METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah, cangkul yang digunakan untuk menggali tanah, parang yang digunakan untuk memudahkan pengambilan ring dari dalam tanah, penggaris yang digunakan untuk mengukur kedalaman tanah, oven untuk mengeringkan tanah, timbangan digital untuk menghitung berat tanah, erlenmeyer sebagai wadah untuk mengukur kerapatan partikel tanah, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh dari penelitian, kamera digital untuk mendokumentasikan selama penelitian, kotak digunakan sebagai wadah ring sampel, kalkulator digunakan untuk menghitung, ayakan digunakan untuk menyaring tanah atau kompos agar lebih halus, terpal digunakan sebagai tempat tanah dan kompos dikering anginkan, timbangan digunakan untuk menghitung berat tanah dan kompos yang akan dimasukan ke polybag, gembor digunakan untuk menyiram tanah sampai tanah menjadi mantap. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah Entisol digunakan sebagai objek yang diteliti, kompos digunakan sebagai bahan campuran dengan tanah, polybag sebagai wadah untuk kompos dan tanah, label yang digunakan untuk memberi tanda pada ring sampel dan polybag, air digunakan untuk memantapkan tanah.

2 Metode Penelitian Metode Penelitian menggunakan metode eksperimen di Rumah Kaca dan analisa tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Penelitian menggunakan Rancang Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan: K1 : Tanah Entisol 10 kg + kompos 0 kg (kontrol) K2 : Tanah Entisol 9 kg + kompos 1 kg K3 : Tanah Entisol 8 kg + kompos 2 kg K4 : Tanah Entisol 7 kg + kompos 3 kg K5 : Tanah Entisol 6 kg + kompos 4 kg K6 : Tanah Entisol 5 kg + kompos 5 kg Dengan persamaan : Yij = µ+αi+ɛij...(8) Dimana: Yij = hasil pengamatan dari faktor kompos pada taraf ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah sebenarnya αi = pengaruh faktor kompos pada taraf ke-i ɛij = pengaruh galat pada perlakuan kompos taraf ke-i dan taraf ulangan ke-j Analysis Of Variance (ANOVA) dilakukan untuk menguji hasil pengukuran ketebalan tanah. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan Sampel di Lapangan dan Pelaksanaan Penelitian di Rumah Kaca a. Menentukan titik pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan.

3 b. Mengambil sampel tanah Entisol sebanyak ± 300 kg, kemudian dikeringanginkan. Setelah kering tanah dipecah/digerus, dan diayak dengan ayakan 10 mesh. c. Mengambil kompos ± 70 kg, lalu dikering anginkan. Setelah kering, tanah digerus dan diayak dengan ayakan 10 mesh. d. Mengambil masing-masing tanah dan kompos yang telah diayak. Kemudian tanah dan kompos dicampurkan dan diaduk hingga merata. e. Mengambil polybag ukuran 10 kg, kemudian dituang perlakuan tanah dan kompos kedalam polybag. f. Menyiram tanah dalam polybag hingga jenuh untuk pemantapan tanahnya. Dilakukan penyiraman terus-menerus sampai tanah mantap. g. Mengambil contoh tanah setelah mencapai kapasitas lapang menggunakan ring sampel, untuk ditentukan sifat fisika tanah di Laboratorium. 2. Pengujian di laboratorium a. Mengukur tekstur tanah dengan metode hydrometer dan dianalisis dengan menggunakan segitiga USDA b. Menganalisis bahan C-organik dengan metode Walkley & Black Bahan organik tanah dihitung dengan menggunakan Persamaan (1) c. Menganalisis kerapatan massa tanah (bulk density) Kerapatan massa tanah dihitung dengan menggunakan Persamaan (2) d. Menganalisis kerapatan partikel tanah (particle density) Kerapatan partikel tanah dihitung dengan menggunakan Persamaan (3) e. Menganalisis porositas tanah

4 Porositas dihitung dengan menggunakan Persamaan (4) f. Menganalisis permeabilitas dengan metode Constant Head Test yang didasarkan pada Persamaan (5) g. Menganalisis kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen Kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen dihitung dengan menggunakan Persamaan (6). Di laboratorium kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen ditentukan berdasarkan uji pf h. Menganalisa air tersedia Air tersedia dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (7) Uji pf 2,54 (kapasitas lapang) dan pf 4,2 (titik layu permanen) di PPKS i. Mengukur kenaikan ketebalan tanah j. Menganalisis ukuran pori tanah dengan uji SEM (Scanning Electron Microscope) k. Melakukan pengujian hasil pengukuran ketebalan tanah dengan ANOVA pada tingkat signifikasi α = 5%, dengan hipotesis : Ho: Tidak ada perbedaan ketebalan tanah yang signifikasi diantara 6 perlakuan yang diuji Hi : Ada perbedaan ketebalan tanah yang signifikasi diantara 6 perlakuan yang diuji. Dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT), apabila terdapat perbedaan yang signifikasi diantara perlakuan. Parameter Penelitian 1. Tekstur tanah 2. Bahan organik tanah

5 3. Kerapatan massa tanah (bulk density) 4. Kerapatan partikel tanah (particle density) 5. Porositas 6. Permeabilitas 7. Kadar air kapasitas lapang 8. Air tersedia 9. Ketebalan tanah 10. Ukuran pori

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Tanah Tanah Entisol bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah. Tanah Entisol merupakan lahan marjinal yang memiliki sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang kurang subur karena memiliki tekstur pasir, struktur lepas, permeabilitas cepat, daya menahan dan menyimpan air yang rendah serta hara rendah dan bahan organik rendah. Tanah berpasir sangat porous sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman (Gaol, dkk., 2014). Kompos Dalam penelitian ini menggunakan kompos biotik produk Ipteks Bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IBIKK) Compost Centre Universitas Sumatera Utara. Kompos biotik unggul produk IBIKK Compost Centre Universitas Sumatera Utara dihasilkan untuk menjawab beberapa kebutuhan sekaligus yakni kompos yang mampu meningkatkan kesuburan tanah/media tanam, meningkatkan serapan unsur makro dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Dalam pembuatan kompos biotik unggul, Compost Centre melakukan proses penelitian untuk menghasilkan dekomposer yaitu DEPETA (Dekomposer Pembenah Tanah) yang terbuat dari mikroba Sacharomyces, Rizhopus oryzae, dan Lactobacillus sp yang dilarutkan dalam larutan gula. Selanjutnya DEPETA diaplikasikan pada formula feses ternak ruminansia.

7 Keunggulan Kompos Biotik Unggul Keunggulan kompos dinyatakan oleh Uji Laboratorium BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara Tahun Fungsi dari kompos biotik ini adalah asupan hara bagi tanaman, keseimbangan iklim mikro tanah, penyerapan unsur hara lebih efektif, pengendali penyakit, dan mengembalikan kesuburan tanah. Hasil pengukuran kompos dapat dilihat dari Tabel 7. Tabel 7. Hasil pengukuran kompos Parameter (%) N-Total 2,10 P 2 O5 2,96 K 2 O 4,45 MgO 2,13 Na 2 O 1,44 C-Organik 22,51 C/N 10,72 Sumber : (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014) Tabel 7 menunjukkan bahwa kompos berkategori baik karena sesuai dengan persyaratan SNI (Tabel 1) sehingga kompos dapat berperan baik untuk kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah sebagai media tumbuh tanaman serta kemampuan menahan air meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur BPBPI (2008) yang menyatakan bahwa kompos bermanfaat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Tekstur Tanah Dari hasil analisa tekstur tanah (Tabel 8), diketahui bahwa tanah Entisol bertekstur pasir berlempung, dimana fraksi pasir lebih dominan dari fraksi debu dan liat. Tekstur tanah ditentukan dengan menggunakan segitiga USDA

8 (Lampiran 2). Dengan mengetahui tekstur tanah dapat diketahui sifat fisika tanah tersebut sehingga mudah mengatasi permasalahan tanah dan meningkatkan kesuburannya. Tabel 8. Hasil analisa tekstur tanah Fraksi Tanah Entisol Debu Liat Tekstur Tanah Pasir (%) (%) (%) K1 85,84 5,89 8,26 Pasir Berlempung K2 85,84 6,56 7,60 Pasir Berlempung K3 84,56 7,94 7,49 Pasir Berlempung K4 83,89 7,94 8,16 Pasir Berlempung K5 80,56 11,94 7,94 Pasir Berlempung K6 78,56 15,28 6,16 Pasir Berlempung Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa dengan perlakuan penambahan kompos menyebabkan penurunan persentase fraksi pasir dan meningkatkan jumlah fraksi debu. Semakin porous tanah (semakin tinggi fraksi pasir) akan semakin mudah akar untuk berpenetrasi, serta semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik, air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi semakin mudah pula air untuk hilang dari tanah, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan literatur Soedarmo dan Pragoto (1985) serta Gaol, dkk (2014) yang menyatakan bahwa tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menahan air dan unsur hara. Bahan Organik Tanah Hasil analisa bahan organik disajikan pada Tabel 9, dimana perlakuan K6 (5 Kg tanah Entisol + 5 Kg kompos) memiliki kandungan bahan organik terbesar yaitu 4,69 % dengan kriteria sedang, sedangkan perlakukan K1 (kontrol) memiliki kandungan bahan organik terendah yaitu 0,74 % dengan kriteria sangat rendah.

9 Tabel 9. Hasil analisa kandungan bahan organik tanah Perlakuan Kadar C- Kandungan Bahan Organik (%) Organik (%) Kriteria K 1 0,43 0,74 Sangat rendah K2 0,93 1,60 Sangat rendah K3 1,29 2,22 Rendah K4 1,88 3,24 Rendah K5 2,31 3,98 Sedang K6 2,71 4,69 Sedang Hal ini disebabkan oleh, semakin tinggi perbandingan kompos pada setiap perlakuan maka semakin tinggi kandungan organik tanahnya sehingga dapat menambah kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah terutama pada tanah yang memiliki kandungan hara yang rendah seperti Entisol. Hal ini sesuai dengan literatur Neata, et al (2015) yang menyatakan bahwa di daerah dimana kandungan bahan organik tanah rendah, penggunaan kompos pada pertanian sangat dianjurkan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan untuk meningkatkan serta mempertahankan kualitas tanah. Tebal Tanah Hasil pengukuran tebal tanah dalam polybag ukuran 40 cm x 50 cm, diameter 23 cm dalam kondisi basah (kapasitas lapang dari pengukuran drainase bebas) dapat dilihat dari Tabel 10. Tabel 10. Hasil tebal tanah Entisol dengan pembenahan kompos Perlakuan Ketebalan Tanah (cm) K1 (Kontrol) 13,83 K2 15,25 K3 16,67 K4 17,29 K5 18,70 K6 20,16 Dari Tabel 10 diketahui bahwa tanah Entisol tanpa kompos memiliki ketebalan terendah yaitu 13,83 cm dan yang tertinggi adalah perlakuan K6 (5 kg

10 tanah Entisol + 5 kg kompos) yaitu 20,16 cm. Hal ini disebabkan karena K1 (tanah Entisol tanpa kompos) lebih padat dibanding tanah Entisol yang diberikan kompos berdasarkan perbandingan kompos masing-masing, dimana kompos berperan dapat menggemburkan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Tanah yang padat akan mengurangi kapasitas memegang air, mengurangi kandungan udara, memberikan hambatan fisik yang besar pada penetrasi akar sehingga mengurangi kemampuannya memanen air, udara dan hara. Hal ini sesuai dengan literatur Atmojo (2003) yang menyatakan bahwa untuk mengatasi permasalahan tanah yang padat dapat digunakan pembenah organik yang ringan sehingga tanah menjadi lebih gembur. Pada saat pembasahan tanah (pemberian air) tanah mengalami pengembangan yang berasal dari bahan organik yang terkandung di dalam tanah yang mampu menahan air dengan baik sehingga tanah dengan perlakuan kompos memiliki tebal tanah yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur BPBPI (2008) dan Supriyadi (2008) yang menyatakan bahwa kompos bermanfaat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Peningkatan bahan organik tanah dari tanah yang terdegradasi akan meningkatkan hasil tanaman dan budidaya karena tiga mekanisme yaitu (1) peningkatan kapasitas air tersedia, (2) peningkatan suplai unsur hara dan (3) peningkatan struktur tanah dan sifat fisik lainnya. Pada analisis sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa pemberian kompos pada tanah Entisol menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap ketebalan tanah.

11 Tabel 11. Uji DMRT pengaruh perlakuan kompos terhadap tebal tanah Jarak DMRT Notasi Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0, K1 (Kontrol) 13,83 a A 2 1,307 1,834 K2 15,25 b AB 3 1,371 1,932 K3 16,67 c BC 4 1,414 1,987 K4 17,29 c CD 5 1,426 2,021 K5 18,70 d DE 6 1,443 2,055 K6 20,16 e E Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5% dan tidak berbeda sangat nyata pada taraf 1%. Hasil uji DMRT (Tabel 11) menunjukkan perlakuan K6 yang paling tebal namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan K5 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan K1, K2, K3 dan K4. Dari segi penyimpanan air diperkirakan tanah yang lebih tebal akan lebih banyak menyimpan air. Hal ini sesuai dengan literatur Indranada, (1986) yang menyatakan bahwa kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air, semakin dalam maka ketersediaan kadar air juga akan semakin banyak. Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density) Hasil pengukuran kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas dapat dilihat dari Tabel 12. Tabel 12. Kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas Perlakuan Kerapatan Massa Kerapatan Partikel Porositas Tanah Tanah (g/cm 3 3 (%) ) (g/cm ) K1 (Kontrol) 1,44 1,7 16 K2 1,24 1,52 19 K3 1,15 1,48 23 K4 1,07 1,43 26 K5 0,97 1,35 29 K6 0,83 1,31 37 Dari Tabel 12 didapat hasil pengukuran kerapatan massa tanah yang berbeda pada setiap perlakuan, dimana kerapatan massa tertinggi terdapat pada K1 dan terendah pada K6. Bulk density dapat menjadi suatu petunjuk tidak langsung

12 kepadatan tanah, udara, air, dan penetrasi akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Tanah dengam bobot yang besar (K1 sebesar 1,44 g/cm 3 ) akan lebih sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, begitu pula sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah (K6 sebesar 0,83 g/cm 3 ), akar tanaman lebih mudah berkembang. Menurut Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa kerapatan lindak (kerapatan isi, atau bobot isi atau bobot volume atau bulk density), menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah (volume total). Kerapatan isi tanah merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin tinggi kerapatan isi tanah makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Nilai kerapatan massa pada tanah Entisol (kontrol) sampai dengan perlakuan kompos (5 kg tanah Entisol + 5 kg kompos) ini berkisar 0,83-1,44 g/cm 3. Dimana nilai kerapatan tanah Entisol terbesar adalah 1,44 g/cm 3 (K1 atau kontrol) dan yang terkecil adalah 0,83 g/cm 3 (K6). Hal ini sesuai dengan literatur Hossain, et al (2015) yang menyatakan bahwa variasi dalam bulk density disebabkan proporsi relatif dan berat jenis partikel-partikel organik dan anorganik padat dan porositas tanah. Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan massa antara 1,0-2,0 g/cm 3 dan tanah gembur terbuka dengan kandungan bahan organik yang baik akan memiliki bulk density <1,0 g/cm 3. Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density) Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan K6 memiliki nilai kerapatan 3 partikel tanah terendah yaitu 1,31 g/cm dibandingkan dengan perlakuan K1 (tanpa kompos/kontrol) yaitu 1,70 g/cm 3. Hasil ini berbanding lurus dengan kerapatan massa tanah Entisol, dimana tanah yang menggunakan perbandingan

13 kompos yang lebih banyak memiliki nilai kerapatan massa yang semakin rendah begitupun dengan kerapatan partikel. Hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa semakin banyak kandungan organik yang terkandung di dalam tanah, maka semakin kecil nilai particle densitynya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain. Perlakuan K1 (tanpa kompos/kontrol) nilai kerapatan partikelnya yaitu 1,70 g/cm 3, berada dibawah nilai rata-rata kerapatan partikel tanah mineral di lapangan yaitu 2,65 g/cm 3. Hal ini disebabkan oleh struktur dan tekstur tanah yang mempengaruhi volume kepadatan tanah. Tekstur Entisol yang pasir berlempung, dimana tekstur ini memiliki banyak pori makro atau pori kasar, menyebabkan volume kepadatan tanah kecil. Disamping itu pada awal percobaan tanah dalam keadaan terganggu karena harus digerus dan ayak untuk mendapatkan butiran yang seragam sebelum dituang dalam polybag, selanjutnya tanah perlu melalui proses pemantapan dan kepadatannya tidak sama dengan kondisi di lapangan (struktur tanahnya berbeda). Hal ini sesuai dengan literatur Siregar (2016) yang telah melakukan penelitian mengenai kajian distribusi air pada tanah Andosol menggunakan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan jumlah pemberian air yang berbeda. Dari satu parameter penelitian didapat nilai kerapatan partikel yaitu 1,41-1,61 g/cm 3. Dimana sebelumnya kondisi tanah yang digunakan juga terganggu karena telah digerus untuk mendapatkan butiran yang seragam.

14 Porositas Tanah Dari Tabel 12 didapat hasil porositas tanah tertinggi adalah K6 yaitu 37% dan terendah K1 yaitu 16%. Porositas K6 memiliki porositas yang lebih tinggi karena K6 memiliki perbandingan kerapatan massa dan kerapatan partikel yang rendah daripada perlakuan yang lain, dimana tinggi rendahnya nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel dipengaruhi oleh bahan organik tanahnya sehingga tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi memiliki porositas yang tinggi pula. Kenaikan kandungan bahan organik tanah dapat meningkatkan porositas tanah sehingga akan lebih memantapkan struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah di permukaan. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perbaikan sifat fisika tanah termasuk peningkatan kapasitas infiltrasinya. Hal ini sesuai dengan literatur Yulipriyanto (2010) yang menyatakan bahwa keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Selain itu menurut AAK (1983) porositas ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tekstur tanah. Tanah-tanah pasir mempunyai porositas kurang dari 50 %. Ukuran Pori Hasil pengukuran ukuran pori tanah Entisol dengan uji SEM, perbesaran 4000 kali dapat dilihat dari Tabel 13.

15 Tabel 13. Data ukuran pori tanah Entisol Perlakuan Rata-rata (µm) KI 4,125 K2 2,859 K3 3,845 K4 4,125 K5 5,070 K6 5,493 Diketahui ukuran pori-pori tanah Entisol berkisar antara 2,859-5,493 µm tergolong ke dalam kelas sedang-kasar. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa pori-pori tanah tergolong kelas sedang (2,0-5,0 µm) dan kasar (>5,0 µm ) dilihat dari Tabel 6. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (macro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanahtanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kering. K1 K2 K3 K4

16 K5 Permeabilitas Tanah Gambar 2. Ukuran pori K6 Hasil pengukuran permeabilitas tanah disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil analisa permeabilitas tanah Perlakuan Permeabilitas (cm/jam) Kriteria K1 (Kontrol) 3,81 Sedang K2 5,64 Sedang K3 4,10 Sedang K4 3,17 Sedang K5 2,30 Sedang K6 1,24 Agak lambat Pada pengukuran permeabilitas tanah dalam kondisi jenuh menunjukkan bahwa laju permeabilitas pada K1 (kontrol), K2, K3, K4 dan K5 dengan kriteria sedang, sedangkan pada K6 kriterianya agak lambat. Dimana, laju permeabilitas tertinggi ditunjukkan pada perlakuan K2 yaitu 5,64 cm/jam dan yang terendah adalah K6 yaitu 1,24 cm/jam. Permeabilitas dipengaruhi oleh porositas tanah, dimana tanah dengan perbandingan kompos yang tinggi menyebabkan porositas tanahnya juga tinggi. Pori tanah yang awalnya berukuran makro akan berubah menjadi ukuran meso karena sebagian besar telah terisi oleh kompos. Kompos memiliki sifat yang sama dengan liat, semakin banyak kompos maka semakin kuat pengikatanya terhadap hara dan air, sehingga hal inilah yang menyebabkan

17 permeabilitas tanah dengan kandungan kompos yang tinggi menjadi semakin lambat. Permeabilitas berbanding terbalik dengan data ukuran pori (Tabel 13), karena disebabkan dengan lebih banyak penggunaan kompos atau bahan organik, maka akan lebih banyak pori-pori dengan ukuran sedang-kasar yang terisi oleh komponen atau unsur kompos sehingga pengikatan airnya semakin kuat dan permeabilitas tanahnya semakin lambat. Kadar Air Kapasitas Lapang Hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang disajikan pada Tabel 16. Nilai pf adalah tegangan air tanah untuk menentukan kemampuan tanah dalam memegang air dalam kondisi kapasitas lapang (pf 2,54) dan titik layu permanen (pf 4,2). Tabel 15. Data kadar air tanah pada kapasitas lapang dan titik layu permanen Perlakuan pf 2,54 (%) pf 4,2 (%) Air Tersedia (Kapasitas Lapang) (Titik Layu Permanen) (%) K1 (Kontrol) 13,16 4,83 8,33 K2 15,03 5,91 9,12 K3 16,40 9,31 7,09 K4 29,62 22,75 6,87 K5 33,09 26,42 6,67 K6 33,25 26,18 7,07 Dari Tabel 15 dapat dilihat nilai uji pf 2,54 (kapasitas lapang) pada perlakuan K1 memiliki kadar air tanah terendah yaitu 13,16% dan K6 yang tertinggi yaitu 33,25%. Pada pf 4,2 (titik layu permanen) nilai K1 merupakan hasil kadar air tanah terendah yaitu 4,83% dan K5 yang tertinggi yaitu 26,42%. Kemampuan tanah dalam memegang air pada kondisi kapasitas lapang dan titik layu permanen dengan perbandingan kompos yang lebih banyak akan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan tanah Entisol tanpa kompos (kontrol). Hal ini sesuai

18 dengan literatur Supriyadi (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan erat antara peningkatan bahan organik dan kapasitas air tersedia dan kemampuan tanah untuk bertahan pada kekeringan tanah yaitu dengan meningkatkan kandungan air tanah dengan meningkatkan karbon organik. Air Tersedia Hasil uji pf pada kondisi kapasitas lapang (pf 2,54) dan titik layu permanen (pf 4,2) akan menentukan besarnya nilai air tersedia di dalam tanah karena air yang berada antara titik layu permanen dan kapasitas lapang disebut air tersedia. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah air tersedia tertinggi adalah K2 sebesar 9,12% dan yang terendah adalah K5 sebesar 6,67%. Hal ini sesuai dengan literatur Kurnia, dkk (2006) yang menyatakan bahwa air yang berada dalam pori pemegang air disebut air tersedia bagi tanaman, berada antara kapasitas lapang (pf 2,54) dan titik layu (pf 4,2). Air tersedia pada K3, K4, K5, K6 lebih kecil dari K1 dan K2 karena data menunjukkan bahwa semakin banyak kompos yang diberikan ke tanah akan meningkatkan nilai kapasitas lapang dan titik layu permanen. Namun dengan peningkatan nilai kapasitas lapang dan titik layu permanen tidak meningkatkan air tersedia, justru setelah perlakuan K2 (9 kg tanah Entisol + 1 kg kompos), penambahan kompos pada tanah Entisol akan menurunkan air tersedia. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan kompos yang melebihi perlakuan K2, kemampuan tanah mengikat air lebih besar (ditunjukkan oleh pf 4,2 yang semakin besar) karena semakin banyak komponen kompos yang mengisi pori-pori partikel tanah sehingga pengikatan airnya semakin kuat seperti ditunjukkan oleh data permeabilitas tanah Entisol. Hal ini sesuai dengan literatur

19 Atmojo (2003) yang menyatakan bahwa proses dekomposisi atau mineralisasi, disamping dipengaruhi oleh kualitas bahan organiknya, juga dipengaruhi oleh frekuensi penambahan bahan organik. Dilihat dari jumlah air tersedia yang tertinggi untuk tanah Entisol adalah perlakuan K2 (9 kg tanah Entisol + 1 kg kompos), dengan semakin banyak penggunaan kompos pada tanah maka pengikatan kompos terhadap air akan semakin kuat pula sesuai dengan sifat kompos yang sama dengan liat. Hal ini sesuai dengan literatur Foth dan Adisumarto (1999) yang menyatakan bahwa humus bertindak sama dengan tanah liat dalam mempertahankan hara dalam bentuk tersedia terhadap pencucian dan mempertahankan hara dalam bentuk yang tersedia untuk tumbuhan dan jasad renik. Dari penelitian Huda (2016) dan Harahap (2016) pada tanah Ultisol bertekstur lempung berpasir dan Inceptisol bertekstur lempung berpasir menunjukkan bahwa air tersedia yang lebih tinggi pada perlakuan K4 (7 kg tanah mineral + 3 kg kompos) dengan hasil 7,00% (Ultisol) dan 9,06% (Inceptisol). Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan air bagi tanaman pada tanah dengan pembenahan kompos akan tergantung pada jenis tanah dan tekstur tanahnya. Adanya perbedaan jenis tanah dan tekstur tanah dapat mempengaruhi kesesuaian jumlah perbandingan kompos yang berbeda pula. Pada tanah Entisol yang lebih banyak mengandung pasir perbandingan kompos yang baik untuk ketersediaan air adalah K2 (9 kg tanah Entisol + 1 kg kompos).

20 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Entisol dengan tekstur tanah pasir berlempung. 2. Tanah Entisol tanpa kompos memiliki tebal terendah yaitu 13,83 cm dan tertinggi pada perlakuan K6 (5 kg tanah Entisol + 5 kg kompos) yaitu 20,16 cm. 3. Porositas tanah tertinggi pada perlakuan K6 (5 kg tanah Entisol + 5 kg kompos) yaitu 37% dan terendah pada perlakuan K1 (tanpa kompos) yaitu 16%. 4. Ukuran pori-pori tanah Entisol berkisar antara 2,859-5,493 µm tergolong ke dalam kelas sedang-kasar, dimana semakin banyak komposisi kompos maka semakin besar ukuran pori tanah. 5. Permeabilitas tertinggi pada perlakuan K2 (9 kg tanah Entisol + 1 kg kompos) yaitu 5,61 cm/jam tergolong kriteria sedang dan terendah pada perlakuan K6 (5 kg tanah Entisol + 5 kg kompos) yaitu 1,24 cm/jam tergolong criteria agak lambat. 6. Jumlah air tersedia tertinggi pada perlakuan K2 (9 kg tanah Entisol + 1 kg kompos) sebesar 9,12% dan terendah pada perlakuan K5 (6 kg tanah Entisol + 4 kg kompos) sebesar 6,67%. 7. Ketersediaan air bagi tanaman pada tanah dengan pembenahan kompos akan tergantung pada jenis tanah dan tekstur tanahnya.

21 Saran 1. Pada penelitian lanjutan untuk mengetahui hubungan ukuran pori partikel tanah dengan kompos terhadap pengikatan air tanah dengan ulangan yang lebih banyak. 2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan tanaman pada tanah Entisol dengan perlakuan kompos untuk melihat seberapa besar pengaruh kompos terhadap tanaman.

Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan

Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan Pelaksanaan penelitian di rumah kaca Pengujian sampel di laboratorium Dianalisis data yang diperoleh - Tekstur tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari bermacam-macam lapisan, yang warna dan tebalnya tidak sama, serta

TINJAUAN PUSTAKA. dari bermacam-macam lapisan, yang warna dan tebalnya tidak sama, serta TINJAUAN PUSTAKA Tanah Entisol Tanah adalah tubuh alam tempat tumbuhan dapat hidup. Tanah tersusun dari bermacam-macam lapisan, yang warna dan tebalnya tidak sama, serta terbentuk dari bahan yang tidak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK PENENTUAN BULK DENSITY Fauziah Mas ud Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Bulk density merupakan berat suatu massa tanah per satuan

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI. PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI. Oleh: Meizal Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK Universitas Islam Sumatera Utara ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik II. TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Hantaran Hidrolik Hantaran hidrolik adalah salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dan pengelolaan tanah. Hantaran hidrolik berperan penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman

Mulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Studi Literatur Pemilihan Tanah dan Tanaman Persiapan Benih Tanaman Persiapan Tanah : - Pengayakan tanah - pemasukan tanah dalam polibag - pemantapan tanah Penanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kesuburan dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kesuburan dan BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kesuburan dan Kimia Tanah serta balai penelitian dan riset Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN TANAH MEMEGANG AIR SEBAGAI RESPON PERLAKUAN BAHAN ORGANIK ENCENG GONDOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN TANAH MEMEGANG AIR SEBAGAI RESPON PERLAKUAN BAHAN ORGANIK ENCENG GONDOK PENINGKATAN KEMAMPUAN TANAH MEMEGANG AIR SEBAGAI RESPON PERLAKUAN BAHAN ORGANIK ENCENG GONDOK (Eichornia Crassipes) PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mayz L.) 1 HERMAN UNO 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan limbak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L.) Merr. memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik Awal Tanah Latosol yang di ambil dari lahan percobaan IPB Cikabayan Darmaga memiliki bobot isi 0,86 gram cm -3, pori air tersedia < 20%, pori drainase

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis 26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik (Effluent Sapi) Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 1 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 1 (2016), Hal ISSN : PRISM FISIK, Vol. IV, No. (26), Hal. 28-35 ISSN : 2337-824 Pengaruh Sifat Fisik Tanah Terhadap Konduktivitas Hidrolik Jenuh pada ahan Pertanian Produktif di Desa rang imbung Kalimantan Barat Tri Handayani,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam 6 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam tanah.infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh, terjadi di bawah pengaruh hisapan matriks

Lebih terperinci

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Dokuchnev

Lebih terperinci

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur No. Parameter Sifat Fisik Metode 1. 2. 3. 4. 5. Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur Gravimetri Gravimetri pf Pengayakan Kering dan Basah Bouyoucus (Hidrometer) 6.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol tergolong tanah yang subur. Tanah Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah sehingga dapat digunakan untuk pertanian

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014 KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI SEI KRIO KECAMATAN SUNGGAL DAN DI PTPN II KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability study of Several

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH Semester : Genap 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Bagus Satrio Pinandito NIM : A1C011072 Rombongan : 12 Asisten : KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume tanah ini termasuk butiran padat dan pori-pori tanah diantara partikel tanah.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase Menurut Suripin (2004), drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTOSIL TERHADAP TOTAL MIKROORGANISME TANAH DAN AKTIVITAS MIKROORGANISME (RESPIRASI) TANAH PADA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah yang terindikasi terserang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak baik padat maupun cair yang bercampur dengan sisa-sisa makanan. Pupuk kandang tersebut selain dapat menambah unsur

Lebih terperinci

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PRAKTIKUM IV PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB Oleh Kelompok 4 Anarita Diana 1147060007 Asep Yusuf Faturohman 1147060009 Elfa Muhammad 1147060024 Gustaman

Lebih terperinci

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA Usaha pelestarian dan pembudidayaan Kultivan (ikan,udang,rajungan) dapat dilakukan untuk meningkatkan kelulushidupan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability Study of Several Soil Types in Kwala Bekala Field Trials USU Through Laboratory

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkecambahan benih kopi A. Hasil Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benih kopi, dilakukan pengamatan terhadap dua variabel yaitu daya berkecambah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir menempati 50% volume tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah sebagai media tumbuh tanaman Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Celawan Kec. Pantai Cermin Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa Pusaka Kencana

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK DAN TINGKAT KELENGASAN TANAH TERHADAP SERAPAN FOSFOR OLEH KACANG TUNGGAK DI TANAH PASIR PANTAI

PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK DAN TINGKAT KELENGASAN TANAH TERHADAP SERAPAN FOSFOR OLEH KACANG TUNGGAK DI TANAH PASIR PANTAI Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) p: 52-58 PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK DAN TINGKAT KELENGASAN TANAH TERHADAP SERAPAN FOSFOR OLEH KACANG TUNGGAK DI TANAH PASIR PANTAI ES. Wigati 1, Abdul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang TINJAUAN PUSTAKA Permeabilitas Tanah Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang tersedia, yang berkaitan dengan tekstur tanah dan kandungan bahan organik. Indikator tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya, menggunakannya dan memperhatikannya. Kita

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun LAMPIRAN 111 Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun Minggu Setelah Tanam Cara Aplikasi Dosis (g) Jenis pupuk 5 Siram 0.5 NPK 15.15.6.4.TE *) (150

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan pertanaman nanas (Ananas comosus L.) yang banyak mengandung bahan kasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI 1 PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI Rina Maharany Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPAP Medan. Jalan Willem Iskandar, Pancing Medan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Tektur Tanah = %pasir, debu & liat dalam tanah Tektur tanah adalah sifat fisika tanah yang sangat penting

Lebih terperinci

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI Oleh: Septia Handayani 20120210126

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi 12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat, dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bahan padat terdiri atas bahan organic pada berbagai tingkat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

Laporan. Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Tekstur. Cynthia Diesta Firly Hari Selasa, WIB Assisten : Himawan

Laporan. Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Tekstur. Cynthia Diesta Firly Hari Selasa, WIB Assisten : Himawan Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Tekstur Cynthia Diesta Firly 105040201111051 Hari Selasa,11.00 12.40 WIB Assisten : Himawan UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI 2010

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan Indonesia).

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan Indonesia). 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Tanah Ultisol merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yaitu sekitar 51 juta ha (lebih kurang 29% luas daratan Indonesia). Akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Screen House B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret

Lebih terperinci

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan a. Kadar Air pada Tekanan pf 1 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat salah satu perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG Elita Agus Manalu 1), Arsyad 2), dan Suryanto 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi elitamanalu115@gmail.com

Lebih terperinci