BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat sejahtera. Usaha-usaha mencapai tujuan itu dilakukan
|
|
- Utami Siska Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bagi suatu bangsa sangatlah penting. Terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia di tahun 1998 membawa dampak krisis ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang melambat dan inflasi yang tinggi,namun pembangunan ekonomi harus tetap dijalankan oleh pemerintah Indonesia, pembangunan ekonomi berkelanjutan dapat mewujudkan masyarakat sejahtera. Usaha-usaha mencapai tujuan itu dilakukan berbagai upaya dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi. Peningkatan belanja Pemerintah yang belum diikuti besarnya penerimaan mendorong peningkatan defisit APBN karena sumber-sumber dalam negeri tidak mencukupi untuk membiayai seluruh investasi pemerintah yang diperlukan untuk menstimulus pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, sebab Pemerintah Indonesia membutuhkan pendanaan yang besar untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur dan lain-lainnya. Dalam upaya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, sumber pemenuhan pembiayaan APBN diupayakan melalui pinjaman dan non pinjaman. Pinjaman luar negeri yang dibahas pada tesis ini adalah pinjaman luar negeri pemerintah, yaitu pihak yang menerima dan atau mengajukan pinjaman adalah pihak pemerintah dan sumber dananya bilateral dan merupakan pinjaman lunak. Menurut 1
2 2 Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah no. 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah, Pinjaman Luar negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Menurut Sanuri (2002:1)Pinjaman luar negeri di Indonesia dibedakan dalam 2 kelompok besar, yaitu pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah (public debt) dan pinjaman luar negeri yang diterima swasta (private debt). Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dibedakan menjadi pinjaman multilateral, pinjaman bilateral, dan pinjaman sindikasi. Dilihat dari segi persyaratan pinjaman, dibedakan dalam pinjaman lunak, pinjaman setengah lunak dan pinjaman komersial. Menurut Arief Daryanto (2001:1) Proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di negara berkembang seperti di Indonesia dan mengalami akumulasi pinjaman luar negeri merupakan suatu gejala umum yang wajar dan terjadi di banyak negara-negara di dunia. Keberhasilan suatu pembangunan dengan sumber pembiayaan luar negeri adalah pendayagunaan danapinjaman yang efektif dan pengendalian dana. Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan pinjaman luar negeri pemerintah juga diperlukan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di Indonesia proyekpembangunan atas pinjaman luar negeri pemerintah pusat dilaksanakan oleh kementrian yang mempunyai tugas dan fungsi disektornya masingmasing. Sumber pinjaman luar negeri terdiri dari berbagai jenis misalnya pinjaman antar negara (bilateral), pinjaman dari lembaga keuangan international, atau bank
3 3 pembangunan multilateral (Asian Development Bank, World Bank, Islamic Development Bank dan lain lain). Sebagian besar pinjaman tersebut berbentuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur, energi, pengairan, pertanian, air minum, pendidikan dan lain-lain. Proses yang dilakukan suatu kegiatan pembangunan atas pembiayaan luar negeri merupakan suatu rangkaian meliputi perencanaan suatu kegiatan proyek, pelaksanaan proyek dan pemeliharaan terhadap fasilitas yang dibangun.namun pelaksanaan kegiatan pembangunan suatu proyek atas pembiayaan luar negeri tidaklah mudah dan banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh para pelaksana kegiatanproyek. Hal ini dikarenakan ada 2 peraturan pengadaan yang berlaku dalam rangka pelaksanaan pinjaman luar negeri, akibatnya banyak permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan proyek atas pembiayaan luar negeri terutama pada tahap pengadaaan barang dan jasa. Kunci pelaksanaan pengadaan barang dan jasa proyek atas pembiayaan pinjaman luar negeri adalah perencanaan proyek yang matang dari mulai tahap proposal, penilaian proyek, naskah perjanjian pinjaman, pelaksanaan kegiatan proyek dan pemeliharaan suatu kegiatan proyek.jika semua itu dilakukan dengan efisien maka investasi pemerintah dapat menjadi alat yang efektif utk mendorong kegiatan perekonomian. Tantangan terberat dalam pelaksanaan adalah terjadinya tumpang tindihnya peraturan yang mengatur system pengadaan antara peraturan dalam negeri Indonesia (sebagai Borrower) dan peraturan pengadaan yang diberlakukan pemberi
4 4 pinjaman (sebagai Lender/Kreditor) membuat penanggung jawab dan pelaksana proyek takut dan bingung menjalankan proses pengadaan. Kerangka hukum dan perundangan-undangan tentang pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah telah mengalami kemajuan cukup pesat dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Presiden no. 35 tahun 2011 tentang Perubahan Pertama Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 dan Peraturan Presiden no. 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Presiden no 54 tahun 2010 menggantikan Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 dan semua perubahan-perubahannya tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Tujuan Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 ini untuk mewujudkan pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik, maka diperlukan pengaturan mengenai tata cara pengadaan barang/jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik, sehingga dapat menjadi pengaturan yang efektif bagi para pihak yang terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah. Salah satu permasalahan yang timbul ketikadiberlakukannya Peraturan Presiden No. 54 thn 2010 adalahpenggunaan peraturan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengadaan dalam kegiatan pembangunan atas pembiayaan pinjaman luar negeri/hibah. Menurut Keppres no. 80 tahun 2003 Pasal 7 ayat 1 Ruang lingkup berlakunya Keputusan Presiden ini adalah untuk pengadaan barang/jasa yang
5 5 sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barang/jasa dari pemberi pinjaman/hibah yang bersangkutan.bagi para pemberi pinjaman (Lender/Kreditor) ayat ini sangat jelas bahwa peraturan pengadaan barang/jasa pemberi pinjaman tetap over rule terhadap Keppres 80 th Menurut Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 Pasal 2Pengadaan Barang/Jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari Pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) berpedoman pada ketentuan Peraturan Presiden ini.apabila terdapat perbedaan antara Peraturan Presiden ini dengan KetentuanPengadaan Barang/Jasa yang berlaku bagi pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri, para pihak dapat menyepakati tatacara Pengadaan yang akan digunakan.menurut Penjelasan atas Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam hal perbedaan antar ketentuan berdasarkan Peraturan Presiden ini dengan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa pemberi pinjaman/hibah luar negeri dipandang tidak prinsipil oleh pelaksana kegiatan dan pemberi pinjaman/hibah, maka Peraturan Presiden ini tetap berlaku.pemerintah secara jelas menghendaki berpedoman pada ketentuan PrePres no. 54 thn Bila terdapat perbedaan prinsipil antara PerPres dengan tatacara pengadaan pemberi pinjaman (Lender Procurement Guideline) dapat menyepakati tatacara pengadaan yang akan digunakan. Tetapi di dalam penjelasan PerPres tidak dijelaskan tatacara kesepakatan penentuanpilihan tatacara pengadaan yang akan digunakan dan tidak ada panduan untuk menyepakati tata carakesepakatan.
6 6 Hal ini banyak menimbulkan konflik dan ketidakjelasan dalam penentuan penggunaan tatacara pengadaan barang/jasa yang digunakan. Jepang merupakan negara yang paling banyak memberikan pinjaman lunak bilateral kepada Indonesia. Jika dibandingkan dengan institusi-institusi lainnya, Jepang merupakan Negara terbesar yang memberikan pinjaman kepada Indonesia menurutprofil Utang Pemerintah Pusat Edisi Agustus 2014 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Kementrian Keuangan Republk Indonesia dapat digambar pada table berikut: Tabel1. Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Berdasarkan Sumber Pinjaman (sumber Kemenkeu) Dengan berlakunya PerPres no. 54 tahun 2010 yang sangat berbeda dengan KepPres 80 tahun 2003 mengenai pelaksanaan pengadaan barang/jasa atas pembiayaan luar negeri, kiranya sangat berdampak pada pelaksanaan pengadaan proyek-proyek yang dibiayai pinjaman luar negeri, dalam tesis ini akan dibahas
7 7 pinjaman lunak pemerintah Jepang sebagai negara yang besar mengucurkan pinjaman lunaknya terhadap Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian lebih jauh, untuk mengetahui proses penentuan pilihan tata cara pengadaan barang dan jasa atas pembiayaan luar negeri dalam bentuk tesis dengan topik Proses Penentuan Pilihan Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Atas Pembiayaan Luar Negeri Periode Setelah Berlakunya PerPres no. 54 tahun 2010 B.Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses penentuan pilihan tatacara pengadaan barang jasa pada proyek pemerintah atas biaya pinjaman lunak luar negeri antara pemerintah Indonesia dengan Badan Kerjasama Internasional Jepangsetelah berlakunya PerPres no. 54 tahun Bagaimanakah langkah harmonisasi terhadap perbedaan aturan pengadaan barang jasa PerPres 54 dan perubahannya dengan Peraturan Pengadaan barang Jasa Badan Kerjasama Internasional Jepang 3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan proyek atas pembiayaan luar negeri oleh Kementrian yang terkait dengan hasil kesepakatan tatacara pengadaan barang jasa yang disepakati. C. Keaslian Penelitian
8 8 Sepengetahuan penulis dan setelah dilakukan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, terhadap penelitian mengenai Proses Penentuan Pilihan Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Atas Pembiayaan Luar Negeri setelah berlakunya PerPres no. 54 tahun 2010 belum pernah dilakukan penelitian oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Apabila ternyata pernah dilakukan penelitian yang serupa, hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yaitu: 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya perjanjian pinjaman luar negeri karena sampai saat ini pinjaman luar negeri menjadi salah satu usaha pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 2. Dapat menambah kepustakaan hukum tentang proses penentuan pilihan tatacara pengadaan barang jasa pada proyek pinjaman luar negeri setelah berlakunya PerPres no. 54 tahun Dapat melengkapi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain, yang menyangkut tentang proses pelaksanaan pinjaman luar negeri. 4. Dapat dijadikan bahan masukan bagi mereka yang ingin lebih mendalami harmonisasi tatacara pengadaan antar pemberi pinjaman (Lender) dan peminjam (Borrower)
9 9 5. Dapat menjadi sutau sumbangan pemikiran bagi penyempurnaan ketentuanketentuan mengenai pelaksanaan pelelangan pengadaan barang jasa pinjaman luar negeri. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui proses penentuan pilihan tatacara pengadaan barang/jasa pada perjanjian pinjaman luar negeri yang dilakukan antara Indonesia (borrower) dan Badan Kerjasama Internasional Jepang 2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Perpres no. 54 tahun 2010 dan perubahan-perubahannya di dalam naskah perjanjian pinjaman luar negeri 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Pejabat Pembuat Komitment, Unit Pelayanan Pengadaan/pejabat pengadaan. 4. Untuk mencari alternatif kesepakatan yang dapat digunakan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Sistem
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciPINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciPemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia
Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian
Lebih terperinciKlasifikasi Pinjaman dan Hibah
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2015 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit eselon II
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing baik
Lebih terperinciMATRIKS HARMONISASI ANTAR PERATURAN-SMAB
MATRIKS HARMONISASI ANTAR PERATURAN-SMAB A. RANCANGAN PERATURAN : RANCANGAN PERMEN PPN/BAPPENAS TENTANG PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR Dasar
Lebih terperinciBAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)
BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN) 1997 INDONESIA KRISIS EKONOMI Kondisi krisis diperburuk oleh praktek-praktek ekonomi yang tidak sesuai /tidak mengindahkan tata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi membutuhkan dana yang relatif besar. Namun usaha pengerahan dana tersebut banyak mengalami kendala yaitu kesulitan mengumpulkan
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi November
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA YANG DILAKUKAN MELALUI BADAN USAHA PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan
PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hajat hidup manusia sekaligus karunia dari tuhan yang paling utama, oleh karena itu kesehatan termasuk dalam kepentingan yang dilindungi oleh negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara membangun yang perekonomiannya masih bersifat terbuka, yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya
Lebih terperinciTabel 5.15 Kendala Proyek Pinjaman Luar Negeri
Tabel 5.15 Kendala Proyek Pinjaman Luar Negeri 123 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penyelenggaraan kegiatan melalui Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran utama yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-1019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pengadaan barang/ jasa BUMN bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang dan
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN 168/PMK.07/2008 TENTANG HIBAH DAERAH MENTERI KEUANGAN,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.07/2008 TENTANG HIBAH DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2015
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JULI 2015 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit
Lebih terperinci2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 394) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tersedianya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan infrastruktur fisik lainnya menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas
Lebih terperinciMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA YANG DILAKUKAN MELALUI BADAN USAHA PENJAMINAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi hal yang sangat
Lebih terperinciNOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOORDINASI DAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
PETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI PENINGKATAN KESIAPAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (BUKU 3) KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN
Lebih terperinci2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u
No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual. Masyarakat seperti ini akan tercapai dengan dihapuskannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara memiliki arah dan strategi untuk senantiasa mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata, baik materiil maupun spiritual. Masyarakat
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI AGUSTUS 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Agustus 2014
Lebih terperinciMatriks Perbedaan Antara Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 (Bagian 1)
Matriks Perbedaan Antara Rancangan Peraturan Presiden tentang Barang/Jasa Pemerintah Dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 (Bagian 1) NO TOPIK KEPPRES 80/03 RPERPRES KETERANGAN I. KETENTUAN UMUM
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN HIBAH SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JANUARI 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit eselon II
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pelayanan masyarakat, menciptakan keadilan dan pemerataan, serta mendorong
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memberiksan wewenang kepada daerah untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Dengan otonomi
Lebih terperinciNOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2007
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era informasi pelayanan publik menghadapi tantangan yang sangat besar. Hal ini berkaitan dengan relasi antara negara dengan pasar, negara dengan warganya,
Lebih terperinciOLAAN N AMAN. Direktorat Direktorat Jen uangan
LAPORAN PEENGELO OLAAN N AMAN N DAN HIBAH H PINJA EDIISI APR RIL 2015 D Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jen nderal Pengeelolaan Pemb biayaan dan Risiko Kemeenterian Keu uangan Direktorat Pinjaman
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperincihttp://www.hadiborneo.wordpress.com/ The Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) Bank Dunia (World Bank) Dana Moneter Internasional (IMF) ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.OlO/ 2017
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.OlO/ 2017 TENTANG PENAMBAHAN INVESTASI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PADA. LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI APRIL 06 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit
Lebih terperinciReferensi : Struktur Utang Indonesia 2013
Referensi : Struktur Utang Indonesia 2013 Problem Overview : Untuk ukuran negara berkembang, jumlah utang luar negeri pemerintah Indonesia tergolong tinggi. Bila dilihat dari berbagai indikator, hingga
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
2010 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI Pelatihan Pengadaan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR: PER. 005/M.PPN/06/2006 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN DAN PENGAJUAN USULAN SERTA PENILAIAN
Lebih terperinciKebijakan dalam Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Kebijakan dalam Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Sosialisasi Pendanaan Alternatif melalui Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Batam,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF
DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta
No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35 /KMK.07/2003 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode
SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1999-2 2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1999-2005
Lebih terperinciKlasifikasi Pinjaman dan Hibah
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MEI 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
No.1000, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PDN. PLN. Penerusan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama, ekonomi Indonesia yang bercorak agraris terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan atau terjerat
Lebih terperinci2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un
No.1443, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca bencana. Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat. Hibah. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak
Lebih terperinciFAQ. bahasa indonesia
FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada
Lebih terperinciPERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo
Lebih terperincihendrikoeswara@fisip.unand.ac.id Kunci dari pencapaian target defisit 1 persen tahun 2004 adalah reformasi perpajakan dan kepabeanan. Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi, mobilisasi penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri
Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian suatu negara sangat ditopang oleh kemajuan dan perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 1. entitas ekonomi didasarkan atas kenyataan bahwa masing-masing pihak saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sedang dilanda krisis ekonomi akibat menguatnya mata uang dollar terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Perubahan tersebut memunculkan
Lebih terperinci, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinci2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera
No.394, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5651)
Lebih terperinci*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 107/2000, PINJAMAN DAERAH *37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah
BABI PENDAHULUAN I. I. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan adalah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diseluruh pelosok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum, tujuan pembangunan nasional Indonesia ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat secara adil dan merata diseluruh pelosok
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/KMK.07/2003 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/KMK.07/2003 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, semakin meningkat pula frekuensi kegiatan bisnis yang terjadi di berbagai negara. Perlu diragukan jika ada seseorang yang berpendapat
Lebih terperinciMODUL 9 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN USAHA KECIL PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
MODUL 9 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN USAHA KECIL PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI PELATIHAN TINGKAT DASAR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciPENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.
PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinci