BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK. c. Unsur yuridis. Belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pendidikan kedokteran.
|
|
- Hartanti Leony Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK Konsep awal Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pendidikan Kedokteran adalah konsep awal yang disajikan di dalam Naskah Akademik, sebagai dasar untuk menyusun pasal-pasal yang akan dituangkan di dalam draf Rancangan Undang-Undang. Adapun sistematika konsep awal lingkup Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang terdiri dari : 1. Konsiderans Memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Rancangan Undang-Undang, yang memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis, yang terdiri dari: a. Unsur filosofis. Pendidikan kedokteran sebagai salah satu unsur dari Sistem Pendidikan Nasional diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b. Unsur sosiologis. Untuk menghadapi tantangan dalam era globalisasi dan tuntutan perubahan lokal serta nasional, perlu dilakukan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan kedokteran melalui pembaharuan pendidikan kedokteran secara terencana, terarah, dan berkesinambungan, yang diarahkan untuk menghasilkan dokter yang baik dan bermutu, kompeten, profesional, bertanggungjawab, memiliki etika dan moral dengan memadukan pendekatan humanistik terhadap pasien dan berjiwa sosial. c. Unsur yuridis. Belum ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai pendidikan kedokteran. 2. Dasar Hukum Dasar hukum pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran adalah Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C ayat (1), Pasal 31 dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Ketentuan umum a. Pengertian atau Definisi Dalam Naskah Akademik ini ketentuan umum yang dituangkan merupakan pengertian atau definisi yang bersifat pokok dan penting dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran. Ada berbagai definisi umum: 1. Pendidikan Kedokteran adalah pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran dan terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademik dan/atau profesi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi. 2. Peserta didik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut mahasiswa kedokteran, adalah peserta didik yang mengikuti proses pendidikan akademik, profesi,
2 residensi, untuk mencapai kompetensi dokter atau dokter spesialis yang disyaratkan. 3. Sarjana Kedokteran adalah mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia. 4. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan Pendidikan Kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia. 5. Pendidik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Pendidik, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya pada bidang ilmu kedokteran dan/atau bidang ilmu tertentu yang bertugas untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan teknologi di bidang kedokteran melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan. 6. Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Tenaga Kependidikan, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. 7. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran adalah bagian dari standar nasional pendidikan tinggi yang merupakan kriteria minimal dan harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran. 8. Standar Kompetensi Dokter adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam Pendidikan Kedokteran. 9. Kurikulum Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. 10. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran, pedidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan lainnya secara multiprofesi. 11. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan walikota, serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan. 13. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendidikan nasional. b. Asas dan Tujuan Asas merupakan landasan yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran. Sedangkan tujuan dari pendidikan kedokteran adalah untuk menghasilkan sarjana kedokteran, dokter, dan dokter spesialis yang bermutu dan beretika, berdedikasi tinggi dan profesional, serta berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan untuk menata pendidikan kedokteran yang komprehensif.
3 Asas dan tujuan undang-undang yang akan dibuat berupa nilai-nilai dasar yang akan mengilhami norma pengaturan selanjutnya. Dengan demikian ruang lingkup pengaturan peraturan perundang-undangan yang akan disusun tidak terlepas dari asas dan tujuan dari peraturan perundang-undangan itu sendiri. Asas dalam Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran meliputi: a. asas manfaat, yaitu penyelenggaraan pendidikan kedokteran harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perkembangan ilmu kedokteran dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. b. asas kemanusiaan, yaitu penyelenggaraan pendidikan kedokteran tetap memperhatikan keselamatan manusia. c. asas keseimbangan, yaitu dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran tetap menjaga keserasian dan keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat. d. Asas tanggung jawab yaitu dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran dilandasi oleh upaya untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, berkompetensi, profesional, beretika, bermoral, humanistik, dan berjiwa sosial dalam menghadapi tantangan perubahan lokal, nasional, dan global. e. asas kesetaraaan yaitu kesetaraan mutu lulusan antarfakultas. f. asas kesesuaian kurikulum yaitu kurikulum pendidikan kedokteran harus disusun dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan berbagai daerah. g. asas afirmasi yaitu penyelenggaraan pendidikan kedokteran dilakukan dengan mempertimbangkan adanya kuota bagi daerah sulit, kesempatan yang sama untuk gender, dan masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu. 4. Materi pokok yang akan diatur (dalam bentuk kebijakan-kebijakan) Kebijakan Pemerintah di Dokter Umum Berbagai kebijakan yang terkait dengan pendidikan dokter umum berada dalam berbagai konteks menarik. Pertama kesulitan memasukkan lulusan SMA dari daerah sulit ke FK negeri, kebutuhan daerah akan dokter, dan eforia desentralisasi mendorong berbagai pemerintah daerah mendirikan FK dengan modal keuangan dan SDM yang terbatas. Akibatnya mutu pendidikan kedokteran di berbagai fakultas dipertanyakan. Kedua, kurikulum pendidikan dokter di Indonesia terlihat berusaha mengejar kemajuan teknologi sementara itu kesesuaian dengan kebutuhan lokal terlihat kurang diperhatikan. Dalam suasana permintaan tinggi lulusan SMA untuk menjadi peserta pendidikan kedokteran, berdampak pada situasi FK yang menghasilkan pendapatan besar untuk perguruan tinggi. Terjadi peningkatan tarif ataupun sumbangan dari mahasiswa termasuk mahasiswa asing. Terjadi fenomena buruk yang tidak dapat dielakkan, fakultas Kedokteran di berbagai universitas negeri dan swasta menjadi penyumbang untuk pendidikan di fakultas lain. Di sisi pendidikan profesi selama bertahun-tahun terjadi ketidak jelasan domain rumah sakit pendidikan apakah berada di Kementerian Kesehatan atau Kementerian Pendidikan Nasional dengan konsekuensi sumber anggarannya. Kementerian Kesehatan merupakan
4 pemilik sebagian besar Rumah Sakit Pendidikan yang tidak mempunyai anggaran khusus untuk pendidikan dokter umum. Kebijakan pemerintah di Dokter Spesialis Jumlah lulusan dokter spesialis setiap tahun sangat tidak signifikan jika dibandingkan dengan kebutuhannya. Hal ini disebabkan karena pendidikan kedokteran spesialis hanya ada di perguruan tinggi negeri. Data yang ada menunjukkan fakta bahwa pertumbuhan tenaga dokter spesialis sangat lambat dibandingkan dengan deret ukur terhadap kenaikan jumlah penduduk. Oleh karena itu, perlu dirancang sistem pendidikan spesialis dengan harapan, jumlah dan mutu spesialis segera dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Salahsatu inovasi adalah perlu memberi kesempatan ke sistem pendidikan yang berdasarkan rumah sakit (hospital based) pemerintah dan swasta dengan ujian nasional untuk standarisasi kompetensi mereka. Dalam konteks ini kebijakan terhadap peserta pendidikan dokter spesialis perlu diubah. Peserta pendidikan (residen) adalah bukan hanya peserta didik, namun juga merupakan pemberi pelayanan di rumahsakit yang mempunyai hak dan kewajiban, termasuk menerima pendapatan dari kegiatannya di rumahsakit. Secara lebih spesifik ada berbagai isu kebijakan lainnya diantaranya: 1. Rumah Sakit Pendidikan (Teaching Hospital atau University Hospital). Pemilik Rumah Sakit Pendidikan saat ini adalah: (1) Kementerian Kesehatan; (2) Pemerintah Daerah seperti Propinsi Jawa Timur. Mulai tahun , Ditjen Dikti Kemdiknas memiliki program pengembangan 19 (sembilan belas) Rumah Sakit Pendidikan di berbagai perguruan tinggi. Di masa depan dimungkinkan pula Rumah Sakit Swasta menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Dalam konteks kepemilikan ada beberapa tipe: (1) Fakultas Kedokteran memiliki Rumah Sakit Pendidikan Utama sendiri, dengan manajemen yang terpadu; (2) FK bekerjasama dengan RS Pendidikan Utama milik Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah dan berbagai RS jaringan; dan (3) kombinasi keduanya. Implikasi dualisme manajerial RS di kelompok (2) di atas adalah Rumah Sakit Pendidikan tersebut lebih banyak sebagai pelayanan kesehatan dibandingkan dengan pendidikan kesehatan. Anggaran pendidikan dokter maupun spesialis tidak masuk dalam anggaran pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu ada kebijakan nasional untuk menjamin adanya anggaran dari Kementerian Pendidikan Nasional untuk RS-RS milik Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah untuk pendanaanya. Kebijakan nasional yang harus diputuskan adalah apakah setiap FK harus mempunyai RS pendidikan. Alternatif lain adalah tidak mempunyai FK sendiri, namun bekerja erat dengan rumahsakit yang berbeda lembaganya. Model ini dikembangkan dengan sangat baik di Harvard University. Kebijakan lainnya adalah apakah boleh sebuah RS Pendidikan menerima lebih dari satu fakultas kedokteran dalam kerjasamanya.
5 2. Rekrutmen dan Seleksi Mahasiswa Kedokteran Keterbatasan sarana pendidikan kedokteran di universitas negeri, memicu tingginya jumlah peminat peserta didik yang ingin belajar pada pendidikan kedokteran di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Akibatnya persaingan sangat ketat. Sulit sekali bagi lulusan SMA di daerah sulit untuk lolos tes akademik. Dengan model tes berbasis kemampuan akademik dan pembayaran, tanpa kuota bagi daerah sulit maka mahasiswa fakultas kedokteran banyak berasal dari kalangan mampu. Daerah-daerah sulit yang kekurangan dokter menghadapi masalah berat untuk mengirimkan lulusan SMA terbaik ke FK-FK negeri. Sampai saat ini belum ada kebijakan nasional yang menjamin mahasiswa dari daerah sulit untuk mendapat tempat pendidikan di fakultas negeri. Berbagai usaha, misalnya kerjasama antar fakultas kedokteran negeri dengan pemerintah daerah telah dilakukan, tapi masih belum ada kebijakan nasional. 3. Kurikulum Kebijakan kurikulum berdasarkan Standar Kompetensi Profesi dokter yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia adalah kurikulum dengan mengikuti WFME (World Federation Medical Education) supaya pendidikan kedokteran diakui juga oleh Internasional. Selama sepuluh tahun terakhir, terjadi beberapa pergantian kurikulum. Penggantian kurikulum ini kelihatannya tidak melalui suatu evaluasi yang baik. Perubahan dilakukan karena tantangan situasional, belum berdasarkan kebutuhan nasional dan daerah. Kepemilikan kurikulum oleh Kemdiknas yang terkait dengan penyediaan anggaran untuk pelaksanaan terlihat lemah. Hal ini dapat dimengerti karena Dirjen Dikti Kemdiknas yang mengelola lebih dari 3103 Perguruan Tinggi (PT) baik swasta maupun negeri (Data ESBED 2010) tidak mempunyai suatu Direktorat yang menangani secara khusus pendidikan dokter. Kurikulum disahkan oleh KKI namun tanpa penetapan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Selama ini terlihat belum ada hubungan antara kurikulum dengan anggaran pendidikan. Masih banyak fakultas kedokteran yang kesulitan menjalankan kurikulum secara baik untuk mencapai kompetensi dokter. Peran pemerintah yang belum siap menangani pendidikan dokter terjadi ketika mereka yang telah lulus belum dapat terjun langsung untuk berpraktik sebagai dokter, sebelum melalui proses internship (magang). Jangka waktu internship yang dibutuhkan adalah 6 bulan s/d 1 tahun. Problemnya adalah pengelolaan magang dan pihak yang memberi gaji terhadap dokter baru tersebut masih belum jelas. 4. Dosen atau Dokter Pendidik Tenaga pendidik di fakultas kedokteran dapat dibagi dua, yaitu pendidik basic medical science dan clinical science. Jumlah tenaga dosen atau dokter pendidik di fakultas kedokteran sekarang sudah menurun sekali (minus growth), sehingga dosen atau dokter pendidik yang ada menjadi ajang perebutan banyak universitas yang mempunyai fakultas kedokteran. Dikhawatirkan pada beberapa tahun mendatang, banyak universitas akan kekurangan tenaga pengajar untuk pendidikan kedokteran.
6 Universitas Negeri/FKN maupun swasta biasanya merekrut tenaga pengajar sebagai dosen atau dokter pendidik luar biasa dari Kemenkes atau dokter pemerintah daerah yang bekerja di Rumah Sakit yang pengangkatannya melalui Surat Keputusan (SK) Rektor. Pengangkatan ini menimbulkan masalah dalam hal jabatan fungsional di akademik. Di sini juga perlu dipertanyakan kompetensi tenaga yang direkrut, apakah sesuai dan memenuhi kualifikasi dan kompetensi sebagai pengajar. Selain itu, dosen atau dokter pendidik yang diangkat dari tenaga Kemenkes menginginkan kesetaraan sebagai dosen sebagaimana dosen yang diangkat dari Kementerian Pendidikan Nasional terutama kesempatan diangkat menjadi guru besar dalam bidang ilmu kedokteran. Dalam konteks tersebut, perlu ada kebijakan mengenai penyetaraan apakah pendidik klinik yang sudah menjadi konsultan (Sp2) dapat dimungkinkan menjadi Professor Klinik, sebuah sebutan yang membedakan dengan Professor yang saat ini ada. Kebijakan yang berlaku saat ini adalah pengajar perguruan tinggi hanya dapat menjadi Professor kalau mempunyai gelar S3. Apakah dimungkinkan adanya Doktor profesi? Salah satu hal penting adalah bagaimana kerjasama antara FK dengan FK atau badan lain di luar negeri untuk mendatangkan pengajar asing agar terjadi transfer teknologi dan peningkatan mutu pengajaran secara sistematis. Diperlukan kebijakan nasional untuk mengatur tata kelola kerjasama dengan lembaga asing untuk meningkatkan kemajuan fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan. 5. Unit cost, subsidi, dan mekanisme pasar Berdasarkan kebutuhan mencapai standar isi dan kompetensi, pendidikan kedokteran memerlukan biaya besar. Unit cost pendidikan kedokteran adalah termahal dibandingkan dengan pendidikan sarjana dan profesi lainnya, yaitu mencapai Rp 50 juta sampai dengan Rp 80 juta per tahun per mahasiswa. Sementara, biaya SPP yang dipungut di fakultas kedokteran negeri hanya berkisar Rp ,- sampai dengan Rp ,- persemester permahasiswa. Untuk menutup biaya tersebut, universitas membuka beberapa jalur di antaranya adalah: SPMB, SNMPTN, jalur prestasi, jalur khusus dan jalur mahasiswa asing. Untuk jalur khusus dan jalur mahasiswa asing dipungut SPP lebih besar dibandingkan dengan jalur SPMB dan SNMPTN maupun jalur prestasi. SPP untuk jalur khusus dapat mencapai Rp 175 juta per tahun dan untuk mahasiswa asing mencapai US$ 3,000 per tahun. Akibat dibukanya jalur khusus, telah mengakibatkan berkurangnya mahasiswa yang masuk melalui jalur biasa, karena kursi mereka diisi oleh orang yang mampu mengikuti dan memenuhi persyaratan jalur khusus tersebut. Akibatnya, terjadi marjinalisasi kelompok yang kurang mampu untuk masuk FKN. Oleh karena itu, peran Pemerintah dan pemerintah daerah diperlukan untuk mengatasi kesenjangan kesempatan memperoleh akses pendidikan kedokteran dan dapat menjaga kebutuhan pendidikan bagi kelompok yang termajinalkan akibat sistem penerimaan mahasiswa melalui jalur khusus tersebut. Peran pemerintah adalah dalam bentuk: (1) menyediakan dana investasi dan dana operasional untuk FK negeri/swasta; dan (2) memberikan beasiswa kepada mahasiswa/peserta pendidikan; dan (3) menjamin quota untuk calon mahasiswa dari
7 daerah tidak mampu. Peran pemerintah yang pertama adalah subsidi untuk lembaga pemberi pendidikan sedangkan yang kedua adalah subsidi ke mahasiswanya. Konsekuensinya adalah, mahasiswa yang mendapat beasiswa dan lulus menjadi dokter umum dan dokter spesialis harus melakukan wajib kerja praktik dokter di daerah. 6. Pendanaan Pemerintah untuk Lembaga Pendidikan Kedokteran dan RS Pendidikan Disamping memberikan beasiswa, peran pemerintah untuk menjaga kualitas pendidikan kedokteran adalah menyediakan dana investasi dan operasional untuk pendidikan kedokteran strata satu dan untuk pendidikan kedokteran spesialis. Anggaran dari Kemdiknas untuk mahasiswa kedokteran pertahun sekitar Rp ,-. Jumlah ini sangat minim dibandingkan dengan jumlah hitungan unit cost pertahunnya sejumlah Rp25 juta sampai dengan Rp 80 juta per mahasiswa. Oleh karena itu anggaran pemerintah perlu dinaikkan. Sementara itu bagi mahasiswa yang mampu, dapat membayar penuh atau hampir penuh. Dengan demikian terjadi keadilan. Untuk pendidikan dokter spesialis (residensi), sebaiknya ada aturan bahwa ada pendapatan dari jasa pelayanan yang diterima sehingga tidak memberatkan peserta didik. Peserta didik residensi bukan mahasiswa biasa, lebih berfungsi sebagai staf dokter yang memberikan pelayanan. Pendanaan pendidikan kedokteran spesialis selama ini tidak pernah masuk dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan tidak pernah masuk di dalam renstra pendidikan, sehingga ke depan perlu mendapat perhatian oleh pemangku kepentingan. Bagi Fakultas Kedokteran Swasta (FKS) ada beberapa masalah yang perlu diangkat, yaitu hubungan kerja operasional sehari-hari antara yayasan dan fakultas kedokteran. Dalam hal dana masuk, sering tidak sejalan antara kebijakan universitas dan keinginan pihak yayasan. Dana yang masuk tersebut menimbulkan pertanyaan, menjadi milik yayasan ataukah milik universitas/fakultas kedokteran? Dalam hal dana, perlu diperhatikan pula bagaimana masalah pengaliran dana masuk ke FK yang dipergunakan untuk membantu fakultas lain. Sampai seberapa jauh aliran dana ini diperbolehkan yang tidak mengurangi mutu pendidikan. Saat ini pendanaan untuk RS Pendidikan masih bermasalah. Tidak ada anggaran dari Kementerian Kesehatan untuk pembiayaan pendidikan kedokteran, karena Kementerian Kesehatan lebih mengutamakan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan pendidikan kedokteran. Sementara itu Kementerian Pendidikan Nasional belum menganggarkan. 5. Ketentuan Peralihan Memuat penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah ada pada saat peraturan perundang-undangan mulai berlaku, agar peraturan perundang-
8 undangan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan permasalahan hukum dikemudian hari 1. Ketentuan peralihan pada Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran, memuat peralihan tentang Rumah sakit pendidikan dan rumah sakit sebagai lahan pendidikan yang telah ada, harus menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang Undang ini, paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang- Undang ini diundangkan. Dan Perguruan tinggi yang sudah ada sebelum Undang-undang ini diundangkan harus menyesuaikan ketentuan perundang-undangan paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Kemudian peraturan perundangundangan dan peraturan pelaksanaannya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan kedokteran, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum dibentuk atau diganti dengan peraturan perundang-undangan yang baru sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini. 6. Ketentuan Penutup Ketentuan Penutup yang akan dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran yaitu bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan perampasan aset hasil korupsi yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini. 7. Sistematika RUU Berikut ini Sistematika RUU Pendidikan Kedokteran adalah: BAB I Ketentuan Umum. BAB II Pembukaan dan Penutupan BAB III Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran Bagian Kesatu Sumber Daya Manusia Paragraf 1 Calon Mahasiswa Kedokteran Paragraf 2 Mahasiswa Kedokteran Paragraf 3 Hak dan Kewajiban Mahasiswa Paragraf 4 Pendidik Paragraf 5 Tenaga Kependidikan Bagian Kedua Kurikulum Bagian Ketiga Jenjang Pendidikan Kedokteran Bagian Keempat Rumah Sakit Pendidikan Bagian Kelima Kerja sama Bagian Keenam Lulusan Bagian Ketujuh Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan BAB IV Pendanaan BAB V Pemerintah dan Pemerintah Daerah BAB VI Peran Masyarakat BAB VII Ketentuan Peralihan BAB VIII Ketentuan Penutup Undangan. 1 Lampiran nomor 100 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U
No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN KOMISI X DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak setiap warga
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN
` RUU Tentang Pendidikan Kedokteran RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN KOMISI X DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2012 1 RUU Tentang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciPenelaahan RUU Pendidikan Kedokteran
Pointers Pertemuan Penelaahan RUU Pendidikan Kedokteran Jakarta, 5 6 Mei 2011 Illah Sailah (Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan) Latar Belakang Pertemuan (5 6 Mei 2011) Pelaksanaan lokakarya RUU Pendidikan
Lebih terperinciHASIL KONSINYERING DENGAN PANJA KOMISI X DPR RI H. Century, Juni 2013
NO. DRAFT DPR (9 APRIL 2012) HASIL PEMBAHASAN DENGAN DPR, KONSINYERING 10-11 MARET (dalam block kuning) DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN 4 April 2013 HASIL
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN I. UMUM Pendidikan Kedokteran merupakan salah satu unsur perwujudan tujuan negara yang diamanatkan dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciSTANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF
KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN 1. Landasan Filosofis Filosofi ilmu kedokteran Ilmu kedokteran secara bertahap berkembang di berbagai tempat terpisah. Pada umumnya masyarakat mempunyai keyakinan bahwa seorang
Lebih terperinciPERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1304, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Pendidikan. Dokter Spesialis. Program. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PENDIDlKAN DOKTER
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciNo Pengaturan mengenai program Internsip diperlukan untuk menjamin penyelenggaraan program Internsip yang bermutu. Mengingat program Internsip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6171 PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. Peraturan Pelaksanaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 303) PENJELASAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1000, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Tugas Belajar. Kesehatan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinci- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
- 2 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Lebih terperinciSinkronisasi UU Pendidikan Kedokteran dengan Berbagai Peraturan Perundangan Pendidikan Tinggi
Sinkronisasi UU Pendidikan Kedokteran dengan Berbagai Peraturan Perundangan Pendidikan Tinggi Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciProf. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.
UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI (SUBSTANSI KEBAHARUAN DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA) Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. (Pembantu Rektor II UNS) Disampaikan dalam rangka Diskusi Terbatas Pro-Kontra
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN
Lebih terperinciImplementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya
Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya Oleh : 1 Alldo Fellix Januardy 1 Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN PENDANAAN TERHADAP POLITEKNIK NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, \ Menimbang
Lebih terperinciPENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU
PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana
Lebih terperinciDRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI PENDIDIKAN 3/24/2015 9:53 AM PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 SISTEMATIKA PERMENDIKBUD NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PERMENDIKBUD
Lebih terperinci3 Kurikulum sudah dilaksanakan dengan model blok kompetensi pada semua PS 2 2 4
LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Skoring Analisis Faktor Internal URAIAN KEKUATAN: 1 Rasio peminatan pendidikan kedokteran dan kesehatan di semua program studi sangat tinggi yang mengindikasikan tingginya kualitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciSTANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 09 SEMARANG 2O16 Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan Sistem Penjaminan
Lebih terperinci1 DESEMBER Tim P
1 DESEMBER 2014 Tim P LS-2014 Dasar Hukum Undang - Undang Undang-Undang No 12 / 2012 tentangpendidikantinggi, Undang-Undang No. 20 / 2013 tentangpendidikankedokteran, Undang-Undang No. 29/ 2004 tentang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinci2012, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar
No.104, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TRANSPORTASI. Sumber Daya Manusia. Bidang Transportasi. Perlindungan Kerja. Pembinaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciTinjauan Umum Undang- Undang Pendidikan Kedokteran
Tinjauan Umum Undang- Undang Pendidikan Kedokteran Sebuah kajian oleh Kastrat BEM IKM FKUI 2013 Pelayanan kedokteran di Indonesia saat ini terselenggara secara tidak merata. Berdasarkan data Kementerian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat
Lebih terperinci2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinciSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI (Permendikbud no 49/2014) Hotel Harris, Bandung, 18 Agustus 2014
NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI (Permendikbud no 49/2014) Hotel Harris, Bandung, 18 Agustus 2014 Doktor (S3) Doktor (S3) Terapan 9 Magister (S2) Magister (S2) Terapan 8 7 Sarjana (S1) Diploma 4 (D4) 6 Fokus
Lebih terperinciPERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015
PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015 NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 12/8/2016 3:54 PM 1 SISTEMATIKA PERMENRISTEKDIKTI
Lebih terperinci2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA
PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2014 ADMINISTRASI. Sumber Daya Manusia. Metereologi. Klimatologi. Geofisika. Pengembangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciStandar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain
Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Pasal 5 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),
Lebih terperinciIMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN M. Syaom Barliana Universitas Pendidikan Indonesia L A T A R B E L A K A N G Peningkatan kualitas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG
PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang secara umum dianggap penting
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang secara umum dianggap penting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan sejatinya bisa didapat dari mana saja dan kapan saja; formal
Lebih terperinciManual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO
Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO Revisi : 1 Tanggal : 10 Desember 2010 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan I Dikendalikan : Gugus Jaminan Mutu FP Disetujui oleh : Dekan FP Kode DAFTAR
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinci2017, No Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 4.
No.891, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. Program Studi Kedokteran. Program Studi Kedokteran Gigi. Kuota Nasional. Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI,
Lebih terperinciHAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.
HAK GURU Hak-hak guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),
Lebih terperinci2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciKEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Bagian I 51 BAB IV KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT 4.1 Globalisasi dan Otonomi Rumah Sakit Di Indonesia problem keuangan menyebabkan kemampuan pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu Universitas Airlangga
Lebih terperinciDIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN ANGGARAN
KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN ANGGARAN 2011 KATA PENGANTAR Pedoman penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk praktis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN
TIM POKJA BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN BAB VII STANDAR NASIONAL
Lebih terperinciKebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai Dosen di Rumah Sakit dan Wahana Pendidikan
Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai Dosen di Rumah Sakit dan Wahana Pendidikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Lebih terperinci2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciSEMILOKA NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DAN PERAN DOKTER LAYANAN PRIMER
SEMILOKA NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DAN PERAN DOKTER LAYANAN PRIMER Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Jakarta, 29 April 2013 1 I. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015
PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015 NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 26-May-16 08:49 1 Keterkaitan SN Dikti
Lebih terperinciKRITERIA JENJANG KARIER DOSEN KLINIK DI RS PENDIDIKAN DAN JEJARING Oleh: Dr. Endro Basuki, SpBS (K), MKes
KRITERIA JENJANG KARIER DOSEN KLINIK DI RS PENDIDIKAN DAN JEJARING Oleh: Dr. Endro Basuki, SpBS (K), MKes DISAMPAIKAN PADA ASM (ANNUAL SCIENTIFIC MEETING) DALAM RANGKA DIES NATALIS FK UGM Ke-67 dan HUT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERATURAN PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI (Draft)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERATURAN PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI (Draft) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: (1) Universitas adalah Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciSTANDAR 4. SUMBER DAYA MANUSIA
STANDAR 4. SUMBER DAYA MANUSIA 4.1 Dosen Tetap Dosen tetap dalam borang akreditasi BAN-PT adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap pada PT yang bersangkutan; termasuk dosen penugasan
Lebih terperinciKERANGKA NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN KEDOKTERAN
KERANGKA NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN KEDOKTERAN Latar Belakang Pendidikan Tinggi terdiri atas jalur akademik, profesi dan vokasi (UU Sisdiknas No 20 Th 2003) Jalur pendidikan akademik terdiri atas jenjang
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciIBI-AIPKIND Jogyakarta, 25 Juli 2010
IBI-AIPKIND Jogyakarta, 25 Juli 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB II PENYELENGGARAAN PENDD.KEB. BAB III JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN BAB IV SNPK BAB V KETENTUAN PERALIHAN BAB VI PENUTUP Salah satu kunci utama
Lebih terperinciBAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Universitas Indonesia (UI) secara internasional diakui sebagai salah satu universitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG IZIN BELAJAR DAN TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci