Makassar, 10 Desember 2013 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makassar, 10 Desember 2013 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP"

Transkripsi

1 ]] i

2 Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik (Kabupaten/Kota) terpilih, adalah menjadi salah satu upaya pemerintah khususnya Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang perlu diapresiasi oleh masyarakat. Hal ini tidak hanya bemanfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia, tetapi lebih jauh ini adalah bentuk bentuk penerapan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang berkelanjutan. Untuk mencapai hal tesebut, diperlukan upaya pengembangan peluangpeluang ekonomi dalam proyek distrik untuk kegiatan perikanan skala kecil yang berbasis pasar dan berkelanjutan. Dalam kerangka inilah, studi pasar menjadi hal yang esensial sebelum pengambilan keputusan interfensi program dilakukan. Laporan yang kami sajikan ini berisi tentang kajian komprehensif tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potential untuk dikembangankan di Kota Bitung dalam kerangka CCDP-IFAD. Lebih jauh, laporan ini menampilkan hasil analisa tentang uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistemsistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. Juga, laporan ini memberikan rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelakuk usaha. Kami berharap, hasil studi pasar ini dapat memberikan rujukan dalam pengambilan keputusan interfensi program pengembangan usaha di CCDP-IFAD. Terima kasih atas kepercayaan CCDP-IFAD kepada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin untuk melaksanakan Survei ini. Semoga kepercayaan dan kerjasamanya dapat dilanjutkan untuk tahun-tahun yang akan datang. Makassar, 10 Desember 2013 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP ii

3 Daftar Isi Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Istilah... v Ringkasan Eksekutif... vi 1 Pendahuluan Aktivitas dan Metodologi Tujuan Pendekatan Studi Rantai Nilai Metodologi Rantai Nilai Peraturan, Kebijakan dan Kerangka Kerja Kelembagaan Profil Pasar Kabupaten Peluang Bisnis Produk-Produk Berbasis Kelautan dan Perikanan : Ikan Kerapu, Cumi-Cumi, Ikan Kuwe dan Kembung Penawaran Pasar Permintaan Pasar dan Potensi Pertumbuhan Deskripsi Rantai Nilai Deskripsi Produk dan Teknologi Pelaku Utama Pasar dan Perannya Aliran Produk, Harga dan Margin (Input, Poduksi, Perdagangan, Olahan dan Pemasaran ) Sistem Pendukung (Infrasturktur, Finansial, Penelitian dan Pengembangan, Penyuluhan, dll) Kendala dan Solusi Perikanan Tangkap Rekomendasi Model Pengembangan Bisnis Olahan : Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala, dan Bakso Cumi Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala Bakso Cumi Produksi Tangkap Ikan Karang dengan Fyke Net APPENDIX A: Matrix Analisis Prioritas Komoditi Unggulan APPENDIX B: Infoman Kunci (Includes private businesses) APPENDIX C: Profil Keuangan Rantai Nilai Prioritas Kabupaten Desa APPENDIX D: Profil Keuangan Rantai Nilai Prioritas Individu (Rp.) APPENDIX E: Perencanaan Bisnis iii

4 Daftar Singkatan BBM BKPMD BPS BRI BT BUMN CCDP Dirjen DKP GAPINDO HNSI IFAD KG KKP KP3K KUR LSM LU M NGO NO PE PEMDA PERTAMINA PK PLN PMPPU Usaha PPS PT RP SA SPBN SULUT TOT TPD TPI UMKN UU : Bahan Bakar Minyak : Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah : Badan Pusat Statistik : Bank Rakyat Indonesia : Bujur Timur : Badan Usaha Milik Negara : Coastal Community Development Program : Direktoral Jenderal : Dinas Kelautan Perikanan : Gabungan Pengusaha Indonesia : Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia : International Fund for Agricultural Development : Kilogram : Kementerian Kelautan dan Perikanan : Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil : Kredit Usaha Rakyat : Lembaga Swadaya Masyarakat : Lintang Utara : Meter : Non-Government Organization : Nomor : Poly Etilen : Pemerintah Daerah : Perusahaan Tambang Minyak Nasional : Paarden Kracht (Bahasa Belanda)/ Tenaga kuda : Perusahaan Listrik Negara : Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan : Pelabuhan Perikanan Samudera : Perguruan Tinggi : Rupiah : Staf Ahli : Stasiun Pengisian Bahan bakar untuk Nelayan : Sulawesi Utara : Training of Trainer : Tenaga Pendamping Desa : Tempat Pelelangan Ikan : Usaha Mikro Kecil dan Menengah : Undang-undang iv

5 Daftar Istilah Coolbox Cumi Kondom Garopa Ladung Pancing Noro Sambi Styrofoam Tibo-tibo : Kotak penyimpanan untuk menjaga suhu tertentu : Istilah lokal untuk salah satu jenis Cumi-cumi di Kota Bitung yang pada umumnya disebut cumi teropong : istilah lokal untuk ikan Kerapu : Besi pemberat : Alat tangkap ikan Tude (Kembung) : Pancing tarik untuk menangkap Cumi-cumi : Plastik busa yang gunakan sebagai tempat pelindung dan penyimpanan barang-barang yang rapuh atau barang lainnya : Pedagang Pengumpul hasil laut v

6 Ringkasan Eksekutif Studi pasar (market study) adalah langkah awal yang dibutuhkan oleh CCDP-IFAD PMPPU/KP3K-KKP dalam memahami dan mengidentifikasi peluangpeluang usaha dan kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi pada desa/kabupaten target proyek. Studi pasar ini juga mencakup penilaian rantai nilai dari suatu komoditas target. Laporan studi pasar ini mencakup kajian komprehensif tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potential untuk dikembangankan dalam CCDP- IFAD, potensi pertumbuhannya, uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. Juga, laporan ini memberikan rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelakuk usaha. Studi ini telah mengidentifikasikan tiga produk unggulan yang perlu dikembangkan di Kota Bitung, propinsi Sulawesi Utara, yaitu 1.Cumi-cumi, 2. Ikan Karang (Kerapu dan Kuwe), 3. Ikan Kembung. Produk-produk tersebut terpilih dengan mempertimbangkan kelebihan komparatif dan peluang-peluang ekonomi yang dimiliki oleh produk-produk tersebut. Strategi usaha yang direkomendasikan adalah meningkatkan kapasitas produksi, volume penjualan dan nilai tambah hasil tangkapan melalui beberapa ilustrasi intervensi sebagai berikut: 1. Perlunya penekanan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan memberikan akses kemudahan nelayan untuk memperoleh BBM. 2. Perlunya pengembangan jaringan listrik untuk mendukung kelancaran usaha perikanan Cumi-cumi, kerapu, bubara dan kembung. 3. Perlunya dukungan sarana dan prasarana untuk nelayan tangkap seperti armada penangkapan (perahu dan alat tangkap) yang efektif sertasaranapendukungsistem rantai dingin. 4. Pelatihan dan pendampingan penanganan hasil tangkapan dan peningkatan nilai tambah sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas dan meningkatkan nilai jual produk. 5. Dukungan modal bagi masyarakat nelayan. vi

7 1 Pendahuluan Kementerian Kelautan dan Perikanan (c.q. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, PMPPU/KP3K) sedang menjalankan program Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Development Project, CCDP) yang didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD). CCDP-IFAD ini telah dimulai tahun 2013, dan akan berlangsung selama 5 tahun ( ) di 12 kabupaten/kota (districts) dalam 9 wilayah provinsi di Indonesia, termasuk di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Program CCDP-IFAD bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir dan laut, dengan pendekatan peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan dan rumah tangga pemanfaat sumberdaya kelautan dan perikanan di dalam komunitas masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk itu, program CCDP-IFAD dikembangkan dalam 3 komponen utama dengan manfaat yang terukur, yaitu: 1). Pengembangan masyarakat, pembangunan dan pengelolaan sumberdaya; 2). Bantuan distrik untuk Pembangunan ekonomi berbasis kelautan; 3). Pengelolaan proyek. Dalam pelaksanaannya, CCDP-IFAD berupaya untuk mengembangkan peluang-peluang ekonomi dalam proyek distrik untuk kegiatan perikanan skala kecil yang berbasis pasar dan berkelanjutan. Rumah tangga target diharapkan dapat mengimplementasikan aktifitas ekonomi berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan yang menguntungkan dan tanpa dampak kerusakan terhadap sumberdaya. Untuk itu diperlukan studi pasar yang komprehensif untuk melihat peluang pasar dan rantai nilai dari suatu produk atau jasa ekonomi yang dapat dikembangkan. Produksi perikanan Laut Sulawesi Utara mengalami peningkatan sejak tahun Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun yaitu 21,04 %. Salah satu sentra produksi perikanan tangkap di Propinsi Sulut adalah Kota Bitung yang terletak pada posisi geografis 1 23'23" '39" LU dan 125 1'43" '13" BT. Di bagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh yang memiliki luas 50,90 km 2 meliputi 15 kelurahan yang dibagi ke dalam 2 kecamatan yaitu Lembeh Utara dan Lembeh Selatan. Penduduk di Pulau Lembeh kebanyakan adalah nelayan perikanan tangkap skala kecil. 1

8 Laporan studi pasar ini mencakup kajian komprehensif tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potensial untuk dikembangankan dalam CCDP- IFAD, potensi pertumbuhannya, uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. Juga, laporan ini memberikan rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelaku usaha. 2 Aktivitas dan Metodologi 2.1 Tujuan Tujuan studi market ini adalah untuk memahami dan mengidentifikasi peluang-peluang usaha dan kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi pada desa/kabupaten target proyek. Tugas dari studi pasar ini mencakup: 1. Identifikasi dan penilaian rantai nilai dari suatu komoditas target, yang meliputi beberapa aspek yaitu: a. Permintaan dan penawaran dari komoditas atau produk-produk potential untuk dikembangankan, b. Potensi pertumbuhannya, c. Uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga, dan margin (input, pruduksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), 2

