Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung,"

Transkripsi

1 Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9 No. 1, Maret 2004, hal Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.Wilczek) Varietas Walet Adianto 1), Diah Utami Safitri 2) dan Nuryati Yuli 2) 1) Laboratorium Ekologi dan Biosistematik 2) Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi FMIPA- Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung, adianto@bi.itb.ac.id Diterima September 2003, disetujui untuk dipublikasikan Desember 2003 Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh inokulasi cacing tanah terhadap sifat fisika dan kimia tanah dan pertumbuhan tanaman kacang hijau pada pot-pot percobaan. Cacing tanah dengan jumlah kepadatan 4 (C4), 8 (C8), dan 12 (C12) individu per pot dipelihara selama 120 hari dalam media yang mengandung tanah liat, humus dan pasir dengan perbandingan 5 : 3 : 2 berat kering dan diberi pakan feses sapi secara ad libitum. Pot pot kontrol tidak diinokulasi cacing dan terdiri dari kontrol tanpa pakan (Co-) dan kontrol dengan pakan (Co+).. Hasil penelitian menunjukkan laju respirasi mikroorganisme tertinggi pada C12 dan berbeda nyata (p< 0,05) dari Co- dan Co+ begitu pula tingkat dekomposisi selulosa tertinggi pada C12 dan berbeda nyata dari Co-. Hasil pemeriksaan sifat fisika tanah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan porositas total secara nyata pada C8 dan C12 dibandingkan dengan Co- dan Co+. Permeabilitas tanah pada C4 meningkat secara nyata dibandingkan dengan Co-, namun jumlah agregat dengan kestabilan rendah semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah kepadatan cacing, Hasil pemeriksaan sifat kimia tanah menunjukkan bahwa inokulasi cacing tanah dapat menyebabkan kenaikan ph tanah. Kadar C organik makin menurun, penurunan terbesar pada C12 dan terkecil pada Co-. Kandungan N, P, K, Ca dan Mg meningkat pada semua jumlah kepadatan cacing dibandingkan dengan Co-. Hasil pengukuran pertumbuhan tanaman kacang hijau menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat secara nyata pada C8 dan C12 dibandingkan dengan Co- dan Co+. Berat kering tanaman pada C8 dan C12 lebih tinggi dibandingkan dengan Co- dan Co+. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inokulasi cacing tanah pada tanah dalam pot dapat mengubah sifat fisika dan kimia tanah menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau. Kata kunci: cacing tanah, fisika-kimia tanah, pertumbuhan tanaman Abstract The effect of earthworm inoculation on soil physical and chemical properties and the growth of mung bean in experimental pot had been studied. Earthworms were inoculated at four different densities i.e. 0 (Co), 4 (C4), 8 (C8) and 12 (C12)individuals in pots containing clay : humus : sand (5 :3 : 2) dry weight and kept for 120 days. Cow dung were applied ad libitum. The control (without earthworms inoculation) consisted of two groups ; with and without dung ( Co- and Co+). The results of this experiment indicated that the rate of microorganism respiration was highest in C12 treatment and significantly different (p < 0,05) from Co- and Co+. Cellulose decomposition level was also highest in C12 treatment compared to Co-. Soil physical analysis indicated that total porosity increased significantly in C8 and C12 treatment compared to Co- and Co+. Water permeability increased significantly in C4 treatment compared to Co-. Soild chemical analysis indicated that soil ph increased due to earthworm inoculation. Organic Carbon decrease in accordance with the increasing number of earthworm, the highest decreaseng in C12 treatment and the lowest in Co-. The N,P,K,Ca and Mg level increased in all treatments compared to Co-.. The plant height increased significantly in C8 and C12 treatment compared to Co- and Co+. Furthermore plant biomass increased significantly in treatment C12 compared to Co- and Co+. It can be concluded that inoculation with earthworms could change the soil physical and chemical properties and improved conditions for the growth of mung bean. Keywords: earthworm, soil physic- chemical, plant growth 1. Pendahuluan Saat ini penurunan kualitas tanah telah menjadi masalah yang serius akibat konversi lahan hutan alam menjadi lahan pertanian dengan jalan membersihkan lahan dan membakar sejumlah besar 175 biomasa tanaman. Hal ini merupakan gangguan terbesar bagi biota tanah. Penelitian menunjukkan bahwa diversitas dan kelimpahan populasi makrofauna tanah pada sistem pertanian daerah tropika menurun lebih dari setengahnya dibandingkan

2 JMS Vol. 9 No. 1, Maret hutan primer. Penelitian terhadap beberapa keystone spesies, diantarannya cacing tanah, membuktikan bahwa penurunan diversitas spesies fauna tanah mengakibatkan perubahan regulasi dekomposisi biologi dan ketersediaan nutrien dalam tanah (Matson, 1998). Penggunaan alat-alat berat seperti traktor atau mesin tanam otomatis dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan perubahan sifat fisika tanah, penghancuran agregat tanah dan pemadatan tanah (Foth, 1984). Inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull diketahui dapat meningkatkan biomasa mikroba tanah, namun pengaruh inokulasi cacing ini terhadap tanaman memberikan hasil yang berbeda-beda (Pashanashi, et al., 1992) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh cacing tanah (Pontoscolex corethrurus Fr. Mull) terhadap sifat fisika kimia tanah serta pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek ) sebagai tanaman uji dalam pot. 2. Bahan dan Cara Kerja 2.1. Bahan Cacing tanah P. corethrurus dewasa dengan berat 0,8 1 gram diperoleh dari Cihideung Lembang, Bandung Utara. Media cacing terdiri dari campuran tanah liat, humus dan pasir dengan perbandingan 5:3:2 berat kering. Kadar air media dipertahankan 45 ± 5 %. Pakan cacing berupa feses sapi diperoleh dari Peternakan Pejagalan Bandung. Bibit kacang hijau (Vigna radiata, varietas walet) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Pangan dan Bioteknologi, Bogor Cara Kerja Inokulasi Cacing Tanah P. corethrurus dan Pemeliharaan Tanaman Kacang hijaum Pot-pot yang sudah berisi media selanjutnya diinokulasi dengan cacing tanah P. corethrurus dengan kepadatan 0 individu (kontrol), 4 individu (C4), 8 individu (C8), dan 12 individu (C12) per pot masing-masing dengan enam kali ulangan. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol tanpa pakan (Co-), dan kontrol dengan pakan (Co+). Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum. Percobaan dilakukan selama 120 hari. Pada hari ke 60, pot-pot tersebut ditanami dengan bibit kacang hijau Vigna radiata L Wilczek varietas Walet. Sebelum ditanam, biji kacang hijau diseleksi kualitasnya dan yang digunakan untuk percobaan beratnya berkisar antara 0,06 0,07 gram. Selama pemeliharaan tanah medium yang mengandung cacing dan tanaman kacang hijau, suhunya diukur, sedangkan pengukuran ph tanah dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan tiap minggu setelah tanam selama enam minggu, sedang biomassa tanaman ditimbang pada akhir percobaan. Pengukuran Konsumsi Oksigen Mikroorganisme Tanah Sampel tanah diambil dari tiap pot sebanyak tiga sampel, dengan menggunakan bor/pipa besi berdiameter 2 cm pada kedalaman sekitar 6 cm. Masing-masing sampel beratnya 2 gram. Pengukuran laju konsumsi oksigen dilakukan dengan menggunakan respirometer Warburg (Umbreit, 1964) Untuk mengetahui perkembangan aktivitas mikroorganisme tanah, pengukuran ini dilakukan setiap 30 hari, selama 120 hari. Pengukuran Sifat Fisika Tanah Pot Pemeliharaan a. Pengukuran berat isi, porositas dan permeabilitas tanah Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan menggunakan ring sampler. Ring Sampler terbuat dari besi bergaris tengah 7,4 cm dan tinggi 3,8 cm.. Sampel tanah utuh ini diperlukan untuk pengukuran bobot isi tanah, porositas, dan permeabilitas tanah. b. Penentuan Kadar Air Tanah Tanah ditimbang seberat 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan pemanasan 105 o C selama 24 jam, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai berat yang konstan. Berat tanah terakhir ini disebut berat tanah kering. Berat kandungan air tanah diperoleh dari berat tanah basah dari pot (B) dikurangi berat tanah kering (K) sehingga : B-K(g) Kadar air tanah ( % ) = x 100% B(g) c. Penentuan Bobot Isi Tanah (Bulk Density) Contoh tanah yang diambil dengan ring sampler ditimbang seluruhnya (tanah, ring, dan tutupnya), dengan timbangan duduk, kemudian dikurangi berat ring dan tutup maka akan diperoleh berat tanah kering udara (B), dengan mengetahui kadar air tanah (% berat) maka dapat dihitung berat tanah kering mutlak (K) 100% K = x B (g) 100% + PA(%) PA = kadar air tanah (%) Isi ring sampler = 163,4 cm 3 K (g) Bobot Isi (BI) = (g/cm 3 ) 163,4 cm 3

3 JMS Vol. 9 No. 1, Maret d. Penentuan Nilai Porositas Total Bobot isi (g/cm 3 ) Porositas = ( 1, x 100% ) Total (%) Kepadatan partikel (g/cm 3 ) Nilai kepadatan partikel dipakai angka 2,65 g/cm 3 yaitu nilai rata-rata dari 2,6 g/cm 3 untuk tanah dengan kandungan organik tinggi dan 2,7 g/cm 3 untuk tanah mineral ( Hillel, 1980). e. Pengukuran Permeabilitas Tanah Contoh tanah yang diambil dari pot dengan ring sampler direndam dalam baki perendam berisi air 3 cm dari dasar baki selama 24 jam. Setelah perendaman selesai, contoh tanah yang sudah jenuh air dengan ringnya dipindahkan ke alat pengukur permeabilitas atau unit permeameter kemudian dialiri air. Pengukuran jumlah air yang tertampung pertama dilakukan selama 6 jam, selanjutnya setiap hari sampai 4 kali pengukuran. Terakhir diamati volume air yang telah keluar setelah melalui masa tanah selama 1 jam lagi. Setelah itu diambil rata-rata dari keenam pengukuran itu dan disesuaikan dengan Tabel 1. Tabel 1. Kelas Permeabilitas Menurut Survai Tanah Amerika Serikat (Sarief, 1981) No Kecepatan permeabilitas ( cm/jam ) Keterangan 1 < 0.12 Sangat lambat Lambat Agak lambat Sedang Agak cepat Cepat 7 > Sangat cepat Perhitungan permeabilitas tanah diperoleh dari rumus:: Q l 1 Permeabilitas (K) = x x (cm/jam) t h A dimana : Q = banyaknya air yang mengalir pada setiap pengukuran (ml) t = waktu pengukuran (jam) l = tebal contoh tanah (cm) h = tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm) A = luas permukaan contoh tanah (cm 2 ) Dalam hal ini, l = 3,8 cm, h = 5 cm, A= 45,72 cm 2 Pengukuran Sifat Kimia Tanah Penentuan Kandungan C Organik, N, P, K, Ca dan Mg Kandungan C organik ditentukan dengan metode oksidasi dengan asam kromat. Penentuan kandungan N total dilakukan dengan metoda Kjeldahl. Penentuan kandungan P terlarut dilakukan dengan metode Bray. Penentuan kandungan K dilakukan dengan metode ekstraksi asam. Penentuan kandungan Ca dan Mg dilakukan dengan metode ekstraksi amonium asetat (Hidayat, 1978). 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Faktor lingkungan Suhu udara di rumah kaca selama percobaan pada malam hari adalah o C dan pada siang hari adalah o C. Suhu tanah pada malam hari adalah o C dan pada siang hari adalah 30-31,5 o C. ph tanah pada awal percobaan adalah 6, dan pada akhir percobaan bervariasi. Kontrol tanpa pakan (Co-) mempunyai ph terendah yaitu 5,8 ± 0,00 dan tertinggi pada perlakuan 12 individu cacing ( C12 ) yaitu sebesar 6,27 ± 0,05 seperti terlihat pada Tabel 2. Pada hasil pengamatan terlihat bahwa ph cenderung naik terutama pada perlakuan C8 dan C12, hal ini diduga karena pada perlakuan tersebut jumlah kalsiumnya lebih tinggi dibandingkan kontrol, pada C8 mengandung 30,52 ± 0,72 mg Ca/100 g tanah dan C12 mengandung 31,19 ± 0,92 mg Ca/100 g tanah (Tabel 6). Kebanyakan kation dapat menetralkan keasaman tanah. Ion bivalen seperti Ca 2+ dan Mg 2+ dapat menggeser ion monovalen seperti Na + yang terikat pada misel tanah, sehingga dapat menurunkan elektron negatif partikel tanah. Penambahan kotoran sapi pada tanah dapat pula meningkatkan ph tanah karena dalam pupuk tersebut diantaranya terdapat kalsium dan magnesium. Tabel 2. ph Tanah pada Akhir Percobaan No. JP ph tanah 1 Co ± 0.00a 2 Co ± 0.47b 3 C ± 0.05c 4 C ± 0.06d 5 C ± 0.05 d JP : Jenis Perlakuan Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata secara statistik (P>0,05) Laju Respirasi Mikroorganisme dan Tingkat Dekomposisi Selulosa Konsumsi O 2 pada 30, 60, 90 dan 120 hari pengamatan menunjukkan bahwa C4, C8, dan C12 mempunyai laju konsumsi oksigen lebih tinggi dan berbeda nyata secara statistik dibandingkan dengan Co- dan Co+ (Tabel 3). Laju respirasi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

4 JMS Vol. 9 No. 1, Maret kepadatan cacing dan bertambahnya waktu. Pada semua kelompok uji laju respirasi terendah terdapat pada waktu pengamatan 30 hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa inokulasi cacing tanah pada pot meningkatkan aktivitas respirasi mikroorganisme tanah. Pada percobaan ini respirasi diukur pada suhu yang seragam (32 o C) sehingga dengan makin tingginya respirasi dapat menunjukkan makin bertambahnya populasi mikroorganisme pada tanah yang diuji. Jumlah total O 2 yang dikonsumsi mikroorganisme makin bertambah sesuai dengan bertambahnya kepadatan cacing, yaitu tertinggi pada C12. Hal ini terjadi disebabkan adanya penambahan kotoran sapi sebagai pakan cacing yang menghasilkan feses atau kasting yang berguna sebagai media pertumbuhan mikroorganisme. Parle No JP N Tabel 3. Laju Konsumsi Oksigen Mikroorganisme Tanah Konsumsi oksigen ul /jam/gram tanah (rata-rata ± st.dev ) (1959) dalam Edwards (1972) menunjukkan bahwa pakan setelah melalui saluran pencernaan cacing, (feses yang disebut kasting yang dikeluarkan pada tanah) dapat meningkatkan jumlah aktinomisetes, bakteri berpigmen, dan kelompok bakteri Bacillus cereus. Kasting yang dikeluarkan oleh cacing tanah sangat kaya akan ammonia dan bahan organik yang terdegradasi sehingga menjadi substrat yang bagus bagi pertumbuhan mikroorganisme. Cacing tanah Pontoscolex corethrurus mempunyai mukus yang dikeluarkan oleh usus sebanyak 16% per berat kering tubuh yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroflora sehingga dapat mendegradasi materi organik tanah menjadi bentuk lebih sederhana dan mudah dicerna (Barois, 1992). 30 hari 60 hari 90 hari 120 hari Rata-rata 1 Co- 6 21,45 ± 5,09 a 25,33 ± 4,62 a 28,89 ± 2,16 a 33,57 ± 3,25 a 27,31 ± 5,16 a 2 Co+ 6 25,33 ± 4,63 a 29,89 ± 3,07 a 32,39 ± 2,66 b 37,19 ± 3,92 a 31,20 ± 4,95 a 3 C4 6 34,77 ± 2,62 b 39,73 ± 4,11 b 40,41 ± 3,98 c 44,13 ± 2,15 b 39,76 ± 3,85 b 4 C8 6 49,49 ± 3,07 c 55,39 ± 5,37 c 57,92 ± 5,32 d 54,74. ± 4,03 c 54,39 ± 3,54 c 5 C ,57 ± 6,91 d 67,32 ± 9,18 d 71,93 ± 5,29 e 51,59 ± 2,68 c 62,60 ± 8,94 c Hasil pengukuran tingkat dekomposisi selulosa pada pot Co- sampai dengan C12 dari hari ke 30 sampai dengan hari ke 90 menunjukkan adanya peningkatan. Tingkat dekomposisi selulosa kelompok C8 dan C12 pada waktu pengamatan 30, 60, dan 90 hari lebih tinggi dan berbeda nyata (P< 0,05) dibandingkan Co- dan Co+ (Tabel 4). Hasil ini sejalan dengan percobaan konsumsi oksigen sebelumya. Pada waktu pengamatan 120 hari, selulosa yang terdekomposisi pada C8 dan C12 menurun dibandingkan dengan Co+ dan C4. Hal ini diduga disebabkan karena menurunnya aktivitas mikroorganisme pengurai selulosa akibat inokulasi No. JP N cacing tanah yang berlebih (C8 dan C12) sehingga menurunkan kandungan oksigen dalam medium yang mengakibatkan aktivitas mikroorganisme pengurai selulosa misalnya Aspergillus, Pseudomonas dan aktinomisetes juga menurun. Alexander,1977 menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas mikroorganisme dengan tekanan oksigen. Pada kondisi dimana tekanan oksigen menurun, akibat dari berkurangnya jumlah oksigen di tanah, maka jumlah bakteri anaerob akan meningkat namun jumlah jamur berfilamen dan aktinomisetes akan menurun. Selain oleh faktor oksigen, proses dekomposisi ini tergantung juga pada kadar nitrogen anorganik seperti amonium dan nitrat, suhu, dan ph tanah. Tabel 4. Tingkat Dekomposisi Selulosa Tingkat dekomposisi selulosa (% rata-rata ± st.dev ) 30 hari 60 hari 90 hari 120 hari Rata-rata 1 Co- 6 17,37 ± 2,68 a 26,49 ± 1,98 a 39,28 ± 3,98 a 53,51 ± 2,67 a 34,83 ± 16,04 a 2 Co+ 6 28,10 ± 2,44 b 40,06 ± 2,16 b 53,83 ± 4,25 b 65,46 ± 1,56 b 46,85 ± 16,24 ab 3 C4 6 30,97 ± 3,22 bc 44,92 ± 6,36 bc 52,27 ± 6,88 bc 66,35 ± 4,12 b 48,77 ± 14,79 ab 4 C8 6 50,22 ± 2,66 d 55,98 ± 4,96 d 62,05 ± 3,67 d 52,79 ± 7,63 a 55,28 ± 5,10 ab 5 C ,56 ± 12,98 d 62,11 ± 2,60 e 64,29 ± 2,6 d 51,64 ± 7,10 a 57,43 ± 6,75 b Keterangan : JP : Jenis Perlakuan N : Jumlah ulangan Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

5 JMS Vol. 9 No. 1, Maret Sifat Fisika Tanah Permeabilitas tanah terhadap air pada penelitian ini meningkat pada kelompok C4 dan peningkatan tersebut berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan Co- (Tabel 5). Hal ini disebabkan karena aktivitas cacing dalam membuat lubang saluran dalam tanah, sehingga air dapat dengan mudah menembus ke dalam tanah. Pada percobaan dengan menggunakan kolom plastik yang berisi tanah, lubang-lubang yang dibuat cacing A. caliginosa dapat meningkatkan permeabilitas air, dan pada kolom yang diinokulasi cacing permeabilitas berkolerasi dengan panjang lubang (Joschko et. al., 1992). Permeabilitas tanah pada pot C8 dan C12 lebih rendah dari pada C4, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh menurunnya aktivitas cacing tanah menjelang akhir masa percobaan pada kedua perlakuan tersebut karena pengaruh kepadatan. Pada perlakuan C8 dan C12, melalui analisis kimia tanah diketahui bahwa dikedua perlakuan tersebut jumlah kalsiumnya tinggi (Tabel 5), hal ini juga diduga memberi pengaruh pada meningkatnya daya ikat tanah terhadap air sehingga permeabilitasnya menurun. Kalsium telah diketahui Tabel 5. Data Sifat Fisika Tanah pada Akhir Percobaan dapat memflokulasikan materi liat yang terdispersi sehingga lebih bisa menjebak air (Tisdale, 1993). Porositas total pada kelompok perlakuan C8 yaitu ( 76,17± 1,05 %) dan C12 yaitu (74,55± 1,67%) jumlahnya lebih tinggi dan berbeda nyata dari kontrol (Tabel 5). Hal ini disebabkan karena bobot isi tanah dari kelompok perlakuan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, menurunnya bobot isi ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kasting. Kasting cacing tanah diketahui mempunyai bobot isi yang lebih rendah sebesar 1,11 mg/m 3 dibandingkan tanah disekitarnya yaitu 1,28 mg/m 3 (Brady, 1984). Cacing tanah selain dapat menghancurkan materi organik juga dapat menghancurkan partikel tanah melalui sistem enzim pencernaannya. Partikel tanah yang bertekstur halus seperti tanah liat, mempunyai ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar disusun oleh pori-pori kecil, sehingga tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi. Dalam hal ini suatu substansi dapat menjadi sangat porus namun belum tentu sangat permeabel terhadap air. Hal ini dapat dijadikan penjelasan pula bahwa pada C8 dan C12 porositas total lebih tinggi dari pada C4, tetapi permeabilitasnya lebih rendah dari C4. Porositas Permeabilitas Berat isi No Pot N total (cm/jam) Kelas gram/cm3 % 1 Co ± 3.30a Agak cepat 0.72 ± 0.03a ± 1.34a 2 Co ± 2.52ab Agak cepat 0.75 ± 0.04a ± 1.51a 3 C ± 4.76bc Cepat 0.74 ± 0.01a ± 0.67ab 4 C ± 5.44abc Cepat 0.63 ± 0.03b ± 1.05bc 5 C ± 2.13abc Agak cepat 0.67 ± 0.05bc ± 1.67bc N = ulangan Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) 3.3. Sifat Kimia Tanah Kadar karbon organik pada kelompok C4, C8 dan C12 lebih rendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan Co - maupun Co + (Tabel 6), hal ini menunjukkan bahwa aktivitas dekomposisi karbon organik pada C4, C8 dan C12 berlangsung lebih tinggi dibandingkan Co- dan Co +. Kandungan karbon dalam tanah menjadi rendah disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang mengubah karbon organik menjadi karbondioksida yang dilepas ke udara. Hasil ini sejalan dengan percobaan sebelumnya bahwa laju konsumsi oksigen mikroorganisme tanah pada C4, C8 dan C12 juga lebih tinggi dibandingkan dengan Co- maupun Co + akibat adanya proses dekomposisi mikroorganisme. Kandungan nitrogen total cenderung meningkat baik pada Co+, C4, C8 maupun C12, dan pada C4, C8 dan C12 penigkatan tersebut berbeda nyata dibandingkan Co- (Tabel 6). Peningkatan jumlah nitrogen total berasal dari nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen anorganik yang berupa nitrat dan amonium diantaranya berasal dari aktivitas proses mineralisasi oleh mikroba (Alexander, 1977). Aktivitas cacing sendiri juga dapat menyebabkan peningkatan nitrogen di lingkungan. Kasting yang dihasilkan cacing mengandung nitrogen lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya (Brady, 1984). Lebih dari 50% nitrogen tersebut dalam bentuk nitrat, selain hal tersebut kotoran sapi yang mengandung amonia dapat langsung diserap tanaman (Tisdale, 1993). Kadar fosfor pada kelompok Co+, C4, C8 dan C12 lebih tinggi dan berbeda nyata secara statistik dibandingkan dengan Co- (Tabel 6). Kenaikan ini diduga berasal dari aktivitas dekomposisi yang mengubah fosfor organik dari materi feses sapi menjadi fosfor anorganik. Kasting yang dikeluarkan cacing mengandung fosfor yang tersedia bagi tanaman lebih banyak dibandingkan tanah sekitarnya (Edwards,1972).

