KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD"

Transkripsi

1 KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD AKHMAD ZAENNUDIN Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari G. Kelud merupakan gunungapi tipe A di Jawa Timur yang sering meletus secara eksplosif. Endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik mendominasi penyusun tubuh gunungapi tersebut. Aliran lava dan kubah lava hanya terdapat di sekitar pusat erupsi baik yang dihasilkan dari erupsi pusat maupun erupsi samping, membentuk G. Kelud yang tidak beraturan seperti kerucut gunung-gunungapi strato pada umumnya. Ada 7 (tujuh) kubah lava yang terdapat di komplek G. Kelud yaitu Lirang, Kombang, Kelud, dan Sumbing yang terbentuk di sekitar pusat erupsi utama, serta Kramasan, Pisang, dan Umbuk terbentuk akibat erupsi samping. Sejak abad ke 11 erupsi G. Kelud tercatat terjadi pembentukan kubah dan sumbat lava sebanyak 3 (tiga) kali yaitu tahun 1376, 1920, dan terakhir Sejak erupsi yang terjadi pada tahun 2007 sampai saat ini kubah lava masih dalam pertumbuhan. Apakah kubah lava yang terbentuk pada erupsi terakhir ini akan dihancurkan lagi oleh letusan yang akan datang seperti kubah lava lainnya yang terbentuk dalam masa sejarah Sejarah geologi G. Kelud memperlihatkan bahwa perpindahan pusat erupsi dan kubah lava di komplek gunungapi ini merupakan salah satu cirinya. Perpindahan pusat erupsi tersebut sangat tergantung pada kekuatan kubah yang terbentuk sebagai sumbat pada konduit saluran keluarnya magma, besarnya energi yang terjadi pada erupsi yang akan datang. Disamping itu komposisi dan volume magma yang berada dibawahnya sebagai pengontrol suatu letusan sangat mempengaruhi. Bila kubah lava yang terbentuk cukup kuat untuk didobrak maka kemungkinan besar jalan keluar magma akan melewati zona lemah lainnya yang ada di komplek G. Kelud untuk membentuk pusat erupsi baru. Pendahuluan Gunung Kelud merupakan gunungapi tipe A di Jawa Timur yang sangat aktif. Letusan yang tercatat dalam sejarah dimulai pada tahun 1000 dan dalam selang waktu antara tahun gunungapi ini meletus secara eksplosif. Seluruh letusan yang terjadi pada masa lalu hingga sekarang berasal dari kawah G. Kelud saat ini. Dalam sejarah pembentukan G. Kelud dapat dijumpai sedikitnya ada 4 (empat) kubah lava yang terbentuk hasil erupsi pusat dan ada 3 (tiga) kubah lava sebagai hasil erupsi samping. Empat kubah lava hasil erupsi pusat yang terdapat di sekitar puncak adalah Lirang, Kombang, Kelud, dan Sumbing, sedangkan tiga kubah lava yang lainnya hasil erupsi samping adalah Kramasan, Pisang, dan Umbuk. Kusumadinata (1978) mencatat bahwa G. Kelud dalam sejarah letusannya pernah menghasilkan kubah lava pada tahun 1376 dan sumbat lava pada tahun Keduanya kemudian terhancurkan lagi oleh letusan-letusan yang terjadi kemudian. Aktivitas tahun 2007 merupakan letusan G.Kelud terkini yang menghasilkan kubah lava di dalam Danau Kawah, yang mengakibatkan hampir seluruh bagian danau tersebut tertutup oleh kubah lava ini. Apakah Kubah Lava 2007 ini akan terhancurkan lagi oleh letusan kemudian Berdasarkan sejarah geologi G.Kelud, pusat-pusat letusannya berpindahpindah. Oleh karena itu kemungkinan pusat erupsi yang akan datang dapat tetap berada di kawah sekarang dengan cara menghancurkan kubah 2007 yang ada. Pusat erupsi dapat juga bergeser dari satu titik ke titik lainnya baik di daerah puncak maupun di lereng G. Kelud. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : Hal :19

2 Kubah Lava sebagai Salah Satu Ciri Hasil Letusan G. Kelud (Akhmad Zaennudin) Tataan Tektonik Gunung-gunungapi di P. Jawa umumnya terbentuk dan muncul di atas sedimen-sedimen laut berumur Neogen dari pada di atas kompleks sedimen Pra Tersier (Hamilton, 1990). Tipe batuan vulkanik di P. Jawa didominasi oleh andesit basaltik dengan kandungan silika sekitar 55 % berat (Nicholls dan Withford, 1976). Ada hubungan positip antara kedalaman Beniof Zone (zona penunjaman) dengan kandungan K 2 O, trace element, dan isotop Sr yang mengindikasikan bahwa magma di bawah gunungapi di P. Jawa berasal dari mantel bumi. Hal ini dicerminkan oleh adanya pengaruh subduksi dari penunjaman lempeng samudra Australia di bawah lempeng benua Euro-Asia untuk membentuk batuan vulkanik yang dierupsikan. Ketebalan kerak bumi di bawah busur kepulauan di P. Jawa berkisar antara 20 25km dengan sudut penunjaman 55 o ke arah utara (Hutchison, 1981). Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa ketebalan kerak bumi di bawah G. Kelud sekitar 34km yang terdiri atas lima lapisan berbeda berdasarkan pada kecepatan rambat gelombang P (P-velocity) yang terdapat antara 1,8km/detik sampai dengan 7,8 km/detik. Geologi G. Kelud G. Kelud adalah salah satu gunungapi Kuarter di Jawa Timur yang berada di antara gunungapi yang berumur lebih tua yaitu G.Kawi dan G. Butak di sebelah timur, G.Anjasmoro dan G. Arjuno-Welirang di sebelah timurlaut, dan G. Wilis di sebelah baratnya (Gambar 1). G. Kelud hanya berketinggian 1.731m di atas permukaan air laut dan 1.500m muncul di atas dataran sekitarnya. Gunungapi ini terlihat seperti gunungapi kecil yang bermorfologi sangat kasar di daerah puncaknya. Aktivitas vulkanik pertama dari kompleks G. Kelud berasal dari G. Lirang yang terjadi sekitar tahun yang lalu. Setelah terbentuknya Kubah Lava Lirang, kemudian aktivitas berpindah ke arah timur membentuk G. Gajahmungkur yang dalam aktivitasnya, juga diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kombang. Pada perioda ini terjadi erupsi samping G. Kramasan di kaki sebelah timur yang berjarak sekitar 6km dari kawah sekarang. Aktivitas tersebut diakhiri dengan pembentukan kubah lava berumur tahun (Wirakusumah, 1991). Gambar 1: Lokasi G. Kelud terdapat diantara gunungapi tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang, dan Kawi-Butak. Setelah aktivitas erupsi samping dari G.Kramasan terhenti, aktivitas vulkanik kemudian berpindah ke daerah puncak menghasilkan aliran lava, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik dari Kawah Tumpak. Aktivitas ini kemudian diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kelud yang merupakan puncak tertinggi di komplek G.Kelud. Kubah Lava Pisang terbentuk sebagai hasil erupsi samping pada perioda aktivitas vulkanik komplek G. Kelud pada periode ini. Kubah lava ini terdapat sekitar 6km sebelah selatan Kawah Kelud sekarang. Aktivitas berikutnya terjadi di sebelah selatan Kawah Tumpak dan membentuk dua kawah yaitu Kawah Sumbing I dan Kawah Sumbing II. Aktivitas tersebut menghasilkan KEL Hal : 20 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 20-29

3 aliran lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik, serta kubah lava Sumbing yang terbentuk pada Kawah Sumbing I (Wirakusumah, 1991). Kawah Sumbing hanya menghasilkan aliran piroklastik dan tidak menghasilkan endapan batuan vulkanik lainnya. Setelah terbentuk Kawah Sumbing II, aktivitas berpindah ke arah lereng baratdaya membentuk G. Gupit sebagai erupsi samping. Gunungapi ini mempunyai dua kawah yaitu Kawah Dargo dan Kawah Gupit. Kawah Gupit merupakan kawah yang lebih muda dari Kawah Dargo. Aktivitas gunungapi ini diakhiri dengan terbentuknya Kubah Lava G. Umbuk yang berumur tahun (Wirakusumah, 1991, Zaennudin. 1992). Aktivitas berikutnya kemudian bergeser ke arah timurlaut dekat dengan G. Lirang membentuk Kawah Badak I dan II. Aktivitas tersebut tidak menghasikan aliran lava dan kubah lava, namun hanya menghasilkan aliran piroklastik (Wirakusumah, 1991). Kemungkinan besar sumbat lava yang terbentuk di bagian konduitnya yang tidak muncul ke permukaan. Setelah aktivitas dari kawah ini terhenti, kemudian bergeser lagi ke arah timur membentuk Kawah G. Kelud sekarang. Hal ini berarti magma dari bawah tidak dapat menerobos sampai ke atas karena terhalang oleh batuan yang cukup kuat, dan kemungkinan adalah sumbat lava yang ada dalam pipa kepundan. Kawah Kelud sekarang telah menghancurkan bagian timurlaut Kawah Lirang, bagian selatan Kawah Gajahmungkur, bagian barat Kawah Tumpak, dan bagian utara Kawah Sumbing. Aktivitas dari Kawah Kelud sekarang ini menghasilkan endapan freatik, freatomagmatik, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik yang tersebar hampir ke segala arah kecuali ke arah timur. Aliran piroklastik umumnya tersebar ke bagian baratlaut, barat, baratdaya, dan selatan. Sebelum terjadi erupsi Nopember 2007 di bagian puncaknya terdapat danau kawah berukuran 600 X 500 m, namun sejak terbentuk kubah lava tersebut, danau kawah hilang karena kubah lava tumbuh semakin besar. Erupsi G. Kelud didominasi oleh endapanendapan piroklastika. Aliran lava dan kubah lava hanya menempati daerah di sekitar puncak dan pusat-pusat erupsi. Sebaran dari endapanendapan tersebut terlihat pada Gambar 2. Kubah Lava Erupsi G. Kelud baik yang terjadi pada prasejarah maupun dalam sejarah manusia didominasi oleh letusan-letusan eksplosif yang menghasilkan endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Disamping endapanendapan tersebut terdapat juga endapanendapan freatomagmatik dan freatik yang merupakan proses awal dari suatu rentetan letusan eksplosif dari suatu gunungapi yang di puncaknya mempunyai danau kawah. Endapan tersebut pada umumnya terbentuk pada masa sejarah yang berasal dari kawah sekarang. Kubah lava banyak dijumpai di komplek G.Kelud yang merupakan ciri tersendiri dari gunungapi ini. Karena tubuh dan daerah puncaknya tersusun oleh endapan-endapan piroklastik yang mudah tererosi sedangkan kubah lava tahan terhadap erosi, sehingga bentuk gunungapi ini terlihat seperti bukit yang pada bagian puncaknya tidak beraturan. Ada 7 (tujuh) kubah lava yang terdapat di komplek G. Kelud yang terdapat di sekitar kawah pusat maupun yang terdapat di daerah lereng sebagai hasil erupsi samping. Sebagian contoh dari kubah-kubah lava tersebut terlihat pada Gambar 3. Dalam masa sejarah G. Kelud pernah terjadi pembentukan kubah lava pada tahun 1376 dan sumbat lava pada tahun 1920 (Tabel 1), tetapi keduanya kemudian terhancurkan lagi oleh letusan berikutnya (Kusumadinata, 1979). Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : Hal :21

4 Kubah Lava sebagai Salah Satu Ciri Hasil Letusan G. Kelud (Akhmad Zaennudin) Gambar 2: Peta geologi Gunungapi Kelud (Zaennudin dkk., 1992). Ap : Aliran piroklastika Jp. : Jatuhan piroklastik Hal : 22 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 22-29

5 A B Kombang Kelud C D E F Gambar 3: Kubah lava di komplek G. Kelud baik yang terdapat di pusat erupsi maupun erupsi samping. Foto: Akhmad Zaennudin, PVMBG, Agustus 2005, Juli 2007, dan Januari A : Kubah lava Lirang B : kubah lava Kombang C : Kubah lava Kelud D : Kubah lava Sumbing E : Kubah lava Umbuk F : Kubah lava Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : Hal :23

6 Kubah Lava sebagai Salah Satu Ciri Hasil Letusan G. Kelud (Akhmad Zaennudin) Tabel 1: Sejarah Letusan G. Kelud dan Korban yang diakibatkannya (Kusumadinata, 1979) TAHUN KORBAN Ada/Tidak Jumlah Ada Ada Ada Ada 10,000 Ada Tidak ada - Tidak ada - Ada Tidak ada - Ada Tidak ada - Ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada 5, KETERANGAN Erupsi pusat. Informasi kurang detail Erupsi Pusat. Kubah lava terbentuk: tidak ada awan panas. 20 Juli. Informasi tidak detail. 1 Mei. Erupsi pusat. 10 Januari. Erupsi pusat. 5 Juni. Informasi tidak detail. Informasi tidak detail. 11, 14, 18, dan 25 Oktober. Informasi tidak detail. Informasi tidak detail. 16 Mei. Kawah terbuka ke arah selatan. 24 Januari. Informasi tidak detail. 3 4 Januari. Informasi tidak detail. Erupsi eksplosif di kawah pusat pada Mei dengan volume material kira 20 juta m 3. Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 20 Mei. Aliran piroklastik terendapkan pada beberapa lokasi. Sumbat lava terbentuk di dasar kawah dan tertutup air pada Desember Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 31 Agustus. Bom vulkanik jatuh sampai Wlingi, 17km sebelah selatan kawah. Aliran piroklastik terjadi. Dasar kawah turun 79 m akibat letusan tersebut. Volume material letusan ini sekitar 200 juta m 3 dengan 2 juta m 3 air. Lahar pada umumnya mengalir sepanjang K. Bladak (sebelah barat G. Kelud). Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 24 April menghasilkan aliran piroklastik. Volume material yang diletuskan sekitar 90 juta m 3. Dasar kawah naik sekitar 43m. Lahar panas mengalir ke dalam aliran S. Bladak. Lahar dingin mengalir hampir ke semua sungai yang berhulu di puncak. Erupsi eksplosif di kawah pusat dengan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang terjadi selama letusan. Volume material letusan sekitar 24 juta m 3 dari endapan aliran piroklastik yang mengalir hampir ke segala arah dari kawah G. Kelud dan beberapa sungai. Pembentukan kubah lava di dalam danau kawah yang sampai saat ini masih tumbuh. Hal : 24 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 24-29

7 Kubah lava di komplek G. Kelud pada umumnya mempunyai komposisi andesit basaltik. Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa seluruh lava G. Kelud baik terdapat sebagai kubah lava maupun aliran lava pada umumnya bertekstur porfiritik, tetapi kadangkadang dijumpai bertekstur glomeroporfiritik, berbutir halus medium atau kadang-kadang berbutir kasar dengan mikrokristalin plagioklas atau gelas vulkanik sebagai masa dasarnya. Pada umumnya fenokris terdapat lebih dari 50% dari volume total batuan yang terdiri atas kristal-kristal plagioklas sebagai fenokris utamanya yang kemudian diikuti oleh fenokrisfenokris klino piroksen, orto piroksen, mineral gelap, dan kadang-kadang dijumpai amfibol. Kubah Lava Lirang adalah kubah lava paling tua yang terdapat di komplek G. Kelud berumur sekitar tahun (Wirakusumah, 1991). Kubah lava ini berkomposisi andesit basaltik dengan kandungan silika antara 54,6 56,6% berat bertekstur porfiritik. Mineral utama pembentuk batuan ini adalah plagioklas, diikuti oleh klinopiroksen, ortopiroksen serta mineral gelap, yang kadang-kadang dijumpai amfibol sebagai fenokris. Masa dasarnya adalah mikrolit-mikrolit plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, magnetit, dan gelas vulkanik. Kubah lava kedua adalah Kombang, berkomposisi andesit dengan kandungan silika sekitar 59,2% berat dan bertekstur hipokristalin. Amfibol banyak dijumpai sebagai fenokris disamping plagioklas dan mineral gelap yang tertanam dalam masa dasar mikrolit-mikrolit plagioklas, piroksen, dan gelas vulkanik. Kubah lava lainnya yang terbentuk pada perioda ini adalah Kubah Lava Kramasan yang berumur sekitar tahun (Wirakusumah, 1991). Kubah lava ini terdapat sebagai erupsi samping dari Kawah Gajahmungkur. Kubah Lava Kramasan berkomposisi andesit dengan kandungan silika antara 60,5 61,3%berat. Komposisi mineraloginya hampir sama dengan komposisi Kubah Lava Kombang yang pada fenokrisnya juga banyak dijumpai amfibol disamping plagioklas dan klinopiroksen yang terdapat pada masa dasar mikrolit plagioklas, amfibol, ortopiroksen, dan gelas vulkanik. Kubah lava berikut adalah Kubah Lava Pisang yang terdapat sebagai hasil erupsi samping dari Kawah Tumpak (Zaennudin, 1986 dan Wirakusumah, 1991). Batuan ini bertekstur porfiritik berkomposisi andesit basaltik, berbutir medium dengan kandungan silika sekitar 54,1% berat. Fenokrisnya didominasi oleh plagioklas yang diikuti kemudian oleh klinopiroksen, ortopiroksen, dan mineral gelap. Masa dasarnya terdiri atas mikrolit-mikrolit plagioklas, ortopiroksen dan klinopiroksen, mineral gelap, dan gelas vulkanik. Kawah Tumpak sebagai pusat erupsi utama kemudian rentetan erupsinya diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kelud. Batuan dari kubah lava ini pada umumnya telah mengalami alterasi sehingga sangat sukar menemukan contoh dalam keadaan masih segar. Xenolith gabro amfibolit terdapat pada batuan Kubah Lava Kelud. Kubah lava paling akhir sebelum terbentuk Kubah Lava 2007 yang terdapat di wilayah pusat erupsi utama adalah Kubah Lava Sumbing. Kubah lava ini disebut juga sebagai Kubah Lava Merak (Wirakusumah, 1991). Kubah lava ini merupakan ciri khusus dari G. Kelud karena memperlihatkan struktur kekar kolom (columnar joints) yang sangat jelas, sebagian telah terusakkan oleh pembentukan Kawah Kelud sekarang (Gambar 4). Batuan kubah lava ini berkomposisi andesit basaltik bertekstur porfiritik, berbutir halus medium dengan kandungan silika sekitar 53,9 55,3% berat. Total fenokris terdapat antara 40 55% dari volume total batuan yang didominasi oleh mineral plagioklas kemudian diikuti oleh klinopiroksen dan ortopiroksen serta mineral gelap. Masa dasarnya adalah mikrolit-mikrolit plagioklas, klinopiroksen berbentuk anhedral, mineral gelap, dan gelas vulkanik. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : Hal :25

8 Kubah Lava sebagai Salah Satu Ciri Hasil Letusan G. Kelud (Akhmad Zaennudin) Kubah lava lainnya yang terdapat sebagai hasil erupsi samping dari G. Gupit adalah Kubah Lava Umbuk terdapat sekitar 4,5km sebelah barat Kawah Kelud sekarang. Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa kubah lava ini berumur sekitar tahun. Batuannya berkomposisi andesit basaltik dengan kandungan silika sekitar 53,7% berat, bertekstur hipokristalin dan kadang-kadang glomeroporfiritik, berbutir halus medium. Fenokrisnya tersusun oleh plagioklas, amfibol, dan mineral gelap yang tertanam dalam masadasar kristal halus dari plagioklas, amfibol, mineral gelap, dan klinopiroksen membentuk tekstur subophitik. Gambar 4: Struktur kekar kolom (Columnar joints) pada kubah lava Sumbing. (Foto: Akhmad Zaennudin, Juli 2007). Pembahasan Pembentukan kubah lava di komplek G.Kelud merupakan salah satu ciri tersendiri dari aktivitasnya. Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa kubah lava yang terdapat di komplek G. Kelud sedikitnya ada 7 (tujuh) kubah lava, yang terdapat baik di sekitar erupsi pusat maupun di erupsi samping. Setiap siklus erupsi pada kawah-kawah yang terdapat di komplek gunungapi ini hampir semuanya diakhiri dengan pembentukan kubah lava atau sumbat lava. Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa berdasarkan komposisi kimia dari batuanbatuan hasil erupsi G. Kelud dapat dikelompokkan menjadi tiga seri dan setiap seri selalu diakhiri dengan pembentukan kubah lava atau sumbat lava. Ketiga seri tersebut yaitu: Seri pertama diwakili oleh endapan-endapan batuan yang berasal dari kawah-kawah Lirang, Gajahmungkur, dan kubah lava Kramasan yang berumur lebih tua dari tahun, Seri kedua diwakili oleh batuan-batuan yang berasal dari Kawah Tumpak dan Sumbing yang berumur lebih muda dari tahun dan lebih tua dari tahun, dan Seri ketiga adalah endapan-endapan batuan yang berasal dari Kawah Dargo, Gupit, Badak, dan Kelud sekarang. Berdasarkan klasifikasi dari Peccerillo dan Taylor (1976) batuan-batuan hasil erupsi Kawah Kelud termasuk dalam basalt, andesit basaltik, dan andesit yang mempunyai kandungan potasium (K) medium (Gambar 5). Dalam gambar tersebut disebutkan Kelut 1 artinya batuan Kelud dari seri 1, dan seterusnya. Kubah lava 2007 mempunyai kandungan SiO 2 : 54,12% berat dan K 2 O : 0,672% berat dan diplot pada klasifikasi Peccerillo dan Taylor (1976) termasuk dalam batuan andesit basaltik mengandung K medium. Gambar 5: Diagram Silika versus Potasium (Peccerillo & Taylor, 1976) dari seluruh batuan G.Kelud (Wirakusumah, 1991) dibandingkan dengan data kimia Kubah Lava Hal : 26 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 26-29

9 Berdasarkan hasil analisis elemen major dan elemen jejak (trace element) dari batuan G.Kelud, Withford (1975) dan Wirakusumah (1991) mengklasifikasikannya ke dalam kelompok batuan seri calc alkaline (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa magma yang mengontrol aktivitas G. Kelud sangat dipengaruhi oleh proses pergerakan lempeng yang umum dijumpai pada gunung-gunungapi dalam lingkungan busur kepulauan (island arc). Dengan banyak ditemukannya xenolith gabro pada lava dan kubah lava di komplek G. Kelud, maka hal ini mengindikasikan bahwa batuan basa (gabro) yang berasal dari mantel bumi telah mengalami pembekuan lebih dahulu sebelum ikut terbawa dan akhirnya terlemparkan oleh erupsi G. Kelud. Adanya suplai magma dari mantel bumi ke kantong magma G. Kelud yang lebih dangkal sangat diperlukan dalam aktivitas vulkanik gunungapi ini. Hal ini dapat dilihat dari adanya 3 (tiga) seri batuan G. Kelud yang dikemukakan oleh Wirakusumah (1991) dan selang waktu letusan yang satu dengan yang lainnya pada catatan sejarah manusia berkisar antara beberapa tahun sampai ratusan tahun, tetapi pada umumnya rata-rata 15 sampai 30 tahun. Erupsi G. Kelud pada masa sejarah pada umumnya terjadi dalam kurun waktu yang singkat yaitu berlangsung hanya beberapa hari saja (Reksowirogo, 1979). Hal ini mencerminkan bahwa kantong magma yang mengontrol letusan-letusan G. Kelud berukuran kecil sehingga energi yang dihasilkannyapun kecil. Bila batuan penutup yang terdapat di kawah atau konduit cukup kuat, sedangkan energi untuk mendobrak batuan yang berada di atasnya tidak mampu, maka aktivitas yang terjadi kemudian akan mencari zona lemah lainnya untuk membentuk saluran atau titik erupsi yang baru. Batuan G. Kelud berkomposisi dari basalt sampai andesit. Pada umumnya batuan G. Kelud berkomposisi andesit basaltik (Gambar 5). Batuan yang berkomposisi basalt hanya terdapat pada Aliran Lava Gupit yang merupakan representasi dari seri ketiga dan batuan yang berkomposisi andesit terdapat pada Kubah Lava Kombang dan Kubah Lava Kramasan (Wirakusumah, 1991). Plot diagram AFM dari seluruh batuan G. Kelud ada sebagian batuan yang termasuk dalam kelompok Tholeiit yaitu batuan dari seri ketiga (Wirakusumah). Hal ini menunjukkan bahwa adanya indikasi magma dari mantel bumi yang mempengaruhi aktivitas G. Kelud. Gambar 6: Diagram AFM dari batuan G. Kelud (Wirakusumah, 1991). Batuan G. Kelud umumnya berkomposisi andesit basaltik yang artinya kandungan gas dalam magma tidak cukup banyak. Hal ini sangat berbeda dengan batuan yang berkomposisi lebih asam seperti andesit maupun dasit. Sedangkan endapan batuan hasil erupsi gunungapi ini didominasi oleh endapanendapan piroklastik sebagai hasil dari letusan eksplosif yang tentunya faktor gas lebih dominan. Dalam hal ini faktor gas vulkanik yang berperan sehingga terjadi letusan eksplosif. Bila gas tidak cukup banyak terdapat dalam suatu proses letusan dan pipa kepundan yang terbuka maka erupsi secara efusif lebih memungkinkan untuk terjadi. Pembentukan sumbat lava atau kubah lava merupakan salah Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : Hal :27

10 Kubah Lava sebagai Salah Satu Ciri Hasil Letusan G. Kelud (Akhmad Zaennudin) satu hasil erupsi efusif bila volume magmanya kecil dan relatif kental. Tetapi bila konduit (pipa kepundan) tertutup maka terjadi akumulasi gas vulkanik dan uap air akan terbentuk dan yang mengakibatkan terjadinya letusan eksplosif. Kondisi seperti inilah yang mempengaruhi pembentukan kubah-kubah lava dan sumbat lava di komplek G. Kelud. Seperti yang telah dikemukakan oleh Wirakusumah (1991) bahwa setiap akhir suatu seri batuan Kelud selalu diakhiri dengan pembentukan kubah lava. Satu seri batuan dengan seri lainnya dapat diasosiasikan dengan proses terjadinya suplai magma dari mantel magma. Bila ada suplai magma dari mantel bumi akan terjadi proses asimilasi, kontaminasi dan pencampuran magma lama dengan magma baru (magma mixing) di dalam kantong magma untuk menghasilkan komposisi magma baru dengan volume yang lebih besar. Kondisi magma baru di dalam kantong magma ini mempunyai kandungan gas yang lebih banyak karena adanya reaksi kimia dalam kantong magma tersebut. Hal ini dapat dilihat dari letusan pada periode awal dari suatu siklus biasanya didahului oleh letusan-letusan eksplosif. Pada masa sejarah G. Kelud pernah mengalami tiga kali pembentukan kubah dan sumbat lava yaitu pada tahun 1376, 1920, dan yang terakhir 2007 dengan selang waktu 87 tahun antara yang 1376 dan 1920 dan 70 tahun antara 1920 dan Waktu yang cukup lama untuk suatu proses dalam skala hidup manusia, tetapi tentunya merupakan waktu yang pendek dalam skala waktu geologi. Apakah kubah lava 2007 akan terus berkembang semakin besar dan kuat sehingga dapat menutup jalannya magma G. Kelud atau akan terhancurkan lagi oleh letusan yang akan datang seperti kubah dan sumbat lava yang terbentuk pada tahun 1376 dan Bila Kubah Lava 2007 ini dapat mencapai ketinggian bibir kawah sekarang atau hampir sama tinggi dengan G. Lirang dan telah beku, maka kemungkinan besar kubah lava ini cukup kuat untuk didobrak oleh letusan yang akan datang, karena merupakan sumbat yang cukup kuat dan sangat besar. Disamping itu komposisi kubah lava ini adalah andesit basaltik yang miskin akan gas vulkanik, sehingga akumulasi gas-gas yang bertekanan kuat untuk mendobrak batuan yang ada di atasnya akan memerlukan waktu yang sangat lama. Kesimpulan Pembentukan kubah lava adalah salah satu bentuk erupsi G. Kelud yang sangat umum dijumpai di komplek gunungapi ini disamping erupsi eksplosif yang menghasilkan endapan piroklastik. Kubah lava terbentuk baik di sekitar pusat erupsi utama maupun erupsi samping. Komposisi batuan dari kubah lava adalah andesit basaltik dengan kandungan silika antara % berat. Kubah lava yang berkomposisi andesit adalah Kubah Lava Kombang dan Kramasan. Keduanya merupakan kubah-kubah lava yang terbentuk pada periode awal pembentukan komplek G. Kelud yang berumur lebih tua dari tahun. Kubah lava Umbuk merupakan kubah lava hasil erupsi samping yang berumur sekitar tahun. Kubah lava yang paling muda adalah Kubah Lava 2007 yang masih tumbuh dan berkembang sampai saat ini. Erupsi yang akan datang dapat terjadi lagi di pusat erupsi sekarang atau bergeser ke tempat lain. Bila terjadi pada kawah sekarang, dengan cara menghancurkan Kubah :ava 2007 diperlukan energi yang cukup besar dan waktu yang cukup lama. Seperti sumbat lava yang terbentuk pada erupsi tahun 1920 kemudian dihancurkan lagi oleh erupsi eksplosif pada tahun 1951, yang memerlukan waktu 31 tahun. Hal : 28 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 28-29

11 Daftar Pustaka Hamilton, W., Convergent Plate Tectonics Viewed from the Indonesian Region, Geologi Indonesia, Majalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Volume Khusus 60 Tahun, Jakarta, Hutchison, C. S., Review of the Indonesian Volcanic Arc, in: Barber, A. J., and Wiryosujono, S., (editors), Review of Indonesian Volcanic Arc, Proceeding of the CCOP-IOC SEATAR Working Group Meeting, Bandung, Indonesia, 9-14 July Pergamon Press, Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., Data Dasar Gunungapi Indonesia, Bandung: Direktorat Vulkanologi. Nicholls, I. A., and Whitford, D. J., Primary Magmas Associated with Quaternary Volcanism in Western Sunda Arcs, Indonesia, In: Johnson, R.W., A Collection of papers in honor of the late G. A. M. Taylor, G. C., Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam Oxford New York, Peccerillo, A., and Taylor, S. R., Geochemistry of Eocene Calc- Alkaline Volcanic Rocks from the Kastamonu Area. Northern Turkey, Contr. Miner. Petrol, 58, Reksowirogo, L. D., 1979a. G. Kelud, In Kusumadinata, K. (editor), Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Indonesia, Wirakusumah, A.D, Some Studies of Volcanology, Petrology And Structure of Mt. Kelut, East Java, Indonesia, Ph.D. Thesis in Research School of Earth Sciences, Victoria University of Wellington (Unpublished). Zaennudin, A., Dana, I.N., Wahyudin, D., Dalimin, R., and Bacharudin, R., Laporan Pemetaan Geologi G. Kelud, Bandung: Direktorat Vulkanologi (Unpublished). Zaennudin, A., Dana, I. N., and Wahyudin, D Geological Map of Kelud Volcano, East Java. Bandung: Direktorat Vulkanologi. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : Hal :29

PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD

PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD PRAKIRAAN BAHAYA ERUPSI GUNUNG KELUD Akhmad ZAENNUDIN Sari Gunung Kelud merupakan salah satu gunung aktif di Jawa Timur yang erupsinya didominasi oleh erupsierupsi eksplosif yang menghasilkan endapan aliran

Lebih terperinci

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA Oktory PRAMBADA Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Sari Gunungapi Ruang (+714 m dpl) yang merupakan gunungapi strato

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Regional Pulau Lombok terbentuk oleh suatu depresi yang memanjang (longitudinal depresion), yang sebagian besar sudah terisi dan tertutupi oleh suatu seri gunungapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Schieferdecker (1959) maar adalah suatu cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya.

Lebih terperinci

Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit

Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 2 Agustus 2013: 117-133 Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit

Lebih terperinci

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara 6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tonkoko Nama Kawah : - Lokasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Administratif: termasuk Desa Makewide, Kecamatan

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur 4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pulau Jawa dianggap sebagai contoh yang dapat menggambarkan lingkungan busur kepulauan (island arc) dengan baik. Magmatisme yang terjadi dihasilkan dari aktivitas

Lebih terperinci

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK Bentuklahan asal vulkanik merupakan bentuklahan yang terjadi sebagai hasil dari peristiwa vulkanisme, yaitu berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di Indonesia, yaitu berada di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar, Provinsi

Lebih terperinci

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian II.1 Tatanan Geologi Daerah Jawa Bagian Barat II.1.1 Fisiografi. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Jawa Bagian Barat skala 1:500.000 (Gafoer dan Ratman,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan

Lebih terperinci

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur 4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif :

Lebih terperinci

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara 7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gamkunora, Gammacanore Nama Kawah : Kawah A, B, C, dan D. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 22 30" LU dan 127º 3' 00" Kab.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Gunungapi Sinabung adalah gunungapi stratovolkano berbentuk kerucut, dengan tinggi puncaknya 2460 mdpl. Lokasi Gunungapi Sinabung secara administratif masuk

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daerah Penelitian Secara administratif Gunung Lokon terletak di Kota Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara (Gambar 4), lebih kurang 25 Km sebelah Selatan Manado. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang sangat aktif di Indonesia yang terletak di daerah berpenduduk padat di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku 5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku Pulau Gunung Api di utara P. Wetar ditutupi belukar dilihat dari utara (gbr. Kiri) dan dilihat dari barat (gbr. Kanan) (Foto: Lili Sarmili).(2001) KETERANGAN UMUM

Lebih terperinci

PETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI

PETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI PETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI Sahala Manullang 1*, Heryadi Rachmat 2, Mega F. Rosana 1 1. Universitas Padjajaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota Surabaya, Jawa Timur.

Lebih terperinci

GEOKIMIA UNSUR-UNSUR UTAMA BATUAN GUNUNGAPI PAPANDAYAN, JAWA BARAT. Eka Kadasetia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi.

GEOKIMIA UNSUR-UNSUR UTAMA BATUAN GUNUNGAPI PAPANDAYAN, JAWA BARAT. Eka Kadasetia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi. GEOKIMIA UNSUR-UNSUR UTAMA BATUAN GUNUNGAPI PAPANDAYAN, JAWA BARAT Eka Kadasetia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Sari Gunungapi Papandayan merupakan gunungapi aktif yang terletak

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Berdasarkan pembagian Fisiografis Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) (gambar 2.1) dan menurut Pardiyanto (1970), daerah penelitian termasuk

Lebih terperinci

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) dan Pardiyanto (1979) (gambar 2.1), daerah penelitian termasuk ke dalam

Lebih terperinci

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI ARINI ROSA SINENSIS SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NURUL HUDA 2017 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki

Lebih terperinci

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi. BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK 1.Dike Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding-dinding magma yang membeku di bawah kulit bumi, kemudian muncul di permukaan bumi karena

Lebih terperinci

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara 7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.

Lebih terperinci

DISTRIBUSI AREA, VOLUME, SERTA KARAKTERISTIK MINERALOGI DAN GEOKIMIA ENDAPAN TEFRA JATUHAN DARI ERUPSI GUNUNG KELUD TAHUN 2014

DISTRIBUSI AREA, VOLUME, SERTA KARAKTERISTIK MINERALOGI DAN GEOKIMIA ENDAPAN TEFRA JATUHAN DARI ERUPSI GUNUNG KELUD TAHUN 2014 DISTRIBUSI AREA, VOLUME, SERTA KARAKTERISTIK MINERALOGI DAN GEOKIMIA ENDAPAN TEFRA JATUHAN DARI ERUPSI GUNUNG KELUD TAHUN 2014 Astiti Anggorowati *, Agung Harijoko Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik

Lebih terperinci

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur 4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur Puncak G. Rokatenda dilihat dari laut arah selatan P. Palue (Agustus 2008) KETERANGAN UMUM Nama : G. Rokatenda Nama Kawah : Ada dua buah kawah dan tiga buah kubah

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI Secara morfologi, Patahan Lembang merupakan patahan dengan dinding gawir (fault scarp) menghadap ke arah utara. Hasil interpretasi kelurusan citra SPOT menunjukkan adanya kelurusan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Menurut van Bemmelen (1949), fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium Bogor, Zona Gunungapi

Lebih terperinci

PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA

PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA Beta Kurniawahidayati 1 *, Mega F. Rosana 1, Heryadi Rachmat 2 1. Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum Geologi Bandung

Lebih terperinci

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku 5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku G. Lawarkawra di P. Nila, dilihat dari arah utara, 1976 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Kokon atau Lina Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif : : 6 o 44' Lintang

Lebih terperinci

Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit

Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit Tri Martha KP* 1), Widya Utama 2), Istiqomah Ari K 1) Jurusan Fisika 2) Program Studi Teknik Geofisika InstitutTeknologi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tidak langsung

Lebih terperinci

AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar

AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar AsaI Gejaia Volkanisme (Kegunungapian) Pada beberapa tempat di bumi sering tertihat suatu massa cair pijar yang dikenal dengan nama magma, keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan pada kerak bumi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 1 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Subang, Jawa Barat, untuk peta lokasi daerah penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Peta Lokasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),

Lebih terperinci

Aliran lava produk letusan celah Tahun 1941 serta kemungkinan terjadinya letusan samping baru di Gunung Semeru Jawa Timur

Aliran lava produk letusan celah Tahun 1941 serta kemungkinan terjadinya letusan samping baru di Gunung Semeru Jawa Timur Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No.3 Desember 2010: 199-211 Aliran lava produk letusan celah Tahun 1941 serta kemungkinan terjadinya letusan samping baru di Gunung Semeru Jawa Timur Deden

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI 3.1.1. Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tidak langsung

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi 4 bagian yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan Jawa

Lebih terperinci

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION MAGMA GENERATION Bab III : AND SEGREGATION VOLCANIC SYSTEM Parfitt, 2008 Chapter 3 : Magma Generation and Segregation MEKANISME PELELEHAN MAGMA Temperatur di mana pelelehan pertama dimulai pada batuan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI II.1 Struktur Regional Berdasarkan peta geologi regional (Alzwar et al., 1992), struktur yg berkembang di daerah sumur-sumur penelitian berarah timurlaut-baratdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008 EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL II.1 Tektonik Regional Daerah penelitian terletak di Pulau Jawa yang merupakan bagian dari sistem busur kepulauan Sunda. Sistem busur kepulauan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografi, Pulau Jawa berada dalam busur kepulauan yang berkaitan dengan kegiatan subduksi Lempeng Indo-Australia dibawah Lempeng Eurasia dan terjadinya jalur

Lebih terperinci

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur Kushendratno 1, Emi Sukiyah 2, Nana Sulaksana 2, Weningsulistri 1 dan Yohandi 1 1 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Lebih terperinci

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara 6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi Ketinggian Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Mahawoe, Roemengas : Mahawu, Wagio, Mawuas : Kota Tomohon, Sulawesi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 75-79 75 PENSESARAN MENDATAR DAN ZONA TUNJAMAN AKTIF DI SULAWESI: HUBUNGANNYA DENGAN KEGEMPAAN STRIKE-SLIP FAULTS AND ACTIVE SUBDUCTION IN THE SULAWESI AREA: THEIR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Gunungapi Soputan Geomorfologi Gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan morfologi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenampakan alam di permukaan bumi meliputi wilayah perairan dan daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbukitan Gendol (Gambar 1.1) merupakan kelompok perbukitan terisolir berada pada lereng sebelah baratdaya Gunungapi Merapi. Genesis Perbukitan Gendol menjadi hal

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3. 1 Geomorfologi 3. 1. 1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak pada kompleks gunung api Tangkubanparahu dengan elevasi permukaan berkisar antara

Lebih terperinci

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

ERUPSI G. SOPUTAN 2007 ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geologi Daerah Penelitian Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N. Ratman dan S. Gafoer. Tahun 1998, sebagian besar berupa batuan gunung api,

Lebih terperinci

Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) Sifat Gunungapi Tipe Strato

Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) Sifat Gunungapi Tipe Strato Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) MacDonald (1972) G. Merapi, 16 Juni 2006 Morofologi lereng berundak, kerucut simetri dan tubuh besar dapat setinggi 3 km, jenis gunungapi terindah Tubuhnya tersusun

Lebih terperinci

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur 4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur G. Iya KETERANGAN UMUM Nama : G. Iya Nama Lain : Endeh Api Nama Kawah : Kawah 1 dan Kawah 2 Tipe Gunungapi : Strato Lokasi Geografis : 8 03.5' LS dan 121 38'BT Lokasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke

Lebih terperinci

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

G. SUNDORO, JAWA TENGAH G. SUNDORO, JAWA TENGAH KETERANGAN UMUM Nama Lain : Sindoro, Sendoro Nama Kawah : 1. Kawah Puncak : Segoro Wedi (Z1), Segoro Banjaran (Z2,Z3 dan Z4), Kawah Kawah Barat, Kawah Timur, Gua Walet Utara (K1),

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini untuk letak daerah penelitian, manifestasi panasbumi, geologi daerah (geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan batuan ubahan) dikutip dari Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona fisiografi yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949) (Gambar 2.1). Zona-zona tersebut dari utara ke selatan yaitu:

Lebih terperinci

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR Oleh: Asep Sugianto 1), Edi Suhanto 2), dan Harapan Marpaung 1) 1) Kelompok Penyelidikan Panas Bumi 2) Bidang Program dan Kerjasama

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur 4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Nama Lain : Pulu Komba, Pulu Kambing II, Pulu Betah Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administrasi : Batutara terletak di pulau berbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year

Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 3 No. 1 April 2012: 41-55 Model Erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur pada Tahun 2010 2011 Eruption model of Bromo Volcano, East Java, in the year 2010-2011 Akhmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI BATUAN BEKU FRAGMENTAL Disusun oleh: Donovan Asriel 21100114140093 LABORATORIUM MINERALOGI, PETROLOGI DAN PETROGRAFI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku 5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku Puncak G. Legatala dilihat dari arah Kampung Lesturu, 1978 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Serua, Sorek Lokasi a. Geografi b. Administratif : : 6 o 18' Lintang Selatan

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Melalui interpretasi peta topografi dan citra udara serta analisis pola kerapatan kontur yang didasarkan pada klasifikasi van Zuidam, 1985, tatanan umum

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA Oleh : 1 Sri Widodo, Bakrun 1,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara 108 30-111 30 BT dan 5 40-8 30 LS dengan batas batas sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi 4 bagian besar zona fisiografi (Gambar II.1) yaitu: Zona Bogor, Zona Bandung, Dataran Pantai Jakarta dan

Lebih terperinci

Beda antara lava dan lahar

Beda antara lava dan lahar lahar panas arti : endapan bahan lepas (pasir, kerikil, bongkah batu, dsb) di sekitar lubang kepundan gunung api yg bercampur air panas dr dl kawah (yg keluar ketika gunung meletus); LAHAR kata ini berasal

Lebih terperinci

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah 6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah (a) (b) Erupsi G. Colo 1983 (a), Lapangan fumarola, di selatan danau kawah G. Colo (b) KETERANGAN UMUM Nama : G. Colo Nama Lain : - Lokasi Geografi Administratif

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT

KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT Edy Sunardi Laboratorium Sedimentologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud

Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 011: 7-37 Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud Modelling of Magma Density and Viscocity

Lebih terperinci