9 d. Sistem-sistem pendukung (infrastruktur, keuangan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan, dan lain-lain), kendala-kendala utama, dan solusi yang ditawarkan. 2. Membuat rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kabupaten/Desa dan tingkat individu pelakuk usaha, 3. Mengusulkan minimal 3 model usaha ekonomi/keuangan yang meliputi investasi, biaya operasi dan pemelihataan, penerimaan dan pendapatan tenaga kerja. 2.2 Pendekatan Studi Rantai Nilai Pendekatan rantai nilai berfokus pada beberapa faktor kunci yang mempengaruhi daya saing komoditas atau produk, yaitu: 1. Pelaku usaha yang potensial (key informant) dalam rantai nilai dari suatu komoditas atau produk; 2. Tingkat permintaan dan penawaran terhadap komoditas atau produk potensial yang telah dijalankan oleh masyarakat pada desa-desa dan kabupaten target, termasuk potensi pertumbuhannnya dihitung dari besarnya produksi dan serapan pasar yang ada; 3. Perbedaan harga (margin) antar pelaku usaha (produsen, pedagang dengan berbagai tingkatan) dianalisa berdasarkan nilai dari produk yang dipelajari; 4. Peluang dan kendala yang dihadapi pada semua rantai pasar dipandang dalam kerangka efisiensi; 5. Sistem-sistem pendukung usaha (infrastuktur, pembiayaan, dan berbagai aspek lainnya yang menentukan tingkat efisiensi usaha, arus infomasi antar pelaku usaha), 6. Inovasi dalam menciptakan dan mempertahankan daya saing. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan perubahan preferensi konsumen, akses keterampilan serta teknologi yang dibutuhkan. 2.3 Metodologi Rantai Nilai Metodologi dalam mengembangkan studi rantai nilai berfokus pada analisa dari pendekatan yang diuraikan sebelumnya, yaitu: 1. Menemukenali potensi dari komoditas atau produk yang akan dikembangkan, Urutan prioritas komoditi berdasarkan hasil analisis matriks yang menggunakan 3

10 4 kriteria pokok, yaitu peningkatan pendapatan, ketersediaan sumber daya alam, keberlanjutan fungsi lingkungan, dan permintaan pasar. Penilaian dalam matriks melibatkan pendapat pakar dan hasil wawancara di lapangan. 2. Tingkat permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap komoditas atau produk potensial yang telah dijalankan oleh masyarakat pada desa-desa dan kabupaten target, termasuk potensi pertumbuhannnya pada pasar-pasar yang ada maupun potensi pasar baru, 3. Perhitungan margin harga dan keuntungan dari produk potensial antar pelaku usaha (produsen, pedagang dengan berbagai tingkatan), 4. Peluang dan kendala yang dihadapi pada semua rantai pasar, 5. Sistem-sistem pendukung usaha (infrastuktur, pembiayaan, dan berbagai aspek lainnya yang menentukan tingkat efisiensi usaha, arus infomasi antar pelaku usaha), termasuk hubungan antar kelembagaan seperti pemerintah, LSM, pengusaha, dan perguruan tinggi. 6. Inovasi dalam menciptakan dan mempertahankan daya saing dan membuka pasar baru, khususnya inovasi dalam proses produksi, kualitas produk, dan pembuatan produk baru. 3 Peraturan, Kebijakan dan Kerangka Kerja Kelembagaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertanggungjawab untuk kelautan dan perikanan dalam sektor perencanaan, pengelolaan dan administrasi di Indonesia. Terhitung sejak Februari 2005 KKP membawahi ; (i) lima Direktoral Jenderal (Dirjen) yaitu : Dirjen Perikanan Tangkap, Dirjen Perikanan Budidaya, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil dan Dirjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; (ii) Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal dan ; (iii) Staf Ahli dalam bidang spesifik yang berkaitan dengan KKP. Sehubungan dengan Perikanan Tangkap, KKP bertanggungjawab melalui Dirjen Perikanan Tangkap. Pada tingkat nasional, perikanan tangkap diatur dalam UU No 31/2004 tentang Perikanan yang menggaris bawahi pentingnya pemanfaatan sumberdaya hayati perairan dalam pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Berdasarkan UU No 22/1999 tentang administrasi regional (1999) dan dalam proses desentralisasi, pemerintah di tingkat propinsi bertanggungjawab dalam 4

11 pengelolaan, pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hayati laut dalam wilayah perairan teritorialnya. 4 Profil Pasar Kabupaten Secara umum pemasaran produk perikanan tangkap nelayan tradisonal (kapal <5 m) dari pulau Lembeh bermuara pada pasar tradisonal, yaitu pasar Winenet, pasar Bitung dan pasar Girian. Pasar Winenet berlokasi di daerah pinggiran kota sekitar selat Lembeh, sementara pasar Bitung terletak di tengah kota Bitung, dan pasar Girian berada di Kecamatan Girian yang merupakan daerah perbatasan antara kota Bitung dengan Kab. Minahasa Utara. Selain di pasar tradisional, beberapa nelayan/pedagang pengumpul melakukan penjualan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung. Aktivitas penjualan ikan di Pasar Winenet dan pasar Bitung berlangsung setiap hari sejak pagi sampai sore hari, sedangkan di pasar Girian juga berlangsung setiap hari tapi sampai siang hari saja. 5 Peluang Bisnis Produk-Produk Berbasis Kelautan dan Perikanan : Ikan Kerapu, Cumi-Cumi, Ikan Kuwe dan Kembung Terdapat 4 komoditi perikanan tangkap yang potensil untuk dikembangkan. Keempat komoditi tersebut saat ini sudah diusahakan oleh masyarakat nelayan di Pulau lembeh. Urutan prioritas komoditi yang diusulkan untuk dikembangkan adalah 1. Kerapu, 2. Cumi-cumi, 3. Kuwe, dan 4. Kembung. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing komoditas. 5.1 Penawaran Pasar Produksi hasil tangkapan nelayan untuk empat komoditas (ikan kerapu, cumi-cumi, ikan kuwe dan kembung) mencapai 666 ton/tahun/desa, dengan produksi terbesar adalah cumi-cumi. Produksi perikanan tangkap sangat ditentukan oleh musim, dimana musim puncak berlangsung antara Januari - Juni, musim peralihan (Juli September), dan musim paceklik (Oktober Desember). 5

12 No Komoditi Tabel Penawaran Empat Komoditi Unggulan di Bitung Rerata produksi per musim (ton/nelayan) Puncak Peralihan Paceklik Total produksi (ton/tahun/nelayan) Asumsi jumlah nelayan per desa Total penawaran per tahun per desa (ton/tahun/desa) 3,10-0,17 3, , ,26 6, ,16-0,12 2, ,40-0,24 4, Total 16, Permintaan Pasar dan Potensi Pertumbuhan Permintaan pasar untuk saat ini masih seimbang dengan jumlah penawaran, dengan kata lain semua produksi terserap oleh pasar. Pasar komoditas tersebut terkonsentrasi di Bitung dan Manado. Hanya produk cumi-cumi yang menjangkau pasar Minahasa Utara pada musim puncak. Persentase permintaan pasar dari total produksi masing-masing komoditas disajikan di tabel di bawah ini. Tabel Permintaan Empat Komoditi Unggulan di Bitung No Komoditi Ikan kerapu 2. Cumicumi 3. Ikan kuwe 4. Ikan kembung Ikan kerapu Cumicumi Ikan kuwe Ikan kembung Estimasi Permintaan Pasar (ton/tahun) Bitung Manado Minahasa Utara 52,4 78, ,62 152,22 5,16 36,4 54, ,4 18,6 0 Persentase Permintaan Pasar (%) Minahasa Bitung Manado Utara Pertumbuhan pasar keempat komoditi unggulan yang ada cukup tinggi untuk pasar di luar Bitung, Manado dan Minahasa Utara. Pertumbuhan pasar umumnya terjadi di pasar Makassar, Surabaya, dan Jakarta. Untuk mendukung perluasan pasar tersebut dibutuhkan peningkatan kapasitas produksi dan penanganan hasil tangkapan, serta inovasi produk sehingga dapat didistribusikan ke pasar potensial tersebut. Salah satu bentuk inovasi yang ditawarkan adalah peningkatan kapasitas 6

13 produksi melalui inovasi penangkapan ikan kerapu dengan menggunakan jaring fyke net, produk cumi beku tanpa kepala dan tulang (boneless & headless squid) serta bakso cumi, peningkatan kapasitas produksi ikan kembung melalui efektifitas penangkapan dengan menggunakan drift gill net. 5.3 Deskripsi Rantai Nilai Deskripsi Produk dan Teknologi Ikan Kerapu (Epinephelus sp) dan kuwe (Charanx sp): Produk hasil tangkapan nelayan yang dipasarkan adalah kerapu (nama lokal: garopa) dan kuwe (nama lokal: bubara) dalam bentuk segar dan utuh. Kerapu dan kuwe ditangkap menggunakan panah ikan dan pancing tarik. Alat ini tergolong alat tangkap ramah lingkungan karena tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan khususnya kerapu. Kerapu dan kuwe merupakan produk perishable food (mudah membusuk), sehingga perlu penanganan sistem rantai dingin yang tepat untuk memudahkan nelayan meningkatkan volume penjualan dan memperpanjang self-life produknya. Cumi-cumi teropong (Loligo sp): Produk cumi-cumi (nama lokal: cumi kondom) yang dipasarkan adalah cumicumi segar dan utuh. Cumi-cumi ini ditangkap menggunakan pancing (hand line) dengan mata pancing yang berbentuk seperti cakar keliling yang dikenal dengan Alat tangkap Cumi-cumi istilah lokal Sambi. Alat ini tergolong alat tangkap ramah lingkungan sehingga tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan khususnya cumi-cumi. Jumlah mata pancing antara 4-6 yang disatukan dalam satu simpul. Posisi mata pancing ini menghadap keluar menyerupai formasi lingkaran. Bagian atas pancing di beri lubang untuk mengikat tali pancing. Tali pancing sambi terbuat dari bahan nilon (PE) dengan panjang berkisar antara m. Tali ini digulung pada potongan kayu atau gabus dengan ukuran dan bentuk disesuaikan kenyamanan pada saat menggulung, namun umumnya berbentuk elips atau lingkaran. Keseluruhan bahan pendukung tersedia di warung/toko setempat, namun perakitannya dilakukan sendiri oleh nelayan. Karena cumi-cumi cenderung menyenangi cahaya, maka nelayan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan cumi-cumi. Lampu yang digunakan 7

14 umumnya berupa lampu senter dan petromaks (lampu tekan), namun beberapa nelayan menggunakan lampu blits karena menurut mereka cumi-cumi lebih cepat terkumpul di bawah cahaya selain itu lebih praktis dan ekonomis. Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta): Produk ikan kembung (nama lokal: ikan tude) adalah segar dan utuh. Kembung ini ditangkap menggunakan pancing tarik (pancing noro). Alat ini tergolong alat tangkap ramah lingkungan karena tidak mengancam kelestarian sumberdaya perikanan khususnya kembung Pelaku Utama Pasar dan Perannya Nelayan kerapu, cumi-cumi, ikan kuwe dan kembung : Kerapu, cumicumi, kuwe dan kembung segar hasil tangkapan nelayan langsung dijual ke pedagang pengumpul tanpa perlakuan penanganan pasca panen (sistem rantai dingin). Selama pengangkutan hasil tangkapan nelayan hanya menggunakan wadah ember plastik dengan kapasitas ± 10 kg atau disimpan di dalam palkah perahu. Pedagang pengumpul kerapu, cumi-cumi, kuwe, kembung: Dalam istilah lokal pedagang pengumpul disebut tibo-tibo, dan pedagang ini mengumpulkan seluruh jenis hasil tangkapan. Mereka membeli produk hasil tangkapan nelayan dalam bentuk segar dari nelayan desa setempat maupun desa tetangga. Sebelum dijual ke pedagang pengecer atau konsumen, pedagang pengumpul memberi perlakuan rantai dingin (es curah) pada kerapu dalam wadah kotak styrofoam yang telah digunakan beberapa kali. Sistem rantai dingin yang diterapkan oleh pedagang pengumpul belum memenuhi standar. Sebagian pedagang pengumpul kadangkadang berperan sekaligus sebagai pedagang pengecer. Pedagang pengumpul setiap saat bersedia membeli cumi-cumi dari nelayan meskipun dalam jumlah yang kecil (1 ember). Pedagang pengecer kerapu, cumi-cumi, kuwe dan kembung: Pedagang pengecer umumnya berdomisili di Bitung dan merupakan relasi khusus dari pedagang pengumpul. Mereka membeli produk perikanan tangkap segar dari pedagang pengumpul. Biasanya pedagang pengecer menambahkan sejumlah es curah pada produk perikanan tangkap hasil pembelian dari pedagang pengumpul sebagai pengganti es yang telah mencair. Wadah yang digunakan oleh pedagang pengecer masih seperti yang digunakan pedagang pengumpul, yaitu styrofoam. Produk ini kemudian diangkut dan dijual ke pasar di Bitung, Manado dan Minahasa Utara. 8

15 Konsumen kerapu, kuwe dan kembung: Konsumen dari produk ini ada di pasar lokal dan pelelangan di Bitung dan di Manado. Konsumennya adalah rumah tangga dan rumah makan. Konsumen cumi-cumi: Konsumen dari produk ini ada di pasar lokal dan pelelangan di Bitung, Manado dan Minahasa Utara. Konsumennya adalah rumah tangga atau rumah makan Aliran Produk, Harga dan Margin (Input, Poduksi, Perdagangan, Olahan dan Pemasaran ) Input Untuk menghasilkan kerapu dan kuwe segar, nelayan menggunakan input (umpan) berupa ikan rucah. Nelayan hanya menggunakan panah ikan/pancing tarik serta perahu berukuran kecil. Ukuran mata pancing nomor 7-10 dengan panjang tali nilon m. Sedangkan perahu umumnya berukuran panjang antara 7-10 m, lebar 0,5-0,9 m dengan menggunakan tenaga penggerak mesin ketinting berukuran 4 6,5 PK. Untuk menghasilkan cumi-cumi segar, nelayan tidak memerlukan input (umpan). Nelayan hanya menggunakan sarana (pancing sambi dan lampu) serta prasarana pendukung (kapal < 5 m). Untuk menghasilkan ikan kembung segar, nelayan menggunakan input (umpan) berupa ikan rucah. Nelayan hanya menggunakan alat tangkap pancing tarik (vertical handline) serta perahu berukuran kecil. Ukuran mata pancing nomor 7-10 dengan jumlah mata pancing sebanyak 15 dengan interval 30 cm dan panjang tali nilon m. Sedangkan perahu umumnya berukuran panjang antara 8 m, lebar 0.5 m dengan menggunakan tenaga penggerak mesin katinting berukuran 13 PK Produksi Ikan kerapu, kuwe dan kembung: Produksi hasil tangkapan nelayan dipengaruhi oleh musim. Pada musim puncak (Januari Juni) produksi rata-rata mencapai 40 kg/nelayan/trip (± 120 ekor/nelayan/trip), sementara pada musim paceklik (Oktober Desember) produksi rata-rata mencapai 5-10 kg/nelayan/trip (± 30 ekor/nelayan/trip). Cumi-cumi: Produksi hasil tangkapan nelayan dipengaruhi oleh musim. Pada musim puncak (Januari Juni), produksi rata-rata mencapai 57 kg/trip, sementara pada musim peralihan (Juli September), produksi rata-rata mencapai 9

16 47 kg/trip dan musim paceklik (Oktober Desember), produksi rata-rata cumi-cumi mencapai 15 kg/trip. Hasil tangkapan per trip relatif kecil Perdagangan Ikan kerapu, kuwe dan kembung: Perdagangan kerapu, kuwe dan kembung segar di tingkat nelayan kepada nelayan pengumpul sangat terbatas karena minimnya sarana prasarana penangkapan yang dimiliki oleh nelayan, sehingga hasil tangkapan per trip relatif kecil. Kondisi ini menyebabkan nelayan tidak memiliki kemampuan negosiasi harga yang layak. Secara umum rantai tataniaga kerapu, kuwe dan kembung segar dimulai dari nelayan kemudian ke pedagang pengumpul, lalu ke pedagang pengecer, dan selanjutnya ke pasar lokal. Namun terkadang rantai tataniaganya dapat lebih sederhana karena pedagang pengumpul dapat merangkap sebagai pedagang pengecer ketika tiba di TPI dan pasar lokal (misalnya di Pasar Winenet). Pasar lokal utama adalah pasar tradisional di Bitung dan TPI Bitung, namun apabila produksi kerapu segar tidak dapat terserap seluruhnya di Bitung, maka tujuan pasar berikutnya adalah pasar lokal di Manado atau di Minahasa Utara. Cumi-cumi: Secara umum rantai tataniaga cumi-cumi segar dimulai dari nelayan kemudian ke pedagang pengumpul, lalu ke pedagang pengecer, dan selanjutnya ke pasar lokal. Namun terkadang rantai tataniaganya dapat lebih sederhana karena pedagang pengumpul dapat merangkap sebagai pedagang pengecer ketika tiba di TPI dan pasar lokal (misalnya di Pasar Winenet). Pasar lokal utama adalah pasar tradisional di Kota Bitung dan TPI Bitung, namun apabila produksi cumi-cumi segar tidak dapat terserap seluruhnya di Kota Bitung, maka tujuan pasar berikutnya adalah pasar lokal di Manado atau di Minahasa Utara (berbatasan dengan Kota Bitung). 10

17 Perdagangan cumi-cumi segar di tingkat nelayan sangat terbatas karena minimnya sarana prasarana penangkapan yang dimiliki. Selain itu nelayan tidak memiliki kemampuan negosiasi harga yang layak karena produksinya kecil. Cumicumi merupakan produk perishable food (mudah membusuk), sehingga perlu penanganan sistem rantai dingin yang tepat untuk memudahkan nelayan meningkatkan volume penjualan dan memperpanjang self-life produknya Pengolahan Ikan kerapu, cumi-cumi, ikan kuwe dan kembung: Karena perdagangan hasil perikanan tangkap dalam bentuk segar, pengolahan tidak dilakukan di tingkat nelayan. Yang dibutuhkan lebih pada penanganan hasil tangkapan, meliputi penanganan rantai dingin, pengemasan, dan pengangkutan. Penanganan yang baik tentu akan memperpanjang umur kesegaran hasil perikanan tangkap. Namun keterampilan dan wawasan nelayan mengenai hal tersebut masih sangat minim. Selama ini, nelayan langsung meletakkan hasil tangkapannya di lantai perahu selama trip penangkapan dan kemudian setelah mendarat, nelayan segera memindahkannya ke wadah ember plastik lalu dijual ke pedagang pengumpul. Pengesan hasil perikanan tangkap dimulai di tingkat pedagang pengumpul, dan masih terkesan seadanya Pemasaran Margin Harga Penjualan Pada Musim Puncak No. Komoditi Harga Jual Produsen (Rp/kg) Pengumpul Pengecer (%) Pengecer Konsumen (%) Produsen Konsumen (%) 1 Ikan kerapu Cumi-cumi Ikan kuwe Ikan kembung Mekanisme pemasaran yang berlaku antara nelayan dan pedagang pengumpul umumnya bukan transaksi tunai, namun pembayaran ke nelayan 11

