Dalam rangka pengamanan pengadaan beras

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dalam rangka pengamanan pengadaan beras"

Transkripsi

1 INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH Kualitas Beras Giling dan Nilai Duga Derajat Sosoh Gabah Beberapa Varietas Padi Siti Dewi Indrasari, Jumali, dan Aan A. Daradjat Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang, Jawa Barat ABSTRACT. The Milled Rice Quality and Milling Degree Value of Some Rice Varieties. In general the polishing method of brown rice consists of two types, i.e. friction method and abrasive method. The objectives of this research were 1) to study the effects of two milling methods on the physical quality of brown rice of several lowland rice varieties, and 2) to estimate milling degree percentage based on bran lossess and milling degree value of Satake Milling Meter on each varieties. Fourteen lowland rice varieties were harvested from Sukamandi Experimental Station, then they were dried up to 14% moisture content. Dried paddy were dehulled to become brown rice. Then the brown rice as milled up to 90% and 100% milling degree. The milled equipment used were Satake Rice Machine (abrasive) and Grainman Milling (friction). The milling and physical quality of milled rice were analysed by Satake Milling Meter. The physical quality of the milled rice was compared to Bulog standar and Indonesian National Standard. The result of milling degree was analysed by linear regression. The results indicated that abrasive type (Satake) was better than friction type (Grainman) in term of physical quality characteristic of milled rice. The fourteen samples of a new improved rice varieties have fulfilled the III quality requirement compare to the Indonesian National Standard of milled rice and Bulog quality standard. The results of linear regression indicated that the corelation between aleuron layer losses and milling degree was y = 89,9+2,27x (r 2 =0,947) by Satake. Those equation could be used to predict the milling degree percentage of varieties or lines. Keywords: Rice, milling method, milling degree, rice quality ABSTRAK. Penyosohan beras pecah kulit menjadi beras giling umumnya terdiri dari dua metode yaitu metode friksi dan metode abrasive. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode penyosohan terhadap kualitas fisik beras dari varietas padi sawah dan mencari nilai duga derajat sosoh berdasarkan kehilangan bobot bekatul dan nilai derajat giling pada Satake Milling Meter. Empat belas varietas padi sawah dipanen dari Kebun Percobaan Sukamandi, kemudian dijemur hingga kadar air 14%. Gabah kering giling dikupas kulitnya hingga diperoleh beras pecah kulit (BPK). Selanjutnya BPK disosoh sampai mencapai derajat giling 90% dan 100%. Alat penyosoh yang digunakan adalah Satake Rice Machine (abrasive) dan Grainman Milling (friksi). Beras giling yang dihasilkan selanjutnya dianalisis mutu fisiknya, sedangkan kualitas gilingnya diukur dengan menggunakan Satake Milling Meter. Mutu fisik beras giling yang dihasilkan dibandingkan dengan standar Bulog dan Standar Nasional Indonesia. Data nilai derajat sosoh yang dihasilkan dianalisis menggunakan persamaan regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat sosoh tipe abrasive (Satake) menghasilkan mutu fisik beras yang lebih baik dibanding alat sosoh tipe friksi (Grainman). Ke-14 varietas unggul padi yang diteliti telah memenuhi persyaratan mutu III SNI beras giling dan standar mutu Bulog. Hubungan antara tingkat kehilangan lapisan aleuron (x) dengan derajat giling (y) adalah y = 89,9+2,27x (r 2 =0,947%) pada alat penyosoh Satake. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan derajat sosoh varietas padi. Kata kunci: Beras, metode penyosohan, derajat sosoh, mutu beras Dalam rangka pengamanan pengadaan beras dalam negeri, Bulog telah menetapkan standar kualitas beras dan metode analisisnya. Salah satu kriteria yang digunakan dalam menilai kualitas beras adalah derajat sosoh. Besar kecilnya derajat sosoh berpengaruh langsung terhadap kualitas beras selama penyimpanan. Dalam proses penyosohan beras pecah kulit menjadi beras giling, derajat giling atau tingkat pengupasan lapisan luar butiran beras mempunyai peranan yang sangat penting. Untuk konsumen, proses pengupasan lapisan luar butiran beras tidak perlu berlebihan, mengingat kandungan gizi pada bagian ini relatif tinggi. Namun untuk penyimpanan dalam jangka panjang, adanya lapisan aleuron yang tebal pada biji beras akan sangat merugikan, karena lapisan tersebut akan memacu kerusakan butiran beras, baik karena proses enzimatis (rancidity) maupun karena serangga/hama gudang (Damardjati 1991). Penetapan derajat sosoh dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya menetapkan bobot dedak dan bekatul yang terpisahkan. Semakin tinggi tingkat penyosohan beras semakin tinggi bobot bekatul, yang berarti lapisan aleuron yang tertinggal pada beras semakin tipis. Berdasarkan tipe alat penyosoh, metode penyosohan beras pecah kulit menjadi beras giling dibedakan menjadi dua macam, yaitu metode friksi dan metode abrasive (Anonim 1989). Penyosohan beras pecah kulit yang menggunakan metode friksi menghasilkan beras giling yang bening (translucense). Hal ini terjadi karena proses penyosohan tidak mengikis endosperm butir beras, tetapi hanya berupa gesekan antarpartikel beras pecah kulit akibat perputaran besi baja. Pada penyosohan menggunakan metode abrasive, beras giling yang dihasilkan lebih putih, namun kurang bening. Hal ini terjadi karena penyosohan dengan cara ini mengikis lapisan aleuron karena alat yang digunakan memiliki gerinda dengan permukaan kasar (Anonim 1989). Pada skala laboratorium, penyosohan dengan metode friksi menggunakan Grainman Milling, sedangkan penyosohan dengan metode abrasive menggunakan Satake Grain Testing Mill. Kedua alat tersebut menghasilkan beras giling dengan karakteristik dan 194

2 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO kualitas yang berbeda. Untuk mengetahui tingkat penyosohan beras giling digunakan Satake Milling Meter. Derajat giling (milling degree) merupakan skala nilai yang ditunjukkan oleh Satake Milling Meter. Nilai tersebut bersifat relatif terhadap warna putih dari kristal BaSO 4 87% (nilai derajat giling (MD) = 199). Semakin tinggi tingkat penyosohan beras, semakin tinggi pula nilai derajat giling. Untuk perdagangan, terutama untuk mencegah masuknya beras impor bermutu rendah, Badan Agribisnis Departemen Pertanian telah mensyaratkan derajat sosoh beras giling minimal 90% (Anonim 1999). Penentuan derajat sosoh beras selama ini berdasarkan contoh warna beras yang dikeluarkan oleh Bulog. Namun hal ini relatif sulit diterapkan karena bersifat relatif. Untuk mengetahui derajat sosoh beras dapat digunakan Satake Milling Meter dengan derajat giling Penelitian ini bertujuan untuk 1) mempelajari pengaruh perbedaan metode penyosohan terhadap kualitas fisik beras beberapa varietas padi sawah; 2) mempelajari derajat sosoh berdasarkan bobot bekatul dan derajat giling dari Satake Milling Meter. BAHAN DAN METODE Analisis Mutu Fisik Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) pada MH 2003/04. Empat belas varietas padi sawah dipanen dari Kebun Percobaan Sukamandi, kemudian dijemur hingga kadar air mencapai 14%. Gabah kering giling dikupas kulitnya dengan alat pemecah kulit gabah merk Yanmar hingga dihasilkan beras pecah kulit (BPK). Selanjutnya BPK disosoh sampai mencapai derajat sosoh 90% dan 100%. Derajat sosoh 90% adalah hasil proses penyosohan beras di mana sebagian besar lapisan bekatul telah terkikis dan lembaga telah terlepas, sedangkan sisa lapisan aleuron sebesar 10% belum terlepas. Beras pecah kulit yang digunakan untuk Satake Rice Machine adalah 200 g sedangkan untuk Grainman Milling 125 g. Derajat sosoh 100% adalah hasil proses penyosohan beras dimana seluruh lapisan aleuron, lembaga, dan sedikit endosperm telah terpisahkan dari butir beras (SKB Deptan dan Bulog 2003). Alat penyosoh yang digunakan yaitu Satake Rice Machine (metode penyosohan abrasive) dan Grainman Milling (metode penyosohan friksi). Beras giling yang dihasilkan selanjutnya dianalisis mutu fisik beras dan kualitas gilingnya dengan menggunakan Satake Milling Meter. Analisis mutu fisik beras meliputi kadar air, beras kepala, beras patah, menir, butir kapur dan butir kuning/rusak, sedangkan kualitas giling dinyatakan dalam derajat giling (milling degree). Mutu fisik beras giling yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan mutu fisik beras standar Bulog untuk pengadaan pangan dalam negeri dan dibandingkan pula dengan beras giling Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Anonim 1999). Analisis Statistik Pada percobaan ini dianalisis 14 varietas masing-masing diwakili oleh 2 kg BPK yang dibagi dalam 10 sampel, masing-masing 200 g. Sesuai dengan pola pengambilan sampel, percobaan ditata dalam rancangan acak lengkap dengan 14 perlakuan (varietas) diulang 10 kali. Analisis regresi linear dilakukan terhadap nilai masing-masing peubah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel Versi HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu Beras Hasil Penyosohan dengan Grainman Milling dan Satake Rice Machine Kadar Air Mutu beras dari ke-14 varietas padi yang disosoh dengan metode gesekan antarpartikel (friksi) dan metode pengikisan oleh batu gerinda (abrasive) ditunjukkan pada Tabel 1. Kadar air beras yang disosoh dengan Grainman Milling rata-rata 11,7%, dengan kisaran 10,9-12,7%. Kadar air beras yang disosoh dengan Satake Machine rata-rata 11,7% dengan kisaran 10,8-12,9%. Apabila dilihat dari kadar air, beras giling ke-14 varietas padi yang dianalisis telah memenuhi standar mutu Bulog untuk pengadaan pangan dalam negeri dan standar mutu SNI (kadar air maksimum 14%). Beras Kepala, Beras Patah, dan Menir Karakteristik fisik beras lainnya yang berperan dalam menentukan mutu beras giling adalah kandungan beras kepala. Dalam perdagangan, kandungan beras kepala merupakan salah satu tolok ukur kualitas beras dan sangat menentukan tingkat penerimaan konsumen (Damardjati 1991). Kadar beras kepala dari ke-14 beras giling yang disosoh dengan Grainman Milling rata-rata 90,5% dengan kisaran 85,5% (Kalimas) sampai 92,0% (Ciherang), sedangkan yang disosoh dengan Satake Machine rata-rata 91,1% dengan kisaran 90,1% (IR64) sampai 91,9% (Batang Lembang). Hal ini diduga karena 195

