Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB. dr. Cut Putri Hazlianda
|
|
- Fanny Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB dr. Cut Putri Hazlianda DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN USU MEDAN 2014
2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Halaman i I. PENDAHULUAN... 1 II. LAPORAN KASUS... 2 III. DISKUSI DAFTAR PUSTAKA i
3 REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILAR (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB dr. Cut Putri Hazlianda, M.Ked(DV), SpDV Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan infeksi Mycobacteriumleprae. Penyakit ini menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari Cardinal sign, yaitu lesi (kelainan kulit yang mati rasa), penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf dan adanya bakteri tahan asam dari kerokan kulit. Reaksi kusta merupakan berbagai gejala dan tanda peradangan akut lesi kusta yang dapat dianggap sebagai bagian perjalanan penyakit kusta. Reaksi tipe 2 (eritema nodosum leprosum/enl) dengan gambaran klinis berupa nodul yang terasa nyeri dan lunak, berwarna merah terang, yang muncul diatas kulit yang tampak normal, yang terdapat pada kulit atau jaringan subkutan di seluruh tubuh terutama wajah, lengan dan tungkai disertai keluhan sistemik. Obat anti reaksi kusta terdiri dari Prednison, obat ini digunakan untuk penanganan reaksi; Lamprene, obat ini dipergunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi ENL yang berulang; atau Thalidomid, obat ini tidak dipergunakan dalam program.
4 REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILAR (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB I. PENDAHULUAN Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae). Penyakit ini menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya (mata, mukosa, saluran pernafasan bagian atas, sistem retikuloendotelial, otot, tulang) kecuali susunan saraf pusat. 1,2 Sejak tahun 1991 World Health Organization (WHO) menganggap bahwa penghapusan kusta merupakan suatu masalah kesehatan publik, yang dinyatakan dalam tingkat prevalensi sebesar satu kasus kusta per populasi. Pada tahun 2007 prevalensi global kusta pada awal tahun sebesar kasus aktif, 13,2 % lebih rendah dibandingkan pada tahun ,4 Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama, disebut juga Cardinal sign, yaitu lesi (kelainan kulit yang mati rasa), penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf dan adanya bakteri tahan asam (BTA) dari kerokan kulit. Seseorang dinyatakan sebagai pasien kusta apabila terdapat satu dari tanda-tanda utama diatas. 5,6 Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya harus ditetapkan tipe atau klasifikasinya. Pada tahun 1982 sekelompok ahli WHO mengembangkan klasifikasi untuk memudahkan pengobatan di lapangan. Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe Paucibacillary (PB) dan tipe Multibacillary (MB). Dasar dari klasifikasi ini adalah gambaran klinis dan hasil pemeriksaan BTA melalui skin smear. 3 Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi atau tipe penyakit kusta menurut WHO adalah pada kusta tipe PB jumlah lesi adalah satu sampai 5 lesi, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi hanya mengenai satu saraf tepi dan hasil dari pemeriksaan bakteriologis (BTA) adalah negatif. Sedangkan pada kusta tipe MB, dijumpai jumlah lesi lebih dari 5 dan penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi adalah lebih dari satu saraf dan hasil dari pemeriksaan bakteriologis (BTA) adalah positif. 7 Reaksi kusta merupakan berbagai gejala dan tanda peradangan akut lesi kusta yang dapat dianggap sebagai bagian perjalanan penyakit kusta. Terdapat dua jenis reaksi kusta yaitu tipe 1 dan tipe 2. Reaksi tipe 2 yang dikenal dengan nama eritema nodosum leprosum merupakan reaksi tipe III menurut Coomb dan Gell dengan gambaran klinis berupa nodul yang terasa nyeri 1
5 dan lunak, berwarna merah terang, yang muncul diatas kulit yang tampak normal, yang terdapat pada kulit atau jaringan subkutan di seluruh tubuh terutama wajah, lengan dan tungkai disertai keluhan sistemik. 8,9 Obat anti reaksi terdiri dari Prednison, obat ini digunakan untuk penanganan reaksi; Lamprene, obat ini dipergunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi ENL yang berulang; atau Thalidomid, obat ini tidak dipergunakan dalam program. 10 II. LAPORAN KASUS Seorang wanita, usia 30 tahun, ibu rumah tangga, datang berobat ke Poliklinik Kusta RSU dr. Pirngadi Medan pada tanggal 13 Februari 2009 dengan keluhan timbul benjolanbenjolan berwarna merah yang terasa nyeri pada wajah, badan, lengan dan kaki yang disertai dengan demam dan pegal-pegal pada seluruh tubuh yang dialami sejak + 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sakit gigi namun belum berobat ke dokter gigi. Pasien tidak ada meminum obat apapun. Sekitar satu tahun yang lalu pasien didiagnosis kusta tipe multibasilar dan telah menyelesaikan pengobatan MDT-MB secara teratur selama 12 bulan. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang serupa. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak lemah dengan status gizi baik. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan nodul eritematosa multipel pada regio fasialis, abdominalis, vetebralis posterior, ekstremitas superior et inferior, sinistra et dekstra. Xerosis pada ekstremitas inferior. Pada pemeriksaan saraf tepi dijumpai adanya pembesaran saraf pada N. Aurikularis Magnus dekstra dan sinistra, dijumpai pembesaran saraf pada N. Ulnaris dekstra dan sinistra disertai dengan nyeri tekan, tidak dijumpainya pembesaran saraf pada N. Poplitea Lateralis dekstra dan sinistra serta pada N. Tibialis Posterior dekstra dan sinistra. Pada pemeriksaan fungsi sensoris tidak dijumpai kelainan. Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik (VMT) tidak dijumpai kelainan. Pasien didiagnosis banding dengan reaksi kusta tipe 2, eritema nodusum dan drug eruption. Diagnosis sementara reaksi kusta tipe 2. Dilakukan pemeriksaan bakteriologis (BTA) dari kedua cuping telinga dan lesi -/- bentuk solid, BTA +1. Pasien menolak untuk dilakukan biopsi. Pemeriksaan darah lengkap dan urin lengkap menunjukkan hasil dalam batas normal. 2
6 Diagnosis kerja reaksi kusta tipe 2 pada penderita kusta tipe multibasilar yang telah menyelesaikan pengobatan. Penderita disarankan beristirahat dan diberikan pengobatan untuk reaksi kusta yaitu prednison 40 mg/hari yang diminum pada pagi hari sesudah makan dan dosisnya diturunkan secara bertahap, parasetamol 3x500 mg dan emolien untuk kulit keringnya. Kepada pasien juga disarankan untuk segera berobat gigi. Dijelaskan tentang penyakitnya dan faktor-faktor apa saja yang dapat mencetuskan timbulnya penyakit ini termasuk sakit giginya tersebut. Gambar 1. a-f Foto pasien pertama datang. a b c d e f Keterangan gambar 1. (a,b,c) Nodul eritem pada regio fasialis, abdominalis dan vetebralis posterior (d,e,f) Nodul eritem pada ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Setelah 2 minggu, keluhan demam dan badan pegal-pegal sudah tidak dijumpai. Pada pemeriksaan dermatologis nodul eritem sudah mulai menghilang dan tidak terbentuk nodul baru. 3
7 Pasien juga sudah berobat gigi dan gigi yang bermasalah sudah dicabut. Dosis Prednison diturunkan menjadi 30 mg/hari (1x6 tablet/hari) dan emolien diteruskan. Gambar 2. a-f Foto kontrol. a b c d e f Keterangan gambar 2. (a,b,c) Nodul eritem pada regio fasialis, abdominalis dan vetebralis posterior sudah mulai menghilang (d,e,f) Nodul eritem pada ekstremitas superior dan ekstremitas inferior tidak dijumpai. Prognosis quo ad vitam bonam, quo ad functionam bonam, quo ad sanationam dubia ad bonam. III. DISKUSI Pada kasus ini diagnosis reaksi tipe 2 ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan anamnesis dijumpainya adanya benjolan-benjolan berwarna merah yang terasa nyeri pada wajah, badan, lengan dan kaki yang disertai dengan demam dan pegal-pegal pada seluruh tubuh yang dialami sejak + 2 minggu yang lalu. Sekitar satu tahun yang lalu pasien didiagnosis kusta tipe multibasilar dan telah menyelesaikan pengobatan MDT-MB 4
8 secara teratur selama 12 bulan. Dari kepustakaan dikatakan bahwa reaksi kusta merupakan berbagai gejala dan tanda peradangan akut lesi kusta yang dapat dianggap sebagai bagian perjalanan penyakit kusta. Berbagai faktor yang dianggap dapat menimbulkan reaksi kusta antara lain adalah kondisi stress fisik yang disebabkan oleh kehamilan atau setelah melahirkan, sesudah mendapat imunisasi, penyakit infeksi penyerta, anemia, kurang gizi, dan kelelahan serta kondisi stress mental yang dikarenakan rasa malu dan takut maupun pemakaian obat-obatan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. 3,9 Pada kasus ini diduga bahwa reaksi kusta pada pasien ini timbul dikarenakan keadaan sakit gigi yang dialaminya. Reaksi dapat terjadi sebelum, saat pengobatan atau bahkan setelah selesai pengobatan, dikarenakan tubuh memerlukan waktu yang lama untuk membersihkan kuman-kuman yang mati di dalam makrofag. Reaksi tipe 2 terjadi apabila banyak kuman yang mati dan diikuti dengan terlepasnya antigen. Antigen tersebut mencetuskan terjadinya reaksi hipersensitifitas tipe III Coombs and Gell yang menimbulkan reaksi kompleks imun antigen antibodi. 3,4,10 Pada kasus ini reaksi terjadi pada pasien kusta tipe MB yang telah menyelesaikan pengobatan kusta sekitar 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan nodul eritematosa multipel pada regio fasialis, abdominalis, vetebralis posterior, ekstremitas superior et inferior, sinistra et dekstra. Pada pemeriksaan saraf tepi dijumpai adanya pembesaran saraf pada N. Aurikularis Magnus dekstra dan sinistra, dijumpai pembesaran saraf pada N. Ulnaris dekstra dan sinistra disertai dengan nyeri tekan. Hal ini sesuai kepustakaan bahwa pada reaksi tipe 2 lesi berupa nodul merah dan nyeri. 8 Gambaran klinis reaksi kusta sangat khas berupa merah, panas, bengkak, nyeri, dan dapat disertai gangguan fungsi saraf. 3 Setelah lesi menyembuh dapat meninggalkan warna keunguan yang sukar terlihat pada penderita berkulit gelap. 8 Pasien didiagnosis banding dengan eritema nodusum dan drug eruption. Diagnosis eritema nodusum dapat disingkirkan karena pada pasien ini dijumpai riwayat menderita kusta multibasiler dan telah menyelesaikan terapi MDT-MB dan biasanya lokasi lesi pada ekstremitas inferior pada bagian anterior. 11 Diagnosis drug eruption dapat disingkirkan dikarenakan pasien tidak ada meminum obat untuk keluhan penyakitnya tersebut. 12 Prinsip pengobatan reaksi kusta yaitu pemberian obat antireaksi, istirahat atau imobilisasi, serta pemberian analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa nyeri. Obat antireaksi yang dapat digunakan adalah prednison. Pemberian prednison untuk reaksi diberikan dalam dosis 5
9 tunggal pagi hari sesudah makan. 10 Pada kasus ini pasien diberikan prednison dengan dosis awal 40 mg/hari yang diturunkan secara bertahap sebanyak 5-10 mg setiap 2 minggu hingga mencapai dosis 5 mg. Pada pasien juga diberikan analgetik berupa parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi keluhan nyeri dan pasien dianjurkan untuk beristirahat cukup serta segera berobat ke dokter gigi. Prognosis pada pasien ini baik. Setelah menyelesaikan pengobatan antireaksi selama 12 minggu dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan reaksi maka diharapkan pasien dapat sembuh dari reaksi. Namun kekambuhan dapat muncul kembali bila pasien terpapar faktor pencetus. 4,5,10 6
10 DAFTAR PUSTAKA 1. Bryceson, Pfalzgarff. Introduction. Dalam Bryceson A, Pfaltzgraff. Leprosy edisi ke-3. Singapore, Churchill livingstone, 1990;p Amirudin MD, Hakim Zainal, Darwis Emir. Diagnosis penyakit kusta. Dalam Sjamsoe- Daili ES, dkk,editor. Kusta. KSMHI,2003;p Diagnosis dan klasifikasi. Dalam Buku pedoman nasional pengendalian penyakit kusta, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2007;p Rea TH, Modlin RL. Leprosy. Dalam Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, dkk, editor. Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York, Mc Graw Hill, 2008; p James WD. Hansen s diseases. Dalam James WD, Andrew s diseases of the skin, clinical dermatology edisi ke-10. Canada, Saunders company,2006;p Pfaltzgraff RE, Ramu G. Clinical leprosy. Dalam Hastings RC, Opromolla DVA, editor.leprosy. Singapore, Churchill livingstone, 1989;p Hernani, Damari A, Hartati F, dkk. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVI. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; P.11,42,64-8, Bryceson, Pfalzgarff. Immunological complications:reactions. Dalam Bryceson A, Pfaltzgraff. Leprosy edisi ke-3. Singapore, Churchill livingstone, 1990;p Martodihardjo S, Susanto RS. Reaksi kusta dan penanganannya. Dalam Daili ES. Kusta. Makassar, Kelompok studi morbus hansen, 2003;p Pencegahan dan tatalaksana cacat. Dalam Buku pedoman nasional pengendalian penyakit kusta, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2007;p Requina L, Yus ES, Kutzner H. Panniculitis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; p Hamzah M. Erupsi obat alergik. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.eds.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2008.h
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae). Kuman ini bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf tepi dan dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) terutama menyerang kulit dan saraf tepi. Penularan dapat terjadi dengan cara kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN / ORANGTUA/KELUARGA CALON SUBJEK PENELITIAN