6 JMS Vol. 9 No. 1, Maret Kadar kalium pada Co+, C4, C8 dan C12 jumlahnya lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan Co- (Tabel 6). Tingginya kadar kalium ini berasal dari aktivitas dekomposisi mikroba, tetapi hampir 2/3 dari kalium yang berasal dari residu tumbuhan tidak terikat kuat dan dapat segera larut dalam air. Kasting cacing diketahui mengandung kalium yang tersedia bagi tanaman, kadar kalium pada kasting sebanyak 44,6 mg/100 g berat kering dibandingkan dengan 7,0 mg/100 mg berat kering pada tanah di sekitarnya (Brady, 1984). Kadar Ca pada pot C8 dan C12 jumlahnya lebih tinggi yaitu sebesar 30,52 ± 0,72 dan 31,19 ± 0,92 mg Ca/100g dibandingkan dengan pot Cosebesar 21,51 ± 1,54 mg Ca/100g dan kenaikan ini berbeda nyata secara statistik (Tabel 6). Tingginya kadar Ca ini disebabkan diantaranya karena cacing tanah memiliki kelenjar kalsiferus di daerah oesofagus yang mensekresikan mukusnya melalui saluran pencernaan (Edwards, 1972).. Penelitian lain No Pot menyebutkan tanah yang diinokulasi cacing Octalasium bihariensis mengandung 126 μg/g Ca sedangkan pada tanah yang tidak diinokulasi cacing mengandung 77 μg/g Ca. Pada pot Co+, C4, C8 dan C12 mengandung Mg yang lebih tinggi dan berbeda nyata secara statistik dibandingkan dengan Co- (Tabel 6). Hasil ini sejalan dengan data penelitian yang menunjukkan bahwa, tanah yang diinokulasi cacing mengandung 60 μg/g Mg, dibandingkan pada tanah yang tidak diinokulasi cacing yaitu 36 μg/g Mg (Victor et.al., 1992). Meningkatnya kadar Ca dan Mg ini juga disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang dapat mensintesis senyawa tertentu yang dapat membebaskan Ca dan Mg dari mineral tanah dan dari garam yang tidak larut (Alexander, 1977). Selain hal tersebut pakan yang berupa feses sapi juga mengandung Ca dan Mg sehingga kasting yang dikeluarkannya juga mengandung Ca dan Mg. Tabel 6. Kandungan Unsur Kimia Tanah pada Akhir Percobaan C N C/N P K Ca Mg % mg/100g mg/100g 1 Co ± 0.74a 0.47 ± 0.03a ± 1.17a 4.81 ± 0.29a ± 4.51a 21.51± 1.57a 6.88 ± 0.22a 2 Co ± 1.07a 0.52± 0.03ab 20.66± 1.21ab ± 2.03b ± 18.95b 22.99± 1.18a 8.76 ± 0.35b 3 C ± 0.49a 0.54 ± 0.05b 18.83± 1.17bc ± 1.94b ± 10.87c 24.82± 1.46a 9.15 ± 0.60bc 4 C ± 0.98b 0.54 ± 0.07b 18.17± 1.33bc 17.48± 1.16bc ±10.86bd 30.52± 0.72b ± 0.43d 5 C ± 0.78b 0.55 ± 0.07b ± 1.17c ± 2.96c ±22.22bd 31.19± 0.92b ± 0.57d Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) 3.4. Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) Pertambahan ukuran tanaman pada fase vegetatif sering ditentukan diantaranya dengan cara mengukur tinggi batang. Selain faktor air, jaringan yang tumbuh juga memerlukan zat-zat terlarut berupa garam mineral dari larutan tanah dan gula yang terurai dari simpanan atau dari hasil fotosintesis. Meningkatnya porositas tanah sebagai hasil dari aktivitas cacing dapat menciptakan kondisi aerasi yang baik bagi perkembangan akar tanaman, sehingga penyerapan zat-zat hara menjadi lebih baik. Pada penelitian ini tinggi tanaman antara kelompok kontrol dan kelompok C8 dan C12 menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik (Tabel 7 dan Gambar 1). Hal ini diduga karena pada perlakuan ini unsur hara, yaitu garam mineral yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N,P,K,Ca dan Mg terdapat dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Selain itu, kondisi fisik tanah seperti porositas tanah pada kelompok C8 dan C12 lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, sehingga tanah dapat menyerap air lebih banyak dan mendapat aerasi yang lebih baik dari pada perlakuan yang lain. Pada hasil pengukuran biomasa kering tanaman terlihat bahwa Co- biomasanya paling rendah dan berbeda secara nyata (P<0,05) dari Co+, C4, C8 dan C12, sementara itu Co+ berbeda nyata dari C12. Tabel 7. Tinggi Tanaman dan Biomasa Kacang Hijau pada 42 Hari Setelah Tanam No JP Tinggi (cm) Biomasa Jumlah kering (g) Daun Co ± 1.54 a 0.18 ± 0.03a 4 2 Co ± 0.64 a 0.23 ± 0.02b 4 3 C ± 0.60 a 0.23 ± 0.01b 4 4 C ± 1.78 b 0.27 ± 0.04bc 4 5 C ± 1.63 b 0.28 ± 0.04c 4 JP = Jenis Perlakuan Keterangan: huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

