Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 1
|
|
- Leony Fanny Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi, budaya maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja, tetapi sekaligus juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional. Kondisi ekonomi dunia yang terus berubah perlu diiringi dengan analisis mengenai dampak dari situasi tersebut kepada Perekonomian Indonesia. Perubahan terhadap tatanan ekonomi dunia dengan semakin bertumbuhnya kekuatan-kekuatan ekonomi baru dan semakin pudarnya kekuatan-kekuatan ekonomi lama memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Di samping itu, tekanan-tekanan yang terjadi terhadap perekonomian dunia seperti naiknya harga komoditas-komoditas utama dunia perlu untuk mengambil kebijakan yang tepat. Untuk itu, Indonesia perlu menyiasati perkembangan-perkembangan tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan nasional terutama di bidang industri dan perdagangan. Untuk meningkatkan daya saing industri yang berkelanjutan perlu adanya anlisa mengenai dampak perubahan berbagai variabel kinerja makro ekonomi terhadap perkembangan sektor industri. Untuk mewujudkan visi industri Indonesia tahun 2014 yaitu Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan untuk menunjang visi Industri tahun 2025 dengan Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 1
2 menjadi negara industri maju di dunia, Kementerian Perindustrian perlu untuk menyiasati perkembangan-perkembangan ekonomi dunia maupun regional dalam rangka merebut peluang-peluang yang ada untuk menunjang perkembangan Industri di dalam negeri. Untuk itu diharapkan dengan adanya laporan analisis pengembangan kinerja industri ini dapat menjadi acuan dalam memahami kondisi ekonomi Indonesia dan kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasinya. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari analisa ini adalah : Meningkatkan kemampuan aparatur dalam menganalisa perkembangan ekonomi dan industri serta memberikan rekomendasi upaya-upaya yang harus diantisipasi. Memberikan masukan kepada para Pimpinan Kementerian Perindustrian untuk membantu dalam hal pengambilan kebijakan untuk pengembangan sektorsektor industri. Sasaran dari analisa ini adalah Memberikan informasi tentang perkembangan kinerja sektor industri terkini kepada para Pimpinan Kementerian Perindustrian dengan harapan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam pengambilan kebijakan pengembangan sektor industri. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 2
3 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2011 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (18,1 persen) dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan (2,7 persen). Sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Konstruksi (minus 3,6 persen), Sektor Pertambangan dan Penggalian (minus 2,0 persen), Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (minus 1,9 persen), Sektor Industri Pengolahan (minus 1,2 persen), Sektor Jasa-jasa (minus 0,4 persen), Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (minus 0,2 persen), dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (minus 0,1 persen). Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan pada Triwulan I-2011 meningkat tajam 18,1 persen terhadap Triwulan IV-2010, sebagai refleksi dari mulai adanya musim panen tanaman padi, dengan kenaikan Subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 53,6 persen. Subsektor Pertanian lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 19,9 persen untuk Subsektor Tanaman Perkebunan, minus 17,7 persen untuk Subsektor Kehutanan, minus 3,0 persen Subsektor Peternakan dan Hasilhasilnya, dan minus 1,3 persen untuk Subsektor Perikanan. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan (q-to-q) tumbuh sebesar 2,7 persen. Peningkatan di Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan tersebut terutama ditunjang oleh Subsektor Bank yang tumbuh sebesar 4,6 persen. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 3
4 2.1.2 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan I-2010, Triwulan IV-2010, dan Triwulan I-2011 PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.501,1 triliun, kemudian pada Triwulan IV-2010 meningkat menjadi Rp1.670,5 triliun dan pada Triwulan I-2011 meningkat lagi menjadi Rp1.732,3 triliun. Demikian pula PDB atas harga konstan 2000 Triwulan I-2010 adalah sebesar Rp558,0 triliun kemudian meningkat menjadi Rp585,1 triliun pada Triwulan IV-2010 dan pada Triwulan I-2011 meningkat lagi menjadi Rp594,0 triliun. Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada Triwulan I-2011 adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp417,6 triliun, kemudian Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp270,4 triliun, disusul oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp236,7 triliun, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp203,5 triliun, Sektor Jasa-jasa sebesar Rp174,6 triliun, Sektor Konstruksi sebesar Rp173,5 triliun, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan sebesar Rp128,3 triliun, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp114,5 triliun, serta terakhir Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar Rp13,2 triliun. Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, kesembilan sektor di atas memberikan nilai tambah bruto berturut-turut yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp151,3 triliun, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp103,2 triliun, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Rp78,6 triliun, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Rp57,9 triliun, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp57,7 triliun, Sektor Jasa-jasa Rp56,0 triliun, Sektor Pertambangan dan Penggalian Rp47,0 triliun, Sektor Konstruksi Rp37,8 triliun dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Rp4,5 triliun. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 4
5 Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Triwulanan Menurut Lapangan Usaha (Q o Q) (persentase) Lapangan Usaha Triwulan III 2010 Triwulan IV 2010 Triwulan I Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (1) (2) (3) (4) 6,2-20,3 18,11 2. Pertambangan dan Penggalian 3,5 0,6-2,00 3. Industri Pengolahan 2,6 1, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,1 1, Konstruksi 4,4 2,5-3,58 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,9 0,7-0,15 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,7 3,7-0,06 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa 1,7 1,3 2,65 9. Jasa -jasa 1,1 2,5-0,35 Produk Domestik Bruto (PDB) 3,4-1,4 1,53 (Sumber : BPS ) PDB Tanpa Migas 3,6-1,5 1, Perkembangan Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2011 Perkembangan Realisasi Investasi pada Triwulan I Tahun 2011 dapat tergambarkan pada tabel berikut : Tabel 2.4 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Triwulan I Tahun 2011 Sektor Investasi PMA (US$. Juta) Investasi PMDN (Rp. Miliar) I Sektor Primer 1.445, ,4 II Sektor Sekunder 1.308, ,9 6 Industri Makanan ,7 7 Industri Tekstil 52,5 230,8 8 Industri Barang Kulit dan Alas Kaki 55,5-9 Industri Kayu 1,5-10 Industri Kertas dan Percetakan 7,7 397,9 Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 5
6 Investasi PMA Sektor (US$. Juta) 11 Industri Kimia dan Farmasi Industri Karet dan Plastik 113,1 13 Industri Mineral Non Logam 14,1 14 Industri Logam, Mesin dan Elektronik Industri Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam 0,9 16 Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 215,7 17 Industri Lainnya 8,6 III Sektor Tersier Total 4.395,7 14 (Sumber : BKPM) Investasi PMDN (Rp. Miliar) 1.115,3 727, , , , , ,2 Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai investasi PMA terbesarr terletak pada Sektor Tersier yang memiliki nilai tambah kecil bagi perekonomian. Terobosan terhadap regulasi dan prioritas pembangunan perlu dilakukan untuk meningkatkan investasi di bidang industri. Investasi PMDN didominasi oleh investasi pada bidang Industri, kondisi ini menunjukkan bahwa para pelaku industri mulai melakukan ekspansi usaha, untuk itu perlu dukungan kebijakan yang bisa menopang tumbuhnya investasi yang berasal dari dalam negeri. Investasi PMDN Industri Triwulan I % Industri Makanan 16% 22% Industri Tekstil 30% 15% 5% 3% Industri Kertas dan Percetakan Industri Kimia dan Farmasi Industri Karet dan Plastik 9% Industri Mineral Non Logam Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 6
7 Investasi PMA Sektor Industri Triwulan I % Industri Makanan 0% 16% 23% Industri Tekstil 20% 1% 9% 21% 4% 4% 1% 0% Industri Barang Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu Industri Kertas dan Percetakan Kementerian Perindustrian perlu menyusun sebuah grand strategi yang bersifat terukur dan jelas untuk menunjang tumbuhnya Industri Nasional. 2.3 Perkembangan Ekonomi Triwulan I Tahun Inflasi Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Mei 2011 secara umum menunjukkan adanya kenaikan pada bulan Mei 2011 terjadi inflasi 0,12 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 125,66 pada bulan April 2011 menjadi 125,81 pada bulan Mei Laju inflasi tahun kalender (Januari-Mei) 2011 sebesar 0,51 persen dan laju inflasi year on year (Mei 2011 terhadap Mei 2010) sebesar 5,98 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,22 persen; kelompokk perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,25 persen; kelompok sandang 0,64 persen; kelompok kesehatan 0,50 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,14 persen. Sedangkan deflasi pada bulan ini Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 7
8 disebabkan karena terjadinya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan 0,28 persen. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan Mei 2011 antara lain: emas perhiasan, beras, daging ayam ras, ikan segar, ikan diawetkan, bayam, kacang panjang, sawi hijau, tomat sayur, tomat buah, rokok kretek, rokok kretek filter, batu bata/batu tela, tarif sewa rumah, upah tukang bukan mandor, sabun detergen bubuk, bensin dan sepeda motor. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah: cabai rawit, cabai merah, gula pasir, kentang dan bawang merah. Kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada bulan Mei 2011, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,04 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,06 persen; kelompok sandang 0,05 persen; kelompok kesehatan 0,02 persen dan kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan 0,02 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan memberikan andil/sumbangan deflasi sebesar 0,07 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada bulan ini relatif stabil. Tabel 2.7 Inflasi Bulanan, Inflasi Year on Year (%) Bulan Januari Februari Maret April Mei (Sumber : BPS) Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 8
9 Persen Laju Inflasi Jan-Mei Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Deflasi yang cukup besar terjadi pada bulan Maret dan April di tahun 2011, bila dibandingkan dengan tahun-tahun tahun tahun sebelumnya. Komponen terbesar yang mendominasi deflasi ini adalah penurunan harga bahan makanan seperti cabai rawit, penurunan ini disebabkan karena telah memasuki masa panen, selain hal tersebut tingginya harga bahan makanan pada akhir tahun 2010 membuat kondisi harga pada tahun 2011 telah kembali normal. Namun perlu diperhatikan bahwa gejolak harga yang sangat fluktuatif perlu dihindari agar control terhadap inflasi dapat dilakukan secara seksama, perlu dilakukan langkah-langkah langkah langkah pengontrolan yang lebih tepat sasaran seperti peningkatan produktifitas dan operasi pasar Ekspor dan Impor Non Migas Triwulan I Ekspor Non Migas Penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2011 terhadap Maret 2011 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam (HS 26) sebesar US$412,1 juta, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar US$982,2 juta. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 9
10 Komoditi lainnya yang juga mengalami penurunan ekspor adalah mesin/peralatan listrik (HS 85) sebesar US$144,0 juta; tembaga (HS 74) sebesar US$131,9 juta; bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$64,1 juta serta mesinmesin/pesawat mekanik (HS 84) sebesar US$47,4 juta. Sedangkan komoditi lain yang mengalami peningkatan selain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) adalah bahan kimia organik (HS 29) sebesar US$47,4 juta; berbagai produk kimia (HS 38) sebesar US$45,0 juta; karet dan barang dari karet (HS 40) sebesar US$36,8 juta; dan kertas/karton (HS 48) sebesar US$32,8 juta. Selama periode Januari April 2011, ekspor dari 10 golongan barang (HS 2 dijit) diatas memberikan kontribusi 61,74 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut naik 30,78 persen terhadap periode yang sama tahun Sementara itu, peranan ekspor nonmigas diluar 10 golongan barang pada periode Januari April 2011 sebesar 38,26 persen Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan Utama Ekspor nonmigas Indonesia pada April 2011 ke Cina, Jepang dan Amerika Serikat masing-masing mencapai US$1.565,5 juta, US$1.458,8 juta, dan US$1.314,4 juta, dengan peranan ketiganya mencapai 33,56 persen. Penurunan ekspor nonmigas April 2011 jika dibandingkan dengan Maret 2011 terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama yaitu Thailand sebesar US$643,5 juta; Korea Selatan sebesar US$205,0 juta; Amerika Serikat sebesar US$94,0 juta; Malaysia sebesar US$74,5 juta; Jepang sebesar US$58,8 juta; Perancis sebesar US$13,9 juta; Inggris sebesar US$10,7 juta; dan Singapura sebesar US$1,6 juta. Sebaliknya ekspor ke Cina mengalami peningkatan sebesar US$275,8 juta; Taiwan sebesar US$79,1 juta; Australia sebesar US$56,6 juta; dan Jerman sebesar US$34,7 juta. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) pada April Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 10
11 2011 mencapai US$1.690,0 juta. Secara keseluruhan, total ekspor keduabelas negara tujuan utama diatas turun 7,55 persen. Berikut disajikan ringkasan perkembangan ekspor Indonesia dan Komposisi Ekspor Indonesia berdasarkan Golongan Barang pada tahun Uraian Tabel 2.8 Ringkasan Perkembangan Ekspor Indonesia Januari-April 2011 Tahun Jan-Apr 2010 Jan- Apr 2011 % Perubahan terhadap Jan-Apr 2010 Total Ekspor , ,9 30,14 Migas 8.893, ,3 33,60 Nonmigas , ,6 29,34 (Sumber : BPS) Impor Non Migas Selama April 2011, nilai impor nonmigas Indonesia mencapai US$10.999,8 juta. Di antara sepuluh golongan barang utama nonmigas dibawah ini, hanya tiga golongan barang yang mengalami peningkatan jika dibanding impor nonmigas Maret Tiga golongan barang tersebut adalah bahan kimia organik sebesar US$32,1 juta (5,46 persen), kapas sebesar US$27,8 juta (8,98 persen), dan mesin dan peralatan mekanik sebesar US$2,2 juta (0,11 persen). Sementara itu, tujuh golongan barang utama lainnya mengalami penurunan nilai impor. Dari tujuh golongan barang utama yang mengalami penurunan nilai impor, terdapat empat golongan barang yang tercatat menurun diatas US$100,0 juta, yaitu kendaraan bermotor dan bagiannya sebesar US$216,8 juta (30,82 persen), mesin dan peralatan listrik sebesar US$128,9 juta (8,30 persen), serealia sebesar US$121,0 juta (21,70 persen), dan pesawat udara dan bagiannya sebesar Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 11
12 US$106,2 juta (33,69 persen). Satu golongan barang berikutnya, turun antara US$50,0 juta sampai dengan US$100,0 juta, yaitu besi dan baja sebesar US$75,1 juta atau 9,94 persen. Sedangkan, dua golongan barang lainnya turun dibawah US$50,0 juta, yaitu plastik dan barang dari plastik sebesar US$18,5 juta (2,99 persen) dan barang dari besi dan baja sebesar US$8,2 juta (2,76 persen). Sementara itu apabila dibanding impor periode yang sama tahun sebelumnya, maka hanya dua golongan barang yang mengalami penurunan nilai impor, yaitu pesawat udara dan bagiannya sebesar US$175,2 juta (16,70 persen) dan barang dari besi dan baja sebesar US$12,4 juta (1,12 persen). Sebaliknya delapan golongan barang utama lainnya mengalami peningkatan nilai impor tertinggi dicapai oleh serealia sebesar US$1.213,8 juta atau 243,64 persen. Sedangkan peningkatan impor nilai terendah dialami oleh bahan kimia organik sebesar US$392,1 juta (22,40 persen). Dilihat dari peranan terhadap total impor nonmigas Indonesia selama Januari April 2011, impor mesin dan peralatan mekanik memberikan peranan terbesar, yaitu 17,36 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 13,40 persen; besi dan baja sebesar 6,09 persen; kendaraan bermotor dan bagiannya sebesar 5,44 persen; plastik dan barang dari plastik sebesar 5,24 persen; bahan kimia organik sebesar 5,17 persen; dan serealia sebesar 4,14 persen. Sementara itu, impor tiga golongan barang sisanya mempunyai peranan di bawah 3,00 persen, yaitu kapas sebesar 2,73 persen, barang dari besi dan baja sebesar 2,65 persen, dan pesawat udara dan bagiannya sebesar 2,11 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 64,33 persen dari total impor nonmigas atau 49,61 persen dari total impor keseluruhan. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 12
13 Impor Nonmigas Menurut Negara Asal Barang Utama Total nilai impor nonmigas Indonesia April 2011 sebesar US$10.999,8 juta atau turun US$609,6 juta (5,25 persen) dibanding impor nonmigas Maret Dari nilai impor nonmigas tersebut, sebesar US$2.547,3 juta (23,16 persen) berasal dari ASEAN dan US$989,6 juta (9,00 persen) dari Uni Eropa. Berdasarkan negara asal barang utama, impor nonmigas dari Cina merupakan yang terbesar, yaitu sebesar US$2.168,3 juta atau 19,71 persen dari keseluruhan impor nonmigas Indonesia, diikuti Jepang sebesar US$1.331,0 juta (12,10 persen), Singapura sebesar US$917,0 juta (8,34 persen), Thailand sebesar US$904,4 juta (8,22 persen), Amerika Serikat US$936,8 juta (8,52 persen), Korea Selatan US$589,6 juta (5,36 persen), Malaysia sebesar US$501,6 juta (4,56 persen), Australia sebesar US$386,6 juta (3,51 persen), Taiwan US$339,7 juta (3,09 persen), dan Jerman sebesar US$300,6 juta (2,73 persen). Selanjutnya impor nonmigas dari Perancis sebesar US$141,7 juta (1,29 persen) dan Inggris sebesar US$109,5 juta (1,00 persen). Secara keseluruhan, kedua belas negara utama di atas memberikan peran sebesar 78,43 persen dari total impor nonmigas Indonesia. Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama Januari pril 2011 sebesarus$41.401,1 juta, 77,64 persen berasal dari dua belas negara utama, yaitu Cina sebesar US$7.465,1 juta atau 18,03 persen, diikuti oleh Jepang sebesar US$5.749,6 juta (13,89 persen). Berikutnya Thailand 8,43 persen, Singapura berperan 8,31 persen, Amerika Serikat 7,73 persen, Korea Selatan 5,65 persen, Malaysia 4,23 persen, Australia 3,63 persen, Taiwan 2,94 persen, Jerman 2,63 persen, Perancis 1,45 persen, dan Inggris 0,77 persen. Impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,74 persen, dan dari Uni Eropa 8,82 persen. Dilihat dari perkembangannya terhadap Januari April 2010, impor dari dua belas negara utama meningkat 23,76 persen. Peningkatan ini terutama Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 13
14 disumbang oleh dua negara utama, yaitu Cina yang meningkat US$1.867,5 juta (33,36 persen) dan Jepang meningkat sebesar US$827,2 juta (16,80 persen). Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia memperlihatkan kondisi yang cukup menggembirakan, Kondisi perdagangan menunjukkan surplus yang sangat besar yaitu sebanyak US$ 49 Miliar, Surplus ini menunjukkan bahwa kinerja ekspor kita membaik, namun penguatan rupiah saat ini bisa menghambat pertumbuhan ekspor khususnya pada barang-barang furniture, Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 14
15 3.1 Perkembangan Sektor Industri Non Migas Triwulan I Tahun 2011 Perkembangan sektor industri non migas sampai dengan Triwulan I Tahun 2011 secara umum bisa kita lihat pada tabel berikut : Dari tabel tersebut kita bisa lihat bahwa pertumbuhan paling besar dialami oleh Industri Logam dasar besi baja, Sementara itu kita lihat pertumbuhan industri yang mengalami pertumbuhan industri negatif, adalah Industri hasil hutan dan perkebunan, Industri ini mengalami penurunan pertumbuhan karena minimnya pasokan bahan baku yang berasal dari alam, Salah satu faktor pemicunya adalah ekspor barang mentah bahan-bahan tersebut. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 15
16 Tabel 3.2 Pertumbuhan Industri Non Migas 2005-TW I 2011 Tabel 3.3 Kontribusi terhadap Pertumbuhan Industri 2005-TW I 2011 Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 16
17 Proyeksi untuk tahun 2011 kemungkinan besar kita akan menghadapi situasi yang sama dengan tahun 2008 dimana kita terkena imbas dari krisis global, saat ini kondisi dunia sudah masuk dalam pemulihan, namun situasi ekonomi di Eropa khususnya di Spanyol, Irlandia, Yunani, dan Portugal akan memaksa Uni Eropa kembali mengeluarkan dana talangan untuk menyelamatkan ketiga tersebut. Opsi default adalah opsi yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Eropa, namun bukan tidak mungkin opsi ini akan diambil. Selain dengan kondisi tersebut ancaman naiknya inflasi sebagai akibat dari kenaikan harga minyak membuat para pelaku industri akan cenderung menahan diri untuk melakukan investasi lebih lanjut. Oleh karena itu perlu ada kejelasan sikap dari Pemerintah Pusat terkait dengan masalah harga BBM sehingga langkahlangkah antisipasinya bisa dipersiapkan sejak dini. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 17
18 3.2 Tantangan-tantang Perekonomian Indonesia pada Tahun Penguatan Mata Uang Rupiah, Isyarat Overheating? International Monetary Fund (IMF) pada bulan April yang lalu mengeluarkan laporan mengenai proyeksi ekonomi dunia pada tahun 2011, diperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh sebanyak 3% dan secara khusus IMF memperkirakan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada angka 6,2% angka ini dibawah proyeksi Pemerintah sebagaimana tertuang dalam APBN 2011 yaitu sebesar 6,4%. Selain dari proyeksi tersebut IMF memberikan isyarat bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang menghadapi kondisi overheating 1. Dalam laporan tersebut IMF menyatakan bahwa karena derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia yang bersifat jangka pendek mengakibatkan Indonesia menghadapi kondisi overheating. Kondisi overheating bila tidak dijaga dengan kebijakan ekonomi yang tepat, maka bisa menimbulkan potensi shock pada perekonomian yang bisa menimbulkan kondisi krisis ekonomi. Untuk melihat gejala tersebut dalam laporan ini analisa terhadap kondisi overheating dilihat pada kondisi nilai tukar rupiah yang menguat pada awal tahun Perkembangan nilai tukar rupiah pada awal tahun 2011 menunjukkan trend yang menguat. Sebagaimana tersaji pada grafik berikut : 1 overheating adalah sebuah kondisi dimana peningkatan permintaan agregat tidak diimbangi dengan peningkatan penawaran yang produktif Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 18
19 Nilai Rupiah terus mengalami kenaikan secara cepat semenjak bulan Maret 2011 dengan kisaran kurs pada level menguat hingga pada bulan mei Penguatan ini didorong oleh banyak faktor diantaranya sebagai berikut : 1. Tingginya Aliran uang masuk ke dalam negeri melalui pasar modal dan pasar uang. Peningkatan aliran ini telah mendorong penguatan rupiah hal ini disebabkan karena transaksi di dalam negeri menggunakan nilai rupiah hal ini mendorong peningkatan permintaan pada rupiah sehingga mendorong penguatan. Tingginya aliran uang masuk ke dalam negeri ini secara umum disebabkan oleh 2 faktor, faktor yang pertama adalah faktor selisih suku bunga Bank Indonesia dengan Bank Sentral Amerika Serikat, yang kedua adalah kondisi makroekonomi Indonesia yang dinilai stabil dan cocok untuk investasi. Aliran uang masuk ini masuk kategori hot money sehingga sangat mudah untuk keluar dari Indonesia, untuk itu perlu penguatan terhadap ekonomi, sehingga aliran hot Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 19
20 money tidak menyebabkan terpuruknya sektor ekonomi khususnya sektor financial. 2. Penguatan Ekspor Indonesia Peningkatan Ekspor Indonesia yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2010 dan 2011, menunjukkan bahwa peningkatan ini didominasi oleh komoditi yang berasal dari sumber daya alam berdasarkan data yang dihimpun oleh BPS proporsi golongan barang akan terlihat sebagai berikut : Komposisii Ekspor Non Migas Berdasar Golongan Barang Tahun 2010 Bahan Bakar Mineral 14% Lemak & Minyak hewan/nabati Mesin/Peralatan listrik 41% 13% Karet dan barang dari karet Bijih, Kerak, dan abu logam Mesin-mesin/pesawat mekanik 8% Bahan Kimia Organik Alas Kaki 4% 2% 1% 2% 2% 6% 7% Serat Stapel Buatan Berbagai Produk Kimia Lainnya Dari grafik tersebut terlihat bahwa Komoditi yang berasal dari Sumber Daya Alam meliputi Bahan Bakar Mineral, Lemak hewan/nabati, karet dan bijih. mendominasi sebanyak 43% dibanding produk manufaktur. Sehingga penguatan ekspor ini tidak memberikan gambaran kompetitif tidaknya barang Indonesia, mengingat komoditi yang diekspor merupakan komoditi yang berasal dari alam dan memiliki nilai tambah yang tidak terlalu besar. Karena ekspor kita didominasi oleh sumber daya alam, maka faktor penentu dari kenaikan nilai rupiah yang sangat cepat ini adalah harga komoditi di tingkat internasional. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 20
21 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh NBER (National Bureau of Economic Research) menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara harga komoditas dunia dengan apreasiasi nilai mata uang. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketika harga komoditas dunia naik, maka akan diiringi dengan kenaikan nilai ekspor. Karena ekspor naik maka akan diiringi dengan permintaan terhadap rupiah yang meningkat dan pada akhirnya akan mendorong terjadinya apresiasi. Dari pemaparan tersebut diatas maka sangat dapat disimpulkan bahwa ekonomi Indonesia belum sampai tahap overheating, karena peningkatan dari nilai rupiah juga didukung oleh adanya penguatan dari sisi ekspor akan tetapi ancaman dari adanya larinya modal yang keluar negeri pelu diantisipasi dengan seksama melalui kebijakan investasi yang lebih diarahkan untuk memperkuat sektor riil Kebangkitan Kelas Menengah Indonesia dan Implikasinya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia selama 5 tahun terakhir menunjukkan trend yang positif dan menguat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terpengaruh dengan adanya krisis global yang sedang menghantam dunia pada tahun 2008, terbukti pada tahun tersebut Pertumbuhan kita menunjukkan angka positif, menjadi salah satu negara utama yang mengalami Pertumbuhan positif diluar India dan China. Pertumbuhan ini ditopang faktor makin besarnya konsumsi masyarakat yang menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan besaran PDB yang dihadapi Indonesia saat ini, menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 20 besar ekonomi dunia. Berdasarkan Pendapatan Per Kapita, yaitu ratarata pendapatan setiap penduduk selama satu tahun, sebesar Rp. 27 juta pada tahun 2010 membuat Indonesia termasuk dalam Kategori Negara dengan Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 21
22 penghasilan Menengah bila mengacu pada Indikator ekonomi yang dibuat Bank Dunia. Peningkatan pertumbuhan ini telah mendorong perubahan struktur penghasilan masyarakat. Masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori kelas menengah menunjukkan peningkatan yang luar biasa sejak tahun Laporan Ekonomi Bank Dunia untuk Indonesia pada triwulan I Tahun 2010 bahkan menuliskan bagian khusus untuk membahas mengenai pertumbuhan kelas menengah ini. Pertumbuhan Kelas menengah dan implikasinya ini akan menjadi bahasan utama pada tulisan ini. a. Definisi Kelas menengah didefinisikan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan absolut, pendekatan relatif dan pedekatan gabungan. Yang pertama, pendekatan absolut pendekatan ini melihat dari tingkat pengeluaran individu, yang kedua pendekatan relative dengan melihat pengeluaran rumah tangga dibandingkan dengan rumah tangga yang lain, dan yang ketiga pendekatan yang menggabungkan pendekatan absolut dan relatif. Penggunaan pendekatan ini tergantung tujuan dari analisis yang akan dilakukan. Bank Dunia menggunakan pendekatan absolut untuk melakukan penghitungan dengan ukuran pengeluaran perhari Individu antara US$ 2 (Sekitar Rp ) hingga US$ 20 (Sekitar Rp ). Pendekatan ini diambil karena lebih cocok untuk menggambarkan ekonomi Indonesia. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 22
23 : b. Kondisi Kelas Menengah Indonesia Kondisi terkini dari kelas menengah Indonesia dapat kita lihat pada tabel berikut Tabel : Presentase Populasi berdasar tingkat pengeluaran Kelas Pengeluaran (%) populasi (%) populasi Low < $ 1,25 21,9 14,0 $ 1,25 $ 2 40,3 29,3 $ 2 - $ 4 32,1 36,5 Middle $ 4 - $ 6 3,9 11,7 $ 6 - $ 10 1,3 5,0 $ 10 - $ 20 0,3 1,3 High > $ 20 0,1 0,2 Sumber : SUSENAS BPS dan Bank Dunia Berdasarkan tabel tersebut kita bisa melihat bahwa pada tahun 2003 Komposisi Penduduk yang berada pada kelompok menengah sebesar 37,6 %, sekitar 81 Juta penduduk. Pada tahun 2010 naik menjadi 54,5 %, sekitar 131 juta penduduk, pada tahun 2010, atau dapat disimpulkan selama 7 tahun setiap tahun rata-rata bertambah 7 juta jiwa. Dengan Pertumbuhan sebanyak 7 juta jiwa/pertahun maka pada tahun 2025 akan terdapat 235 juta penduduk, atau mencapai 60% penduduk Indonesia. Saat ini Koefisien Gini Indonesia, pada level 0,38,koefisien Gini berada pada angka 0 (Pemerataan Sempurna) hingga 1 (Ketidakmerataan Sempurna). Dari angka tersebut kita bisa lihat bahwa Indonesia masih dalam kondisi relative baik, bila dibandingkan dengan China yang memiliki koefisien gini 0,5. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 23
24 Selain data tersebut peningkatan jumlah Kelas Menengah ini justru lebih banyak meningkat di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan. Fenomena ini ada kemungkinan dipengaruhi peningkatan harga komoditi pertanian. Bila kita perhatikan dari tabel tersebut, sebanyak 36,5 % kelas menengah ini berada pada penghasilan terbawah yang sangat rentan untuk mengalami penurunan. Karena pertumbuhan kelas menengah bila tidak dikelola dengan baik maka menimbulkan middle Income trap dan kesenjangan yang makin besar c. Middle Income Trap Kelas menengah bukan berarti tidak memiliki kelemahan, berkembangnya kelas menengah ini dapat menimbulkan kondisi middle income trap dimana masyarakat yang berada dalam kelas menengah ini, tidak bisa mengkondisikan dirinya untuk berkembang menuju penghasilan yang berada diatasnya. Efek yang sangat terasa dari Middle Income Trap ini adalah gap antara mereka yang berpenghasilan kaya dan menengah menjadi makin jauh, dan tidak memberikan stimulus pada mereka yang berada pada kelas menengah dan dibawahnya untuk naik secara kondisi ekonomi. Situasi ini terlihat pada Filipina dimana pertumbuhan ekonominya cenderung Stagnan. Oleh karena itu Proses penguatan kelas menengah perlu didukung dengan langkah-langkah kebijakan yang dapat menunjang posisi masyarakat kita sebagai kelas menengah dan mendorong kenaikan posisi ekonomi masyarakat. d. Kebijakan yang mendukung Faktor-faktor yang dapat memperkuat kelas menengah Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Penghasilan yang stabil, dengan penghasilan yang stabil maka posisi kelas menengah akan makin baik, untuk itu perlu didukung dengan perekonomian yang stabil. 2. Pertumbuhan Wirausahawan baru, dengan munculnya wirausahawan baru ke dalam ekonomi akan menjadi penopang dari kekuatan kelas menengah ini. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 24
25 3. Reformasi Regulasi, dengan melakukan perbaikan pada regulasi yang ada yang lebih memberikan stimulus pada perekonomian maka momentum penguatan kelas menengah ini dapat dijaga. Pemaparan diatas menunjukkan bahwa Kondisi Kelas Menengah ini sangat berpengaruh terhadap momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peningkatan kelas menengah ini merupakan salah satu faktor yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level yang lebih tinggi, bila dikelola dengan tepat Indonesia s Global Competitiveness Report 2010 Semenjak terjadi krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, Indonesia termasuk negara yang terlambat untuk pulih dari krisis bila dibandingkan dengan negara-negara asia lainnya yang terkena imbas dari krisis tersebut. Tapi kini Ekonomi Indonesia berada pada peringkat 17 dilihat dari besaran PDB,yang membuatnya masuk dalam lingkaran elit G-20. Perkembangan ekonomi Indonesia semenjak tahun 2005 memang menunjukkan trend yang positif dan hal ini direspons dengan peningkatan yang cukup signifikan dalam hal peningkatan daya saing, berdasarkan laporan Indonesia Global Competitiveness Report yang dikeluarkan oleh World Economic Forum untuk menyambut penyelenggaraan World Economic Forum East Asia di Jakarta pada tanggal Juni Global Competitiveness Report (GCR) disusun berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) yang dihitung berdasarkan 12 kategori yaitu : institusi, infrastuktur, lingkungan makroekonomi, kesahatan dan pendidikan dasar, pelatihan dan pendidikan tinggi, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, perkembangan pasar financial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kemutakhiran bisnis dan inovasi. Semenjak tahun 2005 Indonesia mengalami peningkatan dalam ke 12 kategori tersebut, sehingga Pada tahun 2011 ini Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 25
26 Indonesia menduduki peringkat ke 44 dari 139 Negara, naik sebanyak 10 peringkat dari tahun Peningkatan sebanyak 10 peringkat ini merupakan peningkatan terbesar diantara para negara yang tergabung dalam G20. Secara umum dari GCI tersebut Kekuatan Indonesia terletak pada kategori-kategori sebagai berikut : a. Lingkungan Makroekonomi (Peringkat 39) Kemajuan dalam hal pengelolaan fiscal telah membuat kondisi fiscal Indonesia menjadi makin kuat, Rasio utang Indonesia yang terus menurun, meningkatnya credit rating Indonesia, dan peningkatan tabungan dan investasi. Akan tetapi perlu diwaspadai adanya ancaman terhadap inflasi karena dorongan peningkatan harga komoditi. b. Pendidikan dasar Kualitas pendidikan dasar Indonesia cukup baik hal ini terlihat dari telah mengalami peningkatan menjadi peringkat 49, namun Peringkat untuk pendidikan tinggi Indonesia masih rendah yaitu peringkat 66. c. Efisiensi pasar barang Indonesia berada pada peringkat ke 49, hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami peningkatan pada tariff pajak yang kompetitif, namun hambatan dari birokrasi dan tarif masih menjadi masalah yang perlu diatasi. d. Kemutakhiran bisnis Bisnis yang dikembangkan di Indonesia makin mutakhir, hal ini membuat Indonesia berada pada peringkat 37, poin penting dari indikator ini adalah dalamnya kluster industri, manajemen yang efisien, dan migrasi perusahaan kearah segment yang lebih besar. e. Ukuran Pasar Dengan Peringkat 15 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ukuran pasar yang besar. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 26
27 Dengan keunggulan tersebut, dan didorong oleh peningkatan dari konsumen potensial karena meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia, dan tingginya minat para investor dalam negeri dan luar negeri dalam mengembangkan usahanya di Indonesia, membuat Indonesia punya peluang untuk mengalami loncatan ke depan, sehingga dapat menjadi salah satu katalisator dalam ASEAN Economic Community pada tahun Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam GCI, kekurangan-kekurangan yang dihadapi oleh Indonesia dan perlu untuk diatasi adalah sebagai berikut : a. Infrastuktur Peringkat Indonesia berada dalam peringkat 82, kemajuan dalam infrastruktur sangat lambat. Keberadaan jalan dan rel kereta dalam kondisi yang buruk dan kapasitas pelabuhan belum memadai, permasalahan infrastruktur energi perlun untuk dipecahkan. b. Kesiapan Teknologi Pertumbuhan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat masih ditopang oleh pertumbuhan komunikasi mobile, sementara dalam hal akses terhadap internet masih sangat rendah, hal ini mengakibatkan Indonesia jatuh ke Peringkat 92. c. Kesehatan dan Sumber Daya Manusia Perkembangan sumber daya manusia membaik, tetapi bila dilihat dari kondisi indikator kesehatan dan sumber daya manusia, Indonesia masih menghadapi beberapa masalah. Indiktor Kesehatan menunjukkan bahwa Indonesia masih berhadapan dengan masalah tingginya angkat kematian bayi, penyakit menular dan malnutrisi di beberapa daerah di Indonesia, situasi ini membuat Indonesia jatuh pada peringkat 99. Sektor tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh para pekerja yang bekerja pada sektor informal dan tingginya resiko pekerjaan yang dihadapi. Kondisi ini menghalangi sektor tenaga kerja Indonesia untuk dapat Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 27
28 berkembang lebih produktif. Situasi ini membuat Indonesia jatuh pada peringkat 84 d. Institusi Permasalahan dengan birokrasi dan korupsi yang masih terjadi di Indonesia membuat permasalahan institusi ini menjadi penghambat laju perekonomian di Indonesia. Untuk itu perlu adanya peningkatan terhadap transparansi terhadap proses pengambilan kebijakan dan perbaikan pada situasi keamanan secara nasional untuk memperkuat ekonomi. Peningkatan daya saing Indonesia menunjukkan bahwa permasalahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu segera diatasi. Pertumbuhan ekonomi belum tentu akan menghapus permasalahan yang dihadapi, untuk perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi, roadmap program yang terukur untuk menunjang perekonomian Indonesia di masa mendatang. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia seperti permasalahan kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan, tingginya harga energy, dan situasi social dapat menjadi penghambat utama. Penyerapan lapangan kerja di luar sektor agraris harus diperbesar, khususnya di sektor industri manufaktur mengingat besarnya pertumbuhan angkatan kerja. Di masa mendatang Indonesia akan masih berhadapan dengan masalah-masalah tersebut diatas untuk itu program-program dan kebijakan yang akan dilakukan harus menjaga dan memperkuat basis momentum pertumbuhan ekonomi. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 28
29 4. 1 Kesimpulan Secara umum Tahun 2010 ekonomi berjalan dalam koridor yang relative stabil dan tidak ada gejolak yang berarti, kondisi ini membuat ekonomi Indonesi berjalan stabil, sehingga angka pertumbuhan pada tahun 2010 lebih tinggi dari tahun 2009, Efek pemulihan krisis menjadi salah satu penyebab utama penguatan ini, Inflasi pada tahun 2010 menghadapi peningkatan yang cukup besar disbanding tahun 2009 dengan angka Inflasi 7% pada tahun 2010 membuat BI rate bergerak untuk dinaikkan pada awal tahun 2011, Kondisi harga 2010 sangat dipengaruhi pergerakan harga komoditi seperti beras dan cabai, Untuk itu gejala harga komoditas ini perlu dipantau secara seksama, Krisis Timur Tengah memaksa harga komoditas Minyak untuk terus naik, sehingga mencapai level diatas US$ 110, kenaikan harga minyak ini memiliki efek terhadap besaran subsidi BBM yang ditetapkan pemerintah, Dengan kondisi ini APBN-P diperkirakan akan diajukan pada Bulan Mei 2011 dengan memasukkan rencana pembatasan subsidi BBM, Kinerja Ekspor dan Impor kita sangat baik pada tahun 2010, namun kinerja ini banyak ditopang oleh komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit, Sehingga peluang peningkatan Ekspor Indonesia pada barang-barang manufaktur masih terbuka lebar, khususnya dengan pemberlakuan ACFTA, Akan tetapi kebijakan yang melindungi industri dalam negeri perlu diperkuat, Bencana Jepang belum akan mengganggu perekonomian nasional mengingat besaran ekspor kita ke Jepang tidaklah besar, Namun penanganan terhadap Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 29
30 reaktor nuklir Jepang menjadi kunci utama dari pemulihan perekonomian nasional Saran Perlu dirumuskan kebijakan yang menunjang berkembangnya infrastruktur untuk meningkatkan daya saing, mengingat kondisi Infrastruktur Indonesia menjadi faktor besar dalam melemahkan daya saing. Kebijakan yang bersifat Insentif fiskal perlu dilanjutkan dengan melakukan perluasan basis industri yang dapat memperoleh akses. Insentif ini juga perlu disertai dengan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Laporan Analisis Makro Ekonomi Triwulan I Tahun 2011 Page 30
Laporan Evaluasi Kinerja Ekonomi Tahun 2010 Page 1
1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi, budaya
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009
BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004
No. 37 / VII / 1 JULI PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Mei kembali bertahan di atas US$ 5 milyar, yaitu mencapai US$ 5,50 milyar atau lebih tinggi 5,60
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005
No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017
No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.123/07/21/Th. IV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI APRIL 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepri April mencapai US$ 709,43 juta atau mengalami
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017
No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017
No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84
Lebih terperinciEKSPOR Perkembangan Ekspor Ekspor Migas dan Non Migas
EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan ober mencapai US$ 7,27 milyar, atau 1,62 persen lebih tinggi dibanding ekspor bulan lalu. Secara kumulatif, ekspor Januari - ober mencapai US$ 58,5 milyar atau naik
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004
No. 56 / VII / 1 NOVEMBER PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan menembus angka US$ 7 milyar, yakni mencapai US$ 7,15 milyar, atau 13,33 persen lebih
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014
No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014
No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014
No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT MARET 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014
No. 06/02/36/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2014 NAIK 11,44 PERSEN MENJADI US$888,21 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017
No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016
No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016
No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016
No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciMemasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur
Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang
Lebih terperinciMEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016
No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014
No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014
No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016
No. 37/07/36/Th. X, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 NAIK 3,05 PERSEN MENJADI US$792,73 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 3,05 persen dibanding
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016
No. 21/04/36/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI TURUN 2,06 PERSEN MENJADI US$669,68 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 2,06 persen dibanding
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017
No. 52/09/36/Th.XI, 4 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI NAIK 29,23 PERSEN MENJADI US$990,19 JUTA Nilai ekspor Banten naik 29,23 persen dibanding ekspor
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010
KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016
No. 03/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER NAIK 20,01 PERSEN MENJADI US$941,27JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 20,01 persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar
Lebih terperinciPenjelasan Teknis Statistik. Data Strategis BPS
tp :// w ht.id.g o ps.b w w Penjelasan Teknis Statistik i Penjelasan Teknis Statistik ISSN: 2087-2011 Katalog BPS: 1103003 Nomor Publikasi: 03220.1001 Ukuran Buku: 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman: x + 102
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016
Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56
Lebih terperincitp :// w ht.g o ps.b w w.id ii ISSN: 2087-2011 Katalog BPS: 1103003 Nomor Publikasi: 03220.1202 Ukuran Buku: 16,5 cm x 22 cm Jumlah Halaman: x + 102 Naskah: Direktorat Statistik Harga Direktorat Neraca
Lebih terperinciNilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.09/02/32/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$2,15 MILYAR
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2011
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.35/06/21/Th. VI, 1 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau mencapai
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 24/04/32/Th.XVII, 15 April PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciPROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI
PROYEKSI EKONOMI MAKRO 2011-2015: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI Indonesia memiliki sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Kendati, tidak seperti
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015
No.08/02/36/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER NAIK 0,11 PERSEN MENJADI US$733,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 0,11 persen
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor dan Impor
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Ekspor dan Impor Ekspor Banten Turun 9,69 Persen Menjadi US$890,14 Juta Impor Banten Turun 5,24 Persen Menjadi US$822,17 Juta Nilai ekspor Banten turun
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI USD 2,30 MILYAR No. 16/03/32/Th.XIX, 01 Maret
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER No.68/11/32/Th.XVII, 16 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$2,23 MILYAR Nilai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013
No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT JULI 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., ember 2007 No. 07/02/16/Th.XVII, 02 Februari 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA
Lebih terperinciKata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka
Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 2009
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 138/10/21/Th. IV, 1 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepri mencapai US$ 544,39 juta atau mengalami
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., April 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juni No. 35/07/16/Th.XVIII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor dan Impor
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Ekspor dan Impor Ekspor Banten Turun 0,46 Persen Menjadi US$985,67 Juta Impor Banten Naik 3,58 Persen Menjadi US$868,17 Juta Nilai ekspor Banten turun
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA
BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciKinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara
No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar
Lebih terperinciM E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik
M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
Ekspor dan Impor Provinsi DKI Jakarta No. 30/06/31/Th.XIX, 2 Juni EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan April mencapai 3.830,69 juta dollar Amerika, turun 10,45 persen dari
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016
Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor
Lebih terperinci