BAB V Perhitungan Harga Jual Energi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah BAB V PERHITUNGAN HARGA JUAL ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V Perhitungan Harga Jual Energi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah BAB V PERHITUNGAN HARGA JUAL ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH"

Transkripsi

1 BAB V PERHITUNGAN HARGA JUAL ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH Perencanaan pembangunan suatu fasilitas pembangkit, haruslah mempunyai tujuan untuk menghasilkan energi listrik yang semurah mungkin diikuti dengan kontinuitas ketersediaan energi listrik. Biaya pokok pembangkitan untuk suatu jenis pembangkit hasil perencanaan, baik biaya saat ini maupun biaya kumulatif hingga beberapa tahun ke depan, sebisa mungkin harus lebih murah dibandingkan biaya jenis-jenis pembangkit lainnya. Metode perencanaan pembangkitan diawali dengan mengkalkulasi besarnya biaya pembangkitan untuk setiap jenis pembangkit. Perhitungan biaya kumulatif dan proses perbandingan biaya kumulatif antar kondisi berbeda dengan pembangkit yang sama (pencarian biaya kumulatif yang minimal) dilakukan dengan melakukan optimalisasi biaya pembangkitan dengan menggunakan variasi parameter yang terlibat dalam perhitungan. Demikian juga dengan perencanaan pembangunan PLTSa. Dalam perencanaannya, yang harus memperoleh perhatian lebih adalah mengenai biaya investasi yang diperlukan untuk penanganan sampah sebelum dibakar. Untuk mekanisme perolehan sampah yang digunakan sebagai bahan bakar juga perlu mendapatkan perhatian lebih. V.1. Komponen Biaya Pembangkit Tenaga Listrik Komponen biaya pembangkitan terdiri dari komponen A (biaya pengembalian investasi), komponen B (biaya operasi dan pemeliharaan tetap), Komponen C (Biaya bahan bakar), dan komponen D (biaya operasi dan pemeliharaan variabel). Komponen A dan komponen B besarnya tetap walaupun produksi energi listrik pembangkit tersebut berubah-ubah. Kedua komponen ini yang menentukan V-1

2 besarnya biaya kapasitas terpasang pada tarif dasar listrik. Sedangkan komponen B dan D besarnya tergantung pada besarnya produksi listrik yang dihasilkan. Kedua komponen ini yang menentukan besarnya biaya variabel (Rp/kWh) pada tarif dasar listrik. Berikutnya akan dijabarkan penjelasan dan metode perhitungan dari masing-masing komponen biaya tersebut. V.1.1. Komponen A (Biaya pengembalian investasi) Komponen biaya ini nilainya tetap tidak tergantung pada energi listrik yang diproduksi, melainkan tergantung pada modal kapital awal pembangkit tersebut dan tingkat pengembaliannya. Komponen biaya ini terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga dan atau pendapatan sebelum pajak. Nilai komponen A ini akan dinyatakan dalam Rp/kWh. Penghitungannya adalah dengan membagi jumlah biaya pengembalian investasi selama masa pembelian energi listrik dengan jumlah energi listrik yang dihasilkan selama masa itu. Pembangkit listrik mengalami penyusutan (depreciatio sesuai umurnya sehingga biaya penyusutan setiap tahun (book depreciatio merupakan pengeluaran/biaya yang dimasukkan ke dalam kas (cash) pada analisis keuangan. Akibatnya modal awal dapat dikembalikan setelah umur pembangkit habis. Tetapi penentuan masa depresiasi fasiltas pembangkit tersebut tergantung dari kebijakan perusahaan mengenai pengembalian biaya investasi. Hal ini erat kaitannya dengan nilai dan jangka waktu pengembalian pinjaman. Hal ini akan dibahas lebih lanjut nanti. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai fasilitas pembangkit itu sendiri. Dalam suatu pembangkit tenaga listrik, biaya investasi tidak hanya digunakan untuk membeli dan memasang mesin pembangkit saja. Banyak sarana dan prasarana lain yang ikut menelan biaya yang sangat besar. Dalam pendefinisian sarana dan prasarana ini sampai sekarang belum ada acuan baku yang disepakati antara pihak swasta yang akan membangun fasilitas pembangkit dengan pihak regulator yang berhak menilai pembangkit tersebut layak untuk dibangun atau tidak dilihat dari segi harga jual tenaga listriknya. Sedangkan V-2

3 fasilitas-fasilitas pembangkit ini sangat berpengaruh terhadap biaya investasi yang dikeluarkan yang nantinya dibebankan pada komponen A yang ujungnya akan terlibat dalam perhitungan harga jual tenaga listrik pembangkit tersebut. Selain biaya investasi untuk peralatan, sarana dan prasarana pembangkit, terdapat biaya-biaya yang dikategorikan dalam biaya investasi pembangkit, seperti biaya perizinan dan commissioning. Berikut ini adalah biaya-biaya yang termasuk dalam biaya investasi suatu pembangkit listrik tenaga sampah : No Jenis Investasi 1 Lahan dan Persiapan Lahan 2 Infrastruktur 3 Pekerjaan Sipil dan Gedung 4 Peralatan Pembangkit 5 Peralatan Penyimpanan dan Kendaraan 6 Peralatan Pemeliharaan 7 Biaya Pengembangan Proyek 8 Biaya Konstruksi 9 Biaya Implementasi dan Persiapan Operasi Rincian jenis investasi diatas adalah sebagai berikut : 1. Tanah atau lahan tempat pembangkit dibangun dan persiapannya a. Pembersihan lahan b. Investigasi c. Survey Topografi d. Jalan akses 2. Infrastruktur dan utilitas : a. Jalan b. Lahan parkir c. Fasilitas persediaan air d. Pos penjaga e. Pagar dan gerbang f. Drainase g. Sistem proteksi petir h. Sistem telekomunikasi i. Sistem teknologi informasi j. Air Conditioning system and equipment k. Fire Fighter system and equipment l. Security system and equipment V-3

4 3. Pekerjaan sipil dan gedung : a. Gedung pembangkit b. Konstruksi beton dan pondasi c. Pentanahan bawah tanah d. Perumahan e. Ruang kontrol f. Kantor, rumah ibadah, gudang, kantin, pantri 4. Peralatan mekanikal dan elektrikal pembangkit a. Fasilitas pengolahan sampah awal b. Crane c. Grate d. Ruang Bakar e. Boiler f. Turbin g. Fasilitas penanganan abu h. Fasilitas pengendali gas buang i. Transformator j. Switchgear k. Cubicle l. Bus bar m. Protective relay 5. Peralatan pemeliharaan 6. Pengembangan Proyek a. Perizinan b. Biaya Konsultasi c. Studi Kelayakan 7. Peralatan Penympanan dan transportasi Transportasi (personel, material, dan bahan bakar/sampah) 8. Biaya kostruksi proyek a. administrasi dan kontrak b. Supervisi c. Kantor sementara d. Perumahan sementara e. Utilitas sementara f. Transportasi g. Water & power supply h. Commissioning i. Kontingensi j. Asuransi 9. Biaya Implementasi dan persiapa noperasi a. Komisioning b. Peresmian c. Kontingensi V-4

5 Biaya-biaya tersebut bisa 100 % berasal dari investor atau terdiri dari investor dan pinjaman bank. Tentu saja biaya-biaya tersebut harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan. Kepada investor, nantinya akan ada biaya pengembalian yang digambarkan melalui ROI. Sedangkan kepada bank, pinjaman dikembalikan dengan mekanisme pengembalian pinjaman pokok dan bunga. Sekarang akan dibahas satu persatu mengenai depresiasi, biaya bunga dan pendatan sebelum pajak. Depresiasi Depresiasi merupakan biaya penyusutan nilai aset pembangkit. Aset disini adalah aset tangibles dan intangibles. Besarnya biaya depresiasi ini adalah nilai aset (fasilitas) dibagi dengan waktu depresiasinya. Untuk tiap jenis aset dan fasilitas pembangkit mempunyai waktu depresiasi yang berbeda-beda karena usia ekonomis masing-masing fasilitas berbeda. Sehingga dalam penghitungan biaya depresiasi suatu pemabangkit kurang tepat apabila seluruh aset atau fasilitas yang ada didepresiasi dengan jumlah waktu yang sama. Selain usia ekonomis masingmasing aset, hal lain yang harus diperhatikan adalah waktu pengembalian pinjaman bank mengingat dalam investasi pembangkit biasanya pendanaan sebagian besar berasal dari pinjaman bank. Waktu pengembalian pinjaman bank tersebut menentukan besarnya biaya pengembalian pinjaman pokok dan biaya bunga yang harus dibayar per tahun. Biaya depresiasi hendaknya bisa menutup biaya pokok pinjaman per tahun tersebut sehingga tidak perlu mengambil dari bagian investor. Berikut adalah penghitungan biaya depresiasi fasilitas-fasilitas pembangkit yang ada : Biaya Bunga Biaya bunga muncul karena adanya komponen pinjaman bank dalam biaya investasi. Dalam pinjaman bank terdapat beberapa parameter utama yaitu jumlah pinjaman, waktu penurunan pinjaman, waktu pengembalian pinjaman, tingkat bunga pinjaman, dan grace period. Biasanya dalam suatu investasi, pembayaran biaya pokok pinjaman dan biaya bunga dilakukan tiap tahun. V-5

6 Besarnya biaya bunga yang harus dibayar tiap tahun adalah : Bunga( C( n 1) I C ( C ( S1 S2... S( n 1)) Biaya bunga total yang harus dibayar : Bunga n 1 Bunga( Bunga( = biaya bunga pada tahun ke-n, rupiah C(n-1) = Sisa pinjaman pada tahun ke-(n-1), rupiah n = Waktu pengembalian pinjaman C = Jumlah pinjaman pada tahun pertama operasi, rupiah S = Biaya pengembalian modal pokok (cicila, rupiah I = tingkat bunga pinjaman (%) Sebagai catatan, perhitungan dilakukan selama masa operasi. Tahun pertama operasi adalah tahun ke-1. Pembayaran biaya pokok pinjaman dan biaya bunga sebelum masa operasi (selama masa konstruksi) belum dihitung. Dalam kenyataanya, selama masa konstruksi, seharusnya dilakukan pembayaran biaya pokok pinjaman dan biaya bunga. Hal ini dilakukan bila tidak terdapat Grace Period (waktu penundaan pembayaran pinjama, baik untuk pembayaran biaya pokok pinjaman maupun biaya bunga. Yang dinamakan sebagai biaya bunga adalah biaya bunga yang dihitung selama masa operasi saja. Sedangkan biaya bunga yang dibayar selama masa konstruksi disebut IDC (Intersest During Constructio. IDC ini akan dimasukkan ke dalam biaya investasi sebagai aset dan mengalami depresiasi. Pada saat masa konstruksi tersebut, pembangkit listrik tidak memperoleh pendapatan hasil dari penjualan V-6

7 listrik sehingga pembayaran bunga berasal dari modal kapital awal. Hal ini dapat menyebabkan modal kapital awal yang dibutuhkan jauh lebih besar dibandingkan modal kapital seharusnya. Besarnya biaya IDC tergantung dari tahap pembangunan pembangkit. Bila tidak terdapat Grace Period maka perhitungan biaya bunga dan IDC adalah sebagai berkut : Bunga n n" 1 Bunga( n') Bunga( n') C( n' 1) I C ( n' 1) C ( S1 S2... S( n' 1)) C Co S' C ( n") Co ( S1... S( n" 1)) IDC( n") Co( n" 1) I n" IDC IDC( n") 1 n' n n" C = Jumlah pinjaman pada tahun pertama operasi, rupiah Co = Jumlah pinjaman awal, rupiah I = Tingkat bunga pinjaman, % S = Biaya pengembalian pinjaman pokok (cicila, rupiah IDC = Bunga selama masa konstruksi, rupiah n = Waktu pengembalian pinjaman, tahun n = Waktu Konstruksi Sedangkan bila terdapat Grace Period maka perhitungan biaya bunga dan IDC adalah sebagai berkut : V-7

8 Bunga n n" 1 N Bunga( n') Bunga( n') C( n' 1) I C ( n' 1) C ( S1 S2... S( n' 1)) C Co S' C ( n") Co ( S1... S( n" N 1)) IDC( n") Co( n" 1) I IDC n" N 1 n' n n" N IDC( n") C = Jumlah pinjaman pada tahun pertama operasi, rupiah Co = Jumlah pinjaman awal, rupiah I = Tingkat bunga pinjaman, % S = Biaya pengembalian pinjaman pokok (cicila, rupiah IDC = Bunga selama masa konstruksi, rupiah n = Waktu pengembalian pinjaman, tahun n = Waktu Konstruksi N = Grace period, tahun Masa konstruksi suatu pembangkit dapat dibedakan menjadi beberapa tahap. terdiri dari masa pengembangan (pembebasan lahan, pengerukan tanah, pengiriman barang modal, dll), masa konstruksi (pekerjaan sipil, pemasangan mesin dan peralatan elektrik), dan masa penyelesaian (commisioning, dll). Pada tiap masa tersebut, pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda, tentu saja biaya yang dilakukan berbeda juga. Oleh karena itu mekanisme penurunan pinjaman bank juga harus memperhatikan kondisi tersebut. Pinjaman bank hendaknya diturunkan bertahap sesuai dengan masa-masa tersebut. Sehingga akan dapat mengurangi biaya bunga selama konstruksi yang harus dibayar karena biaya IDC dikenakan V-8

9 pada besarnya modal yang diturunkan. Faktor ini menyebabkan besarnya IDC berbeda-beda di setiap tahap dan mempengaruhi jumlah total biaya IDC tersebut. Biaya komponen A diatas dikeluarkan sepanjang umur pembangkit. Hal ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan kenyataan yang ada. Di dalam sistem perekonomian sekarang, sebagian besar bank memberi pinjaman maksimal selama tahun. Sebagian besar investor mengharapkan masa pengembalian modal selama 8-10 tahun. Surat berharga obligasi memiliki masa tempo tahun. Pinjaman lunak dari luar negeri selama 30 tahun akan digunakan oleh pemerintah untuk berbagai sektor dan tidak akan cukup untuk membiayai banyaknya investasi pembangkit hingga 10 tahun ke depan. Hal ini menyebabkan masa pengembalian modal beserta tingkat pengembaliannya tidak sama dengan umur pembangkit. Percepatan masa pengembalian akan memperbesar biaya investment charges dibandingkan dengan hasil perhitungan sebelumnya Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila PLN menggunakan perhitungan biasa tanpa memperhitungkan percepatan depresiasi, maka terjadi pengeluaran/biaya yang berlebihan dan biaya yang berlebih tersebut akan dikenakan pada biaya pokok penyediaan (BPP) dan menyebabkan mahalnya tarif dasar listrik. Hal ini sudah bukan merupakan biaya minimal pada perencanaan pembangkit. Pendapatan Sebelum Pajak (EBT) Pendapatan sebelum pajak adalah pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi biaya produksi, biaya operasi dan pemeliharaan, depresiasi dan bunga, tetapi belum dikurangi pajak. Pendapatan disini adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan energ listrik. Biaya produksi di sini adalah biaya bahan bakar. Pendapatan (P) : Energi Pr ice Energi = Energi listrik yang dihasilkan, kwh Price = Harga energi listrik, Rp/kWh V-9

10 Pendapatan sebelum pajak (EBT) : P FC O & M D I P = Pendapatan, rupiah FC = Biaya bahan bakar, rupiah O&M = Biaya operasi dan pemeliharaan, rupiah D = Biaya depresiasi, rupiah I = Biaya bunga, rupiah EBT ini menggambarkan pendapatan yang diperoleh oleh investor atas investasi yang telah dikeluarkan. Sehingga hal tersebut menggambarkan tingkat pengembalian modal kepada investor. Sehingga besarnya komponen A dapat dihitung sebagai berikut : Depresiasi Bunga EBT n 1 Energi( V.1.2. Komponen B (Biaya Operasi dan Pemeliharaan Tetap) Biaya ini adalah biaya untuk operasi dan pemeliharaan pembangkit yang besarnya tidak tergantung pada energi listrik yang diproduksi. Biaya-biaya tersebut ada yang berupa biaya tetap saja, biaya variabel saja, dan ada juga yang mengandung komponen biaya tetap dan variabel. Sebagai contoh untuk jasa reparasi dan perawatan reparasi dan perawatan ada yang berdasarkan jam operasi mesin dan ada yang berdasarkan usia peralatan atau komponen mesin. Maka di dalamnya terdapat biaya tetap jasa reparasi dan perawatan. Biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit adalah: V-10

11 No Jenis Biaya 1 Insentif 2 Pemakaian Air 3 Bahan Kimia 4 Suku Cadang 5 Material Lain 6 Biaya Gaji 7 Biaya Kesejahteraan 8 Jasa Reparasi & Perawatan 9 Asuransi 10 Sewa 11 Retribusi 12 Diklat 13 Riset 14 Konsultan Berikut ini adalah biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya operasi dan pemeliharan tetap. No Jenis Biaya 1 Biaya Gaji 2 Biaya Kesejahteraan 3 Jasa Reparasi & Perawatan 4 Asuransi 5 Sewa 6 Retribusi 7 Diklat 8 Riset 9 Konsultan Berapapun energi listrik yang dihasilkan, jumlah biaya ini adalah tetap. Dalam penghitungan komponen biaya ini, yang perlu diperhatikan adalah adanya eskalasi atau kenaikan harga (biaya) dari masing-masing komponen biaya. Untuk perhitungan biaya tiap tahun tanpa memasukkan komponen eskalasi harga adalah dengan menjumlahkan keseluruhan biaya tersebut dalam waktu satu tahun, kemudian menjumlahkan dengan biaya di tahun-tahun berikutnya selama masa V-11

12 pembelian tenaga listrik (sesuai PPA). Kemudian membaginya dengan energi listrik total yang dihasilkan selama waktu itu. Selain biaya perawatan tetap pada bagian utama (mesi pembangkit, pada PLTSa juga terdapat biaya perawatan pada bagian peralatan yang digunakan untuk memproses sampah sebelum masuk ke ruang bakar. Biaya operasi dan pemeliharaan tetap (O&Mfixed) tiap tahun : O & Mfixed( BG( BK( R & P( A( S( R( D( Ri( K( BG = Biaya gaji, rupiah BK = Biaya kesejahteraan, rupiah R&P = Biaya jasa reparasi dan perawaatan, rupiah A = Biaya Asuransi, rupiah S = Biaya Sewa, rupiah R = Biaya Retribusi, rupiah D = Biaya Diklat, rupiah Ri = Biaya Riset, rupiah K = Biaya Konsultan, rupiah n = tahun Biaya operasi dan pemeliharaan tetap (O&Mfixed) total (selama masa pembelian tenaga listrik) tanpa adanya faktor eskalasi biaya : O & Mfixed O & Mfixed(1) O & Mfixed(2)... O & Mfixed( n = masa pembelian energi listrik, tahun Biaya operasi dan pemeliharaan tetap (O&Mfixed) total (selama masa pembelian tenaga listrik) dengan adanya faktor eskalasi biaya : V-12

13 O & Mfixed O & Mfixed(1) O & Mfixed(2)... O & Mfixed( O & Mfixed( O & Mfixed( n 1) (1 r) n = Masa pembelian energi listrik, tahun r = Tingkat eskalasi biaya, % Sehingga komponen B (biaya operasi dan pemeliharaan tetap) dapat dihitung sebagai berikut : Komponen B : O & Mfixed n 1 Energi( O&Mfixed = Biaya operasi dan pemeliharaan tetap (O&Mfixed) total (selama masa pembelian tenaga listrik) n 1 Energi( = Produksi energi listrik total pembangkit (selama masa pembelan energi listrik) V.1.3. Komponen C (Biaya Bahan Bakar) Bahan bakar merupakan sumber energi utama untuk memproduksi energi listrik. Jenis bahan bakar menentukan jenis pembangkit yang dipilih untuk memproduksi listrik Biaya bahan bakar yang dikeluarkan setiap tahun tergantung pada besarnya energi listrik yang diproduksi, dimana besarnya energi listrik tergantung pada besarnya faktor kapasitas suatu pembangkit. Oleh karena itu, faktor kapasitas yang dilayani oleh pembangkit menentukan besar kecilnya biaya bahan bakar tersebut. Untuk PLTSa, tidak terdapat komponen C karena sampah yang digunakan sebagai bahan bakar diperoleh secara gratis. Hal ini dasumsikan karena PLTSa V-13

14 tidak membeli sampah yang datang, melainkan menerima pembayaran dari pihak yang akan membuang sampah (tipping fee) V.1.4. Komponen D (Biaya Operasi dan Pemeliharaan Variabel) Biaya ini adalah biaya untuk operasi dan pemeliharaan pembangkit yang besarnya tergantung pada energi listrik yang diproduksi. Berikut ini adalah biayabiaya yang termasuk di dalam biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit. No Jenis Biaya 1 Insentif 2 Pemakaian Air 3 Bahan Kimia 4 Suku Cadang 5 Material Lain 6 Biaya Gaji 7 Biaya Kesejahteraan 8 Jasa Reparasi & Perawatan 9 Asuransi 10 Sewa 11 Retribusi 12 Diklat 13 Riset 14 Konsultan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, biaya-biaya tersebut diatas ada yang berupa biaya tetap saja, biaya variabel saja, dan ada juga yang mengandung komponen biaya tetap dan variabel. Berikut ini adalah biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya operasi dan pemeliharan variabel. V-14

15 No Jenis Biaya 1 Insentif 2 Biaya Gaji 3 Jasa Reparasi & Perawatan 4 Pemakaian air 5 Bahan kimia 6 Suku cadang 7 Material lain Kenaikan dan penurunan besarnya biaya ini mengikuti jumlah energi listrik yang dihasilkan. Dalam penghitungan komponen biaya ini, yang perlu diperhatikan adalah adanya eskalasi atau kenaikan harga (biaya) dari masingmasing komponen biaya. Untuk perhitungan biaya tiap tahun tanpa memasukkan komponen eskalasi harga adalah dengan menjumlahkan keseluruhan biaya tersebut dalam waktu satu tahun, kemudian menjumlahkan dengan biaya di tahuntahun berikutnya selama masa pembelian tenaga listrik (sesuai PPA). Kemudian membaginya dengan energi listrik total yang dihasilkan selama waktu itu. Biaya reparasidan perawatan juga termasuk biaya reparasi dan perawatan peralatan pemroses sampah awal. Biaya operasi dan pemeliharaan variabel (O&Mvar) tiap tahun : O & M var( I BG( R & P( PA( Ch( SC( M ( I = Biaya Insentif, rupiah BG = Biaya gaji, rupiah R&P = Biaya jasa reparasi dan perawaatan, rupiah PA = Biaya pemakaian air, rupiah Ch = Biaya bahan kimia, rupiah R = Biaya Retribusi, rupiah SC = Biaya Suku Cadang, rupiah M = Biaya Material lain, rupiah V-15

16 Biaya operasi dan pemeliharaan variabel (O&Mvar) total (selama masa pembelian tenaga listrik) tanpa adanya faktor eskalasi biaya : O & M var O & M var(1) O & M var(2)... O & M var( n = masa pembelian energi listrik, tahun Biaya operasi dan pemeliharaan variabel (O&Mvar) total (selama masa pembelian tenaga listrik) dengan adanya faktor eskalasi biaya : O & M var O & M var(1) O & M var(2)... O & M var( O & M var( O & M var( n 1) (1 r) n = Masa pembelian energi listrik, tahun r = Tingkat eskalasi biaya, % Sehingga komponen D (biaya operasi dan pemeliharaan variabel) dapat dihitung sebagai berikut : Komponen D : O & M var n 1 Energi( O&Mvar = Biaya operasi dan pemeliharaan variabel (O&Mvar) total (selama masa pembelian tenaga listrik) n 1 Energi( = Produksi energi listrik total pembangkit (selama masa pembelan energi listrik) Dalam menghitung harga jual energi pembangkit listrik tenaga sampah swasta hendaknya mencari harga yang seoptimal mungkin yang artinya V-16

17 menguntungkan antara produsen (investor) dan pembeli (PT. PLN (Persero)). Untuk memenuhi hal tersebut perlu diketahui bagaimana pengaruh tiap parameter perhitungan komponen harga jual listrik swasta terhadap harga dan parameterparameter yang lain. Dalam bab ini akan diadakan simulasi perhitungan harga jual listrik (studi perencanaa pembangkit listrik tenaga sampah dengan metode yang telah dikemukakan disertai dengan sensitivitas parameter-parameter yang terlibat terhadap hasil perhitungan. V.2. Data Perhitungan Harga Jual Energi PLTSa V.2.1. Data Umum Pembangkit Kapasitas terpasang pembangkit = 10 MW Faktor kapasitas = 85 % (tetap selama PPA) Pemakaian Energi sendiri = 5 % PPA = 20 tahun Produksi listrik tiap tahun = 70,737,000 kwh Produksi listrik 20 tahun = 1,414,740,000 kwh Pajak pendapatan = 30 % Rp/$ USD = 9050 ROI = 16,2 % Data di atas diperoleh dari sebuah investor swasta yang akan melakukan pembangunan PLTSa. V.2.2. Biaya Investasi Kebutuhan dan alokasi biaya investasi PLTSa yang direncanakan adalah sebagai berikut : V-17

18 No Jenis Investasi 1 Lahan dan Persiapan Lahan $445, Infrastruktur $994, Pekerjaan Sipil dan Gedung $3,314, Peralatan Pembangkit $9,944, Peralatan Penyimpanan dan Kendaraan $300, Peralatan Pemeliharaan $1,190, Biaya Pengembangan Proyek $1,104, Biaya Konstruksi 9 Biaya Implementasi dan Persiapan Operasi $414, Untuk biaya pekerjaan sipil dan peralatan pembangkit telah termasuk ke biaya konstruksi (instalasi) Waktu depresiasi masing-masing aset adalah sebagai berikut : No Jenis Investasi Waktu depresiasi (Th) 1 Lahan dan Persiapan Lahan 2 Infrastruktur 15 3 Pekerjaan Sipil dan Gedung 15 4 Peralatan Pembangkit 15 5 Peralatan Penyimpanan dan Kendaraan 15 6 Peralatan Pemeliharaan 15 7 Biaya Pengembangan Proyek 15 8 Biaya Konstruksi 9 Biaya Implementasi dan Persiapan Operasi 15 Total biaya investasi untuk pembangunan pembangkit tersebut adalah USD 17,708,116 atau sekitar Rp 160,258,450, dengan kurs rupiah/$ USD sebesar V.2.3. Pendanaan Pendanaan proyek pembangkit tersebut berasal dari dua pihak yaitu investor dan pinjaman bank. Jumlah dana dari kedua pihak berikut kondisikondisinya adalah sebagai berikut : V-18

19 Pinjaman bank PINJAMAN JANGKA PANJANG Jumlah 10,624,870 Bunga 9.00% Jangka Waktu Pengembalian 10 Cicilan pokok per tahun 1,062,487 *Jumlah Biaya dalam USD Biaya pengembalian pokok pinjaman per tahun menggunakan metode pengembalian tetap per tahun. Yaitu dengan membagi jumlah pijama dengan jumlah waktu pengembalian (10 tahu. Sehingga didapatkan biaya pengembalian pokok per tahun sebesar USD 1,062,487. Investor Jumlah dana investasi dari investor adalah USD 7,083,246. Dengan demikian perbandingan antara investor dengan pinjaman bank adalah 60 % : 40 %. V.2.4. Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit yang direncanakan adalah sebagai berikut : No Biaya Operasi & Pemeliharaan USD Rp 1 Biaya Pegawai 610, ,523,305, Overhaul Overhead Consumables Pemeliharaan & Kontrak 535, ,841,750, Asuransi 17, ,258, Asumsi eskalasi biaya operasi dan pemeliharaan = 0 % Pada perencanaan pembangkit ini biaya operasip dan pemeliharaan tetap dan variabel dinyatakan dalam bentuk komposisi dari biaya operasi dan pemeliharaan total. Untuk biaya operasi dan pemeliharaan tetap nilainya adalah 80 % dari total V-19

20 biaya operasi dan pemeliharaan. Sedangkan biaya operasi dan pemeliharaan variabel besarnya adalah 20 % dari total biaya operasi dan pemeliharaan. Dalam perencanaan hendaknya biaya operasi dan pemeliharaan tetap dan variabel dinyatakansecara jelas dan terpisah untuk memudahkan evaluasi. V.2.5. Biaya bahan bakar Untuk biaya bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ini besarnya adalah 0. Karena sampah yang digunakan sebagai bahan bakar secara gratis. V.3. Perhitungan Komponen Biaya Harga Jual Energi Listrik V.3.1. Komponen A Biaya Depresiasi Berikut ini adalah biaya depresiasi tiap aset berikut waktu depresiasinya. No Jenis Investasi USD Rp 1 Lahan dan Persiapan Lahan 445,000 4,027,250,000 Waktu Depresiasi (Th) 2 Infrastruktur 994,475 9,000,000, Pekerjaan Sipil dan Gedung 3,314,917 30,000,000, Peralatan Pembangkit 9,944,751 90,000,000, Peralatan Penyimpanan dan Kendaraan 300,000 2,715,000, Peralatan Pemeliharaan 1,190,000 10,769,500, Biaya Pengembangan Proyek 1,104,972 10,000,000, Biaya Konstruksi 0 9 Biaya Implementasi dan Persiapan Operasi 414,000 3,746,700, Total 17,708, ,258,450,000 Biaya depresiasi total tiap tahun adalah sebesar USD 1,150,874 atau mencapai Rp 10,415,413,333 per tahun selama 15 tahun. V-20

21 Sehingga biaya depresiasi selama 20 tahun masa operasi pembangkit (perjanjian pembelian energi listrik) adalah USD 17,263,116 atau Rp 156,231,200, Biaya Bunga Biaya bunga tiap tahun adalah sebagai berikut : Tahun Biaya Bunga (USD) Biaya bunga (Rp) 1 956, ,653,956, , ,788,560, , ,923,165, , ,057,769, , ,192,373, , ,326,978, , ,461,582, , ,596,186, , ,730,791, , ,395, Sehingga biaya bunga selama 20 tahun masa produksi energi listrik adalah sebesar USD 5,259, atau Rp 47,596,759, EBT Dengan menggunakan formula berikut : NP( EBT ( (1 tax) Didapatkan EBT selama 20 tahun adalah USD 32,813, EBITDA selama 20 tahun adalah USD 55,336, V-21

22 Sehingga diperoleh nilai dari komponen A adalah : Atau = USD /kWh = Rp /kWh Depresiasi Bunga EBT n 1 n 1 Energi( EBITDA Energi( V.3.2. Komponen B dan Komponen D Berikut adalah daftar biaya operasi dan pemeliharaan pembangkit : No Biaya Operasi & Pemeliharaan USD Rp 1 Biaya Pegawai 610, ,523,305, Overhaul Overhead Consumables Pemeliharaan & Kontrak 535, ,841,750, Asuransi 17, ,258, Pada biaya operasi dan pemeliharaan ini, biaya pemeliharaan keseluruhan dimasukkan ke dalam biaya pemeliharaan dan kontrak. Total biaya operasi dan pemeliharaan tiap tahun adalah USD 1,163, atau Rp 10,525,313, Biaya operasi dan pemeliharaan tetap dan variabel dinyatakan dalam komposisi terhadap biaya operasi dan pemeliharaan total. Biaya operasi dan pemeliharaan tetap mencapai 80 % dari jumlah biaya V-22

23 operasi dan pemeliharaan total, sedangkan Biaya operasi dan pemeliharaan variabel mencapai 20 % dari jumlah biaya operasi dan pemeliharaan total Sehingga biaya operasi dan pemeliharaan tetap adalah tiap tahun USD 930, atau Rp 8,420,251, Sehingga biaya operasi dan pemeliharaan variabel tiap tahun adalah USD 232, atau Rp 2,105,062, Tidak terdapat eskalasi biaya operasi dan pemeliharaan. Biaya operasi dan pemeliharaan tetap selama 20 tahun adalah USD 18,608, atau Rp 168,405,023, Biaya operasi dan pemeliharaan variabel selama 20 tahun adalah USD 4,652, atau Rp 42,101,255, Sehingga nilai dari komponen B adalah : USD18,608, ,414,740,000 kwh = USD = Rp 119 /kwh Nilai dari komponen D adalah : USD 4,652, ,414,740,000 kwh = USD = Rp /kwh V.3.3. Komponen C Nilai komponen C diasumsikan 0 karena bahan bakar yang digunakan adalah sampah yang diperoleh dengan tanpa mengeluarkan biaya. Hal ini dikarenakan sampah yang masuk PLTSa justru dikenakan biaya tipping fee. Biaya tipping fee merupakan biaya yang harus dibayar oleh pihak yang membuang sampah di PLTSa. V-23

24 V.3.4. Harga Jual Energi Listrik (Rp/kWh) Harga jual energi listrik yang dihasilkan oleh PLTSa ini adalah merupakan penjumlahan komponen biaya pembanagkitan A, B, C, dan D. Diperoleh haraga Rp/kWh = Pada harga jual tersebut didapatkan nilai IRR = 12,14 % dan waktu pengembalian investasi 6,65 tahun. V-24

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi Hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi energi tahunan apabila turbin dinaikkan kapasitas debitnya atau jumlah turbin dilipatgandakan.

Lebih terperinci

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH V-BUMD15 REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH 2013-2014 1. Daftar isian ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai profil dari Perusahaan BUMD Tahun 2013-2014.

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Analisis Biaya/Manfaat. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Analisis Biaya/Manfaat. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Analisis Biaya/Manfaat Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Pendahuluan Pengembangan sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainya. Investasi artinya dikeluarkanya

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA 10.1. Pengantar Kebutuhan pangan semakin hari semakin banyak seiring dengan perkembangan penduduk, sementara itu ketersediaan lahan pertanian semakin menyempit dengan makin

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN A. UMUM 1. Definisi Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan. 2. Klasifikasi Konstruksi Dalam Pengerjaan

Lebih terperinci

Konsep Bisnis dan Asumsi asumsi Dasar dalam Proyek Pengelolaan Sampah Kota dengan Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (PPP) Bogor, 26 May 2016

Konsep Bisnis dan Asumsi asumsi Dasar dalam Proyek Pengelolaan Sampah Kota dengan Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (PPP) Bogor, 26 May 2016 Konsep Bisnis dan Asumsi asumsi Dasar dalam Proyek Pengelolaan Sampah Kota dengan Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (PPP) Bogor, 26 May 2016 1 Mengapa Energi dari Sampah Siapa yang ingin memiliki

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan

Lebih terperinci

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara Tahun

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PROYEK

PERKIRAAN BIAYA PROYEK Halaman 1 dari Pertemuan 5 Pertemuan 5 PERKIRAAN BIAYA PROYEK 5.1 KEGUNAAN a. Bagi Pemilik, menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. b. Bagi Konsultan, diajukan kepada pemilik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi EVALUASI EKONOMI Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi 1. Modal yang ditanam A.Modal tetap, meliputi : letak pabrik gedung utilities pabrik

Lebih terperinci

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah) Berikut di bawah ini merupakan (contoh) ilustrasi sederhana penyajian laporan keuangan yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Komparatif; 2. Laporan Laba Rugi Komparatif; 3. Catatan Atas

Lebih terperinci

Teknik Analisis Biaya / Manfaat

Teknik Analisis Biaya / Manfaat Teknik Analisis Biaya / Manfaat Komponen Biaya Biaya Pengadaan (procurement cost) Biaya Persiapan Operasi (start-up cost) Biaya Proyek (project-related cost) Biaya Operasi (ongoing cost) dan Biaya Perawatan

Lebih terperinci

Analisis Biaya Proyek

Analisis Biaya Proyek Manajemen biaya proyek (Project Cost Management) Analisis Biaya Proyek Drs. Antok Supriyanto, MMT. 1-33 Pendahuluan Pengembangan SI merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek yang lain.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN LISTRIK 2014 (KUESIONER LISTRIK 2014)

PEDOMAN PENGISIAN SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN LISTRIK 2014 (KUESIONER LISTRIK 2014) PEDOMAN PENGISIAN SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN LISTRIK 2014 (KUESIONER LISTRIK 2014) Kegiatan ketenagalistrikan adalah kegiatan yang melakukan pembangkitan tenaga listrik, pengoperasian jaringan transmisi

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional. 1. Departemen Operasi. 2. Departemen Permeliharaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional. 1. Departemen Operasi. 2. Departemen Permeliharaan 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional PT. PLN (Persero) Pembangkitan PLTGU Cilegon merupakan perusahaan jasa yang dalam menghasilkan listrik melibatkan

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

Analisa Luasan Area Parkir

Analisa Luasan Area Parkir Analisa Luasan Area Parkir Manajemen Pengelolaan Kehadiran dan keberadaan manajemen properti diperlukan baik oleh sektor privat maupun sektor publik yang memiliki dan/atau menggunakan properti, baik dalam

Lebih terperinci

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah 4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca 4.2.1 Aset Lancar 1 Kas di Kas Daerah 116.164.546.318,61 68.969.942.094,24 Saldo Kas di Kas Daerah sebesar Rp 116.164.546.318,61 merupakan saldo Kas Pemerintah Kota Cimahi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

Pendapatan JUMLAH PENDAPATAN Belanja Pegawai Belanja Tidak Langsung

Pendapatan JUMLAH PENDAPATAN Belanja Pegawai Belanja Tidak Langsung PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENJABARAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM, KEGIATAN, KELOMPOK, JENIS, OBYEK, RINCIAN OBYEK PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Dalam hal kontrak kerja sama di bidang usaha hulu Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah men

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Dalam hal kontrak kerja sama di bidang usaha hulu Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. BIAYA OPERASI. PPH. Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 118) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS BIAYA/MANFAAT

TEKNIK ANALISIS BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISIS BIAYA/MANFAAT PENDAHULUAN Pengembalian sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013 JUMLAH (Rp.) BERTAMBAH / (BERKURANG) KD. REK. URAIAN ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI (Rp.) % 1 2 3 4.

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST

ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST ANALISIS WAKTU PERGANTIAN ALAT BERAT JENIS WHEEL LOADER DENGAN METODE LEAST COST Alifudin Salim NRP : 0021003 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT 1. Pendahuluan Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber sumber daya

Lebih terperinci

BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA

BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA 67 BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA Bab ini membahas mengenai biaya yang dibutuhkan pada saat proses produksi serta

Lebih terperinci

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA OPERASI YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

Lebih terperinci

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010 PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah

Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN TAHUN ANGGARAN : 20 Urusan Pemerintahan : 2.0 Kelautan dan Perikanan Organisasi : 2.0.0 Dinas Kelautan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Menara BTS 2.1.1 Pengertian Menara BTS Menara BTS adalah tower yang yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa

Lebih terperinci

Konsepsi Proyek Pengembangan Produk

Konsepsi Proyek Pengembangan Produk 1 Konsepsi Proyek Pengembangan Produk Pengembangan produk adalah suatu program/proyek yang mempunyai kebutuhan dana, waktu dan performance (Quality) tertentu Pengembangan produk biasanya berkaitan dengan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO Vika Arini 1), Siti Qomariyah 2), Agus Hari Wahyudi 3 ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA - SKPD

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA - SKPD DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA - SKPD PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN TAHUN ANGGARAN : 2017 Urusan Pemerintahan : 4.02 Pemerintah Umum Organisasi : 4.02.05 BADAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya

Lebih terperinci

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 Draft 7 Maret 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 TENTANG JUAL BELI, SEWA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Muniya Alteza Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya sbb: 1. Biaya-biaya pabrik (disebut pula biaya overhead pabrik) 2. Biaya-biaya distribusi (disebut pula biaya penjualan)

Lebih terperinci

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 73 Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang motif memegang kas, aliran kas dalam perusahaan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA ANGGARAN DASAR PADA SAAT INI PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR REFERENSI

PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA ANGGARAN DASAR PADA SAAT INI PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR REFERENSI Usulan AD WIKA (Matriks) (12-06-2015) 1 PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA -MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA- ------- ---------------------- Pasal 3 ----------------------------------- 1. Maksud

Lebih terperinci

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BIAYA OVERHEAD PABRIK Pert 14 BIAYA OVERHEAD PABRIK T E A M T E A C H I N G U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2016 Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

Sistem Informasi [Kode Kelas]

Sistem Informasi [Kode Kelas] Sistem Informasi [Kode Kelas] [ Chapter 10] Teknik Analisis Biaya (CBA) dan Manfaat Dedy Alamsyah, S.Kom, M.Kom [NIDN : 0410047807] Definisi Analisis Biaya Menurut Mulyadi (1990), Analisis biaya merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN URAIAN HPP/WIP/PJ 50A GAJI DAN UPAH 63,606,368,604.41 50B UPAH LEMBUR 3,569,980,299.11 50C BIAYA PAJAK PPH PASAL 21 2,723,583,860.63 50D IURAN DANA PENSIUN 6,177,179,939.00 50E ASSURANSI TENAGA

Lebih terperinci

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M) BIAYA MODAL/ CAPITAL COST Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik dikalikan dengan faktor penyusutan Biaya modal / Capital Cost (CC) dirumuskan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1 Berdasarkan hasil analisis data dari studi kasus analisis risiko kredit pada pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Proyek Menurut UU No. 17 Tahun 2008, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai operator pelabuhan dituntut untuk bertanggung jawab terhadap aset negara. Dalam

Lebih terperinci

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN GAS (KUESIONER GAS)

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN GAS (KUESIONER GAS) SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN GAS (KUESIONER GAS) Perusahaan/usaha gas adalah perusahaan/usaha yang melakukan kegiatan penyediaan serta pengoperasian jaringan transmisi dan distribusi gas kepada rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11 1 11/DKSP TANGGAL 1 JUNI 2015 PERIHAL KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. UMUM 1. Apa saja pertimbangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA Lampiran II Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 20 Tahun 2012 Tanggal : 31 Desember 2012 PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 URAIAN 2012 2011 ASET ASET LANCAR 542.612.350.899,40

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI MTAUFIQ

MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI MTAUFIQ MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI MTAUFIQ Sebuah rental video yang sudah cukup berkembang pesat ingin mengembangkan sistem dengan cara membangun sistem informasi berbasis komputer yang cukup handal untuk

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL Hadi Paramu FEB UNEJ APA ASPEK KEUANGAN DALAM BISNIS? Ada dua kegiatan penting dalam pengelo-laan keuangan bisnis: Penggalian dana: darimana dana bisnis diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada pengalaman Estimasi Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA DAN MANFAAT

ANALISA BIAYA DAN MANFAAT ANALISA BIAYA DAN MANFAAT Pertemuan 13 Tambahan Pendahuluan Di dalam mengembangkan suatu sistem informasi perlu dipertimbangkan investasi yang dikeluarkan sebab menyangkut kepada dana perusahaan. Jika

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Pinjaman Yang Diberikan 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SURAT PENELITIAN LAMPIRAN 1 SURAT PENELITIAN LAMPIRAN 2 LAPORAN POSISI KEUANGAN K E T E R A N G A N PER 31 DESEMBER 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014 Hal. 1/2 Hal. 2/2 PER 31 DESEMBER

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS SAMPAH DI PROVINSI DKI JAKARTA, KOTA TANGERANG, KOTA BANDUNG, KOTA SEMARANG, KOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Asumsi-Asumsi Pembangunan 4.1.1. Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek Berdasarkan keterangan yang diperoleh, pelaksanaan pembangunan proyek telah dimulai sejak awal

Lebih terperinci

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan

Lebih terperinci

PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Konstruksi dan Infrastruktur Infrastruktur: Jalan Tol Jasa Marga Listrik PLN Kereta api PT. KA Komunikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku III. METODE PENELITIAN A. Umum Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku maupun jurnal-jurnal yang membahas tentang studi kelayakan, yang dapat menambah pengetahuan tentang

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5863 KEUANGAN. Perumahan Rakyat. Tabungan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 55) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin meningkat di masyarakat dan semakin tingginya kebutuhan listrik saat ini yang belum sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

BALANCE SHEET. (laporan Posisi Keuangan NERACA)

BALANCE SHEET. (laporan Posisi Keuangan NERACA) BALANCE SHEET (laporan Posisi Keuangan NERACA) Laporan Keuangan yang menyajikan ASET, KEWAJIBAN DAN MODAL. Aktiva/Aset : Sumber2 eokonomi yang duharapkan memberi manfaat di masa mendatang yang cukup pasti,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN A. Kebutuhan Penyesuaian Penentuan besarnya pendapatan dan beban yang harus dilaporkan pada akhir periode akuntansi bisa mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan para

Lebih terperinci