3 INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH Tabel 1. Mutu beras giling 14 varietas padi yang disosoh dengan alat penyosoh tipe Grainman dan Satake. No Varietas Kadar air Beras kepala Beras patah Menir Kapur Kuning/rusak (%) (%) (%) (%) (%) (%) GRAINMAN Ciherang 11,5 91,0 6,2 0,8 0,2 0,5 Gilirang 12,4 90,5 7,2 1,3 0,6 0,3 Kalimas 11,8 85,5 12,4 0,8 0,04 0,3 Cimelati 11,8 91,2 7,7 1,3 0,05 0,1 Bondoyudo 11,1 90,5 9,6 1,5 0,09 0,6 Batang Piaman 12,7 92,4 7,8 0,4 0,02 0,7 Batang Lembang 11,6 90,3 8,3 0,3 0,12 1,0 IR64 11,7 90,3 6,8 0,6 0,15 0,5 Fatmawati 12,5 89,7 9,3 1,2 0,3 0,2 Hipa3 11,8 90,8 7,2 1,9 0,9 0,1 Hipa4 11,1 90,7 8,5 1,1 0,1 0,1 Patenggang 10,9 90,4 8,4 1,5 0,1 0,3 Cigeulis 11,6 91,7 7,8 0,6 0,1 0,1 Luk Ulo 11,0 90,3 7,1 1,1 0,3 0,3 Rata-rata 11,7 90,4 8,2 1,0 0,2 0,4 SATAKE Ciherang 11,3 91,7 5,5 0,4 0,3 0,4 Gilirang 12,5 90,8 4,4 0,6 0,5 0,2 Kalimas 11,8 90,9 6,1 0,8 0,3 0,3 Cimelati 11,9 91,9 7,2 0,8 0,6 0,2 Bondoyudo 10,9 90,8 7,2 0,2 0,4 0,5 Batang Piaman 12,9 91,7 6,6 0,4 0,1 0,9 Batang Lembang 11,8 91,9 6,6 0,5 0,1 0,7 IR64 11,8 90,1 6,2 0,6 0,4 0,3 Fatmawati 12,3 90,7 8,2 0,8 0,5 0,3 Hipa3 11,7 90,8 9,9 0,6 1,3 0,1 Hipa4 10,9 91,7 7,9 0,6 1,1 0,2 Patenggang 10,8 90,8 8,6 0,6 0,3 0,3 Cigeulis 11,7 90,5 8,3 0,7 0,3 0,2 Luk Ulo 11,0 90,7 9,9 0,7 1,3 0,4 Rata-rata 11,7 91,0 7,3 0,6 0,5 0,3 efektivitas penyosohan kedua tipe alat penyosoh sangat dipengaruhi oleh struktur tipologi aleuron dari masingmasing varietas. Standar mutu Bulog untuk pengadaan pangan dalam negeri mensyaratkan semua kelas mutu beras harus memiliki beras kepala 75%, sedangkan menurut SNI adalah 85% untuk beras giling kelas III (Anonim 1999). Apabila dibandingkan dengan standar mutu Bulog dan SNI, maka beras giling ke-14 varietas yang diteliti berkadar beras kepala lebih baik. Komponen lainnya dari beras giling adalah butir patah (broken rice). Data pada Tabel 1 menunjukkan kadar butir patah ke-14 varietas padi yang disosoh dengan Grainman Milling rata-rata 8,2% dengan kisaran 6,2% (Ciherang) hingga 12,4% (Kalimas), sedangkan yang disosoh dengan Satake Machine rata-rata 7,3% dengan kisaran antara 4,4% (Gilirang) hingga 9,9% (Hipa3 dan Luk Ulo). Menurut standar mutu Bulog, kadar beras patah maksimum 25% untuk semua kelas mutu. Menurut standar mutu SNI, kadar butir patah beras giling maksimum 15% (mutu III). Apabila dibandingkan dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Bulog maupun SNI maka mutu beras ke-14 varietas padi yang dianalisis telah memenuhi persyaratan. Komponen mutu beras giling lainnya yang berperan terhadap tingkat penerimaan konsumen adalah kadar butir menir. Konsumen umumnya tidak menyukai beras giling dengan kadar butir menir yang tinggi. Menurut standar mutu Bulog, kadar butir menir yang diperbolehkan untuk beras pengadaan pangan dalam negeri maksimum 3%, sedangkan menurut standar mutu SNI maksimum 1% (mutu III). Kadar butir menir ke-14 varietas padi yang disosoh dengan Grainman Milling ratarata 1,0% dengan kisaran antara 0,3% (Batang Lembang) hingga 1,9% (Hipa3), sedangkan yang disosoh dengan Satake Machine rata-rata 0,6% dengan kisaran antara 0,2% (Bondoyudo) hingga 0,8% (Kalimas, Cimelati, dan 196