LAMPIRAN 1. NASKAH PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN / ORANGTUA/KELUARGA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang. Perkenalkan nama saya dr. Khairina. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan
Lebih terperinciPROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Patricia I. Tiwow 2 Renate T. Kandou 2 Herry E. J. Pandaleke 1
Lebih terperinciTingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,
Lebih terperinciPROFIL PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI PERIODE JANUARI 2010 SAMPAI DESEMBER 2010
70 VOLUME 8 NO 2 DESEMBER 2012 PROFIL PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI PERIODE JANUARI 2010 SAMPAI DESEMBER 2010 Annisa Qoyyum Nabila 1, Sri Adila Nurainiwati 2, Djaka Handaja 3 Fakultas
Lebih terperinci-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT KUSTA Judul Pokok Bahasan : Penyakit Kusta : Tanda dan Gejala Penyakit Kusta Sub Pokok Bahasan : -Pengertian penyakit kusta - Penyebab penyakit kusta -Faktor penyebab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ( M.leprae ) yang menyerang hampir semua organ tubuh
Lebih terperinciPROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA
Kabupaten dr. ABDUL FATAH A. NIP: 197207292006041014 1.Pengertian 2.Tujuan Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang status kesehatan individu yang didapatkan melalui proses pengumpulan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat komplek. Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium Leprae. Masalah yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat
Lebih terperinciPENGADAAN OBAT KUSTA
PENGADAAN OBAT KUSTA Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 PENGADAAN OBAT KUSTA PENDAHULUAN Penyakit kusta
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,
Lebih terperinciMODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS
MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,
Lebih terperinciJangan Sembarangan Minum Antibiotik
Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciMORBUS HANSEN MULTIBASILER RELAPS DENGAN REAKSI ERITEMA NODOSUM LEPROSUM BULOSA PADA SEORANG ANAK
MORBUS HANSEN MULTIBASILER RELAPS DENGAN REAKSI ERITEMA NODOSUM LEPROSUM BULOSA PADA SEORANG ANAK Damayanti Tangkidi Oktavia R. L. Sondakh Renate T. Kandou Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri
BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran
Lebih terperinciPANDUAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PEKAUMAN
PANDUAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I DEFINISI Panduan Pelayanan Klinis Bagi Dokter di Puskesmas Pekauman bertujuan untuk memberikan acuan bagi Dokter dalam memberikan pelayanan di Puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus hansen merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit kusta
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciPTIRIASIS VERSIKOLOR
Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan penyakit kusta atau lepra sangat ditakuti. Penyakit itu disebabkan bakteri Microbakterium leprae, juga dipicu gizi buruk. Tidak jarang penderitanya dikucilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya disebabkan oleh organisme obligat intraselluler Mycobacterium
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,
Lebih terperinciS T O P T U B E R K U L O S I S
PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan materi penelitian yaitu : Teori Kusta, teori dukungan keluarga, teori upaya pencegahan penderita kusta, serta kerangka teori.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang penyebabnya ialah Mycobacterium leprae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit infeksi kronis yang hingga saat ini masih menimbulkan permasalahan yang bersifat kompleks baik bagi penderita maupun masyarakat.
Lebih terperinciProfil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara
Profil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara 2009-2011 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, pada akhirnya buku Profil Program Pemberantasan Penyakit Kusta Kabupaten Kayong Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah dari segi medis, tapi
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciKlasifikasi penyakit kusta
Penyakit kusta merupakan masalah dunia, terutama bagi Negara-negara berkembang. Di Indonesia pada tahun 1997 tercatat 33.739 orang, yang merupakan negara ketiga terbanyak penderitanya setelah India dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga
Lebih terperinci5. Sulfas Ferrosus Obat tambahan untuk penderita kusta yang mengalami anemia berat.
