KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006
|
|
- Inge Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006 Wahyu Budi Setyawan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Tlp , Fax , Abstrak Pengamatan terhadap sinyal seismik dan gejala permukaan selama erupsi Gunung Merapi dari bulan April sampai Juli 2006 menunjukkan bahwa Gunung Merapi memiliki karakteristik yang khas. Sinyal seismik yang menonjol di sepanjang periode erupsi adalah Multi Fase. Guguran (runtuhnya kubah lava) adalah gejala permukaan yang menonjol dari awal hingga akhir periode erupsi. Kemudian, erupsi letusan yang menghasilkan Awan Panas adalah puncak dari aktifitas erupsi Gunung Merapi. Analisis kejadian-kejadian itu secara garis besar menunjukkan: (1) adanya pola erupsi yang berfluktuasi yang tercermin oleh naik turunnya jumlah kejadian kegempaan dan awan panas, (2) gempa tektonik yang terjadi pada saat erupsi berlangsung mempengaruhi erupsi Awan Panas, Multi Fate, dan mungkin juga mempengaruhi aktifitas Volkanik Dangkal, (3) injeksi magma baru yang intensif terjadi pada tahap awal erupsi, dan secara sporadis juga terjadi selama erupsi Awan Panas. (4) Guguran meningkat di awal fase erupsi dan kemudian cenderung stabil dengan jumlah kejadian yang tinggi selama erupsi Awan Panas, dan menurun setelah erupsi Awan Panas dan Multi Fase mereda. Kata kunci: Gunung Merapi, Multifase, Awan Panas, Volkanik Dangkal Abstract Examination on seismic signals and surface phenomena during eruption of Merapi volcano in period of April-July 2006 indicates special characteristics of Merapi volcano. The dominant seismic signals were Multiphase events. Guguran (rockfall originating from lava dome) was the dominant surface phenomena during the eruption. Then, explosive eruption that produced Pyroclastic flow was the ultimate activity of Merapi eruption. Closed analysis on the seismic events indicates that (1) there are pulsation type activities of seismic events and pyroclastic flows, (2) tectonic earthquake events during the eruption activities affects Pyroclastic flow, Multiphase, and probably also affect shallow volcano tectonic, (3) intensive injection of new magma occurs during early phase of eruption, and sporadically also occurs during pyroclastic flow eruption, (4) Guguran increase during early phase of the eruption and tend to stable in high frequency event conditions during pyroclastic flow eruption and the tend to decrease after the eruption completed. Keywords: Mount Merapi, Multiphase events, Pyroclastic flow, Shallow volcano-tectonic, 1. Pendahuluan Aktifitas gunungapi adalah manifestasi dari proses-proses fisika dan kimia yang sangat dinamis dan komplek di dalam bumi, dan memberikan sinyal seismik yang beraneka ragam. Observasi yang dilakukan terhadap berbagai sinyal seismik, dan membandingkan antara satu gunungapi dengan gunungapi yang lain, telah sampai pada kesimpulan bahwa 1
2 sinyal seismik dari gunungapi yang aktif berasal dari proses di sumber yang sama yang berkaitan langsung dengan pengaruh fenomena erupsi gunungapi (Ohrnberger, 2001). Dengan demikian, studi tentang sumber-sumber seismik pada gunungapi aktif adalah alat yang penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang dinamika sistem magmatik aktif dan fisika dari proses-proses penggerak yang berkaitan. Dalam kaitannya dengan aktifitas mitigasi bencana, memahami karakteristik aktifitas seismik dan kemampuan memperhatikan kaitannya dengan sifat erupsi gunungapi adalah kunci sukses. Gunung Merapi adalah salah satu gunungapi yang paling aktif di dunia. Erupsi yang terjadi dalam periode April Juli 2006 yang lalu sangat menarik untuk dipelajari karena ketika aktifitas erupsi sedang berlangsung, terjadi pula gempa tektonik yang kuat yang juga mengguncang gunungapi itu. Studi keterkaitan antara gempa dengan erupsi gunungapi yang selama ini dilakukan sebagian besar pada hubungan antara peristiwa gempa dengan erupsi gungapi yang terjadi kemudian seperti yang dilakukan oleh Chen et al. (2004). Tulisan ini mencoba mengungkapkan bagaimana karakteristik erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada periode April-Juli 2006 itu. 2. Metodologi Data aktifitas seismik Gunung Merapi selama erupsi dari bulan April Juli 2006 diperoleh dari informasi harian akifitas Gunung Merapi selama erupsi berlangsung yang dipublikasikan melalui website oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Pencatatan data aktifitas harian dimulai dari 18/4/2006 sampai 19/7/2006. Parameter yang dicatat adalah Multi Fase, Volkanik Dangkal, Tektonik, Frekuensi Rendah, Guguran, dan Awan Panas. Parameterparameter tersebut adalah sinyal-sinyal seismik-volkano yang khas untuk Gunung Merapi (Ratdomopurbp, 1995 vide Ohrnberger, 2001) Volkanik Dangkal menunjukkan adanya injeksi magma baru ke dalam dapur magma, Multifase menunjukkan adanya aktifitas magma yang naik ke permukaan dan membentuk kubah lava (Ohrnberger, 2001). Guguran merupakan indikasi dari terjadinya guguran kubah lava yang aktif tumbuh, dan mencerminkan kestabilan dan laju pertumbuhan kubah (Beauducel et al., 2000). 3. Diskripsi Rekaman Data Aktifitas Gunung Merapi mulai menarik perhatian publik setelah status aktifitasnya dinyatakan Waspada pada 15/3/2006. Pada tahap ini, laporan pencatatan yang dipublikasikan masih berupa catatan mingguan. Dalam informai per Maret 2006, tercata Volkanik Dangkal meningkat dari minggu sebelumnya dari 12 kali menjadi 26 kali, Multi Fase meningkat dari 198 kali menjadi 239 kali. Tremor tercatat sebanyak 6 kali. Informasi per 17/4/2006 menyatakan bahwa pada 12/4/2006 status aktifitas Gunung Merapi ditingkatkan menjadi Siaga. Informasi harian aktifitas Gunung Merapi yang disebarkan melalu website BPPTK mulai tersedia per 18/4/2006 sampai 19/7/2006 (Tabel 1 dan Gambar 1). 2
3 Tabel 1. Rekaman data aktifitas Gunung Merapi periode erupsi April Juli 2006 berdasarkan informasi yang dipublikasikan melalui website BPPTK. Tgl Awan Panas Volk Dkl Multifase Tektnk Guguran Freq Rndh Status Aktifitas 18/ Siaga 21/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / sd jam 18 13/ Awas 14/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / /
4 Tabel 1. Rekaman data aktifitas Gunung Merapi periode erupsi April Juli 2006 berdasarkan informasi yang dipublikasikan melalui website BPPTK (sambungan). Tgl Awan Panas Volk Dkl Multifase Tektonik Guguran Freq Rndh Status Aktifitas 8/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / Siaga 14/ / / /
5 1000 Jumlah Kejadian /4 23/4 26/4 29/4 2/5 5/5 8/5 11/5 14/5 17/5 21/5 24/5 28/5 31/5 3/6 6/6 9/6 12/6 15/6 18/6 21/6 25/6 28/6 3/7 6/7 9/7 12/7 18/7 Tanggal Guguran Awan Panas Multifase Tektonik Volk Dangkal Gambar 1. Plot jumlah dari berbgai tpe kejadian harian dari 18/4/2006 sampai 18/7/ Diskusi 4.1. Aktifitas Awal Erupsi Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, tahap awal aktifitas erupsi ini ditandai dengan peningkatan frekuensi kejadian Multifase hingga berada di atas 100 kejadian per hari. Volkanik Dangkal juga tinggi dan berlangsung setiap hari. Sementara itu, Guguran tampak secara perlahan-lahan meningkat jumlah kejadiannya. Sinyal-sinyal seismik tersebut menunjukkan bahwa dalam tahap fase awal erupsi telah terjadi injeksi magma baru ke dalam dapur magma Merapi. Konsekuensi dari hal itu adalah terjadinya gerakan magma ke permukaan dan membentuk kubah lava. Meningkatnya Guguran menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan kubah lava. Pada tahap awal ini kita juga melihat adanya kejadian gempa tektonik. Oleh karena itu, ada kemungkinan peristiwa injeksi magma tersebut berkaitan dengan peristiwa gempa tektonik. Penelitian yang dilakukan pada beberapa gunungapi, seperti erupsi Gunungapi Saint Helena tahun 1980 dan Gunungapi Pinatubo tahun 1991, yang dilakukan oleh Chen et al. (2003) menunjukkan bahwa ada keterkaitan erat antara gempa dengan erupsi gunungapi. Karena itu, ada kemungkinan hal itu juga terjadi pada Merapa dalam periode erupsi April Juli 2006 ini. Bila erupsi Gunung Merapi kali ini kita bandingkan dengan erupsi di tahun 1998 (Gambar 2), maka akan tampak hal-hal berikut: 1) Pada erupsi tahun 1998, peningkatan frekuensi kejadian Multifase dan Guguran berlangsung sangat cepat dan bersamaan, sementara pada tahun 2006, frekuensi kejadian Multifase telah lebih dahulu meningkat dan kemudian disusul secara gradual oleh Guguran. 2) Pada erupsi tahun 1998, injeksi magma ke dalam dapur magma berlangsung singkat dalam jumlah yang besar, sedang pada tahun 2006 injeksi magma berlangsung lebih perlahan, dan dalam waktu yang lebih lama. 5
6 Gambar 2. Aktifitas erupsi Gunung Merapi pada tahun Dikutip dari Ohrnberger (2001) Aktifitas Awal Erupsi Awan Panas Aktifitas erupsi yang menghasilkan Awan Panas dimulai pada 12/5/2006, yang ditandai dengan kejadian Awan Panas pertama. Lonjakan frekuensi kejadian Awan Panas berlangsung sangat tajam dalam dua hari berikutnya dengan puncaknya pada 14/5/2006 dengan 88 kejadian per hari. Beberapa hari kemudian jumlah kejadian Awan Panas menurun sampai titik terrendah pada 19/5/2006 dengan 13 kejadian per hari. Dari 14/5/2006 sampai 25/5/2006, indikasi seismik memperlihatkan pola kesesuaian antara naiknya magma ke permukaan yang ditunjukkan oleh Multifase, dan erupsi Awan panas, dengan jumlah kejadian Multifase lebih tinggi dari pada Awan Panas. Selama periode ini, jumlah kejadian Guguran terus meningkat. Pola seperti itu juga terlihat pada erupsi Merapi tahun 1998 (lihat Gambar 2) Pengaruh Tektonik 27 Mei 2006 Pengaruh Tektonik yang terjadi pada 27/5/2006 terhadap Gunung Merapi terlihat dari terjadinya Tektonik sebanyak 138 kejadian per hari pada hari yang sama. Hari-hari selanjutnya, jumlah kejadiannya terus menurun dan mencapai jumlah terrendah pada 18/6/2006. Setelah itu, jumlah kejadian Tektonik kembali meningkat. Pada Gambar 1 terlihat bahwa setelah gempa 27/5/2006, terjadi pembalikan kondisi tingkat kejadian antara Multifase dan Awan Panas. Bila sebelum gempa jumlah 6
7 kejadian per hari Multifase lebih tinggi daripada jumlah kejadian Awan Panas, maka setelah gempa terjadi kondisi sebaliknya, yaitu jumlah kejadian Awan Panas lebih tinggi daripada Multifase. Kondisi seperti ini berlangsung sampai 9/6/2006. Setelah 9/6/2006, keadaan perbandingan jumlah kejadian antara Awan Panas dan Multifase kembali lagi ke keadaan sebelum terjadinya gempa, yaitu jumlah kejadian Multifase lebih tinggi daripada jumlah kejadian Awan Panas. Keadaan tersebut berlangsung sampai 26/6/2006. Dengan pola perubahan frekuensi kejadian antara Multifase dan Awan Panas yang seperti diuraikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa efek gempa 27/5/2006 kejadian Awan Panas tampaknya dirasakan lebih cepat beberapa hari daripada efek gempa itu terhadap Multifase. Keadaan ini berkaitan dengan mekanisme pembentukan atau pelepasan gas dari magma setelah dapur magma terguncang oleh gempa. Guncangan gempa tampaknya telah mempercepat pembentukan atau pelepasan gas dari magma yang kemudian naik kepermukaan dan termanifestasikan dalam bentuk erupsi Awan Panas. Pada Gambar 1 juga terlihat bahwa setelah gempa 27/5/2006, terjadi lagi Volkanik Dangkal selama beberapa hari yang terpisah-pisah. Fakta ini menunjukkan bahwa setelah gempa 27/5/2006 terjadi injeksi magma ke dalam dapur magma. Injeksi magma tersebut tampaknya meningkatkan jumlah magma yang naik ke permukaan yang terekspresikan oleh jumlah kejadian Multifase yang meningkat. Keadaan tersebut terjadi dari 20/5/2006 sampai 20/6/2006 (Gambar 1). Brantley dan Topinka (1984) yang mempelajari aktifitas seismik Gunung St. Helena, Washington, Amarika tahun menyebutkan bahwa Volkanik Dangkal berhenti sementara erupsi berlangsung. Dengan demikian, untuk kondisi erupsi Gunung Merapi ini, sangat mungkin Volkanik Dangkal yang terjadi selama erupsi Awan Panas setelah gempa 27/5/2006, kejadiannya berkaitan dengan gempa tersebut. Kemudian, mungkin pula injeksi magma itu telah menyebabkan meningkatnya kejadian gerakan magma ke permukaan yang tercermin oleh peningkatan kejadian Multifase. Apabila kita membandingkan antara erupsi Merapi 2006 (Gambar 1) dan erupsi Merapi 1998 (Gambar 2), tampak bahwa kejadian Tektonik ketika erupsi Merapi 2006 sedang berlangsung juga membedakan karakter erusi dua periode tersebut. 27/5/2006 tampaknya telah menyebabkan erupsi Awan Panas Merapi 2006 berlangsung lebih lama daripada erupsi Merapi Dengan kata lain, apabila tidak terjadi gempa tektonik pada 27/5/2006 maka sangat mungkin erupsi Merapi akan telah mereda pada akhir bulan Mei Aktifitas Akhir Erupsi Tahap akhir erupsi Merapi 2006 terjadi mulai 1/7/2006 sampai 12/7/2006. Selama tahap ini jumlah kejadian Multifase dan Awan Panas cenderung menurun, dan Awan Panas tidak lagi terjadi setiap hari. Di akhir tahap ini, frekuansi kejadian Guguran juga turun dari rata-rata lebih dari 220 kejadian per hari menjadi sekitar 140 kejadian per hari. Di akhir fase ini pula secara resmi status aktifitas Merapi diturunkan menjadi Siaga. Setelah 12/7/2006, jumlah kejadian Tektonik tampak meningkat, tetapi tampaknya tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap aktifitas erupsi Gunung Merapi. 7
8 5. Penutup Sebagai penutup patut kita catat bahwa aktifitas erupsi Gunung Merapi periode April Juli 2006 adalah aktifitas erupsi yang istimewa, karena ketika erupsi sedang berlangsung, Gunung Merapi terguncang oleh Tektonik yang kuat. Keadaan yang istimewa tersebut memberi kesempatan kepada kita untuk mengetahui hubungan antara aktifitas erupsi gunungapi dengan gempa yang terjadi ketika erupsi sedang berlangsung. Dalam studi ini terlihat bahwa Tektonik yang terjadi ketika erupsi Awan Panas sedang berlangsung mempengaruhi erupsi tersebut. Apabila kita membandingkan dengan erupsi Merapi 1998, maka tampak bahwa Tektonik 27/5/2006 telah menyebabkan erupsi Merapi 2006 berlangsung lebih lama. Hal lain yang perlu perhatikan adalah ada kemungkinan erupi Merapi 2006 ini juga dipicu oleh Tektonik. Hal ini terlihat dari tercatatnya kejadian Tektonik di awal erupsi ini (Gambar 1). Karena itu, studi seismisitas Merapi sebelum erupsi 2006 ini berlangsung akan menarik untuk dilakukan. Ucapan Terima Kasih Data-data erupsi Gunung Merapi dari April Juli 2006 yang dipergunakan di dalam makalah ini berasal dari informasi yang disebarkan melalui website oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada BPPTK yang telah menyebarkan informasi aktifitas Gunung Merapi itu. Daftar Pustaka Beauducel, F., Cornet, F.-H, Suhanto, E., Duquesnoy, T. and Kasser, M., Constraint on magma flux from displacements data at Merapi volcano, Java, Indonesia. Journal of Geophysical Research, in press. Brantley, S.R. and Topinka, L., Mount St. Helena, Washington seismic studies vulcan.wr.usgs.gov/volcanoes/msh/seismicity/seismic_studies_1980_1983.html. Akses: 30 Juni Chen, H., Gao, F., Wu, X. and Meng, X., Relationship between earthquake and volcanic eruption inferred from historical records. Acta Seismologica Sinica, v. 17, n. 4: Ohrnberger, M., Continuous Automatic Classification of Seismic Signals of Volcanic Origin at Mt. Merapi, Java, Indonesia. Dissertation at Mathematisch- Naturwissenschaftlichen Fakultat der Universitat Potsdam. 8
Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 13, NOMOR 2 JUNIN 2017 Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010 Dairoh dan Wiwit Suryanto Program
Lebih terperinciPENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006.
PENENTUAN SEBARAN HYPOCENTER PADA SAAT PROSES PEMBENTUKAN KUBAH LAVA MERAPI PERIODE BULAN MARET SAMPAI DENGAN APRIL TAHUN 2006 Oleh : INDRIATI RETNO P / J2D 004 175 2008 Abstract The purpose of this research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya parameter dan banyaknya jenis mekanisme sumber yang belum diketahui secara pasti, dimana parameter tersebut ikut mempengaruhi pola erupsi dan waktu erupsi
Lebih terperinciSeminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISSN: XXXXXX Time-Frequency Analysis of Seismic-Volcanic Signals
Time-Frequency Analysis of Seismic-Volcanic Signals Elisati Hulu 1, Bambang Riyanto T 2, Sri Widyantoro 3 1,2 School of Electrical Engineering and Informatics, Institut Teknologi Bandung, Achmad Bakrie
Lebih terperinciANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013
ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013 Indria R Anggraeni 1, Adi Susilo 1, Hetty Triastuty 2 1) Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).
xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia yaitu berkisar 129 gunungapi aktif (Gambar 1.1) atau sekitar 15 % dari seluruh gunungapi yang ada di bumi. Meskipun
Lebih terperinciBADAN GEOLOGI - ESDM
Studi Kasus Merapi 2006 : Peranan Pengukuran Deformasi dalam Prediksi Erupsi A. Ratdomopurbo Kepala BPPTK-PVMBG Sosialisasi Bidang Geologi -----------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA
ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA Arin Wildani 1, Sukir Maryanto 2, Adi Susilo 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Islam
Lebih terperinciANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR
ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR Oleh: Akhmad Jufriadi 1, Sukir Maryanto, Adi Susilo, B. Heri Purwanto 3, M.Hendrasto 4 ABSTRAK: Aktivitas Gunung Ijen pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan peta jalur lempeng dunia, wilayah Indonesia terletak pada pertemuan lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan Lempeng Pasifik
Lebih terperinciII. PENGAMATAN 2.1. VISUAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371
Lebih terperinciAnalisa Statistik Erupsi Gunung Merapi
Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi Dhika Rosari Purbaa), Acep Purqonb) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Lebih terperinciAnalisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik
Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Gempa Vulkanik Welayaturromadhona, Adi Susilo Ph.D, Dr. Hetty Triastuty 2 ) Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibanding erupsi tahun 2006 dan Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding erupsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk mengetahui aktivitas dan karakteristik dari gunung tersebut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pattern Recognition Konsep utama dari Pattern Recognition adalah tentang ketidakpastian (uncertainty) (Bishop, 2006). Pattern Recognition disebut juga sebagai proses klasifikasi
Lebih terperinciWahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
Identifikasi Tingkat Aktivitas Gunung Guntur Periode Oktober -November 2015 Berdasarkan Analisis Spektral Dan Sebaran Hiposenter - Episenter Gempa Vulkanik Ria Sulistiawan 1,*, Nanang Dwi Ardi 2,, Hetty
Lebih terperinciPENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009
PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu
Lebih terperinci7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara
7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara geografis Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng benua Eurasia, lempeng samudra Hindia,
Lebih terperinciEVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008
EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari
Lebih terperinciFisika Gunung Api JENIS SKALA DAN FREKUENSI LETUSAN
Fisika Gunung Api JENIS SKALA DAN FREKUENSI LETUSAN PENDAHULUAN Erupsi dari gunungapi memperlihatkan berbagai macam karakter, seperti : Tipe Erupsi Produk yang dihasilkan Endapan Piroklastik, Aliran Lava
Lebih terperinciERUPSI G. SOPUTAN 2007
ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat lebih dari 1800 gunung lumpur yang tersebar di dunia (Dimitrov, 2002). Mayoritas distribusi dari gunung lumpur terdapat di benua Asia, Eropa, dan Amerika.
Lebih terperinciANALISIS SINYAL SEISMIK GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN IDENTIFIKASI GEMPA MULTIPHASE SEBELUM DAN SESUDAH LETUSAN 14 JUNI 2006
26 ANALISIS SINYAL SEISMIK GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN IDENTIFIKASI GEMPA MULTIPHASE SEBELUM DAN SESUDAH LETUSAN 14 JUNI 2006 Disusun Oleh: HERLINA TRI WULANDARI NIM M 0206042 SKRIPSI Diajukan Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Konsep transformasi wavelet awalnya dikemukakan oleh Morlet dan Arens (1982), di bidang geofisika untuk menganalisis data seismik yang tidak stasioner,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi
Lebih terperinciKEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 1 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 9 JAKARTA 195 Telepon: -713, 5,1-5371 Faksimile: -71, 1-537 E-mail:
Lebih terperinciPENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI
PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Evrita Lusiana Utari Fakultas Sains & Teknologi Prodi Teknik Elektro UNRIYO ABSTRAK Maksud dan tujuan penulisan
Lebih terperinciPENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006
PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006 Oleh: Romsiyatin 1, Abdul Basid 2 ABSTRAK: Gunungapi Merapi merupakan Gunungapi yang termuda dalam kumpulan gunung
Lebih terperinciOleh: Dr. Darsiharjo, M.S.
Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S. SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN DAN PENYADARAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI TANGGAL 20 APRIL 2005 G e o g r a f i KAJIAN GEOGRAFI Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan dari flora dan faunanya, serta kekayaan dari hasil tambangnya. Hamparan bumi Indonesia
Lebih terperinciMEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN
MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN Oleh: Hena Dian Ayu 1 2, Akhmad Jufriadi 2 ABSTRAK : Mekanisme erupsi suatu gunungapi dapat dilihat berdasarkan karakteristik dan bagaimana model
Lebih terperinciAKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007
AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 27 UMAR ROSADI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada bulan Oktober akhir hingga November 27 terjadi perubahan aktivitas vulkanik G. Semeru. Jumlah
Lebih terperinciStudi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)
Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya
Lebih terperinciPENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG
PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG Trimida Suryani trimida_s@yahoo.com Danang Sri Hadmoko danang@gadjahmada.edu Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif
Lebih terperinciINTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA
INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG Rasmid 1, Muhamad Imam Ramdhan 2 1 Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA 2 Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, INDONESIA
Lebih terperinciModel Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 3 No. 1 April 2012: 41-55 Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun 2010 2011 Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year 2010-2011 Akhmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas vulkanisme dapat mengakibatkan bentuk bencana alam yang menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara (Hariyanto, 1999:14) mengemukakan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008
PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 KRISTIANTO, HANIK HUMAIDA, KUSHENDRATNO, SAPARI DWIYONO Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung, 40122 Sari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng
Lebih terperinciWahana Fisika, 1(1),2016, 42-53
Penentuan Karakteristik Tremor Gunungapi Semeru Jawa Timur Berdasarkan Analisis Spektral (Studi Kasus: Oktober 2015-Desember 2015) Dea Hertiara Municha 1,*, Mimin Iryanti 2,, Hetty Triastuty 1 1 Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014
PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014 Sepry Dawid 1), Ferdy 1), Guntur Pasau 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA
MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA Nia HAERANI, dkk. Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Erupsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang sangat aktif di Indonesia yang terletak di daerah berpenduduk padat di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinci4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi
Lebih terperinciPertumbuhan Retakan Pada Peningkatan Aktivitas Gunung Egon, Nusa Tenggara Timur Periode Desember 2015 Januari 2016
JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-issn: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: jlbg_geo@yahoo.com - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi
Lebih terperinci6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.
BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK 1.Dike Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding-dinding magma yang membeku di bawah kulit bumi, kemudian muncul di permukaan bumi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Gunungapi Soputan Geomorfologi Gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan morfologi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciPERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY
ISSN 0126-8138 15 PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY Oleh I Putu Ananda Citra Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di ring of fire (Rokhis, 2014). Hal ini berpengaruh terhadap aspek geografis, geologis dan klimatologis. Indonesia
Lebih terperinciILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA (VULKANIK)
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA (VULKANIK) Makalah Dipresentasikan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah IPBA Jurusan Pendidikan Fisika UIN Alauddin Makassar Oleh KELOMPOK II ASDAR ASHAR
Lebih terperinci24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciGambar 1.1. Sebaran gunung lumpur di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Istadi dkk, 2009).
1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mud volcano (Gunung lumpur) adalah fenomena keluarnya material lumpur yang bercampur dengan air dan gas dari bawah permukaan melalui suatu patahan atau rekahan
Lebih terperinciPembuatan Master Shock Seismogram Tiga Komponen Gempa Gunungapi Krakatau 27 Juni 1995
Pembuatan Master Shock Seismogram Tiga Komponen Gempa Gunungapi Krakatau 27 Juni 1995 Bambang Wijatmoko 1, *, Wahyudi 2, Kirbani Sri Brotopuspito 2 1 Staf Pengajar, Departemen Geofisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI
ANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI Oleh: Edi Widodo Supporting Staff Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang ediwidodo15@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI
GEOFISIKA MITIGASI BENCANA LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI PENERAPAN METODE GEOFISIKA TERPADU UNTUK MENGURANGI RESIKO LETUSAN G. SEMERU, JAWA TIMUR Oleh: Sukir Maryanto, Ph.D Dr.Eng. Didik R.
Lebih terperinciAPLIK I AN LAN AN EKAP
APLIKASI ANALISIS LANSEKAP KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN PADA LASEKAP KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN Suhu : 25 28 0C Curah hujan : 1700 2500 Tekstur : halus sedang Bahaya erosi :
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN POTENSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk
Lebih terperinci7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara
7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lereng Gunungapi Merapi merupakan daerah yang dipenuhi oleh berbagai aktivitas manusia meskipun daerah ini rawan terhadap bencana. Wilayah permukiman, pertanian,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi ix xi xii xiii.xiv BAB
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013
IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013 Winda Dwi ayu Sari 1, Daeng Achmad Suaidi 2, Nasikhudin 3 1 Mahasiswa Fisika Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:
Lebih terperinciTelepon: , , Faksimili: ,
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciGunungapi (Volcano)* Pokok Bahasan. Pendahuluan
Pokok Bahasan Gunungapi (Volcano)* Dr. Hendra Grandis Kelompok Keilmuan Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Pusat Mitigasi Bencana ITB *disarikan dari berbagai sumber Pendahuluan
Lebih terperinciBAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14]
Kuliah ke 9 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14] Cakupan Penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam, selain menyimpan potensi kekayaan yang berguna bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam, selain menyimpan potensi kekayaan yang berguna bagi kehidupan manusia, juga menyimpan potensi bahaya dan bencana. Erupsi (letusan) gunung api merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.480 pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua
Lebih terperinciEVALUSI DAN ANALISIS ISU AKTUAL DINAMIKA POSTUR DAN PERILAKU SEMBURAN LUSI MENUJU WHAT NEXT? LUSI 9 TAHUN (29 Mei )
0 LUSI 9 TAHUN, 29 MEI 2006-2015 9 TAHUN TRAGEDI BENCANA GEMPABUMI YOGYAKARTA, TERPAUT 2 HARI DENGAN BENCANA MUD VOLCANO LUSI 4 TAHUN SIMPOSIUM INTERNASIONAL LUSI 25 MEI 2011 MENDEKATI "GOLDEN TIME 2015"!
Lebih terperinciPREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006
PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terletak di wilayah yang rawan bencana (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia seperti banjir, tanah longsor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam 2010 mengguncang Indonesia, mulai dari banjir bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN
KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering
Lebih terperinciVOLCANIC HAZARDS AND MONITORING
VOLCANIC HAZARDS AND MONITORING 1. PERSEPSI AWAL TENTANG GUNUNG API DAN AKTIVITASNYA Selama hampir 18 abad,gunung api selalu di kaitkan dengan mitos mitos kuno tuhan dan iblis.sampailah pada saat seorang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Eurasia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat terelakkan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin banyak kebutuhan lahan yang harus disiapkan untuk
Lebih terperinciSTUDI SIMULASI MONITORING DEFORMASI TANAH SEBAGAI INDIKATOR BAHAYA LETUSAN GUNUNG API UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DARURAT BENCANA
Jurnal Fisika. Volume 3 Nomor 2 Tahun 14, hal 74-79 STUDI SIMULASI MONITORING DEFORMASI TANAH SEBAGAI INDIKATOR BAHAYA LETUSAN GUNUNG API UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DARURAT BENCANA Mohamad Andy Herlambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili
Lebih terperinciGeografi. Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
Geografi A. Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia status Cirri-ciri tndakan 1. awas Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan
Lebih terperinci