SOP ini berisi tentang prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan pemeliharaan secara rutin pada fasilitas telekomunikasi penerbangan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOP ini berisi tentang prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan pemeliharaan secara rutin pada fasilitas telekomunikasi penerbangan."

Transkripsi

1 SOP Pemeliharaan Peralatan Umum SOP Pemeliharaan ini disusun sesuai dengan jenis dan tipe peralatan yang ada, untuk dijadikan acuan bagi personel teknisi dalam melakukan tanggungjawabnya Ruang Lingkup SOP ini berisi tentang prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan pemeliharaan secara rutin pada fasilitas telekomunikasi penerbangan Checklist Panduan SOP Pemeliharaan Peralatan NO. ITEM Nama, Merk, Type Peralatan dan lokasi penempatan A Menyiapkan Rencana Pemeliharaan peralatan 1. Menyiapkan Anggaran Pemeliharaan Peralatan 2. Menetapkan Jadwal Dinas Teknisi untuk pemeliharaan 3. Menyiapkan log book pemeliharaan peralatan B Penyiapan peralatan Penunjang Pemeliharaan 1. Menyiapkan peralatan ukur sebelum melakukan pemeliharaan 2. Menyiapkan peralatan penunjang lain pemeliharaan peralatan C Pemeliharaan Harian 1. Pembersihan ruangan 2. Pembersihan peralatan, unit/bagian peralatan atau modul 3. Memeriksa kondisi pengaturan suhu ruangan 4. Melakukan pencatatan Meter Reading 5. Melaporkan Hasil Pelaksanaan pemeliharaan Harian D Pemeliharaan Mingguan 1 Memeriksa Power Supply dan Back Up Supply 2 Melakukan pencatatan Meter Reading pada Monitor 3 Melakukan pencatatan Meter Reading pada Power Supply dan Back Up Supply 4 Melakukan Change Over peralatan PEMENUHAN YA TIDAK CATATAN

2 (Main ke Stand by dan sebaliknya) 5. Melaporkan Hasil Pelaksanaan pemeliharaan Mingguan E Pemeliharaan Bulanan 1 Membersihkan sistem pendingin pada ruangan peralatan 2 Melakukan Ground Check Melaporkan Hasil Pelaksanaan pemeliharaan Bulanan F Pemeliharaan Triwulanan 1 Melakukan pengukuran Parameter pada Power Supply Peralatan Melakukan pencatatan Parameter pada Power Supply Peralatan 2 Melakukan Pengukuran Parameter Peralatan 3 Melakukan pencatatan Parameter Peralatan 4 Melaporkan Hasil Pelaksanaan pemeliharaan Bulanan G Pemeliharaan Semesteran 1. Membersihkan Perangkat Power Supply 2. Melakukan Pengecekan Pancaran Peralatan 3. Mengecek interkoneksi sistem pada peralatan 4. Melaporkan Hasil Pelaksanaan pemeliharaan Semesteran H Pemeliharaan Tahunan 1. Membersihkan Back Up Supply 2. Melakukan pergantian Back Up Supply, bila perlu 3. Memeriksa fungsi kontrol dan monitor 4. Melakukan Pengukuran Parameter Peralatan 5. Melakukan pencatan pengukuran parameter peralatan 6. Melaporkan Hasil Pelaksanaan pemeliharaan Tahunan (Disesuaikan dengan kondisi masing-masing peralatan) Tabel 4 : Checklist Panduan SOP Pemeliharaan Peralatan

3 SOP Perbaikan Peralatan Umum SOP Perbaikan ini kami buat sesuai dengan jenis dan tipe peralatan yang ada, untuk dijadikan acuan bagi personel teknisi dalam melakukan tanggungjawabnya Ruang Lingkup SOP ini berisi tentang prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan perbaikan fasilitas telekomunikasi penerbangan Checklist Panduan SOP Perbaikan Peralatan NO. ITEM Nama, Merk, Type Peralatan dan lokasi penempatan 1. Mempersiapkan Suku Cadang 2. Memastikan kejadian kerusakan yang dialami peralatan dengan membaca laporan saksi atau melihat ditempat kejadian 3. Melakukan koordinasi untuk melakukan perbaikan kepada Pimpinan Terkait Dan ATC 4. Mempersiapkan peralatan kerja (Alat Ukur, Manual Book Peralatan) 5. Melakukan Analisis kerusakan 6. Melakukan Penggantian Suku Cadang Pada unit/bagian/modul peralatan yang mengalami kerusakan 7. Melakukan Perbaikan dan penyetelan unit/bagian/modul peralatan yang mengalami gangguan/kerusakan 8. Melakukan Modifikasi dan penyetelan unit/bagian/modul peralatan 9. Melakukan Rekondisi atau overhaul peralatan 10. Melakukan Koordinasi dengan pihak Balai Elektronika Penerbangan, Bila Perlu 11. Melakukan Ground Check 12. Melakukan Kalibrasi Penerbangan, bila perlu 13. Membuat laporan hasil perbaikan peralatan (Disesuaikan dengan kondisi masing-masing peralatan) PEMENUHAN YA TIDAK CATATAN Tabel 5 : Checklist Panduan SOP Perbaikan Peralatan

