BAB II LANDASAN TEORI. lokal (Rupiah) dan mata uang asing (valuta asing). Valuta Asing (valas) atau foreign

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. lokal (Rupiah) dan mata uang asing (valuta asing). Valuta Asing (valas) atau foreign"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Valuta Asing II.1.1. Pengertian Valuta Asing Pasar uang dan pasar modal di Indonesia kini telah didenominasi oleh mata uang lokal (Rupiah) dan mata uang asing (valuta asing). Valuta Asing (valas) atau foreign exchange (forex) ataupun foreign currency itu sendiri memiliki beberapa definisi yang disajikan oleh beberapa ahli, yaitu : 1. Menurut Hamdy Hadi (1997:15), valuta asing adalah mata uang asing yang difungsikan sebagai alat pembayaran untuk membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan juga mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. 2. Menurut Eng, Lees dan Mauer (1998:84), A foreign currency is Any asset or financial claim denominated in a foreign currency. 3. Menurut Jose Rizal Joesoef (2008:4), valuta asing adalah mata uang asing atau alat pembayaran luar negeri 4. Menurut Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn (2009:492), A foreign currency is a currency other than the entity s functional currency. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa valuta asing merupakan pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Dengan adanya perbandingan nilai antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang menimbulkan suatu nilai, dapat disebut foreign exchange rate (kurs valuta asing). II.1.2. Bentuk Perdagangan Valuta Asing Menurut Haris Wibisono (2005), di dalam transaksi valuta asing terdapat beberapa bentuk transaksi yang sering terjadi. Bentuk perdagangan atas foreign exchange terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu: 9

2 a. Spot exchange, di mana transaksi terjadi dengan pelepasan pada value date, biasanya dua hari kerja setelah transaksi terjadi. b. Foreign exchange, transaksi pengiriman mata uang dilakukan pada suatu tanggal tertentu di masa yang akan datang, kurs ditentukan pada saat kontrak disetujui. Jatuh tempo kontrak forward biasanya satu, dua, tiga, atau enam bulan. c. Swap, yang merupakan transaksi pembelian dan penjualan secara simultan (terus-menerus) pada tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. II.1.3. Sistem Kurs Valuta Asing Di setiap negara memiliki suatu sistem kurs valuta asing yang biasanya ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah di masing-masing negara. Menurut Floyd A. Beam, terdapat tiga system kurs yang dapat merefleksikan harga pasar yang berfluktuasi untuk mata uang berdasarkan penawaran dan permintaan dan faktor lain di dunia pasar mata uang yaitu free or floating, fixed, dan controlled. (Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn, 2009: ). Dari pendapat tersebut menyatakan bahwa terdapat tiga sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu: a. Sistem kurs bebas (floating), dalam sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap valuta asing. b. Sistem kurs tetap (fixed), dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan. c. Sistem kurs terkontrol atau terkendali (controlled), dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia. Warga negara tidak bebas untuk campur tangan dalam transaksi valuta asing. Capital inflows dan ekspor barang-barang menyebabkan tersedianya valuta asing. Selain itu, berdasarkan Triyono (2008), terdapat lima jenis sitem kurs utama yang berlaku, yaitu: a. Sistem kurs mengambang, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka 10

3 sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate). b. Pada sistem kurs tertambat, suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata yang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkat, di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak kearah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan sistem kurs terambat. d. Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. e. Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang sangat rentan terhadap gangguan eksternal, misalnya memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan internal, seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi. II.1.4. Jenis Perubahan Nilai Kurs Valuta Asing Dalam melakukan transaksi valuta asing, nilai kurs mengalami perubahan setiap saat. Perubahan nilai kurs valuta asing umumnya berupa: a. A presiasi atau depresiasi Naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing yang sepenuhnya tergantung pada kekuatan pasar (permintaan dan penawaran valuta asing) baik dalam negeri maupun luar negeri. b. Devaluasi atau revaluasi 11

4 Naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Dari definisi diatas, perubahan nilai kurs yang biasa terjadi sehari-hari (depresiasi) hampir sama dengan devaluasi, akan tetapi devaluasi adalah penurunan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah, dilakukan secara mendadak, dan ada perbedaan selisih kurs yang besar antara sebelum dan sesudah devaluasi. Hal ini berlaku juga untuk apresiasi dan revaluasi. Perubahan rate mata uang asing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai (value) perusahaan khususnya pada perusahaan yang memiliki intensitas internasional. Pengaruh signifikan terjadi ketika perusahaan melakukan transaksi dengan mata uang asing, misalnya meminjam hutang dengan Dollar Amerika Serikat (USD). Ketika perusahaan akan membayar hutang serta bunga pinjaman, perusahaan harus mentranslasi mata uang fungsional ke mata uang USD dan mengakibatkan selisih kurs. Selisih kurs yang terjadi bisa menjadi keuntungan (gains) atau kerugian (losses) bagi perusahaan. Gains or losses ini akan muncul pada laporan laba rugi komprehensif perusahaan yang akan menambah atau mengurangi laba perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat mengantisipasi kerugian akibat dari nilai tukar mata uang asing dapat mengalami kebangkrutan. (Tan, Lee; 2009:320). II.1.5. Transaksi Dalam Valuta Asing Transaksi dalam valuta asing sering terjadi di Indonesia dimana terdapat mata uang asing yang digunakan disetiap kejadian atau peristiwa ekonomi khususnya di 12

5 dalam perusahaan. Terdapat beberapa definisi mengenai transaksi dalam valuta asing, yaitu: 1. Menurut SAK (1999:10.2), suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing. 2. Menurut Frederick (2002:210), foreign currency transactions (transaksi mata uang asing) yaitu: Transactions whose terms are stated in a currency other than the entity s functional currency. 3. Menurut Shim, Siegel, Dauber (2010:13.76), foreign currency transactions are those denominated in a currency other than the company s functional currency. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang terjadi dengan menggunakan dua/lebih mata uang yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam mata uang yang berbeda pula. Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan transaksi yang termasuk dalam Transaksi Valuta Asing PSAK 10 (2010:10.1) menyatakan transaksi dalam valuta asing dapat terjadi dengan dua cara, yaitu: kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) dan transaksi dengan menggunakan mata uang asing (foreign activities). Kegiatan usaha luar negeri yaitu suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri (foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari perusahaan pelapor. adalah: PSAK 10 (2010: ) menyatakan bahwa suatu transaksi mata uang asing 13

6 suatu transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu entitas: a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana ketika jumlah yang merupakan hutang atau tagihan didenominasi dalam suatu mata uang asing; atau c. memperoleh atau melepas aset atau mengadakan atau menyelesaikan liabilitas, yang didenominasikan dalam mata uang. II.1.6. Selisih Kurs Valuta Asing Transaksi yang menggunakan valuta asing membutuhkan nilai tukar atau kurs sebagai dasar perhitungan konversi ke mata uang fungsional perusahaan. Terdapat beberapa definisi mengenai nilai tukar tersebut, yaitu: 1. Menurut Eng, Lees dan Mauer (1998:99), foreign exchange rate is the price of foreign currency measured in domestic money. 2. Menurut jurnal Jusuf Kasrori (2003:2), kurs adalah harga yang harus dibayar dengan uang sendiri untuk memperoleh satu unit uang asing. 3. Menurut Mankiw (2008:386), exchange rate is the rate at which a person can trade the currency of one country for the currency of another. 4. Menurut Bambang Wijayanta dan Aristanti Vidyanigsih (2008:56), kurs valuta asing adalah perbandingan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. 5. Menurut Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn (2009:459), an exchange rate is the ratio between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchanged at a particular time. 6. Menurut Brigham, Ehrhardt (2010:694), An exchange rate specifies the number of units of a given currency that can be purchased for one unit of another currency. Dengan adanya pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kurs valuta asing adalah rasio nilai pertukaran dua mata uang yaitu dari mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Pengertian lain yang dijabarkan mengenai selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam PSAK 10 (2010:10.4) adalah: 14

7 Selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda. II.1.7. Ekposur Nilai Tukar Mata Uang Asing Sebuah perusahaan bisnis dikatakan memiliki eksposur nilai tukar asing jika perubahan kurs mata uang asing mempengaruhi aliran kas operasi atau item dalam laporan keuangannya. Eksposur nilai tukar asing tersebut terbagi dua jenis yaitu accounting dan operating (economic) exposures (Tan, Lee, 2009:323). Accounting exposure bersifat kuantitatif dan secara langsung berdampak pada laporan laba rugi atau neraca. Operating exposures di sisi lain, tidak mudah diukur dan mencerminkan dampak dari perubahan nilai tukar yang nyata pada operasi perusahaan di pasar input, di mana perusahaan memperoleh bahan, dan pasar output, di mana menjual produk jadi. Operating exposures merupakan konsep ekonomi yang mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan dan akhirnya nilai perusahaan.dibanding konsep akuntansi, dan dampak dari operating exposures tidak dapat diestimasi secara andal. Accounting exposures adalah risiko perubahan nilai tukar sebagai akibat dari suatu perusahaan: 1. masuk ke dalam transaksi mata uang asing yang menghasilkan hak dan kewajiban kontraktual, seperti piutang atau hutang dalam mata uang asing. 2. harus menerjemahkan laporan keuangan mata uang asing dari kegiatan usaha luar negeri (anak perusahaan asing, kantor cabang, usaha patungan, dan perusahaan asosiasi) dari mata uang lokal ke mata uang pelaporan kelompok untuk tujuan menyusun laporan keuangan konsolidasi. 15

8 Accounting exposures dibagi menjadi dua jenis, yaitu transaction exposure dan translation exposure. Transaction exposure langsung muncul sebagai konsekuensi dari transaksi mata uang asing dari bisnis perusahaan. Biasanya, transaksi ini terjadi pada satu tanggal dan diselesaikan di kemudian hari, misalnya, mata uang asing pada piutang dan hutang. Sebagai akibat dari pergerakan nilai tukar asing antara kedua tanggal ini, sebuah keuntungan atau kerugian pertukaran (transaction gain or loss) muncul dan akan dicatat pada pembukuan perusahaan. Transaction exposure mempengaruhi arus kas perusahaan. Sebaliknya, keuntungan dan kerugian translasi (translation differences) tidak mempengaruhi arus kas. Translasi tersebut timbul karena persyaratan untuk menerjemahkan laporan keuangan yang disusun dalam mata uang asing ke mata uang presentasi konsolidasi. II.2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10 Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman untuk penyajian laporan keuangan perusahaan yang disusun dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan kemudian diterapkan di Indonesia. Munculnya standar akuntansi ini dikarenakan perkembangan dan perubahan lingkungan global yang menuntut adanya transparansi pada laporan keuangan. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). ( Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang digunakan perusahaan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. Standar akuntansi digunakan agar informasi yang diberikan oleh perusahaan 16

9 dapat relevan dan dibandingkan dengan perusahaan lain sehingga investor asing pun dapat menanamkan modalnya ke dalam instrumen keuangan khususnya saham dari perusahaan go public di Indonesia. PSAK 10 (revisi 2010) merupakan salah satu bagian dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang telah disusun dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dalam rangka memenuhi perubahan ekonomi yang membuat perusahaan melakukan transaksi dalam mata uang asing (valuta asing). PSAK 10 sebelumnya telah disusun pada tahun 1994 dengan judul Transaksi dalam Mata Uang Asing, akan tetapi dalam rangka melakukan konvergensi IFRS pada standar internasional yaitu International Accounting Standards (IAS), Dewan Standar Akuntansi Keuangan melakukan perubahan atau revisi pada PSAK 10 tahun 2010 dengan mengadopsi IFRS dan kemudian disahkan dengan judul Pengaruh Perubahan Nilai Kurs Mata Valuta Asing yang efektif diberlakukan tanggal 1 Januari PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing menggantikan PSAK 10 (1994): Transaksi Dalam Mata Uang Asing, PSAK 11 (1994): Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998): Mata Uang Pelaporan, ISAK 4 (1997) Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10. Secara umum perbedaan PSAK 10 (revisi 2010) Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing dengan PSAK 10 (1994) Transaksi Dalam Mata Uang Asing, PSAK 11 (1994) Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing, dan PSAK 52 (1998) Mata Uang Pelaporan, dan ISAK 4 (1997) Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 tentang alternatif perlakuan yang diizinkan atas selisih kurs adalah sebagai berikut: 17

10 Tabel II.1 Perbedaan PSAK 10 (revisi 2010) dan PSAK 10 (1994) Perihal PSAK 10 (revisi 2010) Ruang Lingkup Mengecualikan transaksi derivatif dan saldo dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006). Penjabaran hasil dan posisi keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan. Tidak diterapkan pada akuntansi lindung nilai (hedge) pada mata uang asing, termasuk lindung nilai dari investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri. Perubahan Entitas menerapkan prosedur dalam mata penjabaran untuk mata uang uang fungsional yang baru secara fungsional prospektif sejak tanggal Pengukuran dan penyajian mata uang Kapitalisasi selisih kurs Prosedur Pengukuran kembali perubahan. - Pengukuran mata uang menggunakan mata uang fungsional. - Penyajian mata uang dapat menggunakan mata uang selain mata uang fungsional. Tidak ada kapitalisasi selisih kurs akibat depresiasi atau devaluasi luar biasa. Tidak diatur secara eksplisit. PSAK 10 (1994), PSAK 11 (1994), PSAK 52 (1998), dan ISAK 4 (1997) Tidak ada pengecualian tersebut. Tidak ada pengecualian tersebut. PSAK 10 : Mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge. Tidak ada pengaturan tersebut. Pengukuran dan penyajian mata uang menggunakan Rupiah. Entitas dapat menggunakan mata uang selain Rupiah jika mata uang tersebut memenuhi kriteria sebagai mata uang fungsional. Selisih kurs yang disebabkan devaluasi atau depresiasi luar biasa diman tidak mungkin dilakukan lindung nilai dikapitalisasi ke aset yang bersangkutan. Terdapat pengaturan prosedur untuk pengukuran kembali (remeasurement). II.2.1. Mata Uang Fungsional Mata uang fungsional merupakan mata uang yang digunakan didalam lingkungan ekonomi utama dimana suatu entitas beroperasi. Lingkungan ekonomi utama dimana 18

11 sebuah entitas beroperasi adalah lingkungan dimana entitas tersebut utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Suatu entitas perlu mempertimbangkan faktorfaktor dibawah ini yang terbagi menjadi dua indikator yaitu indikator utama dan indikator kedua dalam menentukan mata uang fungsionalnya pada PSAK 10 (2010:10.4) paragraf 9 dan 10 dinyatakan sebagai berikut: Indikator Utama: 1. mata uang: a. yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan b. dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang- undangannya sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya. 2. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya-biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan). Indikator Kedua: Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan berikut ini juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu entitas: 1. mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan instrumen hutang dan instrumen ekuitas) dihasilkan 2. mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan. Dari penjelasan diatas, yang dimaksud dengan kekuatan persaingan dan perundang undangannya sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya adalah suatu keadaan dimana perusahaan dapat mengatasi semua tekanan yang terjadi baik dari internal maupun eksternal. Analisis kekuatan persaingan dapat menggunakan Analisis Kekuatan Porter menurut McGuigan, Moyer, Harris (2010:342), yaitu: 1. The threat of subtitutes (ancaman produk substitusi), yang ditentukan oleh harga produk subtitusi, switching cost, dan kualitas produk. 19

12 2. The threat of entry (ancaman pendatang baru), yang dapat ditentukan dengan hambatan masuk ke dalam industri, antara lain, hambatan harga, respon incumbent, biaya yang tinggi, pengalaman incumbent dalam industri, keunggulan biaya, differensiasi produk, akses distribusi, kebijakan pemerintah dan switching cost. 3. The power of buyers (kekuatan tawar-menawar pembeli), yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain differensiasi, konsentrasi, kepentingan pembeli, tingkat pendapatan, pilihan kualitas produk, akses informasi, dan switching cost. 4. The power of suppliers (kekuatan tawar menawar pemasok), yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat konsentrasi pasar, diversifikasi, switching cost, organisasi pemasok dan pemerintah, 5. The intensity of rivalry (persaingan di dalam industri), yang ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu pertumbuhan pasar, struktur biaya, hambatan keluar industri, switching cost, pengalaman dalam industri, dan perbedaan strategi yang diterapkan. Masing-masing dari kekuatan tersebut memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Gambar dibawah ini menjelaskan mengenai masing-masing kekuatan yang dapat mempengaruhi perusahaan, sebagai berikut: Gambar II Analisis Kekuatan Persaingan Porter 20

13 (sumber: The Five Competitive Forces that Shape Strategy", Harvard Business Review, p ) Selain kedua indikator diatas, terdapat faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu kegiatan usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata uang entitas pelapor (entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau ventura bersama) sebagai berikut: 1. apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan. 2. Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan sebagai perpanjangan dari entitas pelapor adalah ketika kegiatan usaha luar negeri hanya menjual barang-barang yang diimpor dari entitas pelapor dan mengirimkan hasilnya ke entitas pelapor. Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan adalah ketika operasi mengakumulasikan kas dan pos-pos moneter lainnya, mengadakan pengeluaran, menghasilkan pendapatan dan mengatur pinjaman, yang secara substansial menggunakan mata uang lokalnya. 3. tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri terhadap transaksi dengan entitas pelapor. 4. apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor. 21

14 5. apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk membayar kewajiban instrumen hutang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa ada nya dana yang disediakan oleh entitas pelapor. II.2.2. Pos-Pos Moneter Dan Pos-Pos Non-Moneter Pada PSAK 10 (revisi 2010), terdapat pembagian pos dalam mentranslasi mata uang asing kedalam mata uang fungsional, yaitu pos moneter dan pos non-moneter. Pos-pos tersebut digunakan untuk mengelompokan akun-akun yang membutuhkan penyesuaian ditanggal pelaporan dan akun-akun yang tidak membutuhkan penyesuaian pada tanggal pelaporan. Pada dasarnya akun yang masih membutuhkan penyesuaian diklasifikasikan kedalam pos moneter dimana akun terkait membutuhkan pembayaran yang menggunakan kas dan setara kas. Terdapat beberapa pengertian mengenai pos moneter, menurut PSAK 10 (2010:10.4) adalah Unit mata uang yang dimiliki serta aset dan liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.. Sementara itu menurut Wahlen, Stickney, Baginski, Bradshaw, (2010:105): Represents amount of cash the firm can expect to receive or pay in te future.. Berdasarkan PSAK 10 (2010:10.8), fitur utama dari suatu pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Dari penjelasan diatas, akun-akun yang dapat diklasifikasikan kedalam pos moneter adalah kas, piutang dagang, hutang dagang, dan akun lainnya yang membutuhkan penyelesaian dengan kas atau setara kas, seperti yang termasuk didalamnya adalah pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas, 22

15 kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang diakui sebagai kewajiban. Demikian juga, suatu kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) suatu jumlah variabel dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau suatu jumlah variabel dari suatu aset yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan, adalah merupakan suatu pos moneter. Di samping itu juga terdapat pos non-moneter yang digunakan untuk mengklasifikasikan akun-akun yang tidak membutuhkan penyesuaian pada tanggal pelaporan. Menurut Subramani (2011), pos non-moneter merupakan pos yang tidak memiliki hak atau kewajiban untuk menerima atau membayar untuk memberikan jumlah yang tetap atau telah ditentukan unit mata uang. Fitur utama dari dari suatu pos non-moneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Contoh yang termasuk didalamnya: uang muka untuk barang dan jasa (misalnya sewa dibayar dimuka), goodwill, aset tidak berwujud, persediaan, aset tetap, dan kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter. II.2.3. Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke Dalam Mata Uang Fungsional Pada transaksi dengan menggunakan mata uang asing, suatu entitas perlu melakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Untuk mencatat transaksi tersebut terdapat beberapa pengakuan yang harus dipatuhi oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut: 1. Pengakuan Awal 23

16 Seperti yang telah dijelaskan diatas, suatu transaksi mata uang asing dapat terjadi ketika entitas melakukan penjualan, pembelian, menjual asset, meminjam atau memberikan pinjaman dalam mata uang asing. Pada PSAK 10 (2010:10.8) dinyatakan bahwa pengakuan awal dimana suatu transaksi mata uang asing harus dicatat dalam mata uang fungsional, dengan menerapkan jumlah mata uang asing, nilai tukar spot yaitu kurs untuk realisasi segera antara mata uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal transaksi. Berdasarkan PSAK 10 (2010:10.9), tanggal suatu transaksi adalah tanggal pada saat pertama kali, suatu transaksi memenuhi untuk kriteria pengakuan sesuai dengan SAK. Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs aktual pada tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata untuk seminggu atau sebulan mungkin dapat digunakan untuk semua transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama periode tersebut. Bagaimanapun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat. 2. Pengakuan pada Akhir Pelaporan Berdasarkan PSAK 10 (2010:10.9), dari transaksi mata uang asing yang terjadi maka pada akhir setiap periode pelaporan: a. pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup; b. pos non-moneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan c. pos non-moneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan. 24

17 Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan Pernyataan lain yang relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur dengan nilai wajar atau biaya historis sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap. Apakah jumlah tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis ataupun berdasarkan nilai wajar, jika jumlah nya ditentukan dalam mata uang asing maka kemudian dijabarkan kedalam mata uang fungsional sesuai Pernyataan ini. Jumlah tercatat beberapa pos ditentukan dengan membandingkan dua atau lebih jumlah. Contohnya, jumlah tercatat persediaan adalah nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih sesuai dengan PSAK 14: Persediaan. Demikian pula, sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset, jumlah tercatat suatu aset di mana terdapat indikasi penurunan nilai adalah nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya sebelum mempertimbangkan kemungkinan rugi penurunan nilai dan jumlah yang dapat dipublihkan kembali. Ketika suatu aset adalah non-moneter dan diukur dalam suatu mata uang asing, jumlah tercatatnya ditentukan dengan membandingkan: a. biaya perolehan atau jumlah tercatat (yang mana yang tepat), dijabarkan dengan nilai tukar pada tanggal ketika jumlah itu ditentukan (yaitu nilai pada tanggal transaksi untuk suatu pos yang diukur dalam biaya historis); dan b. nilai realisasi bersih atau jumlah yang dapat dipulihkan kembali (yang mana yang tepat), dijabarkan dengan nilai tukar pada tanggal ketika nilai itu ditentukan (misalnya kurs penutup pada akhir periode pelaporan). Pengaruh dari perbandingan ini mungkin bahwa suatu kerugian penurunan nilai diakui dalam mata uang fungsional tetapi tidak diakui dalam mata uang asing, atau sebaliknya. Ketika beberapa nilai tukar tersedia, kurs yang digunakan adalah kurs di mana arus kas masa depan digambarkan oleh transaksi atau kurs di mana suatu saldo 25

18 mungkin dapat diselesaikan jika arus kas tersebut telah terjadi pada tanggal pengukuran. Jika kemungkinan pertukaran antara dua mata uang terkadang kurang, kurs yang digunakan adalah kurs pertama berikutnya pada saat nilai tukar dapat dibuat. 3. Pengakuan Selisih Kurs Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, harus diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya, kecuali mengenai pernyataan lain yang mensyaratkan keuntungan atau kerugian harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Pos moneter yang timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan dalam nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah selisih nilai tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang sama seperti saat transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu. Namun ketika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai tukar yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan dengan perubahan pada nilai tukar selama masing-masing periode. Suatu keuntungan atau kerugian pada suatu pos non-moneter diakui dalam pendapatan komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya, ketika keuntungan atau kerugian pada suatu pos non-moneter diakui dalam laba atau rugi, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam laba atau rugi. 26

19 Selisih nilai tukar yang timbul pada suatu pos moneter yang membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri harus diakui dalam laba atau rugi dalam laporan keuangan terpisah dari entitas pelapor atau laporan keuangan individual dari kegiatan usaha luar negeri, yang mana yang tepat. Dalam laporan keuangan yang memasukkan kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (misalnya laporan keuangan konsolidasian ketika kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas anak), selisih nilai tukar harus diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain dan dikelompokkan kembali dari ekuitas ke laba atau rugi pada saat pelepasan investasi neto. Ketika suatu pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di dalam laporan keuangan terpisah suatu entitas. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional baik entitas pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri. Selisih nilai tukar tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan yang didalamnya kegiatan usaha luar negeri dikonsolidasikan, dikonsolidasikan secara proporsional atau dihitung dengan menggunakan metode ekuitas). 27

20 Ketika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya dalam suatu mata uang selain mata uang fungsionalnya, pada waktu entitas menyiapkan laporan keuangannya, semua jumlah harus dijabarkan ke dalam mata uang fungsional sesuai dengan kriteria yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini menghasilkan jumlah yang sama di dalam mata uang fungsionalnya seperti yang seharusnya sudah terjadi seandainya pospos tersebut telah dicatat diawal dalam mata uang fungsional. Contohnya, pos moneter dijabarkan ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs penutup, dan pos nonmoneter yang diukur berdasarkan nilai historis dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi saat diakuinya pos tersebut. II.2.4. Perubahan dalam Mata Uang Fungsional Pada PSAK 10 (revisi 2010) diterapkan perubahan secara prospektif dan retrospektif untuk beberapa item di dalam laporan keuangan. Penerapan prospektif adalah suatu penerapan dampak perubahan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut. Di samping itu juga untuk penerapan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Perubahan estimasi akuntansi dapat berakibat hanya pada laba atau rugi periode berjalan, atau laba atau rugi periode berjalan dan periode mendatang. Selain penerapan prospektif, terdapat penerapan retrospektif dimana penerapan ini adalah suatu penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Entitas memerlukan untuk mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, atau entitas mengubah kebijakan akuntansi secara sukarela karena 28

21 tidak diatur masa transisinya Dalam standar PSAK 10, penerapan prospektif terdapat pada goodwill yang timbul atas akuisisi dari kegiatan operasi luar negeri dan penyesuaian nilai wajar untuk jumlah tercatat aset dan kewajiban yang timbul dari akuisisi kegiatan operasi luar negeri tersebut diperlakukan sebagai aset dan kewajiban operasi asing serta kapitalisasi selisih kurs akibat devaluasi yang parah (ISAK 4). PSAK 10 (revisi 2010) harus diterapkan secara retrospektif untuk semua perubahan lain yang dihasilkan dari penerapan standar ini. Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional suatu entitas, entitas harus menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan itu. Pengaruh dari perubahan dalam mata uang fungsional diperlakukan secara prospektif. Dalam kata lain, suatu entitas menjabarkan semua pos-pos ke dalam mata uang fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk pos non-moneter dianggap sebagai biaya historis entitas. Selisih nilai tukar yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diakui sebelumnya di dalam pendapatan komprehensif lain tidak dikelompokkan ulang dari ekuitas ke dalam laba atau rugi sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut. II.2.5. Penggunaan Mata Uang Pelaporan selain Mata Uang Fungsional Pada dasarnya mata uang fungsional digunakan sebagai mata uang pelaporan dikarenakan mata uang fungsional merupakan mata uang yang menggambarkan aktivitas bisnis serta kondisi perusahaan yang sebenarnya. Menurut PSAK 10 (2010:10.14) paragraf 38, entitas dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang (atau beberapa mata uang) selain mata yang fungsionalnya. Jika mata yang penyajian berbeda dari mata yang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke 29

22 dalam mata yang penyajian. Misalnya, jika suatu kelompok usaha berisi entitas individual dengan mata uang fungsional yang berbeda, maka hasil dan posisi keuangan setiap entitas dinyatakan dalam suatu mata uang bersama sehingga laporan keuangan konsolidasian disajikan. Pada umumnya mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan di Indonesia adalah rupiah. Apabila mata uang fungsional perusahaan adalah Dollar Amerika Serikat dan digunakan sebagai mata uang pelaporan di Indonesia maka PSAK memperbolehkan mata uang tersebut digunakan sebagai mata uang pelaporan. Standar mengenai penjabaran dalam mata yang penyajian ini juga didukung dengan peraturan pemerintah Indonesia terkait pelaporan perpajakan dalam bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat yaitu Peraturan Menteri Keuangan nomor 24/PMK 011/2012 pasal 3 ayat (h) dinyatakan bahwa Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.. Hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi harus dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan yang berbeda menggunakan prosedur sebagai berikut: 1. aset dan liabilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harusdijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan dari posisi keuangan itu. 2. pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan 30

23 3. semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar pada tanggal transaksi, contohnya suatu kurs rata-rata untuk periode itu, sering digunakan untuk menjabarkan pos-pos pendapatan dan beban. Bagaimanapun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat. Selisih nilai tukar yang terkait bagian 1 diatas dalam pengakuan pendapatan komprehensif lain, dapat dihasilkan dari: a. penjabaran pendapatan dan beban dengan nilai tukar pada tanggal transaksi dan aset serta kewajiban dengan kurs penutup. b. penjabaran saldo awal aset neto dengan kurs penutup yang berbeda dari kurs penutup sebelumnya. Selisih nilai tukar ini tidak diakui dalam laba atau rugi karena perubahan dalam nilai tukar memiliki sedikit atau tidak memiliki pengaruh langsung terhadap arus kas sekarang dan masa depan dari kegiatan usaha. Jumlah kumulatif dari selisih nilai tukar disajikan dalam suatu komponen terpisah dari ekuitas sampai pelepasan kegiatan usaha luar negeri tersebut. II.2.6. Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk suatu kegiatan usaha luar negeri) ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46 diterapkan ke pengaruh pajak ini. 31

24 Di samping itu, terdapat beberapa peraturan di Indonesia mengenai pengakuan selisih kurs, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan SKMK No.597/KMK.04/1997 tanggal 21 Nopember 1997 perihal perlakukan Pajak Penghasilan terhadap Selisih Kurs valuta asing dalam tahun Dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2000, pengakuan selisih kurs pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan taat azas. Apabila transaksi berdasarkan: - Kurs tetap, laba atau rugi diakui pada saat realisasi - Kurs tengah Bank Indonesia atau tanggal neraca (spot rate), laba atau rugi diakui pada setiap periode akuntansi. Berdasarkan SKMK No.597/KMK.04/1997 tanggal 21 Nopember 1997 perihal perlakukan Pajak Penghasilan terhadap Selisih Kurs valuta asing dalam tahun 1997, digariskan bahwa wajib pajak yang menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun: - Dapat membebankan seluruh kerugian selisih kurs baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir - Dialokasikan atau diamortisasikan dalam jangka waktu selama-lamanya 5 (lima) tahun sejak tahun pajak 1997 dalam jumlah yang sama setiap tahunnya. II.2.7. Pengungkapan Bagian ini dalam kasus suatu kelompok, acuan mata uang fungsional berlaku untuk mata uang fungsional dari entitas induk. Suatu entitas mengungkapkan: 32

25 1. jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih nilai tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui laba atau rugi sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006), dan 2. selisih nilai tukar neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas terpisah, dan juga harus mengungkapkan rekonsiliasi dari selisih nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode. Ketika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional, fakta tersebut harus dinyatakan, bersama dengan pengungkapan mata uang fungsional dan alasan untuk menggunakan suatu mata uang pelaporan yang berbeda. Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor maupun dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifi kan, fakta tersebut dan alasan untuk perubahan dalam mata uang fungsional harus diungkapkan. Ketika entitas menyajikan laporan keuangannya dalam suatu mata uang yang berbeda dari mata uang fungsionalnya, entitas harus menjelaskan bahwa laporan keuangan mereka tunduk pada SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari setiap Pernyataan dan setiap Interpretasi dari Pernyataan yang berlaku termasuk metode penjabaran yang telah dijelaskan diatas. Entitas terkadang menyajikan laporan keuangannya atau informasi keuangan lainnya dalam suatu mata uang yang bukan mata uang fungsionalnya tanpa memenuhi persyaratan-persyaratan diatas. Contohnya, suatu entitas dapat melakukan konversi hanya terhadap pos-pos tertentu dari laporan keuangannya atau suatu entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi dapat melakukan 33

26 konversi terhadap laporan keuangannya ke dalam mata uang lain dengan menjabarkan semua pos-pos dengan kurs penutup terkini. Ketika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya di dalam suatu mata uang yang berbeda baik dari mata uang fungsionalnya maupun dari mata uang pelaporannya, dan persyaratan-persyaratan diatas tidak dipenuhi, entitas harus: 1. mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK; 2. mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan; dan 3. mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang digunakan untuk menentukan informasi tambahan. 34

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Transaksi asing / valuta asing Berdasarkan PSAK 10 (2012) valuta asing didefinisikan sebagai mata uang selain mata uang fungsional entitas, sedangankan definisi atas

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yangmenyangkut valuta asing dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang mengacu pada pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang mengacu pada pokok 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang mengacu pada pokok permasalahan yang diambil yaitu Hubungan Antara Selisih Kurs Terhadap Laba Bersih

Lebih terperinci

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 11 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 11 tentang Penjabaran Laporan

Lebih terperinci

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

PSAK 10 PENGARUH PERUBAHAN KURS Aria Farah Mita

PSAK 10 PENGARUH PERUBAHAN KURS Aria Farah Mita PSAK 10 PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING 2015 Aria Farah Mita RUANGLINGKUP Akuntansi untuk transaksi mata uang asing, selain beberapa transaksi derivatif yang diatur di PSAK 55 Penjabaran hasil dan

Lebih terperinci

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING Dasar teori Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Agenda Tujuan dan Lingkup Definisi Ringkasan Pendekatan Pelaporan Transaksi mata uang Penggunaan mata uang Pengaruh pajak Pengungkapan 2 Tujuan Bagaimana memasukkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR VALUTA ASING

PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR VALUTA ASING PSAK No. Oktober 0 (revisi 0) EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR VALUTA ASING Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi

Lebih terperinci

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Oleh: Tarkosunaryo Paper ini bermaksud untuk menyajikan analisis penggunaan mata uang yang seharusnya digunakan oleh perusahaan dalam menyusun

Lebih terperinci

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved Ikatan Akuntan Indonesia Tiga Pilar Akuntansi Keuangan: Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK ETAP SAK Syariah SAK ETAP digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP). ETAP adalah entitas yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 ) ISSN 1411 0393 PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 ) Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Mata uang pelaporan (reporting currency) bagi perusahaan yang

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

Draf Eksposur ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

Draf Eksposur ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia ISAK 33 Transaksi Valuta Asing dan Imbalan di Muka Draf Eksposur ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Tanggapan atas Draf Eksposur ini diharapkan dapat diterima

Lebih terperinci

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun laporan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN VALAS

PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN VALAS PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN VALAS Oleh : Muhamad Nuh Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450 Telp. 021 31904598 Fax. 021 31904599

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 Perbedaan PSAK 1 Tahun 2013 & 2009 Perihal PSAK 1 (2013) PSAK 1 (2009) Judul laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Laporan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP SAK UMUM vs SAK ETAP No Elemen PSAK SAK ETAP 1 Penyajian Laporan Keuangan Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10)

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) ISSN 0000-000 AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Mata uang yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi dan pelaporan

Lebih terperinci

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

Dalam Ekonomi Hiperinflasi ED PSAK No. Agustus 0 exposure draft Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan Bank Pada dasarnya bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menyangkut bidang likuid dan mengalami perputaran yang cukup tinggi, sehingga tidak

Lebih terperinci

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING MODUL 9 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I Afrizon KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN BISNIS INTERNASIONAL Standar akuntansi untuk bisnis luar negeri

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM ) Balai Kartini Jakarta, 16 Juni 2016 Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Ekshibit A NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) A S E T ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c,2p,3,25 1,349,564,406,813 1,205,030,845,882 Investasi jangka

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Konsep dan Transaksi mata uang asing. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

ED PSAK 46. exposure draft

ED PSAK 46. exposure draft ED PSAK exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan PAJAK PENGHASILAN Dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. valuta asing (Foreign Currency Transactions) terjadi apabila suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. valuta asing (Foreign Currency Transactions) terjadi apabila suatu perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh atau sebagian transaksi valuta asing atau operasi luar negeri yang merupakan aktivitas dari perusahaan, maka transaksi atas aktivitas tersebut memerlukan

Lebih terperinci

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN PSAK 71 Instrumen Keuangan Direncanakan Efektif 1 Januari 2019 Klasifikasi dan pengukuran untuk instrumen keuangan. Klasifikasi amortized cost dan fair

Lebih terperinci

AKUNTANSI INTERNASIONAL

AKUNTANSI INTERNASIONAL AKUNTANSI INTERNASIONAL A. Definisi Akuntansi Internasional 1. Accounting for foreign subsidiary, akuntansi internasional hanya menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

PERLAKUAN TRANSAKSI VALUTA ASING DI PT. XYZ

PERLAKUAN TRANSAKSI VALUTA ASING DI PT. XYZ PERLAKUAN TRANSAKSI VALUTA ASING DI PT. XYZ Arfinus Mayreno Armanto Witjaksono, SE., Ak., MM ABSTRAK Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang terus mengalami perkembangan setiap tahunnya, ekonomi terus

Lebih terperinci

PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN

PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN 16 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 16-27 PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN Y. Jogi Christiawan Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen

Lebih terperinci

MATA UANG FUNGSIONAL SEBAGAI MATA UANG PELAPORAN DAN PENCATATAN SESUAI PSAK 52

MATA UANG FUNGSIONAL SEBAGAI MATA UANG PELAPORAN DAN PENCATATAN SESUAI PSAK 52 MATA UANG FUNGSIONAL SEBAGAI MATA UANG PELAPORAN DAN PENCATATAN SESUAI PSAK 52 Yuliawati Tan Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya Abstract : For companies which use foreign currencies repetitively in

Lebih terperinci

TRANSLASI MATA UANG ASING

TRANSLASI MATA UANG ASING TRANSLASI MATA UANG ASING Konsolidasi dan akuntansi ekuitas atas anak perusahaan asing (dan afiliasi) memerlukan translasi LK menjadi setara dollar. Hal ini dilakukan sebelum akun anak perusahaan asing

Lebih terperinci

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu: Sekuritas investasi Sekuritas investasi sangat bervariasi dalam hal jenis surat berharga yang diinvestasikan dan tujuan dari investasi. Sekuritas investasi dapat berupa utang atau ekuitas. Sekuritas utang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 52 MATA UANG PELAPORAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 52 MATA UANG PELAPORAN 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. MATA UANG PELAPORAN Paragraf standar, yang dicetak dengan format tebal dan miring, harus dibaca dalam konteks paragraf penjelasan dan panduan implementasi

Lebih terperinci

AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSAKSI MATA UANG DAN INSTRUMEN KEUANGAN SERTA TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING. Akuntansi Keuangan Lanjutan 2

AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSAKSI MATA UANG DAN INSTRUMEN KEUANGAN SERTA TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING. Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSAKSI MATA UANG DAN INSTRUMEN KEUANGAN SERTA TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 Jelika Wisye - 121210028 Fanny Rastiti 121210012 Monika

Lebih terperinci

ED PSAK 15. investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama. exposure draft

ED PSAK 15. investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama. exposure draft ED PSAK exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan,

Lebih terperinci

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA Agenda 1. 2. 3. 4. Standar Pengaturan Bersama PSAK 66 Pengaturan Bersama Ilustrasi Pengaturan Bersama Diskusi PSAK 39 Kerjasama Operasi BOT BTO Perkembangan PSAK PSAK 12 Pengendalian

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

ED Amandemen PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS (PRAKARSA PENGUNGKAPAN) EXPOSURE DRAFT

ED Amandemen PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS (PRAKARSA PENGUNGKAPAN) EXPOSURE DRAFT ED Amandemen PSAK 2 EXPOSURE DRAFT LAPORAN ARUS KAS (PRAKARSA PENGUNGKAPAN) Diterbitkan oleh: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. 1 Menteng, Jakarta

Lebih terperinci

IAS 7 Laporan Arus Kas

IAS 7 Laporan Arus Kas IAS 7 Laporan Arus Kas Pendahuluan Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan yang memuat informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar, akibat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, pada

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR ISAK 33: TRANSAKSI VALUTA ASING DAN IMBALAN DI MUKA

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR ISAK 33: TRANSAKSI VALUTA ASING DAN IMBALAN DI MUKA DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR ISAK 33: TRANSAKSI VALUTA ASING DAN IMBALAN DI MUKA DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IAI Balai Kartini, Ruang Mawar/ Kamis, 8 Juni 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

Transaksi Mata Uang Asing. Bab 13

Transaksi Mata Uang Asing. Bab 13 Transaksi Mata Uang Asing Bab 13 Mengenal Valuta Asing Valuta asing atau biasa disebut juga dengan kata lain seperti valas, foreign exchange, forex atau juga fx adalah mata uang yang di keluarkan sebagai

Lebih terperinci

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi!

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! 1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! Ada 8 faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan akuntansi, antara lain

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN LAPORAN ARUS KAS Desember 00 IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows Presented by: Dwi Martani LAPORAN ARUS KAS Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entias dalam menghasilkan kas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi ED AMANDEMEN PSAK 62 KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi Diterbitkan oleh: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan,

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DALAM PERUSAHAAN ASOSIASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DALAM PERUSAHAAN ASOSIASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DALAM PERUSAHAAN ASOSIASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 tentang Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 11 FOREX EXPOSURE (FE) Dapat diartikan sebagai suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas.

BAB 11 FOREX EXPOSURE (FE) Dapat diartikan sebagai suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. BAB 11 FOREX EXPOSURE (FE) Dapat diartikan sebagai suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. Secara umum, pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap

Lebih terperinci

ED PSAK 1. penyajian laporan keuangan. exposure draft

ED PSAK 1. penyajian laporan keuangan. exposure draft ED PSAK exposure draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan penyajian laporan keuangan Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng,

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Return Saham Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high retum. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah salah satu contoh bidang pergerakan usaha yang tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat dekat dengan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK (revisi 00): PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Desember 00 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No.

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip

Lebih terperinci

Perbedaan PSAK dan SAK ETAP

Perbedaan PSAK dan SAK ETAP Perbedaan PSAK dan SAK ETAP No Elemen 1Penyajian Laporan Keuangan PSAK Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 0 (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 0 (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SASALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-347/BL/2012 TENTANG PENYAJIAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 1 (REVISI 2009) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 1 (REVISI 2009) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Penyajian Laporan Keuangan ED PSAK No. 0 (Revisi 0) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI 0) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi

Lebih terperinci

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021) INVESTIGASI PENYAJIAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN DAN KOMPONENNYA PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI PASCA IFRS (Studi Empiris pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Lebih terperinci

PT GEMA GRAHASARANA Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT GEMA GRAHASARANA Tbk DAN ENTITAS ANAK PT GEMA GRAHASARANA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2016 (TIDAK DI AUDIT) DAN 31 DESEMBER 2015 (DI AUDIT) DAN PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL- TANGGAL 30 JUNI

Lebih terperinci

KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI

KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI 1. Investasi pada Entitas Lain (PSAK 15) Definisi aset keuangan menurut PSAK 50 adalah etiap aset yang berbentuk: (a) kas; (b) instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN Instrumen Keuangan: Pengungkapan ED PSAK (Revisi 0) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas

Lebih terperinci

PSAK 63 Pelaporan Keuangan Dalam Kondisi Hiperimplasi. Presented:

PSAK 63 Pelaporan Keuangan Dalam Kondisi Hiperimplasi. Presented: PSAK 63 Pelaporan Keuangan Dalam Kondisi Hiperimplasi IAS 29 Financial i Reporting in Hyperinflationary Economies Presented: Dwi Martani 1 Latar Belakang Laporan keuangan biaya historis dalam kondisi i

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan status penyajian akun-akun Other Comprehensif Income (OCI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan status penyajian akun-akun Other Comprehensif Income (OCI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut adalah penelitian yang terkait dengan OCI serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan: 1) Ahmar dan Mulyadi (2016) Pada penelitian ini, penelitian

Lebih terperinci

MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA

MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA ASOSIASI SURANSI JIWA INDONESIA MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA Halaman: i Nomor: 1 Klasifikasi Aset Keuangan (4.1 Klasifikasi Aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan bisnis internasional. Bisnis internasional merupakan transaksi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan bisnis internasional. Bisnis internasional merupakan transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian dunia telah memungkinkan perusahaan melakukan bisnis internasional. Bisnis internasional merupakan transaksi komersial antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian global telah mengakibatkan kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian global telah mengakibatkan kegiatan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global telah mengakibatkan kegiatan bisnis berkembang melampaui batas batas negara. Kegiatan perdagangan, investasi dan permodalan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 10 (REVISI 2010) ATAS PERUBAHAN MATA UANG FUNGSIONAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : STUDI KASUS PT ABC PERIODE

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 10 (REVISI 2010) ATAS PERUBAHAN MATA UANG FUNGSIONAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : STUDI KASUS PT ABC PERIODE ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 10 (REVISI 2010) ATAS PERUBAHAN MATA UANG FUNGSIONAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : STUDI KASUS PT ABC PERIODE 2013-2014 Nikkie Samantha dan Dini Marina Program Studi Ekstensi

Lebih terperinci

menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi

menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Kebijakan Mata Uang Fungsional Dan Pengukuran Kembali Laporan Keuangan 1. Asumsi-asumsi Sebelum dilakukan analisis faktor penentu mata uang fungsional

Lebih terperinci