SINTESA PENYEBAB EKSPLOSIVITAS ERUPSI MERAPI 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESA PENYEBAB EKSPLOSIVITAS ERUPSI MERAPI 2010"

Transkripsi

1 SINTESA PENYEBAB EKSPLOSIVITAS ERUPSI MERAPI 2010 Maria Christine Rosaria *, Lucas Donny Setijadji Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada *corresponding author: ABSTRAK Fase erupsi Merapi 2010 dimulai pada tanggal 26 September yang dibuka dengan suatu erupsi eksplosif dengan gas CO 2 dengan kadar terbesar setelah erupsi Selanjutnya, beberapa erupsi kecil terjadi dan puncak erupsi terjadi pada peralihan tanggal 4 dan 5 November Skala indeks VEI erupsi Merapi 2010 mencapai tingkat 4. Erupsi Merapi 2010 mengeluarkan produk hingga 10 kali lipat dari jumlah produk erupsi normal selama 130 tahun terakhir. Studi terdahulu menunjukkan adanya interaksi antara lava dengan batuan dasar, yang tersusun dari batuan dominan CaCO 3, menghasilkan gas CO 2 yang melimpah. Dari studi seismik tomografi, Merapi diperkirakan memiliki dapur magma yang jamak. Teori tersebut juga didukung oleh adanya inklusi andesit dalam andesit dan tingkatan pendinginan magma pada sistem dapur magma Merapi. Energi seismik yang terekam saat erupsi Merapi 2010 sangat tinggi yang diakibatkan pergerakan fluida dalam jumlah besar dan deformasi. Kemudian naik ke permukaan dengan sangat cepat yang dicirikan dengan amfibol yang belum sempat bereaksi dan miskinnya produk erupsi yang vesikuler. Simpulan yang dapat ditarik dari beberapa teori tersebut, hal yang paling mempengaruhi besarnya eksplosivitas Merapi 2010 adalah besar jumlah dan kecepatan naik magma ke permukaan. Merapi memiliki siklus erupsi empat tahunan dan erupsi tahun 2014 tingkat eksplosivitasnya sangat jauh dibawah erupsi Hal yang masih perlu diamati lebih lanjut adalah bagaimana magma dengan jumlah besar tersebut terbentuk. I. PENDAHULUAN Salah satu gunungapi yang paling tersohor adalah Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi D.I. Yogyakarta dengan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Menurut Kusumadinata (1979) dalam Ratdomopurbo (2013), Gunung Merapi adalah salah satu gunungapi paling aktif di antara 130 gunungapi aktif yang ada di Indonesia. Di sekitar gunung ini terdapat gunungapigunungapi aktif yaitu Gunung Lawu, Gunung Sindoro-Sumbing, Gunung Ungaran, dan dataran tinggi Dieng. Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding sebelumnya. Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar adalah erupsi tahun 2010 dengan volume material hasil erupsi mencapai 20 juta m 3, mencapai 10 kali lebih besar jika dibanding dengan material hasil letusan Merapi selama kurang lebih 130 tahun terakhir (Cronin et al., 314 II. 2013). Dua fase letusan terbesar dari episode letusan Merapi 2010 terjadi pada tanggal 26 Oktober dan 5 November. Letusan Merapi 2010 menelan korban jiwa hingga 318 jiwa dan kerugian tidak hanya berhenti saat paperfase erupsi berhenti, namun adanya banjir lahar dingin juga menambah kerugian yang ditanggung penduduk sekitar Merapi. Akibatnya, status aktif Merapi masih menjadi daya tarik tersendiri bagi studi kegunungapian. SEJARAH AKTIVITAS MERAPI Newhall et al., 2000 membagi aktifitas Merapi pra historis kedalam empat fase, yakni fase Pra Merapi, fase Proto Merapi, fase Merapi Tua, dan fase Merapi Muda. Fase Pra Merapi Suatu bukit di timur laut Merapi diperkirakan menjadi sumber aktifitas Pra Merapi, yaitu Gunung Bibi. Gunung ini terdiri dari lava basaltik yang kaya akan fenokris dengan kandungan hornblend lebih banyak dibanding dengan kandungan augitnya dan pada lava

2 yang lebih muda ditemukan adanya sifat andesitik yang cukup dominan (52,7% SiO 2 ) di mana pada lava muda tersebut augitnya sangat kaya dan tidak ditemukan adanya hornblend (Newhall et al., 2000). Menurut Newhall et al., (2000), pada produk erupsi Merapi tidak ditemukan piroklastik dengan karakter seperti itu sehingga diintepretasikan kemungkinan sumbernya merupakan Gunung Bibi yang letaknya paling dekat dengan lokasi walaupun secara topografi ada pula kemungkinan sumbernya merupakan Gunung Merbabu. Dari penarikan umur yang dilakukan oleh Berthommier et al., (1990 dalam Newhall et al., 2000) Gunung Bibi menunjukkan angka umur 0,64 juta tahun lalu yang menunjukkan bahwa sampai sekarang umur tersebut merupakan umur dari kegiatan vulkanisme yang paling tua yang terjadi di sekitar kerucut Merapi masa kini. Fase Proto Merapi Fase diperkirakan ini berumur kurang lebih hingga menurut penarikan umur berdasarkan dating U-Th (Newhall et al., 2000). Oleh Newhall et al., fase ini dikelompokkan menjadi fase Proto-Merapi yaitu fase peralihan dari fase Perbukitan Menoreh ke fase Merapi Tua. Gunung Turgo dan Gunung Plawangan terletak di lereng selatan kerucut Merapi saat ini dan diperkirakan merupakan bagian dari hancuran fase Proto Merapi atau fase Merapi Tua (Voight, 2000 dalam Newhall et al., 2000). Kedua gunung ini tersusun dari aliran lava basaltik yang sudah mengalami pelapukan. Fase Merapi Tua Pada fase ini, banyak ditemukan aliran-aliran lava basal yang menunjukkan adanya perbedaan dengan kandungan lava pada masa sekarang sedangkan lava pada fase Merapi Muda didominasi oleh lava andesit (del Marmol, 1989 dalam Newhall et al., 2000). Produk tertua dari fase ini ditemukan di dua lokasi, yaitu endapan piroklastik dengan adanya breadcrust-bomb yang berlokasi di 315 Cepogo dan endapan napal pumisan yang terendapkan di atas tuff pumisan dan lava bantal di daerah Watuadeg. Produk yang pertama menunjukkan umur 9630 ± 60 14C y dan produk yang kedua menunjukkan umur C y (Newhall et al., 2000). Fase Merapi Muda Aktivitas Merapi muda tersebut diperkirakan lebih eksplosif dibanding fase sebelumnya jika dilihat dari sebaran endapan piroklastik, utamanya sebaran piroklastik jatuhan yang dihasilkan (Gertisser dan Keller, 2003). Batas umur yang didapat dari penarikan carbon dating sampel arang yang terjebak di aliran piroklastik secara umum menunjukkan umur ~ C SM hingga C SM (Gertisser dan Keller, 2003). Pada diagram aktifitas vulkanik Merapi muda menurut Gertisser dan Keller (2003), terdapat beberapa kali fase di mana Merapi mengalami penurunan aktivitas vulkanisme, antara lain sekitar umur 700 hingga C SM dan umur 1300 hingga C SM yang diperkirakan akibat adanya letusan yang sangat eksplosif sebelumnya sehingga menutupi produk-produk aktifitas erupsi sebelumnya. Pada kerenggangan aktivitas itu pula diperkirakan ada proses diferensiasi magma akibat absennya influx magma baru dan ketika parental magma masuk ke dapur magma, terjadilah magma mixing yang mengakibatkan erupsi (Gertisser dan Keller, 2003). Fase Historikal Merapi Ulasan mengenai fase ini terangkum dalam Voight et al., (2000). Merapi masih memiliki siklus yang periodik seperti pada fase sebelumnya, namun pada fase ini jeda antara periodenya kurang lebih hanya 10 tahun. Hal tersebut diakibatkan waktu selang influx dari parental magma yang pendek. Akibat siklus tersebut, beberapa erupsi yang terjadi di fase ini mencapai indeks V.E.I 3 hingga 4. Beberapa di antaranya adalah periode erupsi pada tahun , , 1849, periode , , dan erupsi tahun 1961 dari

3 III. total 50 periode erupsi. Walaupun demikian, pada fase ini indeks V.E.I dari erupsi-erupsi Merapi didominasi oleh skala 1-3 (Andreastuti et al., 2000). PEMAPARAN DATA Kronologi Erupsi Surono et al., (2012), membagi fase erupsi Merapi 2010 ke dalam 4 fase utama. Penjelasan mengenai fase-fase tersebut menurut Surono et al., (2012), adalah sebagai berikut: Fase pertama merupakan fase Intrusi dimana fase ini dimulai pada bulan Oktober 2009 dengan gejala swarm yang terekam beberapa kali dan terjadi peningkatan kadar gas vulkanik yang keluar di bulan September Pada fase ini, terjadi juga keluaran gas SO 2 dengan kadar tertinggi selama periode Jika dibandingkan dengan erupsi Merapi pada dekade-dekade sebelumnya, maka erupsi 2010 memiliki frekuensi gempa dan pelepasan energi seismik tertinggi, deformasi puncak yang sangat cepat, dan emisi gas yang tertinggi. Fase kedua adalah fase Eksplosif Awal dimana fase ini berlangsung dari akhir Oktober 2010 hingga awal November Setelah naiknya frekuensi gempa dan emisi gas di fase sebelumnya, pada fase kedua ini mulai terjadi erupsi eksplosif yang mengarah ke lereng selatan dengan kadar CO 2 tertinggi sejak periode Fase ini sempat memasuki masa pasif yang singkat, namun pada puncaknya terjadi hingga tiga kali erupsi yang menghancurkan kubah lava tahun 2006 dan membuat kedalaman kawah bertambah. Fase ketiga dapat dikatakan sebagai fase puncak erupsi Merapi Fase ini berlangsung hingga tanggal 5 November Fase diawali dengan pertumbuhan kawah yang sangat cepat, hingga 25 m 3 /s dan volume kawah yang tercapai hingga 5x10 6 m 3. Erupsi pertama terjadi pada tanggal 3 November 2010 pagi hari yang disusul dengan aliran piroklastik yang mencapai 12 kilometer. Selanjutnya gempa tremor kembali terjadi hingga 3 skala Mercalli. Puncak dari aktivitas vulkanik Merapi 2010 terjadi pada peralihan tanggal 4 ke 5 November 2010, dimana pada waktu tersebut terjadi beberapa kali erupsi yang membentuk tiang erupsi setinggi 17 kilometer dan merubah morfologi puncak Merapi akibat hilangnya batuan penyusun yang menghasilkan kawah yang sangat luas yang membuka ke arah tenggara. Di tanggal 6 November aktivitas vulkanik yang eruptif menurun, namun pertumbuhan kubah kava masih terjadi. Fase terakhir adalah fase penyusutan aktivitas vulkanime yang dicirikan dengan penurunan aktivitas seismik. Proses Erupsi Peningkatan kandungan gas CO2 pada erupsi Merapi 2010 diperkirakan berhubungan dengan batuan dasar penyusun Formasi Kendeng, formasi penyusun daerah tempat Merapi berada. Formasi ini terdiri dari batuan sedimen batugamping, marl, dan sedimen vulkaniklastik (van Bemmelen, 1949 dalam Costa et al., 2013). Buktinya adalah adanya inklusi metasedimen dan xenolith batuan penyusun Formasi Kendeng pada produk erupsi Merapi. Kontak magma dengan batuan samping melalui retakan hasil ketidakstabilan batuan samping akibat kenaikan suhu yang tinggi dan retakan akibat dorongan gas (Surono et al., 2012 dalam Troll et al., 2013). Merapi memiliki dapur magma yang terbilang dangkal, ditunjukkan dengan seismik gap pada kedalaman 0,8 km dengan area luasan kurang lebih 1,2 km (Ratdomopurbo dan Poupinet, 2000 dalam Troll et al., 2013). Diperkirakan akibat dapur magma yang dangkal dan adanya kontak dengan batugamping, menyebabkan adanya tambahan suplai CO2 pada proses erupsi Merapi yang berakibat adanya erupsi eksplosif (Troll et al., 2013).Dari studi seismik tomografi, tidak ditemukan adanya suatu sistem dapur magma yang tunggal dengan 316

4 volume yang besar pada Merapi, namun diperkirakan Merapi memiliki dapur magma yang jamak (Koulakov et al., 2007; Wagner et al., 2007, dalam Troll et al., 2013). Hal tersebut didukung oleh data pengamatan inklusi yang dilakukan oleh Troll et al. (2013) yang menunjukkan adanya inklusi andesit dalam andesit akibat adanya mixing dari magma andesit yang masuk ke dapur magma yang lebih dangkal (lih. Gambar 1). Seperti yang juga dijelaskan dalam paper Costa et al., (2013) yang menunjukkan adanya tingkat percampuran magma sisa yang telah mendingin di bagian atas dapur magma dengan magma baru pada sistem dapur magma Merapi. Magma sisa yang telah mendingin dengan kandungan kristal yang lebih tinggi namun miskin gas akan bercampur dengan magma baru yang jauh lebih panas dengan kandungan kristal yang miskin namun kaya gas. Percampuran tersebut ditunjukkan dengan adanya proses perkembangan ulang dari mineral-mineral penyusun magma, meningkatnya kandungan Al dan Wo pada klinopiroksen, kehadiran amfibol dengan kandungan Al tinggi, dan meningkatnya kandungan An pada mikrolit plagioklas (Costa et al., 2013). Aktivitas seismik yang terekam selama erupsi Merapi sangat sering dan energi yang terekam pun besar. Tingginya energi seismik yang terekam dapat terjadi akibat dua faktor, antara lain adanya pergerakan fluida dalam jumlah besar dan adanya deformasi (Santoso, 2013). Long Period Seismic (LPS) yang terdiri dari seismik LP dan VLP sangat sering terjadi hingga 90 kali LP dengan frekuensi 0,2 4 Hz dengan kedalaman dari beberapa seismik VLP yang dangkal (1 km) (Jousset et al., 2013). Dari rekaman LPS tersebut, diperkirakan adanya volume magma dalam jumlah yang besar dengan kandungan volatil tinggi yang naik ke permukaan yang menyebabkan adanya deformasi pada bangun Merapi. Erupsi 26 Oktober meruntuhkan kubah lava sehingga terjadi penurunan tekanan yang drastis dan pada akhirnya mengakibatkan proses degassing yang sangat besar pada erupsi selanjutnya (Jousset et al., 2013). Perekaman data seismik lain juga menunjukkan adanya pelepasan energi seismik yang sangat tinggi, hingga mencapai tiga kali lipat dari energi erupsi lainnya atau sekitar 7,5 x 1010 J (Santoso, 2013). Selain dari pengamatan data seismik, pengamatan data petrografi juga menunjukkan kesamaan, bahwa terdapat magma baru dalam jumlah yang sangat tinggi yang menerobos kerak dalam waktu yang cepat. Namun, jenis magma yang dihasilkan Merapi 2010 masih menujukkan kesamaan dengan magma 2006 (Costa et al., 2013). Salah satu indikator naiknya magma dalam waktu yang sangat cepat antara lain melimpahnya jumlah amfibol yang belum bereaksi pada produk erupsi 2010 dibanding produk erupsi 2006 (lih. Gambar 3) (Surono et al., 2012). Besarnya jumlah magma yang naik ke permukaan mengakibatkan luasnya kontak magma baru dengan batugamping penyusun kerak sehingga meningkatkan jumlah gas CO2 yang dihasilkan. Selain itu, peningkatan jumlah magma juga mengakibatkan percampuran magma baru dengan magma yang sudah mendingin sebelumnya menjadi lebih besar yang ditunjukkan dengan peningkatan indikator percampuran magma (Costa et al., 2013). Anomali lain yang ditunjukkan oleh erupsi Merapi 2010 adalah miskinnya produk piroklastik yang berstruktur vesikuler utamanya pumisan dan tergantikan dengan endapan piroklastik yang lebih padat (Pallister, 2013 dalam Costa et al., 2013), padahal erupsi Merapi 2010 merupakan erupsi bertipe sub- Plinian yang seharusnya menghasilkan produk piroklastik yang vesikuler. Suatu terobosan magma yang sangat cepat, tidak memiliki waktu yang lama bagi magmanya untuk mengalami proses degassing yang cukup untuk membentuk rongga pada 317

5 IV. produk piroklastiknya. Magma 2010 memiliki waktu yang lebih pendek dibanding magma 2006 untuk berhenti di kedalaman yang dangkal sehingga tidak sempat mengalami vesikulasi (Costa et al., 2013). Magma juga tidak sempat untuk bereaksi dengan zona dangkal yang kaya akan kristal, melainkan akibat volume yang sangat besar, magma akan seolah-olah membanjiri zona tersebut dan gas yang terkandung dalam magma akan terpreservasi dengan baik sehingga mengakibatkan erupsi yang jauh lebih eksplosif (Costa et al., 2013). Kecepatan yang dimiliki terobosan magma ini juga mampu untuk membentuk kubah lava yang sangat cepat tumbuh pada fase erupsi Merapi 2010 yang pada akhirnya juga mampu untuk menekan kubah lava tersebut dan mengakibatkan runtuhnya kubah lava serta terjadinya erupsi eksplosif (Komorowski et al., 2013; Costa et al., 2013). Namun, sumber dari melimpahnya magma yang naik ke permukaan dan proses pembentukan magma tersebut masih belum diketahui dan masih perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut (Costa et al., 2013). DISKUSI Erupsi 2010 memang bukan erupsi yang paling besar sepanjang sejarah aktivitas vulkanisme Merapi. Namun, karena erupsi ini terjadi pada waktu dimana populasi disekitar Merapi semakin padat, maka erupsi ini merupakan salah satu erupsi yang paling disorot. Dari segi ilmiah, ada beberapa parameter yang menunjukkan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan erupsi pada beberapa tahun terakhir, 06, merupakan erupsi yang eksplosif dan cukup besar sedangkan erupsi setelah periode 2010, yaitu erupsi 2014 hanya merupakan erupsi kecil, yang ditandai oleh adanya hujan abu kecil di daerah Yogyakarta. Erupsi 2006 diasumsikan cukup mengosongkan dapur magma Merapi sehingga magma yang tertinggal sempat mengalami degassing dan diferensiasi. Kemudian datang sumber magma dengan 318 antara lain keluaran gas SO 2 dan gas CO 2 serta kenaikan jumlah magma yang sangat besar. Beberapa hasil penelitian dari peneliti terdahulu, dirangkum dalam paper ini dan disintesiskan sehingga mendapatkan suatu kesimpulan apa penyebab utama terjadinya erupsi yang begitu eksplosif di tahun Kandungan CO 2 yang begitu tinggi yang keluar pada erupsi 2010 ini diperkirakan akibat adanya kontak magma yang begitu besar volumenya dengan batuan samping yang merupakan penyusun Formasi Kendeng yang didominasi oleh batuan karbonat (kaya akan CO 2 ). Jalur dari kontak tersebut adalah rekahan yang diakibatkan oleh tekanan dari magma tersebut. Luas daerah dan intensivitas kontak antara batuan samping dan magma mengakibatkan reaksi pembentukan gas CO 2 dalam jumlah besar. Dapur magma Merapi cukup dangkal jika dilihat dari seismik gap, dan tidak hanya satu melainkan dapur magma yang jamak. Data geofisika maupun data petrologi menunjukkan adanya dapur magma yang jamak, antara lain adanya inklusi andesit-andesit, adanya mineral yang bertumbuh ulang dan hasil pengamatan tomografi. Magma dengan jumlah yang demikian besar juga naik ke kedalaman yang dangkal dengan cepat, yang dibuktikan dengan adanya seismisitas tinggi dan adanya produk piroklastik yang belum mengalami vesikulasi. Bukti lain adanya penaikan magma dengan jumlah besar dan kecepatan tinggi adalah pertumbuhan kubah magma pada fase puncak erupsi Erupsi sebelum erupsi 2010, yaitu erupsi 20 jumlah yang sangat besar dan kecepatan tinggi. Magma tersebut mengalami percampuran dengan magma yang sudah ada dan memberikan desakan pada dapur magma sehingga mengakibatkan letusan yang sangat eksplosif. Di periode selanjutnya, yaitu periode 2014, diperkirakan influx magma yang masuk ke dapur magma hanya sedikit jika dibandingkan dengan erupsi Seperti

6 yang diungkapkan Costa et al. (2012), masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mengapa dapat terjadi influx magma yang begitu besar di periode V. KESIMPULAN Eksplosivitas Merapi yang besar di tahun 2010 diakibatkan adanya magma yang naik ke dapur magma Merapi dengan cepat dan jumlah yang sangat besar. Kondisi Merapi yang memiliki batuan samping dominasi karbonat dan dapur magma yang diperkirakan jamak juga mendukung tingginya eksplosivitas Merapi Sumber dan penyebab adanya influx magma sedemikian besar dan cepat masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena penelitian yang telah dilakukan masih sebatas penemuan bukti adanya influx magma yang sangat besar dan cepat. DAFTAR PUSTAKA Costa, F., Andreastuti, S. D., de Maisonneuve, C. B., and Pallister, J. S., Petrological Insights into The Storage Conditions, and Magmatic Processes That Yielded The Centennial 2010 Merapi Explosive Eruption. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, Gertisser, R. and Keller, J., Temporal variations in magma composition at Merapi Volcano (Central Java, Indonesia): magmatic cycle during the past 2000 years of explosive activity. Journal of Volcanology and Geothermal Research 123, Jousset, P., Santoso, A. B., Jolly, A. D., Boichu, M., Surono, Dwiyono, S., Sumarti, S., Hidayati, S., and Thierry, P., Signs of magma ascent in LP and VLP seismic events and link to degassing: An example from the 2010 explosive eruption at Merapi volcano, Indonesia. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, Komorowski, J.C., Jenkins, S., Baxter, P.J., Picquout, A., Lavigne, F., Charbonnier, S., gertisser, R., Preece, K., Cholik, N., Santoso, A.B., and Surono, Paroximal dome explosion during the Merapi 2010 eruption: Processes and facies relationships of associated high-energy pyroclastic density currents. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, Newhall, C. G., Bronto, S., Alloway, B., Banks N. G., Bahar, I., del Marmol, M. A., Hadisantono, R.D., Holcomb, R. T., McGeehin, J., Miksic, J. N., Rubin, M., Sayudi, S. D., Sukhyar, R., Andreastuti, S. D., Tilling, R. I., Torley, R., Trimble, D., and Wirakusumah, A. D., Years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: archaeological and modern implications. Journal of Volcanology and Geothermal Research 100, Ratdomopurbo, A., Beauducel, F., Subandriyo, J., Made Agung Nandaka, I.G., Newhall, C. G., Suharna, Sayudi, D.S., Suparwaka, H., and Sunarta, Overview of the 2006 eruption of Mt. Merapi. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, Santoso, A.B., Lesage, P., Dwiyono, S., Sumarti, S., Subandriyo, Surono, Jousset, P., and Metaxian, J.P., Analysis of the seismic activity associated with the 2010 eruption of Merapi Volcano, Java. Journal Volcanology and Geothermal Research 261, Surono, M., Jousset, P., Pallister, J., Boichu, M., Buongiorno, M. F., Santoso, A. B., Rodriguez, F. C., Andreastuti, S. D., Prata, F., Schneider, D., Clarisse, L., Humaida, H., Sumarti, S., Bignam, C., Griswold, J., Cam, S., Oppenheimer, C., and Lavigne, F., The 2010 Explosive Eruption of Java s Merapi Volcano a 100-year Event. Journal of Volcanology and Geothermal Research, Elsevier,

7 Troll, V. T., Deegan, F. M., Jolis, E. M., Harris, C., Chadwick, J. P., Gertisser, R., Schwarzkopf, L. M., Borrisova, A. Y., Bindeman, I. N., Sumarti, S., and Preece, K., Magmatic differentiation processes at Merapi Volcano: inclusion petrology and oxygen isotopes. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, Voight, B., Constantine, E.K., Siswodjiwo, S., and Torley, R., Historical eruptions of Merapi Volcano, Central Java, Indonesia, Journal of Volcanology and Geothermal Research 100, GAMBAR Gambar 1. Inklusi andesit-andesit. Sumber: Troll et al., 2013 Gambar 2. Model Perbandingan Erupsi tahun 2006 dan Sumber: Costa et al.,

8 Gambar 3. Gambar sisi kiri menunjukkan pengamatan petrografi terhadap mineral amfibol (Ca, Al, Mg) hasil erupsi 2006 yang menunjukkan adanya zoning dengan mineral lain. Gambar sisi kanan menunjukkan pengamatan petrografi terhadap mineral amfibol (Mg, Al, K) hasil erupsi 2010 tanpa adanya zoning. Sumber: Costa et al.,

BAB I PENDAHULUAN. dibanding erupsi tahun 2006 dan Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar

BAB I PENDAHULUAN. dibanding erupsi tahun 2006 dan Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding erupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang sangat aktif di Indonesia yang terletak di daerah berpenduduk padat di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006.

PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006. PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006 Oleh : INDRIATI RETNO P / J2D 004 175 2008 Abstract The purpose of this research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbukitan Gendol (Gambar 1.1) merupakan kelompok perbukitan terisolir berada pada lereng sebelah baratdaya Gunungapi Merapi. Genesis Perbukitan Gendol menjadi hal

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK DAN POLA SPASIAL KERUSAKAN AKIBAT BANJIR LAHAR DI SUB DAS OPAK HULU, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

KAJIAN DAMPAK DAN POLA SPASIAL KERUSAKAN AKIBAT BANJIR LAHAR DI SUB DAS OPAK HULU, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA KAJIAN DAMPAK DAN POLA SPASIAL KERUSAKAN AKIBAT BANJIR LAHAR DI SUB DAS OPAK HULU, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Widiyanto, Ahmad Cahyadi, Henky Nugraha, Puncak Joyontono, Etik Siswanti Jurusan Geografi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Proses geomorfologi, litifikasi, endapan piroklastik

Kata Kunci: Proses geomorfologi, litifikasi, endapan piroklastik Geomedia Volume 11 Nomor 2 November 2013 IDENTIFIKASI PROSES-PROSES GEOMORFOLOGI YANG BERPENGARUH TERHADAP LITIFIKASI ENDAPAN PIROKLASTIK PADA BAGIAN HULU SUNGAI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 Oleh:

Lebih terperinci

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur 4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Gunungapi Sinabung adalah gunungapi stratovolkano berbentuk kerucut, dengan tinggi puncaknya 2460 mdpl. Lokasi Gunungapi Sinabung secara administratif masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia Indonesia yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi panas bumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

KERUSAKAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (SABODAM) PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010

KERUSAKAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (SABODAM) PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 KERUSAKAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (SABODAM) PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 Moh. Dedi Munir *, Djudi Balai Sabo, Kementerian PU, Sopalan, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta, 55282 *corresponding

Lebih terperinci

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi. BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK 1.Dike Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding-dinding magma yang membeku di bawah kulit bumi, kemudian muncul di permukaan bumi karena

Lebih terperinci

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI ARINI ROSA SINENSIS SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NURUL HUDA 2017 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki

Lebih terperinci

Fisika Gunung Api JENIS SKALA DAN FREKUENSI LETUSAN

Fisika Gunung Api JENIS SKALA DAN FREKUENSI LETUSAN Fisika Gunung Api JENIS SKALA DAN FREKUENSI LETUSAN PENDAHULUAN Erupsi dari gunungapi memperlihatkan berbagai macam karakter, seperti : Tipe Erupsi Produk yang dihasilkan Endapan Piroklastik, Aliran Lava

Lebih terperinci

SEJARAH ERUPSI GUNUNG MERAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KAWASAN BOROBUDUR

SEJARAH ERUPSI GUNUNG MERAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KAWASAN BOROBUDUR 86 Sinopsis Erupsi Gunung Merapi 2010 merupakan erupsi besar dengan indeks letusan VEI 4 dan bersifat eksplosif dengan mengeluarkan material lebih dari 100 SEJARAH ERUPSI GUNUNG MERAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Regional Pulau Lombok terbentuk oleh suatu depresi yang memanjang (longitudinal depresion), yang sebagian besar sudah terisi dan tertutupi oleh suatu seri gunungapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah dalam penelitian ini meliputi daerah Gunung Merbabu dan Merapi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah dalam penelitian ini meliputi daerah Gunung Merbabu dan Merapi. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian Daerah dalam penelitian ini meliputi daerah Gunung Merbabu dan Merapi. Secara administratif daerah penelitian terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Gunung Merbabu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIK DAN GEOKIMIA ENDAPAN VULKANIK TIPE PRIMER (ALIRAN, JATUHAN, DAN SERUAKAN PIROKLASTIKA) DAN SEKUNDER (LAHAR) DARI HASIL ERUPSI MERAPI 2010 Yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

Definisi Vulkanisme. Vulkanisme

Definisi Vulkanisme. Vulkanisme VULKANISME Definisi Vulkanisme Vulkanisme Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk

Lebih terperinci

PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD

PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD Akhmad ZAENNUDIN Sari Gunung Kelud merupakan salah satu gunung aktif di Jawa Timur yang erupsinya didominasi oleh erupsierupsi eksplosif yang menghasilkan endapan aliran

Lebih terperinci

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK Bentuklahan asal vulkanik merupakan bentuklahan yang terjadi sebagai hasil dari peristiwa vulkanisme, yaitu berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006

KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006 KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006 Wahyu Budi Setyawan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Tlp. 021 64713850, Fax. 021 64711948, e-mail: wahyubudisetyawan@yahoo.com

Lebih terperinci

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara 7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan.

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan. STANDAR KOMPETENSI Memahami Lingkungan kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan. INDIKATOR : I. Mendeskripsikan proses alam endogen

Lebih terperinci

KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH

KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANGTEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH Syera Afita Ratna *, Doni Prakasa Eka Putra, I Wayan Warmada Penulis Departemen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografi, Pulau Jawa berada dalam busur kepulauan yang berkaitan dengan kegiatan subduksi Lempeng Indo-Australia dibawah Lempeng Eurasia dan terjadinya jalur

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT BAHAYA LAHAR HUJAN DI SUNGAI CODE. Annastassia Florencia Sagita Widiyanto

PENILAIAN TINGKAT BAHAYA LAHAR HUJAN DI SUNGAI CODE. Annastassia Florencia Sagita Widiyanto PENILAIAN TINGKAT BAHAYA LAHAR HUJAN DI SUNGAI CODE Annastassia Florencia Sagita ice_na2s@yahoo.co.id Widiyanto widiyanto@ugm.ac.id Abstract Code River is one of the affected rivers of lahar after Merapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

MORFODINAMIK KALI PUTIH AKIBAT ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 DI KABUPATEN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH. Brianardi Widagdo

MORFODINAMIK KALI PUTIH AKIBAT ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 DI KABUPATEN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH. Brianardi Widagdo MORFODINAMIK KALI PUTIH AKIBAT ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 DI KABUPATEN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH Brianardi Widagdo brianardi.widagdo@gmail.com Danang Sri Hadmoko danang@gadjahmada.edu Abstract Kali

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL II.1 FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah dibagi menjadi lima zona yang berarah timur-barat (van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN GUNUNG MERAPI DENGAN ANALISA GRADIENT DAN PEMODELAN 2D DATA GAYABERAT

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN GUNUNG MERAPI DENGAN ANALISA GRADIENT DAN PEMODELAN 2D DATA GAYABERAT INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN GUNUNG MERAPI DENGAN ANALISA GRADIENT DAN PEMODELAN 2D DATA GAYABERAT Wisnu Agung Permadi (1), Agus Setyawan (1) dan Ilham Nurdien (2) 1) Departemen Fisika, Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah 15 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Bangunjiwo yang merupakan lokasi ini, merupakan salah satu desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya parameter dan banyaknya jenis mekanisme sumber yang belum diketahui secara pasti, dimana parameter tersebut ikut mempengaruhi pola erupsi dan waktu erupsi

Lebih terperinci

Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year

Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 3 No. 1 April 2012: 41-55 Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun 2010 2011 Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year 2010-2011 Akhmad

Lebih terperinci

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur Kushendratno 1, Emi Sukiyah 2, Nana Sulaksana 2, Weningsulistri 1 dan Yohandi 1 1 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008 EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

ERUPSI G. SOPUTAN 2007 ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Lebih terperinci

KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD

KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD AKHMAD ZAENNUDIN Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari G. Kelud merupakan gunungapi tipe A di Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Schieferdecker (1959) maar adalah suatu cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya.

Lebih terperinci

Erupsi Paroxysmal Gunungapi Merapi Tahun 1006 Masehi

Erupsi Paroxysmal Gunungapi Merapi Tahun 1006 Masehi Erupsi Paroxysmal Gunungapi Merapi Tahun 1006 Masehi Alva Kurniawan 1 Abstraksi Pernyataan Bemmelen tentang terjadinya erupsi paroxysmal Merapi tahun 1006 M hingga saat ini merupakan sebuah polemik dikalangan

Lebih terperinci

Beda antara lava dan lahar

Beda antara lava dan lahar lahar panas arti : endapan bahan lepas (pasir, kerikil, bongkah batu, dsb) di sekitar lubang kepundan gunung api yg bercampur air panas dr dl kawah (yg keluar ketika gunung meletus); LAHAR kata ini berasal

Lebih terperinci

BADAN GEOLOGI - ESDM

BADAN GEOLOGI - ESDM Studi Kasus Merapi 2006 : Peranan Pengukuran Deformasi dalam Prediksi Erupsi A. Ratdomopurbo Kepala BPPTK-PVMBG Sosialisasi Bidang Geologi -----------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.3. linier. effusif. sentral. areal. eksplosif

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.3. linier. effusif. sentral. areal. eksplosif SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.3 1. Erupsi gunung api berupa ledakan yang mengeluarkan benda-benda padat seperti batu, kerikil dan debu vulkanik merupakan erupsi....

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Gunungapi Soputan Geomorfologi Gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan morfologi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi

Lebih terperinci

MAGMA STORAGE 1. PENDAHULUAN 2. BUKTI MAGMA STORAGE DI DALAM KERAK BUMI

MAGMA STORAGE 1. PENDAHULUAN 2. BUKTI MAGMA STORAGE DI DALAM KERAK BUMI MAGMA STORAGE 1. PENDAHULUAN Magma dari mantel yang terdorong ke atas akan menemui dua kemungkinan, yang pertama langsung mencapai permukaan bumi atau terhenti di kerak untuk beberapa saat sebelum akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring of Fire atau disebut juga dengan Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik daerah yang

Lebih terperinci

TIPE MAGMA MIGRASI MAGMA DAPUR MAGMA TIPE GUNUNGAPI

TIPE MAGMA MIGRASI MAGMA DAPUR MAGMA TIPE GUNUNGAPI TIPE MAGMA MIGRASI MAGMA DAPUR MAGMA TIPE GUNUNGAPI MATA KULIAH FISIKA GUNUNG API UNIVERSITAS GADJAH MADA MAGMA Magma adalah cairan atau larutan silika pijar yang terbentuk secara alamiah dan bersifat

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI Secara morfologi, Patahan Lembang merupakan patahan dengan dinding gawir (fault scarp) menghadap ke arah utara. Hasil interpretasi kelurusan citra SPOT menunjukkan adanya kelurusan

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006

PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006 PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006 Oleh: Romsiyatin 1, Abdul Basid 2 ABSTRAK: Gunungapi Merapi merupakan Gunungapi yang termuda dalam kumpulan gunung

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI

ANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI ANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI Oleh: Edi Widodo Supporting Staff Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang ediwidodo15@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Menelusuri kebenaran letusan Gunung Merapi 1006

Menelusuri kebenaran letusan Gunung Merapi 1006 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4 Desember 2006: 201-207 Menelusuri kebenaran letusan Gunung Merapi 1006 SUPRIATI DWI ANDREASTUTI 1, CHRIS NEWHALL 2, dan JOKO DWIYANTO 3 1 Badan Geologi, Pusat Vulkanologi

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur 4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif :

Lebih terperinci

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] III.1. Komponen Sistem Panasbumi Menurut Goff & Janik (2000) komponen sistem panasbumi yang lengkap terdiri dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA GEOLOGI

BAB II KERANGKA GEOLOGI BAB II KERANGKA GEOLOGI 2.1 Tatanan Geologi Daerah penelitian merupakan batas utara dari cekungan Bandung. Perkembangan geologi Cekungan Bandung tidak lepas dari proses tektonik penunjaman kerak samudra

Lebih terperinci

Rahadian Andre Wiradiputra Danang Sri Hadmoko

Rahadian Andre Wiradiputra Danang Sri Hadmoko PEMODELAN ALIRAN LAHAR PADA SUNGAI ALAMI DAN SUNGAI TERUSIK DI SUNGAI SENOWO DENGAN SOFTWARE LAHARZ Rahadian Andre Wiradiputra rahadianandre.w@gmail.com Danang Sri Hadmoko hadmokoo@yahoo.com Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALIRAN LAHAR DENGAN CARA NORMALISASI SUNGAI DI GUNUNG MERAPI, JAWA TENGAH

MITIGASI BENCANA ALIRAN LAHAR DENGAN CARA NORMALISASI SUNGAI DI GUNUNG MERAPI, JAWA TENGAH MITIGASI BENCANA ALIRAN LAHAR DENGAN CARA NORMALISASI SUNGAI DI GUNUNG MERAPI, JAWA TENGAH A. Djumarma Wirakusumah 1, Apud Djadjulie 1, Dewi S. Sayudi 2 1 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu 2 Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)

Lebih terperinci

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA vi DAFTAR ISI JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xv SARI... xvi ABSTRACT... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1.

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,

Lebih terperinci

AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar

AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan pada kerak bumi

Lebih terperinci

BAB I BENTUK MUKA BUMI

BAB I BENTUK MUKA BUMI BAB I BENTUK MUKA BUMI Tujuan Pembelajaran: Peserta didik mampu mendeskripsikan proses alam endogen yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi. 2. Peserta didik mempu mendeskripsikan gejala diastropisme

Lebih terperinci

SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG

SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG I. Mekanisme Pelelehan Batuan Suatu batuan tersusun atas campuran dari beberapa mineral dan cenderung dapat meleleh pada suatu kisaran suhu tertentu ketimbang pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI BATUAN BEKU FRAGMENTAL Disusun oleh: Donovan Asriel 21100114140093 LABORATORIUM MINERALOGI, PETROLOGI DAN PETROGRAFI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari. DANAU SEGARA ANAK Danau Segara Anak adalah danau kawah (crater lake) Gunung Rinjani yang berada di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi

Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi Dhika Rosari Purbaa), Acep Purqonb) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode peninjauan U-Pb SHRIMP. Smyth dkk., (2005) menyatakan dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode peninjauan U-Pb SHRIMP. Smyth dkk., (2005) menyatakan dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Formasi Semilir merupakan salah satu formasi penyusun daerah Pegunungan Selatan Pulau Jawa bagian timur. Dalam distribusinya, Formasi Semilir ini tersebar dari bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta yang disusun oleh Novianto dkk. (1997), desa ini berada pada Satuan Geomorfologi Perbukitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota Surabaya, Jawa Timur.

Lebih terperinci

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara 7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gamkunora, Gammacanore Nama Kawah : Kawah A, B, C, dan D. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 22 30" LU dan 127º 3' 00" Kab.

Lebih terperinci

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA Arin Wildani 1, Sukir Maryanto 2, Adi Susilo 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Islam

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) Sifat Gunungapi Tipe Strato

Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) Sifat Gunungapi Tipe Strato Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) MacDonald (1972) G. Merapi, 16 Juni 2006 Morofologi lereng berundak, kerucut simetri dan tubuh besar dapat setinggi 3 km, jenis gunungapi terindah Tubuhnya tersusun

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi yang berkaitan dengan gunung api (Layman, 2002). Sistem panas bumi ini dapat dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

Vulkanisme. Yuli Ifana Sari

Vulkanisme. Yuli Ifana Sari Vulkanisme Yuli Ifana Sari Konsep Penting Vulkanisme: transpot magma dr dlm ke permukaan bumi. Proses alam yg berhubungan dg kegiatan kegunungapian, mulai dr asal usul pembentukan magma di dlm bumi hingga

Lebih terperinci