4 3.1.4 SOP Pelaksanaan Kalibrasi Peralatan Umum SOP pelaksanaan kalibrasi ini dibuat sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/116/VII/2010 (AC 171-5) yang bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan kalibrasi penerbangan Ruang Lingkup SOP pelaksanaan kalibrasi ini mencakup tentang pola koordinasi antara pihak Penyelenggara Pelayanan dengan Balai Kaibrasi Fasilitas Penerbangan serta Direktorat Navigasi Penerbangan sebagai Regulator. Selain itu juga mencakup hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum, selama dan setelah pelaksanaan kalibrasi Prosedur Pelaksanaan Kalibrasi Penerbangan 1. Persiapan kalibrasi peralatan a. Koordinasi 1) Melakukan rapat koordinasi awal dengan pihak-pihak terkait seperti: ATC, Teknisi listrik, AIS, Security, PKP-PK, Tim Kalibrasi penerbangan, dan Regulator untuk mempersiapkan pelaksanaan kalibrasi penerbangan. 2) Melakukan koordinasi dengan pihak Penyelenggara Kalibrasi Penerbangan tentang jadwal pelaksanaan kalibrasi penerbangan. 3) Mempersiapkan teknisi yang berkompeten untuk melakukan setting dan adjustment dalam pelaksanaan kalibrasi penerbangan. 4) Melaksanakan rapat awal sebelum pelaksanaan kalibrasi penerbangan. b. Menyiapkan peralatan pendukung 1) Personel teknisi menyiapkan test equipment, antara lain : PIR, modulation meter, watt meter, multi-meter, dll., serta menyiapkan spare module; 2) Personel teknisi menyiapkan peralatan ground to air communication VHF untuk sarana komunikasi dengan personil di pesawat kalibrasi dan radio komunikasi dua arah untuk koordinasi. c. Penyiapan data dukung Personel Teknisi menyiapkan dan mempelajari data-data dukung antara lain: 1) Hasil flight commissioning; 2) Hasil kalibrasi penerbangan terakhir; 3) Data ground check terakhir. 4) Menyiapkan form-form, data parameter dan toleransi untuk reference limit, buku catatan/log book dan buku panduan pelayanan kalibrasi penerbangan.

5 5) Untuk flight commissioning diharuskan mengisi dan melampirkan data-data penempatan peralatan telekomunikasi yang akan dilkalibrasi. 6) Dokumen Aeronautical Information Publication (bila diperlukan); 7) Instrument Flight Procedure (bila diperlukan); d. Menyiapkan peralatan yang akan dikalibrasi Personel Teknisi melakukan pengecekan awal sebagai berikut : 1) Performance check / pengukuran parameter-parameter dengan oscilloscope dan spectrum analyzer dan catat hasilnya serta bandingkan dengan pengukuran kalibrasi penerbangan terakhir. 2) Ground check dan print out hasilnya serta bandingkan dengan ground check kalibrasi penerbangan terakhir. Evaluasi dan analisa kesiapan peralatan, apabila siap lanjutkan dengan briefing dan kegiatan kalibrasi penerbangan dan apabila belum siap lakukan penjadwalan ulang pelaksanaan kalibrasi penerbangan. 2. Kegiatan kalibrasi penerbangan a. Melakukan rapat koordinasi lanjutan dengan ATC, Teknisi listrik, AIS, Security, PKP-PK, Tim Kalibrasi penerbangan, dan Regulator untuk mempersiapkan pelaksanaan kalibrasi penerbangan. b. Pada saat kegiatan kalibrasi penerbangan berlangsung : 1) Personel teknisi mempersiapkan form pelayanan kalibrasi penerbangan dan data dukung. 2) Personel teknisi mencatat pembacaan parameter peralatan (Data Fasilitas). 3) Personel teknisi mencatat hasil pengukuran oleh panel pesawat kalibrasi yang dilaporkan melalui radio (Data Kalibrasi Penerbangan). 4) Personel teknisi melakukan adjustment sesuai dengan arahan pihak panel pesawat kalibrasi. 3. Checklist pelaksanaan kalibrasi Nama, Merk, Type Peralatan dan lokasi penempatan NO. ITEM 1 Melakukan pengecekan Modulasi. Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO1 / STT1 kemudian set SDM sesuai dengan yang dikehendaki. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. PEMENUHAN YA TIDAK CATATAN

6 Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan SDM = 40 ± 4 % atau sesuai dengan yang dikehendaki. 2 Melakukan pengecekan Course Alignment (0 DDM). Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO1 / STT1 kemudian set Modulation Balance sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila 0 DDM bernilai (minus) tambah Modulation Balance dan apabila 0 DDM bernilai + (plus) kurangi Modulation Balance sebesar nilai - atau + nya. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan Course/Path DDM = ± DDM atau sesuai dengan yang dikehendaki. 3 Melakukan pengecekan Course Width. Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO1 / STT1 kemudian set Sideband Amplitude sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk mempersempit width tambah Sideband Amplitude, untuk memperlebar width kurangi Sideband Amplitude. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan Width DDM = ± DDM atau sesuai dengan yang dikehendaki. 4 Melakukan pengecekan Course Alignment and

7 Structure. Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO1 / STT1 kemudian adjust SBO Phase sesuai dengan yang dikehendaki. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai Alignment = ± 15µA atau sesuai dengan yang dikehendaki. 5 Melakukan pengecekan Monitor : a. Course Width to Narrow Alarm. Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO2 / STT2 kemudian set Sideband Amplitude sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk mempersempit width perbesar Sideband Amplitude. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan Width DDM = atau sesuai dengan yang dikehendaki. b. Course Width to Wide Alarm. Teknisi menggunakan pmdt, dari commands menu, ketik STO3 / STT3 kemudian set Sideband Amplitude sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk memperlebar width perkecil Sideband Amplitude. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi

8 langkah-langkah di atas sampai penunjukan Width DDM = atau sesuai dengan yang dikehendaki. c. Course Width to Normal. Teknisi menggunakan pmdt, dari commands menu, ketik STO3 / STT3 kemudian aktifkan waveform Normal. d. Course Alignment Alarm 90 Hz. Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO5 / STT5 kemudian set Modulation Balance sehingga dominan pada 90 Hz. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan Course/Path DDM = DDM atau sesuai dengan yang dikehendaki. e. Course Alignment Alarm 150 Hz. Teknisi menggunakan PMDT dari commands menu, ketik STO6 / STT6 kemudian set Modulation Balance sehingga dominan pada 150 Hz. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan Course/Path DDM = DDM atau sesuai dengan yang dikehendaki. f. Course Alignment to Normal. Teknisi menggunakan PMDT dari commands menu, ketik

9 STO6 / STT6 kemudian aktifkan waveform Normal. g. Coverage in RF Level Alarm (Reduced Power). Teknisi menggunakan PMDT, dari commands menu, ketik STO4 / STT4 kemudian reduce RF Level sesuai dengan yang dikehendaki. Tekan F4 dan kemudian catat penunjukan Combined Executive Monitor. Tekan Esc untuk kembali ke Transmitter Waveform Setup. Ulangi langkah-langkah di atas sampai penunjukan RF Level = 90 % atau sesuai dengan yang dikehendaki. h. Standby Power. Pemancar beroperasi normal. Matikan Main Supply dari PLN sehingga pemancar bekerja dengan Battery. Setelah selesai, hidupkan lagi Main Supply. 4. Kegiatan setelah kalibrasi penerbangan: a. Melakukan rapat mengenai hasil kalibrasi penerbangan. b. Personel teknisi melakukan ground check ulang dan print out hasilnya. 5. Laporan Hasil Kalibrasi a. Melaporkan status peralatan sesuai dengan hasil kalibrasi penerbangan berdasarkan peraturan yang berlaku kepada pimpinan terkait. b. Menyampaikan hasil kalibrasi penerbangan sementara (interim report) kepada unit pelayanan informasi aeronautika bandar udara dan kantor NOTAM internasional dengan menggunakan format NOTAM sesuai dengan aturan yang berlaku. c. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kalibrasi penerbangan.

10 3.1.5 SOP pelaksanaan Ground check Umum SOP pelaksanaan ground check ini dibuat sesuai dengan SKEP/83/VI/2005 tentang Prosedur Pengujian di Darat (Ground Check) Fasilitas Peralatan elektronika dan Listrik Penerbangan yang bertujuan untuk mempertahankan kinerja operasional sesuai standar dan persyaratan operasional yang ditetapkan Ruang Lingkup SOP ini berisi tentang prosedur yang harus dilakukan dalam pelaksanaan ground check yang mencakup pengukuran parameter dan pengukuran output Prosedur Pelaksanaan Ground Check Peralatan Dalam pengujian darat/ground Check ini, teknisi perlu mendapat izin dari ATC terutama dalam melakukan check dengan menggunakan PIR di Runway (khusus untuk Localizer). 1. Laksanakan perawatan harian sesuai prosedur. 2. Laksanakan perawatan mingguan sesuai prosedur. 3. Laksanakan ground check untuk Tx. 1 dan Tx. 2. sesuai prosedur yang ada dalam SKEP Dirjen Hubud No : SKEP/83/VI/ Catat informasi yang perlu di Log Book. 5. Laporkan ke ATC bahwa pengecekan sudah selesai dan pemancar kembali beroperasi normal.

11 Checklist Pelaksanaan Ground Check Form berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor Skep 157 Tahun VHF-AG/AD Tabel 3.28 : Contoh Format Ground Check VHF A/G

12 NDB Tabel 3.29 : Contoh Format Ground Check NDB

13 3.1.6 SOP Dokumentasi Umum SOP dokumentasi ini dibuat untuk melakukan dokumentasi terhadap dokumen dokumen yang menunjang pelayanan navigasi penerbangan Ruang Lingkup SOP dokumentasi ini merupakan prosedur yang dilaksanakan dalam melakukan dokumentasi terhadap data-data yang kami miliki sebagai penyelenggara, baik hard copy maupun soft copy Dokumen dan data Dokumen-dokumen yang didokumentasikan adalah : 1. Peraturan-peraturan yang menjadi referensi dasar hukum (peraturan nasional dan internasional); 2. Dokumen Manual Operasi ; 3. Buku manual peralatan / fasilitas (pabrikan). 4. Standard Operating Procedure (SOP), 5. Data Site Acceptance Test (SAT) ; 6. Data flight commissioning ; 7. Data kalibrasi peralatan / fasilitas ; 8. Data ground check ; 9. Sejarah peralatan / fasilitas ; 10. Log book ; 11. Data personil teknik telekomunikasi penerbangan; 12. Dokumen dan data yang berhubungan dengan penyelenggara pelayanan Tahap dokumentasi 1. Mengesahkan Dokumen dan data yang telah dibuat. 2. Menyimpan Semua dokumen yang berhubungan dengan pelayanan dan fasilitas telekomunikasi penerbangan sehingga mudah diakses oleh petugas / personil teknisi. 3. Menyimpan dalam bentuk hardcopy dan softcopy (elektronik). 4. Master dokumen disimpan di ruang Kepala Penyelenggara. 5. Menyimpan Standard Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan peralatan / fasilitas di lokasi peralatan / fasilitas. 6. Menyimpan dokumen versi terbaru. 7. Menyimpan data data sekurang-kurangnya 5 tahun 8. Mendokumentasikan data-data mengenai sejarah peralatan (sesuai format sejarah peralatan) yang memuat : a. Data pemasangan, b. Data pengujian commissioning, c. Data perbaikan tiap fasilitas. d. Data modifikasi peralatan.

14 3.1.7 SOP Pelaporan Umum SOP ini kami buat sebagai panduan dalam melakukan pelaporan hasil kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas telekomunikasi penerbangan Ruang Lingkup SOP pelaporan ini mencakup prosedur dalam melaporkan hasil kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas telekomunikasi penerbangan Prosedur Pelaporan pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan Setiap pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas telekomunikasi penerbangan kami laporkan kepada Direktorat Navigasi Penerbangan secara berkala dan khusus. 1. Laporan berkala terdiri dari :laporan bulanan, berisikan tentang : a. unjuk hasil peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan; b. daftar peralatan dan kondisi. c. laporan tahunan, berisikan tentang kegiatan perbaikan peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan. 2. Laporan Khusus berisikan tentang laporan kerusakan dan perbaikan terhadap peralatan fasilitas telekomunikasi penerbangan yang mengalami kerusakan Kategori 1 dan Kategori 2 yang harus ditindaklanjuti penerbitan NOTAM. 3. Format laporan berkala dan laporan khusus Tabel 6 : Format Laporan Bulanan Unjuk Kerja

15 Tabel 7 : Format Laporan Daftar Peralatan dan Kondisi SOP Prosedur Keamanan Fasilitas Telekomunikasi Penerbangan Umum SOP ini dibuat sebagai panduan dalam memberikan keamanan bagi fasilitas telekomunikasi penerbangan Ruang Lingkup SOP prosedur Keamanan ini mencakup prosedur untuk mengamankan fasilitas telekomunikasi penerbangan baik yang berupa software maupun hardware Prosedur Keamanan 1. Pengamanan penunjang sipil Yaitu pengamanan fisik penunjang sipil peralatan yang berada pada area air site bandara terhadap : a. Bangunan Sipil 1) Membangun pagar pada area bangunan sipil, pemagaran di sekeliling area Bandara yang termasuk pada pelayanan fasilitas sisi darat dan sisi udara;

16 2) Memasang lampu penerangan yang cukup pada area bangunan/shelter peralatan, untuk mempermudah pengawasan di malam hari; 3) Pengamanan oleh pihak security dengan membuat pos pos penjagaan pada area-area vital peralatan, pengamanan di lokasi DVOR, lokasi G/P, Lokasi Localizer, Lokasi Radar, Lokasi General Operation. b. Bangunan Penunjang Antenna 1) Memasang Obstraction Light pada top antenna. c. Access Road 1) Membuat dan memelihara access road ke area-area lokasi peralatan; 2) Menggunakan lampu khusus dan kartu identitas khusus untuk setiap kendaraan operasional area air site dan personil yang akan menggunakan access road. 2. Pengamanan teknis Yaitu pengamanan terhadap hardware dan software peralatan berupa: a. Pengamanan Hardware 1) Menggunakan conduit cable/tray cable untuk area-area penggelaran kabel indoor dan outdoor; 2) Pemasangan penangkal petir; 3) Memberi tanda pada area-area sambungan ground cable; 4) Memasang back up supply power untuk setiap peralatan; 5) Menyediakan back up peralatan untuk peralatan-peralatan yang sifatnya harus dalam kondisi Operational Status pada jam operasional bandara, jika sewaktu-waktu terjadi gangguan significant pada peralatan utamanya; 6) Menggunakan hand to ground safety saat melakukan/perbaikan untuk perangkat perangkat yang sifatnya sensitif. b. Pengamanan Software 1) Untuk semua peralatan yang dikontrol dengan komputer, harus dioperasikan oleh user yang bertanggung jawab; 2) Menggunakan password untuk melindungi seluruh data base peralatan; 3) Membuat back up untuk setiap data base peralatan yang tersimpan dalam PC peralatan, sebagai security action jika terjadi kerusakan/failure pada software. 4) Melindungi komputer dengan anti virus untuk komputer-komputer yang dapat melakukan proses browsing, input data, transport data melalui fasilitas comm. USB, CD driver, wireless dan Internet.

17 3.1.9 SOP Perubahan Pelayanan Umum 5) Membatasi penggunaan unit komputer peralatan hanya untuk operasional teknis, tidak untuk umum. SOP ini kami buat sebagai panduan dalam melakukan perubahan pelayanan Ruang Lingkup SOP perubahan pelayanan ini merupakan prosedur yang dilakukan jika penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan di Bandara Udara xxx akan melakukan perubahan pelayanan dan atau perubahan fasilitas telekomunikasi penerbangan termasuk penerapan pelayanan atau fasilitas baru. a. Prosedur Perubahan Pelayanan : 1) Menyiapkan draft amandemen perubahan pelayanan dan atau perubahan fasilitas telelekomunikasi penerbangan termasuk perubahan pada tingkat modifikasi peralatan ataupun software. 2) Menyiapkan Personil dan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan perubahan pelayanan. 3) Melaporkan kepada Direktorat Navigasi Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengenai perubahan tersebut secara tertulis, dengan memuat alasan, maksud dan tujuan perubahan tersebut ; 4) Mengirimkan salinan amandemen perubahan pelayanan / fasilitas kepada Direktorat Navigasi Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 5) Menggabungkan amandemen kedalam manual operasi setelah perubahan tersebut di setujui oleh Direktorat Navigasi Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 6) Melakukan kegiatan sosialisasi kepada petugas petugas atau unit kerja yang terkait. 7) Melaksanakan perubahan pelayanan / fasilitas tersebut SOP Penanganan Gangguan Pelayanan Umum SOP ini kami buat untuk mengantisipasi apabila terjadi gangguan dalam pelayanan navigasi penerbangan Ruang Lingkup SOP ini berisi prosedur tahapan pelaksanaan apabila terjadi gangguan pelayanan navigasi penerbangan Gangguan pelayanan terganggu jika: a. Selama jam operasi, fasilitas tidak beroperasi karena terjadi kegagalan atau dihentikan; atau b. Selama jam operasi, fasilitas beroperasi menyimpang dari spesifikasi teknis.

18 Prosedur Penanganan Gangguan Pelayanan Apabila diketahui bahwa pelayanan telekomunikasi penerbangan mengalami gangguan, tindakan yang harus dilakukan adalah : a. Memberikan informasi kepada Unit Pelayanan Informasi Aeronautika Bandar Udara atau ATS Reporting Office mengenai gangguan pelayanan. b. Memberitahukan tentang gangguan pelayanan kepada maskapai penerbangan. c. Mengirimkan laporan khusus berisikan tentang laporan kerusakan dan perbaikan terhadap peralatan fasilitas pelayanan telekomunikasi penerbangan yang mengalami kerusakan Kategori -1 dan Kategori-2 yang harus ditindaklanjuti penerbitan NOTAM. d. Mengirimkan laporan khusus selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah terjadinya kerusakan. 3.2 Rumus Nilai Kinerja Pelayanan a. Ketersediaan peralatan (availability) 1) Ketersediaan peralatan menunjukkan tingkat kesiapan suatu peralatan atau kelompok peralatan untuk dioperasikan. Ketersediaan merupakan perbandingan antara waktu operasi yang aktual dengan waktu operasi yang ditetapkan dalam suatu periode tertentu, dan dinyatakan dalam persen. Dinyatakan dalam rumus : A = Waktu operasi yang aktual Waktu operasi yang ditetapkan X 100 % Contoh : jika suatu peralatan beroperasi secara normal selama 700 jam dari 720 jam (24 jam x 30) dalam sebulan, ketersediaan untuk bulan itu adalah : A = X 100 % = 97.2 %. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketersediaan peralatan adalah: a) keandalan peralatan; b) responsi personil pemeliharaan terhadap kegagalan; c) pelatihan personil pemeliharaan; d) kemudahan dalam mendapatkan suku cadang untuk pemeliharaan; e) tersedianya alat ukur; f) tersedianya peralatan cadangan.

19 b. Penghitungan waktu rata-rata antara kegagalan (MTBF) dan ketersediaan (A) Misalkan : a 1 + a 2 + a 3 + a 4 + a 5 + a 6 + a 7 = 5540 jam s 1 = 20 jam f 1 = 2 ½ jam f 2 = 6 ¼ jam f 3 = 3 ¾ jam f 4 = 5 jam f 5 = 2 ½ jam Jumlah kegagalan = 5 kali Waktu operasi yang ditetapkan = 5580 jam MTBF = Waktu operasi yang aktual Jumlah kegagalan = = 1108 jam A = Waktu operasi yang aktual Waktu operasi yang ditetapkan X 100 % = X 100 % = 99.3 % c. Penghitungan waktu rata-rata perbaikan peralatan/ Mean Time To Repair (MTTR) MTTR = Jumlah waktu tidak beroperasinya peralatan karena kegagalan Jumlah kegagalan = 2 ½ + 6 ¼ + 3 ¾ ½ = 20 = 4 jam 5 5

20 Operasi a 1 a 2 a 3 a 4 a 5 a 6 a 7 Tidak Operasi s 1 f 1 f 2 f 3 f 4 f 5 Waktu operasi yang ditetapkan Waktu operasi yang aktual = a1 + a2+ a3+ a4+ a5+ a an a = periode operasi Waktu tidak operasi = s sn + f1 + f fn s = periode mematikan yang dijadwalkan f = periode kegagalan Waktu operasi yang ditetapkan = jumlah dari waktu operasi yang aktual dan waktu tidak operasi Gambar 2 : Evaluasi ketersediaan dan keandalan peralatan. d. Keandalan Peralatan (reliability) 1) Rumus untuk menyatakan keandalan peralatan dalam persentase: R = 100 e -t/m atau Ps = 100 e -t/m R = keandalan peralatan (kemungkinan akan beroperasi dalam batas toleransi yang ditetapkan untuk waktu t, juga dikenal sebagai kemungkinan kelangsungan operasi, Ps.); e = bilangan natural (= 2.718); t m = periode waktu yang dikehendaki; = waktu rata-rata antara kegagalan peralatan (MTBF). Keandalan meningkat jika Waktu Rata-Rata Antara Kegagalan/Mean Time Between Failures (MTBF) meningkat. MTBF merupakan cara yang lebih mudah untuk menyatakan keandalan peralatan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Disahkan di xxx, dd/mm/yy. Oleh. Kepala Penyelenggara Pelayanan xxx. Nama Pangkat NIP. Jakarta, dd/mm//yy.

LEMBAR PENGESAHAN. Disahkan di xxx, dd/mm/yy. Oleh. Kepala Penyelenggara Pelayanan xxx. Nama Pangkat NIP. Jakarta, dd/mm//yy. LEMBAR PENGESAHAN Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di Bandar Udara xxxx menerbitkan Buku Manual Operasi sebagai pedoman teknis dalam menyelenggarakan Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN DI DARAT ( GROUND INSPECTION) PERALATAN FASILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG DEPARTEMAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN PERALATAN FASILITAS ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART

Lebih terperinci

f. Detailkan kebutuhan biaya pemeliharaan preventif yang akan

f. Detailkan kebutuhan biaya pemeliharaan preventif yang akan * FORM RENCANA PERAWATAN PREVENTIF (Nama Bandaradalam TIC) Tahun Angga ID Kendaraan JAN FEB MAR APR MEI BULAN IUN JUL AUG " / a identttat kendaraan "I =}enii perawatan preventif Catatan: Form ini berisi

Lebih terperinci

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirektorat.ienderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 85 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia penerbangan tidak hanya bertumpu untuk melayani para penumpang pesawat agar dapat tiba di tempat tujuan dengan cepat dan efisien dengan harga yang terjangkau,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Komputer Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Komputer Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Komputer Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan IK Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bandara sebagai transportasi udara memberikan kontribusi yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

Perancangan Monitoring System Peralatan Transmitter VHF Selex Menggunakan Arduino Uno Di Perum LPPNPI Cabang JATSC Bandara Soekarno-Hatta

Perancangan Monitoring System Peralatan Transmitter VHF Selex Menggunakan Arduino Uno Di Perum LPPNPI Cabang JATSC Bandara Soekarno-Hatta Perancangan Monitoring System Peralatan Transmitter VHF Selex Menggunakan Arduino Uno Di Perum LPPNPI Cabang JATSC Bandara Soekarno-Hatta Wahyudi Kusnandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat JF.NUERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 429 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 440 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 440 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 440 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 175-02 (ADVISORY CIRCULAR

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA MOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGAWASAN OLEH INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

