BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka Bandara Soekarno-Hatta harus mengikuti dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Ditjen Hubud maupun ICAO. Tuntutan pemakai jasa penerbangan untuk mendapatkan pelayanan keamanan, kenyamanan dan keselamatan penerbangan mutlak dipenuhi oleh penyelenggara jasa kebandarudaraan dan unit / instansi terkait lainnya. Fasilitas Navigasi udara, Listrik bandara, Peralatan bandara serta fasilitas pendukung bandara harus benar-benar bekerja secara optimal demi mewujudkan pelayanan jasa secara prima di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, salah satu fasiltas yang berperan dalam kegiatan tersebut yaitu peralatan Sky lift Aichi SC 300 yang berlokasi di gedung Airport Equipment Maintenance (AEM) Bandara Soekarno-Hatta, salah satu dinas unit yang merawat serta seluruh perbaikan peralat-alat berat (A2B). Jam operasi Bandara Soekarno-Hatta 24 jam, kondisi ini mewajibkan semua alat pendukung operasional harus selalu siap. PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai Unit Pelaksana Teknis yang memiliki peralatan Sky Lift Aichi SC 300 peralatan yang mendukung operasional bandara, akan tetapi peralatan yang dimiliki sudah mencapai usia yang relative lama, kepemilikan peralatan Sky lift ini sejak tahun 1990 sehingga sering terjadinya kerusakan baik secara hidrolik 28

2 29 maupun keelektrikannya, system keelektrikan pada peralatan sky lift murni menggunakan komponen-komponen elektronika. Adapun blok diagram system keelektrikannya adalah: Joy stick depan Relay Solenoid Catu Daya PWM Potensio meter Valve Limit switch Boom Joy stick belakang Relay Solenoid Gambar 3.1 Blok diagram rangkaian sky lift Di dalam keelektrikannya peralatan Sky lift memiliki 5 section yang berada di control panel bawah, gambar diatas merupakan blok diagram tiap section. Accumulator atau battrai menggunakan 2 buah battrai +12Vdc 100AH yang di parallel sehingga menjadi +24Vdc sebagai catu daya pada peralatan Sky lift yang memberikan tegangan kepada seluruh komponen-komponen elektonika lainnya, pulse width modulation atau di singkat dengan PWM diatas berfungsi sebagai control jenis modulasi, modulasi PWM dilakukan dengan cara merubah lebar pulsa dari suatu pulsa data, PWM yang mendapat catu daya +24Vdc akan memberikan pulsa ketika joy stick di tekan kedepan atau kebelakang, potensiometer yang berfungsi sebagai memperbesar atau memperkecil pulsa keluaran dari PWM tersebut.

3 Penjelasan Kasus Usia peralatan yang rentang lama dan jam pengoperasian peralatan yang secara terus menerus tidak menutup kemungkinan akan terjadi kerusakan terhadap peralatan atau komponen komponen elektronika yang lain, permasalahan yang timbul pada peralatan Sky lift AICHI SC 300 adalah ketidakstabilan terhadap Boom lift baik IN maupun OUT, masalah ini sudah menjadi masalah yang utama yang terjadi pada peralatan Sky lift tersebut, akan tetapi di balik masalah tersebut masih terdapat masalah yang paling memberikan dampak yang sangat membahayakan bagi operator maupun teknisi yang berada pada basket atau keranjang kerja pada Sky lift ini yaitu terjadinya kemacetan atau tidak dapat naik maupun turun setelah ketinggian mencapai 15 meter, hal ini terjadi ketika teknisi RADAR dan operator sedang bekerja untuk memasang system antenna radio di area apron airside Bandara Soekarno Hatta demi mengetahui keberadaan pesawat di area apron. Gambar 3.2 Gambar Sky Lift tidak dapat naik dan turun ( Error )

4 31 Area yang vital untuk parkir pesawat udara (Apron) yang harusnya menjadi tempat clear terhadap apapun, akan tetapi dengan adanya kerusakan pada peralatan tersebut menyakibatkan pesawat udara tidak dapat parkir sebagai mana mestinya, hal ini juga berdampak pada penghasilan PT Angkasa Pura II (Persero). Operator dan teknisi yang berada di atas tidak dapat berkomunikasi terhadap operator yang berada di bawah karena terjadi kerusakan pada radio komunikasi yang berada pada peralatan Sky lift tersebut, sehingga komunikasi hanya menggunakan telepon genggam yang di miliki oleh operator. Kendaraan crane dan peralatan tangga hidrolik yang membantu opersional pertolongan bagi operator dan teknisi yang bedarada di atas, dengan memindahkan ke tangga hidrolik yang berkapasitas 18 meter operator dan teknisi dapat diselamatkan dan dapat turun di bawah selama kurang lebih lima atau enam jam di atas. Kendaraan crane yang berfungsi sebagai penahan Boom lift ketika oli hidrolik harus di buka dan di buang secara manual demi turunnya Boom lift tersebut. OUT Lower Boom Up Rotation OUT Upper Boom Up IN Down IN Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Section 5 Gambar 3.3 Skema 5 Section

5 32 Dengan halnya terhadap komponen PWM ini keluran pulsa yang di control dengan potensiometer tidak lagi stabil bahkan 3 dari 5 section pada panel bawah sering mengalami masalah pada PWM tersebut, penemuan seperti ini sudah diketahui oleh pihak maintenance peralatan tersebut. Kendala yang dialami oleh pihak perawatan maupun perbaikan adalah system keelektrikan yang sangat lama, kabel-kabel yang sangat banyak dan tidak teratur mengakibatkan teknisi perawatan sulit untuk menemukan komponen yang rusak. Gambar 3.4 Panel control bawah peralatan Sky lift Gambar diatas memperlihatkan system elektrik yang terdapat lima section sebagai panel control bawah yang terhubung dengan control panel atas. Pengendali operator dapat dilakukan dari panel control yang berada di bawah, tiga

6 33 dari lima section yang berada pada panel control bawah mengalami masalah, ketidak konstanan boom lift keluar sering terjadi pada ketiga section ini, hal ini sangat membahayakan bagi operator maupun teknisi yang berada pada keranjang kerja yang berada di atas. Keselamatan dan keamanan bekerja merupakan salah satu dari standart opersional procedure bagi operator maupun teknisi. Ada dua masalah yang sering terjadi pada peralatan Sky Lift Aichi SC 300 ini yaitu : Ketidakstabilan Boom lift Teleskopic Fungsi utama dari elemen instrument adalah sensor, yang mengubah suatu input besaran fisik menjadi output variable signal. Signal dapat dimanipulasi pada system transmisi, baik secara mekanik maupun elektronik. Pulse Width Modulation (PWM) sebagai contol signal input maupun output Boom lift telescopic. Pada system mekanik pergeseran atau gaya dapat digunakan sebagai penunjukkan sensor, sedang pada elektronik, perubahan tegangan atau arus lazim digunakan. Instrumen sederhana hanya terdiri dari 2 bagian penting yaitu sensor dan display, akan tetapi pada peralatan sky lift ini tidak mempunyai display untuk mengetahui system kerja sensor atau measure (pengukuran) terhadap peralatan. Pada tingkat lanjut, instrument sederhana menjadi lebih kompleks. Signal keluaran dari PWM sebagai pengendali masukan signal dan pengendali kecepatan terhadap Boom lift telescopic. Keluaran signal yang tidak teratur mempengaruhi ketidak stabilan terhadap Boom lift Teleskopic, perubahan signal cepat lambatnya Boom lift sangat di pengaruhi oleh signal keluaran dari PWM.

7 Boom Lift Telescopic Error Error secara umum merupakan penyimpangan antara hasil pengukuran dengan standart yang sudah disepakati bersama. Kualitas yang baik didapatkan dengan melakukan prosedur dengan baik dan benar, terkadang keputusan harus di ambil di dalam pengukuran. Data numeric yang didapatkan dari hasil pengukuran bisa dikatakan benar apabila proses pengukurannya benar, yang dimaksud Error atau permasalahan disini yaitu system Boom lift teleskopic tidak dapat naik dan turun. Terdapat systematic error source dan random human error. Systematic error source timbul dari beberapa factor, salah satunya adalah wiring circuit atau sistem yang kurang tepat atau berubah. Bertambahnya umur peralatan akan menggeser kurva respon peralatan tersebut, sehingga timbul Systematic error source. Random human error sering dikatakan dengan noise, atau signal yang membawa informasi tidak berguna, noise sendiri timbul dari transfer antar bagian dalam instrument peralatan, sehingga pada akhir terdapat noise yang cukup besar untuk menimbulkan error yang cukup besar pada hasil yang diinginkan, factor lainnya terjadi di sebabkan oleh perawatan dan perbaikan yang dilakukan oleh user yang kurang teliti, dalam hal ini peralatan sky lift memiliki pompa oli hidrolik untuk memompa oli dari tangki oli ke seluruh peralatan. Volume tangki oli hidrolik berkapasitas 400 liter yang menggunakan oli hidrolik Pertamina Tellus 32, oli akan berkurang dari tangki di saat boom lift di gerakan sehingga valve akan terdorong dengan oli dan menggerakan boom lift,

8 35 secara tidak lansung oli yang berada di tangki oli akan naik untuk mendistribusikan ke seluruh selang dan mendorong valve untuk menggerakan boom lift telescopic. Gambar 3.5 Tangki hidrolik Sky lift Aichi SC 300 Gambar di atas memperlihatkan tangki hidrolik peralatan sky lift, pada tangki hidrolik tersebut terdapat level indicator volume oli hidrolik yang berada di dalam tangki, level indicator tangki hidrolik masih menggunakan manual, kapasitas oli hidrolik 400 liter di setarakan dengan panjang boom lift yang mencapai 30 meter vertical, oleh sebab itu kekurangan oli hidrolik yang berada di tangki oli sangat berperan dalam system boom lift peralatan. Tangki hidrolik mempunyai oil pump untuk mensupplay oli dari tangki ke masing - masing selang sesuai dengan karakteristik boom lift yang ingin di gerakan. Random human error inilah yang terjadi pada peralatan sky lift,

9 36 pengoperasian peralatan sky lift yang tidak memakai Standart Operation Prosedur (SOP).