7 JMS Vol. 9 No. 1, Maret tinggi tanaman (cm) minggu ke Co- Co+ C4 C8 C12 Gambar 1. Tinggi tanaman kacang hijau selama 42 hari setelah tanam. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan kotoran sapi dan inokulasi cacing tanah dapat meningkatkan tersedianya zat-zat yang diperlukan tanaman untuk menyokong pertumbuhannya. Beberapa tanaman pada Co- mati dan klorosis. Kematian tanaman tersebut diduga karena kekurangan unsur hara terutama makronutrien dan layu akibat cekaman air. Terjadinya cekaman air pada tanaman juga diketahui dapat meyebabkan penurunan fotosintesis, yang disebabkan oleh penutupan stomata. Kandungan bahan organik pada pot Co - paling rendah, selain hal tersebut pada pot Co- tanahnya cepat mengeras dan pecah-pecah terutama pada bagian atas akibat penguapan yang lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada pot Co+, C4, C8 dan C12 air lebih dapat terserap oleh tanah karena mengandung bahan organik yang berasal dari kotoran sapi dan tersedianya pori-pori akibat aktivitas cacing tanah sehingga pengeringan dan pengerasan tanah dapat dihindari. Klorosis yang terjadi pada daun yang sudah tua pada Co- diduga karena kekurangan nitrogen yang tersedia bagi tanaman, mengingat kadar N pada Co- paling rendah dan C/N yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Tumbuhan yang kekurangan N menunjukkan gejala klorosis terutama pada daun yang paling tua, pada beberapa kasus daun menjadi kuning dan coklat kemudian mati. Gejala klorosis pada daun tua ini juga bisa disebabkan karena kekurangan unsur K dan Mg, karena Mg merupakan unsur yang penting dalam pembentukan klorofil. Pada kelompok C8 dan C12 rasio C/N masing-masing sebesar 18 dan 17, lebih rendah dibandingkan dengan rasio C/N pada Co- dan Co+ yaitu sebesar 24 dan 21. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah C8 dan C12 lebih baik bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan kontrol, karena dengan rasio C/N yang rendah, nitrogen berada dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Edwards (1972) menyatakan bahwa C/N sama dengan 20 atau lebih menyebabkan tanaman sukar mengasimilasi nitrogen. 4. Kesimpulan Inokulasi cacing tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull dengan jumlah kepadatan 4, 8, dan 12 individu ke dalam pot dapat menyebabkan peningkatan respirasi mikrorganisme tanah, tingkat dekomposisi selulosa, serta menurunnya kadar C organik tanah. Di samping itu inokulasi cacing tanah dapat memperbaiki kondisi fisika kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya permeabilitas, porositas serta kandungan unsur hara tanah. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang hijau meningkat pada tanah yang diinokulasi cacing tanah. Daftar Pustaka 1. Alexander, M., Introduction to Soil Microbiology, Second Edition, John Wiley & Sons Inc., New York, (1977). 2. Barois, I., Mucus Production and Microbial Activity in the Gut of Two Species of Amynthas (Megascolecidae) from Cold and Warm Tropical Climates, Soil Biol. Biochem., 24, , (1992). 3. Brady, N.C., The Nature and Properties of Soils, Ninth Edition, Macmillan Publ. Co., New York, (1984). 4. Edwards, C.A. & Lofty J.R., Biology of Earthworm, Chapman and Hall Ltd., London, (1972). 5. Hidayat, A., Methods of Soil Chemical Analysis, Japan International Coorperation Agency, Bogor, (1978). 6. Hillel, D., Fundamentals of Soil Physics Academic Press, New York, (1980). 7. Joslchko M., Sochtig W., & Larink O., Functional Relationship Between Earthworm Burrows and Soil Water Movement in Column Experiments, Soil Biol. Biochem., 24, , (1992). 8. Marrinissen, J.C.Y., Earthworms, Soil Aggregates, and Organic Matter Decomposition in Agro-ecosystems in The Netherlands. Thesis Landbouw Universiteit Wageningen, (1995). 9. Matson, P.A., Parton, W.J., Power A.G., & Swift M.J., Agricultural Intensification and Ecosystem properties, Science, 277, , (1998). 10. Pashanashi, B., Malendez, G., Szott, L., & Lavelle, P., Effect of Inoculation with the Endogenic Earthworm Pontoscolex corethrurus (Glossoscolecidae) on N Avaibility, Soil Microbial Biomass and the Growth of Three Tropical Fruit Tree Seedling in a Pot Experiment. Soil Biol. Biochem., 24, , (1992). 11. Salisbury, F.B., & Cleon W.R., Plant Physiology, Third Edition, Wadsworth Publ. Co. California, (1985).

8 JMS Vol. 9 No. 1, Maret Sarief, S., Ilmu Tanah Pertanian, Jurusan Tanah Fak. Pertanian. Univ. Padjadjaran, Bandung, (1981). 13. Satchell, J.E., Earthworm Ecology from Darwin to Vermiculture, Chapman and Hall, New York, (1983). 14. Tan, K.H., Dasar-dasar Kimia Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, (1991). 15. Tisdale S.L., Nelson W.L., Beaton J.D., & Havlin J.L., Soil Fertility and Fertilizers, Fifth Edition, Macmillan Publ.Co., New York, (1993). 16. Umbreit, W.W., Burris R.H., & Staufer J.F., Manometric Technique : a Manual Describing methods applicable to the study of tissue metabolism. Fourth edition, Burgess Publ. Co. (1964). 17. Victor, V., Postolache, T. & Craciun, C., Calciphorous Earthworm Activity in Soil. An Experimental Approach. Soil Biol. Biochem., 24, , (1992).

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung, itb. ac. id

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung, itb. ac. id Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9 No. 1, Maret 2004, hal 175-182 Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana Marza Ayu Dea Ranti Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan N-NH 4 Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan N vermicompost dapat dilihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) The Effect of Local Micro Organisms and NPK Fertilizers on Growth

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan Media Peternakan, Agustus 24, hlm. 63-68 ISSN 126-472 Vol. 27 N. 2 Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kacang Hijau Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah,

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan setelah melaksanakan penelitian, diperoleh hasil yang disusun dengan sistematika hasil pengomposan, kualitas kompos dari berbagai bahan organik, pengaruh kompos

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan limbak

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kompos Ampas Aren Analisis kompos merupakan salah satu metode yang perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan hasil pengomposan ampas aren dengan menggunakan berbagai konsentrasi

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. TANAH Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam jumlah banyak nitrogen dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengomposan dengan cacing ( vermikompos ) Hasil analisis vermikompos dengan berbagai bahan disajikan dalam tabel 2. Tabel 1. Hasil analisis vermikompos kadar kadar C kadar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci Analisis kompos kotoran kelinci dilakukan untuk mengetahui kandungan kompos dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN CACING Pontoscolex corethrurus PADA MEDIA KULTUR DENGAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR TANAH SKRIPSI OLEH :

PERKEMBANGAN CACING Pontoscolex corethrurus PADA MEDIA KULTUR DENGAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR TANAH SKRIPSI OLEH : PERKEMBANGAN CACING Pontoscolex corethrurus PADA MEDIA KULTUR DENGAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR TANAH SKRIPSI OLEH : ANDI 120301004 Ilmu Tanah PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena Volume 15, Nomor 1, Hal. 47-52 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBAHAN BAHAN AMANDEMEN DI BERBAGAI KELENGASAN TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN HARA PADA VERTISOL. Oleh: Moch. Arifin 1)

DAMPAK PENAMBAHAN BAHAN AMANDEMEN DI BERBAGAI KELENGASAN TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN HARA PADA VERTISOL. Oleh: Moch. Arifin 1) 52 Jurnal Penelitian Ilmu-ilmuPertanian Vol. 4 No. 1 Juni 2004 DAMPAK PENAMBAHAN BAHAN AMANDEMEN DI BERBAGAI KELENGASAN TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN HARA PADA VERTISOL Oleh: Moch. Arifin 1) ABSTRACT The

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu. Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Alat

Lebih terperinci

Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa

Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Maliangkay Ronny Bernhard Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses (Merkel, 1981). Dalam dunia peternakan limbah merupakan bahan yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Limbah 2.1.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau proses produksi yang sudah tidak digunakan lagi pada kegiatan/proses tersebut

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik M. Bagus Pangestu 1, Suwardi 2, dan Widiatmaka 2. 1 Alumni Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume tanah ini termasuk butiran padat dan pori-pori tanah diantara partikel tanah.

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karekteristik bahan baku merupakan salah satu informasi yang sangat diperlukan pada awal suatu proses pengolahan, termasuk pembuatan pupuk. Bahan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Kandang Sapi Dan Fosfat Growth and Production of Peanuts (Arachis hypogaea L.) with Cow Manure and Phosphate Fertilizer Application

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci