BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan tidak berpengaruh terhadap luas daun, jumlah daun dan tinggi bibit gaharu. Berdasarkan skala warna daun (Lampiran 3) perlakuan media tanam yang digunakan memberikan warna yang berbeda-beda Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman gaharu. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Pengaruh Media Tanam terhadap Rata-Rata Tinggi Bibit Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.). Perlakuan Rata-rata Pertambahan Tinggi (cm) K0= Tanah PMK + Pasir (Kontrol) 16.4 K1= Tanah PMK + Sekam padi 18.4 K2= Tanah PMK + Serbuk kayu 16.4 K3= Tanah PMK + Serbuk kelapa 17 K4= Tanah PMK + Humus Jumlah Daun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam juga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Rata-rata jumlah daun tanaman bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) disajikan pada Tabel 4.2.

2 Tabel 4.2 Pengaruh Media Tanam terhadap Rata-Rata Jumlah Daun Bibit Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.). Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun (helai) K0= Tanah PMK + Pasir (Kontrol) 11.4 K1= Tanah PMK + Sekam padi 13 K2= Tanah PMK + Serbuk kayu 12.4 K3= Tanah PMK + Serbuk kelapa 14.2 K4= Tanah PMK + Humus Luas Daun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam tidak memberikan pengaruh terhadap luas daun. Rata-rata luas daun bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pengaruh Media Tanam terhadap Rata-Rata Luas Daun Bibit Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) Perlakuan Rata-rata Luas Daun (cm 2 ) K0= Tanah PMK + Pasir (Kontrol) 8.65 K1= Tanah PMK + Sekam padi 7.34 K2= Tanah PMK + Serbuk kayu 7.60 K3= Tanah PMK + Serbuk kelapa 8.11 K4= Tanah PMK + Humus Warna Daun Berdasarkan skala warna daun (Lampiran 3) menunjukkan bahwa media tanam memberikan warna yang berbeda-beda. Skala warna daun yang berada di dalam tabel di bawah merupakan skala dominan dari 3 daun yang dianalisis. Skala yang diperoleh oleh daun bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) disajikan pada Tabel 4.4.

3 Tabel 4.4 Pengaruh Media Tanam terhadap Warna Daun Bibit Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) Ulangan Perlakuan K0 K1 K2 K3 K Keterangan : 2 = Hijau muda kekuningan 3 = Hijau rumput 4 = Hijau jeruk limau 9 = Hijau daun Berat Spesifik Daun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam memberikan pengaruh terhadap berat spesifik daun gaharu (Lampiran 3). Perlakuan dengan media tanam serbuk kayu (K2) dengan rata-rata berat kering 0,020 g berbeda nyata dengan perlakuan media tanam kontrol (K0), media tanam sekam padi (K1), serbuk kelapa (K3) dan perlakuan media tanam humus (K4). Rata-rata berat kering daun tanaman bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Pengaruh Media Tanam terhadap Rata-Rata Berat Daun Spesifik Bibit Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) Perlakuan Rata-rata berat kering spesifik (g) K0= Tanah PMK + Pasir (Kontrol) a K1= Tanah PMK + Sekam padi a K2= Tanah PMK + Serbuk kayu b K3= Tanah PMK + Serbuk kelapa a K4= Tanah PMK + Humus a Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan Multi Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%..

4 4.2 Pembahasan Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan Tabel 4.1, media tanam tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman gaharu. Hal ini diduga karena waktu penelitian yang hanya 3 bulan relatife singkat sehingga pertambahan tinggi dari tumbuhan gaharu itu sendiri tidak terlalu terlihat, mengingat tanaman gaharu merupakan jenis tanaman berkayu yang kaya akan lignin dan merupakan tumbuhan menahun yang tumbuh hingga usia 10 tahunan. Umur bibit yang hanya baru sekita 3 minggu diduga belum begitu mampu memperlihatkan perubahan secara signifikat. Oleh karena itu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat melihat pertumbuhan yang optimal. Tanah PMK termasuk jenis tanah yang miskin akan unsur hara. Selain itu tanah PMK juga merupakan jenis tanah yang didominasi oleh mineral liat mempunyai daya pegang air yang rendah, hal ini menyebakan terganggunya perkembangan perakaran sehingga akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah bawah, menyerap hara dan memanfaaatkan air. Akibatnya hasil tanaman rendah dan pertumbuhan tanaman juga tidak terlalu berkembang. Kesulitan dalam menyerap hara akan menyebabkan tumbuhan kekurangan unsur hara. Menurut Primantoro (1996:143), unsur hara N (Nitrogen) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman terutama batang, cabang dan daun. Kurangnya penambahan pupuk juga diduga menjadi penyebab tinggi tanaman tidak terlalu terpengaruhi. Unsur N berfungsi merangsang pertunasan dan menambah tinggi tanaman (Jumin, 1989:135). Dijelaskan oleh Hakim dkk, (1986:54) selain unsur hara makro, hara mikro juga mempunyai peranan dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman, dan mempelancar

5 serapan hara-hara makro bagi tanaman. Ditambahkan Buckman dan Brady (1982:80) unsur hara N, dan Fe sangat dibutuhkan untuk pembentukan klorofil dan sintesa protein yang dikandung dalam khloroplas dan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti menambah tinggi tanaman. Maka dengan meningkatnya fotosintesis akan meningkatkan pertumbuhan dan perpanjangan sel, sehingga pertumbuhan tinggi tanaman yang terbentuk semakin tinggi.rata-rata pertambahan tinggi tanaman pada setiap bibit dapat dilihat pada gambar berikut : Rata-rata tinggi (cm) k0 k1 k2 k3 k4 Perlakuan media tanam Gambar 4.1: Grafik Rata-rata Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertambahan Tinggi Bibit Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.) K0= tanah PMK + pasir, K1= tanah PMK + sekam padi, K2= tanah PMK + serbuk kayu, K3= tanah PMK + serbuk sabuk kelapa, K4= tanah PMK + humus Jumlah Daun Berdasarkan Tabel 4.2, perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun bibit gaharu. Hal ini dikarenakan media yang digunakan belum mencukupi komposisi yang tepat untuk media tanam gaharu sehingga waktu yang digunakan untuk pengamatan belum terlalu optimal untuk melihat perubahan jumlah daun dari bibit gaharu. Namun terlepas dari itu, media tanam yang digunakan memiliki kemampuan menyerap dan

6 menahan air dengan baik. Anonim (2008:4) menyatakan serbuk sabut kelapa mampu meyerap dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur hara seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan Posfor (P). Sementara itu humus merupakan jenis tanah yang kaya akan bahan organik. Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Daya serap humus juga cukup tinggi, 80-90% dari bobotnya sehingga media tetap lembab (Riyanti, 2009:17). Rata-rata jumlah daun bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Rata-rata jumlah daun (helai) K0 K1 K2 K3 K4 Perlakuan media tanam Gambar 4.2: Grafik Rata-rata Pengaruh Media Tanam Terhadap Jumlah Daun Bibit Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.) K0= tanah PMK + pasir, K1= tanah PMK + sekam padi, K2= tanah PMK + serbuk kayu, K3= tanah PMK + serbuk sabuk kelapa, K4= tanah PMK + humus Luas Daun Sama hal nya dengan tinggi dan jumlah daun, Tabel 4.3 juga menunjukkan bahwa perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh terhadap luas daun bibit gaharu. Hal ini diduga karena bentuk dan ukuran daun dari gaharu yang memang relatife kecil dan tipis,

7 sehingga luas daunnya tidak terlalu terlihat perbedaannya untuk penelitian yang relatife singkat, didukung dengan jenis tumbuhan gaharu ini merupakan tumbuhan menahun yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam waktu yang relative lama, hal ini juga mempengaruhi pertambahan ukuran sel daun maupun batang yang juga tidak terlalu terlihat secara signifikat. Permasalahan yang dihadapi tanah PMK adalah ph yang termasuk masam, tingkat ketersediaan C organic rendah sampai sedang, P sedang sampai tinggi, K basa-basa. Tidak adanya poses pengapuran pada saat inkubasi media tanam yang digunakan diduga menyebabkan ph tanah pada Tanah PMK tidak mengalami kenaikan. Tanah yang dikapur pada saat proses inkubasi berperan untuk meningkatkan ph Tanah. ph tanah yang sesuai akan meningkatnkan laju pertumbuhan tanaman. Secara umum tekstur tanah PMK didominasi oleh liat berpasir. Rendahnya ketersediaan unsur hara dalam tanah PMK menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan tanah, hal ini akan menjadi faktor pembatas dari hasil tanaman. Penambahan unsur hara sangat diperlukan, karena zat-zat yang terdapat dalam tanah senantiasa tidak tersedia dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Menurut Soepardi (1986:34) untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan unsur hara. esensial yaitu; unsur hara makro, hara mikro serta unsur lainya yang dapat meningkatkan populasi mikroorganisme. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas seperti meningkatkan ph tanah, penambahan unsur hara terutama N, P, dan K serta pemberian bahan yang dapat membantu meningkatkan efektivitas biologi tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesuburan tanah Podsolik Merah Kuning sebagai media tumbuh diantaranya melalui pemberian pupuk hayati. Dijelaskan juga oleh Lingga dan Marson (1991:66), apabila tanaman kekurangan unsur hara pertumbuhan tanaman akan terhambat, keadaan daun menjadi kuning pucat. Keadaan

8 tersebut menyebabkan protein, lemak dan karbohidrat tanaman kurang terbentuk, sehingga dapat mengganggu proses metabolisme, khususnya pembentukan sel-sel baru pada jaringan meristematik tanaman, sehingga pada akhirnya menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk Hayati didalam tanah akan membantu proses dekomposisi, pada proses ini berbagai unsur hara yang terkandung di dalam tanah akan terlepas secara berangsur angsur, terutama senyawa Nitrogen dan fosfor. Selain itu proses dekomposisi akan memberikan pengaruh positif terhadap keadaan sifat-sifat kimia dan biologi tanah. Bila unsur N cukup tersedia bagi tanaman maka kandungan klorofil pada daun akan meningkat dan proses fotosintesis juga meningkat sehingga asimilat yang dihasilkan lebih banyak, akibatnya pertumbuhan tanaman lebih baik. Kurangnya penambahan bahan organik tertentu seperti pupuk juga menyebabkan luas daun gaharu tidak terlalu mengalami perubahan dalam pertumbuhannya, sehingga berpotensi terjadinya degredasi tanah. Degradasi kesuburan tanah ditandai dengan rendahnya kandungan bahan organik, miskin unsur hara makro dan mikro. Pada kondisi ini sifat fisik, kimia dan biologi tanah adalah buruk. Upaya mengatasi masalah kesuburan tanah, pertama-tama dilakukan dengan cara memberikan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik tanah, kemudian diikuti dengan perbaikan sifat kimia melalui pemberian pupuk anorganik dalam kondisi yang seimbang (Lingga dan Marson, 2000:51). Pada umumnya bahan organik memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap struktur, daya menahan air, aktivitas mikrobiologi, fauna tanah dan kenaikan nilai kapasitas tukar kation. Bahan organik dapat berasal dari (kompos, kotoran hewan atau pupuk kandang, blotong atau limbah pabrik gula berupa serpihan-serpihan serat dari tanaman tebu). Penambahan pupuk tertentu dapat mensuplai keberadaan Ca dan Mg bagi media tanam yang bermanfaat bagi proses

9 pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terutama daun. Peran dari Ca dan Mg dapat mengurangi pengaruh negatif dari Al dan Fe yang ada pada PMK, sehingga tanaman tidak mengalami gangguan pertumbuhan (Rismunandar, 1984:43). Disamping itu hara Ca dan Mg berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan klorofil dan membentuk enzim dan aktivator dalam tanaman. senyawa-senyawa Ca dan Mg biasanya disebut kapur pertanian dan memiliki keuntungan meninggalkan residu yang tidak merugikan dalam tanah. Rata-rata luas daun bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar Rata-rata luas daun (cm 2 ) K0 K1 K2 K3 K4 Perlakuan media tanam Gambar 4.3: Grafik Rata-rata Pengaruh Media Tanam Terhadap Luas Daun Bibit Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.) K0= tanah PMK + pasir, K1= tanah PMK + sekam padi, K2= tanah PMK + serbuk kayu, K3= tanah PMK + serbuk sabuk kelapa, K4= tanah PMK + humus Warna Daun Berdasarkan hasil perbandingan mengunakan skala warna daun dari skala 1 hingga 18 memperlihatkan jika rata-rata bibit gaharu yang diberikan perlakuan media tanam K1 berada pada skala 3 dan 4 yaitu berwarna hijau rumput dan hijau jeruk limau. Perlakuan yang diberikan

10 media tanam K3 juga berada pada skala warna 3 (hijau rumput) dan 4 (hijau jeruk limau). Sedangkan perlakuan yang diberikan media tanam K2 memiliki daun yang berada pada skala 2 (hijau muda kekuningan), 3 (hijau rumput) dan 4 (hijau jeruk limau). Kemudian, perlakuan yang diberikan media tanam campuran humus (K4) juga memiliki daun dengan skala 2 (hijau muda kekuningan), 3 (hijau rumput) dan 4 (hijau jeruk limau). Sementara itu perlakuan kontrol (K0) memiliki daun yang berada pada skala 3 (hijau rumput), 4 (hijau jeruk limau), dan 9 (hijau daun). Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa daun-daun yang tumbuh pada bibit gaharu yang paling banyak mengandung klorofil adalah pada media tanam yang diberikan perlakuan K0 selaku kontrol dengan skala warna 9 dengan warna hijau daun. Unsur hara yang mempengaruhi terbentuknya klorofil adalah nitogen. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam tanaman. Sekitar 40% - 50% kandungan dari protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil (Novizan, 2005:39). Nitrogen mempunyai efek paling cepat dan menonjol. Menurut Tobing, (2009:18), mulamula cenderung meningkatkan pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Pada semua tanaman, nitrogen merupakan pengatur yang sangat menguasai penggunaan kalium, posfor dan unsur yang lain. kekurangan nitrogen mengakibatkan daun tidak tampak hijau segar, melainkan agak kekuning-kuningan. Jika kekurangan itu berlangsung secara terus-menerus maka daun-daun yang di bawah menjadi kuning sama sekali dan akhirnya gugur.

11 4.2.5 Berat Spesifik Daun Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh terhadap berat spesifik daun gaharu. Perlakuan media tanam menggunakan campuran serbuk kayu mentah berbeda nyata terhadap media tanam pasir, serbuk kelapa, humus dan sekam padi (Lampiran 2). Hal ini dikarenakan media tanam yang digunakan memiliki struktur yang cukup halus dan mampu menunjang pertumbuhan bibit gaharu. Penelitian menunjukkan bahwa media tanam campuran PMK dan pasir menghasilkan berat spesifik daun yang lebih tinggi dari perlakuan media lain. Utomo, (2008:18) menyatakan bahwa tanah yang berpasir lebih sedikit mengandung bahan organik dibandingkan dengan tanah yang berstruktur halus. Pasir memiliki kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Namun, Sifat media pasir yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah dianggap cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan tegaknya batang. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media tanam benih, pertumbuhan bibit dan perakaran setek tanaman. Pasir mengandung unsur hara posfor, kalium, kalsium, dan Mg. (Fahmi, 2013:3). Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan media tanam humus juga menghasilkan rata-rata berat spesifik daun yang cukup tinggi setelah media tanam pasir. Kandungan bahan organik yang banyak pada tanah humus diduga membuat daun lebih mudah tumbuh dengan baik dan berpengaruh pada berat spesifik daun itu sendiri. Diantara kandungan bahan organik tersebut terdapat kandungan N yang salah satu jenis bahan organik yang bisa memicu tumbuhnya daun pada tumbuhan. Menurut Sutedjo (2010:86) menyatakan bahwa nitrogen berfungsi untuk meningkatkan tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun.

12 Perlakuan media tanam serbuk sabut kelapa juga menghasilkan rata-rata jumlah daun terbesar dari perlakuan media tanam humus dan pasir. Serbuk kelapa biasa digunakan untuk meningkatkan kapasitas air dan aerasi. Menurut Riyanti (2008:90), Pada umumnya serbuk kelapa mempunyai nutrisi yang rendah tetapi memiliki kemampuan untuk memegang nutrisi yang cukup. Serbuk kelapa tua memiliki kandungan Ca dan N yang cukup. Bahan organik ini juga mendukung tumbuhnya daun pada tumbuhan. Selain kaya akan sumber Ca dan N, serbuk kelapa juga sumber K bagi tanaman yang sangat mendukung dalam proses pertumbuhan suatu tumbuhan. Menurut Yuliani dkk (Riyanti, 2008:93), Sabut kelapa memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi dan dapat mengikat dan menyimpan air dengan kuat serta kandungan hemiselulosa, selulosa dan lignin yang cukup banyak pula. Tanah dengan campuran serbuk memberikan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini diduga karena sifat serbuk kayu yang terlalu ringan dan lebih lama dalam menyerap kandungan air, ditambah dengan sifat PMK yang juga mengandung liat dan mampu menahan air lebih lama, membuat sistem aerasi pada media tanam ini lebih dominan air sehingga laju pertumbuhan tanaman tidak berjalan dengan baik dan kandungan baik organik didalamnya tidak bisa bekerja secara optimal. Kandungan bahan organik ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun. Salah satu bahan organik yang berperan penting dalam pembentukan daun adalah N (nitrogen) (Campbell, 2008:373). Selain menambah hara, bahan organik dapat pula memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan kegiatan biologi tanah. Tanah humus juga mengandung banyak bahan organik tersebut. Pada beberapa tanah masam bahan organik dapat meningkatkan ph tanah (menetralkan

13 Al dengan membentuk komplek Al organik). Bahan organik juga meningkatkan ketersediaan unsur mikro misalnya melalui khelat unsur mikro dengan bahan organik, kemudian bahan organik tidak menimbulkan polusi lingkungan (Utomo, 2008:21). Menurut Harjadi, (1991: 91), Pertambahan ukuran dan berat kering dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma, baik ukuran sel maupun jumlahnya. Tanaman yang memiliki berat kering yang tinggi menunjukkan jika tanaman tersebut mengalami laju fotosintesis yang tinggi. Rata-rata berat spedifik daun bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar Rata-rata berat spesifik daun (g) K0 K1 K2 K3 K4 Perlakuan Media Tanam Gambar 4.5: Grafik Rata-rata Pengaruh Media Tanam Terhadap Berat Spesifik Daun Bibit Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.) K0= tanah PMK + pasir, K1= tanah PMK + sekam padi, K2= tanah PMK + serbuk kayu, K3= tanah PMK + serbuk sabuk kelapa, K4= tanah PMK + humus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkecambahan benih kopi A. Hasil Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benih kopi, dilakukan pengamatan terhadap dua variabel yaitu daya berkecambah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005), II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sirih Merah Tanaman sirih merah ini merupakan tanaman merambat, yang tumbuh hingga mencapai ketinggian 10 kaki atau lebih, mudah tumbuh di daerah tropis (khususnya daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Hasil pengamatan terhadap parameter tinggi bibit setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman akar wangi termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun bertambah berat tanaman atau bagian

Lebih terperinci

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman A. Tujuan Mengetahui pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. B. Dasar Teori Pertumbuhan adalah perubahan biologis yang dipengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan berbagai produk

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.a. Parameter Utama 4.a.l. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen (kombinasi kascing dan pupuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bersifat multiguna. Tomat banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Sawi mengandung kalori sebesar 22,0 kalori selain itu juga mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karekteristik bahan baku merupakan salah satu informasi yang sangat diperlukan pada awal suatu proses pengolahan, termasuk pembuatan pupuk. Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam genus Allium. Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci Analisis kompos kotoran kelinci dilakukan untuk mengetahui kandungan kompos dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature)

TINJAUAN PUSTAKA. ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Inceptisol adalah tanah tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang mempunyai beberapa sifat penciri lain

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci