OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA DENGAN ALGORITMA GENETIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA DENGAN ALGORITMA GENETIKA"

Transkripsi

1 OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA DENGAN ALGORITMA GENETIKA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Disusun Oleh: Yolenta Asri Astuti Prany NIM : 0400 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 007

2

3

4

5

6 ABSTRAK Secara umum, permasalahan optimasi dalam kehidupan sehari hari lebih sering menggunakan pemrograman linear, karena lebih mudah untuk diselesaikan dari pada dengan menggunakan pemrograman tak linear. Karena pemrograman tak linear selalu menimbulkan kesulitan dalam penanganan analitik dan numerik (teknik konvensional, bahkan untuk fungsi dua variabel pun terkadang sulit untuk diselesaikan. Algoritma Genetika merupakan salah satu teknik yang dapat dipilih untuk menyelesaikan permasalahan pemrograman tak linear tersebut, karena Algoritma Genetika merupakan teknik pencarian stokastik dengan sistem pencarian berdasarkan mekanisme genetika dalam biologi. Pada skripsi ini, generasi baru (anak terbentuk dari rekombinasi dan mutasi dengan menggunakan metode pemotongan satu titik. Pemilihan anak pada proses rekombinasi atau mutasi dilakukan secara acak. Dari percobaan, solusi optimal akan lebih mendekati dengan nilai konvensionalnya pada probabilitas rekombinasi 0.5 dengan probabilitas mutasi Namun, probabilitas tersebut tidak mutlak, karena Algoritma Genetika menggunakan teknik pencarian secara acak. vi

7 ABSTRACT Generally, the optimization problems in daily life is more regular using the linear programming, because it is easier to solved than nonlinear programming. Because nonlinear programming are difficultly in analytic handling and numeric (conventional technique, even for two variables function it is difficult to be solved, sometimes. Genetic Algorithm are one of technique that could be chosen to solved it, because Genetic Algorithm are stochastic search techniques based on the mechanism of genetic on biology. On this mini thesis, a new generation (offspring formed of crossover or mutation with one cut point method. Selection of new generation by crossover and mutation conducted at random. According to the eperiments, it is visible to get the optimal solution close to a value by conventional with crossover probabilities 0.5 and mutation probabilities But, that is not absolute, because the searching technique of Genetic Algorithm are randomly. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Bapa di Surga dan Bunda Maria yang memberikan kasih-nya dan melimpahkan karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana Strata Satu Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal sampai akhir mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:. Bapak Ig. Aris Dwiatmoko, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. Bapak Drs. HJ Haris Sriwindono, M.Kom selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Y.G Hartono, S.Si selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah banyak membimbing dan memberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan. 4. Staff fakultas MIPA terima kasih atas dorongan dan pelayanan yang telah diberikan. 5. Bapak dan Mama yang telah memberikan kasih, dorongan semangat, serta doa yang melimpah selama kehidupanku di dunia ini. viii

9 6. Abang dan adikku (Yacobus dan Ade (Nenek Lampir terima kasih untuk kata-kata yang membuatku semakin termotivasi. 7. Keluarga besarku yang tersebar di berbagai kota. Terima kasih atas doa dan bantuan yang telah kalian berikan. 8. T Agusta Dwi Handaru yang telah menambah warna dalam kehidupanku. Terima kasih atas kesabaran dan cinta mu. 9. Sahabat-sahabatku nan jauh di sana: Yulia, Maria, dan Uthe terima kasih buat persahabatan, perhatian dan dukungannya. 0. Teman-teman angkatan 00: Ngq, Debby, Lia, Ika, Sari, Aan, Tato, Bani, Lili, Taim, Ijup, Markus, Feli, Vida (Ipid, Retno, Priska, Galih, Aning, Desy, Rita, Wuri, Deon, Cheea, Nunung, Dani, Palma, dan Asih. Esp. Debby, Lia, dan Ijup yang selalu menemaniku ketika masa-masa ngantukku dengan chating bersama.. Teman-teman kostku (Wisma Lestari esp. Lia, Kawat (thanks atas printernya, M`Nchis, dan M`Mitha yang menjadi setan serta malaikat ketika skripsi ini dibuat. Thanks untuk hari-hari ceria yang telah kita lewati bersama.. Teman seperjuanganku dalam menyusun skripsi (Ipid Manyiiit, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.. Teman-teman kost (tumpangan ku, Ipid (namamu paling banyak terucap, Endra, Primtul, M`Lina, Ine, Maria, Lili. Terima kasih atas tumpangannya, tanpa kalian entah bagaimana nasibku. i

10 4. Teman-teman KKN ku, yang berlomba-lomba untuk menyelesaikan skripsi. Serta warga Caben. Terima kasih untuk dorongan dan semangat yang telah kalian berikan. 5. Teman-teman PW Terima kasih untuk dorongan dan semangat yang telah kalian berikan. 6. Teman-Teman Pondok Baca Kota Baru, tempatku menghilangkan kepenatan belajar. Teruslah berusaha mengembangkan Pondok Baca, upah kalian besar di Surga. 7. Semua pihak yang telah turut membantu hingga skripsi ini selesai yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih ada kekurangan, kekeliruan, dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kemajuan yang akan datang. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Yogyakarta, Juli 007 Penulis

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v vi vii viii i iv i BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang.... B. Perumusan Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Tujuan Penulisan... 4 E. Metode Penulisan... 5 F. Manfaat Penulisan... 5 G. Sistematika Penulisan... 5 i

12 BAB II OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA... 7 A. Optimasi Fungsi Satu Variabel Tanpa Kendala Dengan Kalkulus... 7 B. Optimasi Fungsi Beberapa Variabel Tanpa Kendala Dengan Kalkulus... BAB III ALGORITMA GENETIKA A. Latar Belakang Biologi B. Struktur Umum Algoritma Genetika... 5 C. Komponen-komponen Utama Algoritma Genetika Teknik Penyandian Prosedur Inisialisasi Fungsi Evaluasi (fitness function Seleksi Seleksi Roda Rolet Seleksi Rangking Seleksi Turnamen Operator Genetika Rekombinasi (crossover Mutasi Penentuan Parameter ii

13 BAB IV ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... 4 LAMPIRAN... 6 iii

14 DAFTAR TABEL Tabel.. Tabel Istilah dalam Algoritma Genetika... 5 Tabel... Pemetaan nilai biner ke nilai real Tabel.4.. Contoh populasi dengan 5 kromosom yang diberi fitness baru... 6 Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi f (, = dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi ( f, = dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi ( f, = dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.4 Tabel nilai maksimum fungsi ( f, = dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga f, = Tabel 4.5 Tabel nilai maksimum fungsi ( dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga iv

15 Tabel 4.6 Tabel nilai maksimum fungsi ( f, = dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.7 Tabel nilai maksimum fungsi ( f, = dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.8 Tabel nilai maksimum fungsi ( f, = dengan probabilitas rekombinasi dan probabilitas mutasi Tabel 4.9 Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.0 Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga v

16 Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.4 Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.5 Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.6 Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.7 Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga 0. 9 Tabel 4.8 Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4.9 Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga 0. 9 vi

17 Tabel 4.0 Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi dan probabilitas mutasi Tabel 4.4 Tabel nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi dan probabilitas mutasi ( Tabel 4.5 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Tabel 4.6 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga vii

18 ( Tabel 4.7 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Tabel 4.8 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Tabel 4.9 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Tabel 4.0 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.0 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4. Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.0 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga viii

19 ( Tabel 4.4 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.0 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4.5 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.04 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4.6 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.05 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4.7 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.06 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4.8 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.07 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4.9 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.08 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Tabel 4.40 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.09 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga i

20 ( Tabel 4.4 Tabel nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0. dan probabilitas rekombinasi 0. hingga

21 DAFTAR GAMBAR Gambar.. Grafik f ( =... 8 Gambar.. titik batas dari I atau f ( = Gambar.. Grafik fungsi f ( = Gambar..4 Grafik fungsi pada selang tertutup [a, b].... Gambar..5 Fungsi kontinu pada selang tertutup [a, b]... 4 Gambar..6 Grafik fungsi f ( = Gambar.. Grafik fungsi f (, y = y y... Gambar.. Grafik fungsi f, = ( Gambar... Ilustrasi Algoritma Genetika Gambar... Representasi string bit Gambar... Representasi panjang kromosom Gambar.4.. Contoh penggunaan metode seleksi roda roulette Gambar.5.. Rekombinasi satu titik... 6 f, = Gambar 4. Grafik fungsi ( Gambar 4. Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga i

22 Gambar 4. Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.4 Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.5 Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.6 Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.7 Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.8 Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.9 Grafik terjadinya nilai maksimum (, f = dengan probabilitas rekombinasi dan probabilitas mutasi ii

23 Gambar 4.0 Grafik fungsi (, = 9 f Gambar 4. Grafik terjadinya nilai maksimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4. Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4. Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.4 Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.5 Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.6 Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga iii

24 Gambar 4.7 Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.8 Grafik terjadinya nilai minimum fungsi (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.9 Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga 0. 9 Gambar 4.0 Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4. Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga 0. 9 Gambar 4. Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4. Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga iv

25 Gambar 4.4 Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga Gambar 4.5 Grafik terjadinya nilai maksimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi dan probabilitas mutasi Gambar 4.6 Grafik terjadinya nilai minimum (, = 9 f dengan probabilitas rekombinasi dan probabilitas mutasi ( Gambar 4.7 grafik fungsi ( f, = e ( Gambar 4.8 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Gambar 4.9 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Gambar 4.0 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0. dan probabilitas mutasi 0.0 hingga v

26 ( Gambar 4. Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Gambar 4. Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.4 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Gambar 4. Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.45 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Gambar 4.4 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas rekombinasi 0.5 dan probabilitas mutasi 0.0 hingga ( Gambar 4.5 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.0 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.6 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.0 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.7 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.0 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga vi

27 ( Gambar 4.8 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.04 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.9 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.05 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.40 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.06 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.4 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.07 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.4 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.08 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.4 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0.09 dan probabilitas rekombinasi 0. hingga ( Gambar 4.44 Grafik nilai maksimum fungsi ( f = e dengan probabilitas mutasi 0. dan probabilitas rekombinasi 0. hingga vii

28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori optimasi secara klasik dibangun dengan menggunakan kalkulus diferensial untuk menentukan nilai minimum atau maksimum (optimum dari fungsi dengan kendala atau tanpa kendala. Untuk fungsi tanpa kendala, f( harus memenuhi setiap yang memenuhi pembataspembatas: 0 dimana f( adalah fungsi yang bernilai real dari R n. Jika ada beberapa atau semua fungsi dari f( adalah tidak linear maka masalah tersebut dikatakan pemrograman tak linear. Secara matematis, suatu titik dikatakan pembuat maksimum apabila yang memenuhi f ( f (, terdapat suatu titik = (,,...,, n atau pembuat minimum apabila f ( f (. Secara umum, optimasi pemrograman tak linear selalu menimbulkan kesulitan dalam penangan analitis dan numerik, dan lebih sulit dari pemrograman linear. Walaupun dalam kasus dimana semua kendala adalah linear dan hanya fungsi tujuannya yang tak linear, tetap saja sulit untuk diselesaikan. Oleh sebab itu diperlukan teknik lain yang dapat menyelesaikan masalah optimasi dalam pemrograman tak linear. Algoritma Genetika tergolong dalam algoritma yang bersifat heuristik, sehingga dapat memberikan banyak kemungkinan penyelesaian dan memberikan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan.

29 Sejak tahun 960, mulai berkembang perhatian dalam menirukan kehidupan makhluk hidup untuk menyelesaikan masalah optimasi yang sulit. Saat ini, terdapat tiga topik utama dalam penelitian yang menirukan kehidupan makhluk hidup, yaitu Algoritma Genetika, Pemrograman Evolusi, dan Strategi Evolusi. Diantara ketiga topik tersebut, yang paling sering digunakan adalah Algoritma Genetika. Algoritma Genetika banyak dipakai pada aplikasi bisnis, teknik, maupun bidang keilmuan lainnya. Algoritma Genetika dapat dipakai untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah optimasi yang kompleks dan sulit diselesaikan. Menurut Goldberg (989 Algoritma Genetika adalah teknik pencarian stokastik berdasarkan mekanisme seleksi alam dan sifat genetika. Pada dasarnya, Algoritma Genetika merupakan implementasi dari teori evolusi dan teori genetika yang dikemukakan oleh Darwin dalam konsep biologi. Seperti proses evolusi di alam, Algoritma Genetika umumnya terdiri dari tiga operator, yaitu operator reproduksi, operator persilangan (crossover, dan operator mutasi. Suatu individu mempunyai sifat tertentu ditentukan dengan susunan gen dalam kromosom individu tersebut. Dalam Algoritma Genetika, teori genetika tersebut digunakan untuk merepresentasikan setiap solusi dari masalah yang ada. Karena tiap kromosom merupakan solusi dari masalah yang akan diselesaikan, kromosom yang terbaik merupakan pendekatan dari solusi optimal dari masalah yang akan diselesaikan. Berdasarkan pada konsep biologi dari

30 Darwin, dalam menyelesaikan suatu masalah, Algoritma Genetika memulai pekerjaannya dengan sekumpulan solusi yang disebut populasi. Setiap individu pada populasi disebut kromosom yang menggambarkan suatu solusi dari masalah yang akan diselesaikan. Kromosom-kromosom terus berkembang terus menerus yang disebut generasi. Pada setiap generasi, kromosom dievaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut fitness (tingkat kesesuaian. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut. Kromosom yang terpilih membentuk kromosom baru, yaitu anak atau keturunan (offspring yang terbentuk dari gabungan dua kromosom generasi sekarang yang bertindak sebagai induk (parent dengan menggunakan operator penyilangan (crossover atau dengan mengubah suatu kromosom dengan menggunakan operator mutasi. Generasi baru dibentuk dengan cara menyeleksi nilai fitness dari kromosom induk dan nilai fitness dari kromosom anak serta menghilangkan kromosom lainnya sehingga ukuran populasi konstan. Setelah melalui beberapa generasi, algoritma ini akan konvergen ke arah kromosom yang terbaik dengan harapan kromosom tersebut merupakan solusi optimal dari masalah yang diselesaikan. Sistem pencarian untuk mendapatkan nilai yang paling optimum pada Algoritma Genetika diharapkan dapat memberikan penyelesaian yang terbaik, dan semakin memudahkan menyelesaikan masalah Optimasi pemrograman tak linear dibandingkan dengan teknik konvensional.

31 4 B. Perumusan Masalah Masalah yang akan dibahas pada skripsi ini adalah :. Bagaimana cara Algoritma Genetika dalam mencari nilai optimum dari masalah optimasi fungsi tanpa kendala?. Bagaimana mendapatkan nilai optimum fungsi tanpa kendala dengan menggunakan Algoritma Genetika? C. Pembatasan Masalah Pembatasan mengenai optimasi fungsi tanpa kendala pada skripsi ini hanya untuk program tak linear dengan dua variabel. Penulis akan menggunakan software aplikasi MATLAB untuk menyelesaikan masalah optimasi tanpa kendala tersebut. D. Tujuan Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang matematika. Selain itu skripsi ini bertujuan untuk:. Lebih memahami penerapan Algoritma Genetika dalam menyelesaikan masalah optimasi fungsi tanpa kendala.. Mendapatkan nilai yang paling optimum dari masalah optimasi fungsi tanpa kendala dengan menggunakan Algoritma Genetika.

32 5 E. Metode Penulisan Penulisan skripsi ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan menggunakan buku-buku, jurnal-jurnal, dan makalah-makalah yang telah dipublikasikan, sehingga tidak ditemukan hal baru. F. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah semakin memperdalam pemahaman akan Algoritma Genetika dalam menyelesaikan masalah optimasi, terutama dalam menyelesaikan masalah optimasi fungsi tanpa kendala, dan dapat mencari nilai optimum dengan menggunakan Algoritma Genetika. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dipaparkan mengenai latar belakang skripsi ini, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan manfaat penulisan. BAB II OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA Bab II dengan judul Optimasi Fungsi Tanpa Kendala terdiri atas dua subbab. Dalam bab ini dibahas mengenai optimasi fungsi satu variabel tanpa kendala dengan kalkulus dan optimasi fungsi beberapa variabel tanpa kendala dengan kalkulus.

33 6 BAB III ALGORITMA GENETIKA Bab III dengan judul Algoritma Genetika terdiri atas empat subbab. Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang biologi, struktur umum Algoritma Genetika, dan komponen komponen utama Algoritma Genetika. BAB IV OPTIMASI FUNGSI TANPA KENDALA DENGAN ALGORITMA GENETIKA Bab IV dengan judul Algoritma Genetika Untuk Optimasi Fungsi tanpa kendala Tanpa Kendala merupakan inti permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Dalam bab ini akan diperlihatkan contoh contoh permasalahan optimasi tanpa kendala disertai dengan penyelesainnya menggunakan teknik konvensional (kalkulus dan dengan menggunakan Algoritma Genetika. BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dalam skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari skripsi ini dan saran yang diharapkan berguna untuk perkembangan penelitian mengenai optimasi dengan Algoritma Genetika selanjutnya.

34 BAB II OPTIMISASI FUNGSI TANPA KENDALA A. Optimisasi Fungsi Satu Variabel Tanpa Kendala Dengan Kalkulus Definisi.. Misalkan f( adalah fungsi bernilai real yang didefinisikan pada selang I. (Selang I dapat terbatas atau tidak terbatas, tertutup atau terbuka, atau setengah terbuka. Suatu titik di I adalah : a. Pembuat minimum mutlak (global untuk f( pada I jika f ( f ( untuk setiap di I; b. Pembuat minimum mutlak tegas untuk f( pada I jika f ( < f ( untuk setiap di I dan ; c. Pembuat minimum relatif (lokal untuk f( jika ada bilangan positif δ sedemikian hingga f ( f ( untuk setiap di I dimana δ < < δ ; d. Pembuat minimum relatif tegas untuk f( jika ada bilangan positif δ sedemikian hingga f ( < f ( untuk setiap di I dimana δ < < δ dan ; e. Pembuat maksimum mutlak untuk f( pada I jika f ( f ( untuk setiap di I; f. Pembuat maksimum mutlak tegas untuk f( pada I jika f ( > f ( untuk setiap di I dan ; 7

35 8 g. Pembuat maksimum relatif untuk f( jika ada bilangan positif δ sedemikian hingga f ( f ( untuk setiap di I dimana δ < < δ ; h. Pembuat maksimum relatif tegas untuk f( jika ada bilangan positif δ sedemikian hingga f ( > f ( untuk setiap di I dimana δ < < δ dan ; i. Titik kritis dari f( jika f ( ada dan sama dengan nol. Contoh.. Gambar.. Grafik f ( = Pada gambar grafik di atas terlihat bahwa setiap di [-, 4]. Titik = - adalah Pembuat minimum mutlak tegas. Titik = adalah pembuat

36 9 maksimum mutlak. Titik = adalah pembuat maksimum relatif tegas, dan titik = adalah pembuat minimum relatif tegas. Teorema.. Misalkan f( adalah fungsi yang terdiferensialkan pada selang I. Jika adalah pembuat minimum relatif atau pembuat maksimum relatif pada f(, maka salah satu dari yang berikut berlaku: i. adalah titik batas/akhir dari I ii. f ( = 0. y=f( pembuat minimum f ( = 0 I Titik batas dan maksimum ( f ( 0 Gambar.. titik batas dari I atau f ( = 0 Bukti : Misalkan adalah pembuat minimum relatif dari f( dan bukan titik dalam dari I. Berdasarkan hipotesa f ( ada. Akan dibuktikan f ( = 0. f f ( f ( ( = lim (

37 0 Karena f( f( untuk mendekati, f( - f( adalah tak negatif untuk setiap mendekati. Oleh karena itu, karena > 0 untuk <, dan < 0 untuk >, dapat terlihat f ( f ( 0 untuk <, dan f ( f ( 0 untuk >, selama mendekati. Berdasarkan persamaan ( dan persamaan di atas diperoleh f ( 0 dan f ( 0. Hal ini membuktikan bahwa f ( = 0. Untuk pembuat maksimum relatif, bukti analog. Definisi.. Bila suatu titik dalam daerah asal f dan bila f ( = 0 atau f ( tidak ada, maka dikatakan titik kritis dari f. Contoh.. Misalkan f ( = 7 5. Maka f ( = 4. Ditentukan f ( = 0 4 = 0 =. 4 Titik kritis dari f( adalah 4.

38 Gambar.. grafik fungsi f ( = 7 5 Maka f ( = 4. Ditentukan f ( = 0 4 = 0 =. 4 Titik kritis dari f( adalah 4. Teorema.. (Teorema Nilai Ekstrim Jika fungsi f kontinu pada selang tertutup [a, b], maka f mencapai nilai minimum mutlak dan maksimum mutlak pada selang [a, b]. Bukti diluar jangkauan penulis. Lihat buku Analisis Real.

39 Teorema nilai ekstrim dapat tercapai apabila terjadi pada: i. Selang tertutup; dan ii. Fungsi bersifat kontinu pada selang tersebut. Jika kondisi (i dan (ii tidak terpenuhi, maka titik ekstrim belum tentu ada. Jika domain suatu fungsi adalah selang tertutup, untuk menentukan ekstrim mutlak, fungsi tersebut harus diuji tidak hanya pada titik kritis tapi juga pada titik batas selang. Teorema titik kritis menjamin bahwa ekstrim mutlak terjadi di dalam selang. f(c f(a a c d b Gambar..4 Grafik fungsi pada selang tertutup [a, b]. Gambar..4 dapat dilihat bahwa titik batas selang terjadi pada = a dan b, sedangkan titik kritis terjadi pada = c dan d. Nilai maksimum mutlak terjadi pada titik kritis c, dan nilai minimum mutlak terjadi pada titik batas selang a. Maka baik nilai maksimum mutlak atau minimum mutlak terletak dalam selang tertutup [a, b].

40 Teorema.. (Teorema Rolle Misalkan f adalah fungsi yang memenuhi syarat:. f kontinu pada selang tertutup [a, b].. f mempunyai turunan pada selang terbuka (a, b.. f(a = f(b = 0. Maka ada suatu c (a, b sehingga f (c = 0. Bukti : Jika f( = 0 untuk semua pada selang [a, b], maka f ( = 0 untuk semua pada (a, b, sehingga setiap bilangan di antara a dan b dapat diambil sebagai c. Jika f( tidak nol untuk suatu pada selang terbuka (a, b dan karena f kontinu pada selang tertutup [a, b], maka menurut teorema.., f mempunyai nilai maksimum mutlak dan minimum mutlak pada [a, b]. Dari ( diketahui f(a = 0 dan f(b = 0. Selanjutnya f( tidak nol untuk suatu pada (a, b. Maka f akan mempunyai nilai maksimum mutlak yang positif untuk suatu c pada (a, b atau mempunyai nilai minimum mutlak yang negatif di suatu c pada (a, b, atau dua-duanya terjadi. Jadi untuk c = c atau c = c atau keduaduanya, terdapat ekstrim mutlak di titik dalam selang [a, b]. Oleh karena itu ekstrim mutlak f(c juga ekstrim relatif. Karena f (c ada berdasarkan hipotesis, maka menurut teorema.., f (c = 0.

41 4 Teorema..4 (Teorema Nilai Rata-Rata Misalkan f adalah fungsi yang memenuhi syarat:. f kontinu pada selang tertutup [a, b].. f mempunyai turunan pada selang terbuka (a, b. Maka ada suatu c (a, b sehingga f ( b f ( a f ( c =. b a Bukti : y B f( A y=g( a b Gambar..5 fungsi kontinu pada selang tertutup [a,b]. Misalkan fungsi f( untuk [ a, b] seperti ditunjukkan pada gambar..5 Fungsi g( adalah persamaan garis yang melalui titik A dan B. Dibentuk fungsi s( yaitu s( = f ( g( untuk setiap [ a, b]. Karena garis ini mempunyai kemiringan f ( b f ( a b a dan melalui (a, f(a, maka bentuk titik kemiringan untuk persamaannya adalah f ( b f ( a g( f ( a = ( a atau b a f ( b f ( a g( = f ( a ( a b a

42 5 ( ( ( g f s = ( ( ( ( ( ( a a b a f b f a f f s = Perhatikan bahwa s(b = s(a = 0 dan bahwa untuk dalam (a, b a b a f b f f s = ( ( ( (. Menurut teorema.. fungsi s harus mencapai nilai maksimum atau nilai minimum pada [a, b]. Jika kedua nilai tersebut adalah 0, maka s( secara identik adalah 0 pada [a, b], akibatnya 0 ( = s untuk semua dalam (a, b. Jika salah satu nilai maksimum atau minimum tidak sama dengan 0, maka nilai tersebut tercapai pada suatu titik dalam c. Karena s(a = s(b = 0. Dan s mempunyai turunan di setiap titik dari (a, b, sehingga menurut teorema.. 0 ( = c s. Karena diketahui terdapat suatu bilangan c dalam (a, b yang memenuhi 0 ( = c s, maka a b a f b f c f = ( ( ( 0 atau a b a f b f c f = ( ( ( PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43 6 Teorema..5 Misalkan f (, f (, f ( ada pada selang tertutup [a, b]. Jika, adalah dua titik yang berbeda pada [a, b], maka terdapat titik z tepat berada di antara dan sehingga Bukti : Misalkan suatu fungsi f ( z f ( f ( f ( ( f ( = (. = f ( f ( ( R( ( Pandang F(, F( = f ( f ( f ( ( R( ( Maka dari ( diperoleh F( = 0. Karena F( = 0, maka F(a = F(b = 0. f (, f (, f ( kontinu pada selang tertutup [a, b], maka penjumlahan dan pengurangan fungsi fungsi (F( tersebut juga kontinu pada selang tertutup [a, b], dan F ( = f ( f ( R( (4 terlihat bahwa F( mempunyai turunan. Karena ketiga syarat dari teorema Rolle dipenuhi, maka menurut teorema Rolle, terdapat bilangan z antara dan ( < < z sedemikian sehingga F ( z = 0 (5a Dari (4 diperoleh F ( = 0 (5b

44 7 (5a dan (5b menunjukkan bahwa F ( memenuhi teorema Rolle dalam (, z. Jadi terdapat bilangan z antara dan z sedemikian sehingga F ( z = 0, dan dari (4 diperoleh F ( = f ( R. Karena F ( z = 0, maka R = f ( z. Substitusi R dalam (, maka f ( = f ( f ( ( f ( z(. Definisi.. merupakan cara untuk mengetahui apakah suatu titik di I adalah minimum atau maksimum mutlak atau relatif di I. Namun pada definisi.. tidak diketahui apakah memang benar titik tersebut adalah pembuat minimum / maksimum mutlak tegas atau pembuat minimum / maksimum relatif tegas. Oleh sebab itu diperlukan cara lain yang lebih baik, yaitu teorema..6, yang dapat menentukan apakah pembuat maksimum / minimum (baik mutlak ataupun relatif tersebut tegas atau tidak. Teorema..6 Misalkan f (, f (, f ( kontinu pada selang I dan I adalah titik kritis dari f(. a. Jika f ( 0 untuk setiap I, maka adalah pembuat minimum mutlak dari f( di I. b. Jika f ( > 0 untuk setiap I sedemikian hingga, maka adalah Pembuat minimum mutlak tegas dari f( di I. c. Jika f ( > 0, maka adalah pembuat minimum relatif tegas dari f(.

45 8 d. Jika f ( 0 untuk setiap I, maka adalah pembuat maksimum mutlak dari f( di I. e. Jika f ( < 0 untuk setiap I sedemikian hingga, maka adalah Pembuat maksimum mutlak tegas dari f( di I. f. Jika f ( < 0, maka adalah pembuat maksimum relatif tegas dari f(. Bukti : Bukti (a: Jika I dan, maka berdasarkan teorema..5 dan hipotesa f ( =0 menghasilkan f ( z f ( f ( = (, (6 dimana z adalah titik yang berada tepat di antara dan. Karena itu, jika f ( 0 untuk setiap I, maka f ( f ( untuk setiap I karena ( - 0 untuk setiap I. Bukti (b: Jika I dan, maka berdasarkan teorema..5 dan hipotesa f ( =0 menghasilkan f ( z f ( f ( = (, (7 dimana z adalah titik yang berada tepat di antara dan. Karena itu, jika f ( > 0 untuk setiap I, maka f ( > f ( untuk setiap I karena ( - > 0 untuk setiap I.

46 9 Bukti (c: Jika f ( > 0, kekontinuitas dari f ( mengimplikasikan bahwa ada δ > 0 sehingga f ( > 0 untuk setiap I sedemikian hingga -δ < < δ. Namun persamaan (7 menunjukkan bahwa f( > f( untuk setiap I sedemikian hingga, δ < < δ, dimana adalah satu - satunya pembuat minimum relatif dari f(. Bukti (d: Jika I dan, maka berdasarkan teorema..5 dan hipotesa f ( =0 menghasilkan f ( z f ( f ( = (, (8 dimana z adalah titik yang berada tepat di antara dan. Karena itu, jika f ( 0 untuk setiap I, maka f ( f ( untuk setiap I karena f ( f ( 0 untuk setiap I. Bukti (e: Jika I dan, maka berdasarkan teorema..5 dan hipotesa f ( =0 menghasilkan f ( z f ( f ( = (, (9 dimana z adalah titik yang berada tepat di antara dan. Karena itu, jika f ( < 0 untuk setiap I, maka f ( < f ( untuk setiap I karena f ( f ( 0 untuk setiap I.

47 0 Bukti (f: Jika f ( < 0, kekontinuitasan dari f ( mengimplikasikan bahwa ada δ > 0 sehingga f ( < 0 untuk setiap I sedemikian hingga - δ < < δ. Namun persamaan (9 menunjukkan bahwa f( < f( untuk setiap I sedemikian hingga, δ < < δ, dimana adalah satu - satunya pembuat maksimum relatif dari f(. Contoh.. Tentukan ekstrim mutlak dari fungsi f ( = 4 5 pada selang [,4]. i. Mencari titik kritis Gambar..6 grafik fungsi f ( = 4 5. f ( = 0 4 = 0 = ii. Mengevaluasi f( pada titik akhir dan titik kritis f ( = f ( = 4 5 = 4 5 =

48 f (4 = = 5 Dari langkah 9, dapat disimpulkan bahwa nilai maksimum mutlak terjadi pada titik (4, 5, dan nilai minimum mutlak terjadi pada titik (,. B. Optimisasi Fungsi Beberapa Variabel Tanpa Kendala Dengan Kalkulus Perluasan dari fungsi satu variabel adalah fungsi lebih dari satu variabel dengan mengkombinasikan beberapa teori kalkulus dengan aljabar linear. Oleh sebab itu, untuk permulaan akan dibahas beberapa terminologi dan notasi. Vektor pada R n adalah pasangan terurut n-tupel = (,,, n dari bilangan real i yang disebut dengan komponen dari. Vektor = (,,, n disebut vektor baris, dan vektor = disebut vektor kolom. M n Maka dapat dilihat bahwa fungsi f(,,, n dari n variabel sebagai fungsi f( dari vektor tunggal variabel = (,,, n. Definisi.. Didefinisikan penjumlahan dari dua vektor = (,,, n dan y = (y, y,, y n pada R n dengan y = ( y, y,, n y n, dan perkalian dari dan bilangan real λ dengan λ = ( λ, λ,, λ n.

49 Definisi.. Jika = (,,, n dan y = (y, y,, y n adalah vektor-vektor di R n, maka perkalian titik atau perkalian dalam y didefinisikan sebagai = = = n k k k n n y y y y... y. Akibat.. Perkalian titik adalah linear pada kedua variabel; yaitu,, ( ( ( z y z z y = β α β α ( ( ( z y z y = β α β α, untuk semua vektor, y, z pada R n dan bilangan real β α,. Bukti : (,,, (,,, ( n n n z z z y y y K K = β α β α β α β α z y ( ( ( ( n n n z y z y z y... β α β α β α = K ( n n n n z y z z y z z y z β α β α β α = K ( ( ( n n n n z y z y z y z z z β β β α α α = K K ( ( ( n n n n z y z y z y z z z = K K β α ( ( z y z = β α ( n n n z y z y z y β α β α β α β α =,,,,,, ( ( K K z y ( ( ( ( n n n z y z y z y β α β α β α =... K PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50 ( α y. βz. αy. βz. αy. βz = K. n n ( α y. αy K. αy. βz. βz. βz = K. n n ( α ( y. y K. y β (.. β. β = K. n n = α ( y β ( z. n n n n n n Definisi.. Dua vektor dan y adalah ortogonal jika y = 0. Definisi..4 Norm atau panjang pada vektor = (,,, n adalah fungsi real pada R n dengan syarat:. 0 untuk setiap vektor di R n.. = 0 jika dan hanya jika adalah vektor nol 0.. α = α untuk setiap vektor di R n dan semua bilangan real α. 4. y y untuk semua vektor, y di R n (ketidaksamaan segitiga. Contoh.. pada vektor = (,,, n adalah / / = (... n = (.

51 4 Definisi..5 Untuk vektor tak nol dan y di R atau R, perkalian titik y secara umum didefinisikan y = y cosθ ( dimana θ [ 0, π ] adalah sudut antara dan y. θ y Untuk vektor dan y di R n dengan n >, formula ( untuk perkalian titik tetap dapat digunakan jika cos θ didefinisikan. Untuk, y R n didefinisikan cosθ = y y Teorema.. Pertidaksamaan Cauchy Schwarz untuk setiap vektor dan y, y y Bukti : Apabila dan y adalah vektor nol, maka 0 0, dimana hal tersebut adalah benar untuk setiap dan y. Jika atau y (salah satunya vektor tak nol, maka dari persamaan ( didapatkan y = y cosθ y,

52 5 karena cosθ untuk setiap nilai pada θ. Pada pertidaksamaan Cauchy Schwarz, cosθ dan cos θ = jika hanya jika terdapat satu vektor yang merupakan kelipatan vektor lainnya. Definisi..6 Jika dan y adalah vektor di R n, panjang atau jarak d (, y di antara dan y didefinisikan sebagai: d (, y y n ( = = i= i y i Definisi..7 Bola B(, r yang berpusat pada dengan radius r adalah himpunan semua vektor y di R n, dimana jarak dari kurang dari r, maka n { y R y < r} B(, r =. Definisi..8 Titik pada sub himpunan D di R n adalah titik dalam dari D jika terdapat r > 0, dimana bola B(, r dalam D. Bagian dalam dari semua titik dalam dari D. Himpunan G di R n terbuka jika o D pada D adalah himpunan o G = G, artinya, jika semua titik dalam himpunan adalah titik titik dalam. Himpunan F di R n

53 6 tertutup jika F mencangkup setiap titik sehingga terdapat barisan { (k } di F dengan lim ( k = 0. k Definisi..9 Himpunan D di R n adalah terbatas jika terdapat suatu konstanta M > 0 sehingga < M untuk setiap D, artinya, D adalah terbatas jika dan hanya jika D termasuk dalam bola besar B(0, M dengan pusat 0. Contoh.. Pada R, himpunan F dengan komponennya adalah titik titik tak nega- tif, yaitu = { =, R 0, 0} ( F, adalah tertutup tapi tidak terbatas. Titik = (, pada F adalah titik dalam dari F jika dan hanya jika > 0, 0 karena bola B(, r termasuk di dalam F walaupun r adalah bilangan > positif terkecil dari,. Definisi..0 Misalkan f ( adalah fungsi yang bernilai real didefinisikan pada sub himpunan D di R n. Titik di D adalah: a Pembuat minimum mutlak untuk f ( pada D jika f ( f ( untuk setiap D; b Pembuat minimum mutlak tegas untuk f ( pada D jika f ( < f ( untuk setiap D, dimana ;

54 7 c Pembuat minimum relatif untuk f ( jika terdapat bilangan positif δ sehingga f ( f ( untuk setiap D dimana B(, δ ; d Pembuat minimum relatif tegas untuk f ( jika terdapat bilangan positif δ sehingga f ( < f ( untuk setiap D dimana B(, δ dan ; e Pembuat maksimum mutlak untuk f ( pada D jika f ( f ( untuk setiap D; f Pembuat maksimum mutlak tegas untuk f ( pada D jika f ( > f ( untuk setiap D, dimana ; g Pembuat maksimum relatif untuk f ( jika terdapat bilangan positif δ sehingga f ( f ( untuk setiap D dimana B(, δ ; h Pembuat maksimum relatif tegas untuk f ( jika terdapat bilangan positif δ sehingga f ( > f ( untuk setiap D dimana B(, δ dan ; i Titik kritis untuk f ( jika turunan parsial pertama dari f ( ada pada f dan ( = 0, i =,,, n. i Teorema.. Misalkan f ( adalah fungsi yang bernilai real dimana semua turunan parsial pertama dari f ( ada pada sub himpunan D di R n. Jika adalah titik dalam

55 8 dari D yang adalah pembuat minimum relatif dari f (, maka adalah titik f kritis dari f (, yaitu, ( = 0, i =,,, n. i Bukti : Karena = (,,..., adalah pembuat minimum relatif untuk f ( dan n titik dalam dari D, terdapat bilangan positif r sehingga bola B(, r termasuk di dalam D dan f ( f ( untuk setiap B(, r. Akan ditunjukkan f i ( = 0 ; f Akan ditunjukkan ( = 0 i dengan menggunakan fungsi satu variabel, yaitu f (,,,...,. Dimana n adalah variabel tetap fungsi,,..., n tersebut. Misalkan fungsi satu variabel g ( didefinisikan sebagai g ( = f (,,,..., n adalah terdiferensialkan dan memenuhi g( g( untuk setiap sedemikian sehingga r < < r. Oleh sebab itu, adalah pembuat minimum relatif untuk g ( pada I = ( r, r. Karena itu, jika bukan titik akhir dari I, berdasarkan teorema.. maka g ( = 0. Tetapi jika f (,,..., = ( f g ( = n

56 9 f f maka ( = 0. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan ( = 0 i i untuk i =,,, n. Teorema.. Misalkan, adalah titik pada R n dan f( adalah fungsi n variabel dengan turunan pertama dan turunan parsial kedua pada suatu himpunan terbuka termasuk segmen garis [, ] = { w R n w = t( ;0 t }. Maka terdapat z [, ] sedemikian hingga f ( = f ( f ( ( ( Hf ( z(. Bukti : Jika dari formula Taylor f ( z f ( f f = ( ( ( ( ( dapat ditunjukkan korespodensi formula Taylor untuk fungsi beberapa variabel, maka formula tersebut berlaku untuk fungsi beberapa variabel. Akan dimulai dengan kasus fungsi dua variabel. Misalkan f( = f(, adalah fungsi yang didefinisikan pada R dan bahwa = (, dan = (, adalah titik tetap. Didefinisikan ϕ (t untuk t R dengan ϕ ( t = f ( t( = f ( t(, t( (

57 0 Maka ϕ (t adalah fungsi dari satu variabel t untuk t = 0 dan t = sedemikian hingga ϕ (0 = f ( = f (, ; ϕ = f ( = f (,. ( Jika ϕ (t and ϕ (t adalah kontinu, maka dapat diimplikasikan formula Taylor ( untuk ϕ (t pada titik t = 0, t =. Dengan menggantikan f ( dengan ϕ ( t dan f ( dengan ϕ ( s sehingga dihasilkan ϕ ( s f ( f = ( ϕ (0( 0 ( 0, (4 dimana s adalah titik di antara 0 dan. Jika f( mempunyai turunan pertama dan turunan parsial kedua, maka ϕ (t mempunyai turunan pertama dan turunan parsial kedua dimana dapat dihitung dengan menggunakan aturan rantai sebagai berikut: Jika t R dan w = t (, maka ϕ ( t = f ( w = f ( t( = f ( t(, t(. berdasarkan aturan rantai, ϕ ( t = f ( t( f f ϕ ( t = ( ( ( ( = f ( w (, (5

58 dimana = (, ( ( w w w f f f adalah gradien dari f( yang dievaluasi pada w. Dengan menggunakan aturan rantai, didapatkan. ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( f f f f f f f t = = w w w w w w w ϕ Untuk (t ϕ dapat ditunjukkan dengan formula matriks: =, ( ( t ϕ (w f (w f (w f (w f ( ( ( ( w = Hf, (6 dimana Hf(w adalah matriks simetris dari semua pasangan turunan parsial kedua terurut yang dievaluasi pada w. Gunakan (5 dan (6 untuk memperlihatkan (4 sebagai berikut: ( ( ( ( ( ( ( z = Hf f f f, (7 dimana ( z = s dan 0 s. Formula Taylor ini berlaku untuk fungsi dua variabel. Hal ini benar untuk sembarang dan di R jika f( mempunyai turunan pertama dan turunan parsial kedua pada R. Seperti yang terlihat, gradien ( f memainkan peranan seperti turunan pertama dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59 Hessian Hf(z berperan seperti turunan kedua dalam teorema Taylor satu variabel. Jika f( = f(,,, n adalah fungsi n variabel dengan turunan pertama dan turunan parsial kedua pada R n dan jika gradien f dari f( adalah n vektor = n f f f f,...,,, sementara Hessian Hf dari f( adalah matriks n n = Hf n n n n n n f f f f f f f f f L M O M M L, maka formula Taylor benar untuk semua pilihan dan pada R n. Jika fungsi f( tidak terdefinisi pada semua titik di R n, maka formula Taylor tetap bernilai benar untuk dan pada domain dari f(, asalkan f( mempunyai turunan pertama dan turunan parsial kedua pada suatu himpunan terbuka termasuk segmen garis [, ], yaitu } ;0 ( { ], [ = = t t w w. Contoh.. Tentukan maksimum dan minimum dari fungsi, ( = y y y f pada cakram D yaitu y. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60 Gambar.. grafik fungsi f (, y = y y f f i. Menentukan titik kritis = = 0. y f = 0 = =. f y = y 0 = y y =. Sehingga (, y = (, adalah titik kritis dari cakram terbuka U = {(, y y }. ii. Batas U diparameterkan dengan c ( t = (sin t, cos t, 0 t π.

61 4 Sehingga f ( c ( t = sin t cos t sin t cos t = sin t cos t = g(t. Untuk menentukan maksimum dan minimum dari f pada U, g ( t = 0 hanya jika g ( t = cost sin t 0 = cos t sin t cos t = sin t, yaitu pada saat π 5π t =,. Jadi nilai ekstrim dari f pada U adalah pada 4 4 π 5π titik titik c, c(, dan titik akhir c ( 0 = c(π. ( 4 4 iii. Menentukan nilai f. f ( =, = ( ( π f ( c ( = f (, = ( ( = 4 ( 5 π f c = f (, = ( ( = ( 4 dan f ( c (0 = f ( c(π = f (0, = (0 ( 0 = iv. Bandingkan semua nilai, maka didapatkan minimum mutlak yang terletak pada titik (, dan maksimum mutlak yang terletak pada titik (,.

62 5 Teorema.. merupakan cara untuk mengetahui apakah suatu titik di R n adalah titik kritis. Namun pada teorema.. tidak diketahui apakah titik tersebut adalah pembuat minimum / maksimum mutlak (tegas atau pembuat minimum / maksimum relatif (tegas. Oleh sebab itu diperlukan cara lain yang lebih baik, yaitu teorema..4 yang dapat menentukan apakah pembuat maksimum / minimum (baik mutlak ataupun relatif tersebut tegas atau tidak. Teorema..4 Andaikan adalah titik kritis pada fungsi f( dengan turunan pertama dan turunan parsial kedua pada R n, maka: a adalah pembuat minimum mutlak untuk f( jika ( Hf ( z( untuk setiap R n dan setiap z [, ]; 0 b adalah pembuat minimum mutlak tegas untuk f( jika ( Hf ( z( untuk setiap R n sedemikian hingga > 0 dan setiap z [, ]; c adalah pembuat maksimum mutlak untuk f( jika ( Hf ( z( untuk setiap R n dan setiap z [, ]; 0 d adalah pembuat maksimum mutlak tegas untuk f( jika ( Hf ( z( untuk setiap R n sedemikian hingga < 0 dan setiap z [, ].

63 6 Bukti : Karena adalah titik kritis pada f(, turunan parsial pertama pada f( adalah nol pada, maka f ( = 0. Oleh karena itu, jika adalah sembarang titik pada R n selain (berdasarkan teorema.. maka f ( = f ( ( Hf ( z( 0, dimana z [, ]. Persamaan ini menghasilkan setiap pernyataan yang ada pada teorema..4. Pada pernyataan (a teorema di atas didapatkan f ( f ( = ( Hf ( z( 0, dan juga, f( f( untuk setiap R n. Pada pernyataan (b teorema di atas didapatkan f ( f ( = ( Hf ( z( > 0, dan juga, f( > f( untuk setiap R n sedemikian hingga. Pada pernyataan (c teorema di atas didapatkan f ( f ( = ( Hf ( z( 0, dan juga, f( f( untuk setiap R n. Pada pernyataan (d teorema di atas didapatkan f ( f ( = ( Hf ( z( < 0, dan juga, f( < f( untuk setiap R n sedemikian hingga.

64 7 Pada pembuktian teorema.. telah diketahui bahwa Hessian Hf( dari fungsi f( pada n variabel dengan turunan pertama dan turunan parsial kedua adalah matriks simetris n n. Sehingga sembarang matriks (A simetris n n menentukan fungsi Q A (y pada R n disebut bentuk kuadrat yang berhubungan dengan A Q A = A y R n y y,. Jika f( adalah fungsi n variabel dengan turunan pertama dan turunan parsial kedua, dan jika H = Hf(z adalah Hessian dari f( yang dievaluasi pada titik z, maka H adalah matriks simetris n n. Untuk, yang berhubungan dengan H dievaluasi pada R n, bentuk kuadrat Q H adalah Q H ( = ( Hf ( z(. Hal ini tepat sama dengan pernyataan yang terdapat dalam teorema..4. Definisi.. Andaikan A adalah matriks simetris n n dan Q A = y Ay adalah bentuk kuadrat yang berhubungan dengan A. Maka A dan Q A disebut: a. Semidefinit positif jika = y Ay 0, untuk setiap Q A n y R ; b. Definit positif jika = y Ay > 0, untuk setiap Q A n y R, y 0 ; c. Semidefinit negatif jika = y Ay 0, untuk setiap Q A n y R ; d. Definit negatif jika = y Ay < 0, untuk setiap Q A n y R, y 0 ; e. Tidak definit jika = y Ay > 0, untuk suatu Q A A n y R dan Q ( y < 0 untuk n y R lainnya.

65 8 Teorema..5 Andaikan adalah titik kritis dari fungsi f( dengan turunan pertama dan turunan parsial kedua pada R n dan bahwa Hf( adalah Hessian dari f(. Maka adalah: a. Pembuat minimum mutlak untuk f( jika Hf( adalah semidefinit positif pada R n ; b. Pembuat minimum mutlak tegas untuk f( jika Hf( adalah definit positif pada R n ; c. Pembuat maksimum mutlak untuk f( jika Hf( adalah semidefinit negatif pada R n ; d. Pembuat maksimum mutlak tegas untuk f( jika Hf( adalah definit negatif pada R n. Bukti : Hf ( adalah Hessian dari f(, maka: (a berdasarkan definisi.. Hf ( adalah semidefinit positif jika Q A = y Ay 0, karena ( = ( Hf ( z(, maka berdasarkan teorema..4 Q H adalah pembuat minimum mutlak. (b berdasarkan definisi.. Hf ( adalah definit positif jika Q A = y Ay > 0, maka berdasarkan teorema..4 adalah pembuat minimum mutlak tegas.

66 9 (c berdasarkan definisi.. Hf ( adalah semidefinit negatif jika Q A = y Ay 0, maka berdasarkan teorema..4 adalah pembuat maksimum mutlak. (d berdasarkan definisi.. Hf ( adalah definit negatif jika Q A = y Ay < 0, maka berdasarkan teorema..4 adalah pembuat maksimum mutlak tegas. Teorema..6 Matriks simetris a a A = adalah: a a a. Definit positif jika dan hanya jika a a a > 0, det > 0 ; a a b. Definit negatif jika dan hanya jika a a a < 0, det > 0. a a Bukti : A adalah matriks simetris a A = a a a maka bentuk asosiasi kuadrat dari A adalah Q A ( = A = a a a.

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk membahas bab berikutnya. Dasar teori yang akan dibahas pada bab ini

BAB II KAJIAN TEORI. untuk membahas bab berikutnya. Dasar teori yang akan dibahas pada bab ini BAB II KAJIAN TEORI Pembahasan pada bagian ini akan menjadi dasar teori yang akan digunakan untuk membahas bab berikutnya. Dasar teori yang akan dibahas pada bab ini adalah optimisasi, fungsi, pemrograman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR) Teorema nilai rata-rata menghubungkan nilai suatu fungsi dengan nilai derivatifnya (turunannya), dimana TNR merupakan salah satu bagian penting dalam kuliah analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH (Studi Kasus: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non linier Pemrograman non linier adalah suatu bentuk pemrograman yang berhubungan dengan suatu perencanaan aktivitas tertentu yang dapat diformulasikan dalam model

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI METODE TITIK-INTERIOR PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh: Fenny Basuki NIM: 831143 PROGRAM

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak Syarat Fritz John... (Caturiyati) SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi Cobb-Douglas dengan galat aditif merupakan salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN VARIASI SELEKSI DALAM PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS (CVRPTW) UNTUK OPTIMASI RUTE PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta tidak merupakan

Lebih terperinci

Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak Syarat Fritz John pada Masalah Optimasi Berkendala Ketaksamaan Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2 1,2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 wcaturiyati@yahoo.com 2 himmawatipl@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus : Masalah Transportasi)

PENYELESAIAN MASALAH OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus : Masalah Transportasi) PENYELESAIAN MASALAH OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus : Masalah Transportasi) SKRIPSI Oleh Mariana Ramadhani NIM 031810101038 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

BAB III. Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi

BAB III. Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi BAB III Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi Pada bab ini dijelaskan mengenai penerapan dari algoritma fuzzy evolusi pada permasalahan penjadwalan perkuliahan.

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Haris Sriwindono Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta, Telp. 0274-883037 haris@staff.usd.ac.id

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas.

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. ABSTRAK Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. Pada skripsi ini, metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan job shop scheduling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan BAB II LANDASAN TEORI Metode kompresi citra fraktal merupakan metode kompresi citra yang berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan Iterated Function System (IFS). Segitiga

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI

ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN AKAR PERSAMAAN SEBUAH FUNGSI Akhmad Yusuf dan Oni Soesanto Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n A. Fungsi Dua Variabel atau Lebih Dalam subbab ini, fungsi dua variabel atau lebih dikaji dari tiga sudut pandang: secara verbal (melalui uraian dalam kata-kata) secara aljabar

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan pembahasan ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada. Turunan Fungsi q Definisi Turunan Fungsi Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat a. Turunan pertama fungsi f di =a ditulis f (a) didefinisikan dengan f ( a h) f ( a) f '( a) lim

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 36 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengurutan Pekerjaan (Job Sequencing) 2.1.1 Deskripsi Umum Dalam industri manufaktur, tujuan penjadwalan ialah untuk meminimasikan waktu dan biaya produksi, dengan cara mengatur

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Rahman Aulia Universitas Sumatera Utara Pasca sarjana Fakultas Ilmu Komputer Medan, Indonesia Rahmanaulia50@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE PENERAPAN ALGORTMA GENETK UNTUK OPTMAS DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE Samuel Lukas, M.Tech." Abstract The purpose of this paper is to introducing genetic algorithm. This algorithm is one

Lebih terperinci

Open Source. Not For Commercial Use

Open Source. Not For Commercial Use Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Limit dan Kekontinuan Misalkan z = f(, y) fungsi dua peubah dan (a, b) R 2. Seperti pada limit fungsi satu peubah, limit fungsi dua peubah bertujuan untuk mengamati

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. telah diadopsi untuk mengurangi getaran pada gedung-gedung tinggi dan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuned mass damper (TMD) telah banyak digunakan untuk mengendalikan getaran dalam sistem teknik mesin. Dalam beberapa tahun terakhir teori TMD telah diadopsi untuk mengurangi

Lebih terperinci

Dr. Ir. Bib Paruhum Silalahi, M.Kom

Dr. Ir. Bib Paruhum Silalahi, M.Kom Metode Descent Oleh : Andaikan fungsi tujuan kita adalah minf(x);x R n. Secara umum f(x) dapat berupa fungsi nonlinear. Metode-metode descent adalah metode iteratif untuk memperoleh solusi pendekatan dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibicarakan beberapa model penyelesaian problema Knapsack dengan memakai beberapa metode yang telah ada yang akan digunakan pada bab pembahasan. 2. Problema Knapsack

Lebih terperinci

Model Optimasi Alokasi Gas Injeksi Sumur Dual Gas Lift

Model Optimasi Alokasi Gas Injeksi Sumur Dual Gas Lift Bab 4 Model Optimasi Alokasi Gas Injeksi Sumur Dual Gas Lift Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab 2, sumur dual gas lift merupakan sumur dengan dua tubing, long string dan short string. Gas injeksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Graph Rinaldi Munir (2003) menjelaskan bahwa graph merupakan kumpulan verteks yang dihubungkan satu sama lain melalui sisi/ busur (edges). Suatu graph G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MASALAH PENJADWALAN JOB-SHOP

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MASALAH PENJADWALAN JOB-SHOP IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MASALAH PENJADWALAN JOB-SHOP Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh: R. Altoria Mavida NIM

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Representasi Matriks untuk Proses Crossover Pada Algoritma Genetika untuk Optimasi Travelling Salesman Problem Matrix Representation for The Crossover on Genetic Algorithm

Lebih terperinci