IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

Transkripsi

1 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan N-NH 4 Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan N vermicompost dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Kandungan N-NH 4 Vermicompost PERLAKUAN ULANGAN P 1 P 2 P % ,21 0,28 0,07 2 0,21 0,42 0,07 3 0,17 0,15 0,07 4 0,19 0,23 0,14 5 0,19 0,19 0,19 6 0,17 0,24 0,12 Jumlah 1,14 1,51 0,66 Rata rata 0,19 0,25 0,11 Keterangan : P 1 = C/N 25, P 2 = C/N 30, P 3 = C/N 35 Berdasarkan Tabel 4, data pengujian kandungan N yang diperoleh kemudian dilakukan analisis ragam untuk mengetahui sejauh mana pengaruh berbagai nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap N vermicompost. Data analisis ragam tercantum pada Lampiran 8. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda (P<0,05) terhadap kandungan N-NH 4. Guna mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Tukey dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.

2 35 Tabel 5. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N-NH 4 Perlakuan Nilai Rataan HSD Signifikansi (α. 0.05) P 1 0,19 0,093 b P 2 0,25 0,093 a P 3 0,11 0,093 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata dan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan pengaruh berbeda nyata. Data hasil uji Tukey pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P 2 menghasilkan kandungan N (0,25) yang berbeda (p<0,05) dari P 1 (0,019) dan P 3 (0,011). Perlakuan berupa perbedaan nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi berpengaruh nyata terhadap kandungan N vermicompost yang dihasilkan. Dalam hal ini nisbah C/N 30 ternyata menghasilkan kandungan N yang lebih besar, sedangakan nisbah C/N 25 dan nisbah C/N 35 menghasilkan kandungan N yang lebih kecil. Hal ini diduga mikroorganisme pada nisbah C/N 30 lebih mudah mendegradasi bahan organik pada proses fermentasi dengan waktu yang cukup singkat selama 14 hari. Hasil N pada C/N 30 yang lebih besar dibandingkan dengan C/N 25 dan 35 sejalan dengan pendapat Yuwono (2006), bahwa kisaran nisbah C/N untuk proses pengomposan adalah C/N ratio yang terlalu tinggi akan mengakibatkan laju pengomposan berjalan lambat sedangkan apabila terlalu rendah akan menyebabkan kehilangan nitrogen dalam bentuk ammonia yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme sehingga fermentasi terhambat (Merkel,1981). Pada hasil vermicompost terdapat kandungan ammonium yang diperoleh dari hasil perombakan asam amino yang mengalami amonifikasi menjadi gas amoniak dan bereaksi menjadi amonium yang tersedia untuk bakteri. Kondisi ini memungkinkan

3 36 bakteri untuk tumbuh dan memicu terjadinya proses nitrifikasi. Pada nitrifikasi ini terjadi dalam dua tahap yaitu nitrifikasi yang mengubah amonium (NH 4 ) menjadi nitrit (NO 2 ) dan nitrifikasi yang mengubah nitrit menjadi nitrat (NO 3 ) (Sholikah, 2013). 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan N-NO 3 Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan N vermicompost dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Kandungan N-NO 3 Vermicompost PERLAKUAN ULANGAN P 1 P 2 P % ,16 0,49 0,10 2 0,19 0,27 0,10 3 0,19 0,57 0,14 4 0,17 0,40 0,14 5 0,14 0,49 0,14 6 0,17 0,21 0,33 Jumlah 1,02 2,43 0,95 Rata rata 0,170 0,405 0,158 Keterangan : P 1 = C/N 25, P 2 = C/N 30, P 3 = C/N 35 Berdasarkan Tabel 6, data pengujian kandungan N-NO 3 yang diperoleh kemudian dilakukan analisis ragam untuk mengetahui sejauh mana pengaruh berbagai nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap N-NO 3 vermicompost. Data analisis ragam tercantum pada Lampiran 10. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda (P<0,05) terhadap kandungan N-NO 3. Guna mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Tukey dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.

4 37 Tabel 7. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N-NO 3 Perlakuan Nilai Rataan HSD Signifikansi (α. 0.05) P 1 0,170 0,01436 b P 2 0,405 0,01436 a P 3 0,158 0,01436 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata dan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan pengaruh berbeda nyata. Data hasil uji Tukey pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan P 2 menghasilkan kandungan N-NO 3 (0,405) yang berbeda (p<0,05) dari P 1 (0,170) dan P 3 (0,158). Perlakuan berupa perbedaan nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi berpengaruh nyata terhadap kandungan N-NO 3 vermicompost yang dihasilkan. Dalam hal ini nisbah C/N 30 ternyata menghasilkan kandungan N-NO 3 yang lebih besar dibandingkan dengan nisbah C/N 25 dan nisbah C/N 35. Hal ini diduga karena nisbah C/N 30 sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme dan cacing tanah untuk menghasilkan N. Kandungan N vermicompost berasal dari perombakan bahan organik yang kaya akan N dan eksresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Kandungan N dalam bentuk vermicompost selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga urin yang dihasilkan dan eksresi mucus dari tubuhnya yang kaya akan N (Mashur, 2001). 4.3 Perlakuan Terhadap Kandungan P (P 2 O 5 ) Hasil penelitian pengaruh berbagai nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan P pupuk oranik cair dapat dilihat pada Tabel 8.

5 Tabel 8. Rata-Rata Kandungan P Vermicompost PERLAKUAN ULANGAN P 1 P 2 P % ,67 1,18 1,32 2 1,68 1,00 0,95 3 1,55 1,12 1,07 4 1,62 1,28 0,96 5 1,47 1,28 1,21 6 1,34 1,18 1,09 Jumlah 8,99 7,04 6,60 Rata rata 1,498 1,173 1,100 Keterangan : P 1 = Nisbah C/N 25, P 2 = Nisbah C/N 30, P 3 = Nisbah C/N 35 Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase kandungan P pada perlakuan P 1 (C/N 25) sebesar 1,498%, perlakuan P 2 (C/N 30) sebesar 1,173% 38 dan perlakuan P 3 (C/N 35) sebesar 1,100. Data pengujian kandungan P yang diperoleh kemudian dilakukan sidik ragam untuk mengetahui sejauh mana pengaruh berbagai nisbah C/N. Hasil data analisis ragam tercantum pada Lampiran 12. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda (P<0,05) terhadap kandungan P. Guna mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Tukey dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan P (P 2 O 5 ) Perlakuan Nilai Rataan HSD Signifikansi (α. 0.05) P 1 1,498 0,2710 a P 2 1,173 0,2710 b P 3 1,100 0,2710 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata dan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan pengaruh berbeda nyata.

6 39 Perlakuan berupa perbedaan nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi berpengaruh nyata terhadap kandungan P vermicompost yang dihasilkan. Dalam hal ini nisbah C/N 25 ternyata menghasilkan kandungan P yang lebih besar dibandingkan dengan nisbah C/N 30 dan nisbah C/N 35. Hal ini diduga karena adanya peranan mikroorganisme dalam penyediaan P organik. Semakin banyak sel tunggal atau mikroorganisme pada bahan akan semakin banyak enzim fosfatase yang sehingga ketersediaan kandungan P ikut meningkat. Mikroorganisme memanfaatkan P sebagai pembangun selnya sehingga mikroorganisme dalam bahan semakin meningkat. Sejalan dengan pendapat Poerwanto (2003) dan Marlina., dkk., (2012), P merupakan penyusun karbohidrat dan senyawa kaya nitrogen. Kandungan P dalam substrat akan digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Perombakan bahan organik dan proses asimilasi P terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian mikroorganisme. Fosfor berada dalam dua bentuk, yaitu anorganik dan organik seperti asam nukleat, phitin, dan lesitin (Sutedjo, 1996). Kemudian dinyatakan pula adanya sumber-sumber nitrogen yang benar benar tersedia, maka bakteri dan jamur dapat merombak lesitin dan asam nukleat dan membebaskan fosfor sebagai fosfat. 4.4 Perlakuan Terhadap Kandungan K (K 2 O) Hasil penelitian pengaruh berbagai nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan K vermicompost dapat dilihat pada Tabel 10.

7 40 Tabel 10. Kandungan K Vermicompost PERLAKUAN ULANGAN P 1 P 2 P 3...% ,00 1,35 1,40 2 0,84 1,31 1,46 3 0,82 1,26 1,42 4 0,92 1,22 1,36 5 1,16 1,14 1,26 6 1,18 1,16 1,41 Jumlah 5,92 7,44 8,31 Rata rata 0,987 1,240 1,385 Keterangan : P 1 = C/N 25, P 2 = C/N 30, P 3 = C/N 35 Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase kandungan K pada perlakuan P 1, (C/N 25) sebesar 0,987%, perlakuan P 2 (C/N 30) sebesar 1,240% dan tertinggi P 3 (C/N 35) sebesar 1,385%. Data pengujian kandungan K yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis ragam untuk mengetahui sejauh mana pengaruh berbagai nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap K vermicompost. Hasil data analisis ragam tercantum pada Lampiran 14. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05) terhadap kandungan K. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Tukey dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan K Perlakuan Nilai Rataan HSD Signifikansi (α. 0.05) P 1 0,987 0,1643 a P 2 1,240 0,1643 b P 3 1,385 0,1643 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata dan huruf yang berbeda ke arah baris menunjukkan pengaruh berbeda nyata.

8 41 Data hasil uji Tukey pada Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan P 1 menghasilkan kandungan K (0,987) yang berbeda nyata (p<0,05) dari P 2 (1,240) dan P 3 (1,385). Perlakuan berupa perbedaan nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi menghasilkan pengaruh berbeda nyata terhadap kandungan K vermicompost yang dihasilkan. Menurut Foth (1994), kalium pada kompos berasal dari perlakuan mineral oleh mikroorganisme. Kalium berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium dalam tanah berada dalam mineral yang melapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion tersebut diserap pada pertukaran kation dan siap tersedia untuk diambil oleh tanaman. Kandungan kalium yang tinggi pada perlakuan P 2 dan P 3 diduga disebabkan oleh mineral yang tersedia dalam bahan sudah cukup sehingga mendukung aktivitas mikroorganisme untuk meningkatkan kandungan kalium. Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayati (2011), bahwa kalium digunakan oleh mikroorganisme sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium.