SUBTERRANEAN DISSECTION PADA NEUROFIBROMA YANG TERDAPAT DI BIBIR BAWAH SISI KANAN PADA SEORANG PASIEN NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1
|
|
- Ivan Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Kasus SUBTERRANEAN DISSECTION PADA NEUROFIBROMA YANG TERDAPAT DI BIBIR BAWAH SISI KANAN PADA SEORANG PASIEN NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1 Sri Lestari, Taufik Hidayat, Henry Tanojo, Lawrence Field * Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. M. Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Indonesia *) Founder, International Dermatologic Surgery Mentorship Program ABSTRAK Neurofibromatosis tipe 1 (NF1) adalah kelainan autosomal dominan dan multisistem. Insidensnya terjadi pada sekitar 1 tiap 3000 kelahiran hidup. Hingga saat ini belum tersedia terapi definitif untuk NF1 tindakan bedah merupakan tindakan untuk membuang kelainan neurofibroma. Subterranean dissection merupakan salah satu tindakan bedah untuk neurofibroma yang terdapat pada bibir. Seorang laki-laki berusia 18 tahun dengan diagnosis NF1. Pasien hanya ingin membuang neurofibroma pada bibir bawah kanan. Dilakukan tindakan subterranean dissection untuk membuang neurofibroma tersebut. Tindakan diawali dengan mengoleskan antiseptik Betadine dan alkohol 70% pada daerah lesi dan sekitarnya. Dilakukan injeksi anestesi bilevel menggunakan Pehacaine 8cc (lidocaine 2% + adrenalin 1:80.000) di bawah tumor dan jaringan sekitarnya serta pada garis insisi. Setelah ditunggu selama 20 menit kemudian dilakukan insisi dimulai dari garis vermilion sudut bibir ke arah tengah bibir. Dilakukan diseksi tumor (neurofibroma) pada bibir dan sedikit pemotongan pada kulit mukosa yang berlebih. Dilakukan penutupan lesi dengan Vicryl 5.0 dan terakhir dengan Prolene 5.0 kemudian dioleskan antibiotik topikal. Telah dilakukan diseksi neurofibroma pada bibir bawah sisi kanan dengan teknik subterranean dissection menggunakan anestesi bilevel dengan hasil baik tanpa deformitas pada dagu dan bibir bawah tetap simetris dan pasien merasa puas.(mdvi 2011; 38/3: ) Kata kunci: subterranean dissection, neurofibroma pada bibir bawah, neurofibromatosis tipe 1, anestesia bilevel ABSTRACT Neurofibromatosis type 1 (NF1) is an autosomal dominant and multisystem disorder. The incidence is of 1 in 3000 live births. Until now there is no definitive therapy for NF1 while surgery procedure remains a choice to remove neurofibromas. Subterranean dissection is a technique to remove lip neurofibroma. An 18-year-old man with NF1 came to remove only his neurofibroma on the right lower lips. A subterranean dissection was performed to remove the neurofibroma. Initially, Betadine and alcohol 70% was applied to the lesion and surrounding skin. An 8 cc Pehakain (lidocaine 2% and adrenaline 1:80,000) was injected using bilevel anesthesia technique below the tumor and surounding skin and into the incisional line after. Waiting 20 minutes, then incision line was performed starting from the lip corner extending into medial. Tumor was dissected and the excess mucosal surface was cut. The lesion was closed using Vicryl 5.0 and Prolene 5.0 and topical antibiotic was applied. Subterranean dissection with bilevel anesthesia was performed to dissect lower lip neurofibroma. The result is good, no chin deformity, symmetrical lips, and patient was satisfied.(mdvi 2011; 38/3:20-24) Korespondensi : Jl. Perintis Kemerdekaan - Padang srilestari_07@yahoo.com Keywords: subterranean dissection, lower lip neurofibroma, neurofibromatosis type 1, bilevel anesthesia 129
2 Sri Lestari dkk Subterranean dissection PENDAHULUAN Neurofibromatosis tipe 1 (NF-1) atau yang dikenal sebagai penyakit Von Recklinghausen adalah suatu penyakit yang diturunkan secara dominan autosomal. Insidens penyakit NF-1 adalah 1:3000 kelahiran. 1 Diagnosis NF-1 ditegakkan berdasarkan dua dari kriteria berikut: enam atau lebih makula café-au-lait (diameter lebih dari 0,5 cm pada anak-anak, dan lebih dari 1,5 cm pada dewasa), freckles pada lipat intertriginosa, neurofibroma dengan jumlah dua atau lebih atau lebih dari sebuah neurofibroma pleksiformis, glioma saraf optikus, lesi tulang khas, nodul iris Lisch, atau riwayat keluarga dengan NF-1. 1 Neurofibroma dapat muncul pada kutis atau subkutis. Neurofibroma kutis muncul di atas permukaan kulit atau tidak menonjol di atas permukaan kulit dengan kulit berwarna violaceous. Konsistensi neurofibroma lebih lunak dibandingkan dengan jaringan ikat sekitarnya dan ketika ditekan menggunakan jari menimbulkan suatu sensasi buttonholing. Neurofibroma subkutis dapat muncul di intramuskular dengan palpasi yang lebih keras. 1 Tatalaksana pasien dengan NF-1 hendaknya melibatkan berbagai bidang spesialisasi. Hingga saat ini belum tersedia pengobatan definitif untuk mengobati NF-1. Neurofibroma yang banyak dapat dibuang dengan tindakan bedah untuk alasan kosmetik atau untuk mencegah iritasi pada tumor dengan lokasi di daerah gesekan. Komplikasi tindakan bedah adalah tumor muncul kembali dan kerusakan saraf. 1 Neurofibroma dapat muncul di berbagai bagian tubuh termasuk bibir. Lesi neurofibroma dapat muncul di berbagai lokasi bibir. Vermillion border adalah batas mukokutaneus antara kulit dan mukosa kering atau vermillion dari bibir. Batas ini tampak jelas dan setelah tindakan bedah harus direkonstruksi dengan tepat untuk mempertahankan struktur yang simetris. Sebuah sikatriks atau ketidaksempurnaan setelah bedah pada bibir dapat menyebabkan tekanan psikologis. 2 Lesi superfisial yang kecil di sekitar bibir dapat dibuang dengan eksisi atau biopsi plong dan dapat sembuh dengan hasil yang memuaskan. Lesi superfisial yang lebih besar membutuhkan teknik tindakan khusus, misalnya local rotation atau advanced flap. 2 kecil. Tidak ada riwayat anggota keluarga lain dengan penyakit serupa. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik, body mass index normal, pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan kulit didapatkan pada bibir bawah bagian kanan, pelipis mata kiri, lipat siku kiri, dan badan didapati banyak tumor kecoklatan berukuran 0,5-1 cm dengan konsistensi lunak. Pada dada, punggung, abdomen, aksila, dan sela paha didapatkan makula café-aulait. Hasil konsultasi Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Saraf, dan Ilmu Bedah tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil darah rutin dalam batas normal. Diagnosis klinis adalah NF1. Setelah konsultasi dengan Profesor Lawrence Field untuk membuang tumor (neurofibroma) pada bibir bawah kanan dilakukan tindakan subterranean dissection dengan anestesi bilevel. Prosedur tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kulit lesi dan sekitarnya disterilkan dengan Betadine dan alkohol 70% 2. Garis insisi ditandai dengan marker steril (Gambar 1) 3. Injeksi Pehacaine (lidocaine 2% + adrenalin 1:80.000) 8cc dengan teknik anestesia bilevel pada bawah tumor dan jaringan sekitarnya serta pada garis insisi 4. Ditunggu 20 menit LAPORAN KASUS Seorang pasien, laki-laki, 18 tahun, suku Minang, pekerja pabrik roti, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin, RSUP dr. M. Djamil Padang dengan keluhan utama ingin membuang benjolan sewarna kulit sebesar kelereng pada bibir bawah kanan sejak 5 tahun yang lalu karena sangat mengganggu penampilan. Pasien juga mengeluhkan muncul benjolan-benjolan kecil sewarna kulit dan bercak-bercak kecoklatan tanpa keluhan apapun di sebagian besar tubuh yang muncul perlahan-lahan dan membesar sejak pasien (Gambar 2) 130
3 MDVI 5. Insisi dimulai pada garis vermillion dimulai dari sudut bibir bawah kanan ke arah tengah Vol. 38 No. 3 Tahun 2011; Dilakukan penutupan lesi menggunakan Vicryl 5.0 dan Prolene Dioleskan antibiotik topikal pada daerah lesi kemudian ditutup dengan kasa steril. 10. Foto segera setelah operasi (Gambar 3) 6. Subterranean dissection pada neurofibroma dengan melakukan eksisi pada tumor tersebut. Catatan: perlu diperhatikan agar jangan membuang jaringan terlalu banyak untuk menjaga volume bibir bawah agar tetap simetris. (Gambar 6) Gambar 7. Sebelum operasi Gambar 8. Satu minggu setelah operasi (buka jahitan, tampak edema eritema) (Gambar 4) 7. Neurofibroma yang telah dipotong. Dilakukan sedikit pemotongan pada kulit mukosa yang berlebih. Gambar 9. Dua minggu setelah operasi, hasil baik, bibir simetris,tidak ditemukan deformitas dagu, tampak hairline scar (Gambar 5) 131
4 Sri Lestari dkk Subterranean dissection DISKUSI Dilaporkan sebuah kasus NF-1 pada seorang laki-laki berusia 18 tahun. Diagnosis klinis NF-1 ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pasien ditemukan tiga dari tujuh kriteria diagnosis NF-1, yaitu: makula café-au-lait berukuran 1,5 cm dengan jumlah lebih dari 6 buah, freckles di daerah intertriginosa yaitu aksila dan inguinal, dan neurofibroma dengan jumlah lebih dari dua. Gejala NF-1 yang lain seperti glioma saraf optikus, lesi tulang tertentu, nodul iris Lisch atau adanya keluarga inti dengan NF-1 tidak ditemukan pada pasien ini. 3 Keluhan utama adalah hanya ingin mengangkat tumor yaitu suatu neurofibroma di bibir bawah kanan. Hingga saat ini, tindakan bedah adalah salah satu pilihan untuk membuang neurofibroma terutama pada neurofibroma yang mengganggu penampilan. 4 Bibir merupakan struktur yang simetris yang menempati daerah sepertiga wajah bagian bawah. Tindakan bedah pada daerah ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan tepat untuk menjaga bibir tetap simetris. Skar atau ketidaksimetrisan bibir setelah tindakan dapat mengganggu penampilan dan menimbulkan dampak psikologis pasien. 2 Terdapat beberapa pilihan desain untuk membuang suatu tumor pada bibir. 2,5 Wedge resection dapat dilakukan jika lesinya kurang dari sepertiga bibir. Pada bibir bagian bawah, bagian kulit dari desain ini hendaknya tidak melebihi di bawah garis horizontal penonjolan dagu, dan garis insisi pada mukosa hendaknya tidak melebihi sulkus gingival-labial. 2 Sebuah desain teknik tindakan bedah lainnya adalah dengan hinged mucosal flap pada bagian bibir bawah yang dapat mempertahankan kontur bibir tanpa tindakan invasi dari bagian invasi pada bagian bawah infra-vermilion atau daerah dagu, dan tanpa invasi bagian anterior dari vermilion. Hinged mucosal flap dapat digunakan untuk membuang tumor pada mukosa bibir, teknik ini kurang tepat untuk dilakukan pada kasus ini karena lokasi tumor berada pada mukosa bibir dan meluas ke bagian kulit inferior bibir. 5 Penulis melakukan suatu konsultasi pribadi melalui surat elektronik dengan Prof. Lawrence Field, dimana dari hasil konsultasi tersebut beliau menyarankan untuk dilakukan suatu teknik subterranean dissection untuk lesi neurofibroma tersebut. Subterranean dissection adalah suatu teknik tindakan bedah untuk membuang tumor pada daerah mukosa kering yang meluas ke daerah sekitarnya dan tetap mempertahankan struktur mukosa agar utuh. Makna dari subterranean adalah bekerja di bawah permukaan. Sehingga melalui teknik ini, penulis membuang neurofibroma dengan mengangkat terlebih dahulu mukosa bibir sehingga jaringan neurofibroma dapat dengan mudah dilihat dan dibuang. Tindakan bedah dilakukan dengan anestesia bilevel, yaitu injeksi 8 cc pehakain (lidokain 2% dan adrenalin 1:80,000) pada bawah tumor dan jaringan sekitarnya serta Gambar 10. Desain subterranean dissection untuk lesi neurofibroma di bibir bawah kanan. pada garis insisi. Anestesi pada bawah tumor ini selain untuk anestesi juga bertujuan membuat lesi menjadi lebih bulging, perdarahan minimal atau tidak ada. Anestesi pada daerah sekitar lesi untuk memudahkan undermining karena terjadi hydrodissection. Anestesi pada sekitar garis insisi untuk meniadakan rasa nyeri. 6 Pada teknik anestesia bilevel oleh Field (2001) digunakan cairan tumescent untuk injeksi pada bagian bawah tumor, penulis memilih menggunakan pehakain sebagai pengganti cairan tumescent karena lesi yang relatif kecil. Insisi pada garis vermilion dimulai dari sudut bibir kiri pasien ke arah medial, kemudian mukosa di angkat ke atas hingga tampak jaringan neurofibroma, dilakukan diseksi neurofibroma, dan dijahit. Hasil pemeriksaan histopatologik pasca tindakan pada tumor tersebut mendukung diagnosis klinis neurofibroma. Telah dilakukan suatu subterranean dissection pada neurofibroma di bibir bawah kanan seorang pasien dengan NF-1 dengan anestesi bilevel, pada hasil satu minggu followup didapatkan edema eritema pada lokasi tindakan, dan setelah dua minggu follow-up didapatkan edema eritema berkurang, bibir simetris, tidak ditemukan deformitas dagu, dan tampak hairline scar. Pasien sangat puas dengan hasil tindakan ini. KESIMPULAN Dilaporkan suatu kasus NF-1 pada seorang laki-laki berusia 18 tahun. Pasien datang hanya ingin membuang neurofibroma pada bibir bawah kanannya karena mengganggu penampilan. Penulis membuang neurofibroma menggunakan teknik subterranean dissection dengan anestesia bilevel. Hasil follow-up dua minggu pascaoperasi didapatkan edema eritema berkurang, bibir simetris, tidak ditemukan deformitas dagu, dan tampak hairline scar. Pasien sangat puas dengan hasil tindakan ini. 132
5 MDVI Vol. 38 No. 3 Tahun 2011; DAFTAR PUSTAKA 1. Listernick R, Charrow J. The neurofibromatoses. Dalam: Wollff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, et al., penyunting. Fitzpatrick s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York : Mc Graw-Hill ; h Greenway HT. The lips and oral cavity. Dalam: Roenigk RK, Ratz JL, Roenigk HH, penyunting. Roenigk s dermatologic surgery current techniques in procedural dermatology. New York: Informa Health Care ; h Hyman SL, Shores A, North KN. The nature and frequency of cognitive deficits in children with neurofibromatosis type 1. Neurology. 2005; 65(7): Rubeistein RM, Spohr K. Benign soft tissue tumors. Dalam: Roenigk RK, Ratz JL, Roenigk HH, penyunting. Roenigk s dermatologic surgery current techniques in procedural dermatology. New York: Informa Healthcare ; h Field LM, Dassiou D. The hinged mucosal flap. A contoursaving approach to submucosal lesions of the lip. Dermatol Surg. 1995; 21(3): Field LM. Bilevel anesthesia and blunt dissection: rapid and safe surgery. Dermatol Surg. 2001; 27:
Neurofibromatosis Type-1 / Von Recklinghausen Disease: A Case Report
Neurofibromatosis Tipe-1 / Von Recklinghausen Disease: Sebuah Laporan Kasus Jonathan Kurnia Wijaya 1, Wong Hendra Wijaya 2 Laporan Kasus 1 Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Lebih terperinciMODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS
MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,
Lebih terperinciPTIRIASIS VERSIKOLOR
Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP
Lebih terperinciAUTOLOGOUS FAT TRANSFER PADA WAJAH
Laporan Kasus AUTOLOGOUS FAT TRANSFER PADA WAJAH Sri Rubiaty Br Sembiring, Khairuddin Djawad, Anni Adriani, Asnawi Madjid, Siswanto Wahab, Anis Irawan Anwar Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Lebih terperinciBiopsi payudara (breast biopsy)
Biopsi payudara (breast biopsy) Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel kanker atau bukan kanker.
Lebih terperinciFORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test
: : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A Preliminary Study of Histamine Skin Test : anti histamine oral akan menekan respon kulit pada uji tusuk kulit (UTK). Dimenhidrinat, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher
Lebih terperincib. Petugas melakukan anamnesa pada pasien e. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah f. Petugas mengukur suhu tubuh pasien
1. Pengertian Informed concern tindakan Menentukan diperlukan tindakan operatif menegakan atau diagnose tidak berdasarkan hasil pemeriksaan Menulis hasil anamnesa,pemeriksaan dan diagnose 1. kerekam Clavus
Lebih terperinciLAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR
LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor
LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Neurofibromatosis tipe 1 (NF1, MIM ) merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neurofibromatosis tipe 1 (NF1, MIM 162200) merupakan penyakit neurokutan yang paling sering ditemukan dengan insidensi 1 dalam 3500 kelahiran hidup pada semua
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,
Lebih terperinciPOWER ASSISTED LIPOSUCTION : KASUS SERI SEDOT LEMAK LENGAN ATAS
Laporan Kasus POWER ASSISTED LIPOSUCTION : KASUS SERI SEDOT LEMAK LENGAN ATAS I Gusti Nyoman Darmaputra, Made Wardhana, Made Swastika Adiguna Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK Universitas
Lebih terperinciModul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)
Modul 34 Bedah Digestif EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN NEUROFIBROMATOSIS TIPE-1 DENGAN TINGKAT KECERDASAN PASIEN DAN DERAJAT DEPRESI ORANG TUA
Artikel Asli HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN NEUROFIBROMATOSIS TIPE-1 DENGAN TINGKAT KECERDASAN PASIEN DAN DERAJAT DEPRESI ORANG TUA Tetra Rianawati,* Hardyanto Soebono,* Bambang Hastha Yoga,** Retno
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.
33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Lingkup ilmu : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Lingkup lokasi : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Lingkup
Lebih terperinciLaporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB. dr. Cut Putri Hazlianda
Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB dr. Cut Putri Hazlianda DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
Lebih terperinciModul 16 EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387)
Modul 16 Bedah TKV EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari pembuluh darah, menegakkan
Lebih terperinciPENYAKIT DARIER PADA ANAK
PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit
Lebih terperinciLaporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE
Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan
Lebih terperinciModul 1 BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 )
Modul 1 Bedah Onkologi BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang tujuan,
Lebih terperinci200 Neurofibromatosis
200 Neurofibromatosis Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciTEHNIK EKSISI. Dr. Donna Partogi, SpKK NIP
TEHNIK EKSISI Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 TEHNIK EKSISI PENDAHULUAN Bedah eksisi adalah salah
Lebih terperinciPROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012
PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 1 Anggelina Moningka 2 Renate T. Kandou 2 Nurdjanah J. Niode 1 Kandidat Skripsi Fakultas
Lebih terperinciModul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)
Modul 4 Bedah Anak SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi preputium penis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciOLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314
LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPITUITARISME
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPITUITARISME A. Pengertian Hiperfungsi kelenjar hipofisis atau sering disebut hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
Lebih terperinciDiagnosis Banding : Kista pilaris, steatkistoma simpleks/inultipleks, lipoma.
KISTA EPIDERMAL Sinonim : Kista epidermoid, kista epithelial, kista keratin. Defenisi : Kista epidermal adalah bentuk kista yang paling sering terjadi, berasal dari proliferasi sel-sel epidermis dan berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan
Lebih terperinciModul 3. (No. ICOPIM: 5-822)
Modul 3 Bedah Onkologi AMPUTASI EKSTRIMITAS (No. ICOPIM: 5-822) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi ekstrimitas superior
Lebih terperinciLaporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder
Laporan Kasus Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Martin Leman, Zubaedah Thabrany, Yulino Amrie RS Paru Dr. M. Goenawan
Lebih terperinciProfil dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Profil dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015 1 Senderina Malak
Lebih terperinciTRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM
TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi
Lebih terperinciPerawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST
Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat
Lebih terperinciKecantikan Mata. Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA
Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA Pelayanan Bedah Plastik Rekonstruksi Mata merupakan bidang kedokteran mata (oftalmologi) dengan fokus pembedahan pada jaringan di sekitar bola mata termasuk kelopak, tulang
Lebih terperinciSecondary Brain Tumor
Secondary Brain Tumor Dr. Nurhayana Lubis Dr. Widi Widowati Dr. Semuel Wagio Dr. Teguh AR, SpS (K) Neuro-Onkologi Dept. Neurologi Mei 2006 Pendahuluan Lokasi yang berbeda dari otak mempunyai fungsi yang
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
Data Diri DokterMuda Nama Dokter Muda Diana Liza Merisa NIM / Email / HP 1407101030086 / dianaliza1712@gmail.com / 081360775453 TanggalStase 1 Februari 06 Maret 2016 Data Diri Pasien Nama Pasien Syairazi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010
Lebih terperinciDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciPENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)
Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.
ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng dan menunjukkan gambaran morfologi yang sama dengan karsinoma sel skuamosa di bagian tubuh lain.
Lebih terperinciNEUROFIBROMA. Disusun Oleh :
LAPORAN KASUS KELOMPOK I NEUROFIBROMA Disusun Oleh : Ajeng Dyah Ayu WP NIM : 0808120800 Ardila Usman NIM: 0808151350 Indah Prasetya Putri NIM: 0808151325 Vidya Nur Fakhriani NIM: 0808151222 Zakiah Fitriyanti
Lebih terperinciPROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN
PROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2010 2012 Ratih Purnamasari Nukana 1 dan I Made Darmajaya 2 1 Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat
Lebih terperinciModul 18 Bedah TKV EKSISI HEMANGIOMA (ICOPIM 5-884)
Modul 18 Bedah TKV EKSISI HEMANGIOMA (ICOPIM 5-884) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk menjelaskan anatomi, dari pembuluh darah, patologi, menegakkan
Lebih terperinciJangan Sembarangan Minum Antibiotik
Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan
Lebih terperinciPMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil
Lebih terperinciOdontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien
Odontektomi Odontektomi menurut Archer adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosterial flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar bukal
Lebih terperinciLAPORAN TUTORIAL 1 MODUL OBGYN TRIGGER III PAYUDARA
LAPORAN TUTORIAL 1 MODUL OBGYN TRIGGER III PAYUDARA Oleh : Kelompok Tutorial I Fasilitator: dr. Sherri Lestari Ketua: Fransky Yuatama (13-001) Sekretaris: Puja Sari Anugrah (13-002) Anggota: 1. Cita Widya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan
Lebih terperinciDalam penelitian ini
M. Jailani,Teloik Operas i Millard pada Labioplas ty Unilateral Teknik Operasi Millard pada Labioplasty Unilateral M. Jailani Abstrak. Labioschizis atau Cleft Lip adalah salah satu bentuk kelainan cacat
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciAsuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan
Lebih terperinciPENGKAJIAN PNC. kelami
PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trauma mata dari satu negara dengan negara lain berbeda dan bahkan di dalam. wilayah di negara yang sama pun bisa bervariasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma mata merupakan kerusakan yang mengenai jaringan mata. Jaringan mata yang dapat mengalami trauma adalah jaringan palpebra, konyungtiva, kornea, uvea, lensa,
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciGangguan Pada Bagian Sendi
Gangguan Pada Bagian Sendi Haemarthrosis ( Hemarthrosis ) Hemarthrosis adalah penyakit kompleks di mana terjadi perdarahan ke dalam rongga sendi - Penyebab (Etiologi) Traumatic nontraumatic Degrees - Gejala
Lebih terperinciTERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK I. Waktu : B02 : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru : Terapi Inhalasi TERAPI INHALASI Mengembangkan kompetensi Sesi Tutorial Diskusi
Lebih terperinciPROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 0 Samuel Rian Wowor Herry E. J. Pandaleke Marlyn Grace Kapantow Kandidat
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Pengertian
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengankesenjangan yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan Manajemen
Lebih terperinciOMPHALOMESENTERIKUS REMNANT
OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi dan topografi daerah abdomen, patogenesis omphalomesenterikus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayananan bedah telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang essensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya insidensi dari kanker, penyakit kardiovaskular dan
Lebih terperinciProfil keloid di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2011-Desember 2015
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Profil keloid di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2011-Desember 2015 1 Rina D. S. Andisi 2 Pieter
Lebih terperinciPYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY
PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, fisiologi, patologi dan patogenesis dari hypertrophic
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 5 Bedah Urologi HIDROKELEKTOMI (No. ICOPIM: 5-611) 1. TUJAUN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciSIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan. peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dermatitis atopik (D.A.) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
Lebih terperinciPROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)
PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN KOTA PADANG PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) VULNUS LACERATUM. No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Efektif:
Definisi Vulnus laseratum: luka robek adalah luka denga tepi yang tidak beraturan atau compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Gambaran Klinis Luka tidak teratur Jaringan rusak
Lebih terperinciPROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI
PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI
Lebih terperinciTEMPLATE OSCE STATION
TEMPLATE OSCE STATION 1. Nomor station 3 2. Judul stasion BPH 3. Waktu yang dibutuhkan 15 menit 4. Tujuan station Menilai kemampuan pemeriksaan fisik, dan penatalaksanaan non farmakologis pasien dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting
Lebih terperinciEFEKTIVITAS ANTIBIOTIK TOPIKAL DAN VASELIN ALBUM UNTUK MENCEGAH INFEKSI PADA LUKA SUPERFISIAL PASCA TINDAKAN BEDAH LISTRIK
MDVI Vol 42 No. 4 Tahun 2015; 157-162 Artikel Asli EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK TOPIKAL DAN VASELIN ALBUM UNTUK MENCEGAH INFEKSI PADA LUKA SUPERFISIAL PASCA TINDAKAN BEDAH LISTRIK Ni Luh Putu Pitawati, Irma
Lebih terperinciKASUS III. Pertanyaan:
KASUS III Seorang perempuan, umur 27 tahun, G2P1A0, hamil 40 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan mulas-mulas sejak 7 jam yang lalu, dari kemaluannya keluar lendir bercampur darah. Klien terlihat
Lebih terperinciSTUDI KASUS. Eksisi mucocele rekuren pada ventral lidah dengan anestesi lokal. Dody Setiawan*, Bambang Dwirahardjo**, Elizabeth Titi Riyati Astuti***
STUDI KASUS Eksisi mucocele rekuren pada ventral lidah dengan anestesi lokal Dody Setiawan*, Bambang Dwirahardjo**, Elizabeth Titi Riyati Astuti*** *Program Studi Bedah Mulut dan Maxillofasial, Fakultas
Lebih terperinciREKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL DENGAN METODE BARSKY
REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL DENGAN METODE BARSKY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: M. VIGNESVARY MANICKAM NIM: 080600167
Lebih terperinciBuku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1. Keterampilan Menyuntik Rini Rachmawarni Bachtiar Baedah Madjid
Buku Panduan Keterampilan Menyuntik Rini Rachmawarni Bachtiar Baedah Madjid Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 KETERAMPILAN MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI AMPUL DAN VIAL PENGERTIAN Ampul adalah
Lebih terperinciPersalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT
Lebih terperinci