Karakter beras secara umum dipengaruhi oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karakter beras secara umum dipengaruhi oleh"

Transkripsi

1 Identifikasi Karakteristik dan Mutu Beras di Jawa Barat Prihadi Wibowo, S. Dewi Indrasari, dan Jumali Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jalan Raya 9 Sukamandi, Subang, Jawa Barat ABSTRACT. Identification of Rice Characteristics and Quality in West Java. The objective of this research was to identify rice characteristics preferred by consumers and its relation to the grade standard quality of rice in West Java. The research was conducted in 2006, consisted of survey on rice milling and milled rice trader, followed by grain quality analysis in laboratory. Indramayu, Cianjur and Ciamis districts were chosen as survey locations. Rice grain quality were established by using several physical characters including: size and shape, moisture content, milling degree/ whiteness, % head rice, broken rice, brewers, yellow/damaged grain, and chalky/immature grain, chemical characters of milled rice including amylose content and gel consistency, and also protein content. Results showed that most of the commercial milled rice in three districts had similar rice characteristics. The characteristics required for rice trade were: dry grain rice (moisture content <14%), grain length ( mm) and slender shape (l/w ratio ), and high percentage of rice head >70%, white color (milling degree >95%), broken rice <26%, brewer <2%, immature grain <3%, yellow/ damaged grain <3%. Most of rice available at markets had medium rice texture (gel consistency of mm) and medium sticky (amylose content 23-25%). Protein content was 8-9%. The average grade quality of rice that were sold at market in three districts were similar to that of 2005 national provision of rice criteria/standard namely grade IV SNI milled rice modified standard. The knowledge and the awareness for rice quality among rice millers and rice traders were generally low. Training on standard and labeling of rice quality is needed, to improve the awareness of rice miller and rice traders on better rice quality for better rice commercial value. Characters and quality of rice identification can be used as genetic resource database, for developing high quality of rice varieties. Keywords: Characteristics, standard quality, rice, West Java ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik beras dan hubungannya dengan tingkat standar mutu beras konsumsi di Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada tahun 2006, terdiri atas kegiatan survei dengan objek penelitian unit penggilingan padi dan pedagang beras, kemudian dilanjutkan analisa karakteristik mutu beras di laboratorium. Kabupaten Indramayu, Cianjur, dan Ciamis dipilih sebagai lokasi penelitian. Karakteristik beras yang diamati meliputi karakter fisik (ukuran dan bentuk beras, kadar air, derajat sosoh/derajat putih, persentase beras kepala, butir pecah, butir menir, butir kuning-rusak, dan butir mengapur), dan sifat fisikokimia (kadar amilosa dan sifat konsistensi gel), serta kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan, beras yang banyak diperdagangkan di tiga kabupaten memiliki karakteristik dan mutu yang relatif sama, berasnya kering (kadar air <14%), bentuk butiran ramping (rasio p/l:3,0-3,4), berukuran panjang (6.6-6,8 mm), persentase beras kepala tinggi (>70%), berwarna putih (derajat sosoh >95%), butir patah <26%, menir <2%, butir mengapur <3%, butir kuning-rusak <3%, tingkat kepulenan nasi sedang (kadar amilosa 23-25%) dengan tekstur nasi sedang (konsistensi gel 56~60 mm), dan kadar protein 8-9%. Beras konsumsi yang diperdagangkan dan disukai di tiga kabupaten tersebut, rata-rata memiliki mutu yang relatif sama dengan standar beras pengadaan dalam negeri (BULOG) tahun 2005 (modifikasi standar SNI mutu IV). Pemahaman dan penyadaran tentang mutu beras di tingkat penggilingan dan pedagang masih rendah. Oleh karena itu, sosialisasi standar dan labeling komponen mutu beras perlu dilakukan secara intensif agar pemilik penggilingan padi dan pedagang beras termotivasi meningkatkan mutu beras, sehingga memiliki nilai jual yang lebih baik. Hasil identifikasi karakter mutu beras dapat dimanfaatkan oleh pemulia tanaman padi dalam perbaikan dan perakitan varietas unggul baru. Kata kunci: Karakteristik, standar mutu, beras, Jawa Barat Karakter beras secara umum dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik padi merupakan faktor utama penentu karakter gabah dan beras. Ukuran dan bentuk, warna, pengapuran (chalky), kandungan amilosa-amilopektin, konsistensi gel, suhu gelatinisasi, dan aroma beras merupakan karakter yang diturunkan secara genetik. Faktor lingkungan yang mempengaruhi karakter varietas antara lain adalah butir kuning rusak, butir hijau mengapur, butir retak, dan kadar air beras (Anonim 2003). Menurut Suherman (1999), karakteristik umum yang banyak mempengaruhi mutu beras di pasaran adalah (1) ukuran dan bentuk, (2) derajat sosoh, (3) keterawangan, (4) kebersihan dan kemurnian, (5) kepulenan dan aroma Beras, tidak seperti kebanyakan sereal lainnya, dikonsumsi dalam bentuk butiran utuh. Dengan demikian sifat fisik beras seperti ukuran, bentuk, keseragaman, dan kenampakan juga berperan penting dalam hal mutu (Anonim 2003). Selanjutnya, karena beras mengalami proses penyosohan, maka sifat penting yang menyangkut karakter fisik tersebut ditentukan terutama oleh butiran endosperm beras. Terdapat korelasi antara karakter beras yang dijual di pasaran dengan preferensi beras yang dibeli konsumen. Semakin baik karakter beras makin disukai oleh konsumen sehingga mereka membelinya untuk dikonsumsi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumen di pedesaan dan kota di Jawa Barat membeli beras dengan mempertimbangkan karakter fisik dan fisikokimia beras (Rachmat et al. 2006). Ditinjau dari sisi penerapan standar mutu beras, karakter mutu yang paling disukai konsumen dapat diartikan sebagai identifikasi status pemahaman dan penerimaan standar atau kelas mutu beras yang ada. Preferensi konsumen terhadap beras pada kelas mutu tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain 43

2 WIBOWO ET AL.: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN MUTU BERAS DI JAWA BARAT penampilan fisik beras, kepulenan nasi, budaya, dan tingkat sosial-ekonomi konsumen. Konsumen mengapresiasi kesesuaian karakter beras yang disukai dengan cara membayar insentif harga untuk tingkat mutu beras tertentu. Hasil identifikasi dan pengujian mutu beras ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pemilihan dan pengembangan varietas padi dengan karakteristik mutu beras yang disukai di wilayah setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik beras dan hubungannya dengan standar mutu beras di Jawa Barat. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada tahun 2006 di Kabupaten Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten tersebut dipilih karena merupakan sentra produksi beras dan dianggap mewakili Jawa Barat bagian utara, tengah, dan selatan. Penelitian diawali dengan survei ke objek penelitian, meliputi unit penggilingan padi dan pedagang beras, sebagai pemilik sampel beras. Identifikasi terhadap karakter beras dari objek penelitian tersebut dianggap sudah mempresentasikan karakter beras konsumsi yang banyak beredar dan disukai di Jawa Barat. Di setiap kabupaten dipilih sebanyak 20 unit penggilingan padi dan 15 pedagang beras pasar tradisional. Dari masingmasing objek penelitian, kemudian diambil sampel beras secara acak. Beras yang diambil tersebut adalah yang paling sering digiling serta beras yang banyak dan paling laku terjual oleh pedagang beras. Sampel beras dibawa ke laboratorium pengujian mutu gabah dan beras Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, untuk diidentifikasi karakter fisik dan fisikokimianya. Komponen karakteristik fisik dan fisikokimia beras diamati berdasarkan ukuran dan bentuk, serta semua kriteria mutu fisik yang tercantum dalam persyaratan kualitas beras (BULOG 2005), yaitu kadar air, derajat sosoh/derajat putih, persentase beras kepala, beras pecah, beras menir, butir kuning-rusak, butir mengapur, butir merah, dan butir gabah. Identifikasi karakter fisik beras giling dilakukan menurut metode SNI No (BSN 1999) dan metode IRRI (Anonim 2006). Identifikasi karakter fisikokimia terdiri atas kandungan amilosa dan konsistensi gel (IRRI 2002), sedangkan kandungan protein dengan metode Kjeldahl (AOAC 2000). Persyaratan kualitas beras pengadaan dalam negeri BULOG tahun 2005 digunakan sebagai pembanding standar mutu. HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Penggilingan Padi dan Pedagang Beras Unit penggilingan padi di Kabupaten Indramayu, Cianjur, dan Ciamis lebih banyak menggiling gabah yang berasnya berukuran panjang dan berbentuk ramping, seperti halnya gabah varietas IR64, Ciherang, Way Apo Buru, dan Widas (Tabel 1). Alasan utama mereka menggiling gabah jenis tersebut adalah permintaan pasar (pedagang) yang tinggi dan ketersediaan bahan baku (gabah) di sekitar unit penggilingan cukup banyak. Tabel 1. Karakteristik dan kriteria mutu beras menurut pemilik unit penggilingan padi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, Parameter Indramayu Cianjur Ciamis (n=20) (n=20) (n=20) Varietas IR64, Ciherang, Way Apo Buru, Ciherang, IR64, Widas, IR64, Ciherang, Way Apo Buru, Widas Way Apo Buru, Cisantana, Cisadane, Widas Pandanwangi Varietas yang sering IR64, Ciherang, Ciherang, IR64, Pandan Wangi IR64, Ciherang, Cisadane digiling Way Apo Buru Pencampuran/pengoplosan ya ya dan tidak ya gabah antarvarietas Klasifikasi mutu beras tidak ada tidak ada tidak ada yang dijual Ranking kriteria beras 1. derajat sosoh/putih 1. derajat sosoh/putih 1. derajat sosoh/putih yang dianggap baik 2. persentase beras kepala 2. persentase beras kepala 2. persentase beras kepala 3. kepulenan nasi 3. kepulenan nasi 3. kepulenan nasi 4. jenis/varietas 4. nasi beraroma wangi pandan 4. jenis/varietas 44

3 Namun di Cianjur sebagian unit penggilingan juga menggiling gabah/beras berukuran medium dan bulat lonjong (slighty bold), seperti Pandanwangi, Sariwangi, dan Cisadane. Sebagian besar unit penggilingan padi melakukan pencampuran gabah antarvarietas yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama sebelum proses penggilingan. Akan tetapi, khusus untuk varietas lokal (Pandanwangi dan Sariwangi) atau varietas yang memiliki nilai jual lebih tinggi, mereka tidak melakukan pencampuran. Di Cianjur dan Ciamis, beras yang berbentuk bulat lonjong (slighty bold) tersebut lebih banyak dipasarkan ke kotakota besar provinsi. Beras berbentuk bulat lonjong dan beras aromatik dijual untuk kalangan konsumen menengah ke atas. Seluruh jenis beras yang digiling dan dipasarkan oleh pemilik unit penggilingan padi tidak dibedakan mutunya. Mutu beras yang berkorelasi dengan nilai harga jual ditentukan berdasarkan penampilan fisik beras pada saat itu. Beras yang dipasarkan oleh unit penggilingan padi umumnya tidak diberi label jenis atau varietas. Kemasan hanya menampilkan merk (brand) tertentu. Kriteria mutu beras yang dianggap baik dan memiliki harga jual tinggi, menurut pemilik penggilingan padi, adalah derajat sosoh/putih, persentase beras kepala, kepulenan nasi, dan subyektifitas nama varietas. Beras yang paling laku dijual oleh padagang pasar di tiga kabupaten tersebut memiliki karakter yang sama dengan yang banyak digiling oleh unit penggilingan padi, yaitu beras yang panjang dan ramping (Tabel 2). Di tingkat pedagang pasar, nama beras yang sesuai dengan varietas padinya hampir tidak ada. Hal ini diduga terkait dengan tidak adanya nama varietas yang tercantum pada kemasan beras yang dijual oleh unit penggilingan padi. Pedagang pasar umumnya tidak memberlakukan klasifikasi mutu beras yang dijual (Tabel 2). Kelas mutu beras yang diperdagangkan hanya dibedakan berdasarkan kriteria butir patah, menir, dan derajat putih. Semakin banyak butir patah dan menir atau makin kusam beras, maka kelas mutunya semakin rendah. Kelas mutu juga dibedakan berdasarkan keadaan beras, lama atau baru. Beras baru dianggap memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan beras lama (kawak). Pemahaman standar mutu beras di tingkat penggilingan maupun pedagang masih mengacu kepada harga beras yang ditawarkan. Kriteria mutu beras yang dianggap baik menurut pedagang beras pasar adalah apabila memenuhi kriteria yang baik untuk parameter derajat sosoh/putih, persentase beras kepala, kadar air (kering), dan kepulenan nasi. Undang-Undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan, PP No 69 tentang Pelabelan, dan UU Perlindungan konsumen tahun 1999 mewajibkan pencantuman label Tabel 2. Karakteristik dan kriteria mutu beras menurut pedagang di Indramayu, Cianjur dan Ciamis, Jawa Barat, Parameter Indramayu Cianjur Ciamis (n=15) (n=15) (n=15) Beras yang bentuk beras bentuk beras bentuk beras paling laku panjang dan panjang dan panjang dan terjual ramping ramping ramping Klasifikasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada mutu beras yang dijual Rangking 1. derajat 1. derajat 1. derajat kriteria sosoh/putih sosoh/putih sosoh/putih beras yang 2. persentase 2. persentase 2. persentase dianggap baik beras kepala beras kepala beras kepala 3. kepulenan 3. kadar air 3. kepulenan nasi 4. kepulenan nasi nasi pada komoditas yang dipasarkan. Namun, peraturan tersebut hingga kini belum sepenuhnya dilaksanakan. Nama dagang beras tidak mengikuti nama varietas padinya, kecuali untuk beberapa varietas lokal yang memiliki sifat khusus. Kondisi seperti ini juga terjadi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis. Di ketiga daerah tersebut, dalam perdagangan beras kemasan berlabel, informasi nama dan mutu beras yang tertera dalam kemasan belum sepenuhnya dicantumkan. Beras berlabel adalah beras yang dihasilkan dari varietas yang jelas, dari benih bersertifikat, tidak tercampur dengan varietas lain, dan memiliki mutu yang sesuai dengan karakter varietasnya. Pelabelan beras dapat ditempuh dengan sistem sertifikasi produk, mulai dari pengadaan benih, tanam, sampai tahap pengemasan. Mekanisme ini dapat berjalan apabila sistem pelabelan di Indonesia sudah dilaksanakan dengan konsekuen. Pada saat ini beras yang dijual di pasaran sering dicampur atau dioplos dengan beberapa varietas, tanpa mencantumkan komposisi campuran berasnya. Persyaratan pengusulan beras berlabel dan bersertifikat meliputi (a) penggunaan benih bersertifikat, (b) penerapan teknik budi daya baku, (c) penerapan Good Manucfacture Practice (GMP) di tingkat penggilingan padi, (d) kerja sama agribisnis antara petani dengan pelaku off farm, terutama posisi pasar dan memperpendek rantai pemasaran, (e) optimalisasi peran petani melalui pemberdayaan dan penguatan organisasi petani melalui Gapoktan, dan (f) audit dari lembaga sertifikasi (Anonim 2007). 45

4 WIBOWO ET AL.: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN MUTU BERAS DI JAWA BARAT Karakteristik Fisik Beras Unit Penggilingan Padi Berdasarkan hasil pengujian, beras yang dihasilkan unit penggilingan padi di tiga kabupaten rata-rata memiliki kualitas yang sama. Karakteristik mutu beras hasil penggilingan padi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis disajikan pada Tabel 3. Kadar air beras giling yang dihasilkan unit penggilingan padi berkisar antara 10-13%. Kondisi tersebut masih memenuhi persyaratan simpan untuk beras (Anonim 2003). Pada kadar air di bawah 14%, beras memiliki umur simpan yang relatif lama. Beras yang diproduksi oleh unit penggilingan padi di Cianjur rata-rata lebih putih atau memiliki derajat sosoh yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hal ini diduga karena perlakuan pada saat proses penyosohan, celah friksi dari alat polisher lebih dipersempit atau lebih ditekan (pressing). Perlakuan tersebut juga berakibat pada rendemen beras kepala yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Derajat sosoh yang ditentukan pada standar perdagangan beras berkisar antara %. Nilai yang identik dengan pengukuran derajat sosoh adalah derajat putih yang dapat diukur secara kuantitatif menggunakan milling meter. Nilai derajat putih berbanding lurus dengan derajat sosoh beras. Semakin tinggi nilai derajat putih, makin tinggi pula tingkat derajat sosohnya (Lamberts et al. 2007). Tingkat derajat putih diukur dari banyaknya lapisan dedak/bekatul dan lapisan silver skin yang terlepas dari butiran beras. Tingkat derajat putih beras menurut Bergman et al. (2006) juga banyak dipengaruhi oleh kekerasan, ukuran dan bentuk, kedalaman lekukan butiran beras, dan ketebalan lapisan Tabel 3. Karakteristik mutu fisik beras di tingkat penggilingan padi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, Karakteristik fisik Indramayu Cianjur Ciamis (n=20) (n=20) (n=20) Bentuk beras Panjang beras (mm) 6,8 ± 0,43 6,6 ± 0,32 6,8 ± 0,36 Rasio panjang/lebar 3,2 ± 0,25 3,4 ± 0, ± 0.23 Mutu beras giling Kadar air (%) 12,2 ± 0,6 12,1 ± 0,6 12,4 ± 0,8 Derajat putih 39,1 ± 2,8 40,6 ± 2,6 39,3 ± 1,8 Beras kepala (%) 80,1 ± 6,4 78,5 ± 7,1 79,9 ± 5,4 Beras patah (%) 17,9 ± 5,6 19,4 ± 6,7 18,2 ± 4,7 Menir (%) 2,1 ± 0,8 2,1 ± 0,9 1,9 ± 1,5 Butir mengapur (%) 0,2 ± 0,1 0,3 ± 0,1 0,2 ± 0,2 Butir kuning/rusak (%) 0,9 ± 0,7 0,3 ± 0,4 0,8 ± 0,5 Butir merah (%) Butir gabah (%) Angka di Tabel adalah nilai rata-rata ± simpangan baku bekatul. Sebagai perbandingan, nilai derajat putih menurut standar beras di tingkat pasar dan impor negara Jepang adalah > 39% (Anonim 2003). Dari nilai derajat putih di atas dapat dikatakan bahwa beras dari unit penggilingan padi di tiga kabupaten masih memiliki derajat sosoh yang baik karena mempunyai nilai derajat putih 35-46, atau identik dengan derajat sosoh % (Tabel 3). Unit penggilingan padi lebih menyukai varietas yang memiliki rendemen giling dan persentase beras kepala yang tinggi dan sesuai dengan preferensi konsumen. Tinggi rendahnya persentase beras kepala dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain varietas, tipe butiran, butir mengapur, teknik budi daya, pengeringan, penyimpanan, dan teknik penggilingan (Dipti et al. 2002). Ada korelasi tidak langsung antara beras kepala dengan derajat putih beras giling seperti telah diuraikan di atas. Rata-rata persentase beras kepala dari unit penggilingan padi di Cianjur lebih rendah dibandingkan dengan dua kabupaten lainnya. Akan tetapi, secara keseluruhan, persentase beras kepala di tiga kabupaten tersebut termasuk tinggi (>70%). Butir mengapur dan butir kuning/rusak dari beras giling yang diidentifikasi masih memenuhi persyaratan, rata-rata di bawah 1,0% (Tabel 3). Nilai maksimum persentase butir kapur dan butir kuning/rusak beras giling pengadaan dalam negeri adalah 3%. Tinggi rendahnya butir mengapur maupun butir kuning/rusak dipengaruhi oleh kualitas gabah yang diproses. Gabah yang belum masak optimum atau tidak matang serempak, dan terjadinya fermentasi gabah akibat terlambatnya proses pengeringan menyebabkan beras giling yang dihasilkan mengandung kapur, berwarna kuning, dan ada bercak hitam. Salah satu penelitian menyatakan bahwa bagian mengapur (chalky) sering terbentuk karena kondisi perubahan iklim selama pengisian biji, dan diperkirakan suhu tinggi sebagai faktor penyebabnya (Lisle et al. 2000). Suhu tinggi pada saat stadia pengisian biji akan mempercepat laju pengisian cairan pati, akibatnya terbentuk ruang-ruang udara di antara granula pati di dalam endosperm (Umemoto et al. 1995). Ukuran dan bentuk beras juga menjadi pertimbangan penting bagi konsumen. Panjang butiran beras dari unit penggilingan berkisar antara 6,6-6,8 mm, termasuk panjang, sedangkan dari bentuknya termasuk ramping (rasio p/l >3,0) dengan variasi rasio (p/l) 3,1-3,4. Preferensi terhadap ukuran dan bentuk beras bervariasi antartingkat pendapatan. Beras berukuran sedang dan agak bulat (Pandanwangi, Sariwangi, Cisadane, dan Muncul) lebih banyak dipasarkan ke kotakota besar provinsi, karena umumnya memiliki kualitas premium dengan harga yang lebih mahal. Akan tetapi, 46

5 hasil penelitian lain menunjukkan bahwa konsumen, umumnya di Jawa Barat dan Jakarta, kini menyukai beras yang panjang dan ramping (Rachmat et al. 2006). Karakteristik Fisik Beras dari Pedagang Pasar Karakter yang tidak jauh berbeda juga ditemukan pada beras yang dijual oleh pedagang beras (Tabel 4). Hasil pengujian menunjukkan, ukuran dan bentuk beras relatif sama antara beras dari pedagang dengan unit penggilingan, yaitu panjang (>6,6 mm) dan ramping (rasio p/l >3,0). Kadar air beras dari pedagang di tiga kabupaten berkisar antara 10-13%. Demikian pula derajat putih beras, bervariasi antara 36-44, tidak berbeda dengan derajat putih beras dari unit penggilingan. Beras yang paling laku dibeli konsumen di tiga pasar kabupaten, sedikit mengalami penurunan mutu dibanding dengan beras produksi penggilingan padi. Hal ini nampak dari penurunan persentase beras kepala dan nilai derajat putih (Tabel 4). Diduga penurunan ini disebabkan oleh pengaruh pengangkutan dan penyimpanan oleh pedagang selama beras belum terjual. Rata-rata persentase beras patah dan menir dari beras yang dijual pedagang di pasar relatif tinggi. Penampakan visual beras seperti ini akan menurunkan kualitas beras secara keseluruhan. Tinggi rendahnya persentase beras patah dan menir biasanya berbanding terbalik dengan persentase beras kepala. Persentase beras patah di tingkat pedagang di Cianjur dan Ciamis lebih tinggi dari yang dijual di Indramayu. Tingginya persentase beras patah bisa disebabkan oleh pengaruh penjemuran gabah yang tidak tepat. Teknik penjemuran yang baik yaitu gabah dijemur dengan ketebalan lapisan 5-7 cm di atas lantai jemur semen. Pada ketebalan lapisan gabah tersebut akan dihasilkan beras yang bermutu baik. Pada lapisan yang tipis (<3 cm), gabah cepat kering dan terjadi butir retak. Apabila beras digiling, akan menghasilkan beras patah. Pengeringan gabah sampai kadar air <13% juga menyebabkan beras mudah patah. Butir mengapur dan butir kuning-rusak beras dari pedagang juga masih di bawah persyaratan maksimum 3% (Tabel 5). Butir mengapur dan butir kuning/rusak yang teridentifikasi rata-rata di bawah 1%. Bagian mengapur beras akan mengurangi ketahanan beras dan umur simpan selama proses penggilingan dan penyimpanan sehingga rendemen beras kepala menurun. Pada akhirnya, butir mengapur pada butiran beras akan mengurangi preferensi konsumen. (Singh et al. 2003). Karakteristik Fisikokimia Beras dari Unit Penggilingan Padi Karakteristik fisikokimia beras berperan terhadap mutu tanak (cooking quality) dan mutu rasa (eating quality) nasi. Salah satu komponen penting dan sangat menentukan karakter fisikokimia beras adalah adanya amilosa. Beras dari unit penggilingan padi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis rata-rata berkadar amilosa 23,3%, dengan kisaran 21,7-26,1% (Tabel 6). Kandungan amilosa beras menurut Kumar dan Khush (1986) terdiri atas amilosa rendah (8-20%), sedang (21-25%), dan tinggi (>25%). Beras dari unit penggilingan termasuk berkadar amilosa sedang atau tergolong pulen. Tingkat kepulenan nasi berkorelasi negatif dengan kadar amilosa beras. Semakin tinggi kadar amilosa beras makin rendah Tabel 4. Karakteristik mutu fisik beras di tingkat pedagang beras di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, Karakteristik fisik Indramayu Cianjur Ciamis (n=15) (n=15) (n=15) Bentuk beras Panjang beras (mm) 6,7 ± 0,39 6,6 ± 0,41 6,7 ± 0,34 Rasio panjang/lebar 3,3 ± 0,18 3,5 ± 0,12 3,0 ± 0,20 Mutu beras giling Kadar air (%) 11,8 ± 0,8 11,7 ± 0,5 12,5 ± 0,7 Derajat putih 38,4 ± 2,5 39,6 ± 1,3 38,2 ± 1,6 Beras kepala (%) 80,9 ± 4,6 70,5 ± 7,9 74,5 ± 3,3 Beras patah (%) 16,9 ± 4,7 26,7 ± 7,0 22,7 ± 3,2 Menir (%) 2,1 ± 0,7 2,9 ± 1,1 2,8 ± 1,5 Butir mengapur (%) 0,2 ± 0,1 0,2 ± 0,1 0,2 ± 0,1 Butir kuning/rusak (%) 0,6 ± 0,5 0,6 ± 0,4 0,9 ± 0,7 Butir merah (%) Butir gabah (%) Angka di Tabel adalah nilai rata-rata ± simpangan baku Tabel 5. Persyaratan kualitas beras pengadaan dalam negeri (tahun 2005). Komponen mutu Satuan Mutu IV SNI *) Derajat sosoh Min (%) 95 Kadar air Maks (%) 14 Beras kepala Min (%) 78 Butir utuh Min (%) 35 Butir patah Maks (%) 20 Butir menir Maks (%) 2 Butir merah Maks (%) 3 Butir kuning-rusak Maks (%) 3 Butir mengapur Maks (%) 3 Benda asing Maks (%) 0,02 Butir gabah Maks Butir/100g 1 Campuran var. lain Maks (%) 5 *) Modifikasi SNI No , pada butir patah dari 25% menjadi 20%, penambahan komponen beras kepala dari 73% menjadi 78% 47

