STUDI KELAYAKAN. PENDIRIAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) BIDANG ILMU : KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KELAYAKAN. PENDIRIAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) BIDANG ILMU : KESEHATAN"

Transkripsi

1 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) BIDANG ILMU : KESEHATAN Ikatan Dokter Indonesia Persatuan Perawat Nasional Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia Ikatan Bidan Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia Ikatan Apoteker Indonesia Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) 2014

2 KATA PENGANTAR Sesuai amanah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 60 ayat (2) yang menyebutkan bahwa akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai akuntabilitas publik. Pada ayat (3) disebutkan bahwa akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka. Selanjutnya, mengacu kepada UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pasal 55 ayat (5) menyebutkan bahwa akreditasi program studi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga akreditasi mandiri. Atas dasar hal tersebut maka sebanyak 7 organisasi profesi (IDI, PDGI, PPNI, IBI, IAI, IAKMI, PERSAGI) dan 7 Asosiasi Institusi Pendidikan (AIPKI, AFDOKGI, AIPNI, AIPKIND, APTFI, AIPTKMI dan AIPGI) dengan didukung oleh Health Professional Education Quality Project-Dikti Kemendikbud RI bersepakat membentuk badan hukum perkumpulan yang diberi nama Lembaga Akreditasi Mandiri Kesehatan atau di singkat dengan LAM-PTKes. Anggaran Dasar LAM-PTKes menyebutkan bahwa 7 organisasi profesi dan 7 asosiasi institusi pendidikan tersebut adalah pendiri yang selanjutnya disebut sebagai Dewan LAM-PTKes. Dewan LAM-PTKes melakukan Rapat Anggota yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan LAM-PTKes. Dalam Rapat Anggota, Dewan LAM-PTKes telah memutuskan beberapa hal penting, diantaranya adalah pemilihan Ketua Dewan LAM-PTKes, pengesahan tata tertib rapat anggota, dan Studi Kelayakan LAM-PTKes. Studi kelayakan LAM- PTKes mencakup hal-hal sebagi berikut: 1) Dasar pemikiran, 2) Ruang lingkup program studi, 3) Landasan hukum pendirian LAM-PTKes, 4) Analisa peta jalan (road map) pengembangan LAM- PTKes, 5) Analisa pasar, 6) Analisa sumber daya, 7) Analisa pembiayaan, 8) Kebijakan pengelolaan, dan 9) Sistem penjaminan mutu. i

3 Dengan telah disahkannya studi kelayakan LAM-PTKes oleh Dewan LAM-PTKes melalui Rapat Anggota, maka studi kelayakan dapat digunakan sebagai acuan oleh Pengurus untuk menjalankan organisasi ini sebaik-baiknya agar dapat mencapai maksud dan tujuan perkumpulan yaitu; menjamin proses pendidikan dan lulusan pendidikan tinggi kesehatan, memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kegiatan penilaian program studi, dan menentukan kelayakan program studi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Ketua Dewan LAM-PTKes, Prof. dr. Errol Untung Hutagalung, Sp. B., SpOT(K) ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Daftar Isi... Daftar Kotak... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... RINGKASAN EKSEKUTIF... hal. i iii vi viii ix x xi I. PENDAHULUAN Gambaran Umum Berbagai Pertimbangan dalam Pendirian LAM-PTKes Alasan-Alasan Penting dan Kemendesakan Pendirian LAM-PTKes Kredibilitas LAM-PTKes Asumsi Asumsi Dasar dan Kondisi Pembatas Uraian Metodologi yang Digunakan dalam Memprediksi Masa Depan Model Kerja LAM-PTKes Manfaat dan Dampak Pendirian LAM-PTKes Visi dan Misi LAM-PTKes Tujuan LAM-PTKes Ruang lingkup Program Studi II. ANALISIS KONDISI BADAN HUKUM PEMRAKARSA LAM-PTKes Bentuk dan Status Organisasi Pemrakarsa Pendirian LAM-PTKes Bukti Dukungan Kesepakatan Pendirian LAM-PTKes Berita Acara Pemilihan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes III. ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN LAM-PTKes Status Legal dan Pengakuan Terhadap LAM-PTKes Rancangan Sistem dan Prosedur Akreditasi LAM-PTKes Prosedur Akreditasi Program Studi iii

5 Instrumen Akreditasi Program Studi yang Disusun Berdasarkan SNPT Kebijakan dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Mekanisme Keterbukaan dan Akses oleh Publik Mekanisme Pengajuan dan Penanganan Keluhan dari Stakeholder Keberlangsungan Kegiatan Akreditasi Analisis Keberlanjutan Layanan Akreditasi oleh LAM-PTKes Analisis tentang Proyeksi Kebutuhan Masyarakat akan Layanan 80 Akreditasi Program Studi Rancangan Peraturan dalam Melakukan Akreditasi Rencana Pelaksanaan Review/Evaluasi Kepada BAN-PT Kecukupan Sumber Daya Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia untuk Akreditasi Sumber Daya Manusia untuk Kantor LAM-PTKes Sumber Daya Finansial Sumber Daya Sarana dan Prasarana Sarana Prasarana Administrasi dan Tatakelola Sistem Penjaminan Mutu Internal maupun Penjaminan Mutu Eksternal LAM- PTKes Indikator Kinerja Penentu Dashboard LAM-PTKes Menyusun Profil Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan Menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes Rencana Strategis Jangka Panjang dan Menengah Rencana Strategis Jangka Panjang Rencana Strategis Jangka Menengah Standar dan Kriteria untuk Menjalankan Akreditasi Program Studi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Instrumen Akreditasi Program Studi Pendidikan Dokter Instrumen Akreditasi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi iv

6 Instrumen Akreditasi Program Studi Pendidikan Ners Instrumen Akreditasi Program Studi Pendidikan Diploma III Keperawatan Instrumen Akreditasi Program Studi Pendidikan Diploma III Kebidanan Standar Pendidikan Profesi Dokter Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Standar Pendidikan Profesi Keperawatan Standar Pendidikan Kebidanan Sistem/Pedoman Tata Pamong (governance) dan Tata Kelola Kebijakan Tata Kelola LAM-PTKes Kebijakan Tata Laksana LAM-PTKes Sistem Pengambilan Keputusan Akreditasi Kemandirian Kedudukan dan Hubungan Kerja LAM-PTKes dengan Organisasi Induk yang Memerakarsai Pendirian LAM-PTKes Pedoman Akreditasi untuk Mengatasi Konflik Kepentingan dalam Setiap Keputusan Akreditasi yang Dikeluarkan Rancangan Sistem dan Peraturan untuk Menjamin Kemandirian Anggota LAM-PTKes Uraian dan Justifikasi Jaminan LAM-PTKes Tidak Bisa Diintervensi Uraian dan Justifikasi Kemandirian LAM-PTKes dari Segi Dana, Sarana dan Prasarana IV. KESIMPULAN Jaminan Atas Pencapaian Tujuan Dan Kemandirian LAM-PTKes Penting dan Mendesaknya Pendirian LAM-PTKes Ukuran Kelayakan Tekno Ekonomis, Sosial, Budaya, Politis dan Legalitas Jaminan Kelayakan, Viabilitas Finansial dan Pertumbuhan Organisasi LAM-PTKes Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Kesiapan Pelaksanaan Akreditasi LAM-PTKes Skenario Pembiayaan LAM-PTKes REFERENSI LAMPIRAN v

7 DAFTAR KOTAK Hal. Kotak 1.1 : Peran LAM-PTKes dalam Interprofesionalisme Kotak 1.2 : Besarnya Pasar LAM-PTKes Kotak 1.3 : Pertumbuhan Pasar Kotak 1.4 : Potensi Surplus pada Pasar LAM-PTKes Kotak 1.5 : Persepsi tentang Nilai Tambah Akreditasi Kotak 1.6 : Persepsi tentang Nilai Tambah dalam Industri Pendidikan Tinggi 32 Kesehatan... Kotak 1.7 : Harapan Pasar Kotak 1.8 : Kecenderungan Pasar Kotak 1.9 : Skenario Pembiayaan LAM-PTKes Kotak 1.10: Penawaran Nilai Tambah oleh LAM-PTKes Kotak 1.11: Jalur-jalur Penyampaian Nilai Tambah LAM-PTKes Kotak 1.12 : Bina Relasi dengan Pelanggan yang dapat dikembangkan oleh LAM- 37 PTKes... Kotak 1.13 : Mitra Utama LAM-PTKes Kotak 1.14 : Struktur Biaya dalam Model Kerja LAM-PTKes Kotak 1.15 : Pendapatan Potensial LAM-PTKes Kotak 1.16 : Sumber Pendapatan Potensial Lain untuk LAM-PTKes Kotak 1.17 : Kalau Tarif Akreditasi oleh LAM-PTKes Mau Dibuat Nihil seperti BAN- PT Kotak 1.18 : Beban Kuantitatif dan Kualitatif dalam Membentuk Pool Asesor dan Fasilitator Kotak 3.1 : Membentuk Dewan Penyantun sebagai Langkah Konkret Pertama Pendanaan LAM-PTKes Kotak 3.2 : Penerapan Standar Biaya Khusus (SBK) untuk Akreditasi Program Studi Kesehatan sebagai Langkah Konkret Kedua Pendanaan LAM-PTKes Kotak 3.3: Langkah Konkret Ketiga Pendanaan LAM-PTKes melalui Pola Tarif Akreditasi Kotak 3.4: Sistem Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web LAM-PTKes 125 Kotak 3.5: Manfaat Profil Prodi Kesehatan dalam Dashboard LAM-PTKes Kotak 3.6: Dashboard LAM-PTKes Harus Mampu Mendukung Keempat Proses Analisis dalam Proses Akreditasi vi

8 Kotak 3.7: Keterkaitan Dashboard LAM-PTKes dengan Sistem Uji Kompetensi dan Sistem Sertifikasi Tenaga Kesehatan Kotak 3.8: Standar Akreditasi Menggunakan Model CPU Harus Termasuk dalam Penilaian Kapasitas Program Studi pada Profil Program Studi di Dashboard LAM-PTKes Kotak 3.9: Transparansi adalah Syarat Mutlak untuk Dashboard LAM-PTKes Kotak 3.10: Dashboard LAM-PTKes Memudahkan Penerapan Pendidikan 130 Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan... vii

9 DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 1.1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Gambar 1.2 : Quality Cascade Gambar 1.3 : Conceptualization production Usability (CPU) Gambar 1.4 : Siklus Akuntabilitas Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Gambar 1.5 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gambar 1.6 : Porter's Five Forces that Shape Industry Competition Gambar 1.7 : Matriks Derajat Dampak dan Ketidakpastian Gambar 1.8 : Perlunya Pendanaan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluaran Gambar 1.9 : Dinamika Penetapan Tarif Gambar 1.10: Perlunya Penetapan Tarif untuk Menyeimbangkan Rencana Pendapatan dengan Rencana Pengeluaran LAM-PTKes Gambar 1.11: Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) Gambar 1.12: Organogram LAM-PTKes sebagai Badan Hukum Perkumpulan Gambar 1.13: Peta Model Kerja LAM-PTKes Gambar 3.1 : Peta Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes Gambar 3.2 : Siklus Continuous Quality Improvement (CQI) dalam Akreditasi oleh LAM- PTKes Gambar 3.3 : Langkah Strategis Berdasarkan SWOT Gambar 3.4 : Model Perencanaan Gambar 3.5: Iklim Organisasi yang Dinamis Gambar 3.6 : Jenis Pembelajaran Organisasi Berdasarkan Sifat Umpan Baliknya Gambar 3.7 : Peta Proses Kerja LAM-PTKes viii

10 DAFTAR TABEL Hal Tabel 1.1 : Jumlah Program Studi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes tahun Tabel 1.2 : Karakteristik Responden menurut Program Studi, Institusi Pendidikan, Asosiasi/Organisasi/Ikatan Tabel 2.1 : Bentuk dan Status Organisasi Badan Hukum Pendiri LAM-PTKes Tabel 3.1 : Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes Tabel 3.2 : Kebutuhan Tim Penilai LAM-PTKes untuk Tabel 3.3 : Kebutuhan Tenaga untuk Kantor LAM-PTKes Tabel 3.4 : Perhitungan Biaya Langsung (Direct Cost) Akreditasi Prodi (dalam Rp ,-) 113 Tabel 3.5 : Perhitungan Biaya Total Akreditasi Program Studi Direct Cost 113 (dalam Rp ,-)... Tabel 3.6 : Perhitungan Biaya Operasional Kantor LAM-PTKes Tahun (dalam Rp ,-) Tabel 3.7 : Perhitungan Biaya Satuan Akreditasi Program Studi Direct Cost dan Indirect Cost (dalam Rp ,-) Tabel 3.8 : Rencana Pengembangan Instrumen Akreditasi LAM-PTKes Tabel 3.9 : Indikator Kinerja Penentu LAM-PTKes Tabel 3.10 : Manfaat Sistem Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web Tabel 3.11 : Rencana Strategis LAM-PTKes Tabel 3.12 : Rencana Akreditasi Program Studi LAM-PTKes Tahun Tabel 3.13 : Asumsi dalam Mewujudkan Langkah Strategis s/d Visi Tabel 3.14 : Asumsi dalam Rencana Strategis LAM-PTKes Tabel 3.15 : Peta Perjalanan Prospektif LAM-PTKes Tahun Tabel 4.1 : Profil dari Dua Skenario Pembiayaan LAM-PTKes ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Akta Pendirian Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia Disingkat Perkumpulan LAM-PTKes. 21 Januari 2014 Lampiran 2 : Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes tahun 2014 Lampiran 3 : Analisis SWOT Lampiran 4 : Matriks SWOT Lampiran 5 : Pemikiran Strategis Lampiran 6 : Kesepakatan Pendirian LAM-PTKes Indonesia Lampiran 7 : SK Task Force LAM-PTKes Agustus 2011 Lampiran 8 : Berita Acara Pemilihan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes Lampiran 9 : Prosedur Pelaksanaan Akreditasi Lampiran 10 : Manual Book LAM-PTKes Lampiran 11 : Perhitungan Biaya LAM-PTKes x

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Pemikiran untuk membentuk suatu lembaga akreditasi pendidikan tinggi kesehatan diawali tahun 2010 melalui fasilitasi oleh Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality / HPEQ), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Fasilitasi oleh HPEQ meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Bimbingan teknis (technical assistance) yang dilakukan oleh konsultan akreditasi pendidikan tinggi dari Bank Dunia; 2) Penyusunan Naskah Akademik; 3) Studi banding (benchmarking) di Amerika Serikat dan Kanada untuk 4 bidang ilmu, yaitu : dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan; 4) Pertemuan Organisasi Profesi (OP) dan Asosiasi Institusi Pendidikan (AIP) dari 7 bidang ilmu kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, gizi, kesehatan masyarakat, dan farmasi Sebaran program studi pendidikan dokter, dokter gigi, keperawatan, kebidanan, gizi, farmasi, dan kesehatan masyarakat menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1. Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sebaran program studi pendidikan dokter, dokter gigi, keperawatan, kebidanan, gizi, farmasi, dan kesehatan masyarakat menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2. Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun Berbagai Pertimbangan dalam Pendirian LAM-PTKes 1. Alasan-Alasan Penting Dan Kemendesakan Pendirian LAM-PTKes adalah sebagai berikut : 1. Pendirian LAM-PTKes merupakan amanah dari UU Pendidikan Tinggi No. 12 Tahun 2012 yang membagi dua lembaga akreditasi (BAN-PT dan LAM). LAM-PTKes akan menjadi lembaga akreditasi yang melakukan akreditasi terhadap program studi bidang ilmu kesehatan. 2. Peningkatan mutu kualitas pendidikan kesehatan merupakan hal utama untuk dihasilkannya tenaga kesehatan yang prima, oleh sebab itu dalam melaksanakan fungsinya LAM-PTKes akan menggunakan instrumen, proses kerja, dan tim penilai yang spesifik sesuai dengan bidang keilmuannya. 3. Sampai saat ini tercatat 2950 program studi dari 7 bidang ilmu kesehatan (kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, gizi, keperawatan, kebidanan, kesehatan masyarakat), namun belum xi

13 semua program studi sudah terakreditasi. Demikian pula masih banyak program studi dari 17 bidang ilmu kesehatan di luar 7 bidang keilmuan yang sudah masuk LAM-PTKes yang harus diakreditasi. Pada dasarnya sudah terjadi backlog akreditasi program studi kesehatan. 2. Kredibilitas LAM-PTKes Kredibilitas LAM-PTKes dilandasi pada Nilai Dasarnya yaitu Amanah dan Mandiri. Amanah berarti segenap proses akreditasi oleh LAM-PTKes dilakukan sesuai dengan standar akreditasi yang telah ditetapkan dan menjunjung tinggi akuntabilitas publik. Mandiri berarti akreditasi dilakukan dengan dukungan finansial anggota dan usaha perkumpulan yang sah secara hukum sebagai bentuk peran serta masyarakat (bottom up effort) untuk menjamin akuntabilitas dan kualitas pendidikan profesi kesehatan. Selanjutnya keputusan tentang akreditasi yang dikeluarkan oleh perkumpulan didasarkan atas standar intelektualitas dan akuntabilitas yang menjunjung nilai-nilai etika dan moral professional tertinggi tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau campur tangan pribadi dan atau golongan tertentu. Uraian Metodologi yang Digunakan Dalam Memprediksi Masa Depan Untuk memberikan berbagai ilustrasi tentang kemungkinan kondisi yang akan dihadapi LAM- PTKes di masa depan, maka metodologi yang digunakan adalah Pengembangan Skenario (Scenario Building). Skenario bukan merupakan prediksi dari masa depan, melainkan gambaran tentang beberapa aspek dari masa depan yang memungkinkan [1]. Pengembangan Skenario digunakan sebagai metode ekploratif atau perangkat dalam pembuatan keputusan untuk memaparkan berbagai opsi yang tersedia dan konsekuensi dari masing-masing opsi tersebut di masa depan. Berdasarkan matriks Derajat Dampak dan Ketidakpastian pada Gambar 1.7, diperoleh skenario yang akan berdampak pada keberlanjutannya (sustainibility) LAM-PTKes, yaitu : 1. LAM-PTKes keseluruhannya dibiayai oleh Pemerintah; 2. LAM-PTKes sama sekali tidak dibiayai oleh Pemerintah; 3. LAM-PTKes sebagian dibiayai oleh Pemerintah. xii

14 Dari ketiga skenario tersebut diatas, yang akan diuji kelayakannya hanyalah 2 skenario, yaitu : 1) LAM-PTKes sama sekali tidak dibiayai oleh Pemerintah; 2) LAM-PTKes sebagian dibiayai oleh Pemerintah. Hal tersebut dilakukan karena pembiayaan LAM-PTKes secara keseluruhan oleh Pemerintah sudah pasti layak seperti halnya dengan BAN-PT yang keseluruhannya dibiayai oleh Pemerintah. Kesimpulan Berdasarkan Tabel 4.1. Profil dari 2 Skenario Pembiayaan LAM-PTKes, dapat dilihat bahwa pada Skenario Pembiayaan LAM-PTKes, skor pada skenario tanpa biaya Pemerintah (Independen) adalah lebih tinggi (skor 48) daripada skenario subsidi biaya parsial dari Pemerintah (skor 32). Hal ini menunjukan bahwa : 1) Apabila tanpa bantuan Pemerintah, LAM-PTKes dapat bekerja lebih mandiri, atau lebih terbebas dari turut campur berbagai kepentingan, di dalam melaksanakan misinya untuk merealisasikan mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global; 2) Pasar program studi kesehatan LAM-PTKes yang independen cukup memadai untuk digarap, sepanjang LAM-PTKes merupakan satu-satunya lembaga akreditasi mandiri untuk pendidikan tinggi kesehatan; 3) Bantuan / subsidi dari Pemerintah, walaupun parsial, akan membantu prodi, terutama program studi yang berada di daerah-daerah terpencil, untuk mampu membayar tarif akreditasi LAM-PTKes. Bantuan/subsidi dari Pemerintah ini dapat membantu proses transisi program studi dalam melaksanakan proses akreditasi yang sebelumnya gratis menjadi berbayar. xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Pendidikan kesehatan di Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar akibat: 1) meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang bermutu terlepas dari status sosial ekonomi masyarakat; 2) arus globalisasi yang sangat deras sangat besar pengaruhnya terhadap pelayanan kesehatan; 3) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas dan beragam kondisi geografis, sosial, budaya dan ekonominya membuat sistem pelayanan kesehatannya menjadi sangat rumit. Permasalahan kesehatan yang dapat berbeda di berbagai daerah tertentu memerlukan pendekatan dan kebutuhan tenaga kesehatan yang berbeda dengan daerah lainnya. Tidak kalah pentingnya, distribusi tenaga kesehatan yang tidak tersebar secara merata antar satu daerah dengan daerah lainnya. Pelayanan kesehatan tertarik kearah dua kutub yang berlawanan. Sebagian masyarakat masih memerlukan pelayanan kesehatan dasar, sedangkan sebagian masyarakat lainnya sudah membutuhkan pelayanan kesehatan yang canggih. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sering tidak memberikan solusi oleh karena tidak digunakan secara bijaksana oleh tenaga kesehatan, khususnya dokter. Arus globalisasi yang besar pengaruhnya, terutama kesepakatan-kesepakatan regional maupun internasional mengakibatkan mobilitas tenaga kesehatan antar negara. Hal ini dapat merupakan ancaman, tetapi di sisi lain justru merupakan peluang bagi tenaga kesehatan kita. Kondisi ini merupakan tantangan yang tidak ringan bagi institusi pendidikan profesi tenaga kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas (quality), dalam jumlah yang cukup dan tersebar merata (quantity and distribution), serta relevan dengan kebutuhan kesehatan masyarakat (relevance). Menghadapi kondisi ini, diperlukan penataan sistem pendidikan tenaga kesehatan yang mendasar agar dapat mengatasi kompleksitas pelayanan kesehatan yang saat ini dialami dan dapat mengantisipasi kebutuhan di masa depan. Dibutuhkan kemampuan kompetensi individu tenaga kesehatan dan kemampuan institusi pendidikan kesehatan menjalankan programnya sesuai dengan standar pendidikan melalui akreditasi. 1

16 Pemikiran untuk membentuk suatu lembaga akreditasi pendidikan tinggi kesehatan diawali tahun 2010 melalui fasilitasi oleh Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality / HPEQ), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Fasilitasi oleh HPEQ meliputi halhal sebagai berikut : 1) Bimbingan teknis (technical assistance) yang dilakukan oleh konsultan akreditasi pendidikan tinggi dari Bank Dunia; 2) Penyusunan Naskah Akademik; 3) Studi banding (benchmarking) di Amerika Serikat dan Kanada untuk 4 bidang ilmu, yaitu : dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan; 4) Pertemuan Organisasi Profesi (OP) dan Asosiasi Institusi Pendidikan (AIP) dari 7 bidang ilmu kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, gizi, kesehatan masyarakat, dan farmasi Pendidikan Profesi Kedokteran Peningkatan mutu lulusan dokter yang pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan merupakan upaya yang terus menerus harus dilakukan oleh semua institusi pendidikan dokter di Indonesia. Hal ini sejalan dengan perkembangan kebijakan pendidikan tinggi yang mementingkan peningkatan mutu dan akuntabilitas pendidikan tinggi dan program studi. Agar pendidikan dokter dapat terjamin mutunya, maka dibutuhkan standar pendidikan profesi yang menjadi panduan penyelenggaraan pendidikan dokter. Pada tahun 2006 Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensahkan standar pendidikan profesi dokter yang dipergunakan oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran Indonesia. Standar pendidikan profesi dokter ini sudah mengalami revisi pada tahun Untuk melakukan penilaian apakah suatu institusi pendidikan dokter telah memenuhi standar pendidikan yang telah ditetapkan, maka diperlukan proses akreditasi. Proses akreditasi ini bertujuan untuk memicu peningkatan mutu pendidikan, dan menilai apakah standar mutu yang telah ditetapkan telah terpenuhi. Sistem akreditasi yang akan dipergunakan harus disepakati dan dipercaya oleh institusi pendidikan, mahasiswa, organisasi profesi dokter, masyarakat, dan sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan yang berlaku. Kepercayaan harus dibangun berdasarkan kompetensi akademik, efisiensi dan perlakuan yang sama. Karakteristik in harus dipahami oleh semua pihak yang menggunakan lulusan dokter, dan dengan demikian sistem ini harus transparan. 2

17 Struktur kurikulum pendidikan profesi dokter terdiri atas dua tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi dokter. Tahap sarjana kedokteran dilakukan minimal 7 semester (112 minggu atau minimal 4480 jam atau minimal 144 SKS) dan diakhiri dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Tahap profesi dokter dilakukan minimal 3 semester (minimal 72 minggu atau minimal 2880 jam) di RS Pendidikan dan wahana pendidikan lain, serta diakhiri dengan gelar Dokter (dr). Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan/ strategi SPICES (Student-centred, Problem-based, Integrated, Community-based, Elective/Early Clinical Exposure, Systematic). Kurikulum pendidikan dokter di tingkat institusi terdiri dari muatan yang disusun berdasar Standar Kompetensi Dokter yang disahkan oleh KKI dan muatan lokal. Beban muatan lokal maksimal 20% dari seluruh kurikulum. Muatan lokal kurikulum institusi dikembangkan oleh setiap institusi sesuai dengan visi, misi dan kondisi lokal, yang dapat merupakan materi wajib dan atau materi elektif. Materi elektif memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat khusus. Sebaran program studi kedokteran menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Tabel 1.1 : Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun 2014 Bidang Ilmu Vokasi Akademik Spesialis Profesi D3 S1 S2 S3 Sp-1 Sp-2 Total Dokter Dokter Gigi Perawat Bidan Farmasi Gizi Kesmas Keterapian Fisik, Keteknisan Medis, Perawat Gigi, dll Total Sumber: Data Forlap Dikti diambil dari forlap.dikti.go.id, 2014 Data Spesialis, Sub Spesialis, dan Profesi diperoleh dari evaluasi.dikti.go.id dan sumber primer HPEQ

18 Sebaran program studi kedokteran menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun Pendidikan Dokter Gigi Peningkatan mutu lulusan dokter gigi yang pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan merupakan upaya yang berkesinambungan harus dilakukan oleh semua institusi pendidikan dokter gigi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan perkembangan kebijakan pendidikan tinggi yang mementingkan peningkatan mutu dan akuntabilitas pendidikan tinggi dan program studi. Agar pendidikan dokter gigi dapat terjamin mutunya, maka dibutuhkan standar pendidikan yang menjadi panduan penyelenggaraan pendidikan dokter gigi. Pada tahun 2006 Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensahkan standar pendidikan dokter gigi yang dipergunakan oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran gigi Indonesia. Standar pendidikan dokter gigi ini sudah mengalami revisi pada tahun Peningkatan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan gigi dan mulut merupakan tujuan utama pendidikan dokter gigi. Menurut Standar Pendidikan Dokter Gigi, program studi pendidikan dokter gigi adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk menghasilkan dokter gigi yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer dan merupakan pendidikan kedokteran gigi dasar sebagai pendidikan universitas. Pendidikan dokter gigi dasar terdiri dari dua tahap, yaitu (1) tahap akademik dan (2) tahap profesi dokter gigi. Kedua tahapan ini merupakan satu kesatuan proses pendidikan yang dikelola oleh program studi pendidikan dokter gigi. Program studi pendidikan dokter gigi mengelola program akademik dan profesi dokter gigi untuk: (1) menguasai, memanfaatkan, mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dalam bidang kedokteran gigi, (2) mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan budaya yang berkaitan dengan bidang kedokteran gigi, serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan bidang kedokteran gigi dan kesehatan. Program studi pendidikan dokter gigi dapat berada di bawah naungan suatu fakultas sebagai program studi tunggal atau sebagai suatu program studi di antara beberapa program studi lain yang dikelola fakultas. 4

19 Sebaran program studi pendidikan dokter gigi menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sedangkan sebaran program studi pendidikan dokter gigi menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun Pendidikan Perawat Perkembangan sistem pendidikan keperawatan belum secara utuh dilaksanakan, karena regulasi pendidikan mulai dari perijinan ditangani oleh dua kementerian, yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini membawa dampak adanya kebijakan ganda dalam regulasi pendidikan Diploma III Keperawatan berupa: Perijinan, mekanisme seleksi, ujian, penerbitan ijasah dan akreditasi pendidikan yang berbeda antara kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah institusi pendidikan yang tidak terkendali, perbedaan standar dan kualitas pengelolaan, serta mutu lulusan. Kebijakan ganda tersebut telah diatasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri: No. 07/XII/SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; dan No. 420/1072/2010 tentang Pengelolaan Institusi Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan Milik Pemda, dan SKB 2 Menteri: No. 14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang Penyelenggaraan Politeknik Kesehatan Yang Diselenggarakan Oleh Kementerian Kesehatan. Namun demikian, SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tersebut belum cukup jelas sehingga belum mampu menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan terutama pada tingkat Diploma Keperawatan. Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru sampai penyelenggaraan wisuda. Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor 310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan. Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan program pendidikan Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. 5

20 Dengan demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners (S.Kep, Ns). Banyak pihak yang tidak dapat membedakan antara SKp. dan S.Kep. sehingga beberapa institusi merekrut S.Kep. sebagai perawat profesional padahal mereka belum memiliki kemampuan sebagai perawat karena belum mengikuti pendidikan profesi (Ns.). Sebagai akibat dari hal tersebut banyak lulusan yang tidak mengikuti pendidikan sampai tahap profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan profesi yang menjadi 2 (dua) tahap semakin dikukuhkan dengan diterbitkannya Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan profesi adalah pendidikan setelah sarjana. Sampai saat ini penyelenggaraan pendidikan Ners menjadi 2 (dua) tahap masih terus berlangsung. Namun, UU tersebut belum diikuti dengan Peraturan Pemerintah, yang mengatur tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan tahap akademik dan profesi yang terpisah diperlakukan sebagai program studi yang terpisah juga. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setiap program studi harus memiliki ijin tersendiri, sedangkan untuk memperoleh ijin pendirian tahap profesi ada berbagai persyaratan yang terpenuhi diantaranya program studi tahap akademik (Sarjana Keperawatan) terlebih dahulu harus terakreditasi. Sedangkan untuk memperoleh akreditasi memerlukan waktu untuk proses di BAN PT. Hal ini berakibat tertundanya ijin penyelenggaraan tahap profesi. Disamping itu, dengan perlakuan sebagai program studi yang terpisah, pengelola harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai program studi terutama ketersediaan SDM dosen dan lahan praktik. Hal tersebut semakin menyulitkan penyelenggaraan tahap profesi. Hingga saat ini, jumlah program studi Ilmu Keperawatan jenjang S1 berjumlah: 309, sementara yang telah mendapat ijin penyelenggaraan program studi profesi (Ners): 62, ditambah 112 program studi telah mendapat hibah ijin penyelenggaraan yang harus segera diikuti dengan proses perijinan. Padahal keperawatan sebagai profesi, mewajibkan pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan utuh dan tidak terpisah atau terhenti sampai di tahap akademik. Pengembangan jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-2) yaitu Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi telah dimulai sejak tahun 1998 yang mencakup: Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan 6

21 Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Sebaran program studi pendidikan keperawatan menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sedangkan sebaran program studi pendidikan keperawatan menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun Pendidikan Diploma III Kebidanan Program diploma kebidanan III diarahkan pada lulusan yang menguasai kemampuan dalam bidang kerja yang bersifat rutin maupun yang belum akrab dengan sifat-sifat maupun kontekstualnya, secara mandiri dalam pelaksanaan maupun tanggung jawab pekerjaannya, serta mampu melaksanakan pengawasan dan bimbingan atas dasar keterampilan manajerial yang dimilikinya. Beban studi program diploma kebidanan III sekurang-kurangnya 110 SKS dan sebanyak-banyaknya 120 SKS yang dijadwalkan untuk 6 semester dan dapat ditempuh dalam waktu sekurang-kurangnya 6 semester dan selama-lamanya 10 semester setelah pendidikan menengah atas. Dengan perhitungan beban kerja untuk 1 SKS kuliah sama dengan 1 jam kuliah (50 menit), 1 SKS praktikum/praktek sama dengan 2 jam (120 menit) kerja, dan 1 SKS PKL sama dengan 4 jam (240 menit) kerja, diiringi oleh sekitar 2 jam kegiatan terstruktur dan sekitar 2 jam kegiatan mandiri. Dengan demikian total jam beban kerja praktikum/praktek/pkl untuk diploma kebidanan III bidang non-ips = 70% (setara dengan 1627 jam paket), dan bidang IPS = 60% (setara dengan 1267 jam paket). Sebaran program studi pendidikan diploma III kebidanan menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sedangkan sebaran program studi pendidikan diploma III kebidanan menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM- PTKes Tahun Pendidikan Gizi a. Pendidikan vokasi Kendala PTIG pada jenjang pendidikan diploma adalah banyaknya lembaga pendidikan penyelenggara dan beragam kualitas calon mahasiswa karena belum dikembangkannya sistem seleksi bersama atau minimum standard kualitas input mahasiswa. Dari segi kurikulum pada 7

22 umumnya relatif sama dengan memberi kesempatan masing-masing PTIG mengembangkan muatan lokal. Dari segi kualitas proses dapat dilihat dari gelar dosen dan bidang gelar diperoleh, serta dari penerima akreditasi A. Dari segi gelar dosen sebagian besar telah bergelar magister, tetapi kelemahannya gelar magister yang diperoleh pada umumnya adalah magister science atau magister yang tidak linier (bidang magister yang diraih pada umumnya bidang kesehatan masyarakat, bukan di bidang gizi atau dietetik). Rasio mahasiswa dan dosen tetap juga beragam mulai dari rasio 8:1 sampai 15:1 yang menunjukkan kualitas input dan proses juga beragam. Masalah ketimpangan sarana belajar dan laboratorium juga tampak bila dibandingkan antara PTIG wilayah barat dan wilayah timur, dan anatara PTIG negeri dan swasta. Belum semua prodi diploma gizi meraih akreditasi unggul (A) yang dinilai secara internal Kemenkes. b. Pendidikan akademik (S1, S2 dan S3) Forum komunikasi pengembangan ilmu gizi telah menetapkan standar kurikulum program S1 Ilmu Gizi pada tahun 2003 yang sudah disosialisasikan ke Dirjen Dikti. Sampai saat ini sudah ada 20 institusi pendidikan yang menyelenggarakan program S1 Ilmu Gizi terdiri dari 8 institusi negeri dan 12 Institusi swasta. namun baru 35% yang terakreditasi oleh BAN-PT. PTIG Strata 1 (jalur akademik) seharusnya memiliki sarana laboratorium dan sarana perpustakaaan serta dosen-dosen bergelar S2 dan S3 dalam bidang terkait gizi. Bagi PTIG negeri kualitas calon mahasiswa cukup baik dan tidak terlalu beragam karena penjaringan mahasiswa baru umumnya mengikuti sistem yang diberlakukan bersama untuk semua PTN di Indonesia. Dari segi kurikulum pada umumnya relatif sama karena menggunakan kurikulum hasil konsensus PERSAGI dan PERGIZI PANGAN tahun 2003 dengan memberi kesempatan masing masing PTIG mengembangkan muatan lokal. Rasio mahasiswa dan dosen cukup bervariasi antara 8:1 sampai 15:1 yang menunjukkan kualitas input dan proses juga beragam. Kendala sarana belajar dan laboratorium juga tampak bila dibandingkan antara PTIG S1 di Jawa dan luar Jawa, dan antara PTIG negeri dan swasta. Jumlah prodi S1 gizi yang sudah teakreditasi baru 7 (40%) institusi. Institusi yang meraih akreditasi unggul (A) baru satu (5 %), dan 6 lainnya mendapat akreditasi B. Hal ini mencerminkan perlunya berbagai upaya untuk meningkatkan mutu proses PTIG. Banyaknya PTIG S1 akan berdampak bertambahnya sarjana gizi di masa datang, yang memerlukan sistim pengembangan dunia kerja, sertifikasi dan pengembangan karir lulusan S1-gizi. 8

23 Jumlah PTIG dengan program pasca sarjana amat terbatas dan semuanya oleh PTN sehingga pengembangan ilmu gizi amat sangat lambat kemajuannya. Permasalahannya sama dengan permasalahanan umumnya pendidikan pasca bidang eksakta di Indonesia, yaitu minimnya fasilitas laboratorium dan laboratorium riset untuk penelitian-penelitian gizi. Jumlah guru besar di bidang Ilmu Gizi yang masih terbatas juga menjadi masalah dalam pengembangan inovasi-inovasi baru di bidang gizi oleh mahasiswa S-3 gizi. Sampai saat ini karena lembaga PTIG pasca terbatas maka belum pernah ada kurikulum konsesus nasional yang dikembangkan lintas PTIG dan oleh organisasi profesi. Upaya ke arah ini sudah dilakukan tetapi belum sampai pada konsensus nasional. Pengembangan kurikulum PTIG selama ini oleh masing-masing PTIG dilakukan dengan mengacu kurikulum dari mancanegara dan masukan dari pengguna. c. Pendidikan profesi Pendidikan profesi gizi di Indonesia dimulai tahun 2007 berdasarkan Kepmenkes No 374/Menkes/SKIII/2007 tentang Standar Profesi Gizi dan No 161/Menkes/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan dengan mengacu pada UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui jalur vokasi dan jalur akademik. Sampai dengan tahun 2011 hanya ada satu institusi yang menyelenggarakan pendidikan profesi dietisien yaitu di Universitas Gajah Mada. Sementara untuk pendidikan teknikal dietisien sudah dilakukan di 32 institusi pendidikan gizi (terdiri dari 27 negeri dan 5 swasta). Dengan adanya perubahan regulasi maka ditemukan ketidaksesuaian antara regulasi Diknas yang mengatur tentang pendidikan profesi di bidang gizi dengan istilah profesi yang berasal dari lulusan DIII pada regulasi Depkes. Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa pendidikan profesi dilakukan setelah pendidikan sarjana (S1), sementara menurut regulasi Depkes, pendidikan profesi termasuk lulusan DIII. Di dalam pelaksanaan pendidikan profesi dietisien dijumpai berbagai kendala antara lain perijinan dan rasio Clinical Instructure (CI) atau Instruktur Pendidikan Profesi (IPP). Menurut peraturan yang ada, penyelenggara harus menjadi program studi sendiri yang tentunya akan memerlukan persyaratan tersendiri, baik berupa Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana serta prasarana lainnya. Rasio CI / IPP dibandingkan mahasiswa yang ditetapkan di Yogyakarta adalah 1:2. Hal ini dirasakan berat karena jumlah CI / IPP di lahan praktek yg memenuhi persyaratan masih sangat terbatas Oleh karena itu pada pertemuan AIPGI di Bogor 9

24 bulan April tahun 2011 diusulkan rasio CI / IPP dibanding mahasiswa menjadi 1 : 4. Usulan ini sedang diproses untuk mendapat persetujuan dari KIGI. Kendala lain yaitu Instruktur Internship CI / IPP yang sudah mengikuti pelatihan ITFI namun belum mendapat gelar RD. Hasil pertemuan Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) di Bogor pada November 2010 mengusulkan instruktur yang belum mendapatkan gelar RD dapat diproses untuk mendapatkan penyesuaian RD. Sebaran program studi pendidikan gizi menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sedangkan sebaran program studi pendidikan gizi menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun Pendidikan Farmasi Jenis Dan Jenjang Pendidikan Tinggi Farmasi Jenis dan jenjang Pendidikan Tinggi Farmasi di Indonesia saat ini meliputi: 1. Program pendidikan akademik: a. Pendidikan Sarjana (S-1), yaitu program Pendidikan Sarjana Farmasi b. Pendidikan Magister/ Master (S-2), umumnya program Pendidikan Magister Ilmu Farmasi. c. Pendidikan Doktor (S-3). 2. Program pendidikan profesi: a. Pendidikan profesi, yaitu program Pendidikan Apoteker. b. Pendidikan spesialis, yaitu program Pendidikan Spesialis Farmasi Klinik. 3. Program pendidikan vokasi: Pendidikan diploma III (D-3), yaitu program pendidikan Ahli Madya Farmasi dan program pendidikan Analis Farmasi Dan Makanan. Pendidikan akademik difokuskan pada penguasan disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kefarmasian, pendidikan profesi difokuskan pada penguasaan keahlian profesional, sedangkan pendidikan vokasi difokuskan pada penguasaan ketrampilan teknis di bidang kefarmasian. Melalui jenis dan jenjang pendidikan yang ada, penyelenggara pendidikan farmasi mempersiapkan tenaga kefarmasian untuk memenuhi kebutuhan di berbagai fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia. 10

25 Pendidikan Akademis (S-1, S-2, & S-3) Secara internasional jenjang pendidikan akademis memiliki pola yang sama, yaitu Pendidikan Sarjana (4th: S-1), Master (2th: S-2), dan Doktor (3th: S-3). Pada jenjang pendidikan S-1 di Indonesia secara umum terdapat 2 (dua) kelompok minat / konsentrasi yaitu (1) Farmasi Klinik & Komunitas, dan (2) Sain & Teknologi Farmasi. Kondisi yang sama dijumpai di Thailand yang juga mempunyai dua minat tersebut pada program PharmD. Pada jenjang S-2 kelompok minat yang berkembang antara lain bidang Pencarian Obat Baru, Analisis Farmasi, Teknologi Farmasi, Manajemen Farmasi, Manajemen Farmasi Rumah Sakit, Bahan Obat Alam, dan Bioteknologi. Sedangkan jenjang S-3 lebih bervasiasi dan bersifat spesifik bergantung pada fokus penelitiannya. Pendidikan pada jenjang S-2 dan S-3 secara internasional diselenggarakan melalui 3 (tiga) pola pendidikan yaitu: (1) by research, (2) by course, (3) kombinasi keduanya. Sedangkan pendidikan S-2 dan S-3 Farmasi di Indonesia umumnya diselenggarakan dalam pola kombinasi antara kuliah dan penelitian. Pendidikan Profesi (Apoteker dan Apoteker Spesialis) Apoteker memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan, mulai dari pencarian senyawa obat baru, perancangan bentuk sediaan, produksi, distribusi,sampai ke pelayanan sediaan farmasi dan edukasi kepada pasien. Profesi farmasi terus berkembang seiring dengan meningkatnya keterlibatan tenaga kefarmasian dalam hal penetapan dan pengelolaan terapi obat serta monitoring dan konsultasi pasien. Beberapa negara menyelenggarakan pendidikan profesi secara bertahap, yaitu pendidikan sarjana dalam waktu 4 tahun dan dilanjutkan dengan pendidikan profesi (pre-registration training; internship) selama 1 tahun. Pola ini bisa dijumpai di Australia, Malaysia, Singapura, maupun Indonesia. Di beberapa negara (universitas) pendidikan farmasi ada yang diselenggarakan melalui 2 jalur yaitu: (1) Bachelor of Pharmacy, dan (2) Bachelor of Pharmaceutical Sciences. Program pendidikan profesi dalam bentuk pre-registration training selama 1 tahun hanya dapat diikuti oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan program Bachelor of Pharmacy. 11

26 Pendidikan Vokasi Pendidikan vokasional menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional masuk dalam jenjang pendidikan tinggi. Saat ini pendidikan vokasional bidang farmasi di Indonesia terdiri dari 2 (dua) program yaitu program pendidikan D-3 Farmasi dan program pendidikan D-3 Analisa Farmasi & Makanan. Mulai ada institusi yang merintis pendidikan D-4 Farmasi namun yang terdaftar baru 1 (satu) institusi. Pendidikan vokasional farmasi yang dikenal di USA meliputi pendidikan Diploma 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun dengan lingkup pendidikan bervariasi (medication preparation, pharmacy computing, inventory & billing etc). Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), lulusan pendidikan D-3 minimal memiliki jenjang kualifikasi 5 (lima). Kualifikasi yang harus dimiliki oleh lulusan D-3 antara lain mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, mampu menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif, serta mampu bertanggung-jawab pada pekerjaan sendiri. Pernyataan kualifikasi ini masih bersifat umum, oleh karena itu perlu disusun pernyataan kualifikasi khusus sesuai dengan spesifikasi lulusan pendidikan vokasi (D-3) bidang farmasi. Pernyataan kualifikasi bagi lulusan pendidikan vokasi (D-3) bidang farmasi harus dapat menggambarkan dengan jelas perbedaan kualifikasi untuk lulusan jenjang vokasi (D-3 Farmasi dan D-3 Analis Farmasi & Makanan) dengan lulusan jenjang S-1 (Sarjana Farmasi) maupun dengan lulusan jenjang profesi (Apoteker). Sebaran program studi pendidikan farmasi menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sedangkan sebaran program studi pendidikan farmasi menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes Tahun

27 Pendidikan Kesehatan Masyarakat Pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat Pendidikan sarjana kesehatan masyarakat adalah jenjang pendidikan pendidikan akademik tingkat sarjana dengan delapan kompetensi utama, dengan prinsip dasar KKNI yaitu sarjana kesehatan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memahami prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat, keterampilan sebagai pelaksana, serta kemampuan mempimpin dan bekerja bersama dalam suatu tim. Kompetensi penunjang dan kompetensi lain dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peminatan dan karakteristik yang spesifik dari perguruan tinggi berdasarkan kebutuhan lokal. Peminatan yang ditawarkan pada peserta adalah delapan peminatan yang ada, namun apa yang ditawarkan pada mahasiswa tergantung dari perkembangan keilmuan dari masing-masing universitas. Jumlah SKS minimal adalah 144 maksimal 160 (Kepmendiknas 232 tahun 2000) untuk memenuhi delapan kompetensi utama dan kompetensi penunjang dan kompetensi lainnya. Pendidikan Profesi Kesehatan Masyarakat Pendidikan profesi dibentuk dengan mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan profesi adalah pendidikan setelah sarjana. Pendidikan profesi yang dimaksud dalam naskah akademik ini adalah pendidikan profesi dalam rumpun ilmu kesehatan masyarakat. Pendidikan profesi akan dilaksanakan oleh organisasi profesi. Kompetensi profesi yang diharapkan dari pendidikan profesi, mengacu pada delapan kompetensi utama dari pendidikan kesehatan masyarakat dalam level 7 dari KKNI dengan penekanan pada ketrampilan aplikatif yang spesifik di lapangan sesuai bidang peminatan. Kompetensi ini didisain agar dapat dicapai selama kurang lebih satu tahun. Kompetensi masing-masing profesi ditetapkan sebagai lampiran oleh masing-masing kolegium yang bernaung di bawah IAKMI. Peserta didik untuk program profesi ini adalah multi entry atau dengan perkataan lain dapat berasal dari lulusan S1 non kesehatan, atau D4 yang terkait dengan kesehatan dengan melalui penyetaraan (bridging program). Penyetaraan dikelompokkan menjadi: Lulusan S1 kesehatan, S1 tahun non kesehatan, dan lulusan D4 kesehatan. Lulusan progam ini disebut ahli, setelah menyelesaikan SKS. Dengan komposisi lebih besar untuk praktek di lapangan. Peserta program dinyatakan lulus sebagai profesi setelah menempuh ujian profesi yang dilaksanakan oleh organisasi profesi bekerja sama dengan kolegium. Dengan diperolehnya sertifikat profesi 13

28 maka peserta memiliki kompetensi standar profesi, yang ditandai dengan pengesahan pemerintah dalam bentuk Surat Tanda Registrasi (STR) oleh kementrian terkait. Institusi pendidikan tinggi kesehatan masyarakat yang berhak menyelenggarakan pendidikan profesi dalam rumpun ilmu kesehatan masyarakat adalah institusi yang telah mengembangkan bidang ilmu dalam bentuk departemen atau bagian. Pendidikan Magister Kesehatan Masyarakat Pendidikan Magister Kesehatan Masyarakat adalah jenjang pendidikan akademik pada level delapan, dengan deskripsi kemampuan untuk memahami teori dan aplikasi ilmu kesehatan masyarakat sesuai bidang minatnya, ketrampilan menyusun perencanaan berdasarkan hasil dan rekomendasi penelitian, sebagai pelaksana dan evaluator program, serta kemampuan memimpin dan bekerja bersama dalam suatu tim dan di masyarakat. Kompetensi penunjang dan kompetensi lain dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peminatan dan kecirian yang spesifik dari perguruan tinggi berdasarkan kebutuhan lokal. Jumlah SKS minimal adalah 48 maksimal 54 (Kepmendiknas 232 tahun 2000) dengan komposisi lebih besar pada peminatannya. Dalam program pendidikan kesehatan masyarakat dapat dibuka dua program magister yaitu magister sains dan magister terapan. Pendidikan Magister Sains Kesehatan Masyarakat Peserta didik Magister Sains, adalah lulusan sarjana kesehatan masyarakat. Program pendidikan magister sains lebih menitik beratkan pada penelitian akademik demi pengembangan keilmuan kesehatan masyarakat. Dalam program ini peserta didik memfokuskan diri pada penelitian guna mengembangkan keilmuan sesuai bidangnya dengan memecahkan masalah kesehatan masyarakat dalam bentuk Karya Tesis. Pendidikan Magister Terapan Kesehatan Masyarakat Peserta didik Magister Terapan, adalah lulusan profesi yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Dengan demikian paserta didik memiliki latar belakang pendidikan S- 2 yang beragam. Untuk memperkuat pengetahuan dasar kesehatan masyarakat maka dilakukan matrikulasi. Program pendidikan magister terapan lebih menitik beratkan penelitian aplikatif di tempat kerjanya untuk memecahkan masalah praktis kesehatan masyarakat dalam bentuk karya tulis paper. 14

29 Pendidikan Doktor Kesehatan Masyarakat Pendidikan Doktor Kesehatan Masyarakat adalah jenjang pendidikan akademik tingkat tertinggi atau tingkat kesembilan. Sesuai dengan deskriptor yang telah disusun, maka lulusan S3 kesehatan masyarakat mampu mengembangkan pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat, yang menghasilkan terobosan yang kreatif original dan teruji serta mempertanggungjawabkannya dalam forum ilmiah dan mampu mengadvokasikan hasil penelitiannya pada pemangku kebijakan. Jumlah SKS minimal adalah 52 maksimal 58 (kepmendiknas 232 tahun 2000) dengan komposisi setengahnya untuk penyusunan desertasinya. Dalam program pendidikan doktoral dapat dibuka dua program yaitu, Progam Doktor Sains dan Program Doktor Terapan. Pendidikan Doktor Sains Kesehatan Masyarakat Dalam program doktor sains, peserta didik adalah lulusan dari sarjana kesehatan masyarakat yang telah menempuh program magister kesehatan masyarakat. Lulusan ini didisain untuk memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan kesehatan melalui pendekatan inter dan antar disiplin, serta mampu mengelola dan mengembangkan riset bertaraf nasional maupun internasional. Oleh karena itu persyaratan kelulusan selain penelitian mandiri untuk menghasilkan Disertasi, juga mengirimkan 3 buah manuskrip untuk jurnal. Pendidikan Doktor Terapan Kesehatan Masyarakat Dalam program doktor terapan, peserta didik adalah lulusan dari magister terapan. Lulusan S- 3 Terapan ini didisain untuk memiliki ketrampilan dalam memecahkan permasalahan kesehatan melalui pendekatan inter dan antar disiplin, serta mampu memperbaiki kebijakan atau sistim kesehatan melakukan advokasi hasil dari penelitiannya dalam bentuk penulisan karya paper. Sebaran program studi pendidikan kesehatan masyarakat menurut strata dapat dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM-PTKes. Sedangkan sebaran program studi pendidikan kesehatan masyarakat menurut jenis institusi pendidikan dan geografis dapat dilihat pada Lampiran 2 Peta Prodi Kesehatan dalam Ruang Lingkup LAM- PTKes Tahun

30 1.2 Berbagai Pertimbangan dalam Pendirian LAM-PTKes Alasan-Alasan Penting Dan Kemendesakan Pendirian LAM-PTKes 1. Pendirian LAM-PTKes merupakan amanah dari UU Pendidikan Tinggi No. 12 Tahun 2012 yang membagi dua lembaga akreditasi (BAN-PT dan LAM). LAM-PTKes akan menjadi lembaga akreditasi yang melakukan akreditasi terhadap program studi bidang ilmu kesehatan. 2. Peningkatan mutu kualitas pendidikan kesehatan merupakan hal utama untuk dihasilkannya tenaga kesehatan yang prima, oleh sebab itu dalam melaksanakan fungsinya LAM-PTKes akan menggunakan instrumen, proses kerja, dan tim penilai yang spesifik sesuai dengan bidang keilmuannya. 3. Sampai saat ini tercatat 2950 program studi dari 7 bidang ilmu kesehatan (kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, gizi, keperawatan, kebidanan, kesehatan masyarakat), namun belum semua program studi sudah terakreditasi. Demikian pula masih banyak program studi dari 17 bidang ilmu kesehatan di luar 7 bidang keilmuan yang sudah masuk LAM- PTKes yang harus diakreditasi. Pada dasarnya sudah terjadi backlog akreditasi program studi kesehatan Kredibilitas LAM-PTKes Kredibilitas LAM-PTKes dilandasi pada Nilai Dasarnya yaitu Amanah dan Mandiri. Amanah berarti segenap proses akreditasi oleh LAM-PTKes dilakukan sesuai dengan standar akreditasi yang telah ditetapkan dan menjunjung tinggi akuntabilitas publik. Mandiri berarti akreditasi dilakukan dengan dukungan finansial anggota dan usaha perkumpulan yang sah secara hukum sebagai bentuk peran serta masyarakat (bottom up effort) untuk menjamin akuntabilitas dan kualitas pendidikan profesi kesehatan. Selanjutnya keputusan tentang akreditasi yang dikeluarkan oleh perkumpulan didasarkan atas standar intelektualitas dan akuntabilitas yang menjunjung nilai-nilai etika dan moral professional tertinggi tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau campur tangan pribadi dan atau golongan tertentu. Kredibilitas LAM-PTKes yang kontekstual dengan rencana penyelenggaraannya ditentukan oleh Nilai Operasional LAM-PTKes yaitu : 1. Continuous Quality Improvement (CQI); 2. Quality Cascade; 16

31 3. Conceptualization Production Usability (CPU); 4. Trustworthy; 5. Pendidikan Interprofesional sebagai Landasan Kolaborasi Interprofesional (Interprofessionalism). 1. CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT (CQI) Nilai Operasional ini merupakan komitmen untuk meningkatkan kinerja program studi. Agar mutu menjadi budaya pada program studi, maka diperlukan komitmen berupa Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1 di bawah. Gambar 1.1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Manajemen Program Studi Kualifikasi Lulusan sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) EVALUASI DIRI PERSIAPAN AKREDITASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERBAIKAN PASCA AKREDITASI PROGRAM STUDI Bimbingan Persiapan Akreditasi oleh FASILITATOR Akreditasi oleh ASESOR (Asesmen Kecukupan Asesmen Lapangan) SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL Pemantauan Perbaikan Akreditasi oleh FASILITATOR Keputusan Akreditasi 2. QUALITY CASCADE Nilai Operasional ini menuntut keterkaitan antara kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan di masyarakat. Sistem Akreditasi merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dalam rangkaian penjagaan kualitas sampai kepada kesehatan masyarakat yang berkualitas sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2 di bawah. Kegagalan dalam menjaga kualitas pada satu tahap / mata rantai, akan menyebabkan kegagalan dalam upaya mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang berkualitas. 17

32 Gambar 1.2 : Quality Cascade Kualitas Kesehatan Masyarakat Pengembangan Profesional Berkelanjutan Sistem Sertifikasi Kualitas Lulusan Kualitas Praktik Kualitas Institusi Sistem Akreditasi Kualitas Sistem Sistem Pendidikan Kesehatan 3. CONCEPTUALIZATION - PRODUCTION USABILITY (CPU) Nilai Operasional ini menuntut kesinambungan pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan sejak mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutannya sebagaimana terlihat di bawah ini. Standar Akreditasi Menggunakan Model CPU (Conceptualization Production Usability) Conceptualization : merupakan konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya. 1. Acuan 1.1. Nilai-nilai : mengacu kepada nilai-nilai mutu, keadilan, relevansi dan efektifitas 1.2. Masyarakat : mengacu kepada ciri-ciri dan prioritas kebutuhan kesehatannya 1.3. Sistem Kesehatan : mengacu kepada perkembangan sistem kesehatan setempat agar terpadu 1.4. Tenaga Kesehatan : mengacu kepada kebutuhan kualitatif dan kuantitatif (lihat 1.1, 1.2, 1.3) 2. Kegiatan 2.1. Mandat / amanat : Misi dan Tujuan prodi konsisten dengan Acuan (lihat 1) 2.2. Ruang Lingkup : terlibat dalam pengelolaan kesehatan pada wilayah dan masyarakat tertentu 18

33 2.3. Kemitraan : kemitraan dengan pemangku kepentingan utama di tingkat lokal dan nasional 2.4. Luaran yang diharapkan : definisi / justifikasi profil kompetensi lulusan (lihat Acuan) 3. Tata Kelola 3.1. Rencana Strategis : meliputi kegiatan dalam rencana pengembangan yang sudah disepakati 3.2. Manajemen : validasi, koordinasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan dari rencana 3.3. Sumber Daya : Mobilisasi sumber daya internal dan eksternal sesuai dengan Kegiatan (lihat 2) Production : adalah pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya. 4. Ruang Lingkup : pendidikan, penelitian dan pelayanan yang konsisten dengan Kegiatan (lihat 2) 5. Program Pendidikan 5.1. Tujuan dan substansi : konsisten dengan profil tenaga profesional kesehatan (lihat 2.4) 5.2. Struktur Kurikulum : pemaparan sejak dini dan berkelanjutan kepada isu-isu kesehatan di komunitas 5.3. Proses Pembelajaran : mengatasi persoalan kesehatan yang kompleks pada individu dan komunitas 5.4. Wahana Praktek : utamanya fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang berhubungan dengan tingkat pelayanan kesehatan lainnya 6. Mahasiswa 6.1. Penerimaan : kesempatan yang adil-merata dengan prioritas calon mahasiswa dari komunitas yang kurang mendapat pelayanan publik 6.2. Pengembangan Karir : mengarahkan dan membantu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang berkaitan dengan isu kesehatan prioritas 6.3. Evaluasi : mengacu kepada definisi / justifikasi profil kompetensi lulusan (lihat 2.4) 7. Dosen 7.1. Asal : beragam dari sektor kesehatan dan sosial 7.2. Kemampuan : berperan sebagai teladan mengacu kepada profil kompetensi lulusan (lihat 2.4) 19

34 7.3. Dukungan yang diberikan : pelatihan dan insentif untuk meningkatkan kemampuan dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan masyarakat 8. Penelitian : berkaitan dengan manajemen sistem kesehatan (lihat Acuan di butir 1, dan Usability di butir 10 dan 11) 9. Pelayanan/Pengabdian : pelayanan kesehatan dasar yang prima (lihat Usability dibutir 10 dan 11) Usability : merupakan upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya. 10. Pekerjaan Peluang Kerja : advokasi dan kemitraan untuk tumbuhnya profesi kesehatan yang menjadi prioritas Penempatan / penugasan : retensi dan distribusi lulusan sesuai kebutuhan (lihat 1.1 dan 1.2) Mutu pelayanan : mempertahankan kompetensi lulusan (lihat 2.4) Praktek : meningkatkan kondisi kerja di tingkat pelayanan kesehatan dasar (lihat butir 4, 9, 10) 11. Dampak Kemitraan : bersama pemangku kepentingan memperbaiki manajemen sistem kesehatan Imbas pada kesehatan : penurunan risiko dan promosi kesehatan dalam Ruang Lingkupnya (lihat 2.2, 2.3, 4) Promosi : diseminasi hasil Usability ke lembaga pembuat keputusan di tingkat lokal dan nasional 20

35 Gambar 1.3 : Conceptualization - Production Usability (CPU) Conceptualization (konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya) Production (pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya) Usability (upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya) 4. TRUSTWORTHY Nilai Operasional ini menuntut agar LAM-PTKes pantas dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi/ program studi; organisasi profesi / asosiasi institusi pendidikan; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional. Gambar 1.4 : Siklus Akuntabilitas Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Pemerintah : DPR; Kemendikbud; BAN-PT; Kemenkes; Kemenkeu LAM- PTKes Usaha/Industri : PTN; PTS;masyarakat pengguna; mahasiswa; Masyarakat internasional Civil Society: AIPKI; AFDOKGI; AIPKIND; AIPNI; AIPGI; AIPTKMI; APTFI; IDI; PDGI; IBI; PPNI; PERSAGI; IAKMI; IAI; MTKI; dsb. 21

36 Keterangan : AIPKI : Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia AFDOKGI : Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia AIPKIND : Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia AIPNI : Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia AIPGI : Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia AIPTKMI : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia APTFI : Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia IDI : Ikatan Dokter Indonesia PDGI : Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia IBI : Ikatan Bidan Indonesia PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia IAI : Ikatan Apoteker Indonesia MTKI : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia 5. PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL SEBAGAI LANDASAN KOLABORASI INTERPROFESIONAL (INTERPROFESSIONALISM) Kini sudah tidak cukup lagi bagi tenaga kesehatan untuk sekedar bersikap profesional. Dalam iklim globalisasi seperti saat ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap interprofesional. Kolaborasi Interprofesional bukan hanya sekedar bersepakat dan berkomunikasi, tetapi lebih merupakan sinergi dan kreasi. Kolaborasi Interprofesional terwujud bila 2 orang atau lebih dari profesi yang berbeda berinteraksi untuk menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin terjadi jika mereka bekerja sendiri-sendiri. Satu-satunya cara tenaga kesehatan dapat menerapkan Kolaborasi Interprofesional adalah melalui Pendidikan Interprofesional. Pendidikan Interprofesional terjadi saat 2 atau lebih profesi saling belajar bersama dari satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan mutu pelayanan kesehatan. Pendidikan Interprofesional mencakup semua pembelajaran di lingkungan akademik dan lingkungan kerja sejak sebelum sampai dengan setelah kualifikasi lulusan. 22

37 Pendidikan Interprofesional akan memicu Kolaborasi Interprofesional di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat sebagaimana terlihat pada Gambar 1.5. Gambar 1.5 : Pendidikan Interprofesional sebagai Pemicu Kolaborasi Interprofesional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan SISTEM KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Sistem Kesehatan dan Pendidikan Praktisi yang siap berkolaborasi Konteks Nasional Praktek Kolaboratif Sistem Kesehatan yang terpadu Pelayanan kesehatan yang optimal Peningkatan Kesehatan Tenaga kerja kesehatan Tenaga Kesehatan Sekarang dan di Masa Depan Pendidikan Kesehatan Interprofesional Sistem kesehatan yang fragmentasi KEBUTUHAN KESEHATAN NASIONAL Pendidikan Interprofesional Kesehatan adalah aplikasi nyata dari 4 Nilai Operasional LAM-PTKes yang pertama yaitu : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization - Production Usability (CPU); dan Trustworthy. Kotak 1.1 : Peran LAM-PTKes dalam Interprofesionalisme LAM-PTKes memiliki peran strategis untuk menerapkan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi pendidikan tinggi kesehatan. 23

38 Asumsi-Asumsi Dasar dan Kondisi Pembatas Asumsi adalah faktor-faktor eksternal yang menentukan keberhasilan program tetapi berada di luar kendali langsung pengelola program. Oleh karena itu, asumsi-asumsi tersebut di bawah ini merupakan kondisi pembatas dalam operasionalnya LAM-PTKes. 1. Akreditasi LAM-PTKes mendapat pengakuan internasional. 2. Ada komitmen nasional dari semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu program studi kesehatan. 3. Ada kolaborasi lintas disiplin bidang ilmu kesehatan dan lintas sektor, khususnya antar sektor pendidikan dan kesehatan. 4. Program studi kesehatan mampu memantau kinerja lulusannya di tempat tugasnya. 5. Kualitas lulusan dan praktisi tenaga kesehatan adalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna. 6. Sistem akreditasi program studi kesehatan bersifat transparan dan mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. 7. Tenaga kesehatan formal akan memperoleh kredensial hanya jika lulus dari program studi kesehatan yang sudah diakreditasi oleh LAM-PTKes. 8. Semua program studi kesehatan yang baru sudah diakreditasi terlebih dahulu oleh LAM- PTKes sebelum menerima mahasiswa baru. 9. Mendikbud secepatnya memberi pengakuan kepada LAM- PTKes. 10. Program studi mau mengajukan akreditasi ke LAM-PTKes walaupun harus membayar biaya akreditasi. 11. Program studi sadar bahwa tenaga kesehatan yang dihasilkannya perlu berkualitas. 12. Program studi dari berbagai jenjang dan jenis bidang ilmu kesehatan dalam satu fakultas/sekolah tinggi/politeknik mulai berkeinginan untuk saling menyelaraskan kurikulum dan proses pendidikan mahasiswanya. 13. LAM-PTKes memiliki tingkat kerja sama yang tinggi dengan profesi kesehatan dari berbagai jenjang dan jenis bidang ilmu kesehatan. 14. Ada hubungan kemitraan dalam penjaminan mutu pendidikan tinggi kesehatan antara LAM-PTKes dengan Pemerintah, Industri Pendidikan dan Kesehatan serta Masyarakat Sipil. 15. Ada mekanisme pendanaan akreditasi program studi berdasarkan Standar Biaya Keluaran dan sistem iuran/ arisan antar program studi. 16. Mulai 2015, LAM-PTKes mandiri dalam memenuhi biaya operasionalnya, walaupun untuk investasi masih bisa disubsidi melalui DIPA. 24

39 Uraian Metodologi yang Digunakan Dalam Memprediksi Masa Depan Untuk memberikan berbagai ilustrasi tentang kemungkinan kondisi yang akan dihadapi LAM- PTKes di masa depan, maka metodologi yang digunakan adalah Pengembangan Skenario (Scenario Building). Skenario bukan merupakan prediksi dari masa depan, melainkan gambaran tentang beberapa aspek dari masa depan yang memungkinkan [1]. Pengembangan Skenario digunakan sebagai metode ekploratif atau perangkat dalam pembuatan keputusan untuk memaparkan berbagai opsi yang tersedia dan konsekuensi dari masing-masing opsi tersebut di masa depan. Pengembangan Skenario terdiri atas 2 unsur utama yaitu penetapan skenario yang paling penting secara strategis dan pemilihan skenario yang paling logis / masuk akal. Penetapan skenario yang paling penting secara strategis terdiri atas 3 langkah yaitu : 1. Identifikasi Isu Pokok yang mewarnai skenario yang akan dipilih; 2. Identifikasi faktor-faktor penyebab berkembangnya Isu Pokok pada tingkat makro dan mikro; 3. Menetapkan derajat pentingnya dan ketidakpastian timbulnya faktor-faktor penyebab. 1. Isu Pokok yang Mewarnai Skenario yang Akan Dipilih : Isu Pokok setelah berakhirnya Proyek HPEQ tahun 2014 ini adalah Bagaimana keberlanjutan (sustainability) LAM-PTKes? Faktor yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan LAM-PTKes adalah pembiayaannya untuk dapat melakukan akreditasi program studi kesehatan secara berkualitas. 2. Faktor-faktor penyebab berkembangnya Isu Pokok pada tingkat makro dan mikro : Faktor-faktor yang menentukan pembiayaan LAM-PTKes pada tingkat makro / global adalah: Sosial Masyarakat Sipil (Civil Society) dapat diartikan memiliki karakter kehidupan sosial yang terorganisasi, tumbuh secara sukarela, umumnya bersifat swadaya dan tidak terkooptasi oleh pemerintah [2]. Salah satu ide penting yang melekat dalam konsep Masyarakat Sipil adalah keinginan memperbaiki kualitas hubungan antara masyarakat dengan institusi sosial pada sektor publik (pemerintah), sektor swasta /industri (pelaku bisnis) dan sektor sukarela/voluntary (lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan dan kelompok profesional) [3]. 25

40 Teknologi Kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat telah meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses akreditasi program studi melalui peningkatan akses terhadap data dan informasi yang dibutuhkan secara cepat, murah, nyaman, terkini, dan sesuai dengan kebutuhan. Makroekonomi Globalisasi yang multiaspek, termasuk pada industri pendidikan tinggi dan kesehatan tidak dapat dihindari oleh Indonesia sebagai anggota WTO yang telah meratifikasi semua perjanjian perdagangan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) [4], sehingga harus mempersiapkan diri dalam menghadapi AFTA, APEC, dan ACFTA. Jumlah penduduk yang lebih dari 240 juta menjadi pasar yang potensial bagi masyarakat dunia khususnya untuk liberalisasi/globalisasi pendidikan tinggi dan pelayanan kesehatan. Indonesia juga harus mempersiapkan diri terhadap masuknya jasa-jasa pelayanan kesehatan asing termasuk tenaga dokter/dokter gigi Warga Negara Asing (WNA). Dalam liberalisasi pelayanan kesehatan, saat ini Indonesia baru menawarkan 4 (empat) pelayanan yaitu Hospital Services, Medical Specialist Clinic, Dental Specialist Clinic, dan Nursing Services. [5] Faktor-faktor yang menentukan pembiayaan LAM-PTKes pada tingkat mikro adalah : 1. Karakteristik pasar akreditasi program studi bidang kesehatan 2. Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan akreditasi pendidikan tinggi 1. Karakteristik pasar akreditasi program studi bidang kesehatan : Karakteristik Pasar untuk akreditasi program studi bidang kesehatan diperoleh dari data sekunder dan primer. Data primer diperoleh dari survei tertulis terhadap sekitar 1000 peserta pada acara 2nd HPEQ International Conference : Promoting Health Through Interprofessional Education yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Bali tanggal 3 s/d 5 Desember Total responden yang mengisi kuesioner adalah 854 orang atau sekitar 85 % dari peserta yang diundang pada acara di Bali tersebut. Para responden yang mengisi kuesioner terdiri atas pengurus maupun anggota dari berbagai institusi pendidikan, program studi, asosiasi institusi 26

41 pendidikan serta organisasi profesi dan kemahasiswaan ilmu kesehatan sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 : Karakteristik Responden menurut Program Studi, Institusi Pendidikan, Asosiasi / Organisasi / Ikatan Asosiasi Institusi Pendidikan 1 AFDOKGI = Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia 2 AIPDIKI =Asosiasi Institusi Pendidikan D3 Ilmu Keperawatan Indonesia 3 AIPKI = Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia 4 AIPKIND = Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia 5 AIPNI = Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia 6 APTFI = Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia Institusi Pendidikan / Program Studi 7 AkBid = Akademi Kebidanan 8 AkFar = Akademi Farmasi 9 DPK-FK =Divisi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran 10 FIK = Fakultas Ilmu Keperawatan 11 FK = Fakultas Kedokteran 12 FKG = Fakultas Kedokteran Gigi 13 FKM = Fakultas Kesehatan Masyarakat 14 Poltekes = Politeknik Kesehatan 15 STFI = Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia 16 STIK = Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan 17 Stikes = Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 18 PSIK = Program Studi Ilmu Keperawatan Organisasi Profesi 19 IAI = Ikatan Apoteker Indonesia 20 IAKMI = Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia 21 IDI = Ikatan Dokter Indonesia 22 Kolegium IPMI = Kolegium Ilmu Penyakit Mulut Indonesia 23 lbl = Ikatan Bidan Indonesia 24 MKKGI = Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia 25 PDGI = Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia 27

42 26 PERSAGI = Persatuan Ahli Gizi Indonesia 27 PPNI = Persatuan Perawat Nasional Indonesia Organisasi Kemahasiswaan 28 CIMSA = Center for Indonesian Medical Students Activities 29 IKAMABI = Ikatan Mahasiswa Bidan Indonesia 30 ILMAGI = Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia 31 ILMIKI = Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia 32 IPSA = International Pharmaceutical Students Association 33 ISMAFARSI = Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia 34 ISMKI = Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia 35 ISMKMI = Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia 36 PAMI = Pergerakan Anggota Muda IAKMI 37 PSMKGI = Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia Asosiasi / Organisasi / Ikatan lain 38 ARSPI = Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia 39 APPI = Aliansi Pita Putih Indonesia Aspek-aspek dari Analisis Pasar yang memberi gambaran tentang Karakteristik Pasar untuk LAM-PTKes adalah sebagai berikut : 1. Besarnya pasar 2. Pertumbuhan pasar 3. Potensi surplus 4. Persepsi tentang nilai tambah dan harapan pasar 5. Kecenderungan pasar Ad.1. BESARNYA PASAR Saat ini ruang lingkup LAM-PTKes adalah 7 bidang ilmu kesehatan (Kedokteran, Kedokteran gigi, Keperawatan, Kebidanan, Farmasi, Kesehatan masyarakat, dan Gizi). Sedangkan program pendidikan yang dicakup adalah Vokasi (D3), Akademik (S1, S2 dan S3), serta Profesi (Dokter, Dokter gigi, Ners, Bidan, Apoteker dan Spesialis). Tabel 1.1 sebelumnya memberi gambaran jenis dan jenjang pendidikan tinggi pada tujuh bidang ilmu kesehatan yang masuk ruang lingkup LAM-PTKes pada tahun

43 Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa institusi pendidikan tinggi kesehatan yang terbanyak adalah dari profesi perawat dan bidan. Kotak 1.2 : Besarnya Pasar LAM-PTKes Banyaknya jumlah program studi kesehatan termasuk beragamnya jenis dan jenjang pada ke 7 bidang ilmu kesehatan menunjukkan pasar yang sangat besar untuk LAM-PTKes. Ad.2. PERTUMBUHAN PASAR Program studi pada 7 bidang ilmu kesehatan yang masuk ruang lingkup LAM-PTKes belum semuanya telah terakreditasi. Selain itu, program studi yang akan diakreditasi oleh LAM- PTKes tidak hanya yang telah berjalan, tetapi juga untuk pembukaan program studi baru. Kotak 1.3 : Pertumbuhan Pasar LAM-PTKes Banyaknya jumlah program studi pada ke 7 bidang ilmu kesehatan yang belum diakreditasi, ditambah dengan jumlah yang akan kadaluarsa masa akreditasinya, ditambah lagi dengan prodi baru yang harus diakreditasi menunjukkan bahwa pasar LAM-PTKes masih akan tumbuh terus. Ad.3. POTENSI SURPLUS Ada 5 kekuatan yang menentukan daya tarik pasar karena potensi surplus yang dijanjikan berdasarkan intensitas kompetisi dalam industri tersebut, yaitu : [6] 1. Kekuatan Negosiasi dari Pelanggan/Pembeli; 2. Kekuatan Negosiasi dari Pemasok; 3. Ancaman dari Pendatang Baru; 4. Persaingan dengan Pesaing yang sudah ada; 5. Ancaman dari Substitusi Produk / Layanan (Threat of Substitute Products / Services). Kelima kekuatan yang menentukan tingkat intensitas dari kompetisi dalam suatu industri tersebut dikenal sebagai Porter's Five Forces. 29

44 Gambar 1.6 : Porter's Five Forces that Shape Industry Competition [6] 1) Kekuatan Negosiasi dari Pelanggan / Pembeli (Bargaining Power of Customers/ Buyers): Keanekaragaman Program Studi, Institusi Pendidikan, Asosiasi / Organisasi / Ikatan yang berkaitan dengan ketujuh bidang ilmu kesehatan yang masuk dalam ruang lingkup LAM- PTKes sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1 sebelumnya menyebabkan rendahnya kekuatan negosiasi mereka sebagai Pelanggan / Pembeli. Namun hal sebaliknya terjadi jika yang berperan sebagai Pelanggan / Pembeli adalah Pemerintah. 2) Kekuatan Negosiasi dari Pemasok (Bargaining Power of Suppliers) Para Asesor bisa dianggap sebagai Pemasok bagi layanan akreditasi dari LAM-PTKes. Keanekaragaman asal mereka dari program studi, institusi pendidikan, asosiasi / organisasi/ikatan yang berkaitan dengan ketujuh bidang ilmu kesehatan juga menyebabkan rendahnya kekuatan negosiasi mereka sebagai Pemasok. 3) Ancaman dari Pendatang Baru (Threat of New Entrants/Competition) Ancaman dari Pendatang Baru bisa dicegah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang akreditasi yang menyatakan bahwa untuk satu cabang ilmu hanya boleh ada satu LAM, sehingga LAM-PTKes menjadi satu-satunya lembaga akreditasi pendidikan tinggi untuk bidang ilmu kesehatan di Indonesia. 30

45 4) Persaingan dengan Pesaing yang sudah ada (Rivalry among Existing Competitors) Satu-satunya Pesaing potensial adalah LAM Kesehatan Pemerintah. 5) Ancaman dari Substitusi Produk / Layanan (Threat of Substitute Products / Services) Ancaman dari Substitusi Produk / Layanan LAM-PTKes dapat dicegah jika tiga asumsi berikut ini dapat terwujud : Praktisi kesehatan formal akan memperoleh kredensial hanya jika lulus dari institusi pendidikan tinggi kesehatan yang sudah diakreditasi oleh LAM-PTKes; Semua prodi baru sudah diakreditasi terlebih dahulu oleh LAM-PTKes sebelum menerima mahasiswa baru. Program studi yang tidak terakreditasi akan dicabut ijinnya. Kotak 1.4 : Potensi Surplus pada Pasar LAM-PTKes Secara keseluruhan, kelima kekuatan yang menentukan tingkat intensitas kompetisi dalam pasar untuk LAM-PTKes berpihak kepadanya jika Pemerintah melalui Peraturan perundangundangan mendukungnya. Ad.4. PERSEPSI TENTANG NILAI TAMBAH DAN HARAPAN PASAR Mengetahui persepsi pasar tentang nilai tambah dari produk / layanan yang akan ditawarkan adalah sangat penting dalam Analisis Pasar. Hasil survei tertulis menggambarkan secara umum persepsi dari 85 % peserta pada konperensi HPEQ di Bali awal Desember 2011 yang lalu terhadap layanan akreditasi yang akan ditawarkan oleh LAM-PTKes sebagaimana terlihat pada Kotak 1.5. Kotak 1.5 : Persepsi tentang Nilai Tambah Akreditasi 1. Setelah Sistem Pendidikan Tingginya sendiri (52% responden), Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dianggap paling menentukan mutu tenaga kesehatan oleh 23% responden % responden menganggap bahwa peran akreditasi terhadap peningkatan mutu pendidikan tinggi kesehatan adalah besar ditambah 28 % yang menganggap cukup berperan. Selain persepsi tentang nilai tambah dari akreditasi, hasil survei juga menggambarkan persepsi pasar tentang nilai tambah dalam industri pendidikan tinggi kesehatan sebagaimana terlihat pada Kotak

46 Kotak 1.6 : Persepsi tentang Nilai Tambah dalam Industri Pendidikan Tinggi Kesehatan 1. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kesehatan secara keseluruhan, jenis kolaborasi yang diperlukan adalah : Kolaborasi antara sistem Pendidikan Tinggi Kes; sistem Akreditasi Pendidikan; dan sistem Sertifikasi Tenaga Kes menurut 39% responden; Kolaborasi seperti di atas ditambah dengan kolaborasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kes serta kolaborasi antara kedokteran dan kedokteran gigi di satu sisi dengan bidang kes lain menurut 38% responden % responden menganggap bahwa Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan sangat perlu memantau kinerja lulusannya di tempat tugasnya, sedangkan 31 % responden menganggap perlu. 3. Organisasi / institusi / lembaga yang paling diperlukan umpan baliknya oleh institusi pendidikan tinggi kesehatan untuk meningkatkan mutunya adalah : Organisasi Profesi (37% responden); Asosiasi Institusi Pendidikan (23% responden). Selain persepsi tentang nilai tambah dari akreditasi dan nilai tambah dalam industri pendidikan tinggi kesehatan, hasil survei juga menggambarkan harapan pasar sebagaimana terlihat pada Kotak 1.7. Kotak 1.7 : Harapan Pasar % responden menganggap bahwa Sifat Akreditasi yang diterapkan ke institusi pendidikan tinggi kesehatan sebaiknya adalah Akreditasi 5 tahun sekali dengan pembinaan akreditasi setiap tahunnya (formatif) % responden menganggap bahwa Sumber Pendanaan Terbesar untuk LAM-PTKes sebaiknya adalah dari Pemerintah Ad.5. KECENDERUNGAN PASAR Hasil survei juga menggambarkan secara umum kecenderungan pasar yang akan digarap oleh LAM-PTKes sebagaimana terlihat pada Kotak 1.8. Kotak 1.8 : Kecenderungan Pasar Kecenderungan Pasar yang akan digarap oleh LAM-PTKes adalah : 1. Persepsi Nilai Tambah Akreditasi tidak lepas dari Persepsi Nilai Tambah dalam Industri Pendidikan Tinggi Kesehatan secara keseluruhan; 2. Harapan sebagian besar responden bahwa Pemerintah adalah sumber pendanaan terbesar untuk LAM-PTKes menunjukkan bahwa Akreditasi adalah sebuah Layanan Publik (Public Service). 32

47 2. Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Akreditasi Pendidikan Tinggi : 1) Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik [7] a. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1, Ayat 1). b. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pendidikan,... kesehatan, jaminan sosial,, dan sektor strategis lainnya (Pasal 5, Ayat 1 dan 2). 2) Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi [8] a. Program Studi diselenggarakan atas izin Menteri setelah memenuhi persyaratan minimum akreditasi (Pasal 33, Ayat 3). Selanjutnya, Ayat 6 menyatakan bahwa Program Studi wajib diakreditasi ulang pada saat jangka waktu akreditasinya berakhir. b. Akreditasi Program Studi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga akreditasi mandiri (Pasal 55, Ayat 5). Selanjutnya, Ayat 6 menyatakan bahwa lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan lembaga mandiri bentukan Pemerintah atau lembaga mandiri bentukan Masyarakat yang diakui oleh Pemerintah atas rekomendasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. 3) Peraturan Menteri No. 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi 4) Rancangan Peraturan Menteri tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi 5) Rancangan Peraturan Menteri tentang Akreditasi Menetapkan derajat pentingnya dan ketidakpastian timbulnya faktor-faktor penyebab: Tahap selanjutnya adalah menetapkan urutan berdasarkan derajat pentingnya dan ketidakpastian dari faktor-faktor penyebab dengan matriks berikut di bawah ini : Gambar 1.7. Matriks Derajat Dampak dan Ketidakpastian Tinggi 33 Tinggi

48 Teknologi (TIK) Makroekonomi Karakteristik Pasar akreditasi Sosial (Masyarakat Sipil) Peraturan Akreditasi Rendah Rendah Berdasarkan matriks Derajat Dampak dan Ketidakpastian, maka faktor-faktor yang menentukan pembiayaan LAM-PTKes dengan derajat pentingnya yang tinggi dan derajat ketidakpastian yang rendah adalah faktor-faktor : 1. Teknologi; 2. Makroekonomi; 3. Karakteristik pasar akreditasi. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan pembiayaan LAM-PTKes dengan derajat pentingnya yang tinggi dan derajat ketidakpastian yang tinggi adalah faktor-faktor : 1. Sosial (masyarakat sipil); 2. Peraturan akreditasi. 34

49 Kotak 1.9 : Skenario Pembiayaan LAM-PTKes Berdasarkan matriks Derajat Dampak dan Ketidakpastian di atas, maka dapat dilakukan pemilihan skenario yang paling logis / masuk akal untuk pembiayaan LAM-PTKes yang akan berdamak pada keberlanjutannya (sustainibility). Oleh karena itu, Skenario yang ada adalah : 1. LAM-PTKes keseluruhannya dibiayai oleh Pemerintah; 2. LAM-PTKes sama sekali tidak dibiayai oleh Pemerintah; 3. LAM-PTKes sebagian dibiayai oleh Pemerintah Model Kerja LAM-PTKes Model Kerja atau Model Bisnis adalah ilustrasi kerangka pikir yang mendasari organisasi dalam menciptakan dan menyampaikan nilai ke pelanggannya serta memetik nilai bagi organisasi sendiri [9]. Model Kerja merupakan cetak biru (blueprint) dari strategi yang akan diterapkan melalui struktur, serta berbagai proses dan sistem dalam organisasi. Dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard, Model Kerja LAM-PTKes mencakup 4 dimensi yaitu: 1) Dimensi Pelanggan; 2) Dimensi Keuangan; 3) Dimensi Produksi; serta 4) Dimensi Belajar dan Berkembang. 1) DIMENSI PELANGGAN Dimensi Pelanggan mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Penawaran Nilai Tambah 2. Jalur Penyampaian Nilai Tambah 3. Bina Relasi dengan Pelanggan 4. Kemitraan 1. PENAWARAN NILAI TAMBAH Penawaran Nilai Tambah merupakan rangkaian manfaat yang disediakan organisasi kepada pelanggannya dalam bentuk barang dan /atau jasa. Nilai Tambah dapat bersifat kuantitatif (mis. harga; diskon; bonus; kecepatan layanan; dsb.) atau kualitatif [mis. akses terhadap 35

50 layanan khusus; pengalaman yang mengesankan; disain produk/jasa yang inovatif; keterlibatan pelanggan dalam turut merancang disain produk/jasa yang khusus (co-creation) ; dsb.] Kotak 1.10 : Penawaran Nilai Tambah oleh LAM-PTKes Penawaran Nilai Tambah oleh LAM-PTKes kepada pelanggannya mencakup antara lain : 1. Meningkatkan akses prodi kepada Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) 1.1. Mengoperasionalkan akses prodi ke SPMI; 1.2. Meningkatkan efektifitas akses prodi ke SPMI; 1.3. Menjaga keberlanjutan akses prodi ke SPMI yang efektif. 2. Layanan akreditasi oleh LAM-PTKes yang bersifat formatif selain sumatif 2.1. Bimbingan Persiapan proses akreditasi; 2.2. Pemantauan Perbaikan akreditasi yang berkelanjutan; 2.3. Umpan balik akreditasi yang tepat waktu, spesifik, konstruktif, dan adil. 3. Keunggulan Layanan Akreditasi oleh LAM-PTKes 3.1. Akreditasi LAM-PTKes mendapat pengakuan internasional; 3.2. Bimbingan Persiapan dan Perbaikan akreditasi oleh Fasilitator sebagai customer representative; 3.3. Penerapan 5 Nilai Operasional LAM-PTKes. 4. Bonus Layanan Akreditasi oleh LAM-PTKes 4.1. Mensosialisasikan profil prodi yang sudah terakreditasi di website; 4.2. Menyelenggarakan Pelatihan, Seminar dan Workshop dengan narasumber dari dalam dan luar negeri; 4.3. Fasilitas untuk prodi yang sudah terakreditasi menjadi peserta education expo. 2. JALUR PENYAMPAIAN NILAI TAMBAH Nilai Tambah LAM-PTKes disampaikan ke prodi melalui jalur-jalur komunikasi dan saat proses akreditasi. Jalur-jalur tersebut merupakan akses yang penting untuk kontak dengan pelanggan. Jalur-jalur Penyampaian Nilai Tambah memiliki beberapa fungsi sebagai berikut : a. Menumbuhkan kesadaran (awareness) pada pelanggan tentang layanan LAM-PTKes; b. Memudahkan pelanggan untuk mengevaluasi Penawaran Nilai Tambah LAM-PTKes; c. Memudahkan pelanggan untuk membeli layanan LAM-PTKes; d. Menyampaikan Penawaran Nilai Tambah kepada Segmen Pelanggan yang spesifik; e. Memberi layanan pasca pembelian layanan LAM-PTKes. 36

51 Kotak 1.11 : Jalur-jalur Penyampaian Nilai Tambah LAM-PTKes Jalur-jalur Penyampaian Nilai Tambah LAM-PTKes dapat berupa : 1. Website 2. Media on-line interaktif 3. Komunikasi telepon (call center) 4. Komunitas Praktisi Akreditasi (Community of Practice for Accreditation) 5. Menyelenggarakan Pelatihan, Seminar, Workshop dan Teleconference / Webinar 6. Menyelenggarakan Education expo 7. Surat Edaran dari Dikti, Asosiasi Institusi Pendidikan dan Organisasi Profesi 8. Majalah / Jurnal / Newsletter bulanan 9. Publikasi Buku / Laporan Tahunan 10. Kuesioner 11. Mailing List Integrasi berbagai jalur-jalur bisa dilakukan setelah mengetahui preferensi Segmen Pelanggan. Jalur Penyampaian Nilai Tambah yang paling efektif dan efisien baru bisa diketahui setelah ujicoba. 3.BINA RELASI DENGAN PELANGGAN Kotak 1.12 : Bina Relasi dengan Pelanggan yang dapat dikembangkan oleh LAM-PTKes 1. Bantuan Pribadi dengan Dedikasi (Dedicated Personal Assistance) oleh Fasilitator sebagai customer representative yang memberikan professional / technical assistance; 2. Call Center yang memberi Bantuan Pribadi (Personal Assistance) secara interaktif; 3. Komunitas Online untuk mengembangkan hubungan-hubungan berikut ini : Komunitas Praktisi Akreditasi (Community of Practice for Accreditation) Clinical Assistance untuk konsultasi prodi yang memiliki masalah Penanganan keluhan prodi (Complaint Resolution) Bersama dengan prodi menciptakan Nilai Tambah (Co-creation) 4. Layanan Otomatis / self-service yang individual dan khusus melalui personal online profiles 4. KEMITRAAN Organisasi beraliansi dengan mitranya untuk tujuan sebagai berikut : a. Mengoptimalisasi Model Kerjanya b. Demi efisiensi, beberapa kegiatan organisasi dilakukan secara outsourcing dan sebagian sumber daya diperoleh dari luar organisasi melalui jejaring mitranya. c. Mengurangi risiko kegagalan; d. Memperoleh sumber daya yang dibutuhkan 37

52 Kotak 1.13 : Mitra Utama LAM-PTKes Mitra Utama LAM-PTKes saat ini adalah : Pemerintah (Kemdikbud, Kemenkeu dan Kemkes); BAN-PT; 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan; dan 7 Profesi Kesehatan yang memprakarsai pendirian LAM-PTKes. Di kemudian hari, Mitra Utama bisa bertambah dengan bertambahnya jenis Profesi Pendidikan Tinggi Kesehatan dan adanya LAM Pemerintah dan LAM Wilayah sesuai UU no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. 2) DIMENSI KEUANGAN Dimensi Keuangan mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Struktur Biaya LAM-PTKes 2. Pendanaan Akreditasi 3. Tarif Akreditasi 1. STRUKTUR BIAYA LAM-PTKes Struktur Biaya dalam Model Kerja LAM-PTKes menekankan pada 2 hal, yaitu : 1. Fokus pada Biaya (Cost Driven) : Fokusnya adalah pada minimalisasi biaya sedapat mungkin melalui : a. Penawaran Nilai Tambah yang semurah mungkin kepada Pelanggan; b. Otomatisasi layanan semaksimal mungkin; c. Outsourcing sebanyak mungkin. 2. Fokus pada Nilai Tambah (Value Driven): Fokusnya adalah pada penciptaan dan penyampaian Nilai Tambah melalui : a. Layanan Prima; b. Layanan Pribadi dengan Dedikasi. Keempat dimensi dalam Model Kerja berimplikasi pada biaya yang harus diperhitungkan. Penghitungan biaya untuk menjalankan Model Kerja menjadi relatif lebih mudah setelah mengidentifikasi Sumber Daya Kunci dan Kegiatan Kunci. 38

53 Kotak 1.14 : Struktur Biaya dalam Model Kerja LAM-PTKes 1) Sumber Daya Kunci : 1. Pool Fasilitator 2. Manajemen Operasional untuk menjalankan Proses Kerja secara efektif dan efisien 3. Manajemen Pengetahuan 4. Pool Asesor 2) Kegiatan Kunci yang paling mahal : 1. Meningkatkan kompetensi dan motivasi Pool Fasilitator 2. Menerapkan Manajemen Operasional untuk menjalankan Proses Kerja secara efektif dan efisien 3. Mengembangkan dan mengoperasionalkan Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) 4. Meningkatkan kompetensi dan motivasi Pool Asesor 2. PENDANAAN AKREDITASI Pendapatan organisasi diperoleh dari Nilai Tambah yang berhasil disampaikan ke pelanggan. Ada 2 jenis Aliran Pendapatan dalam Model Kerja organisasi : 1. Pendapatan Transaksi dari pembayaran oleh pelanggan yang hanya satu kali membeli selama satu periode tertentu (Usage Fee); 2. Pendapatan Berulang dari satu pelanggan yang berlangganan untuk memperoleh akses terhadap Nilai Tambah yang ditawarkan organisasi, atau memerlukan layanan pasca pembelian (Subscription Fee). Kotak 1.15 : Pendapatan Potensial LAM-PTKes dari Program Studi Pendapatan potensial LAM-PTKes dari program studi meliputi : 1. Pendapatan Transaksi (Usage Fee) dari sekali akreditasi setiap 5 tahun atau lebih; 2. Pendapatan Berulang (Subscription Fee) dari Nilai Tambah lain yang ditawarkan oleh LAM-PTKes. 39

54 Kotak 1.16 : Sumber Pendapatan Potensial Lain untuk LAM-PTKes Selain dari program studi, Sumber Pendapatan Potensial untuk LAM-PTKes adalah : Pemerintah : Kemenkeu; Kemendikbud (Ditjen Dikti); Pemda Asosiasi Institusi Pendidikan Organisasi Profesi Masyarakat Pengguna (misalnya: RS; perusahaan obat; ikatan alumni; dsb.) Donor nasional dan internasional Usaha tambahan berupa : 1. Pelatihan, Seminar, Workshop dan Teleconference / Webinar 2. Education expo 3. Publikasi buku dan majalah / jurnal 4. Konsultansi, kajian dan riset 5. Iklan prodi Perlunya pendanaan bagi LAM-PTKes adalah untuk menyeimbangkan antara rencana pengeluaran dengan potensi pendapatannya sebagaimana terlihat pada Gambar 1.8 di bawah. Gambar 1.8 : Perlunya Pendanaan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluaran SUMBER PENDANAAN LAM-PTKes : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan (AIP) Organisasi Profesi (OP) Masyarakat Pengguna Donor Usaha tambahan Pendapatan dari Program Studi = STUKTUR BIAYA LAM-PTKes : Biaya Satuan (Unit Cost) Akreditasi Biaya Administrasi PENDAPATAN (potensial) = PENGELUARAN (rencana) 3. TARIF AKREDITASI OLEH LAM-PTKes Penetapan Tarif (Pricing) adalah proses penentuan berapa nilai yang akan diterima oleh organisasi untuk produk yang dihasilkannya. [10] 40

55 Ada 6 hal yang mempengaruhi penetapan tarif, yaitu : [11,12] 1. Biaya Produksi (Cost); 2. Pendanaan (Finance); 3. Peraturan perundang-undangan dan Kontrak dari Pemerintah (Regulations & Contracts); 4. Kemampuan Membayar (Ability To Pay /ATP); 5. Kekuatan Pasar (Market Forces); 6. Kemauan Membayar (Willingness To Pay /WTP) Ke 6 faktor di atas saling berinteraksi sehingga menghasilkan dinamika penetapan tarif layanan akreditasi oleh LAM-PTKes sebagaimana terlihat di Gambar 1.9. Gambar 1.9 : Dinamika Penetapan Tarif [12] COST FINANCE REGULATIONS & CONTRACTS TARIFF / PRICE ABILITY TO PAY / ATP MARKET FORCES WILLLINGNESS TO PAY / WTP Semakin banyak faktor yang saling berinteraksi, semakin banyak pula jenis tarif yang dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Penetapan Tarif yang profesional diperlukan untuk menyeimbangkan antara rencana pendapatan dengan rencana pengeluarannya sebagaimana terlihat pada Gambar 1.10 di bawah. Oleh karena itu, Penetapan Tarif harus berdasarkan komitmen Pendanaan (Finance) yang sudah disepakati dari sumber-sumber pendanaan yang ada. [11] 41

56 Gambar 1.10 : Perlunya Penetapan Tarif untuk Menyeimbangkan Rencana Pendapatan dengan Rencana Pengeluaran LAM-PTKes SUMBER PENDANAAN LAM-PTKes : STUKTUR BIAYA LAM-PTKes : Pemerintah AIP & OP Masyarakat Pengguna Donor Usaha tambahan = Biaya Satuan (Unit Cost) Akreditasi Pendapatan dari Tarif ke Prodi PENDAPATAN (rencana) = PENGELUARAN (rencana) Kotak 1.17 : Kalau Tarif Akreditasi oleh LAM-PTKes Mau Dibuat Nihil Seperti BAN- PT Kalau Tarif Akreditasi oleh LAM-PTKes untuk prodi mau dibuat nihil seperti BAN-PT, maka seluruh pengeluarannya harus dapat didanai dari Pemerintah, Asosiasi Institusi Pendidikan, Organisasi Profesi, masyarakat pengguna, donor dan usaha tambahan bukan dari prodi. 3) DIMENSI PRODUKSI Dimensi Produksi meliputi Proses Akreditasi yang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Kebijakan Akreditasi sesuai Nilai Operasional LAM-PTKes 2. Standar Akreditasi sesuai Nilai Operasional LAM-PTKes 3. Instrumen Akreditasi sesuai Nilai Operasional LAM-PTKes 4. Prosedur Akreditasi sesuai Nilai Operasional LAM-PTKes 5. Umpan balik Akreditasi LAM-PTKes yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar 4) DIMENSI BELAJAR DAN BERKEMBANG Dimensi Belajar dan Berkembang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource Management) LAM-PTKes 42

57 2. Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) LAM-PTKes 3. Struktur Organisasi LAM-PTKes 1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA LAM-PTKes SDM kunci untuk LAM-PTKes adalah sebagai berikut : 1. Pool Fasilitator 2. Pool Asesor 3. Pool Validator 4. Tenaga Pengelola Administrasi Proses Akreditasi 5. Tenaga Pengelola Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) LAM-PTKes Kotak 1.18 : Beban Kuantitatif dan Kualitatif dalam Membentuk Pool Asesor dan Fasilitator Mengingat bahwa proyeksi beban kerja LAM-PTKes secara kuantitatif adalah sekitar 2950 program studi, maka akan diperlukan banyak Asesor untuk asesmen Sumatif dan Fasilitator yang sudah siap untuk melakukan asesmen Formatif. Walaupun dengan pelatihan yang se-ekstensif apapun, belum tentu akan cukup tersedia Pool Asesor dan Fasilitator yang memadai dalam waktu 5 tahun ke depan. Selain itu, Akreditasi Formatif membutuhkan keterampilan yang berbeda dengan Akreditasi Sumatif seperti yang selama ini dilakukan oleh asesor BAN-PT. Ini merupakan beban kualitatif yang belum tentu dapat diatasi dengan pelatihan yang seintensif apapun dalam waktu 5 tahun ke depan. 2. SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM / KMS) LAM-PTKes Terbentuknya Modal Intelektual organisasi sebagai asetnya didasarkan pada perolehan pengetahuan baru yang tertanam dalam sistem, proses-proses dan produk-produk organisasi. Manajemen Pengetahuan dalam arti seluas-luasnya adalah proses yang memungkinkan organisasi menciptakan nilai dari aset intelektual dan aset lainnya yang berbasis pengetahuan. Hal ini dilakukan melalui kodifikasi apa yang diketahui oleh klien, karyawan serta mitra organisasi dan saling berbagi informasinya antar mereka dalam upaya mengembangkan best practices. Walaupun ia sering difasilitasi oleh Teknologi Informasi, namun teknologi tersebut bukanlah Manajemen Pengetahuan. [13] 43

58 Manajemen Pengetahuan secara umum adalah identifikasi dan analisis terhadap pengetahuan yang sudah tersedia maupun yang dibutuhkan untuk selanjutnya dikembangkan menjadi aset dalam rangka memenuhi tujuan perorangan dan/atau organisasi. [14] Bagi LAM-PTKes, Manajemen Pengetahuan adalah penciptaan, perolehan, analisis, pemeliharaan dan diseminasi pengetahuan untuk mewujudkan Misinya. Aplikasi nyata Manajemen Pengetahuan bagi LAM-PTKes adalah dalam pelaksanaan asesmen dan fasilitasi akreditasi secara formatif. Sistem Manajemen Pengetahuan adalah integrasi dari teknologi dan mekanisme yang dibangun untuk mendukung proses Manajemen Pengetahuan [15]. Proses-proses pada Sistem Manajemen Pengetahuan dalam organisasi meliputi 5 tahap / fungsi sebagai berikut (lihat Gambar 1.11) : 1) Discovery : Pengetahuan yang diperoleh bisa didapat dari temuan baru, sosialisasi dalam kelompok atau dari luar organisasi. 2) Delivery : Pengetahuan yang diperoleh ditanam ke dalam proses-proses dan produk-produk organisasi. 3) Delay : Pengetahuan yang tidak langsung dipakai disimpan. 4) Disposal : Sebelum dibuang, pengetahuan dapat disimpan selama 1 hari atau 100 tahun tergantung pada potensi kegunaan dan relevansinya. 5) Diffusion : Tahap/fungsi ini merupakan interface Sistem Manajemen Pengetahuan yang menghubungkan interaksi dari ke 4 tahap/ fungsi di atas dengan cara sebagai berikut : a. Pengetahuan yang diperoleh pada tahap/fungsi Discovery disaring kegunaannya (screening). b. Pengetahuan yang dianggap berguna dikembangkan untuk disosialisasikan agar dapat ditanam ke dalam proses-proses dan produk-produk organisasi pada tahap / fungsi Delivery. 44

59 c. Pengetahuan yang dianggap kegunaannya masih di masa depan mengalami pengorganisasian, kodifikasi untuk disimpan pada tahap / fungsi Delay. d. Pengetahuan yang dianggap tidak berguna disingkirkan pada tahap / fungsi Disposal. Namun sebelum dimusnahkan, pengetahuan ini masih memungkinkan untuk ditransfer ke mitra kerja organisasi kalau diminta. 45

60 Gambar 1.11 : Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) 2. DELIVERY Pengetahuan Implisit (Kepemimpinan, Keterampilan & Pengalaman Merancang Produk) Pembelajaran Interaktif (Litbang, Perencanaan) practices) Pengetahuan Eksplisit (Rancangan Produk, Kontrak, Software, Hak Cipta) Pembelajaran Interaktif (Tim Proyek, Tim QA) 1. DISCOVERY Pengetahuan Eksplisit (Pedoman, Ceramah, Pelatihan) S A R I N G KEMBANGKAN 5. DIFFUSION SINGKIRKAN S I M P A N Pengetahuan Implisit (Ide, Potensi, Opini Klien) 3. DELAY Pembelajaran Interaktif (Hubungan Kerja, Kisah Sukses) Pengetahuan Implisit (Norma dan Budaya Organisasi) Mitra Kerja 4. DISPOSAL Arsip Transfer Pengetahuan Eksplisit (Perpustakaan, Database, SOP) Pemusnahan 46

61 3. STRUKTUR ORGANISASI BADAN HUKUM PERKUMPULAN LAM- PTKes Struktur organisasi LAM-PTKes (lihat Gambar 1.12) terdiri atas organ-organ berikut ini : 1. Anggota Perkumpulan yang terdiri atas OP dan AIP dari 7 bidang ilmu kesehatan yang melalui Rapat Anggota (RA) menghasilkan keputusan tertinggi; 2. Dewan Penyantun; 3. Pengawas; 4. Advisor 5. Pengurus yang terdiri atas : a. Ketua Umum b. Ketua; c. Sekretaris Umum Perkumpulan merangkap sebagai Direktur Perencanaan dan Pengembangan (Renbang) d. Sekretaris Perkumpulan merangkap sebagai Direktur Akreditasi e. Bendahara Perkumpulan merangkap sebagai Direktur Umum dan Keuangan f. Ketua Divisi untuk 7 bidang ilmu kesehatan 6. Majelis Akreditasi untuk 7 bidang ilmu kesehatan; 7. Tim Penilai untuk 7 bidang ilmu kesehatan yang terdiri atas : a. Fasilitator; b. Asesor; c. Validator. 47

62 Gambar 1.12 : Organogram LAM-PTKes sebagai Badan Hukum Perkumpulan Dewan Penyantun Rapat Anggota (Dewan LAM-PTKes) Ketua Umum Ketua Pengawas Advisor Majelis Akreditasi 1 orang dari setiap OP, 1 orang dari setiap AIP, dan 1 orang dari perwakilan masyarakat (total 15 orang) Sekretaris Umum Sekretaris Bendahara Sekretariat Divisi Kedokteran Divisi Kedokteran Gigi Divisi Keperawatan Divisi Kebidanan Divisi Farmasi Divisi Gizi Divisi Kes.Masyarakat Divisi... Keterangan: =Struktural =Fungsional Fasilitator TIM PENILAI Asesor Validator = Garis Komando = Garis Koordinasi = Garis Konsultasi 48

63 Rangkaian keterkaitan strategi-strategi secara hierarkis dalam keempat dimensi Model Kerja yang sudah dibahas diatas disebut Peta Model Kerja sebagaimana tampak pada Gambar Peta Model Kerja secara formal dan visual menjelaskan tujuan-tujuan strategis dan saling keterkaitannya yang menunjukkan bagaimana organisasi mendapatkan Nilai Tambah. Pencapaian satu tujuan strategis menentukan pencapaian tujuan strategis lainnya. Jadi, Peta Model Kerja menggambarkan hubungan sebab-akibat yang melandasi keseluruhan strategi organisasi. 49

64 Gambar 1.13 : Peta Model Kerja LAM-PTKes Visi : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global MISI : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan NILAI DASAR: Amanah dan Mandiri DIMENSI PELANGGAN Penawaran Nilai Tambah Jalur Penyampaian Nilai Tambah Bina Relasi dengan Pelanggan Kemitraan DIMENSI KEUANGAN Tarif Akreditasi Struktur Biaya LAM-PTKes Pendanaan Akreditasi DIMENSI PRODUKSI Kebijakan Akreditasi sesuai Nilai Operasional Standar Akreditasi sesuai Nilai Operasional Instrumen Akreditasi sesuai Nilai Operasional Proses Kerja Akreditasi sesuai Nilai Operasional Umpan balik Akreditasi LAM-PTKes yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar DIMENSI Human Knowledge Good Governance BELAJAR & Resources Management BERKEMBANG Management System (KMS) Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme + Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan + Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif 50

65 Manfaat dan Dampak Pendirian LAM-PTKes Pada bagian ini akan menjelaskan manfaat dan dampak pendirian LAM-PTKes yang menjadi fokus dan target operasi yang sahih dan terpercaya secara ringkas, padat dan jelas. Dampak dari pendirian LAM-PTKes adalah terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global. Syarat untuk tercapainya dampak tersebut adalah akreditasi oleh LAM-PTKes mendapat pengakuan internasional. Manfaat dari pendirian LAM-PTKes adalah terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Sustainable dan Credible). 1. Ada komitmen nasional dari semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu prodi kesehatan. 2. Ada kolaborasi lintas disiplin bidang ilmu kesehatan dan lintas sektor, khususnya antar sektor pendidikan dan kesehatan. 3. Prodi kesehatan mampu memantau kinerja lulusannya di tempat tugasnya. 4. Kualitas lulusan dan praktisi tenaga kesehatan adalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna. 5. Sistem akreditasi prodi kesehatan bersifat transparan dan mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan. 6. Tenaga kesehatan formal akan memperoleh kredensial hanya jika lulus dari prodi kesehatan yang sudah diakreditasi oleh LAM-PTKes. 7. Semua prodi kesehatan yang baru sudah diakreditasi terlebih dahulu oleh LAM-PTKes sebelum menerima mahasiswa baru. 1.3 Visi dan Misi LAM-PTKes Visi LAM PTKes adalah : Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global Misi LAM PTKes adalah : Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Sustainable dan Credible) 51

66 1.4 Tujuan Lam-PTKes Tujuan LAM-PTKes bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Time Bound) yaitu : a. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang dioperasionalkan oleh LAM-PTKes (Specific). (1) Pengembangan instrumen spesifik untuk setiap program studi yang mencakup aspek tridharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. (2) Setiap aspek akan dijabarkan ke dalam 10 standar pendidikan tinggi, yaitu: (3) Setiap standar akan dijabarkan ke dalam parameter penilaian yang dirumuskan ke dalam butir-butir penilaian. (4) Standar dan parameter penilaian dituangkan dalam instrumen yang disebut borang. (5) Borang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data/informasi dari program studi tersebut. (6) Atas dasar data dan informasi dari borang tersebut kemudian ditentukan status akreditasi program studi dan peringkat akreditasinya. b. Meningkatnya mutu program studi yang diakreditasi oleh LAM-PTKes berdasarkan indikator antara lain berupa uji kompetensi dan Tracer Study (Measurable). c. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi, dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan melalui instrumen-instrumen yang sinkron (Achievable). d. Terwujudnya lulusan dari program studi yang telah terakreditasi oleh LAM-PTKes yang mampu melaksanakan praktik pelayanan kesehatan dengan kompetensi sesuai standar dan kebutuhan masyarakat (Relevant). e. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri sejak tahun 2015 (Time Bound). 52

67 1.5 Ruang Lingkup Program Studi Saat ini ruang lingkup LAM-PTKes adalah tujuh bidang ilmu kesehatan (Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kebidanan, Farmasi, Kesehatan Masyarakat, dan Gizi). Sedangkan program pendidikan yang dicakup adalah Vokasi (D3, D4), Akademik (S1,S2 dan S3), serta profesi (dokter, dokter gigi, ners, bidan, apoteker dan spesialis). Pada Tabel 1.1 menunjukkan jumlah program studi kesehatan dalam ruang lingkup akreditasi oleh LAM-PTKes menurut bidang ilmu, jenjang dan jenis pendidikan vokasi, akademik serta profesi. 53

68 BAB II ANALISIS KONDISI BADAN HUKUM PEMRAKARSA 2.1. Bentuk dan Status Organisasi Pemrakarsa Pendirian LAM-PTKes Tabel 2.1. Bentuk dan Status Organisasi Badan Hukum Pendiri LAM-PTKes Nama Badan No. Hukum Pendiri 1. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) No. SK Badan Hukum Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 93.AH Tahun 2012 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2012 Visi Misi Tujuan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah nasional yang memiliki kekuatan suara komunitas keperawatan dan peduli terhadap pemberian pelayanan/asuhan keperawatan yang bermutu bagi kepentingan masyarakat [16] 1. Menguatkan manajemen dan kepemimpinan PPNI untuk mencapai organisasi yang berwibawa jejaring yang kuat di tingkat kepengurusan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Komisariat. 2. Mendukung perawat Indonesia untuk melakukan praktik keperawatan yang aman, kompeten dan professional bagi masyarakat Indonesia 3. Menjadi pintu gerbang standar keperawatan regional dan internasional. [16] 1. Memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat. 2. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 3. Mengembangkan karir dan prestasi kerja bagi tenaga keperawatan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan tenaga keperawatan. 4. Memfasilitasi dan melindungi anggota dalam mengunakan hak politik dan hukum. 5. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan organisasi lain, lembaga dan 54

69 2. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) 3. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 31.AH Tahun 2013 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Februari 2013 Penetapan Menteri Kehakiman Nomor J.A. 5/5/92/7 tanggal 15 Oktober 1954 Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia memiliki visi menjadi wadah institusi penyelenggara pendidikan yang berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, pengembangan teknologi dan ilmu keperawatan melalui penyelenggaraan proses pendidikan Ners yang berwawasan global. [18] Mewujudkan bidan profesional berstandar global. [19] 1. Mewujudkan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan Ners yang baku dan berstandar nasional atau internasional bagi seluruh anggotanya. 2. Menjamin terselenggaranya perkembangan keilmuan, kualitas sumber daya, dan kegiatan riset pada semua pusat pendidikan Ners. 3. Mewujudkan suatu hubungan kerjasama yang setara dengan institusi pendidikan Ners di negara lain. 4. Mengendalikan pertumbuhan dan meningkatkan kualitas pendidikan Ners di Indonesia. [18] 1. Meningkatkan kekuatan organisasi. 2. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan bidan. 3. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan. 4. Meningkatkan institusi lain baik di dalam maupun di luar negeri. [17] Memberdayakan setiap institusi pendidikan Ners untuk menjadi penyelenggara pendidikan yang dapat menghasilkan Ners yang berkualifikasi setara, bermartabat tinggi, dan bermanfaat bagi masyarakat. [18] 1. Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesama bidan, organisasi perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi dan misi. 2. Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan pendidikan, 55

70 4. Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 232.AH Tahun 2012 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 2012 Menjadi Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan yang mempunyai peran, tugas, dan tanggung jawab dalam mendorong pelaksanaan dan pengembangan pendidikan kebidanan serta berperan aktif dalam pengembangan di bidang kebidanan dan kesehatan [21] kesejahteraan anggota. 5. Mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja. [19] 1. Bersama Kolegium Kebidanan Menstandarisasi 2. Membina dan mengembangkan Pendidikan Kebidanan yang bermutu tinggi dan memenuhi standar pendidikan regional dan internasional 3. Membina dan mengembangkan penelitian kebidanan yang bermutu dan bertaraf internasional 4. Meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kebidanan / kesehatan 5. Membina kerjasama dengan stakeholder terkait dalam pengetahuan dan keterampilan terutama dalam profesi kebidanan. 3. Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan & peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak. 4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan serta memberdayakan perempuan dalam masyarakat. [20] Asosiasi mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial [22] 56

71 5. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 6. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI NO. AHU- 100.AH Tahun 2009 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2009 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 210.AH Tahun 2012 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2012 Menjadikan IDI sebagai organisasi profesi kedokteran nasional yang berwibawa di tingkat Asia Pasifik pada tahun [23] Menjadi satu-satunya organisasi yang menghimpun, menyatukan, dan memperjuangkan aspirasi seluruh insitusi pendidikan kedokteran [25] pengembangan Pendidikan Kebidanan [21] 1. Mengupayakan peningkatan kemampuan profesional yang beretika. 2. Mengembangkan peranan yang bermakna dalam meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia. 3. Menyuarakan aspirasi, mengupayakan kesejahteraan dan memberikan perlindungan kepada segenap anggota. 4. Mengembangkan standar pelayanan profesi, standar etika dan memperjuangkan kebebasan profesi yang mampu menyelaraskan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. [23] 1. Mendorong dan membina kerjasama seluruh institusi pendidikan kedokteran Indonesia 2. Memfasilitasi pengembangan pendidikan kedokteran yang bermutu tinggi 1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun Memadukan segenap potensi dokter di Indonesia, meningkatkan harkat, martabat, dan kehormatan diri dan profesi kedokteran di Indonesia, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera [24] Melakukan kegiatan di bidang sosial [25] 57

72 7. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 17.AH Tahun 2013 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2013 Terwujudnya profesi Apoteker yang paripurna, sehingga mampu mewujudkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia yang berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 [26] dan memeuhi standar regional dan internasional 3. Berperan aktif membantu Pemerintah dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan 4. Membina dan menjadi simpul kerjasama dengan pemangku kepentingan lain dalam dan luar negeri yang terkait dengan pendiidkan kedokteran dan pelayanan kesehatan [25] 1. Menyiapkan Apoteker yang berbudi luhur, profesional, memiliki kesejawatan yang tinggi, dan inovatif, serta berorientasi ke masa depan 2. Membina, menjaga, dan meningkatkan profesionalisme Apoteker sehingga mampu menjalankan praktek kefarmasian secara bertanggung jawab Maksud: Ikatan mempunya maksud untuk mewujudkan apoteker yang profesional, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia Tujuan: 1. Menyiapkan apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berbudi luhur, proefsional, memiliki semangat kesejawatan yang 58

73 8. Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 191.AH Tahun 2013 Ditetapkan pada tanggal 24 September 2013 Mewujudkan mutu sistem Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia bertaraf internasional yang berakar kuat pada nilainilai budaya lokal. Sumber: Dokumen Visi, Misi, dan Tujuan APTFI dari Sekretaris APTFI 3. Memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota dalam menjalankan praktek profesinya 4. Mengembangkan kerjasama dengan Perkumpulan profesi lainnya baik Nasional maupun internasional [26] 1. Mengorganisasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia untuk saling bekerja sama, memperkuat dan melengkapi dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. 2. Meningkatkan partisipasi anggota Pendidikan Tinggi Farmasi dalam agenda asosiasi untuk menentukan strategi pengembangan Pendidikan Tinggi Farmasi secara nasional. 3. Mensosialisasikan kebijakan pemerintah tinggi, dan inovatif, serta berorientasi ke masa depan 2. Membina, menjaga, dan meningkatkan profesionalisme apoteker sehingga mampu menjalankan praktik kefarmasian secara bertanggung jawab 3. Memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota dalam menjalankan praktik profesinya 4. Mengembangkan kerjasama dengan organisasi profesi lainnya baik nasional maupun internasional [27] 1. Tercapainya standar akreditasi Pendidikan Tinggi Farmasi secara nasional dan internasional. 2. Terbukanya ruang gerak dan kemandirian Pendidikan Tinggi Farmasi untuk maju dan berkembang secara sehat. 3. Meningkatnya partisipasi Pendidikan Tinggi Farmasi untuk membantu pemerintah dalam mencapai percepatan masyarakat yang makmur dan berpendidikan. 4. Meningkatnya kerjasama untuk pelaksanaan Tri Dharma 59

74 9. Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 62.AH Tahun 2013 Ditetapkan di Jakarta tanggal 2 April 2014 Mengantarkan institusi pendidikan gizi menjadi institusi yang secara Aktif meningkatkan mutu pendidikan, dengan manajemen profesional, mandiri, bervisi Global untuk mendapat pengakuan nasional maupun internasional. [29] tentang Pendidikan Tinggi Farmasi di Indonesia kepada seluruh anggota Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia. 4. Mensosialisasikan perkembangan Pendidikan Tinggi Farmasi tingkat regional dan internasional. 1. Membina dan mengembangkan program pendidikan gizi yang bermutu tinggi dan memenuhi standar nasional dan internasional. 2. Menjaga keseimbangan antara produk pendidikan dan kebutuhan pasar. 3. Membina dan mengembangkan riset gizi yang bermutu dan bertaraf nasional dan internasional. 4. Membina pelayanan gizi kesehatan kepada masyarakat bersama konsil kesehatan. 5. Membina dan bekerjasama dengan badan terkait dalam pengendalian peran fungsi dan tanggung jawab institusi pendidikan gizi. [29] Perguruan Tinggi Farmasi diantara anggota asosiasi. 5. Memajukan ilmu, teknologi dan profesi kefarmasian di Indonesia. [28] 1. Mengembangkan Institusi Pendidikan Gizi di Indonesia menjadi institusi pendidikan gizi yang bermutu tinggi dan mampu bersaing di forum nasional dan internasional. 2. Bersama konsil gizi Indonesia, koligium, organisasi profesi berperan secara substansif dalam menyusun dan mengkaji ulang kurikulum pendidikan gizi Indonesia, akreditasi dan jaminan mutu pendidikan gizi di Indonesia. 3. Membantu anggota menuju proses pengembangan pendidikan gizi. [30] 10. Ikatan Ahli Keputusan Menteri Pengurus Pusat (PP) IAKMI 1. Melaksanakan kredensial 1. Turut serta dalam pengemban- 60

75 Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU- 113.AH Tahun 2013 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Juni memiliki visi Profesionalisme bertaraf global. Yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan tenaga profesi kesmas yang kompetitif mampu menjawab tantangan global serta mampu mengkreasi pendekatan unggul dalam pemecahan masalah kesmas local yang spesifik tetapi bertaraf global [31] keprofesian. 2. Berperan aktif dalam meningkatkan mutu keluaran pendidikan kesehatan masyarakat 3. Mengembangkan kemampuan kompetensi kesmas dan para anggotanya 4. Pengakuan masyarakat terhadap keprofesian kesehatan masyarakat 5. Berperan aktif dalam pembangunan nasional dan pembangunan kesehatan khususnya. 6. Menjadikan IAKMI organisasi profesi kesmas yang efektif diseluruh wilayah Indonesia [31] gan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat 2. Turut dalam peningkatan serajat kesehatan Indonesia khususunya dan umat manusia pada umumnya 3. Melindungi kepentingan anggota Perserikatan dan memberikan peran aktif untuk meningkatkan peranan anggota Perserikatan 4. Membantu Pemerintah dalam program pembangunan nasional [32] 61

76 2.2. Bukti Dukungan Kesepakatan Pendirian LAM-PTKes Pada hari Kamis, tanggal 22 Desember 2011, Asosiasi Pendidikan dan Organisasi tujuh profesi kesehatan, yaitu AIPKI, IDI, AFDOKGI, PDGI, AIPNI, PPNI, AIPKIND, IBI, AIPTKMI, IAKMI, APTFI, IAI, AIPGI, dan PERSAGI menyepakati hal-hal terkait dengan pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes Indonesia): 1. Bahwa pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi; 2. Untuk mendirikan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 3. Bahwa akreditasi pada pendidikan tinggi kesehatan dilakukan oleh LAM-PTKes Indonesia. 62

77 2.2.2 Berita Acara Pemilihan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Pemangku Kepentingan LAM- PTKes 63

78 64

79 BAB III ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN LAM-PTKes 3.1. Status Legal dan Pengakuan terhadap LAM-PS Berdasarkan rancangan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi, badan hukum sebuah Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Masyarakat dapat mengajukan permohonan badan hukum nirlaba bila Menteri telah memberikan persetujuan pengakuan LAM Masyarakat berdasarkan pengakuan dari BAN-PT. Sementara proses studi kelayakan ini kami ajukan kepada Menteri, saat ini kami sudah selesai menyusun anggaran dasar sebagai salah satu persyaratan dalam pembentukan badan hukum Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes). Anggaran dasar disusun oleh tim persiapan pembentukan badan hukum LAM-PTKes yaitu Majelis Pemangku Kepentingan (MPK) LAM-PTKes. MPK, yang dibentuk pada bulan Mei 2012 (Lihat Berita Acara MPK pada 2.2.2), terdiri atas 14 orang perwakilan organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang menandatangani kesepakatan pendirian LAM-PTKes pada Desember 2012 (Lihat Kesepakatan Pendirian pada 2.2.1). Secara intensif, perumusan anggaran dasar dimulai pada awal tahun 2013 dengan melibatkan notaris sebagai narasumber untuk memberi masukan kepada draf anggaran dasar LAM-PTKes. Perumusan diawali dengan membahas keanggotaan LAM-PTKes dimana terdapat dua jenis anggota LAM-PTKes yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa. Anggota biasa terdiri atas pendiri LAM-PTKes yang berbadan hukum dan organsiasi profesi serta asosiasi institusi pendidikan lain yang telah berbadan hukum. Oleh karena terdapat pendiri yang belum berbadan hukum, maka diskusi mengenai anggota berlangsung cukup lama karena anggaran dasar diharapkan dapat memfasilitasi keinginan seluruh pendiri untuk terlibat dalam LAM-PTKes. Seiring dengan penyusunan anggaran dasar ini, LAM-PTKes juga telah mengadakan audiensi dengan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kementerian Hukum dan HAM. Audiensi ini bertujuan agar selama LAM-PTKes mendapat masukan dan revisi anggaran dasar yang disusun agar saat pengajuan anggaran dilakukan ke Kemkumham RI, format anggaran dasar LAM-PTKes telah sesuai dengan format dari Kemkumham. 65

80 Pengurusan badan hukum LAM-PTKes ini dilakukan secara pararel bersamaan dengan proses pengesahan Permendikbud tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar saat pengesahan Permendikbud telah disahkan, LAM-PTKes telah memiliki semua syarat untuk pengurusan badan hukum LAM-PTKes Rancangan Sistem dan Prosedur Akreditasi LAM-PTKes Prosedur Akreditasi Program Studi Tabel 3.1. Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes NO. WAKTU (Bulan) TAHAPAN AKREDITASI I. PERSIAPAN 1-12 s/d +1 Sekretariat mempelajari profil Program Studi yang akan habis masa berlakunya 12 bulan yang akan datang berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) 2 Idem Dua belas (12) bulan sebelum masa berlaku akreditasi berakhir, Sekretariat LAM- PTKes memberitahu program studi untuk meminta diakreditasi melalui surat elektronik yang dikonfirmasi melalui SMS. 3 Idem Setelah menerima pemberitahuan dari Sekretariat, Program Studi bersama Unit Pengelola Program Studi membentuk Tim Persiapan Akreditasi yang minimal terdiri atas : 1) Ketua Program Studi / Wakil Dekan / Wakil Ketua Sekolah Tinggi sebagai Ketua Tim Persiapan; 2) Sekretaris Program Studi sebagai Sekretaris Tim Persiapan; 3) Dosen di Program Studi yang memiliki pengalaman di dalam sistem penjaminan mutu internal dan eksternal (asesor). 4 Idem Ketua Tim Persiapan Akreditasi mengangkat penanggung jawab untuk masingmasing : 1) Evaluasi Diri Program Studi; 2) Borang Program Studi; 3) Borang Unit Pengelola Program Studi; dan 4) Data. 5 Idem Program Studi menanggapi surat LAM-PTKes dengan menyampaikan susunan Tim Persiapan Akreditasi untuk komunikasi selanjutnya dengan Sekretariat. 6 Idem Ketua Tim Persiapan Akreditasi mendiseminasi data yang sudah lengkap dari Penanggung Jawab Data Program Studi dan Unit Pengelola Program Studi kepada Penanggung Jawab Laporan Evaluasi Diri Program Studi; Borang Program Studi; 66

81 Borang Unit Pengelola Program Studi. 7 Idem Program Studi dengan Tim Persiapan Akreditasi menyusun jadwal pendampingan oleh fasilitator yang disampaikan ke Sekretariat LAM-PTKes dengan permintaan untuk didampingi persiapan akreditasinya melalui surat elektronik. 8 Idem Jika Sekretariat menerima permintaan untuk didampingi persiapan akreditasinya, maka disiapkan daftar fasilitator yang akan bertugas berdasarkan usulan ketua divisi. Keputusan penugasan adalah berdasarkan database fasilitator yang sudah disetujui oleh Ketua Pengurus dan ditembuskan kepada Majelis Akreditasi. 9 Idem Fasilitator (pendamping) menyatakan kesediaannya ke Sekretariat. 10 Idem Sekretariat menyiapkan surat tugas yang berlaku selama 3 bulan (untuk fasilitasi tahap pertama) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 11 Idem Sekretariat mengirimkan surat jawaban secara elektronik kepada Program Studi yang dikonfirmasi melalui SMS tentang nama fasilitator yang telah ditunjuk serta jadwal pendampingan sesuai dengan jadwal yang diminta Program Studi (lihat Langkah 6) atau jadwal yang diusulkan Fasilitator. 12 Idem Program Studi mengkonfirmasi jadwal pendampingan dan menyampaikannya ke LAM-PTKes. 13 Idem Ketua Tim Persiapan Akreditasi bersama anggota timnya melakukan pemutakhiran, analisis dan perbaikan pengisian Evaluasi Diri Program Studi; Borang Program Studi; Borang Unit Pengelola Program Studi Pendampingan oleh fasilitator dapat dilakukan melalui Sistem Informasi Akreditasi secara online Tugas Fasilitator antara lain adalah: 1. Memberi penjelasan tentang proses akreditasi dan hal-hal yang perlu dipersiapkan; 2. Memperkenalkan lebih jauh tentang standar yang harus dipenuhi; 3. Mengevaluasi kesiapan untuk akreditasi; 4. Jika semua dokumen sudah memenuhi syarat, fasilitator merekomendasi kelengkapan dokumen akreditasi ke LAM-PTKes. 15 Idem Program Studi melakukan perbaikan dokumen akreditasi sesuai hasil pendampingan 67

82 16 Idem Fasilitator membantu melakukan identifikasi mulai dari keabsahan program studi, evaluasi diri, borang Program Studi, borang pengelola, renstra, rencana operasional, dll. 17 Idem Jika dalam 3 bulan pertama pendampingan oleh Fasilitator, Program Studi telah melengkapi dokumen usulan akreditasi, maka Program Studi dapat mengajukan akreditasi kepada LAM-PTKes. Jika Fasilitator menyatakan dokumen usulan akreditasi program studi belum lengkap, maka Fasilitator merekomendasikan untuk pendampingan tahap 2 selama 3 bulan lagi, dan seterusnya. 18 Idem Berkas akreditasi yang sudah lengkap dikirim oleh Program Studi ke Sekretariat LAM-PTKes berikut dengan Formulir Evaluasi Kinerja Fasilitator. II. ASESMEN KECUKUPAN / DESK EVALUATION 19 0 s/d +1 Setelah dipastikan bahwa berkas sudah lengkap, maka Sekretariat menyiapkan daftar Tim Asesor yang akan bertugas berdasarkan database asesor yang diusulkan oleh Ketua Divisi untuk ditetapkan oleh Ketua Pengurus dengan tembusan kepada Majelis Akreditasi. 20 Idem Tim Asesor menyatakan kesiapannya ke Sekretariat setelah melihat Pedoman Kerja Asesor. 21 Idem Sekretariat mengirimkan file (dalam bentuk PDF) meliputi: Laporan evaluasi diri, borang program studi, borang unit pengelola program studi (fakultas/sekolah tinggi/politeknik/akademi), lampiran-lampiran, informasi jadwal lama waktu pemeriksaan/penilaian, rencana waktu visitasi program studi kepada para asesor secara elektronik yang dikonfirmasi melalui SMS. 22 Idem Tim Asesor membuka file yang telah dikirimkan dengan kode/password yang dimiliki setiap asesor kemudian melakukan pemeriksaan dan penilaian satu persatu mulai dari Format 1: Penilaian Borang Program Studi, Format 2: Penilaian Evaluasi Diri Program Studi dan Format 3: Penilaian Borang Unit Pengelola Program Studi. 23 Idem Tim Asesor diberikan waktu 1 minggu untuk melakukan Asesmen Kecukupan per program studi di lokasi keberadaan asesor secara elektronik. 24 Idem Hasil penilaian kemudian dikirim oleh Tim Asesor kembali ke Sekretariat melalui 68

83 Sistem Informasi Akreditasi online 25 Idem Sekretariat memeriksa kelengkapan dokumen yang diterima dari Tim Asesor. 26 Idem Tim Asesor menyepakati antar mereka jadwal visitasi dan melaporkan ke Sekretariat. III. ASESMEN LAPANGAN / VISITASI 27 0 s/d +1 Setelah berkas Asesmen Kecukupan dinyatakan lengkap, Sekretariat menginformasikan ke program studi tentang jadwal visitasi. 28 Idem Program Studi mengkonfirmasi jadwal visitasi, informasi tentang hotel dan transportasi serta menyampaikannya ke Sekretariat LAM-PTKes. 29 Idem Sekretariat LAM-PTKes mengirimkan kepada Tim Asesor dan program studi surat tugas visitasi Tim Asesor, nama dan alamat Program Studi serta nomor telepon kontak, surat pemberitahuan resmi ke program studi berikut nama, dan nomor telepon kontak Tim Asesor. 30 Idem Sekretariat mempersiapkan dokumen visitasi (format penilaian lengkap dalam bentuk program Microsoft Excel, termasuk berita acara), dokumen-dokumen asesmen kecukupan Program Studi pada laptop masing-masing asesor dan biaya perjalanan bagi Tim Asesor. 31 Idem Program Studi yang telah menerima surat pemberitahuan resmi dari LAM-PTKes mempersiapkan sarana yang meliputi dokumen pendukung dan ruang khusus yang dilengkapi dengan peralatan kantor (printer, kertas, proyektor LCD, dan wifi) di kampus untuk digunakan sebagai ruang kerja tim asesor termasuk ruangan untuk pertemuan dengan dosen, mahasiswa, alumni, dan pemangku kepentingan. 32 Idem Sekretariat melakukan koordinasi persiapan visitasi Tim Asesor. 33 Idem Tim Asesor berangkat dari tempat masing-masing langsung menuju lokasi visitasi. 34 Idem Sehari sebelum asesmen lapangan, Tim Asesor melakukan pertemuan untuk menyamakan persepsi dan membahas pembagian tugas tim sebelum bertemu pimpinan unit pengelola program studi dan pimpinan program studi di hari pertama pukul Idem Tim Asesor menemui pimpinan unit pengelola program studi, yang didampingi oleh pimpinan program studi dan tim penyusun borang akreditasi, untuk memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan, dan rangkaian kerja visitasi 69

84 serta membacakan Kode Etik Asesor. 36 Idem Presentasi dan penjelasan dari pimpinan unit pengelola Program Studi dan pimpinan program studi, yang dihadiri oleh pimpinan unit pendukung program studi (misal: kepala lab, kepala perpustakaan, kepala bagian akademik, kepala bagian kemahasiswaan, dan kepala departemen). 37 Idem Tim Asesor memeriksa data, informasi, dan bukti yang telah disiapkan oleh program studi dan keadaan lapangan lainnya, di lokasi yang terkait (Tim Asesor dapat membagi tugas untuk mengunjungi tempat yang berbeda). 38 Idem Tim Asesor mengobservasi/meninjau kegiatan pembelajaran dan fasilitas/instalasi pendukung, seperti: ruang pimpinan, ruang dosen, ruang administrasi, perpustakaan dan aksesnya, laboratorium yang sesuai, ruang kuliah, fasilitas mahasiswa, fasilitas alumni, dan wahana praktek (rumah sakit, puskesmas, klinik, atau laboratorium lapangan). 39 Idem Tim Asesor mewawancarai dosen tahap akademik, dosen/pembimbing klinik, mahasiswa, tenaga kependidikan, alumni, pengguna lulusan dan mitra kerja yang dianggap perlu. 40 Idem Tim Asesor melakukan pertemuan harian untuk membahas hasil visitasi dan menyusun Berita Acara. 41 Idem Tim Asesor mengadakan pertemuan dengan pimpinan program studi, pimpinan unit pengelola program studi dan dosen untuk mendiskusikan Berita Acara hasil visitasi. 42 Idem Tim Asesor menandatangani Berita Acara visitasi dengan ketua program studi untuk borang program studi dan dengan pimpinan unit pengelola program studi untuk borang unit pengelola program studi. 43 Idem Tim Asesor menyusun rekomendasi dan hal-hal yang mendesak untuk ditindaklanjuti Program Studi yang disampaikan pada acara penutupan asesmen lapangan serta menyerahkan form evaluasi kinerja LAM-PTKes (fasilitator, asesor, dan sekretariat) ke program studi. 44 Idem Tim Asesor mengisi dokumen format penilaian dan rekomendasi hasil visitasi, Laporan Penilaian Akhir Evaluasi Diri (ED) Program Studi, serta Laporan Penilaian Akhir Borang Program Studi. 70

85 45 Idem Tim Asesor mengirim berita acara dan seluruh hasil penilaian secara elektronik serta dokumen perjalanan (tiket, boarding pass, kuitansi transportasi lokal dan kuitansi penginapan) melalui pos kepada Sekretariat LAM-PTKes, selambatlambatnya satu minggu setelah visitasi di program studi. 46 Idem Program Studi mengirim form evaluasi kinerja LAM-PTKes ke sekretariat paling lambat 1 minggu setelah hari terakhir asesmen lapangan dilakukan. IV. VALIDASI s/d 2 Sekretariat LAM-PTKes memeriksa kelengkapan hasil asesmen lapangan termasuk evaluasi kinerja LAM-PTKes (fasilitator, asesor, dan sekretariat). Setelah dipastikan bahwa berkas sudah lengkap, maka Sekretariat menyiapkan daftar Validator yang akan bertugas berdasarkan database Tim Validator yang diusulkan oleh Ketua Divisi untuk ditetapkan oleh Ketua Pengurus dengan tembusan kepada Majelis Akreditasi. Sekretariat mengirim berkas ke validator secara elektronik dan meng-entry rekap data hasil asesmen lapangan. 48 Idem Tim Validator LAM-PTKes melakukan validasi hasil asesmen kecukupan dan lapangan tim asesor untuk kemudian dilaporkan ke Sekretariat melalui Sistem Informasi Akreditasi secara online. 49 Idem Laporan yang valid dikirim oleh Tim Validator ke Sekretariat. 50 Idem Setelah menerima berkas program studi dari Tim Validator, Sekretariat mengirim berkas ke Ketua Divisi. 51 Idem Setelah menerima berkas program studi dari Sekretariat, Ketua Divisi mempersiapkan rapat pleno Majelis Akreditasi. V. KEPUTUSAN STATUS DAN PERINGKAT AKREDITASI 52 A Idem Rapat Pleno Majelis Akreditasi memutuskan status dan peringkat akreditasi program studi berdasarkan hasil asesmen lapangan yang sudah divalidasi untuk dikirim ke sekretariat. 52 B Idem Jika Rapat Pleno Majelis menghasilkan keputusan status dan peringkat akreditasi yang berbeda (naik ataupun turun peringkat) dengan status dan peringkat akreditasi hasil asesmen lapangan tim asesor, maka Rapat Pleno Majelis akan memutuskan untuk dilakukan revalidasi oleh Tim Validator lain. 53 Idem Sekretariat LAM-PTKes membuat dan mengirim SK dan Rekomendasi Tindak 71

86 Lanjut bagi program studi yang Terakreditasi dan Tidak Terakreditasi. 54 Idem Fasilitator memantau kepatuhan program studi terhadap Rekomendasi Tindak Lanjut yang diberikan oleh LAM-PTKes. 55 Idem Sekretariat membuat sertifikat bagi Program Studi terakreditasi yang tidak mengajukan keberatan dalam waktu 3 bulan setelah keluarnya SK. VI. PENGAJUAN KEBERATAN PROGRAM STUDI ATAS KEPUTUSAN AKREDITASI s/d +5 Jika Program Studi keberatan terhadap keputusan tentang status/peringkat akreditasi, maka mengajukan surat keberatan terhadap keputusan akreditasi dengan dokumen pendukung keberatannya selambat-lambatnya 3 bulan setelah SK diterbitkan dan dikirim secara elektronik. 57 Idem Sekretariat LAM-PTKes menerima dan mengajukan surat keberatan yang masuk ke Rapat Pleno Majelis bagi pengajuan yang tidak melebihi batas waktu 3 bulan setelah SK diterbitkan dan dikirim secara elektronik. 58 Idem Ketua Divisi mengkaji dokumen keberatan dari Program Studi. 59 A Idem Jika keputusan Rapat Pleno Majelis Akreditasi adalah keberatan itu LAYAK dilakukan asesmen lapangan ulang dengan Tim Asesor yang berbeda. 59 B Idem Jika keputusan Rapat Pleno Majelis Akreditasi adalah bahwa keberatan itu TIDAK LAYAK Sekretariat LAM-PTKes membuat surat pemberitahuan penolakan keberatan program studi. 60 A Idem Sekretariat membuat surat pemberitahuan kepada Program Studi bahwa akan dilakukan asesmen lapangan ulang dengan Tim Asesor yang berbeda. 60 B Idem Sekretariat LAM-PTKes mengirim surat penolakan keberatan Program Studi Program Studi mengajukan akreditasi ulang paling cepat 1 (satu) tahun setelah penetapan status terakreditasi untuk meningkatkan peringkat terakreditasinya. 72

87 Gambar 3.1. di bawah memperlihatkan Peta Proses Kerja Akreditasi oleh LAM-PTKes untuk memberi ilustrasi yang lebih jelas mengenai tahap-tahap proses kerja akreditasi oleh LAM-PTKes. Gambar 3.1. : Peta Proses Kerja Akreditasi LAM-PTKes Program Studi /Tim Persiapan Sekretariat LAM-PTKes Fasilitator Asesor Validator Divisi/Pleno Majelis 53 52B A 61 60B 51 52A 59A 59B 73

88 3.2.2 Instrumen Akreditasi Program Studi yang Disusun Berdasarkan SNPT Instrumen akreditasi LAM-PTKes adalah instrumen BAN-PT yang dikembangkan oleh HPEQ dan BAN-PT. Adapun instrumen yang ada meliputi : 1. Profesi kedokteran 2. Profesi kedokteran gigi 3. Profesi Ners Keperawatan dan DIII Keperawatan 4. DIII Kebidanan 5. Kesehatan masyarakat (S1) 6. Farmasi (S1) 7. Gizi (DIII, S1, dan profesi) Instrumen 7 bidang kesehatan tersebut telah disusun sebelum terbitnya Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Tentang SNPT sehingga : 1. Beberapa pernyataan borang masih bersifat umum dan belum terinci mengakomodasi ketiga standar utama pada SNPT 2014 (Pembelajaran, Penelitian, Pengabdian Masyarakat) 2. Pengelompokkan format standar Instrumen PS berbeda dengan SNPT 2014 namun isi/konten dari instrumen sama dengan SNPT Kesesuaian antara instrumen dan SNPT 2014 : Standar I tentang Pembelajaran hampir semua telah tertampung dalam instrumen, sedangkan untuk Standar II dan III telah tertampung di dalam instrumen namun bersifat umum (Terlampir). 4. Sesuai dengan peraturan pengembangan instrumen LAM harus mengikuti standar akreditasi BAN-PT, BAN-PT saat ini belum melakukan penyesuaian standar. 5. LAM-PTKes merencanakan revisi seluruh instrumen setelah BAN-PT menetapkan standar akreditasi yang baru sesuai dengan SNPT Kebijakan dan Mekanisme Pengambilan Keputusan 1. Persiapan : a) Syarat registrasi (dalam proses SIMAK) : Surat Tugas proses akreditasi, Surat Izin Penyelenggaran Program Studi (khusus untuk profesi, lampirkan surat izin profesi), Surat Pernyataan kebenaran Data/Borang Program Studi. Comment [DA1]: Kalimat awal : SK Tim Penyusun 74

89 b) Penentuan fasilitator berdasarkan usulan Ketua Divisi. Keputusan penugasan berdasarkan database fasilitator yang sudah disetujui oleh Ketua Pengurus dan ditembuskan kepada Majelis Akreditasi. c) Program studi meng-upload borang final (Borang Program Studi, unit pengelola, dan evaluasi diri) dan konfirmasi selesai pendampingan fasilitator pada SIMAK Online yang menyatakan bahwa prodi sudah selesai dalam proses fasilitasi. 2. Asesmen Kecukupan : a) Sekretariat menyiapkan daftar Tim Asesor yang akan bertugas berdasarkan database. b) Tim asesor diusulkan oleh Ketua Divisi untuk ditetapkan oleh Ketua Pengurus dengan tembusan kepada Majelis Akreditasi. c) Setelah tim asesor mengupload form penilaian hasil Asesmen Kecukupan, Sekretariat mempersiapkan untuk Asesmen Lapangan. 3. Asesmen Lapangan : a) Asesmen lapangan dilakukan oleh tim yang terdiri atas 3 orang : koordinator, sekretaris, dan anggota. Asesmen lapangan dilakukan selama 4 hari termasuk perjalanan pulang pergi. b) Tim asesor meng-upload form penilaian, dan Program Studi mengirim form evaluasi kinerja LAM-PTKes ke sekretariat c) Sekretariat memeriksa kelengkapan hasil asesmen lapangan (form penilaian, berita acara) termasuk evaluasi kinerja LAM-PTKes. 4. Validasi a) Validator yang diusulkan oleh Ketua Divisi untuk ditetapkan oleh Ketua Pengurus dengan tembusan kepada Majelis Akreditasi. b) Laporan yang valid dikirim ke Sekretariat oleh tim validator (2 orang). 5. Keputusan Akreditasi a) Ketua Divisi mempersiapkan rapat pleno Majelis Akreditasi setelah menerima berkas program studi dari Sekretariat 75

90 b) Rapat Pleno Majelis Akreditasi memutuskan status dan peringkat akreditasi program studi berdasarkan hasil asesmen lapangan yang sudah divalidasi untuk dikirim ke secretariat c) Jika Rapat Pleno Majelis menghasilkan keputusan status dan peringkat akreditasi yang berbeda (naik ataupun turun peringkat) dengan status dan peringkat akreditasi hasil asesmen lapangan tim asesor, maka Rapat Pleno Majelis akan memutuskan untuk dilakukan revalidasi oleh Tim Validator lain. d) Sekretariat LAM-PTKes membuat dan mengirim SK dan Rekomendasi Tindak Lanjut bagi program studi yang Terakreditasi dan Tidak Terakreditasi. e) Sekretariat membuat sertifikat bagi Program Studi terakreditasi yang tidak mengajukan keberatan dalam waktu 3 bulan setelah keluarnya SK. 6. Banding a) Jika Program Studi keberatan terhadap keputusan tentang status/peringkat akreditasi, maka mengajukan surat keberatan terhadap keputusan akreditasi dengan dokumen pendukung keberatannya selambat-lambatnya 3 bulan setelah SK diterbitkan dan dikirim secara elektronik. b) Sekretariat LAM-PTKes menerima dan mengajukan surat keberatan yang masuk ke Rapat Pleno Majelis bagi pengajuan yang tidak melebihi batas waktu 3 bulan setelah SK diterbitkan dan dikirim secara elektronik. c) Ketua Divisi mengkaji dokumen keberatan dari Program Studi. d) Jika keputusan Rapat Pleno Majelis Akreditasi adalah keberatan itu LAYAK dilakukan asesmen lapangan ulang dengan Tim Asesor yang berbeda. e) Jika keputusan Rapat Pleno Majelis Akreditasi adalah bahwa keberatan itu TIDAK LAYAK Sekretariat LAM-PTKes membuat surat pemberitahuan penolakan keberatan program studi. f) Sekretariat membuat surat pemberitahuan kepada Program Studi bahwa akan dilakukan asesmen lapangan ulang dengan Tim Asesor yang berbeda. g) Sekretariat LAM-PTKes mengirim surat penolakan keberatan Program Studi. h) Program Studi mengajukan akreditasi ulang paling cepat 1 (satu) tahun setelah penetapan status terakreditasi untuk meningkatkan peringkat terakreditasinya. 76

91 3.2.4 Mekanisme Keterbukaan dan Akses oleh Publik Sesuai dengan UU Republik Indonesia no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibatkan pada kepentingan publik. LAM-PTKes sudah menyediakan informasi yang dapat dengan mudah di akses oleh publik melalui laman informasi yang disampaikan dalam laman tersebut merupakan usaha baik dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik tentang proses akreditasi yang dilakukan oleh LAM-PTKes. Selain itu juga telah disediakan sarana untuk mendapatkan informasi melalui surel dalam surel tersebut publik daapat mengirimkan permintaan untuk mendapatkan informasi kepada manajemen LAM-PTKes sepanjang informasi yang diminta tidak bertentangan dengan Peraturan yang berlaku di NKRI. Dalam proses akreditasi saat ini LAM-PTKes sudah menjalankan prosesnya berbasis Teknologi Informasi yaitu dengan menggunakan Laman dan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Akreditasi berbasis web secara daring (SIMAK). Laman tersebut dapat diakses oleh masyarakat umum / Publik sedangkan untuk SIMAk adalah aplikasi dengan akses terbatas, yang hanya dapat diakses oleh Program Studi Kesehatan yang sudah memiliki akses yang legal dan Manajemen LAM-PTKes untuk melakukan proses akreditasi. Secara umum laman yang di miliki oleh LAM-PTKes memuat hal-hal di bawah ini, yaitu : 1. Profil organisasi LAM-PTKes, yang berisi : struktur organisasi, personil pengurus LAM- PTKes, beserta tugas dan tanggung jawab (Anjab) 2. Proses kerja LAM-PTKes 3. Berita dan jadwal kegiatan 4. Publikasi : a) Instrumen akreditasi untuk semua bidang ilmu kesehatan b) Panduan penggunaan (manual book) aplikasi SIMAK 77

92 c) Kode etik tim penilai d) Template surat : Surat tugas proses akreditasi, Surat pernyataan kebenaran borang e) Webmail 5. Klinik konsultasi akreditasi (FAQ) Klinik konsultasi prodi merupakan sarana untuk prodikes menanyakan semua aspek yang terkait dengan akreditasi. Klinik konsultasi akan dibuat terstruktur dimulai pada satu hari kerja dalam satu minggu. Dalam klinik ini Publik maupun prodikes dapat melakukan interaksi secara daring tentang akreditasi prodikes. Sedangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Akreditasi (SIMAk) berbasis web secara daring merupakan program yang dibuat khusus oleh LAM-PTKes untuk melakukan proses akreditasi yang meliputi interaksi daring antara : Prodikes Fasilitator Asesor Validator Sekretariat LAM-PTKes Aplikasi ini di kembangkan dengan konsep untuk memberikan keterbukaan tentang proses akreditasi dan memberikan penilaian akreditasi secara obyektif Mekanisme Pengajuan dan Penanganan Keluhan dari Stakeholders Pengajuan dan penanganan keluhan terhadap akreditasi oleh LAM-PTKes ditampung dalam Sistem Pengelolaan Keluhan. Sistem Pengelolaan Keluhan LAM-PTKes menangani, mengelola, menanggapi dan melaporkan keluhan pelanggan dan para pemangku kepentingan (stakeholders). LAM-PTKes menggunakan sistem pengelolaan keluhan untuk menganalisis hal yang perlu diperbaiki. Informasi yang didapat dari Sistem Pengelolaan Keluhan digunakan untuk memuaskan pelanggan dan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan mencegah keluhan serupa terulang. 78

93 Ciri-ciri Sistem Pengelolaan Keluhan LAM-PTKes adalah sebagai berikut : 1. Tempat yang tersentralisasi bagi pelanggan dan para pemangku kepentingan untuk melaporkan keluhannya. 2. Metode untuk menerima keluhan 3. Proses Pencatatan keluhan 4. Sistem untuk pengarsipan keluhan 5. Proses investigasi dan verifigasi keluhan 6. Cara menyelesaikan dan menindaklanjuti keluhan Dengan memiliki sistem pengelolaan keluhan, LAM-PTKes menunjukan komitmennya untuk menyediakan pelayanan akreditasi yang berkualitas. Sistem Pengelolaan Keluhan LAM-PTKes ditangani oleh sebuah tim yang siap untuk memberikan tanggapan terhadap keluhan dalam waktu 5 hari kerja. Tim Pengelola Keluhan LAM-PTKes ini telah disiapkan daftar solusi penanganan keluhan secara umum berdasarkan Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Systems). Oleh karena itu keluhan pelanggan dan para pemangku kepentingan merupakan suatu kesempatan bagi LAM-PTKes untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih menguntungkan. Keluhan bisa disampaikan melalui surat elektronik, telepon, media sosial, dan fax. Selain itu, pengunjung dapat mengisi formulir umpan balik secara online. Ketika formulir umpan balik dari pelanggan diterima, tim pengelola keluhan menanggapi umpan balik tersebut 5 hari kerja. Tim juga mereview umpan balik tersebut untuk memastikan kategori dalam database dalam Sistem Manajemen Pengetahuan yang dipilih sesuai, dan informasi yang diberikan jelas dan benar. Selanjutnya Tim memberi tanda dan membuat catatan yang ditambahkan pada komentar online bersamaan dengan komentar tersebut ditambahkan kedalam database. Dengan penandaan tersebut Tim dapat menyortir komentar dan umpan balik berdasarkan kategori yang sesuai berdasarkan Sistem Manajemen Pengetahuan. Dengan demikian informasi menjadi lebih berarti untuk kita mencari trend, pola perihal, tema, atau kemungkinan ketidakkepatuhan yang dapat mengarah ke tindakan perbaikan. 79

94 3.3. Keberlangsungan Kegiatan Akreditasi Analisis Keberlanjutan Layanan Akreditasi oleh LAM-PTKes Analisis tentang Proyeksi Kebutuhan Masyarakat akan Layanan Akreditasi Program Studi Saat ini ruang lingkup LAM-PTKes adalah tujuh bidang ilmu kesehatan (Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kebidanan, Farmasi, Kesehatan Masyarakat, dan Gizi). Sedangkan program pendidikan yang dicakup adalah Vokasi (D3, D4), Akademik (S1,S2 dan S3), serta profesi (dokter, dokter gigi, ners, bidan, apoteker dan spesialis). Jumlah program studi kesehatan dalam ruang lingkup akreditasi oleh LAM-PTKes menurut bidang ilmu, jenjang dan jenis pendidikan vokasi, akademik serta profesi dapat dilihat pada tabel Rancangan Peraturan dalam Melakukan Akreditasi Rancangan peraturan dalam melakukan akreditasi meliputi analisis jabatan dan SOP dalam melakukan akreditasi. Analisis Jabatan : 1. Ketua Umum Tanggung jawab : Terselenggaranya dan berkembangnya program akreditasi program studi di lingkungan perguruan tinggi kesehatan secara efektif dan efisien Hasil Kerja: 1. Rencana strategis (5 tahunan) akreditasi program studi di lingkungan perguruan tinggi bidang ilmu kesehatan 2. Program pengembangan tenaga LAM-PTKes (5 tahun) 3. Program pengembangan sistem informasi (5 tahun) 4. Rencana pengembangan pendanaan LAM-PTKes (5 tahun) 5. Program advokasi LAM-PTKes (5 tahun) Tugas: 1. Menyusun rencana strategis (5 tahunan) akreditasi program studi di lingkungan perguruan tinggi bidang ilmu kesehatan 80

95 2. Menyusun program pengembangan tenaga LAM-PTKes (5 tahun) 3. Menyusun program pengembangan sistem informasi (5 tahun) 4. Menyusun rencana pengembangan pendanaan LAM-PTKes (5 tahun) 5. Menyusun program advokasi LAM-PTKes (5 tahun) Kegiatan : 1. Menyusun rencana strategis (5 tahunan) akreditasi program studi di lingkungan perguruan tinggi bidang ilmu kesehatan 1.1. Menelaah hasil pelaksanaan program akreditasi 5 tahun yang lalu bersama staf 1.2. Menetapkan tujuan yang akan dicapai 5 tahun mendatang bersama staf 1.3. Menyusun langkah-langkah/tahapan bersama staf 2. Menyusun program pengembangan tenaga LAM-PTKes (5 tahun) 2.1 Menelaah SWOT tenaga LAM-PTKes (5 tahun yang lalu) bersama staf 2.2 Menetapkan tujuan yang akan dicapai 5 tahun mendatang bersama 2.3 Menetapkan strategi/langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama staf 3. Menyusun program pengembangan sistem informasi (5 tahun) 3.1 Menelaah pelaksanaan program sistem informasi (5 tahun yang lalu) 3.2 Menetapkan sistem informasi baru yang akan digunakan bersama staf 4. Menyusun rencana pengembangan pendanaan LAM-PTKes (5 tahun) 4.1 Menyusun rencana pengembangan pendanaan LAM-PTKes (5 tahun) 4.2 Menetapkan sistem pendanaan baru yang akan digunakan 5 tahun mendatang bersama staf 5. Menyusun program advokasi LAM-PTKes (5 tahun) 5.1 Menelaah stakeholders LAM-PTKes bersama staf 5.2 Melakukan analisis stakeholders bersama staf 5.3 Menetapkan sistem advokasi (5 tahun) bersama staf Wewenang: 1. Mencari dan mengelola sumber pendanaan LAM-PTKes secara mandiri 2. Melakukan kerjasama bilateral dengan pemerintah atau organisasi non pemerintah baik dalam negeri maupun luar negeri Persyaratan: 1. Pendidikan terakhir S3 81

96 2. Pengalaman kerja minimal di Perkumpulan sebagai: 1. Anggota Tim Task Force Persiapan Pendirian Perkumpulan 2. Anggota Pendiri 3. Anggota Majelis Pemangku Kepentingan 4. Direktur atau Sekretaris Bendahara Perkumpulan 5. Kepala Divisi Atau, Pengalaman kerja di Perguruan Tinggi sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan 2. Ketua Tanggung jawab Terselenggaranya kegiatan operasional (harian) program akreditasi program studi di lingkungan pendidikan tinggi kesehatan Hasil Kerja 1. Rencana tahunan akreditasi LAM-PTKes 2. Laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana tahunan LAM-PTKes 3. Rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes 4. Laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes 5. Program pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes 6. Laporan pelaksanaan pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes Tugas 1. Menyusun rencana tahunan akreditasi LAM-PTKes 2. Menyusun laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana tahunan LAM-PTKes 3. Menyusun rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes 4. Membuat laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes 5. Menyusun program pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes 6. Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes Kegiatan 1. Menyusun rencana tahunan akreditasi LAM-PTKes 82

97 1.1 Menelaah hasil pelaksanaan program akreditasi tahun lalu bersama Direktur LAM- PTKes dan Ketua Divisi 1.2 Menetapkan tujuan yang akan dicapai setahun mendatang bersama Direktur LAM- PTKes dan Ketua Divisi 1.3 Menetapkan strategi dan langkah-langkah kegiatan bersama Direktur LAM-PTKes dan Ketua Divisi 2. Menyusun laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana tahunan LAM-PTKes 2.1 Mengumpulkan informasi pelaksanaan rencana tahunan LAM-PTKes tahun lalu 2.2 Menyusun laporan pelaksanaan rencana tahunan LAM-PTKes 3. Menyusun rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes 3.1 Mengumpulkan informasi/data tentang pembiayaan LAM-PTKes tahun lalu 3.2 Menetapkan rencana pembiayaan tahun yang akan datang bersama Direktur LAM- PTKes dan Ketua Divisi 4. Membuat laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes 4.1 Mengumpulkan informasi/data tentang hasil pelaksanaan rencana pembiayaan tahunan LAM-PTKes tahun lalu 4.2 Menyusun laporan tahunan hasil pelaksanaan rencana pembiayaan tahunan LAM- PTKes 5. Menyusun program pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes 5.1 Mengumpulkan informasi/data tentang kepegawaian LAM-PTKes 5.2 Menyusun rencana program pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes 6. Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes 6.1 Mengumpulkan informasi/data hasil pelaksanaan pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes 6.2 Menyusun laporan pelaksanan pengelolaan tenaga tahunan LAM-PTKes Wewenang: 1. Mengangkat pegawai LAM-PTKes 2. Menetapkan pengeluaran biaya operasional LAM-PTKes Pendidikan 1. Pendidikan terakhir S3 2. Pengalaman kerja minimal di Perkumpulan sebagai 83

98 1. Anggota Tim Task Force Persiapan Pendirian Perkumpulan 2. Anggota Pendiri 3. Anggota Majelis Akreditasi 4. Direktur atau Sekretaris Bendahara Perkumpulan 5. Kepala Divisi Atau, Pengalaman kerja di Perguruan Tinggi sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan 3. Sekretaris Umum LAM PTKes (Direktur Perencanaan dan Pengembangan) Tanggung jawab Terselenggaranya tugas pokok perencanaan dan pengembangan tenaga dan organisasi LAM- PTKes Hasil Kerja 1. Rencana kebutuhan tenaga 5 tahunan 2. Laporan pemenuhan kebutuhan tenaga 5 tahunan 3. Rencana pengembangan tenaga 5 tahunan 4. Laporan pengembangan tenaga 5 tahunan 5. Rencana pengembangan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi 5 tahunan 6. Rencana pengelolaan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi 5 tahunan 7. Dokumen hasil pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi 5 tahunan 8. Rencana Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri 9. Laporan Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri Tugas 1. Menyusun rencana kebutuhan tenaga 5 tahunan 2. Menyusun laporan pemenuhan kebutuhan tenaga 5 tahunan 3. Menyusun rencana pengembangan tenaga 5 tahunan 4. Menyusun laporan pengembangan tenaga 5 tahunan 84

99 5. Menyusun rencana pengembangan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi (5 tahunan) 6. Mengelola sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi (5 tahunan) 7. Menyusun dokumen hasil pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi (5 tahunan) 8. Menyusun Rencana Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri 9. Menyusun Laporan Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri Kegiatan 1. Menyusun rencana kebutuhan tenaga 5 tahunan 1.1 Membuat prediksi kebutuhan tenaga 1.2 Menentukan prioritas pemenuhan kebutuhan tenaga 2. Menyusun laporan pemenuhan kebutuhan tenaga 5 tahunan 2.1 Melakukan pemantauan pemenuhan kebutuhan tenaga 5 tahunan 2.2 Melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan tenaga 5 tahunan 3. Menyusun rencana pengembangan tenaga 5 tahunan 3.1 Menyusun rencana pengembangan karir tenaga 5 tahunan 3.2 Melakukan analisis kebutuhan pelatihan 5 tahunan 4. Menyusun laporan pengembangan tenaga 5 tahunan 4.1 Melakukan pemantauan pengembangan karir tenaga 5 tahunan 4.2 Melakukan evaluasi pengembangan karir tenaga 5 tahunan 5. Menyusun rencana pengembangan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi (5 tahunan) 5.1 Menyusun model sistem manajemen pengetahuan 5 tahunan 5.2 Mengaitkan sistem manajemen pengetahuan langsung kepada indikator penentu kinerja (KPI) fasilitator, asesor, validator, Majelis Akreditasi, Ketua Divisi, Pengurus, dan Sekretariat 5 tahunan 6. Mengelola sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi (5 tahunan) 6.1 Mengolah informasi menjadi pengetahuan 6.2 Mengidentifikasi pengetahuan 6.3 Menilai pengetahuan untuk validitas dan relevansinya 6.4 Menyimpan dan memelihara pengetahuan 85

100 6.5 Mengorganisasi pengetahuan 6.6 Mengakses dan menerapkan pengetahuan 6.7 Menggabung pengetahuan 6.8 Menciptakan pengetahuan 6.9 Mempelajari pengetahuan 6.10 Mendiseminasi pengetahuan 7. Menyusun dokumen hasil pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen pengetahuan yang berkaitan dengan akreditasi (5 tahunan) 7.1 Menulis dokumen model sistem manajemen pengetahuan LAM-PTKes 7.2 Menulis dokumen hasil pengelolaan sistem manajemen pengetahuan (pedoman, ceramah, pelatihan, rancangan produk, kontrak, software, hak cipta, perpustakaan, database, dan SOP) 8. Menyusun Rencana Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri 8.1 Menjajaki kemungkinan kerja sama Dalam dan Luar Negeri sesuai dengan rencana strategis LAM-PTKes 8.2 Menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kerja sama Dalam dan Luar Negeri bersama dengan Direktorat Umum dan Keuangan 9. Menyusun Laporan Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri 9.1 Melakukan pemantauan kerja sama Dalam dan Luar Negeri 9.2 Melakukan evaluasi kerja sama Dalam dan Luar Negeri Wewenang: Menetapkan sumber daya yang diperlukan untuk perencanaan dan pengembangan tenaga dan organisasi LAM-PTKes Pendidikan 1. Pendidikan terakhir S2 2. Pengalaman kerja minimal di Perkumpulan sebagai - Anggota Tim Task Force Persiapan Pendirian Perkumpulan - Anggota Pendiri - Direktur atau Sekretaris Bendahara Perkumpulan - Kepala Divisi Atau, 86

101 Pengalaman kerja di Perguruan Tinggi sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan Atau, Memiliki kompetensi yang dibutuhkan Perkumpulan : 1. Sudah pernah mengikuti Pelatihan Akreditasi 2. Sudah pernah mengikuti Pelatihan SDM 3. Sudah pernah mengikuti Pelatihan Management of Training 4. Sudah pernah mengelola Pelatihan Akreditasi 4. Sekretaris LAM PTKes (Direktur Akreditasi) Tanggung jawab Terselenggaranya proses akreditasi Program Studi Bidang Ilmu Kesehatan di lingkungan LAM-PTKes Hasil kerja: 1. Rencana kerja tahunan Direktorat Akreditasi 2. Laporan kerja tahunan Direktorat Akreditasi 3. Instrumen Akreditasi Program Studi baru 4. Laporan monitoring proses akreditasi 5. Dokumen hasil proses akreditasi Program Studi Tugas: 1. Menyusun rencana kerja tahunan Direktorat Akreditasi 2. Menyusun laporan kerja tahunan Direktorat Akreditasi 3. Menyusun Instrumen Akreditasi Program Studi baru 4. Menyusun laporan monitoring proses akreditasi 5. Membuat dokumen hasil proses akreditasi Program Studi Kegiatan : 1. Menyusun rencana kerja tahunan Direktorat Akreditasi 1.1 Menyusun rencana kerja pengembangan instrumen dan proses kerja akreditasi Menentukan prioritas kerja instrumen akreditasi yang akan dikembangkan (penyempurnaan dan revisi) 87

102 1.1.2 Menentukan prioritas Program Studi yang akan diakreditasi Menentukan penugasan Tim penilai atas usulan Ketua Divisi Menentukan kebutuhan jumlah Tim Penilai untuk pelatihan Mengajukan usulan penyempurnaan fungsi Tim Penilai Mengajukan usulan penyempurnaan substansi SIMAK Online LAM- PTKes 1.2 Menyusun rancangan standar akreditasi LAM-PTKes Melakukan studi banding Mengkaji berbagai sumber referensi akreditasi Mengusulkan penyempurnaan standar akreditasi program studi 1.3 Menyusun rencana kebijakan akreditasi LAM-PTkes Mengajukan usulan kebijakan proses akreditasi Mengajukan usulan kebijakan pengembangan instrumen 2. Menyusun laporan kerja tahunan Direktorat Akreditasi 2.1 Melakukan evaluasi pelaksanaan proses kerja akreditasi 2.2 Menyusun laporan kerja tahunan pelaksanaan proses kerja akreditasi 3. Menyusun instrumen akreditasi Program Studi baru a. Mengkaji intrumen program studi b. Menginisiasi penyusunan dan pengembangan draft instrumen baru c. Melakukan uji coba instrumen 4. Menyusun laporan monitoring perkembangan proses akreditasi 4.1 Melakukan pelayanan akreditasi Melayani konsultasi program studi Menangani keluhan dari prodi Mengelola banding 4.2 Monitoring proses perkembangan akreditasi Mengkaji proses perkembangan akreditasi program studi Mendokumentasikan masalah dalam proses akreditasi 4.3 Menyusun laporan monitoring perkembangan akreditasi 4.1 Mengevaluasi kinerja tim penilai 4.2 Mengevaluasi perkembangan proses akreditasi Program Studi 88

103 4.3 Mengevaluasi laporan tahap perkembangan akreditasi dari Tim Penilai (surat rekomendasi fasilitator, executive summary fasilitasi, laporan asesor, dst) 4.3 Menyusun laporan monitoring perkembangan akreditasi program studi 5. Membuat dokumen hasil proses akreditasi Program Studi 5.1 Menyiapkan draft surat keputusan hasil akreditasi 5.2 Menyiapkan SK hasil akreditasi 5.3 Menyiapkan Sertifikat Akreditasi Wewenang : Menentukan program studi yang akan diakreditasi oleh LAM-PTKes dan penyempurnaan serta revisi instrumen. Persyaratan : 1. Pendidikan terakhir minimal S2 2. Pengalaman kerja minimal di Perkumpulan sebagai : 1. Anggota Tim Task Force Persiapan Pendirian Perkumpulan 2. Anggota Pendiri 3. Kepala Divisi 4. Asesor/Validator/Fasilitator 5. Anggota / staf ahli lembaga akreditasi Atau, Pengalaman kerja di Perguruan Tinggi, minimal sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan, Atau, Memiliki kompetensi yang dibutuhkan Perkumpulan 5. Bendahara (Direktur Umum dan Keuangan) Tanggung jawab Terselenggaranya tugas pokok pengelolaan umum, kepegawaian, dan keuangan LAM-PTKes Hasil kerja: 1. Program kerja 5 tahunan 1.1 Rencana kebijakan pengelolaan administrasi persuratan 1.2 Rencana kebijakan pengelolaan sarana dan prasarana 89

104 1.3 Rencana kebijakan pengelolaan arsip 1.4 Rencana kebijakan pengelolaan kepegawaian 1.5 Rencana kebijakan pengelolaan keuangan 1.6 Rencana pengembangan SIMAK 1.7 Rencana pengembangan SIMPEG 1.8 Rencana pengembangan SIMKEU 2. Rencana kerja tahunan 3. Dokumen administrasi akreditasi 3.1 Dokumen pengelolaan administrasi persuratan 3.2 Dokumen pengelolaan sarana dan prasarana 3.3 Dokumen pengelolaan arsip 3.4 Dokumen pengelolaan kepegawaian 3.5 Dokumen pengelolaan keuangan 4. Dokumen administrasi komunikasi 5. Dokumen bantuan hukum 6. Laporan kerja tahunan direktorat umum, kepegawaian dan keuangan Tugas: 1. Menyusun program kerja 5 tahunan 2. Menyusun rencana kerja tahunan 3. Menyusun dokumen administrasi akreditasi 4. Menyusun dokumen administrasi komunikasi 5. Menyusun dokumen bantuan hukum 6. Laporan kerja tahunan direktorat umum, kepegawaian dan keuangan 7. Melakukan evaluasi kerja umum, kepegawaian, keuangan, hukum, komunikasi dan IT Kegiatan : 1. Mengkompilasi rencana kerja staff akreditasi dan staff renbang 2. Menyusun program kerja 5 tahunan 2.1 Menyusun rencana kebijakan pengelolaan administrasi persuratan 2.2 Menyusun rencana kebijakan pengelolaan sarana dan prasarana 2.3 Menyusun rencana kebijakan pengelolaan arsip 2.4 Menyusun rencana kebijakan pengelolaan kepegawaian 90

105 3. Menyusun rencana kebijakan pengelolaan keuangan 4. Menyusun rencana kerja tahunan 5. Menyusun dokumen administrasi akreditasi 5.1 Menyusun dokumen pengelolaan administrasi persuratan 5.2 Menyusun dokumen pengelolaan sarana dan prasarana 5.3 Menyusun dokumen pengelolaan arsip 5.4 Menyusun dokumen pengelolaan kepegawaian 5.5 Menyusun dokumen pengelolaan keuangan 6. Menyusun dokumen administrasi komunikasi 7. Menyusun dokumen bantuan hukum 8. Menyusun laporan kerja tahunan direktorat umum, kepegawaian dan keuangan 9. Menyusun hasil evaluasi kerja umum, kepegawaian, keuangan, hukum, komunikasi dan IT Wewenang : Menetapkan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan dukungan pelaksanaan kerja LAM-PTKes Persyaratan : 1. Pendidikan terakhir minimal S2 2. Pengalaman kerja minimal di Perkumpulan sebagai : 3. Anggota Tim Task Force Persiapan Pendirian Perkumpulan 4. Anggota Pendiri 5. Direktur atau Sekretaris/Bendahara 6. Kepala Divisi Atau, Pengalaman kerja dibidang administrasi akreditasi Atau, Memiliki kompetensi yang dibutuhkan Perencanaan anggaran Pertanggung jawaban keuangan Pengelolaan pajak Pengembangan sistem informasi manajemen 91

106 6. Ketua Divisi Tanggung jawab Terselenggaranya pengorganisasian sumber daya non teknis dalam pelaksanaan akreditasi program studi di bidang ilmunya Hasil kerja: 1. Daftar prioritas prodi yang akan diakreditasi (baru dan ulang) 2. Laporan rekrutmen tim penilai akreditasi 3. Distribusi tim penilai akreditasi 4. Laporan hasil akreditasi 5. Laporan hasil telaahan program studi banding 6. Dokumen pengembangan instrumen akreditasi Tugas: 1. Menyusun daftar prioritas prodi yang akan diakreditasi 2. Melakukan rekrutmen tim penilai akreditasi 3. Menyusun distribusi tim penilai akreditasi 4. Menyusun laporan hasil akreditasi 5. Menyusun hasil telaahan program studi banding 6. Menyusun dokumen pengembangan instrumen akreditasi Kegiatan : 1. Menyusun daftar prioritas prodi yang akan diakreditasi 1.1 Mengidentifikasi masa berlaku akreditasi prodi bersama dengan Direktorat Akreditasi 1.2 Menyusun daftar prioritas prodi yang akan diakreditasi. 2. Melakukan rekrutmen tim penilai akreditasi 2.1 Menerima draf persyaratan tim penilai dari Sekretariat Akreditasi LAM- PTKes 2.2 Menyampaikan draf persyaratan tim penilai untuk dibahas dalam Rapat Pleno Majelis Akreditasi untuk difinalisasi 2.3 Menyampaikan persyaratan tim penilai yang sudah final kepada Sekretaris Akreditasi LAM-PTKes untuk ditetapkan 2.4 Menerima rencana rekrutmen tim penilai dari Sekretariat Akreditasi LAM-PTKes 92

107 2.5 Menggunakan persyaratan tim penilai untuk mengusulkan calon-calon tim penilai kepada Sekretariat Akreditasi LAM-PTKes 2.6 Melakukan proses rekrutmen tim penilai bersama dengan Direktorat Akreditasi dan Direktorat Perencanaan dan Pengembangan LAM-PTKes 2.7 Membantu pelaksanaan proses pelatihan tim penilai 3. Menyusun distribusi tim penilai akreditasi 3.1 Menugaskan tim penilai melalui surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua LAM-PTKes 3.2 Menyusun daftar program studi dan fasilitator yang akan melakukan proses fasilitasi melalui surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua LAM-PTKes 3.3 Menyusun daftar program studi dan asesor yang akan melakukan proses asesmen kecukupan melalui surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua LAM-PTKes 3.4 Menerima jadwal asesmen lapangan dari tim asesor untuk ditindaklanjuti dengan penerbitan surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua LAM-PTKes (akses online) bersama dengan Direktorat Akreditasi LAM-PTKes 3.5 Menugaskan validator untuk melakukan validasi atau revalidasi laporan hasil asesmen lapangan melalui surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua LAM- PTKes 3.6 Menugaskan tim asesor banding melalui surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua LAM-PTKes bersama dengan Direktorat Akreditasi LAM-PTKes 4. Menyusun laporan hasil akreditasi 4.1 Menerima rekomendasi dari fasilitator mengenai program studi yang sudah dapat melakukan proses akreditasi 4.2 Membantu Sekretaris Akreditasi LAM-PTKes dalam penerimaan laporan hasil asesmen kecukupan dari asesor (akses online) 4.3 Membantu Direktorat Akreditasi LAM-PTKes dalam penerimaan laporan hasil asesmen lapangan dari tim asesor (akses online) 4.4 Membantu Direktorat Akreditasi LAM-PTKes dalam menerima hasil validasi untuk dibahas dalam Rapat Pleno Majelis Akreditasi (akses online) 93

108 4.5 Menyampaikan hasil akreditasi dari Rapat Pleno Majelis Akreditasi ke Sekretariat Akreditasi LAM-PTKes untuk diterbitkan SK Akreditasi yang ditandatangani oleh Ketua LAM-PTKes 4.6 Menyiapkan sertifikat akreditasi bersama dengan Direktorat Akreditasi LAM- PTKes. 5. Menyusun hasil telaahan program studi banding 5.1 Menerima pengajuan banding dari program studi bersama dengan Direktorat Akreditasi LAM-PTKes 5.2 Menyusun telaahan pengajuan banding program studi 5.3 Menyampaikan pengajuan banding untuk dibahas dalam Rapat Pleno Majelis Akreditasi 5.4 Menindaklanjuti hasil keputusan banding Rapat Pleno Majelis Akreditasi 6. Menyusun dokumen pengembangan instrumen akreditasi 6.1 Menerima masukan tentang pengembangan, penyusunan atau revisi instrumen akreditasi program studi sesuai jenjang masing-masing dari Majelis Akreditasi 6.2 Menyampaikan masukan untuk pengembangan, penyusunan atau revisi instrumen akreditasi program studi kepada Sekretariat Akreditasi LAM-PTKes untuk dilakukan prosesnya 6.3 Melaksanakan proses pengembangan, penyusunan atau revisi instrumen akreditasi program studi dengan melibatkan Tim Pakar Substansi dan Penjaminan Mutu 6.4 Menyampaikan instrumen kepada Majelis Akreditasi untuk di-review dan disahkan 6.5 Menyerahkan instrumen yang sudah disahkan oleh Majelis Akreditasi kepada Sekretaris Akreditasi LAM-PTKes untuk ditetapkan keberlakuannya oleh Ketua LAM-PTKes. Wewenang : Menetapkan tim penilai yang akan bertugas dalam proses akreditasi Persyaratan : 1. Warga Negara Indonesia 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Memiliki integritas yang tinggi 94

109 4. Memiliki pengalaman di jabatan struktural di perguruan tinggi / pernah menjadi sekretaris prodi 5. Diutamakan memiliki pengalaman dalam proses akreditasi 6. Berasal dari OP atau AIP bidang ilmu kesehatan terkait atau masyarakat. 7. Fasilitator Tanggung jawab Terselenggaranya tugas pokok pembimbingan program studi (nurturing) untuk menganalisis persoalan dalam persiapan program studi menghadapi akreditasi Hasil kerja: 1. Dokumen resume perencanaan bimbingan 2. Dokumen laporan pembimbingan Tugas: 1. Menyusun resume perencanaan bimbingan 2. Menyusun dokumen laporan pembimbingan Kegiatan : 1. Menyusun resume perencanaan bimbingan untuk dijadikan dasar dalam rencana kegiatan pendampingan 1.1 Menyatakan kesediaannya menjadi fasilitator kepada Sekretatiat LAM-PTKes 1.2 Menerima surat tugas dan jadwal bimbingan dari Sekretariat LAM-PTKes yang berlaku selama 3 bulan (untuk fasilitasi tahap pertama) dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan 1.3 Merencanakan jadwal kegiatan pendampingan dengan program studi 1.4 Menyusun resume perencanaan kegiatan pendampingan 2. Menyusun dokumen laporan pendampingan 2.1 Melakukan pendampingan kepada program studi melalui Sistem Informasi Akreditasi secara online 2.2 Memberikan penjelasan tentang proses akreditasi dan hal-hal yang perlu dipersiapkan 2.3 Memberikan penjelasan tentang standar pendidikan yang harus dipernuhi 95

110 2.4 Membantu melakukan identifikasi mulai dari keabsahan program studi, borang Program Studi, borang evaluasi diri program studi, borang unit pengelola, renstra, rencana operasional, dll 2.5 Merumuskan persoalan program studi yang menyimpang dari standar dan perlu ditindaklanjuti 2.6 Merinci persoalan program studi yang menyimpang dari standar dan perlu ditindaklanjuti 2.7 Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari persoalan program studi 2.8 Melakukan verifikasi penyebab dari persoalan program studi 2.9 Mengevaluasi kesiapan untuk akreditasi 2.10 Merekomendasi kelengkapan dokumen akreditasi Program Studi ke LAM-PTKes jika semua dokumen sudah memenuhi syarat 2.11 Menyusun laporan pendampingan 2.12 Menyerahkan laporan pendampingan kepada Sekretariat LAM-PTKes Wewenang : Menetapkan rekomendasi kelengkapan dokumen akreditasi program studi Persyaratan : 1. Warga Negara Indonesia 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Memiliki integritas yang tinggi 4. Tidak pernah dihukum/sedang menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana kejahatan 5. Memahami dan berpengalaman dalam pengelolaan perguruan tinggi 6. Memiliki wawasandan komitmen pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi 7. Pernah menjadi asesor minimal 5 kali asesmen 8. Memiliki pengetahuan tentang cara pengisian borang dan penilaian boring 9. Memiliki pengetahuan tentang 7 standar penilaian akreditasi dan SNPT 10. Memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang ilmu yang diakreditasi 11. Memiliki pengalaman di jabatan struktural di perguruan tinggi / SPMI / pernah menjadi ketua prodi 96

111 8. Asesor Tanggung jawab Terselenggaranya analisis kondisi program studi melalui proses asesmen kecukupan (desk evaluation) dan asesmen lapangan (visitasi) Hasil kerja: 1. Dokumen format penilaian borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F1 F3) hasil pemeriksaan asesmen kecukupan 2. Dokumen berita acara asesmen lapangan program studi dan unit pengelola (F4 dan F5) 3. Dokumen format penilaian akhir borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F6 F8) hasil pemeriksaan asesmen lapangan 4. Dokumen rekomendasi pembinaan program studi (F9) Tugas: 1. Mengisi dokumen format penilaian borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F1 F3) hasil pemeriksaan asesmen kecukupan 2. Mengisi dokumen berita acara asesmen lapangan program studi dan unit pengelola (F4 dan F5) 3. Mengisi dokumen format penilaian akhir borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F6 F8) hasil pemeriksaan asesmen lapangan 4. Mengisi dokumen rekomendasi pembinaan program studi (F9) Kegiatan : 1. Mengisi dokumen format penilaian borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F1 F3) hasil pemeriksaan asesmen kecukupan 1.1 Menerima tugas asesmen kecukupan dari Sekretariat LAM-PTKes melalui surat elektronik dan mengirim konfirmasi melalui SMS 1.2 Melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap dokumen akreditasi program studi selama 7 hari. 1.3 Mengidentifikasi isu/perihal yang menjadi acuan yang menjadi perhatian ketika melakukan asesmen lapangan 97

112 1.4 Menyusun hasil pemeriksaan dan penilaian untuk disampaikan ke Sekretariat melalui Sistem Informasi Akreditasi online 1.5 Melakukan koordinasi tentang hasil penilaian antar asesor dalam satu tim untuk persamaan persepsi 1.6 Melaporkan hasil asesmen kecukupan kepada Sekretariat LAM-PTKes. 2. Mengisi dokumen berita acara asesmen lapangan program studi dan unit pengelola (F4 dan F5) 2.1 Melakukan koordinasi antar tim asesor mengenai jadwal asesmen lapangan 2.2 Mengirim jadwal asesmen lapangan kepada Sekretariat LAM-PTKes 2.3 Menerima surat tugas asesmen lapangan dari Sekretariat LAM-PTKes 2.4 Memeriksa data, informasi, dan bukti yang telah disiapkan oleh program studi di lapangan 2.5 Melakukan spesifikasi isu/perihal yang akan ditindaklanjuti melalui observasi dan wawancara 2.6 Mengobservasi/meninjau kegiatan pembelajaran dan fasilitas/instalasi pendukung, seperti: ruang pimpinan, ruang dosen, ruang administrasi, perpustakaan dan aksesnya, laboratorium yang sesuai, ruang kuliah, fasilitas mahasiswa, fasilitas alumni, dan wahana praktek (rumah sakit, puskesmas, klinik, atau laboratorium lapangan) 2.7 Mewawancarai dosen tahap akademik, dosen/pembimbing klinik, mahasiswa, tenaga kependidikan, alumni, pengguna lulusan dan mitra kerja yang dianggap perlu 2.8 Melakukan prioritas isu/perihal berdasarkan sifat masalah 2.9 Melakukan pertemuan harian dengan tim asesor untuk membahas hasil visitasi dan menyusun berita acara 2.10 Menyusun berita acara hasil penilaian borang program studi dan borang unit pengelola program studi (F4 dan F5) 2.11 Mengadakan pertemuan dengan pimpinan program studi, pimpinan unit pengelola program studi, dan dosen untuk mendiskusikan berita acara hasil visitasi 2.12 Melakukan verifikasi dengan pimpinan program studi, pimpinan unit pengelola program studi, dosen, alumni, mahasiswa, dan pemangku kepentingan 98

113 2.13 Menandatangani berita acara visitasi dengan Koordinator Program Studi untuk borang program studi dan dengan pimpinan unit pengelola program studi untuk borang unit pengelola program studi 3. Mengisi dokumen format penilaian akhir borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F6 F8) hasil pemeriksaan asesmen lapangan 3.1 Mengisi dokumen format penilaian akhir borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola (F6 F8) 4. Mengisi dokumen rekomendasi pembinaan program studi (F9) 4.1 Menyusun rekomendasi penanggulangan isu untuk ditindaklanjuti program studi (F9) 4.2 Mengirim berita acara dan seluruh hasil penilaian secara elektronik serta dokumen perjalanan (tiket, boarding pass, kuitansi transportasi lokal dan kuitansi penginapan) melalui pos kepada Sekretariat LAM-PTKes, selambat-lambatnya satu minggu setelah visitasi di program studi 4.3 Melakukan peninjauan ulang dalam proses banding 4.4 Melaporkan hasil peninjauan ulang dalam proses banding kepada Sekretariat LAM-PTKes Wewenang : 1. Menetapkan hasil penilaian pada format penilaian akhir borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola 2. Menetapkan hasil rekomendasi untuk pembinaan program studi Persyaratan : 1. Warga Negara Indonesia 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Memiliki integritas yang tinggi 4. Tidak pernah dihukum/sedang menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana kejahatan 5. Memahami dan berpengalaman dalam pengelolaan perguruan tinggi 6. Memiliki wawasandan komitmen pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi 7. Sesuai bidang keilmuannya 99

114 8. Asesor vokasi minimal pendidikan Magister atau yang setara 9. Asesor akademik minimal pendidikan Doktor 10. Asesor profesi minimal pendidikan Spesialis kecuali bagi yang belum memiliki spesialis dapat menggunakan pendidikan minimal profesi 11. Asesor spesialis diutamakan pendidikan Subspesialis 12. Bagi asesor BAN-PT wajib mengikuti pelatihan asesor LAM-PTKes 13. Bagi calon asesor baru wajib mengikuti seleksi dan pelatihan asesor oleh LAM-PTKes 14. Pengalaman mengajar/praktik profesi klinik minimal 10 tahun, diutamakan berasal dari prodi terakreditasi A atau minimal B (BAN-PT) 15. Mendapatkan izin dari pimpinan institusi 9. Validator Tanggung jawab Terselenggaranya tugas pokok validasi hasil asesmen kecukupan dan asesmen lapangan Hasil kerja: Dokumen format penilaian akhir komentar validator (F10, F11, dan F12) borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola Tugas: Mengisi dokumen format penilaian akhir komentar validator (F10, F11, dan F12) borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola Kegiatan : 1. Mengisi dokumen format penilaian akhir komentar validator (F10, F11, dan F12) borang program studi, evaluasi diri program studi, dan unit pengelola 1.1 Menerima tugas validasi dari Sekretariat LAM-PTKes 1.2 Melakukan koordinasi untuk penyamaan persepsi dengan tim validator 1.3 Menerima rekapitulasi data hasil asesmen kecukupan dan asesmen lapangan dari Sekretariat LAM-PTKes 1.4 Melakukan validasi terhadap hasil asesmen kecukupan dan asesmen lapangan yang dilakukan oleh tim asesor 100

115 1.5 Menyusun dokumen hasil validasi 1.6 Melaporkan hasil validasi kepada Sekretariat LAM-PTKes 1.7 Melakukan revalidasi (oleh validator lain), jika dokumen hasil asesmen BELUM memadai untuk pengambilan keputusan tentang status/peringkat akreditasi Wewenang : Menentukan validitas penilaian tim asesor tanpa mengubah skor Persyaratan : 1. Warga Negara Indonesia 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Memiliki integritas yang tinggi 4. Tidak memiliki konflik kepentingan terhadap prodi yang dinilai 5. Tidak pernah dihukum/sedang menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana kejahatan 6. Memahami dan berpengalaman dalam pengelolaan perguruan tinggi 7. Memiliki wawasan dan komitmen pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi 8. Pernah menjadi asesor minimal 5 kali asesmen atau pernah menjadi anggota majelis BAN-PT 10. Majelis Tanggung jawab 1. Terselenggaranya penjaminan mutu eksternal program studi 2. Terjaminannya mutu internal Tenaga Fungsional Tim Penilai LAM-PTKes Hasil kerja: 1. Berita acara sidang Majelis Akreditasi 2. Status akreditasi program studi dan peringkat terakreditasinya 3. Dokumen pengembangan proses akreditasi yang lebih berkualitas 4. Dokumen pengembangan dan penyusunan instrumen akreditasi 5. Dokumen evaluasi tim penilai Tugas: 101

116 1. Menyusun berita acara sidang Majelis Akreditasi 2. Menetapkan status akreditasi program studi dan peringkat terakreditasinya 3. Menyusun dokumen pengembangan proses akreditasi yang lebih berkualitas 4. Menyusun dokumen pengembangan dan penyusunan instrumen akreditasi 5. Menyusun dokumen evaluasi tim penilai Kegiatan: 1. Menyusun berita acara sidang Majelis Akreditasi 1.1 Melaksanakan Rapat Pleno Majelis Akreditasi minimal 1 bulan sekali 1.2 Menyusun berita acara Rapat Pleno Majelis Akreditasi 2. Menyusun status akreditasi program studi dan peringkat terakreditasinya 2.1 Melaksanakan Rapat Pleno Majelis Akreditasi untuk menetapkan hasil akreditasi berdasarkan laporan asesmen dan hasil validasi 2.2 Merumuskan keputusan yang harus dibuat untuk menetapkan status dan peringkat akreditasi program studi 2.3 Merinci kriteria untuk membuat keputusan berdasarkan pembobotan menurut kesepakatan 2.4 Mempertimbangkan konsekuensi negatif dari status dan peringkat akreditasi yang akan ditetapkan 2.5 Menetapkan keputusan status dan peringkat akreditasi program studi 2.6 Menyusun dokumen umpan balik kepada program studi tentang hasil akreditasi 2.7 Memutuskan untuk dilakukan revalidasi oleh tim validator lain jika Rapat Pleno Majelis Akreditasi menghasilkan keputusan status dan peringkat akeditasi yang berbeda (naik ataupun turun peringkat) dari status dan peringkat akreditasi sebelumnya 2.8 Memutuskan layak atau tidaknya pengajuan banding oleh program studi 2.9 Melaporkan layak atau tidaknya pengajuan banding oleh program studi 2.10 Memutuskan untuk dilakukan asesmen lapangan ulang oleh tim asesor yang berbeda jika pengajuan banding oleh program studi dinilai layak 3. Menyusun dokumen pengembangan proses akreditasi yang lebih berkualitas 3.1 Melaksanakan Rapat Pleno Majelis Akreditasi untuk membahas pengembangan proses akreditasi 102

117 3.2 Menyusun dokumen pengembangan proses akreditasi yang lebih berkualitas 4. Menyusun dokumen pengembangan dan penyusunan instrumen akreditasi 4.1 Melaksanakan Rapat Pleno Majelis Akreditasi untuk membahas pengembangan dan penyusunan instrumen akreditasi 4.2 Menyusun dokumen pengembangan dan penyusunan instrumen akreditasi 5. Menyusun dokumen evaluasi tim penilai 5.1 Melaksanakan Rapat Pleno Majelis Akreditasi untuk membahas evaluasi tim penilai 5.2 Menyusun dokumen evaluasi tim penilai Wewenang : 1. Menetapkan status akreditasi program studi dan peringkat terakreditasinya 2. Mengusulkan tim penilai yang perlu dilatih kembali / ditegur / diberhentikan Persyaratan : 1. Warga Negara Indonesia 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Memiliki integritas yang tinggi 4. Tidak pernah dihukum/sedang menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana kejahatan 5. Tidak merangkap jabatan struktural/pimpinan di perguruan tinggi dan/atau lembaga lainnya baik pada saat diangkat maupun selama menjabat anggota Majelis Akreditasi 6. Tidak pada kedudukan yang dapat mengakibatkan konflik kepentingan dengan tugastugas sebagai anggota Majelis Akreditasi 7. Memahami dan berpengalaman dalam pengelolaan perguruan tinggi 8. Memiliki wawasan dan komitmen pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi 9. Diutamakan memiliki pengalaman sebagai asesor minimal 5 kali B. SOP Tim Penilai : 1. SOP Fasilitator Fasilitasi adalah kegiatan memberikan bimbingan kepada program studi untuk mengisi borang akreditasi. 103

118 Sekretariat menyiapkan surat tugas yang berlaku selama 3 bulan (untuk fasilitasi tahap pertama) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan yang berisi nama fasilitator yang ditunjuk serta jadwal pendampingan sesuai dengan jadwal yang diminta Prodi atau jadwal yang diusulkan Fasilitator. Program Studi mengkonfirmasi jadwal pendampingan ke LAM-PTKes. Ketua Tim Persiapan Akreditasi bersama anggota timnya melakukan pengisian Evaluasi Diri Program Studi; Borang Program Studi; Borang Unit Pengelola Program Studi. Fasilitator melakukan pendampingan kepada program studi mengenai borang Evaluasi Diri Program Studi; Borang Program Studi; Borang Unit Pengelola Program Studi secara online. Program Studi melakukan perbaikan dokumen akreditasi sesuai hasil pendampingan. Fasilitator merekomendasikan kepada Program Studi untuk mengajukan akreditasi kepada LAM-PTKes (bila sudah lengkap). Bila dokumen belum lengkap, fasilitator merekomendasikan untuk pendampingan tahap 2 selama 3 bulan lagi. 2. SOP Asesor 2.1 SOP ASESOR ASESMEN KECUKUPAN (DESK EVALUATION) Bagian penerimaan Sekretariat LAM-PTKes memastikan semua dokumen sudah lengkap dan memenuhi persyaratan, untuk dirimkan sebagai bahan rapat pegurus LAM-PTKes Bagian penilaian Sekretariat LAM-PTKes menyiapkan daftar tim asesor yang akan bertugas untuk diputuskan oleh rapat pengurus Rapat pengurus mengirim daftar Asesor yang akan ditugaskan dalam AK ke bagian penilaian Sekretariat LAM-PTKes untuk siapkan surat tugas, tembusan kepada bagian keuangan Menerima tugas asesmen kecukupan dari Sekretariat LAM-PTKes. Bagian penilaian Sekretariat LAM-PTKes mengirim soft file secara on line meliputi : laporan evaluasi diri, borang program studi, borang unit pengelola program studi (fakultas/sekolah tinggi/politeknik/akademi), beserta lampiran-lampiran, kepada para asesor secara online 104

119 Bagian penilaian mengirimkan program excel untuk penilaian sesuai program studi yang akan dinilai, dan rentang waktu jadwal AK dan AL kepada asesor. Melakukan asesmen kecukupan secara individual. Asesor membuka file yang telah dikirimkan dengan kode/password yang dimiliki para asesor kemudian melakukan pemeriksaan dan penilaian satu persatu mulai dari format 1 : penilaian borang program studi, format 2 : penilaian evaluasi diri program studi, dan format 3 : penilaian borang unit pengelola program studi setelah diteliti, maka asesor saling melakukan cross check hasil penilaian tersebut untuk mencapai persamaan persepsi dan rencana jadwal visitasi, dalam hal ini asesor diminta untuk melakukan cross check dengan data prodi pada PDPT Asesor diberikan waktu satu minggu untuk melakukan asesmen kecukupan per prodi di lokasi keberadaan asesor secara elektronik. Sekretariat memeriksa kelengkapan dokumen yang diterima dari asesor. Melakukan koordinasi tentang hasil penilaian antar asesor dalam satu tim untuk persamaan persepsi dan penyusunan jadwal asesmen lapangan. Asesor mengirim format 1,2,3 dan jadwal AL (visitasi) kepada bagian pengolahan data Sekretariat melalui online Mengirim jadwal asesmen lapangan kepada Sekretariat LAM-PTKes. 2.2 SOP ASESMEN LAPANGAN (SITE VISIT) Dua (2) bulan setelah berkas dinyatakan lengkap, Bagian Penilaian Sekretariat menginformasikan ke program studi tentang jadwal asesmen lapangan. Sekretariat LAM-PTKes mengirimkan kepada asesor dan prodi surat tugas visitasi asesor, nama dan alamat prodi serta nomor telepon kontak, surat pemberitahuan resmi ke prodi berikut nama, dan nomor telepon kontak asesor. Mengirim jadwal asesmen lapangan kepada Sekretariat LAM-PTKes. Sekretariat mempersiapkan dokumen (tiket, hotel, surat tugas, format laporan visitasi (termasuk berita acara), dokumen-dokumen asesmen kecukupan prodi pada laptop masing-masing asesor dan biaya perjalanan bagi asesor. Prodi yang telah menerima surat pemberitahuan resmi dari LAM-PTKes mempersiapkan sarana yang meliputi dokumen pendukung dan ruang khusus yang 105

120 dilengkapi dengan peralatan kantor (printer, kertas, proyektor LCD, dan wifi) di kampus untuk digunakan sebagai ruang kerja tim asesor termasuk ruangan untuk pertemuan dengan dosen, mahasiswa, alumni, dan pemangku kepentingan. Melakukan pertemuan tim asesor untuk penyamaan persepsi dan perencanaan asesmen lapangan. Asesor berangkat dari tempat masing-masing langsung menuju lokasi visitasi. Tim Asesor menemui pimpinan unit pengelola program studi, yang didampingi oleh pimpinan program studi dan tim penyusun borang akreditasi, untuk memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan, dan rangkaian kerja visitasi serta membacakan kode etik asesor. Presentasi dan penjelasan dari pimpinan unit pengelola program studi dan pimpinan program studi, yang dihadiri oleh pimpinan unit pendukung program studi (misal: kepala lab, kepala perpustakaan, kepala bagian akademik, kepala bagian kemahasiswaan, dan kepala departemen). Mengunjungi kampus untuk bertemu dengan Ketua Unit Pengelola Program Studi (Dekan) dan Ketua Program Studi. Tim Asesor memeriksa data, informasi, dan bukti yang telah disiapkan oleh program studi dan keadaan lapangan lainnya, di lokasi yang terkait (asesor dapat membagi tugas untuk mengunjungi tempat yang berbeda). Pendukung, seperti: ruang pimpinan, ruang dosen, ruang administrasi, perpustakaan dan aksesnya, laboratorium yang sesuai, ruang kuliah, fasilitas mahasiswa, fasilitas alumni, dan wahana praktek (rumah sakit, puskesmas, klinik, atau laboratorium lapangan). Melakukan wawancara terhadap dosen, mahasiswa, alumni, pengguna lulusan, dan tenaga kependidikan. Tim Asesor melakukan pertemuan harian untuk membahas hasil visitasi dan menyusun Berita Acara. Menyusun berita acara hasil penilaian borang program studi dan borang unit pengelola program studi. 106

121 Tim Asesor mengadakan pertemuan dengan pimpinan program studi, pimpinan unit pengelola program studi, dosen, alumni, mahasiswa, dan pemangku kepentingan untuk mendiskusikan berita acara hasil visitasi. Tim Asesor menandatangani berita acara visitasi dengan ketua program studi untuk borang program studi dan dengan pimpinan unit pengelola program studi untuk borang unit pengelola program studi. Melakukan skoring terhadap butir penilaian borang evaluasi diri. Tim Asesor menyusun rekomendasi dan hal-hal yang urgen untuk ditindaklanjuti prodi yang disampaikan pada acara penutupan asesmen lapangan serta menyerahkan form evaluasi kinerja LAM-PTKes (fasilitator, asesor, dan sekretariat) ke program studi. Tim Asesor mengirim berita acara dan seluruh hasil penilaian secara elektronik serta dokumen perjalanan (tiket, boarding pass, kuitansi transportasi lokal dan kuitansi penginapan) melalui pos kepada Sekretariat LAM-PTKes, selambatlambatnya satu minggu setelah visitasi di program studi. Dalam hal proses banding, tim asesor melakukan peninjauan ulang asesmen lapangan dan melaporkan hasilnya ke Sekretariat LAM-PTKes 3. SOP Validator Validasi adalah kegiatan penilaian terhadap hasil kerja tim asesor dengan cara menilai dokumen format penilaian serta rekomendasinya. Sekretariat LAM-PTKes memeriksa kelengkapan hasil asesmen lapangan termasuk evaluasi kinerja LAM-PTKes (fasilitator, asesor, dan sekretariat). Sekretariat LAM-PTKes mengirimkan rekap data hasil asesmen lapangan ke validator. Validator LAM-PTKes melakukan validasi hasil asesmen lapangan tim asesor. Validator LAM-PTKes mengirimkan hasil validasi kepada Sekretariat melalui Sistem Informasi Akreditasi secara online. Setelah menerima berkas program studi dari Validator, Sekretariat mengirim berkas ke Ketua Divisi. 107

122 Setelah menerima berkas program studi dari Sekretariat, Ketua Divisi mempersiapkan rapat pleno Majelis Akreditasi. Jika dokumen hasil asesmen yang BELUM memadai untuk pengambilan keputusan tentang status/peringkat akreditasi dilakukan revalidasi oleh validator lain Rencana Pelaksanaan Review/Evaluasi Kepada BAN-PT Pelaksanaan review/ evaluasi kepada BAN-PT dapat dilakukan bila Peraturan Menteri tentang Akreditasi LAM-PTKes sudah disahkan. Selanjutnya baru akan dilakukan rekomendasi studi kelayakan LAM-PTKes oleh BAN-PT sebagai dasar BAN PT untuk memberikan rekomendasi pengakuan menteri (Izin LAM-PTKes). Setelah semua tahap tersebut dilakukan baru dapat dilaksanakan review / evaluasi kepada BAN-PT 3.4 Kecukupan Sumber Daya Kecukupan sumber daya mencakup sumber daya manusia, finansial, dan akreditasi Sumber Daya Manusia Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) LAM-PTKes mencakup sebagai berikut: 1. SDM untuk akreditasi 2. SDM kantor LAM-PTKes Sumber Daya Manusia untuk Akreditasi SDM untuk akreditasi program studi kesehatan adalah Tim Penilai yang terdiri atas : 1. Fasilitator 2. Asesor 3. Validator Tabel 3.2 di bawah menunjukkan kebutuhan Tim Penilai LAM-PTKes untuk kurun waktu

123 Tabel 3.2 : Kebutuhan Tim Penilai LAM-PTKes untuk Target Prodi Yang Kebutuhan Total Diakreditasi Per Tahun Bidang Ilmu Fasilitator Asesor Validator Prodi (Total Prodi dibagi 5 3 x per 5 x per 2 x per 4 x per 3 x per 5 x per tahun) tahun tahun tahun tahun tahun tahun Kedokteran Kedokteran Gigi Keperawatan Kebidanan Farmasi Gizi Kes. Masyarakat Keterapian Fisik, Keteknisan Medis, Perawat Gigi, dll TOTAL Keterangan : Perhitungan kebutuhan personil tim akreditasi, yakni : 1. Fasilitator : Target prodi yang diakreditasi per tahun dibagi rencana frekuensi fasilitator bertugas per tahun. a. Dokter dan Dokter Gigi : 1 fasilitator bertugas 3 kali per tahun b. Perawat, Bidan, Farmasi, Gizi, Kesmas : 1 fasilitator bertugas 5 kali per tahun 2. Asesor : Target prodi yang diakreditasi per tahun dibagi rencana frekuensi fasilitator bertugas/tahun dikalikan jumlah asesor per tim (3 orang per tim). 3. Validator : 2 orang per tim validator Sumber Daya Manusia untuk Kantor LAM-PTKes SDM kantor LAM-PTKes meliputi : 1. Anggota Perkumpulan LAM-PTKes yang terdiri atas perwakilan dari OP dan AIP dari 7 bidang ilmu kesehatan yang melalui Rapat Anggota (RA) menghasilkan keputusan tertinggi LAM-PTKes. Mereka merupakan perwakilan dari : a. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 109

124 b. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) c. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) yang Bahasa Inggrisnya adalah The Association Of Indonesian Nurse Education Center d. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) e. Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKI) f. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) g. Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) h. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) i. Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) j. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) yang Bahasa Inggrisnya adalah Indonesian Public Health Association k. Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) l. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) yang Bahasa Inggrisnya adalah Indonesian Dental Association m. Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) n. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) 2. Dewan Penyantun yang jumlahnya adalah 9 orang 3. Pengawas yang jumlahnya adalah 5 orang 4. Pengurus yang terdiri atas : a. Ketua b. Wakil Ketua; c. Sekretaris Akreditasi dengan staf sebagai berikut : 1) Bagian Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen Akreditasi 2) Bagian Sistem Informasi, Komunikasi dan Pengolahan Data Akreditasi 3) Bagian Penilaian (2 orang) d. Sekretaris Administrasi dengan staf sebagai berikut : 1) Kepala Sekretariat Administrasi dan Keuangan 2) Sekretariat Administrasi (4 orang) 3) Sekretariat Keuangan (2 orang) e. Sekretaris Penelitian dan Pengembangan dengan 1 orang staf f. Ketua Divisi untuk masing-masing 7 bidang ilmu kesehatan 110

125 5. Majelis Akreditasi untuk masing-masing 7 bidang ilmu sebanyak 9 orang per bidang Ilmu. Kebutuhan akan tenaga kantor LAM-PTKes terlihat pada tabel 3.4. Tabel 3.3 : Kebutuhan Tenaga untuk Kantor LAM-PTKes No Kegiatan Kebutuhan (orang) Kualifikasi Unit Organisasi 1. Pengurus Pengurus 2. Divisi Divisi 3. Penerimaan dan Pendistribusian 2 S1 (Administrasi, TI) Dit Akr 4. Penilaian 3 S1 (Manajemen, TI) Dit Akr 5. Pengolahan Data 2 TI Dit Akr 6. TI dan SIM 2 TI Dit Akr 7 Manajer QA 1 S2 (Manajemen Mutu) Dit Renbang 8 Manajer Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System / KMS) 1 S2 (Magister TI) Dit Renbang 9 Manajer Training 1 Magister dalam training Dit Renbang 10 Keuangan 2 S1 (Akuntansi) Dit Um & Keu 11 Sarana 1 D3 (Logistik) Dit Um & Keu 12 PR 1 S1 ( Komunikasi) Dit Um & Keu 13 Personalia dan HRD 2 S1 (Psikologi) Dit Um & Keu 14 SIM Kantor 1 S1 (Manajemen Informatika) Dit Um & Keu 15 Staf Pendukung* 8 SMU/D3/S Dit Um & Keu Total

126 Keterangan : Dit Akr = Direktorat Akreditasi; Dit Renbang = Direktorat Perencanaan dan Pengembangan; Dit Um & Keu = Direktorat Umum dan Keuangan; TI = Teknologi Informasi; SIM = Sistem Informasi Manajemen; QA = Quality Assurance; PR = Public Relations; HRD = Human Resources Development; OB = Office Boy. *Staf Pendukung = Staf Umum (5 orang) ; Sekretaris untuk membantu anggota perkumpulan, divisi, dan pengawas (3 orang) Sumber Daya Finansial Sumber daya finansial LAM-PTKes meliputi hal sebagai berikut : 1. Analisis dan Perhitungan Satuan Biaya Akreditasi Program Studi Kesehatan 2. Uraian dan analisis tentang sumber pendanaan LAM-PTKes untuk 5 (lima) tahun ke depan 1. Analisis dan Perhitungan Satuan Biaya Akreditasi Program Studi Kesehatan Informasi tentang biaya satuan (unit cost) akreditasi per bidang ilmu kesehatan berdasarkan model kerja dan proses kerja LAM-PTKes menghasilkan perhitungan biaya langsung untuk akreditasi prodi sebagaimana terlihat pada Tabel

127 Tabel 3.4: Perhitungan Biaya Langsung (Direct Cost) Akreditasi Prodi (dalam Rp. 1000,-) Satuan Pengeluaran Orang Transport Sub Total Honor Tiket Hotel Konsumsi Lokal Total Fasilitator (1 orang/ bulan) Asesmen Kecukupan Asesmen Lapangan Validasi Majelis TOTAL Per Ket. prodi Tabel 3.5 merupakan biaya langsung (direct cost) pelaksanaan akreditasi prodi kesehatan oleh LAM-PTKes. Tabel 3.5 : Perhitungan Biaya Total Akreditasi Prodi Direct Cost (dalam Rp 1.000,) Rencana Total Jumlah Prodi Perkiraan Biaya Total Total Biaya Informasi tentang biaya operasional kantor dalam melaksanakan model kerja dan proses kerja LAM-PTKes menghasilkan perhitungan biaya tidak langsung (indirect cost) yang terdiri dari biaya gaji, operasional kantor, dan biaya investasi LAM-PTKes sebagaimana terlihat pada Tabel

128 Tabel 3.6 : Perhitungan Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) LAM-PTKes Tahun (dalam Rp. 1000,-) Tahun Pengeluaran 2014* ** Gaji Biaya Operasional Biaya Investasi*** Biaya Akreditasi TOTAL Keterangan: * : Anggaran Pemerintah (APBN) ** : Divisi bertambah 2, Biaya investasi dan operasional mengalami kenaikan 15% *** : Penyempurnaan dan Pembuatan Standar Pendidikan, Borang, Pelatihan SDM, dan Penambahan Sarana Biaya gaji merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pengurus dan staf LAM- PTKes. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar operasional kantor LAM-PTKes. Beban paling besar lembaga ini adalah beban investasi sebesar 24,9 % dari total biaya langsung dan tidak langsung. Biaya investasi LAM-PTKes merupakan biaya dengan rincian sebagai berikut: 1. Beban pelatihan tim penilai sebesar 16,2% dari total beban investasi. Pelatihan tim penilai akreditasi bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tanggung jawab dan tugasnya sebagai tim penilai LAM-PTKes. 2. Beban pelatihan SDM administrasi kantor LAM-PTKes sebesar 0,5 % dari total beban investasi. 3. Beban IT sebesar 11,4 % dari total beban investasi. Biaya ini merupakan biaya untuk penambahan dan perawatan aplikasi dan hardware. 4. Beban instrumen sebesar 71,9 % dari total biaya investasi yang merupakan pengeluaran untuk penyusunan, pengembangan, uji coba, dan sosialisasi instrumen akreditasi. 114

129 Adapun rincian keseluruhan biaya tidak langsung (Indirect cost) LAM-PTKes yang terdiri dari biaya gaji, operasional, dan investasi berada pada Lampiran 11 Perhitungan Biaya LAM-PTKes. Kemudian, pada tabel 3.7 dijelaskan mengenai biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) pelaksanaan akreditasi prodi kesehatan oleh LAM-PTKes. Tabel 3.7 Perhitungan Biaya Satuan Akreditasi Prodi - Direct and Indirect Cost (dalam Rp. 1000,-) Satuan Pengeluaran Orang Transport Sub Total Honor Tiket Hotel Konsumsi Lokal Total Fasilitator (1 orang/ bulan) Asesmen Kecukupan Asesmen Lapangan Validasi Ket. Majelis TOTAL (Direct Cost) Indirect Cost ( x 5 tahun) / 2950 (Jumlah Prodi Kesehatan) TOTAL (Direct Cost dan Indirect Cost) Uraian dan analisis tentang sumber pendanaan LAM-PTKes untuk 5 (lima) tahun ke depan Perlu dicari sumber pendanaan potensial yang dapat memenuhi kebutuhan biaya akreditasi dan operasional kantor LAM-PTKes. Sebagaimana sudah disampaikan pada Kotak 1.15 : Pendapatan Potensial LAM-PTKes dari Program Studi dan Kotak 1.16 : Sumber Pendapatan 115

130 Potensial Lain untuk LAM-PTKes, pendapatan potensial LAM-PTKes dari program studi meliputi : 1. Pendapatan Transaksi (Usage Fee) dari sekali akreditasi setiap 5 tahun atau lebih; 2. Pendapatan Berulang (Subscription Fee) dari Nilai Tambah lain yang ditawarkan oleh LAM-PTKes. Selain dari program studi, Sumber Pendapatan Potensial untuk LAM-PTKes adalah : 1. Pemerintah : Kemenkeu; Kemendikbud (Ditjen Dikti); Pemda 2. Asosiasi Institusi Pendidikan 3. Organisasi Profesi 4. Masyarakat Pengguna (misalnya: RS; perusahaan obat; ikatan alumni; dsb.) 5. Donor nasional dan internasional 6. Usaha tambahan berupa : a. Pelatihan, Seminar, Workshop dan Teleconference / Webinar b. Education expo c. Publikasi buku dan majalah / jurnal d. Konsultansi, kajian dan riset e. Iklan prodi Hal-hal yang harus dilakukan oleh LAM-PTKes berkaitan dengan pendanaan untuk akreditasi prodi kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang mekanisme pendanaan akreditasi prodi kesehatan secara nasional; 2. Memperkenalkan mekanisme pendanaan akreditasi prodi kesehatan berdasarkan iuran /arisan; 3. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang besarnya pendanaan yang diperlukan untuk akreditasi prodi kesehatan secara nasional; 4. Mengidentifikasi sumber pendanaan reguler untuk akreditasi prodi kesehatan secara nasional; 5. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang mekanisme penyaluran dana untuk akreditasi prodi kesehatan secara nasional; 116

131 6. Menyusun Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) untuk akreditasi prodi kesehatan secara nasional; 7. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang perlu dibentuknya Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan secara nasional; 8. Menyusun rancangan awal Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan; 9. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang sumber daya yang diperlukan agar Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan berfungsi optimal; 10. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang cara memenuhi sumber daya yang diperlukan Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan; 11. Menyusun Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan; 12. Menyusun sistem monitoring evaluasi dan pencatatan pelaporan untuk Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan sumber pendanaan potensial agar dapat memenuhi kebutuhan biaya LAM-PTKes. Kotak 3.1 : Membentuk Dewan Penyantun sebagai Langkah Konkret Pertama Pendanaan LAM-PTKes Langkah konkret pertama yang perlu dilakukan berkaitan dengan pendanaan LAM-PTKes secara keseluruhan adalah membentuk Dewan Penyantun. Diharapkan para anggota Dewan Penyantun memiliki jaringan luas untuk mendapatkan dana dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh LAM-PTKes. Sumber dana yang tidak mengikat dapat berasal dari CSR (Corporate Social Responsibility) dan dana pribadi. Diharapkan Dewan Penyantun LAM-PTKes bersama prodi, pemerintah, industri pendidikan dan kesehatan, masyarakat sipil serta donor nasional maupun internasional menyusun mekanisme pendanaan bersama. 117

132 Kotak 3.2 : Penerapan Standar Biaya Khusus (SBK) untuk Akreditasi Prodi Kesehatan sebagai Langkah Konkret Kedua Pendanaan LAM-PTKes Hal-hal yang harus dilakukan oleh LAM-PTKes dalam rangka menerapkan Standar Biaya Khusus (SBK) untuk akreditasi prodi kesehatan adalah sebagai berikut : Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang besarnya kisaran Biaya Satuan akreditasi prodi kesehatan secara nasional; Melakukan exercise penerapan SBK untuk akreditasi oleh LAM-PTKes; Mengusulkan SBK dari LAM-PTKes kepada Kemdikbud; Memfasilitasi pengusulan SBK prodi kesehatan dari Kemendikbud kepada Kemkeu; Memfasilitasi penetapan SBK Akreditasi Prodi Kesehatan oleh Menteri Keuangan; Melaksanakan kegiatan dengan dukungan dana sesuai dengan SBK dari Kemenkeu. Pola Tarif Akreditasi Program Studi Kesehatan Sebagaimana sudah disampaikan pada Gambar 1.10: Perlunya Penetapan Tarif untuk Menyeimbangkan Rencana Pendapatan dengan Rencana Pengeluaran LAM-PTKes dan Kotak 1.17: Kalau Tarif Akreditasi oleh LAM-PTKes Mau Dibuat Nihil Seperti BAN-PT, maka seluruh pengeluaran LAM-PTKes harus dapat didanai dari Pemerintah, AIP, OP, masyarakat pengguna, donor dan usaha tambahan bukan dari prodi. Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka diperlukan Langkah Konkret Ketiga Pendanaan LAM-PTKes melalui pola tarif akreditasi sebagaimana terlihat pada Kotak 3.3 di bawah. Kotak 3.3 : Langkah Konkret Ketiga Pendanaan LAM-PTKes melalui Pola Tarif Akreditasi Hal-hal yang harus dilakukan oleh LAM-PTKes berkaitan dengan tarif untuk akreditasi prodi kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Memfasilitasi diperolehnya kesepakatan tentang Besarnya Kisaran Tarif akreditasi prodi kesehatan di luar Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan; 2. Melakukan exercise kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan; 3. Mengkomunikasikan hasil exercise kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan kepada Perguruan Tinggi Swasta; 4. Menyusun MoU tentang kisaran tarif akreditasi di luar Sistem Pendanaan Bersama Akreditasi Prodi Kesehatan antara Perguruan Tinggi Swasta dengan LAM-PTKes. 118

133 3.4.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana Sarana Kebutuhan ruang kerja untuk LAM-PTKes tahun 2014 ini adalah untuk dialokasikan sebagai berikut : 1. Ruangan untuk Ketua Umum 2. Ruangan untuk Ketua 3. Ruangan untuk Sekretaris Umum 4. Ruangan untuk Sekretaris 5. Ruangan untuk Bendahara 6. Ruangan untuk Ketua Divisi (7 orang) 7. Ruangan untuk Staf Direktorat Akreditasi (4 orang) 8. Ruangan untuk Staf Direktorat Umum dan Keuangan (8 orang) 9. Ruangan untuk Staf Direktorat Perencanaan dan Pengembangan (2 orang) Total : 26 orang Rincian Kebutuhan Ruangan untuk LAM-PTKes tahun 2014 dalam m 2 (Total = 650 m 2 ) : 1. Ketua Umum = 4 x 4 = Ketua = 4 x 3 = Sekretaris Akreditasi dan staf = 4 x 4 = Sekretaris Administrasi dan staf = 4 x 4 = Sekretaris Litbang dan staf = 4 x 4 = Administrasi, kepegawaian, dan keuangan = 5 x 4 = Kepala Divisi dan Sekretaris (7) = 4 x 4 = Fasilitator (7) = 3x 3= Sekretariat, IT, PR = 5 x 4 = Meeting room : a. Kecil (12) : 10 x 5 = 50 b. Besar (50) + perpustakaan: 10 x 10 = Pantry : 3 x 3 = Ruang Makan : 10 x 5 = Ruang IT (server) : 3 x 4 =

134 14. Front office : 4 x Filing : 4 x 8 = Musholla : 3 x 3 = Lain-lain = Prasarana Instrumen akreditasi merupakan salah satu prasarana pendukung akreditasi. Tabel 3.8 memperlihatkan kesiapan dan rencana pengembangan instrumen akreditasi LAM-PTKes. Tabel 3.8 : Rencana Pengembangan Instrumen Akreditasi LAM-PTKes No. Bidang Ilmu D-3/D-4 Sarjana Profesi Spesialis Magister Doktor Jumlah 1 Kedokteran ) 35 2) 6 3) 2 3) 44 2 Kedokteran Gigi ) 8 2) 3 3) 1 3) 13 3 Keperawatan 1 1) 0 1 1) 8 1 3) 1 3) 12 4 Kebidanan 1 1) 0 1 1) 0 1 3) Kesehatan Masyarakat 3 1 2) ) 2 3) 11 6 Farmasi 3 1 2) ) 1 3) 10 7 Gizi 1 1 2) ) 1 3) 6 8 Keterapian Fisik Keteknisan Medis Jumlah Keterangan: 1) Sudah disahkan (6 program studi) 2) Selesai dan uji coba 2014 (46 program studi) 3) Akan diproses penyusunan

135 3.5 Administrasi dan Tatakelola Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Eksternal (dokumen terlampir) Sistem Penjaminan Mutu LAM-PTKes bertumpu pada Indikator Kinerja Penentu (Key Performance Indicators / KPI) dan Dashboard Indikator Kinerja Penentu (Key Performance Indicators/KPI) Ada dua jenis Indikator Kinerja Penentu, yaitu : a. Indikator Hasil yang merupakan konsekuensi dari tindakan sebelumnya (Lagging Indicators); b. Indikator Pemicu yang merupakan pemicu peningkatan pada Indikator Hasil (Leading Indicators) Sistem Penjaminan Mutu LAM-PTKes menggunakan kedua jenis indikator tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah. Tabel 3.9: Indikator Kinerja Penentu LAM-PTKes No. Indikator Kinerja Penentu (KPI) Input Process Output Outcome 1. Pengakuan LAM-PTKes oleh Pemerintah + 2. Jumlah Tim Penilai yang terlatih + 3. Jumlah Instrumen Akreditasi yang tersusun + 4. Persentase terpenuhinya biaya operasional LAM-PTKes + 5. Persentase kebijakan, standar, instrumen dan prosedur + akreditasi yang menerapkan kelima Nilai Operasional LAM-PTKes 6. Jumlah Prodi yang terakreditasi + 7. Persentase Umpan Balik Akreditasi LAM-PTKes yang + tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar 8. Persentase Banding + 9. Persentase Banding yang terselesaikan Pengakuan LAM-PTKes secara internasional + Keterangan : = Indikator Pemicu (Leading Indicators) = Indikator Hasil (Lagging Indicators) 121

136 Persentase terpenuhinya biaya operasional LAM-PTKes merupakan Indikator Kinerja Penentu yang akan memicu indikator-indikator lainnya, yaitu : Jumlah Tim Penilai yang terlatih; Jumlah Instrumen Akreditasi yang tersusun; Jumlah Prodi yang terakreditasi. Persentase kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi yang menerapkan kelima Nilai Operasional LAM-PTKes merupakan Indikator Kinerja Penentu yang akan memicu indikator Pengakuan LAM-PTKes secara internasional. Persentase Umpan Balik Akreditasi LAM-PTKes yang tepat waktu dalam format yang spesifik, konstruktif dan adil dengan saran untuk perbaikan sesuai standar merupakan Indikator Kinerja Penentu yang akan memicu indikator-indikator lainnya, yaitu : Persentase Banding; Persentase Banding yang terselesaikan Dashboard LAM-PTKes LAM-PTKes akan mengembangkan Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) melaporkan kinerjanya; 2) mengukur hasil akhir (outcome) yang dicapainya; dan 3) mengkoordinasikan ribuan program studi kesehatan. Ada 3 Terobosan yang diperoleh dari Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web: [33] 1) Mengintegrasikan Indikator Kinerja untuk Kepentingan Bersama Sistem ini memungkinkan organisasi-organisasi dalam satu cabang / bidang ilmu untuk memperoleh seperangkat indikator kinerja bersama yang mudah dikumpulkan, dianalisis, dan dilaporkan menggunakan sistem berbasis web. 2) Membandingkan Kinerja Organisasi Sistem ini memungkinkan berbagai organisasi untuk membandingkan kinerja organisasiorganisasi dalam satu cabang / bidang ilmu sehingga mereka dapat saling belajar. 122

137 Demikian pula para penyandang dana dapat membuat keputusan yang lebih baik serta dapat melihat dampak dari keputusan mereka. 3) Pembelajaran yang Adaptif Sistem ini memungkinkan berbagai organisasi untuk menangani Persoalan yang Kompleks seperti akreditasi pendidikan tinggi secara berkelanjutan dan bersama sehingga mereka mampu saling belajar dan berkoordinasi. Faktor Sukses Penentu Sistem Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web adalah sebagai berikut : [30] Partisipasi aktif berbagai organisasi yang relevan dalam merancang sistem berdasarkan konsep yang jelas tentang transparansi tanpa mengesampingkan kerahasiaan (confidentiality); Aplikasi yang efektif dari Teknologi Berbasis Web; Peningkatan mutu secara berkelanjutan berdasarkan umpan balik dari para pengguna; Pembelajaran aktif dari organisasi-organisasi yang merupakan komponen sistem untuk memperoleh peningkatan sistem secara terkoordinasi. 123

138 Tabel 3.10 memperlihatkan berbagai manfaat dari Dashboard Berbasis Web Tabel 3.10: Manfaat Sistem Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web [36] TEROBOSAN DASHBOARD Sistem Integrasi Indikator Kinerja Sistem untuk Membandingkan Sistem Pembelajaran yang Adaptif BERBASIS WEB Kinerja Organisasi CIRI-CIRI Sistem online untuk pengumpulan, analisis, dan pelaporan kinerja organisasiorganisasi dalam satu bidang Sistem online untuk organisasiorganisasi yang sebidang dengan seperangkat indikator bersama Pembelajaran Bersama secara koordinatif dan kolektif untuk mengumpulkan dan mempelajari data dan informasi dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi MANFAAT UTAMA Meningkatkan Efisiensi Meningkatkan Pengetahuan Meningkatkan Dampak yang Diharapkan MANFAAT LAIN : Penghematan Biaya Peningkatan Mutu Data Berkurangnya kebutuhan untuk keahlian dalam MONEV pada Penerima Dana Peningkatan Kredibilitas Informasi yang lebih + + akurat untuk Pembuatan Keputusan Pendanaan 124

139 TEROBOSAN Sistem Integrasi Sistem untuk Sistem Pembelajaran yang DASHBOARD Indikator Kinerja Membandingkan Adaptif BERBASIS WEB Kinerja Organisasi Ada Dasar untuk + + melakukan Benchmarking Koordinasi yang lebih + + baik antar Penyandang Dana + Keselarasan dan Koordinasi dalam Perumusan dan Pelaksanaan Strategi + Pembelajaran Bersama (Shared Learning) dan Peningkatan Mutu Berkelanjutan (Continuous Improvement) Kotak 3.4: Sistem Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web LAM-PTKes Sistem Integrasi Indikator Kinerja (Dashboard) Berbasis Web LAM-PTKes digunakan untuk : 1. Menyusun Profil Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan; 2. Menerapkan Nilai Operasionalnya. 125

140 Menyusun Profil Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan Berikut di bawah ini adalah contoh Format Profil Program Studi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang akan dipakai dalam Dashboard Berbasis Web LAM-PTKes. PROFIL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN* 1. Nama Program Studi : 2. Universitas / Perguruan Tinggi : 3. Fakultas / Jurusan : 4. Strata Pendidikan : 5. Status Akreditasi : 6. Masa Berlaku Akreditasi : 7. Penilaian Kapasitas Program Studi dan Rekomendasi Peningkatannya : STANDAR AKREDITASI Standar 1: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, serta Strategi Pencapaian Standar 2: Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu Standar 3: Mahasiswa dan Lulusan Standar 4: Sumber Daya Manusia Standar 5: Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik Standar 6 : Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informasi Standar 7 : Penelitian, Pelayanan /Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Butuh Peningkatan Kapasitas Memenuhi Kapasitas Minimal * dilakukan pemutakhiran data prodi setiap tahun Kapasitas Standar / Rata Rata Kapasitas Di Atas Standar Rekomendasi 126

141 Kotak 3.5 : Manfaat Profil Prodi Kesehatan dalam Dashboard LAM-PTKes Manfaat Profil Prodi Kesehatan dalam Dashboard LAM-PTKes : 1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi akreditasi oleh LAM-PTKes yang memiliki komponen sumatif dan formatif; 2. Mendukung proses pembelajaran yang diharapkan dari program studi; 3. Merupakan langkah menuju asesmen dalam akreditasi LAM-PTKes yang lebih bersifat kualitatif menggunakan Portfolio; 4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas LAM-PTKes Menerapkan Nilai Operasional LAM-PTKes Dashboard LAM-PTKes akan memfasilitasi peningkatan Persentase kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi yang menerapkan kelima Nilai Operasional LAM-PTKes yang merupakan Indikator Kinerja Penentu yang akan memicu indikator Pengakuan LAM- PTKes secara internasional. Sesuai dengan Rencana Strategis LAM-PTKes (Tabel 2.1), kelima Nilai Operasional LAM-PTKes yang sudah diuraikan pada Bab adalah sebagai berikut : 1. Continuous Quality Improvement (CQI); 2. Quality Cascade; 3. Conceptualization Production Usability (CPU); 4. Trustworthy; 5. Pendidikan Interprofesional sebagai Landasan Kolaborasi Interprofesional (Interprofessionalism). 1. CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT / CQI (Lihat Gambar 1.1) Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement) adalah Nilai Operasional Pertama LAM-PTKes. CQI tercermin melalui akreditasi yang akan dilakukan oleh LAM-PTKes yang memiliki komponen sumatif maupun formatif. Komponen Sumatif dilakukan oleh asesor seperti yang selama ini dilakukan oleh asesor BAN-PT. Sedangkan Komponen Formatif dilakukan oleh fasilitator / pendamping yang ahli (coach). Agar asesmen dan fasilitasi dalam akreditasi oleh LAM-PTKes mampu mendukung proses pembelajaran yang diharapkan dari program studi, maka para Asesor dan Fasilitator LAM- PTKes perlu memiliki kemampuan analitis dalam hal sebagai berikut : [34] 127

142 1) Analisis Kondisi Program Studi (Situation Appraisal); 2) Analisis Persoalan yang perlu diketahui penyebabnya (Problem Analysis); 3) Analisis Keputusan tindakan untuk mengkoreksi persoalan (Decision Analysis); dan 4) Analisis Persoalan Potensial untuk mencegah hambatan di masa depan (Potential Problem Analysis). Keempat proses analisis di atas bersifat siklis / reiteratif sesuai dengan Siklus CQI sebagaimana terlihat pada Gambar 3.2 di bawah. Gambar 3.2 : Siklus Continuous Quality Improvement / CQI dalam Akreditasi oleh LAM- PTKes [34] Analisis Kondisi Program Studi (MASA KINI) Analisis Persoalan Analisis Keputusan Analisis Persoalan Potensial Apa penyimpangannya? Koreksi penyimpangannya Mencegah penyimpangan Penyebabnya timbul Keputusan Mengamankan tindakan Keterangan : = Tindakan; - - = Umpan balik Kotak 3.6 : Dashboard LAM-PTKes Harus Mampu Mendukung Keempat Proses Analisis dalam Proses Akreditasi Dashboard LAM-PTKes harus mampu mendukung keempat proses analisis pada Gambar yang perlu dilakukan oleh Asesor dan Fasilitator LAM-PTKes dalam proses akreditasinya. 128

143 2. QUALITY CASCADE (Lihat Gambar) Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade) adalah Nilai Operasional Kedua LAM-PTKes. Keterkaitan antara kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan banyak dipengaruhi oleh Dashboard LAM-PTKes yang terkait (linked) dengan Sistem Manajemen Data yang mendukung Sistem Uji Kompetensi dan Sistem Sertifikasi tenaga kesehatan. Kotak 3.7 : Keterkaitan Dashboard LAM-PTKes dengan Sistem Uji Kompetensi dan Sistem Sertifikasi Tenaga Kesehatan Dashboard LAM-PTKes harus terkait (linked) dengan Sistem Manajemen Data yang mendukung Sistem Uji Kompetensi dan Sistem Sertifikasi tenaga kesehatan demi 3. terwujudnya CONCEPTUALIZATION Quality Cascade. - PRODUCTION USABILITY (CPU) Nilai Operasional ini menuntut kesinambungan pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan sejak mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutannya. Model CPU ini merupakan salah satu acuan yang harus dipakai dalam menerapkan Standar Akreditasi LAM-PTKes. Kotak 3.8: Standar Akreditasi Menggunakan Model CPU Harus Termasuk dalam Penilaian Kapasitas Program Studi pada Profil Program Studi di Dashboard LAM-PTKes Model CPU sebagai acuan dalam Standar Akreditasi LAM-PTKes harus termasuk dalam Penilaian Kapasitas Program Studi pada Profil Program Studi di Dashboard LAM-PTKes. 4. TRUSTWORTHY Nilai Operasional ini menuntut agar LAM-PTKes pantas dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi/ program studi; organisasi profesi / asosiasi institusi pendidikan; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional. 129

144 Kotak 3.9: Transparansi adalah Syarat Mutlak untuk Dashboard LAM-PTKes Transparansi adalah syarat mutlak untuk Dashboard LAM-PTKes sebagai langkah pertama menuju Akuntabilitas dan Profesionalisme LAM-PTKes. 5. PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL SEBAGAI LANDASAN KOLABORASI INTERPROFESIONAL Kotak 3.10: Dashboard LAM-PTKes Memudahkan Penerapan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Dashboard LAM-PTKes memudahkan penerapan Pendidikan Interprofesional dalam Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dengan cara sebagai berikut : Memfasilitasi penyusunan standar, kriteria dan metode asesmen Pendidikan Interprofesional secara terpadu menurut kaidah profesi masing-masing; Memfasilitasi integrasi Pendidikan Interprofesional ke dalam instrumen akreditasi pendidikan tinggi kesehatan secara terpadu menurut kaidah profesi masing-masing Rencana Strategis Jangka Panjang dan Menengah Rencana Strategis Jangka Panjang Dalam rangka menjamin tercapainya Tujuan LAM-PTKes yang bersifat SMART, maka yang pertama dilakukan adalah Analisis SWOT. Dalam Analisis SWOT, terhadap setiap tujuan dilakukan Analisis Lingkungan Internal (Kelemahan / Weakness dan Kekuatan / Strength) serta Analisis Lingkungan Eksternal (Ancaman / Threat dan Peluang / Opportunity) sebagaimana terlihat pada Lampiran 3 Analisis SWOT. Setelah melakukan Analisis SWOT, tahap selanjutnya adalah menyusun Matriks SWOT yang menggabungkan analisis eksternal dan internal sebagaimana terlihat pada Lampiran 4 Matriks SWOT. Setelah Matriks SWOT dibuat, maka tahap selanjutnya adalah melakukan Pemikiran Strategis yang menggabungkan analisis eksternal dan internal yang paling berpengaruh bagi LAM- PTKes sebagaimana terlihat pada Lampiran 5 Pemikiran Strategis. 130

145 Berdasarkan Pemikiran Strategis terhadap Matriks SWOT dan menggunakan Balanced Scorecard, maka dapatlah disusun Langkah-Langkah Strategis LAM-PTKes dalam 4 perspektif / dimensi sebagaimana terlihat pada Tabel: Rencana Strategis LAM-PTKes. Langkah strategis LAM-PTKes diperoleh dengan cara melakukan analisis SWOT terhadap Tujuan LAM-PTKes sebagaimana terlihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3: Langkah Strategis Berdasarkan SWOT Tujuan yang SMART Analisis SWOT Matriks SWOT Pemikiran Strategis Langkah Strategis 131

146 Tabel 3.11: Rencana Strategis LAM-PTKes VISI, MISI, TATA TUJUAN NILAI Visi: Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global. Misi: Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (Sustainable dan Credible). Tata Nilai : 1. Nilai Dasar : 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang dioperasionalkan oleh LAM-PTKes (Specific) 2. Meningkatnya mutu program studi yang diakreditasi oleh LAM-PTKes berdasarkan indikator antara lain berupa uji kompetensi dan Tracer Study (Measurable) 3. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi, dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan melalui instrumen-instrumen LANGKAH STRATEGIS I. Perspektif PELANGGAN : 1. LAM-PTKes merekomendasikan akses dan media untuk peningkatan mutu prodi sebagai nilai tambah utamanya. 2. LAM-PTKes melakukan sosialisasi rencana strategisnya ke para pemangku kepentingan antara lain: Prodi, Kemdikbud, BAN-PT, KemKes, dan jaringan kerjanya. 3. LAM-PTKes harus menjalin kerjasama dengan LPUK. 4. LAM-PTKes menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga lembaga penjaminan mutu dan akreditasi pendidikan tinggi internasional. 5. LAM-PTKes menjalin hubungan kerjasama antara pemerintah, industri pendidikan & kesehatan serta masyarakat sipil. 6. LAM-PTKes mengajukan untuk diakreditasi atau menjadi anggota perkumpulan lembaga akreditasi internasional. II. Perspektif KEUANGAN : 1. LAM-PTKes membentuk Dewan Penyantun untuk menunjang pendanaan biaya operasionalnya. 2. Dewan Penyantun LAM-PTKes bersama prodi, pemerintah, industri pendidikan dan kesehatan, masyarakat sipil serta donor nasional maupun internasional menyusun mekanisme pendanaan bersama. 132

147 Amanah dan Mandiri 2. Nilai Operasional : - Continuous Quality Improvement - Quality Cascade - Conceptualization- Production- Usability - Trustworthy - Interprofessionalism e yang sinkron. (Achievable) 4. Terwujudnya lulusan dari program studi yang telah terakreditasi oleh LAM- PTKes yang mampu melaksanakan praktik pelayanan kesehatan dengan kompetensi sesuai standar dan kebutuhan masyarakat (Relevant) 5. Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri sejak tahun 2015 (Time Bound) III. Perspektif PRODUKSI : 1. LAM-PTKes harus mendorong Majelis Akreditasi untuk mengembangkan instrumen terpadu bagi ketujuh profesi kesehatan. 2. LAM-PTKes perlu menawarkan nilai tambah kepada prodi berupa : 1) Mengoperasionalkan Sistem Penjaminan Mutu Internal prodi (SPMI); 2) Meningkatkan efektifitas SPMI prodi; 3) Menjaga keberlanjutan SPMI prodi yang efektif. 4) Persiapan proses akreditasi; 5) Pembinaan akreditasi yang berkelanjutan; 6) Umpan balik proses akreditasi yang bersifat : tepat waktu; spesifik; konstruktif dan adil. 7) Nilai akreditasi LAM-PTKes mendapat pengakuan internasional; 8) Persiapan dan pembinaan akreditasi oleh Fasilitator sebagai customer representative; 9) Penerapan nilai-nilai operasional : Continuous Quality Improvement (CQI); Quality Cascade; Conceptualization-Production-Usability (CPU); Trusworthy. Interprofesionalism 10) Turut mensosialisasikan profil prodi yang sudah terakreditasi penuh di website; 11) Menyelenggarakan Pelatihan, Seminar dan Workshop dengan narasumber dari dalam dan luar negeri; 133

148 12) Menyediakan fasilitas agar prodi yang sudah terakreditasi penuh bisa menjadi peserta Education expo. 3. LAM-PTKes menerapkan standar CPU (Conceptualization Production Usability) dalam instrumen akreditasinya yaitu : 1) Konsep profesi kesehatan yang dibutuhkan dan konsep sistem pelayanan kesehatan yang akan memanfaatkannya. 2) Pembelajaran oleh mahasiswa dan pendidikan yang diterimanya. 3) Upaya institusi pendidikan untuk menjamin agar lulusannya dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya. IV. Perspektif BELAJAR dan BERKEMBANG : 1. LAM-PTKes mendorong OP dan AIP yang belum berbadan hukum untuk berbadan hukum agar menjadi anggota perkumpulan LAM-PTKes. 2. Semua OP dan AIP yang sudah berbadan hukum didorong untuk berperan aktif dalam Rapat Anggota (RA) dan Majelis Akreditasi LAM-PTKes. 3. LAM-PTKes merangkul OP dan AIP dari seluruh profesi kesehatan selain ketujuh profesi di HPEQ. 4. Melakukan pelatihan asesor, fasilitator dan validator LAM-PTKes terhadap pool mantan asesor BAN-PT dan tenaga baru. 5. Melakukan pelatihan Kepala Divisi, Majelis Akreditasi dan tenaga Sekretariat LAM- PTKes. 134

149 Setelah merumuskan strategi, tahap terakhir dari Rencana Strategis LAM-PTKes adalah merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan menjalankan Langkah Strategis. Kegiatan pokok LAM-PTKes tentu saja adalah akreditasi program studi kesehatan. Tabel di bawah memperlihatkan Rencana Akreditasi Program Studi LAM-PTKes untuk kurun waktu Rencana tersebut dibuat berdasarkan asumsi kapasitas LAM-PTKes dalam melakukan akreditasi. Tabel 3.12: Rencana Akreditasi Program Studi LAM-PTKes Tahun Rencana Total Jumlah Prodi Keterangan: * = diminta tambahan 150 prodi untuk diakreditasi LAM-PTKes pada 2014 menjadi 124 (KPI) = 274; Jumlah Total sudah memperhitungkan prodi baru yang akan dibuka. Rencana Strategis LAM-PTKes merupakan Model Perencanaan Adaptif yang dimulai dengan konsensus dalam merumuskan Visi (dampak/impact) yang kemudian dijabarkan ke bawah sampai ke Langkah Strategis sebelum dijabarkan lebih lanjut menjadi kegiatan. Pola berpikirnya menggunakan Asumsi sebagai prakondisi untuk dimulainya kegiatan-kegiatan yang dirunut ke atas sampai dengan pencapaian Visi sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 3.14 di bawah. 135

150 Tabel 3.13: Asumsi dalam Mewujudkan Langkah Strategis s/d Visi [2,3,4,5,6] RENCANA STRATEGIS : ASUMSI Berbagai ketidakpastian di luar kendali manajer Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar kegiatan tetap pada jalurnya Visi :... Misi :... Asumsi tentang kaitan antara Misi dan pencapaian Visi Kondisi-kondisi apa di luar organisasi yang diperlukan agar pencapaian Misi dapat mewujudkan Visi? Tujuan :... Asumsi tentang kaitan antara Tujuan dan Misi Faktor-faktor apa di luar organisasi jika tidak ada akan memperlambat pencapaian Misi? LangkahStrategis : Kegiatan : Asumsi tentang kaitan antara Langkah Strategis dan Tujuan Faktor-faktor apa di luar organisasi yang harus dipenuhi untuk mencapai Tujuan sesuai jadual? Asumsi tentang kaitan antara Kegiatan dan Langkah Strategis Prakondisi apa yang harus dipenuhi sebelum alokasi sumber daya untuk kegiatan-kegiatan yang menjalankan Langkah Strategis? 136

151 Sebaliknya, Model Perencanaan Balistik langsung merumuskan kegiatan dengan alokasi sumber dayanya tanpa mengaitkan hasil dari kegiatan kepada pencapaian Misi (Outcome) apalagi Visi (Impact). Gambar di bawah memperlihatkan perbedaan antara kedua model perencanaan tersebut. Gambar 3.4: Model Perencanaan Keterangan : Garis lurus = Model Perencanaan Adaptif Garis-garis berkelok = Model Perencanaan Balistik Asumsi adalah faktor-faktor eksternal yang menentukan keberhasilan program tetapi berada di luar kendali langsung pengelola [35]. Berdasarkan Tabel 2.3, maka Tabel 2.4 di bawah menunjukkan asumsi dalam Rencana Strategis LAM-PTKes. 137

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Sebagai Lembaga Akreditasi Baru Sosialisasi Kapasitasi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat 2014 AIPTKMI 12 Mei 2014 Akreditasi

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, April 2015 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 24 25 April 2015 22/04/2015 - sss 1 Landasan Hukum LAM-PTKes 1. UU No. 20 / 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional, 2. UU No. 12 / 2012 ttg Pendidikan Tinggi, 3. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Rencana Strategis LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Tujuan Misi Visi Tujuan (SMART) 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI

Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Penyelenggaraan Pendidikan Profesi berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan untuk Menghasilkan Lulusan sesuai KKNI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Workshop Tindak Lanjut Penerbitan SK Izin Penyelenggaraan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Akta notaris disahkan, pada 3 Februari 2014 oleh Kemenkumham No. AHU 30.AH.01.07 tahun 2014 Dapat Pengakuan Menteri melalui

Lebih terperinci

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes)

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) Jalan Sekolah Duta 1 No. 62, RT 003, RW 014, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310 Phone:

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap II untuk Bidang Ilmu Keperawatan dan Tahap I untuk Bidang Ilmu Gizi (22 23 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015)

KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015) 1 1. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat (29 30 Mei 2015) Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana diamanahkan

Lebih terperinci

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). 1 KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Keterapian Fisik dan Keteknisan Medis, Serta Tahap III untuk Bidang Ilmu Keperawatan (12 13 Juni 2015) 1. LATAR BELAKANG Dalam upaya

Lebih terperinci

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes

Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes 1 Tabel 1. Penjabaran Langkah menjadi Kegiatan LAM-PTKes LANGKAH-LANGKAH 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes dari 7 Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan 7 Organisasi Profesi Kesehatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI

KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI KEBIJAKAN AKREDITASI DAN UJI KOMPETENSI BIDANG GIZI Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan RAKERNAS AIPGI, 9 Februari 2015 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN IKATAN BIDAN INDONESIA dan ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan

Lebih terperinci

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).

bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement). 1 KERANGKA ACUAN KERJA Sosialisasi LAM-PTKes Tahap I untuk Bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Farmasi, Serta Tahap III untuk Bidang Ilmu Kebidanan (5 6 Juni 2015) 1. LATAR BELAKANG Dalam upaya penjaminan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes

Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Strategic Meeting HPEQ Project - Pertemuan Taskforce dengan Stakeholders Profesi LAM-PTKes Waktu : 14 Desember

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8)

LAMPIRAN 4. (Halaman 1-8) LAMPIRAN 4 (Halaman 1-8) MATRIKS SWOT (W-T) Analisis Eksternal dan Internal W T Specific : Tersusunnya kebijakan, standar, 1. Kurangnya SDM di LAM-PTKes 1. Legitimasi LAM-PTKes belum setara instrumen dan

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION

NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY PROJECT DIRECTORAT OF HIGHER EDUCATION NASKAH AKADEMIK SISTEM AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1 KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI LAM-PTKES UNTUK PROGRAM STUDI BIDANG ILMU KESEHATAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah

Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno. Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah Tim Penyunting : Desy Aryani Putri Ervienia Oryza Sativa Soedarmono Soejitno Desain Cover oleh: Muhammad Caesar Abdullah KATA PENGANTAR Salam perkenalan kepada institusi pendidikan, program studi, organisasi

Lebih terperinci

Illah Sailah Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Illah Sailah Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Illah Sailah Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Konferensi Utama : 7-8 November Konferensi Profesi : 3 Sept 30 Okt PEMANGKU

Lebih terperinci

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti

Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Persiapan Audiensi Task Force LAM-PTKes dengan Dirjen Dikti Outline Konsep LAM Visi, misi, tata nilai, (+) Organisasi LAM-PTKes (+) Perbandingan BAN-PT dengan LAM-PTKes (+) Milestone pendirian LAM-PTKes

Lebih terperinci

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) Majelis Assosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I. PENDAHULUAN II. KOMPONEN STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER 1. Visi, Misi dan tujuan 2. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI BAN-PT AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BARU INSTRUMEN AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II BAB III PRINSIP DASAR PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan (LPUK-Nakes)

Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan (LPUK-Nakes) Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan (LPUK-Nakes) Proyek HPEQ Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Landasan Pendirian LPUK-Nakes Peta Jalan Pendirian LPUK-Nakes Tujuan, Visi,

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan. Civil Society RINGKASAN EKSEKUTIF i Proyek HPEQ berupaya memadukan sumber daya pemerintah, usaha / industri dan civil society untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjawab tuntutan Globalisasi, Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta

Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 0 PERSYARATAN DAN PROSEDUR Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi,

Lebih terperinci

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Kebijakan Uji Kompetensi sebagai Bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Djoko Santoso, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Forum Sosialisasi Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan, 24

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 Workshop tentang Outcomes Based Education Dwiwahju Sasongko, Sekretaris BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI BAN-PT

Lebih terperinci

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS INDONESIA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA HPEQ-DIKTI BATAM, JULI 2010

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS INDONESIA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA HPEQ-DIKTI BATAM, JULI 2010 INDONESIA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA HPEQ-DIKTI BATAM, 16-17 JULI 2010 Pendahuluan Tenaga keperawatan sebelum 1962: Jenis pendidikan bervariasi Lama pendidikan bervariasi Hospital based education

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5. (Halaman 1-4)

LAMPIRAN 5. (Halaman 1-4) LAMPIRAN 5 (Halaman 1-4) Pemikiran Strategis 1.1. Dalam rangka mencapai Tujuan 1 ( Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi, kesehatan yang dioperasionalkan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Pasal 5 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI PELATIHAN SISTEM PENJAMINAN MUTU DAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI KESETARAAN KUALIFIKASI JENIS DAN

Lebih terperinci

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 2: RPL TIPE B & RPL DOSEN dalam TUGAS

Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 2: RPL TIPE B & RPL DOSEN dalam TUGAS Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 2: RPL TIPE B & RPL DOSEN dalam TUGAS Direktorat Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia

Analisis Jabatan Badan Pelaksana LAM-PTKes Indonesia 1 Analisis Jabatan Badan Pelaksana 1. Atasan Langsung 2. Tanggung Jawab 3A. Hasil Kerja Pokok Majelis Pemangku Kepentingan Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Ketua Badan pelaksana Pengembangan,

Lebih terperinci

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN

TABEL 2. JADUAL KEGIATAN 1 TABEL 2. JADUAL KEGIATAN KEGIATAN 7/128/129/1210/12 11/12 12/12 1/13 2/133/13 4/13 5/13 6/13 1. Memilih Majelis Pemangku Kepentingan LAM-PTKes 1.1. Melakukan internalisasi antara Task Force dengan Sekretariat

Lebih terperinci

DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015

DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015 DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015 PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI (PROGRAM DIPLOMA & SARJANA) Pengusul

Lebih terperinci

IBI-AIPKIND Jogyakarta, 25 Juli 2010

IBI-AIPKIND Jogyakarta, 25 Juli 2010 IBI-AIPKIND Jogyakarta, 25 Juli 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB II PENYELENGGARAAN PENDD.KEB. BAB III JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN BAB IV SNPK BAB V KETENTUAN PERALIHAN BAB VI PENUTUP Salah satu kunci utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat menjalankan praktik keperawatan, seorang perawat wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Sedangkan untuk mendapatkan STR, seorang perawat harus memiliki

Lebih terperinci

Komentar dan Rekomendasi

Komentar dan Rekomendasi Komentar dan Rekomendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : FK Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) :.Non Grantee : 1. Pratiwi Sudarmono 2. Hemma Yulfi 1. Komentar Umum Pada tanggal 2-3 Juni 2014 telah

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015 NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 26-May-16 08:49 1 Keterkaitan SN Dikti

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Urgensi Validasi Data Dasar FK. Izin Prodi Akademik-Profesi FK. Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis

Pokok Bahasan. Urgensi Validasi Data Dasar FK. Izin Prodi Akademik-Profesi FK. Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis Illah Sailah Pokok Bahasan 1 2 3 4 5 Urgensi Validasi Data Dasar FK Izin Prodi Akademik-Profesi FK Status Akreditasi Akademik-Profesi & Prodi Spesialis Komitmen UKDI sebagai Exit Exam Komitmen FK untuk

Lebih terperinci

Sosialisasi Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Peubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta

Sosialisasi Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Peubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta Sosialisasi Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Peubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015 NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 12/8/2016 3:54 PM 1 SISTEMATIKA PERMENRISTEKDIKTI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

1 DESEMBER Tim P

1 DESEMBER Tim P 1 DESEMBER 2014 Tim P LS-2014 Dasar Hukum Undang - Undang Undang-Undang No 12 / 2012 tentangpendidikantinggi, Undang-Undang No. 20 / 2013 tentangpendidikankedokteran, Undang-Undang No. 29/ 2004 tentang

Lebih terperinci

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 01 UNGARAN Standar Isi Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW SM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN TIM POKJA BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN BAB VII STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

Kebijakan Kemristekdikti untuk Program Pendidikan Dokter Spesialis-SubSpesialis

Kebijakan Kemristekdikti untuk Program Pendidikan Dokter Spesialis-SubSpesialis Kebijakan Kemristekdikti untuk Program Pendidikan Dokter Spesialis-SubSpesialis Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2015 1 Program dokter

Lebih terperinci

INSTRUMEN AKREDITASI MINIMUM PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR

INSTRUMEN AKREDITASI MINIMUM PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR Lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 30 Tahun 2018 tentang Instrumen Akreditasi Minimum Pembukaan Program Studi Program Profesi Insinyur BAN-PT INSTRUMEN AKREDITASI MINIMUM

Lebih terperinci

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN Persyaratan dan Dokumen Penggabungan atau Penyatuan PTS Berdasarkan Permenristekdkti No. 100 Tahun 2016 Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin PTS Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Format Instrumen dilampirkan pada bagian akhir buku ini.

BAB I PENDAHULUAN. Format Instrumen dilampirkan pada bagian akhir buku ini. Lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 49 tahun 2018 tentang Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi dalam Rangka Penggabungan atau Penyatuan Perguruan Tinggi Swasta yang Tidak

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing SISTEM AKREDITASI NASIONAL DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI Sosialisasi 2013: Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1304, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Pendidikan. Dokter Spesialis. Program. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PENDIDlKAN DOKTER

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap

Lebih terperinci

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN

I. PRASYARAT BUSINESS PLAN I. PRASYARAT BUSINESS PLAN 1 Business Plan : pernyataan yang memuat tujuan-tujuan dari suatu usaha dan kegiatankegiatan yang ingin dilakukan dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuantujuan itu. memberi

Lebih terperinci

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK)

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) SIMAK - 1.5 2014 PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK FASILITATOR 1. Pendahuluan Akreditasi adalah pengakuan terhadap perguruan tinggi atau program studi yang menunjukkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN ` RUU Tentang Pendidikan Kedokteran RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN KOMISI X DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2012 1 RUU Tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK. c. Unsur yuridis. Belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pendidikan kedokteran.

BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK. c. Unsur yuridis. Belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pendidikan kedokteran. BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK Konsep awal Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pendidikan Kedokteran adalah konsep awal yang disajikan di dalam Naskah Akademik, sebagai dasar untuk menyusun pasal-pasal

Lebih terperinci

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014

Organisasi LAM-PTKes Jakarta, Juli 2014 Organisasi LAM-PTKes Jakarta, 20-21 Juli 2014 17/07/2014 - sss 1 Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes LAM-PTKes merupakan badan hukum perkumpulan. Anggotanya saat ini berupa Organisasi Profesi dan Asosiasi

Lebih terperinci

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SM SPMI Hal : 1/12 1 Judul STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK-SPMI SM 01 SUMEDANG 2016 SM SPMI Hal : 2/12 2 Lembar Pengendalian STANDAR

Lebih terperinci

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK VALIDATOR

SIMAK PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK VALIDATOR SIMAK - 1.5 2014 PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM MANAJEMEN AKREDITASI (SIMAK) UNTUK VALIDATOR 1. Pendahuluan Akreditasi adalah pengakuan terhadap perguruan tinggi atau program studi yang menunjukkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI nama program studi. nama perguruan tinggi. logo perguruan tinggi. nama kota, bulan dan tahun

PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI nama program studi. nama perguruan tinggi. logo perguruan tinggi. nama kota, bulan dan tahun PROPOSAL PEMBUKAAN PROGRAM STUDI nama program studi nama perguruan tinggi logo perguruan tinggi nama kota, bulan dan tahun 1 DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

Dokumen Akademik DOKUMEN AKADEMIK

Dokumen Akademik DOKUMEN AKADEMIK Dokumen Akademik DOKUMEN AKADEMIK Landasan yang bersifat normatif-ideologis yang wajib dimiliki oleh setiap institusi penyelenggara kegiatan akademik. Kantor Jaminan Mutu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Dr. Arum Atmawikarta, MPH

LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Dr. Arum Atmawikarta, MPH LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Dr. Arum Atmawikarta, MPH 1 OUTLINE 1. Badan Hukum 2. Landasan Hukum 3. Dasar Pemikiran Pendirian 4. Visi, Misi, Tujuan 5. Kemitraan

Lebih terperinci

ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan

ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019 Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 20 Juni 2014 Jakarta, 22 April 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita)

Lebih terperinci

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes)

AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) AKREDITASI BERSAMA LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN (LAM-PTKes) INDONESIAN ACCREDITATION AGENCY FOR HIGHER EDUCATION IN HEALTH (IAAHEH) Gedung Victoria Lt. 2 Jalan Sultan Hassanuddin

Lebih terperinci

PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN

PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN Di sampaikan dalam Pertemuan Konsultasi Nasional TINGGI Jakarta, 23 Maret 2017 DASAR PEMIKIRAN 1 2 3 Poltekkes Kemenkes aset bangsa Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Format Instrumen dilampirkan pada bagian akhir buku ini.

BAB I PENDAHULUAN. Format Instrumen dilampirkan pada bagian akhir buku ini. Lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 48 Tahun 2018 tentang Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi dalam Rangka Penggabungan atau Penyatuan Perguruan Tinggi Swasta yang Melahirkan

Lebih terperinci

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Johannes Gunawan,SH.,LL.M

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Johannes Gunawan,SH.,LL.M Tujuan dan Prosedur Penggabungan atau Penyatuan PTS Berdasarkan Permenristekdkti No. 100 Tahun 2016 Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin PTS Oleh Prof.Dr.Johannes

Lebih terperinci

Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan

Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan Forum Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

Oleh: Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti, Kemdikbud

Oleh: Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti, Kemdikbud Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu Eksternal atau Akreditasi Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi dan Permendikbud No. 87 Tahun 2014 Tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan

Lebih terperinci

4. ANALISIS PASAR LAM-PTKes

4. ANALISIS PASAR LAM-PTKes 4. ANALISIS PASAR LAM-PTKes Analisis Pasar perlu dilakukan oleh LAM-PTKes untuk mengetahui Karakteristik Pasar yang akan ditembus dan sebagai dasar untuk menyusun Strategi Pokok Pemasaran. Pemahaman tentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 Tujuan Audiensi Menyampaikan laporan perkembangan pembentukan LAM-PTKes hingga saat ini Mendapatkan arahan dari Dirjen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Bab II. Analisis Situasi Bab III. Kebijakan Strategis Bab 2. Analisis Situasi SWOT Kondisi internal Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan) Kondisi eksternal

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN LAM- PTKES Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan April 2012 1 KESEPAKATAN PENDIRIAN LAM-PTKES KONSEP LAM-PTKES HUBUNGAN PENJAMINAN MUTU SISTEM PENDIDIKAN TERHADAP SISTEM PELAYANAN

Lebih terperinci

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan. STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Serta Strategi Pencapaian. 1.1.1 Jelaskan Mekanisme Penyusunan Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Program

Lebih terperinci