4 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO Fatmawati). Dengan demikian, semua butir menir dari varietas yang dianalisis telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bulog maupun SNI. Tinggi rendahnya butir patah dan menir mungkin ada kaitannya dengan karakteristik bentuk gabah dan varietas. Di samping itu perlakuan pascapanen juga menentukan kadar butir menir beras giling, khususnya pengeringan/penjemuran gabah. Apabila kadar air gabah masih tinggi (>15%) setelah penjemuran, maka beras giling yang dihasilkan me-ngandung butir menir lebih banyak. Apabila kadar air gabah hasil penjemuran sangat rendah (<10%), maka butir pecah relatif tinggi (Damardjati 1991). Kadar air optimal gabah untuk penggilingan adalah 14-15%. Butir Kapur dan Butir Kuning+Rusak Di samping butir patah dan menir, mutu beras giling juga dipengaruhi oleh butir kapur (Setyono et al. 1997). Butir hijau atau butir mengapur terutama berasal dari gabah yang masih hijau atau karena pertumbuhan yang kurang sempurna atau faktor genetik. Kadar butir kapur yang tinggi dalam beras giling menyebabkan tingkat penerimaan konsumen rendah. Tingginya kadar butir kapur dalam beras giling terjadi bila proses pemasakan gabah berlangsung pada suhu tinggi. Suhu optimum untuk pemasakan gabah adalah 29 o C (siang) pada 15 hari setelah keluar bunga (heading), sedangkan 15 hari kemudian adalah 26 o C (siang) dan 16 o C (malam). Butir kapur dan butir hijau merupakan sifat varietas padi di samping pengaruh lingkungan dan pengolahan. Tanaman padi yang tumbuh dengan daun yang saling menutupi akan banyak membentuk butir hijau selama fase pemasakan (Damardjati 1981). Beras dengan kadar butir kapur lebih tinggi tidak dapat disimpan lama. Hal ini disebabkan karena butir kapur lebih disukai oleh hama gudang sehingga mengakibatkan butiran beras rusak (Damardjati 1981). Kadar butir kapur dari beras yang disosoh dengan Grainman Milling rata-rata 0,2% dengan kisaran antara 0,02% (Batang Piaman) hingga 0,9% (Hipa3), sedangkan yang disosoh dengan Satake Machine rata-rata 0,5% dengan kisaran 0,1% (Batang Piaman dan Batang Lembang) sampai 1,3% (Hipa3). Untuk pengadaan pangan dalam negeri, Bulog mensyaratkan kadar butir kapur dalam beras giling maksimum 2% untuk semua kelas mutu beras, sedangkan menurut SNI maksimum 1% (mutu III). Apabila dibandingkan dengan persyaratan Bulog dan SNI,maka beras giling dari semua varietas padi yang dianalisis memiliki kadar butir kapur lebih rendah atau telah memenuhi standar yang ditetapkan. Konsumen tidak menyukai beras dengan kadar butir kuning atau butir rusak yang tinggi. Butir kuning/ rusak terutama disebabkan oleh adanya fermentasi, pembusukan atau pertumbuhan jamur karena kurang sempurnanya proses pengeringan gabah (Damardjati 1987). Penundaan perontokan gabah pada saat masih di lapangan menyebabkan tingginya kadar butir kuning/ rusak beras (Damardjati 1981). Kadar butir kuning/rusak beras dari ke-14 varietas padi yang disosoh dengan Grainman Milling rata-rata 0,4% dengan kisaran antara 0,1% (Cimelati, Hipa3, Hipa4, dan Cigeulis) sampai 1,0% (Batang Lembang), sedangkan yang disosoh dengan Satake Machine 0,3% dengan kisaran antara 0,1% (Hipa3) sampai 0,9% (Batang Piaman). Menurut standar mutu Bulog, kadar butir kuning/rusak maksimum untuk beras pengadaan pangan dalam negeri adalah 3%, sedangkan menurut SNI maksimum 1% (Mutu III). Dibandingkan dengan standar mutu Bulog dan SNI, maka mutu beras dari ke-14 varietas padi yang disosoh dengan Grainman Milling dan Satake Machine telah memenuhi standar yang ditetapkan. Berdasarkan karakteristik beras kepala, butir patah, menir, butir hijau/kapur, dan butir kuning diketahui penggunaan alat penyosoh tipe abrasive (Satake) lebih baik dibandingkan dengan alat penyosoh tipe friksi (Grainman). Penyosohan beras pecah kulit dengan Grainman Milling menghasilkan beras dengan penampakan yang kurang putih, sehingga mempengaruhi derajat giling. Nilai derajat giling beras yang disosoh dengan Grainman Milling pada tingkat penyosohan 90% dan 100% lebih rendah dibandingkan dengan yang disosoh dengan Satake Machine. Hal ini disebabkan karena Grainman Milling menghasilkan beras dengan warna lebih kusam, akibat perputaran silinder besi baja alat tersebut menghasilkan panas. Frekuensi penyosohan yang intensif akan meningkatkan suhu silinder baja. Suhu yang tinggi pada silinder baja menyebabkan warna beras berubah menjadi biru-kehitaman. Derajat giling beras yang berwarna agak kebiruan ini relatif lebih rendah. Hubungan Harga dengan Karakteristik Mutu Beras Damardjati dan Oka (1989) melaporkan hasil penelitian tentang perilaku konsumen di Jakarta, Medan, dan Ujungpandang terhadap mutu beras yang dikaitkan dengan harga pembelian. Sifat fisik dan fisiko-kimia beras menjadi acuan bagi konsumen untuk memilih beras yang akan mereka beli. Komponen mutu fisik beras yang secara langsung ikut mempengaruhi harga antara lain adalah penampakan beras yang meliputi derajat sosoh dan derajat putih, persentase beras kepala, butir patah, butir kuning/rusak, dan butir hijau/kapur. Wardana et al. (2005) melaporkan bahwa komponen mutu fisik beras yang berpengaruh secara langsung terhadap harga jual beras (Rp/kg) di tingkat pedagang di Kediri, Lamongan, dan Bangkalan adalah 197

5 INDRASARI ET AL.: KUALITAS BERAS GILING DAN NILAI DUGA DERAJAT SOSOH GABAH persentase beras kepala dan derajat sosoh. Persamaan regresi berganda yang menunjukkan hubungan pengaruh variabel bebas persentase beras kepala (x1) dan derajat sosoh (x2) terhadap variabel tak bebas harga jual beras (y) adalah: y = 1346,92+17,862(x1) +3,775(x2). Nilai koefisien determinasi R 2 model tersebut adalah 0,620. Ini berarti 62,0% harga jual beras yang ditetapkan oleh pedagang dipengaruhi oleh persentase beras kepala dan penampakan beras yang ditentukan oleh derajat sosoh, sedangkan sisanya 38,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Dengan kata lain, faktor utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih beras giling adalah persentase beras kepala dan penampakan beras. Hubungan Tingkat Penyosohan Beras dengan Derajat Giling Data pada Tabel 2 menunjukkan derajat giling beras ke- 14 varietas padi yang disosoh dengan menggunakan Satake Machine. Analisis regresi linear menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat terpisahnya lapisan aleuron dengan derajat giling beras memenuhi persamaan y = 89,9 + 2,27x dengan alat penyosoh Satake, dimana y adalah derajat sosoh dan x adalah banyaknya bekatul terpisah. Persamaan regresi linear ini dapat digunakan untuk memprediksi persentase derajat sosoh suatu varietas pada tingkat penyosohan tertentu. Misalnya beras pecah kulit suatu varietas/galur yang disosoh menggunakan Satake Machine selama 4 menit menunjukkan angka 135 pada skala Satake Milling Meter. Dengan menggunakan persamaan regresi linear y = 89,9 + 2,27x maka kehilangan bekatul adalah 19,87 g (Tabel 3). Bobot bekatul yang tersosoh berdasarkan skala derajat giling pada Satake Milling Meter diperoleh fungsi hubungan linier y = 89,9 +2,27 x. Nilai koefisien determinasi R 2 fungsi tersebut adalah 0,947. Berdasarkan fungsi linier diperoleh nilai duga bobot bekatul tersosoh pada setiap derajat giling (Tabel 3). Nilai kesetaraan dari nilai duga bobot bekatul yang tersosoh terhadap derajat sosoh dihitung berdasarkan interpolasi nilai duga bobot bekatul yang diperoleh dari bobot sampel (200 g beras pecah kulit) hingga diperoleh persentase derajat sosoh. KESIMPULAN 1. Berdasarkan karakteristik mutu fisik beras berupa beras kepala, butir patah, menir, butir hijau/kapur, butir kuning diketahui bahwa penggunaan alat Tabel 2. Nilai derajat giling 14 varietas padi pada tingkat penyosohan berbeda. Varietas padi Satake (3,5 menit) Satake (4,5 menit) (DS=90%) (DS=100%) Bekatul DG (Skala Bekatul DG (Skala terpisah Satake terapisah Satake (g) Milling Meter) (g) Milling Meter) IR64 18,03 131,3 19,86 135,5 Ciherang 17,94 129,6 20,12 136,3 Cigeulis 18,21 131,3 20,32 136,8 Fatmawati 18,47 131,6 20,85 136,4 Situ Patenggang 17,82 130,5 19,98 135,2 Bondoyudo 17,96 130,9 20,65 136,2 Hipa3 18,27 131,6 19,56 135,6 Hipa4 18,11 131,0 21,34 138,3 Batang Piaman 18,79 132,1 21,53 139,9 Batang Lembang 18,14 132,0 20,27 136,9 Gilirang 18,09 130,7 20,25 136,6 Cimelati 18,10 130,6 21,25 136,4 Kalimas 17,91 130,3 20,19 135,6 Lok Ulo 17,88 131,3 20,21 135,9 Rata-rata 18,12 131,1 20,45 136,54 Fungsi regresi linier y = 89,9 + 2,27 x Tabel 3. Nilai derajat giling, nilai duga bobot bekatul tersosoh, dan nilai duga derajat sosoh. Derajat giling Nilai duga bobot Nilai duga (pada Satake bekatul tersosoh derajat sosoh Milling Meter) (g) (%) ,22 91, ,67 91, ,11 91, ,55 91, ,99 91, ,43 91, ,87 91, ,31 92, ,75 92, ,19 92, ,63 92, ,07 93,1 penyosoh tipe abrasive (Satake) lebih baik dibanding alat penyosoh tipe friksi (Grainman). 2. Dibandingkan dengan standar SNI dan Bulog maka mutu fisik beras ke-14 varietas yang diteliti telah memenuhi persyaratan mutu III. 3. Hubungan antara tingkat kehilangan lapisan aleuron dengan derajat giling dengan alat penyosoh Satake bersifat linier sangat nyata. 198

6 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO DAFTAR PUSTAKA Anonim Evaluasi dan pengembangan metode penetapan derajat sosoh beras giling. Laporan penelitian. Kerja sama Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi dan Badan Urusan Logistik. Sukamandi Anonim Standar mutu beras giling. Pusat Standardisasi dan Akreditasi. Departemen Pertanian, Jakarta. 5p. Damardjati, D.S Pengaruh tingkat kematangan gabah terhadap sifat dan mutu beras. Thesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Damardjati, D.S Prospek peningkatan mutu beras di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian VI: Damardjati, D.S. and I. Made Oka Evaluation on consumer preferences for rice quality characteristics at urban area in Indonesia. Paper presented at 12 th Asean Seminar on Grain Post Harvest Technology August. Surabaya, Indonesia. Damardjati, D.S. dan E.Y. Purwani Mutu beras. Dalam Padi Buku 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Setyono, A., S.J. Munarso, Suismono, Jumali, dan Narta Penyusunan format standar mutu gabah di tingkat pasar. Laporan hasil penelitian tahun Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi SKB Deptan dan Bulog, Persyaratan kualitas gabah dan beras pengadaan dalam negeri tahun SKB Nomor 01/SKB/ BPPHP/TP803/2003-Kep.07/UP/01/2003 tanggal 16 Januari Wardana, I.P., P. Wibowo, S.H. Mulya, Jumali, dan Agus Setyono Penelitian preferensi konsumen terhadap karakteristik mutu beras. Laporan akhir Tahun. Balai Penetian Tanaman Padi. Sukamandi (belum dipublikasi). 199

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik

Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007

EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 Sigit Nugraha Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ABSTRAK Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG R. Hempi Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU)

PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU) Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn. 55-59 PENANGANAN PASCA PANEN BERBAGAI VARIETAS PADI DENGAN RICE MILLING UNIT (RMU) 1) Ashar dan 2) Muh. Iqbal 1) Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fapetrik UMPAR

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1

KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1 KAJIAN PENGGUNAAN RICE MILLING UNIT (RMU) KELILING TERHADAP MUTU BERAS YANG DIHASILKAN 1 Mahargono Kobarsih 2, Rob. Mudjisihono 3, B. Purwadi 4, dan Fevi Sugiyanto 5 ABSTRAK Penelitian tentang kajian penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon PENGARUH UMUR PANEN DAN KULTIVAR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interaksi umur panen

Lebih terperinci

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan TEKNIK PENGUJIAN TAMPILAN BERAS UNTUK PADI SAWAH, PADI GOGO, DAN PADI PASANG SURUT Ade Santika 1 dan Gusnimar Aliawati 2 Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan varietas unggul padi. Perbaikan

Lebih terperinci

ISSN eissn Online

ISSN eissn Online Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (1):66-76 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-1781 Evaluasi Kualitas Beras Giling Beberapa Galur Harapan Padi Sawah (Oryza Sativa L.)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE TERHADAP MUTU BERAS UNTUK BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT JRPB, Vol. 6, No. 1, Maret 2018, Hal. 53-59 DOI: https://doi.org/10.29303/jrpb.v6i1.72 ISSN 2301-8119, e-issn 2443-1354 Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/ KAJIAN PENGGUNAAN MESIN PENGGILING MOBILE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung 2,3 Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 7-12 ANALISIS MUTU BERAS PADA MESIN PENGGILINGAN PADI BERJALAN DI KABUPATEN PRINGSEWU THE ANALYSIS OF RICE QUALITY PRODUCED BY COMMUTING RICE MILLING MACHINE IN

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA

IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA IPTEK BAGI MASYARAKAT UNTUK PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PADI DENGAN DESAIN ALAT PENGAYAK BERAS SEDERHANA Ir. Endang Suhesti, MP 1), Drs. Ali Uraidy, MH 2) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Abdurachman

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional

Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional Preferensi Konsumen terhadap Beras Merah sebagai Sumber Pangan Fungsional Siti Dewi Indrasari 1 dan Made Oka Adnyana 2 Ringkasan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Yeni E Maryana 1*), Budi Raharjo 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS

CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS CARA PENGUJIAN MUTU FISIK GABAH DAN BERAS FAUZIAH AR, NOORTASIAH DAN TAZRIN NOR Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, ii Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru 70712 RINGKASAN Mutu gabah dan beras yang

Lebih terperinci

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL Rina D.Ningsih dan Khairatun Nafisah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat

Lebih terperinci

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di  dan tidak untuk di komersialkan Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+ 012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU BERAS PADA VARIETAS PADI LOKAL SIAM SABAH

PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU BERAS PADA VARIETAS PADI LOKAL SIAM SABAH JTAM INOVASI AGROINDUSTRI April 2018 Vol. 1 No. 1 (12-23) PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU BERAS PADA VARIETAS PADI LOKAL SIAM SABAH Pangestu Hadi Iswanto*, Dr. Ir. Arief RM Akbar, Msi, Alia Rahmi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN Indriani, Satia Negara Lubis dan Sinar Indra Kusuma Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BERAS

PENGUJIAN MUTU BERAS PENGUJIAN MUTU BERAS RINI YULIANINGSIH Good Equipment Good Paddy Rice Skilled Miller Jika Anda memilik padi berkualitas tinggi dengan unit penggiling yang bagus dan dioperasikan oleh tenaga yang ahli Jika

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan,

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PEMBELIAN BERAS DALAM NEGERI UNTUK TAHUN 1973/1974 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PEMBELIAN BERAS DALAM NEGERI UNTUK TAHUN 1973/1974 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PEMBELIAN BERAS DALAM NEGERI UNTUK TAHUN 1973/1974 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mempersiapkan pengadaan stock

Lebih terperinci

Di Indonesia sumbangan beras terhadap total

Di Indonesia sumbangan beras terhadap total Evaluasi Karakteristik Mutu Giling, Mutu Tanak, dan Kandungan Protein-Besi Kompleks pada Beberapa Genotipe Padi Siti Dewi Indrasari 1, Aan A. Daradjat 1, Ida Hanarida 2, dan Komari 3 1 Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan bahan pangan terutama beras, banyak ditemui problematika yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH

STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH STUDI UNJUK KERJA MESIN PENGGILINGAN PADI DI KANDANGHAUR, INDRAMAYU, JAWA BARAT NURUL RIZQIYYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Kerapatan (gram/cm3) 1.4 1.2 1..8.6.4.2. Varietas Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras Berdasarkan hasil pengukuran massa dan volume setiap

Lebih terperinci

1 PENGGUNAAN SISTEM PEMANAS DALAM PENGEMBANGAN ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH Renny Eka Putri *), Andasuryani, Santosa, dan Riki Ricardo Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn 89-96 ISSN 2302 4178 STUDI LAMA PENYIMPANAN GABAH ORGANIK TERHADAP MUTU BERAS ORGANIK DI PPLH SELOLIMAN MOJOKERTO STUDY THE INFLUENCE OF LONG STORAGE OF GRAIN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUBANG 2011 PROSES

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 POLA PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS BEKATUL PASCA PENGGILINGAN Kerusakan hidrolitik pada bekatul mulai terjadi ketika proses penyosohan beras berlangsung, dimana terjadi

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan

Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan Peningkatan Mutu Beras Petani Melaui Penambahan Alat Pengkabut di Penggilingan Yogi P Rahardjo 1, Sukarjo 2 dan Sumarni 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2 Balai Penelitian Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil pertaniannya utamanya. Sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, produksi beras dalam negeri

Lebih terperinci

Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling

Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling A R T I K E L Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling Rokhani Hasbullah a dan Anggitha Ratri Dewi b a Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+ 012345673758984313872894048 728483 83 3 0!"#!$%&$ 8" '()*+,-. '()+01+.+) 2+34-5(,0()4+67 8(9+3 '+97 9()*+) :+;+)* 7*(, 4(,.+9+; :+)9-)*+)?7)(,+= :+=67-0@ 5(,-0 9+)?+*)(67-0 A$BCD 9 1E& D$E

Lebih terperinci

Keywords : Paddy, postharvest, steps postharvest, loss

Keywords : Paddy, postharvest, steps postharvest, loss KAJIAN PENANGANAN PASCAPANEN PADI UNTUK MENGURANGI SUSUT MUTU BERAS (Paddy Postharvest Handling to Decrease Rice Quality Loss) Desy Nofriati Dan Yenni Yusriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan 1. Peranan dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan 1. Peranan dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Keberhasilan suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat atau pra kondisi yang berbeda-beda untuk setiap daerah atau negara.

Lebih terperinci

ISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009

ISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009 ISSN No. 0216-3365 Vol.23, No.2, OKtober 2009 Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asal Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman pertanian. Padi termasuk genus oryza L yang meliputi kurang lebih 25 species yang tersebar di seluruh daerah tropik dan subtropik

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT GILING DAN VARIETAS TERHADAP KUALITAS BERAS DI SULAWESI SELATAN ABSTRACT

PENGARUH JENIS ALAT GILING DAN VARIETAS TERHADAP KUALITAS BERAS DI SULAWESI SELATAN ABSTRACT PENGARUH JENIS ALAT GILING DAN VARIETAS TERHADAP KUALITAS BERAS DI SULAWESI SELATAN Wanti Dewayani, A. Darmawidah, Nasruddin Razak dan Djafar Baco Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat

Lebih terperinci

PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG II. TUJUAN Kegiatan penyimpanan gabah kering merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah kering

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type]

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 23-28 MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type] Oleh : Ahmad Harbi 1, Tamrin 2,

Lebih terperinci

Penanganan Susut Panen dan Pasca Panen Padi Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Penanganan Susut Panen dan Pasca Panen Padi Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3 No 2 / Agustus 2015 Penanganan Susut Panen dan Pasca Panen Padi Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta DOI 10.18196/pt.2015.046.100-106

Lebih terperinci

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan

Yang termasuk persyaratan umum adalah hama/penyakit, bau apek atau asing, bahan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Gudang BULOG 206 Rembang. Gudang ini berada di Desa Kedungrejo Kabupaten Rembang. Tepatnya adalah di Jalan Raya Rembang- Blora

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Terminologi Pascapanen Padi Pengertian pascapanen padi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, setelah padi dipanen sampai

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan

Lebih terperinci

PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar dari biji padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi II. TUJUAN Setelah

Lebih terperinci

RENDEMEN GILING DAN MUTU BERAS PADA BEBERAPA UNIT PENGGILINGAN PADI KECIL KELILING DI KABUPATEN BANYUWANGI ROSIANA ULFA

RENDEMEN GILING DAN MUTU BERAS PADA BEBERAPA UNIT PENGGILINGAN PADI KECIL KELILING DI KABUPATEN BANYUWANGI ROSIANA ULFA RENDEMEN GILING DAN MUTU BERAS PADA BEBERAPA UNIT PENGGILINGAN PADI KECIL KELILING DI KABUPATEN BANYUWANGI ROSIANA ULFA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Tabel 1. Standar Mutu Beras Berdasarkan SNI

Tabel 1. Standar Mutu Beras Berdasarkan SNI Model Penggilingan Padi Terpadu untuk Meningkatkan Nilai Tambah Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong terbesar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : performance, grain quality, 12 rice genotypes, low land rice irrigation

ABSTRACT. Key words : performance, grain quality, 12 rice genotypes, low land rice irrigation KERAGAAN MUTU GABAH DAN BERAS 12 GENOTIPE PADI SAWAH BERPENGAIRAN TEKNIS (PERFORMANCE OF GRAIN QUALITY OF 12 RICE GENOTYPES ON LOW LAND RICE IRRIGATION ) Bambang Sutaryo dan Tri Sudaryono Balai Pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI ARYONO PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. GABAH 1. Struktur Gabah Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Klasifikasi ilmiah tanaman padi yang menjadi bahan baku beras adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

Kajian Rendemen danmutu Giling Beras di Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan 232

Kajian Rendemen danmutu Giling Beras di Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan 232 ARTIKEL Kajian Rendemen dan Mutu Giling Beras di Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan Assessment on Milling Yield and Milling Quality ofmilled Rice in Kota Baru District, South Kalimantan Province

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN PENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN Susi Lesmayati 1, Sutrisno 2, dan Rokhani Hasbullah 2 1 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM (Test of Flat Burr Mill GrinderOn The commodity of Rice, White Sticky Rice and Black Sticky Rice) Endra Rahmadan

Lebih terperinci

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Klasifikasi...4

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PENGGILINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA 1

OPTIMASI PROSES PENGGILINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA 1 OPTIMASI PROSES PENGGILINGAN GABAH DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA 1 Suroso 2 dan Gunawan Kiswoyo 3 ABSTRAK Keberhasilan proses penggilingan gabah dapat dilihat nilai efisiensi

Lebih terperinci

2017, No menyebabkan berkurangnya pendapatan petani dan turunnya penyerapan gabah dan beras; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima

2017, No menyebabkan berkurangnya pendapatan petani dan turunnya penyerapan gabah dan beras; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2017 KEMTAN SELAKU KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN. Pembelian Harga Gabah dan Beras Diluar Kualitas Oleh Pemerintah. Pedoman. Perubahn Ketiga. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

dera jat sosoh beras dengan piringan war- 5tandat-s Diba,.+ah bimbingan Dedi Fardiaz dan (mton *~'i~'"ton~-

dera jat sosoh beras dengan piringan war- 5tandat-s Diba,.+ah bimbingan Dedi Fardiaz dan (mton *~'i~'ton~- Suparno Djasmin. F 19.1564. pengembangan metoda analisa dera jat sosoh beras dengan piringan war- 5tandat-s Diba,.+ah bimbingan Dedi Fardiaz dan (mton *~'i~'"ton~- ke empat parameter tersebut lebih besar

Lebih terperinci

KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI

KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI OLEH: ANGGITHA RATRI DEWI F14051034 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.)

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.) SKRIPSI MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.) Oleh: KINDI KALABADI F14103008 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

dera jat sosoh beras dengan piringan war- 5tandat-s Diba,.+ah bimbingan Dedi Fardiaz dan (mton *~'i~'"ton~-

dera jat sosoh beras dengan piringan war- 5tandat-s Diba,.+ah bimbingan Dedi Fardiaz dan (mton *~'i~'ton~- Suparno Djasmin. F 19.1564. pengembangan metoda analisa dera jat sosoh beras dengan piringan war- 5tandat-s Diba,.+ah bimbingan Dedi Fardiaz dan (mton *~'i~'"ton~- ke empat parameter tersebut lebih besar

Lebih terperinci