6 WIBOWO ET AL.: IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN MUTU BERAS DI JAWA BARAT tingkat kepulenan nasinya (pera). Kandungan amilosa di dalam beras juga berpengaruh (berkorelasi positif) terhadap cooking characteristic yang lain, yaitu pengembangan volume dan penyerapan air nasi selama ditanak. Rasio pengembangan volume dan penyerapan air nasi semakin besar dengan semakin tingginya kadar amilosa (Dela Cruz 2002). Selain amilosa, konsistensi gel juga merupakan salah satu karakter yang menentukan mutu rasa (eating quality). Konsistensi gel beras merupakan karakter yang akan menunjukkan tekstur nasi setelah dingin. Beras dari unit penggilingan padi di tiga kabupaten rata-rata memiliki konsistensi gel sedang (nilai 58 mm) dengan variasi nilai mm (Tabel 6). Sifat konsistensi sedang tersebut menunjukkan bahwa nasi memiliki tekstur sedang (tidak keras dan tidak lunak). Karakteristik konsistensi gel beras seperti ini lebih dominan diturunkan oleh sifat genetik padi. Menurut Singh et al. (2003), perbedaan tekstur antarvarietas terkait erat dengan perbedaan kandungan amilosa, perbandingan rantai panjang dan pendek molekul amilopektin, serta struktur granula pati. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Reddy et al. (1993), yang menyatakan bahwa beras dengan kadar amilosa tinggi dan memiliki amilopektin rantai panjang cenderung mempunyai tekstur nasi yang keras. Sebaliknya, beras yang memiliki kadar amilosa rendah dan amilopektin rantai pendek cenderung mempunyai tekstur nasi yang lunak. Karakter fisikokimia (cooking & eating quality) juga dipengaruhi oleh komponen protein (nutrition quality) beras. Menurut Ishima et al. (1984), protein beras dinyatakan sebagai komponen sekunder yang ikut menentukan eating quality, yaitu akan mempengaruhi tekstur nasi. Beras dengan kadar protein yang tinggi cenderung menghasilkan nasi yang keras. Ong dan Blanshard (1995) juga melaporkan bahwa semakin panjang rantai amilopektin dan makin tinggi kandungan amilosa akan memberikan kondisi yang sesuai bagi terjadinya inter atau intra-interaksi antara molekul pati dengan komponen lain, seperti protein dan lemak. Keadaan sebaliknya untuk struktur beras yang memiliki rantai amilopektin pendek. Kadar protein beras dari unit penggilingan padi berkisar antara 8-9% (Tabel 6). Karakteristik Fisikokimia Beras dari Pedagang Pasar Beras yang paling laku dan banyak dijual oleh pedagang pasar di tiga kabupaten tersebut memiliki karakter fisikokimia yang relatif sama dengan beras dari unit Tabel 6. Karakteristik fisikokimia beras di tingkat penggilingan padi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, Fisiko-kimia Indramayu Cianjur Ciamis Kadar amilosa (%) 24,9 ± 1,2 23,3 ± 1,5 23,8 ± 1,2 Konsistensi gel (mm) 59,0 ± 6,9 60,0 ± 8,7 56,0 ± 8,4 Kadar protein (%) 8,6 ± 0,8 8,9 ± 0,5 9,2 ± 0,5 Angka di Tabel adalah nilai rata-rata analisa (n=20) dan simpangan baku Tabel 7. Karakteristik fisikokimia beras di tingkat pedagang beras Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, Fisiko-kimia Indramayu Cianjur Ciamis Kadar amilosa (%) 24,3 ± 1,9 23,6 ± 0,8 23,7 ± 1,0 Konsistensi gel (mm) 56,0 ± 8,7 56,0 ± 6,2 57,0 ± 4,9 Kadar protein (%) 8,9 ± 0,5 9,0 ± 0,5 9,1 ± 0,2 Angka di Tabel adalah nilai rata-rata analisa (n=15) dan simpangan baku penggilingan padi (Tabel 7). Kadar amilosa beras dari pedagang pasar rata-rata 23,8% dengan kisaran 22,4-26,2%. Konsistensi gel beras dari pedagang berkisar antara sedang sampai keras, dengan kisaran nilai mm. Kandungan protein beras dari pedagang pasar relatif sama dengan beras dari unit penggilingan, berkisar antara 8-9% (Tabel 7). KESIMPULAN DAN SARAN Karakteristik fisik dan fisikokimia beras konsumsi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, identik dengan karakter dari unit penggilingan padi dan pedagang pasar, yakni memiliki butiran kering, panjang, dan ramping, berwarna putih, persentase beras kepala tinggi, tingkat kepulenan dan tekstur nasi sedang. Karakteristik mutu beras tersebut, relatif sama dengan standar beras pengadaan dalam negeri. Karakter beras yang teridentifikasi sesuai dengan kriteria yang diinginkan unit penggilingan dan pedagang beras. Pemahaman dan penyadaran tentang mutu beras di tingkat penggilingan dan pedagang masih rendah. Sosialisasi standar dan labeling komponen mutu beras perlu dilakukan secara intensif agar pemilik penggilingan dan pedagang termotivasi meningkatkan mutu berasnya agar memiliki nilai jual yang lebih baik. Hasil identifikasi karakter mutu beras ini diharapkan bermanfaat bagi pemulia dalam perbaikan karakter dan perakitan varietas unggul baru. 48

7 DAFTAR PUSTAKA Anonim Concepts of rice quality. Rice Quality Workshop QualityConcepts.pdf.22 p. 9/1/2006. Anonim Rice grain quality: determining the physical characteristics of milled rice. grainquality_loband/module_5/04.htm. 4/12/2006 Anonim Program pengembangan beras berlabel di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. AOAC Official methods of analyisis of the Association of Official Analytical Chemists International, William Horwitz and G.W. Latimer Jr (eds). AOAC International, Gaithersburg, Maryland USA. Badan Standarisasi Nasional (BSN) Standar mutu dan cara uji beras giling. Standar Nasional Indonesia (SNI) No Jakarta. Badan Urusan Logistik (BULOG) Pedoman umum pengadaan gabah dan beras dalam negeri tahun 2005 di lingkungan perusahaan umum BULOG. Divisi Pengadaan Perum BULOG, Jakarta. Bergman, C., Ming-Hsuan Chen, J. Delgado, and N. Gipson Kernel form: rice grain quality. USDA-ARS-Rice Research Unit Rice Quality Program. elibrary/studiricecontest/2006/rice Grain Quality. March Dela Cruz, N.M Rice grain quality evaluation procedures. Methods currently in use in thepbgb (Plant Breeding, Genetic and Biochemistry) grain quality laboratory. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines: 9p Dipti, S.S, S.T. Hossain, M.N. Bari, and K.A. Kabir Physicochemical and cooking properties of some fine rice varieties. Asian Network for Scientific Information. Pakistan Journal of Nutrition 1(4): IRRI Rice grain quality evaluation procedures. Methods currently in use in the PBGB (Plant Breeding, Genetic and Biochemistry) grain quality laboratory. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines: 9p Ishima, T., H. Taira, and K. Mikoshiba Effect nitrogenous fertilizer application and protein content in milled rice on organoleptic quality of cooked rice. In S. Kawamura et al Development of an automatic rice-quality inspection system. Computer and Electronics in Agriculture 40. Kumar, I. and G.S. Kush Gene dosage effect of amylose content in rice endosperm. Japan Journal Genetics 61: Lamberts, L., Els De Bie, G.E. Vandeputte, W.S. Veraverbeke, V. Derycke, W. De Man, and J.A. Delcour Effect of miling on colour and nutritional properties of rice. Food Chemistry 100: Lisle, A.J., M. Martin, and M.A. Fitzgerald Chalky and translucent rice grains differ in starch composition and structure and cooking properties. Cereal Chemistry 77: Ong, M.H. and J.M.V. Blanshard Texture determination of cooked parboiled rice. I. Rice starch amylose and the fine structure of amylopectine. Journal of Cereal Science 21: Rachmat, R., R. Thahir, and M. Gummert The empirical relationship between price and quality of rice at market level in West Java. Indonesian Journal of Agricultural Science 7(1): Reddy, K.R., S.Z. Ali, and K.R. Bhattacharya The fne structure of rice starch amylopectin and its relation to the texture of cooked rice. Carbohydrate Polymers 22: Suherman, D Peningkatan nilai tambah pada prosesing produk tanaman pangan (beras). Makalah Seminar Strategi Peningkatan Nilai Tambah Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Antisipasi Pasar Global Era Milenium III. Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta. 9p. Singh, N., N.S. Sodhi, M. Kaur, and S.K. Saxena Physicochemical, morphological, thermal, cooking and textural properties of chalky and translucent kernels. Food Chemistry 82: Umemoto, T., Y. Nakamura, and N. Ishikura Activity of starch synthase and the amylose content in rice endosperm. Phytochemistry 40:

PENGUJIAN MUTU BERAS

PENGUJIAN MUTU BERAS PENGUJIAN MUTU BERAS RINI YULIANINGSIH Good Equipment Good Paddy Rice Skilled Miller Jika Anda memilik padi berkualitas tinggi dengan unit penggiling yang bagus dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli Jika

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL Rina D.Ningsih dan Khairatun Nafisah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat

Lebih terperinci

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak

Lebih terperinci

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan TEKNIK PENGUJIAN TAMPILAN BERAS UNTUK PADI SAWAH, PADI GOGO, DAN PADI PASANG SURUT Ade Santika 1 dan Gusnimar Aliawati 2 Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan varietas unggul padi. Perbaikan

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 Sigit Nugraha Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ABSTRAK Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di  dan tidak untuk di komersialkan Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

Dalam rangka pengamanan pengadaan beras

Dalam rangka pengamanan pengadaan beras INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH Kualitas Beras Giling dan Nilai Duga Derajat Sosoh Gabah Beberapa Varietas Padi Siti Dewi Indrasari, Jumali, dan Aan A. Daradjat

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Klasifikasi...4

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris. Baik dari sisi ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian memiliki peranan yang relatif

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU)

PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU) Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn. 55-59 PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU) 1) Ashar dan 2) Muh. Iqbal 1) Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fapetrik UMPAR

Lebih terperinci

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+ 012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional

Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional Siti Dewi Indrasari 1 dan Made Oka Adnyana 2 Ringkasan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : performance, grain quality, 12 rice genotypes, low land rice irrigation

ABSTRACT. Key words : performance, grain quality, 12 rice genotypes, low land rice irrigation KERAGAAN MUTU GABAH DAN BERAS 12 GENOTIPE PADI SAWAH BERPENGAIRAN TEKNIS (PERFORMANCE OF GRAIN QUALITY OF 12 RICE GENOTYPES ON LOW LAND RICE IRRIGATION ) Bambang Sutaryo dan Tri Sudaryono Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Keller, 2008). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Keller, 2008). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3 Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

ISSN eissn Online

ISSN eissn Online Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (1):66-76 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-1781 Evaluasi Kualitas Beras Giling Beberapa Galur Harapan Padi Sawah (Oryza Sativa L.)

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI BREEDING OF BLACK RICE VARIETY FOR DROUGHT TOLERANCE AND HIGH YIELD I Gusti Putu Muliarta Aryana 1),

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) Process and Formula Optimizations on Dried Sago (Metroxylon sagu) Noodle Processing Adnan Engelen, Sugiyono, Slamet Budijanto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004) PERTUMBUHAN, HASIL, DAN MUTU BERAS GENOTIPE F5 DARI PERSILANGAN PADI MENTIK WANGI X POSO DALAM RANGKA PERAKITAN PADI GOGO AROMATIK GROWTH, YIELD, AND RICE QUALITY OF F5 GENOTYPES PROGENY OF CROSSING BETWEEN

Lebih terperinci

Permintaan konsumen terhadap beras khusus

Permintaan konsumen terhadap beras khusus PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 30 NO. 2 2011 Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di Lokasi dengan Ketinggian Berbeda Suhartini dan I Putu Wardana Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jln.

Lebih terperinci

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon PENGARUH UMUR PANEN DAN KULTIVAR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interaksi umur panen

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG STUDI PENGARUH PEMANASAN PADA PADI (Oryza sativa) ORGANIK PANDAN WANGI TINJAUAN SIFAT KIMIA (AMILOSA, KADAR SERAT PANGAN, KADAR PROKSIMAT ) DAN SENSORIS A STUDY ON THE EFFECT OF HEATING PROCESS ON ORGANIC

Lebih terperinci

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS FAUZIAH AR, NOORTASIAH DAN TAZRIN NOR Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, ii Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru 70712 RINGKASAN Mutu gabah dan beras yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat

Lebih terperinci

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE BERAS MERAH DENGAN VARIASI SUHU PEREBUSAN DAN SUHU PENGERINGAN SKRIPSI OLEH: LILY CHANDRA 6103008114 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Perum BULOG Jalan Gatot Subroto Kav 49 Jakarta Selatan b. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor c

Perum BULOG Jalan Gatot Subroto Kav 49 Jakarta Selatan b. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor c A R T I K E L Proses Pengolahan Beras Pratanak Memperbaiki Kualitas dan Menurunkan Indeks Glikemik Gabah Varietas Ciherang Parboiled Rice Processing Improve Quality and Reduce Glycemic Index of Paddy cv.

Lebih terperinci

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+ 012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Gudang BULOG 206 Rembang. Gudang ini berada di Desa Kedungrejo Kabupaten Rembang. Tepatnya adalah di Jalan Raya Rembang- Blora

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG R. Hempi Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk

Lebih terperinci

SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN ABSTRACT

SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN ABSTRACT SIFAT FISIKO-KIMIA PRODUK EKSTRUSI DARI BERAS DENGAN SUBTITUSI RICE BRAN Nuri Arum Anugrahati ', Djohan Sofia 2 *, Novi Wiguna 3 ' ABSTRACT Rice bran is highly nutritional value by-product from rice milling.

Lebih terperinci

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI OLEH : YESSICA MULIA WIJAYA NRP 6103008122 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT JRPB, Vol. 6, No. 1, Maret 2018, Hal. 53-59 DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i1.72 ISSN 2301-8119, e-issn 2443-1354 Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/ KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

Di Indonesia sumbangan beras terhadap total

Di Indonesia sumbangan beras terhadap total Evaluasi Karakteristik Mutu Giling, Mutu Tanak, dan Kandungan Protein-Besi Kompleks pada Beberapa Genotipe Padi Siti Dewi Indrasari 1, Aan A. Daradjat 1, Ida Hanarida 2, dan Komari 3 1 Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERBERASAN MELALUI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU. Suismono, Sudaryono, Safaruddin Lubis dan S.

KAJIAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERBERASAN MELALUI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU. Suismono, Sudaryono, Safaruddin Lubis dan S. Prosidlng Seminar Nasional Teknologi Inowti/Pascaponen untuk Pengembangan industri Berboris PertonIan KAJIAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERBERASAN MELALUI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU Suismono, Sudaryono,

Lebih terperinci

IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA

IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA Ir. Endang Suhesti, MP 1), Drs. Ali Uraidy, MH 2) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Abdurachman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat berpengaruh pada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat berpengaruh pada perkembangan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan ekonomi di Indonesia. Salah satunya adalah penghasil makanan pokok

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1

KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1 KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1 Mahargono Kobarsih 2, Rob. Mudjisihono 3, B. Purwadi 4, dan Fevi Sugiyanto 5 ABSTRAK Penelitian tentang kajian penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI Nur Asni dan Linda Yanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Pengkajian pengolahan minyak kelapa telah dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil pertaniannya utamanya. Sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, produksi beras dalam negeri

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No menyebabkan berkurangnya pendapatan petani dan turunnya penyerapan gabah dan beras; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima

2017, No menyebabkan berkurangnya pendapatan petani dan turunnya penyerapan gabah dan beras; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2017 KEMTAN SELAKU KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN. Pembelian Harga Gabah dan Beras Diluar Kualitas Oleh Pemerintah. Pedoman. Perubahn Ketiga. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENUAAN ARTIFISIAL PADA BERAS TERHADAP SIFAT SIFAT FISIKA-KIMIA ABSTRAK

PENGARUH PROSES PENUAAN ARTIFISIAL PADA BERAS TERHADAP SIFAT SIFAT FISIKA-KIMIA ABSTRAK PENGARUH PROSES PENUAAN ARTIFISIAL PADA BERAS TERHADAP SIFAT SIFAT FISIKA-KIMIA Ashadi Hasan 1, Sajeev Rattan Sharma 2, dan Tarsem Chand Mittal 2 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

OLEH : VERONICA SUGIANTO NRP

OLEH : VERONICA SUGIANTO NRP PERUBAHAN SIFAT FISIKOKIMIA BERAS DAN PROFIL TEKSTUR NASI DARI BERAS ORGANIK MERAH VARIETAS SAODAH SELAMA ENAM BULAN PENYIMPANAN DALAM KEMASAN PLASTIK POLYETHYLENE (PE) DAN POLYPROPILENE (PP) SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto LOGO Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau Mitha Fitriyanto 1409100010 Pembimbing : Prof.Dr.Surya Rosa Putra, MS Pendahuluan Metodologi Hasil dan

Lebih terperinci

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Yeni E Maryana 1*), Budi Raharjo 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih

Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih Preferensi Industri Tahu dan Tempe terhadap Ukuran dan Warna Biji Kedelai Ruly Krisdiana 1 Ringkasan Ukuran dan warna biji kedelai varietas unggul yang telah dilepas sangat beragam, sedangkan penggunaan

Lebih terperinci

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU Formulation of Dry Sago Noodles with Mung Bean Flour Substitution Hilka Yuliani, Nancy Dewi Yuliana, Slamet Budijanto Departemen Ilmu dan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS PENGEMAS TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA BERAS ORGANIK PUTIH, MERAH, DAN HITAM VARIETAS LOKAL SELAMA 6 BULAN PENYIMPANAN PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH JENIS PENGEMAS TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA BERAS ORGANIK PUTIH, MERAH, DAN HITAM VARIETAS LOKAL SELAMA 6 BULAN PENYIMPANAN PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH JENIS PENGEMAS TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA BERAS ORGANIK PUTIH, MERAH, DAN HITAM VARIETAS LOKAL SELAMA 6 BULAN PENYIMPANAN PROPOSAL SKRIPSI OLEH : KRISTIN MARIA GUNAWAN NRP 6103010047 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beras Struktur Beras Penggilingan Padi menjadi Beras

TINJAUAN PUSTAKA Beras Struktur Beras Penggilingan Padi menjadi Beras TINJAUAN PUSTAKA Beras Beras merupakan hasil proses pasca panen dari tanaman padi yaitu setelah tangkai dan kulit malainya dilepaskan dan digiling. Berdasarkan kelompok spesies padi yang telah dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT GILING DAN VARIETAS TERHADAP KUALITAS BERAS DI SULAWESI SELATAN ABSTRACT

PENGARUH JENIS ALAT GILING DAN VARIETAS TERHADAP KUALITAS BERAS DI SULAWESI SELATAN ABSTRACT PENGARUH JENIS ALAT GILING DAN VARIETAS TERHADAP KUALITAS BERAS DI SULAWESI SELATAN Wanti Dewayani, A. Darmawidah, Nasruddin Razak dan Djafar Baco Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,2 persen

PENDAHULUAN. Peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,2 persen I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,2 persen ditriwulan ke III tahun 2009 (BPS 2009), mengindikasikan terjadi peningkatan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

Evaluasi Fisikokimia Mutu Beras. Physicochemical Evaluation of Rice Quality

Evaluasi Fisikokimia Mutu Beras. Physicochemical Evaluation of Rice Quality Evaluasi Fisikokimia Mutu Beras Physicochemical Evaluation of Rice Quality Fahroji 1)* dan Hendri 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau 2 Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Kaharuddin Nasution

Lebih terperinci

KOMPOSISI BIJI PADI. Sekam

KOMPOSISI BIJI PADI. Sekam PASCA PANEN PADI KOMPOSISI BIJI PADI Sekam Kariopsis padi (beras) dibungkus oleh sekam yang merupakan modifikasi daun (lemmae). Sekam terdiri dari palea (yang kecil) dan lemma (yang besar) Bentuk kariopsis

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 POLA PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS BEKATUL PASCA PENGGILINGAN Kerusakan hidrolitik pada bekatul mulai terjadi ketika proses penyosohan beras berlangsung, dimana terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN. Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN. Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN Oleh : Nama : Wendi Irawan Dediarta NPM : 150310080137 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 20 April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Kerapatan (gram/cm3) 1.4 1.2 1..8.6.4.2. Varietas Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras Berdasarkan hasil pengukuran massa dan volume setiap

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER

PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER SKRIPSI OLEH: AGNES AYU PUTRININGSIH 6103013075 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM SKRIPSI Oleh: FORIANUS WARUWU 090305025/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PATI SAGU DAN AREN HMT 1. Kadar Air Salah satu parameter yang dijadikan standard syarat mutu dari suatu bahan atau produk pangan adalah kadar air. Kadar air merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Snack merupakan suatu jenis produk pangan sebagai makanan selingan yang umumnya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan umumnya dikonsumsi di antara waktu makan pagi, siang,

Lebih terperinci

Pengaruh Derajat Sosoh dan Pengemas terhadap Mutu Beras Aromatik selama Penyimpanan

Pengaruh Derajat Sosoh dan Pengemas terhadap Mutu Beras Aromatik selama Penyimpanan TARIGAN DAN KUSBIANTORO: DERAJAT SOSOH DAN PENGEMAS BERAS AROMATIK Pengaruh Derajat dan Pengemas terhadap Mutu Beras Aromatik selama Penyimpanan Elsera Br Tarigan dan Bram Kusbiantoro Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI UBI JALAR ORANYE DAN MAIZENA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI JALAR ORANYE

PENGARUH PROPORSI UBI JALAR ORANYE DAN MAIZENA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI JALAR ORANYE PENGARUH PROPORSI UBI JALAR ORANYE DAN MAIZENA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI JALAR ORANYE SKRIPSI OLEH: RAKAGALIH NUGRAENI PURWANING PUTRI NRP 6103012127 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

The, Kevin Ciandra T. NRP 6103009136. Pengaruh Proporsi Tapioka dan Tepung Jagung terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Kerupuk Jagung. Di bawah bimbingan: 1. Ir. Indah Kuswardani, MP. 2. Erni Setijawati,

Lebih terperinci