PENGOBATAN DAN KECACATAN PENYAKIT KUSTA / LEPRA Dr. Suparyanto, M.Kes PENGOBATAN DAN KECACATAN PENYAKIT KUSTA / LEPRA Tujuan Pengobatan Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Lepra (Morbus Hansen) a. Definisi Lepra Lepra(Morbus Hansen, kusta) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh M. leprae yang bersifat intraseluler
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang utamanya menyerang saraf tepi, dan kulit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan salah satu dari 17 penyakit tropis yang masih terabaikan dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization (WHO), 2013). Tahun 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penderita kusta (lepra) di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan,
Lebih terperinciPENYAKIT DARIER PADA ANAK
PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan
Lebih terperinciKULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK
Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular sampai saat ini sangat ditakuti oleh semua orang baik itu dari masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU
Lebih terperinciLAPORAN KASUS MORBUS HANSEN
LAPORAN KASUS MORBUS HANSEN Ida Ayu Devi Ekayanthi, dr. IGK Darmada, Sp.KK (K), dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah
Lebih terperinciKata kunci: viabilitas, M. leprae, kusta tipe multibasiler, RT-PCR
Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) untuk Mendeteksi Viabilitas Mycobacterium leprae pada Pasien Kusta Tipe Multibasiler Pascapengobatan MDT-WHO (Reverse Transcription Polymerase Chain
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
Lebih terperinciKARYA TULIS AKHIR PROFIL PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI PERIODE JANUARI 2010 SAMPAI DESEMBER Oleh: ANNISA QOYYUM NABILA
KARYA TULIS AKHIR PROFIL PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI PERIODE JANUARI 2010 SAMPAI DESEMBER 2010 Oleh: ANNISA QOYYUM NABILA 08020112 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh masyarakat,
Lebih terperinciPenyakit Kusta pada Perempuan Usia 23 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Desa Gedong Tataan
Penyakit Kusta pada Perempuan Usia 23 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Desa Roby Arismunandar, Dyah Wulan S.R. Wardani Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Indonesia merupakan
Lebih terperinciLatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien. Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU
LatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Kasus 1 IbuMariam, berumur37 tahun, datangkers H Adam Malik dengan keluhan batuk-batuk.
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA INTERVENSI TERHADAP PENDERITA KUSTA SETELAH SELESAI PENGOBATAN MELALUI PENGAMATAN SEMI AKTIF DAN PENGAMATAN PASIF (STUDI KASUS DI KABUPATEN PASURUAN TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
Lebih terperinciBED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.
BED SITE TEACHING Dani Dania D - 12100113044 Siti Fatimah - 12100113045 Lisa Valentin S - 12100113001 Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan perhatian khusus dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), terutama di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid Arthritis (RA)merupakan penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. RA merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit ini adalah saraf
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Lebih terperinciriwayat personal-sosial
KASUS OSCE PEDIATRIK 1. (Gizi Buruk) Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 9 bulan ke puskesmas karena kha2atir berat badannya tidak bisa naik. Ibu pasien juga khawatir karena anaknya belum bisa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kronis pada manusia yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae) yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kusta Lepra (penyakit kusta, Morbus Hansen) adalah suatu penyakit infeksi kronis pada manusia yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae) yang secara primer menyerang
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala, dibuktikan dengan ditemukannya tanda tuberkulosis tulang pada fosil vertebra manusia zaman neolitikum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
Lebih terperinciMORBUS HANSEN TIPE BORDERLINE LEPROMATOUS PADA ANAK DENGAN REAKSI REVERSAL
Laporan Kasus MORBUS HANSEN TIPE BORDERLINE LEPROMATOUS PADA ANAK DENGAN REAKSI REVERSAL Yenny A. Hadinata, IGK Darmada, IGAA Dwi Karmila Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana/Rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit peradangan kronik, hilang timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa bayi
Lebih terperinciTuberkulosis Dapat Disembuhkan
Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta
Lebih terperinciMEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018
MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018 MEMAHAMI PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi, budaya,
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor
LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kusta (Morbus hansen) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang syaraf tepi, selanjutnya
Lebih terperinciBab 10 NYERI. A. Tujuan pembelajaran
Bab 10 NYERI A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien dengan nyeri. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya dengan nyeri. 3. Membedakan klasifikasi dengan nyeri. 4. Menjelaskan etiologi
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ
Lebih terperinciAPA ITU TB(TUBERCULOSIS)
APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan penyakit menular langsung yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae)
Lebih terperinciPresentasi Kasus Spinal Cord Injury
Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Evan Pramudito Mulyadi 1110103000049 Audi Fikri Aulia 1111103000025 Kepanitraan Klinik SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit kusta disebut juga penyakit lepra atau Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. (1) Kusta adalah
Lebih terperinciAwal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan
Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
LAPORAN KASUS PULPITIS REVERSIBLE Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Dr. Adhyatma, MPH Tugurejo Semarang
Lebih terperinci