KURIKULUM RADAR PSR. Jumlah Jam Pelajaran. No MATA PELAJARAN KODE

KURIKULUM RADAR PSR. Jumlah Jam Pelajaran. No MATA PELAJARAN KODE V KURIKULUM RADAR PSR No MATA PELAJARAN KODE Jumlah Jam Pelajaran TEORI PRAKTE 1 Teori umum peralatan PSR : PSR-A/T/1 2 a. Fungsi b. Teori penunjang c. Dokumen terkait 2 Teknik peralatan PSR : PSR-A/T/2

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG

PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT & PERALATAN PENDUKUNG PEMBANGKIT & PERALATAN No. Dokumen : PT-KITSBS-26 No. Revisi : 00 Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum & Fas 2. Abdan

Lebih terperinci

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) ICS 30.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka Bandara Soekarno-Hatta harus mengikuti dan memenuhi standar yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan KUESIONER EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEMITRAAN PETERNAKAN INTI RAKYAT (PIR) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT DOMAIN KE- (DELIVERY AND SUPPORT): STUDI KASUS PADA PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI SEMARANG

Lebih terperinci

Suatu peralatan navigasi memiliki MTBF = 2000 jam, periode waktu t = 1000 jam, maka keandalan R dari peralatan tersebut adalah :

Suatu peralatan navigasi memiliki MTBF = 2000 jam, periode waktu t = 1000 jam, maka keandalan R dari peralatan tersebut adalah : Contoh : Suatu peralatan navigasi memiliki MTBF = 2000 jam, periode waktu t = 1000 jam, maka keandalan R dari peralatan tersebut adalah : R = 100 e -1000/2000 % = 100 e -½ % = 60,65 % 2) Faktor-faktor

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN

Lebih terperinci

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti -3-1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33. 1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri

Lebih terperinci

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb No.1250, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Navigasi Penerbangan. Publikasi Informasi Aeronautika. Perizinan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 99 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KPP430 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN INSPEKTUR NAVIGASI

Lebih terperinci

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DTREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 TENTANG PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KAWASAN PELATIHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan laporan terakhir dalam kegiatan Studi Standardisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan yang merupakan pemenuhan tugas / kontrak yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup dan tujuan... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG TINDAK LANJUT HASIL RAPAT KOORDINASI TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1509, 2016 KEMENHUB. Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan. Bagian 174. Peraturan Keselamatan Penerbangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 23 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem yang Berjalan Sistem maintenance / perawatan komputer yang digunakan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebenarnya sudah berjalan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 167 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDAR,A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI PENYELENGGARA KALIBRASI FASILITAS NAVIGASI PENERBANGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) L1 LAMPIRAN A KUESIONER Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) 1 Setiap penggunaan sistem informasi harus melaksanakan aturan yang ditetapkan perusahaan 2 Pimpinan masing-masing unit organisasi

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara (Studi Kasus Bandar Udara Sam Ratulangi-Manado)

Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara (Studi Kasus Bandar Udara Sam Ratulangi-Manado) WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara (Studi Kasus Bandar Udara Sam Ratulangi-Manado) Method of Measuring Equipment Localizer in Airport (Case Study

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. On System Review Pemeriksaan Prosedur Eksisting untuk Database Backup dan Recovery. PLN Dis Jabar & Banten - LPPM ITB

DAFTAR ISI. On System Review Pemeriksaan Prosedur Eksisting untuk Database Backup dan Recovery. PLN Dis Jabar & Banten - LPPM ITB DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 CHECKLIST AUDIT BACKUP & DISASTER RECOVERY...2 DESKRIPSI PROSEDUR EKSISTING...9 BAGAIMANA PROSEDUR BACKUP TERHADAP DATA DAN SISTEM APLIKASI DI SETIAP UPJ...9 BAGAIMANA PROSEDUR

Lebih terperinci

Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi Perguruan Tinggi : POLITEKNIK PIKSI GANESHA Kompetensi : Pengantar Hardware Judul Unit Kompetensi : TIK.CS01.005.01 Meng TIK.CS01.006.01 Meng

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) LABORATORIUM KOMPUTER

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) LABORATORIUM KOMPUTER STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) LABORATORIUM KOMPUTER STANDARD OPERATING PROCEDURES (DIAGAM ALIR) Penyusunan rancangan kegiatan per tahun anggaran Tanggal Pembuatan : 1 Menyusun rancangan kegiatan

Lebih terperinci

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat.tenderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 90 TAHUN 2014 TENTANG PFTUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PERSETUJUAN PERANCANGAN PROSEDUR PENERBANGAN

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. TIRATANA ELECTRIC

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. TIRATANA ELECTRIC 61 BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. TIRATANA ELECTRIC 4.1 Persiapan Audit dan Program Kerja Audit Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit terhadap sistem

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 009 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA HAJI TAHUN 1438

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 2 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN FUNGSI PENYELENGGARA BANDAR UDARA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 69/11 /2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Basic PKP-PK 1.1 1.2 Pengertian tentang gawat darurat bandar udara 1.1.1 Kondisi bandar udara dibawah batas normal Gawat darurat adalah kondisi dimana

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN BENGKEL GAC AUTO SERVICE

BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN BENGKEL GAC AUTO SERVICE BAB 4 EVALUASI TERHADAP PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PADA BENGKEL GAC AUTO SERVICE Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan yang didapat setelah melakukan wawancara dan observasi, yang hasilnya

Lebih terperinci

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :SKEP/69/11/2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME DAN TAHAPAN PEMINDAHAN ALOKASI PITA FREKUENSI RADIO PADA PENATAAN MENYELURUH PITA FREKUENSI

Lebih terperinci

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan PROSES PENGESAHAN PERANCANGAN PROSEDUR PENERBANGAN INSTRUMEN 1. Referensi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamtan Penerbangan Sipil Bagian 173 (Civil Aviation

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN. PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Pedoman : P2/DIT/2014/AI Tanggal : 1 Desember 2014

PEDOMAN PEDOMAN. PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Pedoman : P2/DIT/2014/AI Tanggal : 1 Desember 2014 PEDOMAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 LEMBAR PENGESAHAN... 3 BAB I TUJUAN DAN RUANG LINGKUP... 4 BAB II DEFINISI... 4 BAB III KETENTUAN UMUM... 5 BAB IV AKUISISI APLIKASI... 5 BAB V PEMELIHARAAN APLIKASI...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 99 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG NAVIGASI PENERBANGAN DAN PUBLIKASI INFORMASI AERONAUTIKA (AERONAUTICAL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 139 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 139 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 139 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORATJENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 83 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara INTEGRASI DATA DAN INFORMASI TRANSPORTASI UDARA

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara INTEGRASI DATA DAN INFORMASI TRANSPORTASI UDARA Direktorat Jenderal Perhubungan Udara INTEGRASI DATA DAN INFORMASI TRANSPORTASI UDARA Aspek Legal 1. UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 376 Isi Sistem Informasi Penerbangan 2. UU No.14 Tahun

Lebih terperinci

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 180 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

c. Masukkan kebutuhan SDM dan material dengan memperhatikan referensi biaya SDM dan referensi harga material;

c. Masukkan kebutuhan SDM dan material dengan memperhatikan referensi biaya SDM dan referensi harga material; c. Masukkan kebutuhan SDM dan material dengan memperhatikan referensi biaya SDM dan referensi harga material; Detailkan kebutuhan SDM untuk masing-masing peralatan dan berisi jenis kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

PERAWATAN UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF. Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PERAWATAN UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF. Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN . ABSTRAK PERAWATAN UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PERAWATAN UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF.

Lebih terperinci

MANUAL BOOK BUKU PETUNJUK PEMAKAIAN

MANUAL BOOK BUKU PETUNJUK PEMAKAIAN MANUAL BOOK BUKU PETUNJUK PEMAKAIAN Edisi 2011 Kata Pengantar Terima kasih telah menggunakan produk kami, demi kenyamanan anda dalam mengoperasikan silahkan membaca buku panduan sebelum menggunakan mesin

Lebih terperinci

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk L1 Langkah langkah FRAP Daftar Risiko Risk Risiko Tipe Prioritas Awal # 1 Kerusakan Database dikarenakan kegagalan INT B hardware 2 Staff internal sengaja memodifikasi data untuk INT C keuntungan kelompok

Lebih terperinci

Perawatan Ac Kantor Kcj, Dipo Depok, Stasiun, Griyakarya, Poskes, dan PPK Lintas Jabodetabek

Perawatan Ac Kantor Kcj, Dipo Depok, Stasiun, Griyakarya, Poskes, dan PPK Lintas Jabodetabek Lampiran RKS : 036/LL/KCJ/RKS/I/2016 KERANGKA ACUAN KERJA TERM OF REFERENCE Perawatan Ac Kantor Kcj, Dipo Depok, Stasiun, Griyakarya, Poskes, dan PPK Lintas Jabodetabek I. Maksud dan Tujuan Air Conditioner

Lebih terperinci

5. Jenis Pekerjaan : Diisi detail jenis pekerjaan pemeliharaan pencegahan yang akan dilakukan.

5. Jenis Pekerjaan : Diisi detail jenis pekerjaan pemeliharaan pencegahan yang akan dilakukan. 5. Jenis Pekerjaan : Diisi detail jenis pekerjaan pemeliharaan pencegahan yang akan dilakukan. 6. ID Peralatan : Diisi identitas peralatan berupa kode inventaris peralatan. 7. Biaya Pekerja : Diisi biaya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Sebelum membuat suatu alat atau sistem, hal yang paling utama adalah

BAB III PERANCANGAN. Sebelum membuat suatu alat atau sistem, hal yang paling utama adalah BAB III PERANCANGAN 3.1. Perancangan Sistem Sebelum membuat suatu alat atau sistem, hal yang paling utama adalah melakukan perancangan dengan memahami cara kerja alat atau sistem tersebut serta sifat dan

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG KERUSAKAN VOLTAGE REGULATOR PADA COLLINS ADF 60 (A) RECEIVER DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

KAJIAN TENTANG KERUSAKAN VOLTAGE REGULATOR PADA COLLINS ADF 60 (A) RECEIVER DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA KAJIAN TENTANG KERUSAKAN VOLTAGE REGULATOR PADA COLLINS ADF 60 (A) RECEIVER DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA Reisa Liviadita Mega Andini 1, Ema, ST., MT 2 Program Studi Avionik Fakultas Teknik Universitas Nurtanio

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan opel asi.:,r.al guna mewujudkan keselamatan, kearnana/l dan pelay'3!1an penerbangan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Stasiun Penerbangan. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 59 TAHUN 2016 TENTANG SERTIFIKASI STASIUN PENERBANGAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari uraian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran yang diambil berdasarkan uraian dan pembahasan yang

Lebih terperinci

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur -9-4.35. 4.36. 4.37. 4.38. 4.39. 4.40. 4.41 4.42. 4.43. 4.44. 4.45. 4.46. 4.47. 4.48. 4.49. 4.50. 4.51. 4.52. 4.53. 4.54. 4.55. 4.56. 4.57. 4.58. 4.59. Personel AOC melakukan approach to landing yang bertentangan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 568 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 568 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 568 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN KESELAMATAN PENERBANGAN UNTUK INSPEKTUR NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

20. Dalam hal pimpinan PKP-PK tidak berada di tempat, pengendalian operasi dilakukan oleh Komandan Jaga atau yang setingkat.

20. Dalam hal pimpinan PKP-PK tidak berada di tempat, pengendalian operasi dilakukan oleh Komandan Jaga atau yang setingkat. 19. Dalam keadaan darurat di bandar udara yang disebabkan kecelakaan pesawat udara atau kebakaran fasilitas bandar udara, pengendalian operasi satuan PKP-PK dilaksanakan oleh pimpinan unit kerja PKP-PK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi

I. PENDAHULUAN. Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi konsumen, karena dapat melakukan perjalanan yang jauh hanya dalam waktu yang relatif

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 020 TAHUN 2018 TENTANG TIM PELAKSANA EVALUASI DATA DAN INFORMASI AERONAUTIKA PADA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 12 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 12 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SERTA PENYAJIAN INFORMASI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. JATSC ( Jakarta Air Traffic Service Center ) Bandara Soekarno-Hatta

BAB I PENDAHULUAN. JATSC ( Jakarta Air Traffic Service Center ) Bandara Soekarno-Hatta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah JATSC ( Jakarta Air Traffic Service Center ) Bandara Soekarno-Hatta merupakan kantor cabang utama Pusat Pengendali atau Pengatur lalu lintas Penerbangan yang

Lebih terperinci

Fungsi / kegunaan peralatan Teknik elektronika dan digital Komunikasi Data Sistem Informasi

Fungsi / kegunaan peralatan Teknik elektronika dan digital Komunikasi Data Sistem Informasi VI. SILABI No. MATA PELAJARAN TUJUAN POKOK BAHASAN JAMPEL PENGAJAR DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Teori umum peralatan a. Fungsi b. Teori penunjang c. Dokumen terkait Agar peserta memahami teori pendukung serta

Lebih terperinci

Sumber: Direktorat PSDM

Sumber: Direktorat PSDM L1 Lampiran 1. Formulir PK L2 Lampiran 2. Formulir PK (Lanjutan) L3 Lampiran 3. Formulir PK (Lanjutan) L4 Lampiran 4. Formulir PK (Lanjutan) L5 Lampiran 5. Tampilan User Login L6 Lampiran 6. Tampilan Field

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT PROFICIENCY IN GMDSS / GENERAL RADIO OPERATOR S COURSE

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT PROFICIENCY IN GMDSS / GENERAL RADIO OPERATOR S COURSE Lampiran XL Peraturan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Nomor : SK.2162/HK.208/XI/Diklat-2010 Tanggal : 16 November 2010 PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN OPERASI IREGULER BANDAR UDARA (AIRPORT JRREGULAR OPERATION)

Lebih terperinci

PETA JABATAN DAN URAIAN JENIS KEGIATAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PETA JABATAN DAN URAIAN JENIS KEGIATAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 5 2013,.1158 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN 2013 TENTANG PETA JABATAN DAN URAIAN JENIS KEGIATAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Check List Pengendalian Manajemen Operasional

Lampiran 1. Tabel Check List Pengendalian Manajemen Operasional L I - 1 Lampiran 1. Tabel Check List Pengendalian Manajemen Operasional 1. Adanya pemisahan tugas Pembagian dan pemisahan tugas sesuai sesuai dengan dengan wewenang dan tanggung jawab wewenang dan tanggung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG MENTERl PERHUBUNGAN «REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 173 (CIVIL AVIATION SAFETYREGULATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC) BAB I PENDAHULUAN I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC) Sistem Air Traffic Control (ATC) merupakan sistem kompleks yang melibatkan sumber daya manusia, lembaga otoritas, manajemen, prosedur operasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang luas maka moda trasnsportasi udara merupakan suatu pilihan yang tidak dapat dielakkan, transportasi udara adalah sistem penerbangan yang

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT Studi Kasus Pada PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT JATENG AI1 : Identify Automated Solutions 1. Apakah

Lebih terperinci

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI PANDUAN UJI KOMPETENSI KLASTER BASIC COMPUTER ASSEMBLY LSP TIK INDONESIA Jl. Pucang Anom Timur 23 Surabaya 60282, Jawa Timur Telp: +62 31 5019775 Fax: +62 31 5019776 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 2 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Fasilitas Pelayanan Elektronika Pengamanan terdiri dari X-Ray, Walk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Fasilitas Pelayanan Elektronika Pengamanan terdiri dari X-Ray, Walk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandar Udara Soekarno Hatta adalah Bandar Udara Internasional yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) bergerak di bidang pelayanan jasa kebandarudaraan.

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Kuesioner Pengendalian Intern Penjualan Kredit Berbasis Komputer. Kuesioner Pengendalian Intern Akuntansi dalam Sistem Komputer

Lampiran 1 : Kuesioner Pengendalian Intern Penjualan Kredit Berbasis Komputer. Kuesioner Pengendalian Intern Akuntansi dalam Sistem Komputer Kuesioner Pengendalian Intern Akuntansi dalam Sistem Komputer A. 1. PENGENDALIAN UMUM ORGANISASI a. Apakah terdapat struktur organisasi formal yang mencakup bagian Pengolahan Data (Departemen EDP sudah

Lebih terperinci

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station 2.2 Skema 2 nd Generation Network Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network Keterangan dari gambar diatas adalah : 1) MS : Mobile Station 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Lebih terperinci

SKEP /40/ III / 2010

SKEP /40/ III / 2010 SKEP /40/ III / 2010 PETUNJUK DAN TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139-04 (ADVISORY CIRCULAR PART 139 04, INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERUBAHAN PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERUBAHAN PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL PERUBAHAN PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL KUTA, 28 29 AGUSTUS 2017 UU NOMOR 1 TAHUN 2015 Pasal 323 Tanggung Jawab Keamanan Penerbangan ada di tangan Menteri Perhubungan Dalam melaksanakan tanggung

Lebih terperinci

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan -21-5.139. 5.140. 5.141. 5.142. 5.143. 5.144. 5.145. 5.146. 5.147. 5.148. 5.149. 5.150. 5.151. 5.152. 5.153. 5.154. 5.155. yang tidak dilengkapi dengan pemadam api sesuai dengan kategori bandar udara untuk

Lebih terperinci

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr No.45, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Penyelenggaraan TIK. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ^ KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci