP Pengujian Balai Besar BBKK B4T BBIA E+09 6E+09 BBLM BBT BBK E+09 2E BBPK BBKKP BBKB BBTPPI Balai BBT BBKKP BBPK BBIHP B4T BBLM BBKP BBK BBIA BBKK BBTPPI R 2 0,187 0,24 0,486 0,704 0,809 0,814 0,911 0,913 0,971 0,973 0,975 Dari tahun ke tahun, PNBP Pengujian Balai Besar secara keseluruhan mengalami kenaikan, namun kenaikannya seperti terlihat pada grafik regresinya tidak merata. Beberapa Balai mengalami fluktuasi nilai PNBP yang diindikasikan dari nilai R 2 yang lebih kecil dari 0,9.

61 PNBP Pengujian Beristand ,5E+09 3E+09 2,5E+09 2E+09 1,5E+09 1E Grafik Regresi PNBP Pengujian Baristand Aceh Medan Padang Palembang Lampung Surabaya Samarinda Pontianak Balai Palembang Ambon Aceh Manado Lampung Medan Padang Banjarbaru Samarinda Pontianak Surabaya R 2 0 0,42 0,859 0,897 0,925 0,927 0,93 0,934 0,947 0,988 0,991 Dari tahun ke tahun, PNBP Pengujian Baristandsecara keseluruhan mengalami kenaikan, namun kenaikannya seperti terlihat pada grafik regresinya tidak merata. Beberapa Balai mengalami fluktuasi nilai PNBP yang diindikasikan dari nilai R 2 yang lebih kecil dari 0,9.

62 Balai Persentase Keterlambatan Keterangan BBKK < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah BBIA % Kapasitas Overload B4T % Kapasitas Overload BBLM % Pekerjaan yang bersamaan BBT < 20 % Kapasitas contoh bisa ditambah BBK < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah BBPK < 20 % Kapasitas contoh bisa ditambah BBKKP < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah BBKB < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah BBTPPI > 40 % BBIHP % Kapasitas contoh bisa ditambah

63 Baristand Persentase Keterlambatan Keterangan Aceh % Kapasitas contoh bisa ditambah Medan < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah Padang < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah Palembang < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah Lampung % Kapasitas contoh bisa ditambah Surabaya < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah Sidoarjo < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah Samarinda % Kapasitas contoh bisa ditambah Pontianak % Kapasitas contoh bisa ditambah Banjarbaru < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah Manado % Ambon < 10 % Kapasitas contoh bisa ditambah

64 Balai Efektivitas sistem manajemen Realisasi Sasaran Mutu Pengaduan Sistem Layanan Subkontrak BBKK cukup efektif > 80 % 1-1,5 % website, , fax < 20 % BBIA cukup efektif *) > 80 % 0,6-1 % website, , fax < 20 % B4T cukup efektif *) % 0,6-1 % website, , fax < 20 % BBLM cukup efeltif *) > 80 % 0,6-1 % telp, fax dan manual % BBT cukup efektif > 80 % 0,6-1 % website, , fax < 20 % BBK cukup efektif > 80 % 0,6-1 % website, , fax < 20 % BBPK cukup efektif > 80 % 0,6-1 % website, , fax < 20 % BBKKP cukup efektif > 80 % < 0,5 % website, , fax < 20 % BBKB cukup efektif > 80 % < 0,5 % website, , fax < 20 % BBTPPI kurang efektif *) % 1,6-2 % website, , fax % BBIHP cukup efektif % 1,6-2 % website, , fax % Note *) perlu perbaikan terutama untuk delivery time

65 Baristand Metode Uji Validasi/ verifikasi Pengembangan metode Pelaksanaan Jaminan Mutu Aceh standar dan non standar < 21 % Jarang tidak sesuai program Medan standar > 80 % jarang sesuai Padang standar > 80 % Jarang sesuai Palembang standar % Jarang tidak sesuai program Lampung standar, dan dikembangkan % Jarang tidak sesuai program Surabaya standar dan non standar > 80 % Jarang sesuai Sidoarjo standar dan dikembangkan Jarang sesuai Samarinda standar > 80 % Jarang sesuai Pontianak standar > 80 % Jarang sesuai Banjarbaru standar > 80 % Jarang sesuai Manado standar > 80 % Jarang tidak ada program Ambon standar dan non standar % Jarang sesuai

66 Manajemen pengelolaan laboratorium dikelola dengan cukup efektif, namun masih diperlukan beberapa perbaikan sistem manajemen dalam rangka mengatasi beberapa permasalahan Balai terutama berkaitan dengan - keterlambatan waktu penyelesaian pengujian - SDM ke depan - peningkatan berkelanjutan (continual improvement). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir : - Balai Besar : contoh dan pelanggan, - Baristand contoh uji dan pelanggan Perlunya mempertahankan status akreditasi dan perluasan ruang lingkup untuk Balai Besar serta memperoleh status terakreditasi untuk beberapa Baristand Dalam rangka pengembangan JPT Pengujian perlu didukung dengan peningkatan kompetensi SDM serta peralatan dan prasarana yang memadai mengingat dengan data saat ini menunjukan anggaran yang tersedia untuk pelatihan terbatas sehingga tidak semua Balai dapat melakukan pelatihan untuk semua SDM, sementara penggunaan modern instrumen juga masih sangat terbatas.

67

68 Proyeksi 4 tahun ke depan ( ) untuk Balai Besar memiliki jumlah yang cukup merata. Jumlah kebutuhan SDM pada 10 tahun mendatang menurun kemungkinan keinginan Balai Besar menjadi Balai yang padat teknologi dan tak lagi padat karya atau adanya faktor lain yaitu belum semua Balai Besar mengisi kebutuhan SDM hingga 10 tahun ke depan

69 Belum semua Baristand mengisi kebutuhan SDM mereka hingga 10 tahun mendatang tampak adanya penurunan jumlah kebutuhan setiap tahunnya.

70 Proyeksi Alat di Balai Besar Pertimbangan pengusulan alat (berdasar isian kuesioner): Masih terdapat alat yang dioperasikan secara manual Umur alat yang terlalu tua. Penyusutan Alat. Mengantisipasi permintaan pengujian parameter tertentu. Mengantisipasi peningkatan jumlah sampel. Memenuhi kebutuhan pemberlakuan SNI wajib pada pengujian komoditi tertentu. Modernisasi alat seperti penambahan alat rapid test untuk mengurangi persentase keterlambatan hasil pengujian Proyeksi total investasi

71 Total investasi (Rp) Jumlah Proyeksi Kebutuhan Alat Pertimbangan pengusulan alat (berdasar isian kuesioner): Untuk menunjang perkembangan teknologi karena alat yang telah ada merupakan alat tipe lama sehingga akurasi dan kecepatannya kurang memadai. Adanya metode uji pada SNI Wajib yang belum ditunjang dengan alat yang memadai. Untuk menambah kemampuan jasa layanan dengan alat baru. Sebagai cadangan dan mengganti apabila terdapat alat rusak Jumlah Proyeksi total investasi Tahun

72 Jumlah Proyeksi Dukungan Anggaran (RM) 10 tahun mendatang Setiap tahun belanja balai kian meningkat. Proyeksi RM dan PNBP Balai Besar ini terkait dengan kemandirian pendapatan Balai untuk menutupi biaya operasional Penurunan angka proyeksi pada tahun 2015, 2016 dan 2021 dikarenakan ada sebagian Balai Besar yang belum mengisi proyeksi keuangan hingga tahun tersebut Tahun Proyeksi Dukungan Anggaran (PNBP) 10 tahun mendatang

73 Jumlah Jumlah Proyeksi Anggaran (RM) baristand 10 tahun mendatang Setiap tahun belanja Balai kian meningkat. Proyeksi RM dan PNBP Baristand ini terkait dengan kemandirian pendapatan Balai untuk menutupi biaya operasional Penurunan angka proyeksi pada tahun 2017 ke belakang dikarenakan ada sebagian Baristand yang belum mengisi proyeksi keuangan hingga tahun tersebut Tahun Proyeksi Anggaran (PNBP) 10 tahun mendatang Tahun

74

75

76 Berdasarkan sebaran data, dibuat kriteria level masingmasing dimensi. Kriteria level merupakan range penilaian, nilai 1 untuk level yang terendah dan 5 sebagai level tertinggi Pembuatan range berdasarkan sebaran nilai yang tampak di tiap dimensi. Kisaran dari masing-masing nilai tersebut dibuat berdasarkan data yang tertinggi dan terendah

77 Produk Nilai slope pada persamaan regresi linier dari PNBP SDM Produktivitas pegawai : Rasio nilai PNBP tahun 2010 terhadap jumlah total pegawai. Alat Perhitungan rasio penerimaan PNBP akumulatif terhadap total belanja modal akumulatif Anggaran Rasio anggaran RM terhadap PNBP yang dihasilkan

78 Nama Balai Produk (slope persamaan regresi linier) SDM/Produktivitas (rasio dari PNBP 2010/jml pegawai) MATRIKS DIMENSI Alat (Rasio dari total akumulasi PNBP/total akumulasi investasi) Dukungan Anggaran (Rasio dari Total belanja RM/total PNBP) BBKK ,14 6,10 BBIA ,83 1,17 B4T ,31 1,43 BBLM ,30 5,37 BBT ,06 4,10 BBK ,92 6,72 BBPK ,01 4,81 BBKKP ,58 6,45 BBKB ,40 12,01 BBTPPI ,66 1,82 BBIHP ,40 13,16

79 Nama Balai SCORING UNTUK DIMENSI TOTAL PRODUK SDM/ PRODUKTIVITAS ALAT DUKUNGAN ANGGARAN SKOR BBIA B4T BBTPPI BBLM BBKK BBT BBPK BBK BBKKP BBKB BBIHP

80 BBIA mengalami pertumbuhan paling positif, disusul oleh B4T dan BBTPPI. BBIA Balai Besar yang lain berada didalam lingkup kotak merah kondisi waspada ; tingkat pertumbuhan jasa layanan masih rendah. DUKUNGAN ANGGARAN PRODUK SDM/PRODUKT IVITAS B4T BBTPPI BBLM BBKK BBT BBPK BBK BBKKP Posisi level di dalam kotak merah tingkat risiko yang tinggi (BBKB, BBIHP, BBKK, BBLM, BBT, BBPK, BBK dan BBKKP). ALAT BBKB BBIHP BBIA, B4T dan BBTPPI Produktivitas bagus tetapi memiliki risiko SDM memasuki usia pensiun tinggi.

81 BBIA Posisi terkuat BBTPPI dan BBIA Level lebih tinggi PNBP Balai Besar tersebut telah lebih mampu membiayai belanja operasional alat daripada Balai Besar yang lain atau ada kemungkinan investasi bernilai kecil sehingga rasio pun jadi membesar. DUKUNGAN ANGGARAN PRODUK ALAT SDM/PRODUKT IVITAS B4T BBTPPI BBLM BBKK BBT BBPK BBK BBKKP BBKB BBIHP BBIA, B4T dan BBTPPI memiliki kekuatan lebih daripada Balai Besar yang lain dalam membiayai total belanja operasional yang dikeluarkan. Posisi level Balai Besar yang lain berada di dalam kotak merah, yang berarti pertumbuhan PNBP masih lambat dibandingkan dengan anggaran RM

82 Nama Balai Produk (slope persamaan regresi linier) SDM/Produktivitas (rasio dari PNBP 2010/jml pegawai) MATRIKS DIMENSI Alat (Rasio dari total akumulasi PNBP/total akumulasi investasi) Dukungan Anggaran (Rasio dari Total belanja RM/total PNBP) Baristand Aceh ,57 0,10 13,81 Baristand Medan ,65 0,73 8,01 Baristand Padang *) , Baristand Palembang ,23 1,29 5,11 Baristand Lampung ,47 0,44 4,46 Baristand Surabaya ,20 0,46 4,60 Baristand Samarinda ,73 0,44 4,40 Baristand Pontianak ,59 0,66 4,37 Baristand Banjarbaru ,52 1,12 5,06 Baristand Manado ,45 0,23 20,39 Baristand Ambon ,23 0,14 40,01 *) = data dari kuesioner belum lengkap

83 Nama Balai SCORING UNTUK DIMENSI PRODUK SDM/PRODUKTIVITAS ALAT DUKUNGAN ANGGARAN TOTAL SCORE Baristand Banjarbaru Baristand Surabaya Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Medan Baristand Aceh Baristand Manado Baristand Ambon Baristand Padang

84 Baristand Surabaya mengalami pertumbuhan paling positif. Baristand Banjarbaru Baristand Surabaya Baristand Aceh, Manado & Ambon berada didalam lingkup kotak merah kondisi waspada ; tingkat pertumbuhan jasa layanan masih rendah. DUKUNGAN ANGGARAN PRODUK SDM/PRODU KTIVITAS Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Medan Posisi level di dalam kotak merah tingkat risiko yang tinggi (Baristand Aceh, Manado dan Ambon). ALAT Baristand Aceh Baristand Manado Baristand Ambon Baristand Padang Risiko tsb dilengkapi dg risiko kehilangan pegawai yg memasuki usia pensiun ancaman internal

85 Baristand Banjarbaru Baristand Surabaya Posisi terkuat Baristand Banjarbaru & Palembang Level didalam kotak merah investasi yang dilakukan masih rendah dan memerlukan dukungan untuk mengurangi risiko yang terjadi DUKUNGAN ANGGARAN PRODUK ALAT SDM/PRODU KTIVITAS Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Medan Baristand Aceh Baristand Manado Baristand Ambon Baristand Padang Skor tertinggi Baristand Samarinda, Pontianak & Lampung Posisi level Balai Besar yang lain berada di dalam kotak merah, yang berarti pertumbuhan PNBP masih lambat dibandingkan dengan anggaran RM

86 PRODUK HS- Code Jumlah contoh Jumlah pelanggan Peralatan & Prasarana Ketersediaan Kondisi ruang Limit deteksi Instrumen modern Jumlah alat % alat dengan usia < 10 th SDM Ketersediaan SDM Kompetensi Training % SDM memasuki usia pensiun Keuangan/ PNBP PNBP yang dihasilkan Hasil rata-rata scoring dari dimensi produk, SDM, peralatan dan prasarana digabungkan dengan hasil scoring dimensi keuangan Pembuatan Jaring Laba-laba JPT Pengujian dilihat dari 4 dimensi

87 Nama HS-Code Jumlah contoh Jumlah Pelanggan Balai BBKK BBIA B4T BBLM BBT BBK BBPK BBKKP BBKB BBTPPI BBIHP Nama HS-Code Jumlah Jumlah Jumlah Rata-rata Balai contoh Pelanggan BBKK ,33 BBIA ,00 B4T ,00 BBLM ,33 BBT ,67 BBK ,33 BBPK ,00 BBKKP ,67 BBKB ,67 BBTPPI ,00 BBIHP ,00

88 Level tertinggi BBIA, BBT dan BBKB Hal ini berarti ruang lingkup di HS-Code telah banyak dipenuhi JPT pengujian 3 Balai tersebut. Jumlah Pelanggan HS-Code Jumlah contoh BBKK BBIA B4T BBLM BBT BBK BBPK BBKKP BBKB BBTPPI BBIHP Level tertinggi BBIA (jumlah contoh terbanyak) Level tertinggi BBIA dan B4T

89 Nama Balai Ketersediaan SDM Kompetensi Training % SDM yang akan Pensiun cukup Kompeten % 43% BBKK cukup memadai BBIA memadai cukup kompeten % 46,15% B4T kurang kurang % 46,43% memadai BBLM memadai kompeten % 28,57% BBT cukup cukup kompeten >80 % 56% memadai BBK memadai kompeten % 32,14% BBPK kurang cukup kompeten % 65% memadai BBKKP memadai cukup kompeten % 68,97% BBKB memadai cukup kompeten % 57% BBTPPI BBIHP cukup memadai kurang memadai cukup kompeten >80 % 49% cukup kompeten >80 % 53% Nama Balai Ketersediaan SDM Kompetensi Training % SDM yang akan Pensiun Jumlah Ratarata BBKK ,25 BBIA ,5 B4T ,75 BBLM ,25 BBT ,25 BBK BBPK ,5 BBKKP ,75 BBKB ,25 BBTPPI ,5 BBIHP

90 Dimensi SDM Pengujian Level tertinggi BBLM Level 3 (memadai) dalam hal ketersediaan SDM BBLM, BBIA, BBK, BBKKP dan BBKB Pensiun Ketersediaan SDM Kompetensi BBKK BBIA B4T BBLM BBT BBK BBPK BBKKP Terdapat risiko tinggi akibatnya hilangnya SDM yang pensiun. Training BBKB BBTPPI BBIHP

91 Nama Balai Ketersediaan Alat Kondisi Ruang Limit Deteksi Modern Instrumen Jumlah Alat % Alat < 10 th BBKK cukup representatif % % 94 36% BBIA kurang memadai kurang representatif > 80 % % 60 62% B4T kurang memadai kurang representatif % < 21 % % BBLM memadai cukup representatif > 80 % % % BBT cukup memadai cukup representatif > 80 % % % BBK memadai cukup representatif > 80 % < 20 % 10 80% BBPK cukup memadai cukup representatif > 80 % % 87 9% BBKKP cukup memadai cukup representatif > 80 % % % BBKB cukup memadai cukup representatif % < 21% 41 61% BBTPPI cukup memadai cukup representatif < 21 % < 21% 94 45% BBIHP cukup memadai cukup representatif % < 21 % 10 80%

92 Nama Balai Ketersediaan Alat Kondisi Ruang Limit Deteksi Modern Instrumen Jumlah Alat % Alat < 10 th Jumlah Ratarata BBKK ,67 BBIA ,50 B4T ,00 BBLM ,00 BBT ,50 BBK ,50 BBPK ,17 BBKKP ,83 BBKB ,17 BBTPPI ,00 BBIHP ,17

93 Dukungan alat yang terkuat BBIA dan BBK Level 3 (representatif) BBKK Balai lain cukup representatif % Alat < 10 th Ketersediaan Alat 4,5 5 3,5 4 2,5 3 1,5 2 0,5 1 0 Kondisi Ruang BBKK BBIA B4T BBLM BBT BBK BBPK Jumlah Alat Limit Deteksi BBKKP Level 3 BBIA, BBLM, BBT, BBK, BBPK dan BBKKP (41-60%) Modern Instrumen BBKB BBTPPI BBIHP Level 3 BBIA, BBKK, BBLM dan BBPK Terbanyak B4T Alat relatif muda BBIA, BBK, BBKB dan BBIHP

94 Nama Balai Produk SDM Alat Keuangan/PNBP TOTAL BBIA 5,00 2,5 2,5 5,0 15,00 B4T 4,00 1,8 2,0 4,0 11,75 BBLM 2,33 3,3 3,0 3,0 11,58 BBTPPI 3,00 2,5 2,0 4,0 11,50 BBT 4,67 2,3 2,5 2,0 11,42 BBKK 4,33 2,3 2,7 2,0 11,25 BBK 1,33 3,0 2,5 2,0 8,83 BBKB 2,67 2,3 2,2 1,0 8,08 BBKKP 1,67 1,8 2,8 1,0 7,25 BBIHP 2,00 2,0 2,2 1,0 7,17 BBPK 2,00 1,5 2,2 1,0 6,67

95 JPT Pengujian Balai Besar cukup kuat apabila dilihat dari 4 dimensi. 4 Dimensi Pengujian Level tertinggi dimensi keuangan/pnbp BBIA, B4T, BBTPPI dan BBLM Balai lain pertumbuhan PNBP masih lambat dan perlu stimulasi serta rencana pengembangan jasa layanan secara lebih komprehensif Keuangan/PNBP Produk 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Alat SDM BBIA B4T BBLM BBTPPI BBT BBKK BBK BBKB BBKKP BBIHP BBPK

96 Nama Baristand HS-Code Jumlah Contoh Jumlah Pelanggan Baristand Aceh Baristand Medan Baristand Padang Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Surabaya Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Banjarbaru Baristand Manado Baristand Ambon

97 Nama Baristand HS-Code Jumlah Contoh Jumlah Pelanggan Jumlah Rata-rata Baristand Aceh ,33 Baristand Medan ,33 Baristand Padang ,33 Baristand Palembang ,67 Baristand Lampung ,67 Baristand Surabaya ,67 Baristand Samarinda ,67 Baristand Pontianak ,00 Baristand Banjarbaru ,33 Baristand Manado ,67 Baristand Ambon ,00

98 Level tertinggi Baristand Medan & Pontianak Hal ini berarti ruang lingkup di HS-Code telah banyak dipenuhi JPT pengujian 2 Balai tersebut. Level tertinggi Baristand Padang, Lampung, Surabaya, Samarinda dan Banjabaru jumlah contoh tidak bergantung pada jumlah komoditi yang dapat dikuasai atau dimungkinkan adanya komoditi yang dominan dalam berkontribusi terhadap jumlah contoh yang diujikan Dimensi Produk Pengujian Jumlah Pelanggan HS-Code Jumlah contoh Baristand Aceh Baristand Medan Baristand Padang Level tertinggi Baristand Palembang, Lampung dan Surabaya Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Surabaya Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Banjarbaru Baristand Manado Baristand Ambon

99 Nama Baristand Ketersediaan SDM Kompetensi Training % SDM yang akan Pensiun Baristand Aceh cukup memadai cukup Kompeten % 55,00% Baristand Medan memadai cukup kompeten < 21 % 39,00% Baristand Padang kurang memadai cukup kompeten % 25% Baristand Palembang memadai cukup kompeten > 80 % 33,00% Baristand Lampung cukup memadai cukup kompeten >80 % 38,00% Baristand Surabaya cukup memadai cukup kompeten % 42% Baristand Samarinda cukup memadai cukup kompeten % 31% Baristand Pontianak cukup memadai cukup kompeten % 11% Baristand Banjarbaru cukup memadai cukup kompeten >80 % 34% Baristand Manado memadai cukup kompeten < 21 % 36% Baristand Ambon cukup memadai kurang kompeten % -

100 Nama Baristand Ketersediaan SDM Kompetensi Training % SDM yang akan Pensiun Jumlah Rata-rata Baristand Aceh ,00 Baristand Medan ,00 Baristand Padang ,25 Baristand Palembang ,25 Baristand Lampung ,75 Baristand Surabaya ,25 Baristand Samarinda ,25 Baristand Pontianak ,00 Baristand Banjarbaru ,00 Baristand Manado ,25 Baristand Ambon ,67

101 Kekuatan dimensi SDM tertinggi Baristand Palembang Balai tersebut juga didukung dengan presentase pegawai pensiun relatif kecil. Dimensi SDM Pengujian Ketersediaan SDM Baristand Aceh Baristand Medan Baristand Padang Baristand Palembang Baristand Lampung SDM yang tersedia dengan bekal kompetensi yang dimiliki tetap memerlukan pelatihan/ training. Pensiun 1 0 Kompetensi Baristand Surabaya Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Banjarbaru Balai yang memiliki SDM dengan training terbanyak Baristand Palembang, Lampung dan Banjarbaru Training Baristand Manado Baristand Ambon

102 Nama Baristand Ketersediaan Kondisi Ruang Limit Deteksi Modern Instrumen Jumlah Alat % Alat < 10 th Baristand Aceh cukup Cukup representatif % % 25 84,00 Baristand Medan cukup memadai Cukup representatif > 80 % % 41 68,29 Baristand Padang cukup memadai Kurang representatif % < 21 % 23 82,61 Baristand Palembang kurang memadai cukup representatif % % 37 72,97 Baristand Lampung cukup memadai cukup representatif % % ,02 Baristand Surabaya cukup memadai cukup representatif % % 70 90,00 Baristand Samarinda kurang memadai cukup representatif > 80 % % 44 13,64 Baristand Pontianak kurang memadai cukup representatif > 80 % % 60 60,00 Baristand Banjarbaru cukup memadai cukup representatif % % 34 17,65 Baristand Manado cukup memadai cukup representatif > 80 % < 21 % - - Baristand Ambon kurang memadai kurang representatif % % 19 36,84

103 Nama Baristand Ketersediaan Kondisi Ruang Limit Deteksi Modern Instrumen Jumlah Alat % Alat < 10 th Jumlah Ratarata B. Aceh ,83 B. Medan ,33 B. Padang ,67 B.Palembang ,33 B.Lampung ,67 B.Surabaya ,17 B.Samarinda ,50 B.Pontianak ,00 B.Banjarbaru ,33 B.Manado ,67 B.Ambon ,00

104 Hasil scoring baristand berada pada level 2 dan 1 Kondisi relatif sama untuk semua Baristand % Alat < 10 th Dimensi Peralatan & Prasarana Pengujian Baristand Aceh Ketersediaan Kondisi Ruang Baristand Medan Baristand Padang Baristand Palembang Baristand Lampung Baristand Surabaya Level tinggi Baristand Medan, Samarinda dan Pontianak Jumlah Alat Modern Instrumen Limit Deteksi Baristand Samarinda Baristand Pontianak Baristand Banjarbaru Terbanyak Baristand Medan Terbanyak Baristand Lampung Alat relatif muda Baristand Aceh, Padang & Surabaya

105 Nama Baristand Produk SDM Alat Keuangan/PNBP Total Skor Baristand Surabaya 4,67 2,25 3, ,08 Baristand Medan 4,33 2,00 3, ,67 Baristand Pontianak 4,00 3,00 3, ,00 Baristand Banjarbaru 3,33 3,00 2, ,67 Baristand Padang 4,33 2,25 2, ,25 Baristand Samarinda 2,67 2,25 2, ,42 Baristand Lampung 3,67 2,75 2, ,08 Baristand Palembang 3,67 3,25 2, ,25 Baristand Aceh 2,33 2,00 2, ,17 Baristand Manado 2,67 2,25 2,50 2 9,42 Baristand Ambon 1,00 1,67 2,00 1 5,67

106 Baristand Surabaya Posisi tertinggi Baristand Surabaya Posisi level di dalam kotak merah perolehan PNBP masih tumbuh dengan lambat akibat kondisi tiap dimensi yang belum maksimal Keuangan/PN BP 5,00 Produk 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Alat SDM Baristand Medan Baristand Pontianak Baristand Banjarbaru Baristand Padang Baristand Samarinda Baristand Lampung Baristand Palembang Baristand Aceh Baristand Manado Baristand Ambon

107 Data yang belum ditata, diolah dan dikelola dengan baik sehingga pengalaman sebelumnya belum dapat digunakan sebagai acuan untuk rencana pengembangan Balai. Banyaknya SDM yang memasuki usia pensiun (10 tahun mendatang) dengan membawa keahlian dan relasi sehingga mempengaruhi daya (kemampuan) Balai dalam memberikan pelayanan Investasi yang belum terencana dengan baik Pengoperasian alat yang lama dan manual INTERNAL: Banyaknya penggunaan bahan kimia yang menyebabkan perolehan margin kecil Belum kuatnya brand image balai di mata masyarakat Belum dapat memenuhi keinginan industri secara maksimal (harga bersaing dan tepat waktu)

108 Kebijakan dan regulasi teknis di bidang SNI wajib yang ditetapkan pemerintah mempengaruhi produktivitas JPT Balai EKSTERNAL: Adanya kerjasama pelaksanaan kegiatan dengan pihak luar, seperti JICA, Uni eropa dan lain sebagainya Pertumbuhan industri yang terkait dengan kompetensi Balai berdampak terhadap JPT dan nilai PNBP Tumbuhnya kompetitor jasa layanan yang lain

109 Peningkatan SDM Pengkaderan secara cepat dan efektif Perekrutan CPNS baru Training untuk SDM yang ada sesuai kebutuhan Studi Lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

110 Penguatan Infrastruktur Pengembangan Kapasitas dan Perluasan Jasa Layanan Pemeliharaan sarana dan prasarana Perluasan sarana gedung Modernisasi Alat Penggunaan rapid test/otomatisasi Pengembangan kapasitas Join Operation Belanja Barang RM Peningkatan Investasi Bantuan Teknis & Manajemen

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2015

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2015 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2015 Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan. BAB I I Rencana Program K E M E N T E R I A N P E R I N

Lebih terperinci

BAB V RENCANA STRATEGIS BISNIS 5 TAHUN

BAB V RENCANA STRATEGIS BISNIS 5 TAHUN BAB V RENCANA STRATEGIS BISNIS 5 TAHUN A. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan Dalam upaya untuk mencapai Visi dan Misi Baristand Industri Bandar Lampung maka perlu disusun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp. (024) 8316315,

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 6 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2015

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2015 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA.2015 Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan. BAB I I Rencana Program K E M E N T E R I A N P E R I N D

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN II TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 6 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2015 KEMEN/LEMB UNIT ORG KERJA PROPINSI LOKASI RENCANA KINERJA KERJA TAHUN ANGGARAN 5 (9) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (7) BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI (89) BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA. 2017

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA. 2017 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA. 2017 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 7 Laporan

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. rangka menyesuaikan misi organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri sesuai

BAB II PROFIL INSTANSI. rangka menyesuaikan misi organisasi Balai Riset dan Standardisasi Industri sesuai BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Baristand Industri Medan Dengan adanya pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjadi Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan serta dalam

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN (REVISI II)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN (REVISI II) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN 2010-2014 (REVISI II) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM MUTU INDUSTRI BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2016 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Ikhtisar Eksekutif KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 6 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA. 2017

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA. 2017 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN I TA. 2017 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 7 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 215 BERDASARKAN JENIS NO SUMBER ANGGARAN RINCIAN ANGGARAN TA 215 (dalam ribuan rupiah) BARANG MODAL JUMLAH 1 RUPIAH MURNI 629459711 1.468.836.8 42882193 2.527.117.694

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Lembaga. Penilaian. Kesesuaian. SNI. Gula Kristal Rafinasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Lembaga. Penilaian. Kesesuaian. SNI. Gula Kristal Rafinasi. No.85, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Lembaga. Penilaian. Kesesuaian. SNI. Gula Kristal Rafinasi. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 95/M-IND/PER/11/2008

Lebih terperinci

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012 NO KODE UNIT KERJA/PROGRAM PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 212 BARANG MODAL (Dalam ribuan rupiah) 1 SEKRETARIAT JENDERAL 12,47,993 53,265,361 283,213,727

Lebih terperinci

2017, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pupuk Anorganik Majemuk secara Wajib; Menging

2017, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pupuk Anorganik Majemuk secara Wajib; Menging No.832, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI Pupuk Anorganik Majemuk. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-IND/PER/6/2017

Lebih terperinci

2017, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang (Lemba

2017, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng Sawit Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang (Lemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.676, 2017 KEMENPERIN. SNI Minyak Goreng Sawit. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/M-IND/PER/5/2017

Lebih terperinci

RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010

RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010 RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010 Gol Alokasi JUMLAH FORMASI 328 I. UNIT FASILITATIF 30 SEKRETARIAT JENDERAL 30 1 Biro Perencanaan 3 Penyusun Program

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Sumber Dana APBN APBN APBN APBN APBN APBN

RENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Sumber Dana APBN APBN APBN APBN APBN APBN RENCANA UMUM PENGADAAN Melalui Swakelola K/L/D/I SATUAN KERJA : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN : BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN ANGGARAN : 2017 No Nama Volume Pagu 1 Penelitian dan 2 Penelitian dan 3 Penelitian

Lebih terperinci

NO NAMA LEMBAGA ALAMAT

NO NAMA LEMBAGA ALAMAT 2012, No.870 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/M-IND/PER/8/2012 TANGGAL 16 Agustus 2012 A. LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK YANG TELAH TERAKREDITASI DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

LITBANG INDUSTRI DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH

LITBANG INDUSTRI DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH PERAN DAN RENCANA KERJA BADAN LITBANG INDUSTRI DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH BPPI Disampaikan oleh DEDI MULYADI KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PADA ACARA RAKER DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mensukseskan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional dan mewujudkan sasaran jangka menengah seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No.

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) SEMESTER II JULI S/D DESEMBER 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN Jl. Sisingamangaraja No. 24, Telp. (061)

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016 KODE PROGRAM RUPIAH MURNI 19.1.2 19.2.7 19.3.6 19.4.8 19.5.9 19.6.3 19.7.12 19.8.1 19.9.11 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Program Peningkatan Sarana

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2016

PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2016 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2016 PUSPIPTEK, SERPONG 2 FEBRUARI 2016 1 % Pertumbuhan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN MAKASSAR BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Ikhtisar Eksekutif KATA PENGANTAR Dalam UU. No. 25

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 Laporan Kinerja Baristand Industri Manado 1. LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BARISTAND INDUSTRI MANADO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN MAKASSAR TAHUN 2014 BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN KATA PENGANTAR RENKIN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TAHUN 2015 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Ikhtisar Eksekutif KATA PENGANTAR Dalam UU. No. 25

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2013 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN IV TA.2016

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN IV TA.2016 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TRIWULAN IV TA.2016 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI J A K A R T A 2 0 1 7 Laporan Triwulan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2019

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2019 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2019 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN MAKASSAR BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN KATA PENGANTAR RENKIN (RENCANA KINERJA)

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

BAB V Analisa dan Mitigasi Risiko Identifikasi Risiko Penilaian Tingkat Risiko Rencana Mitigasi Risiko...

BAB V Analisa dan Mitigasi Risiko Identifikasi Risiko Penilaian Tingkat Risiko Rencana Mitigasi Risiko... DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Grafik Dan Gambar... vi BAB I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Rencana Strategis Bisnis (RSB)... 3 1.3 Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TRIWULAN II BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp. (024) 8316315, 8314312,

Lebih terperinci

2013, No.271. NO NAMA LEMBAGA ALAMAT LSPro PPMB-Kementerian Perdagangan

2013, No.271. NO NAMA LEMBAGA ALAMAT LSPro PPMB-Kementerian Perdagangan 5 2013, No.271 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2013 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 BARISTAND INDUSTRI MANADO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MANADO Jln. Diponegoro No. 21 23

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BISNIS

RENCANA STRATEGIS BISNIS RENCANA STRATEGIS BISNIS 2010 2014 BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUS TRIAN. Lembaga Penilaian. SNI. Pupuk. Secara Wajib. Penunjukan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUS TRIAN. Lembaga Penilaian. SNI. Pupuk. Secara Wajib. Penunjukan. No.139, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUS TRIAN. Lembaga Penilaian. SNI. Pupuk. Secara Wajib. Penunjukan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-IND/PER/6/2009

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-63.1-/216 DS462-7237-737-7577 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2017 KEMEN/LEMB UNIT ORG SATUAN KERJA PROPINSI RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 7 (9) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (7) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI (5398)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 SATUAN KERJA PROPINSI RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 6 () () (4) BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG () SUMATERA SELATAN () KOTA PALEMBANG BAGIAN-A Halaman A ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN

BAB III KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN BAB III KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN A. GAMBARAN UMUM KINERJA TAHUN BERJALAN 1. Aspek Keuangan. Baristand Industri Surabaya dalam melaksanakan tugas pokoknya didukung oleh anggaran yang bersumber dari

Lebih terperinci

SNI AWARD 2016 SYARAT DAN ATURAN SNI AWARD

SNI AWARD 2016 SYARAT DAN ATURAN SNI AWARD SNI AWARD 2016 SYARAT DAN ATURAN SNI AWARD 2016 INFORMASI BAGI PESERTA Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung l BPPT Lantai 10 Jl. MH Thamrin No. 8 Jakarta 10340 Telp : 021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG 1.1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 49/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006, Baristand Industri Banjarbaru mempunyai

Lebih terperinci

LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015

LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAFTAR ISI 1. Kebijakan Pelayanan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2017 KEMEN/LEMB : UNIT ORG : SATUAN KERJA : PROPINSI : LOKASI : RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 7 (9) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (7) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia Menteri Repuhlik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 51/M-IND/PER/5/2011 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN

Lebih terperinci

REKAPITULASI KEBUTUHAN PEGAWAI MENURUT JABATAN TAHUN ANGGARAN 2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN

REKAPITULASI KEBUTUHAN PEGAWAI MENURUT JABATAN TAHUN ANGGARAN 2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN NO UNIT ORGANISASI DAN NAMA JABATAN 1 2 3 4 5 6 7 9 JUMLAH SELURUHNYA REKAPITULASI KEBUTUHAN PEGAWAI MENURUT JABATAN TAHUN ANGGARAN 2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN USUL TAMBAHAN PEGAWAI BARU TA 2009 PROGRAM

Lebih terperinci

2012, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Penunjukan

2012, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Penunjukan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Pupuk Anorganik. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/M-IND/PER/7/2012

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN BALAI BESAR KERAMIK LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dalam Rupiah) Catatan Anggaran TA 2013 % terhadap Anggaran TA 2012 A.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat BBT Pada tahun 1922 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Balai Percobaan Pertenunan yang dikenal dengan nama Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) bernayng

Lebih terperinci

2017 LAKIP BBIHP LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

2017 LAKIP BBIHP LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 LAKIP BBIHP LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN 2018 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) No.991, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Akun SIINas. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/M-IND/PER/6/2016 TENTANG AKUN SISTEM INFORMASI INDUSTRI NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Kementerian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BIRO PERENCANAAN 2017 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN MAKASSAR BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan No.156, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Plastik. Tangki Air. Silinder Vertikal. PE. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan

Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA

Lebih terperinci

BAB VI PROYEKSI FINANSIAL

BAB VI PROYEKSI FINANSIAL 73 BAB VI PROYEKSI FINANSIAL Pada bab ini menjelaskan proyeksi finansial pada kurun waktu periode lima tahunan Rencana Strategi Bisnis (tahun 2015 s.d 2019), yang berisikan estimasi pendapatan dan rencana

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) LAYANAN JASA TEKNIS

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) LAYANAN JASA TEKNIS KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) LAYANAN JASA TEKNIS Kementerian Negara/Lembaga Unit Eselon I Program Hasil Unit Eselon II/Satker Indikator Kinerja Satuan Ukur dan Jenis Keluaran Volume Kementerian

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.868, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pemberlakuan dan Pengawasan. SNI. Alumunium Sulfat. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/M-IND/PER/6/2014

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 Laporan Kinerja Baristand Industri Manado LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 BARISTAND INDUSTRI MANADO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI

Lebih terperinci

NO NAMA LEMBAGA ALAMAT

NO NAMA LEMBAGA ALAMAT 5 2012, No.799 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-IND/PER/7/2012 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

2013, No.268.

2013, No.268. 7 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2013 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2015 TAHUN ANGGARAN 5 (9) () (9..) SATUAN KERJA () BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN BANDUNG PROPINSI () JAWA BARAT (5) KOTA BANDUNG PERHITUNGAN TAHUN 5 /KEGIATAN/OUUT/ SUB OUUT / KOMPONEN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

Lebih terperinci

BAB V RENCANA BISNIS BARISTAND INDUSTRI SURABAYA TAHUN 2010 S/D 2014

BAB V RENCANA BISNIS BARISTAND INDUSTRI SURABAYA TAHUN 2010 S/D 2014 BAB V RENCANA BISNIS TAHUN 2010 S/D 2014 Rencana Bisnis tahun 2010-2014 Baristand Industri Surabaya ini berisikan rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan yang diuraikan secara komprehensif

Lebih terperinci

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN F-3..0. Rev.0 KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN 205 864.997 PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN Kementerian Negara/Lembaga : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (09) Eselon I : BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

PENERAPAN SNI PADA UKM DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR MUTU DI BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG

PENERAPAN SNI PADA UKM DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR MUTU DI BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG PENERAPAN SNI PADA UKM DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR MUTU DI BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG Oleh : Dr. HARI ADI PRASETYA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG 2014 Dasar Hukum Peraturan Menteri

Lebih terperinci

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1. Kementerian/Lembaga : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2. Program : Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri 3. Sasaran

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 49/M-IND/PER/6/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 49/M-IND/PER/6/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 49/M-IND/PER/6/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, Desember 2014 Kepala Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Willem Petrus Riwu

KATA PENGANTAR. Makassar, Desember 2014 Kepala Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Willem Petrus Riwu KATA PENGANTAR Dalam rangka kesinambungan Perencanaan Strategis Balai Besar Industri Hasil Perkebunan, dipandang perlu melakukan penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA (RENKIN) BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA (RENKIN) BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN 2012 RENCANA KINERJA (RENKIN) BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN 2012 Lampiran 1 FORMULIR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LINTONG SOPANDI HUTAHAEAN

KATA PENGANTAR LINTONG SOPANDI HUTAHAEAN KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar Keramik disusun sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban Balai Besar Keramik selaku Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan secara tepat,

Lebih terperinci

i. Mengetahui awareness masyarakat terhadap layanan ULPK BPOM; ii. Mengetahui sumber informasi Contact Center HALO BPOM ;

i. Mengetahui awareness masyarakat terhadap layanan ULPK BPOM; ii. Mengetahui sumber informasi Contact Center HALO BPOM ; 1. Penyelenggaraan Evaluasi Kepuasan Konsumen Penyelenggaraan Evaluasi Kepuasan Konsumen tahun 2015 diselenggarakan oleh PT. Sigma Research Indonesia dengan waktu pelaksanaan Agustus - Oktober 2015. Adapun

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik In No.869, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Seng Oksida. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/M-IND/PER/6/2014 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR KERAMIK BANDUNG Jl. Jend. Akhmad Yani 392 Bandung 40272 Telp. 022-7206221 Fax. 022 7205322 E-Mail : keramik@ bbk.go.id

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) SEMESTER I JANUARI S/D JUNI 2016

STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) SEMESTER I JANUARI S/D JUNI 2016 STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) SEMESTER I JANUARI S/D JUNI 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MEDAN Jl. Sisingamangaraja No. 24, Telp. (061)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 59/M-IND/PER/6/2009 TANGGAL : 11 Juni 2009

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 59/M-IND/PER/6/2009 TANGGAL : 11 Juni 2009 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 59/M-IND/PER/6/2009 TANGGAL : 11 Juni 2009 LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK YANG DITUNJUK DALAM RANGKA PENERAPAN/PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian ten

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.775, 2017 KEMENPERIN. SNI Tepung Terigu. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-IND/PER/5/2017 TENTANG

Lebih terperinci