18 dilakukan setelah seminggu kemudian, biasanya pada hari Sabtu. Sebagian nelayan akan menerima hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya operasional karena mereka memiliki pinjaman modal kepada pedagang pengumpul untuk biaya operasional. Mekanisme pembayaran dari pedagang pengumpul ke pengecer biasanya dilakukan secara tunai, kecuali pada musim puncak, dimana hasil perikanan tangkap tidak terserap habis di pasar lokal Bitung. Sistem pembayaran tidak dilakukan secara tunai melainkan secara bertahap. Pasalnya adalah pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengecer di Manado dan Minahasa Utara. Pada transaksi pertama penjualan hasil perikanan tangkap dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, belum terjadi pembayaran. Selanjutnya pada transaksi kedua, pedagang pengecer hanya membayar setengah dari harga transaksi pertama. Pada transaksi yang ketiga, pedagang pengecer melunasi sisa harga transaksi pertama dan membayar setengah dari harga transaksi kedua. Demikian seterusnya sehingga seluruh pembayaran lunas. Ikan kerapu dan kuwe: Harga penjualan kerapu di tingkat nelayan ditentukan oleh pedagang pengumpul. Kisaran harga berfluktuasi tergantung musim, yaitu Rp /kg dengan ukuran panjang ikan cm sedangkan harga ikan kuwe Rp /kg. Harga tersebut ditentukan berdasarkan pemantauan harga jual ikan di pasar lokal atau di TPI Bitung. Margin harga antara nelayan dan pedagang pengumpul berkisar antara 69,8%. Margin antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer pada musim puncak berkisar 38,46% dan pada musim paceklik berkisar 50%. Cumi-cumi: Harga penjualan cumi-cumi di tingkat nelayan ditentukan oleh pedagang pengumpul. Kisaran harga berfluktuasi tergantung musim, yaitu Rp per ember (kapasitas 10 kg) pada musim puncak dan Rp per ember pada musim peralihan dan paceklik. Harga tersebut ditentukan oleh pedagang pengumpul berdasarkan pemantauan harga jual ikan di pasar lokal atau di TPI Bitung. Margin harga antara nelayan dan pedagang pengumpul berkisar antara 18 25%. Harga pada konsumen yang membeli dari pengecer dapat mencapai Rp /kg. Margin antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berkisar antara %. Ikan kembung: Harga penjualan ikan kembung di tingkat nelayan ditentukan oleh pedagang pengumpul. Kisaran harga berfluktuasi tergantung musim, yaitu 12

19 Rp.1500 per ekor dengan berat 100 gram atau Rp /kg. Harga tersebut ditentukan berdasarkan pemantauan harga jual ikan di pasar lokal atau di TPI Bitung. Margin harga antara nelayan dan pedagang pengumpul berkisar antara 40-43,75%. Margin antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berkisar antara 15,9%. 5.4 Sistem Pendukung (Infrasturktur, Finansial, Penelitian dan Pengembangan, Penyuluhan, dll) Infrastruktur: Infrastruktur pendukung pengembangan hasil perikanan tangkap yang berada di Pulau Lembeh tidak tersedia, kecuali di Bitung dimana terdapat Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, pabrik es dengan kapasitas produksi > 1000 balok es/hari. Disamping itu tersedia pula fasilitas BBM (SPBN) di dalam PPS Bitung yang dikelola oleh swasta yang setiap bulannya menyediakan stok kilo liter bensin. Fasilitas lain yang tersedia adalah sarana air bersih yang terdapat di kawasan PPS Bitung yang bersumber dari air tanah. Dalam kawasan PPS Bitung, terdapat juga TPI. Selain itu tersedia sarana penyimpanan hasil perikanan tangkap yang disediakan oleh pengelola PPS Bitung dalam bentuk bantuan dari fiber yang diberi es. Sarana lainnya adalah Cold storage yang dibangun oleh swasta. Sarana dan prasarana di Bitung ini sudah sangat memadai. Meskipun jarak antara pulau Lembeh dan Bitung relatif dekat, nelayan masih kesulitan mengakses semua fasilitas yang tersedia di Bitung. Akibatnya nelayan membeli BBM dengan harga yang lebih mahal. Selain itu, nelayan tidak memiliki wadah penampung besar (misalnya freezer) dan kotak styrofoam/coolbox sehingga membatasi mereka melakukan penjualan dalam volume lebih besar. Oleh karena itu, perlu dibangun sarana dan prasarana pendukung di Pulau Lembeh seperti SPBN skala kecil, tambahan pasokan listrik, dan freezer. Jalur transportasi lokal di pulau Lembeh dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat meski dengan topografi yang berbukit. Keuangan: Lembaga keuangan formal, baik mikro maupun perbankan sudah tersedia di Bitung dan dapat diakses oleh masyarakat termasuk nekayan di Pulau Lembeh. Fasilitas pembiayaan yang pernah diakses oleh beberapa nelayan di antaranya adalah KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari BRI (Bank Rakyat Indonesia). Akses pembiayaan tersebut difasilitasi oleh aparat desa setempat. Akan tetapi 13

20 secara umum, sebagian besar nelayan kesulitan dalam mengakses kredit di BRI karena adanya persyaratan berupa jaminan/agunan lahan. Oleh karena itu, lembaga keuangan non-formal yang menjadi pilihan sebagian. Lembaga keuangan non-formal yang diakses oleh nelayan di Pulau Lembeh adalah tabungan jema at yang dibina oleh pimpinan gereja setempat. Tabungan jema at ini lebih cenderung digunakan untuk kebutuhan persiapan hari-hari raya (natal dan tahun baru). Penelitian dan Pengembangan: Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengembangan teknologi penangkapan hasil perikanan dan penanganan hasil tangkapan telah dilakukan oleh Perguruan Tinggi di sekitar Bitung. Namun upaya diseminasi dan pengembangan hasil penelitian belum dilakukan secara optimal oleh Perguruan Tinggi tersebut. Terdapat perguruan tinggi yang berkompeten di bidang ini, yaitu Akademi Perikanan Bitung. Penyuluh: Sebagai aparat yang berhadapan langsung dengan nelayan maka peran penyuluh dan tenaga pendamping desa (TPD) menjadi sangat penting. Para penyuluh dan TPD di Pulau Lembeh ditugaskan pada masing-masing desa sehingga dari segi jumlah sudah cukup memadai untuk membantu nelayan dalam pengembangan usaha perikanan. Namun sebagian besar nelayan mengakui belum pernah mendapatkan pelatihan dan pendampingan berkaitan dengan teknologi penangkapan dan metode penanganan hasil tangkapan. Nelayan juga perlu mendapatkan pelatihan tentang diversifikasi produk perikanan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan bagi keluarga nelayan. Selanjutnya, wawasan dan pengetahuan penyuluh dan TPD juga masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas Training of Trainer (TOT) untuk teknologi dan pengolahan hasil perikanan tangkap. 14

21 5.5 Kendala dan Solusi Perikanan Tangkap Kapasitas produksi per nelayan dan volume penjualan masih rendah: ukuran perahu relatif kecil (< 5m) dan ukuran mesin masih relatif kecil (5 PK). Nelayan menggunakan wadah penampungan hasil tangkapan yang tidak memadai. Strategi: Peningkatan produksi, volume penjualan dan nilai tambah Cumi-cumi Kendala Utama Solusi Fasilitator/Pelaksana Ilustrasi Intervensi Peningkatan kapasitas DKP Kota Bitung Menghubungkan instansiinstansi ukuran perahu dan DKP Propinsi Sulut terkait yang akan mesin (max. 10 meter, KKP memfasilitasi pemberian dana 10 pk) bantuan untuk peningkatan Pengadaan wadah kapasitas perahu dan mesin penampung di kapal serta pengadaan wadah (styrofoam) dan es. penampung di kapal maupun Pengadaan freezer pengadaan freezer untuk mengumpulkan hasil tangkapan dari setiap trip penangkapan. Biaya operasional relatif tinggi: Harga BBM di pulau Lembeh mahal (Rp /liter) Kapasitas dan jaringan listrik terbatas: Pembangunan SPBN dan pengadaan freezer di pulau Lembeh memerlukan kapsitas listrik yang cukup besar Akses terhadap kredit mikro relatif minim: Sebagian besar nelayan kurang mengetahui program pemerintah yang berkaitan dengan kredit mikro. Persyaratan agunan dari bank membuat nelayan sulit memperoleh kredit. Pengetahuan dan penguasaan teknologi yang belum memadai dalam hal produksi, penanganan pasca panen, sistem penjaminan mutu dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah. Perlu pembangunan SPBN Pertamina di Pulau Lembeh Perlu pengembangan jaringan listrik Menghubungkan dan memfasilitasi nelayan dengan pihak perbankan dan lembaga keuangan mikro lainnya. Meningkatkan kapasitas nelayan melalui pelatihan Meningkatkan nilai tambah produk cumicumi dan diversifikasi seperti boneless, headless dan produk siap saji seperti bakso cumi Pemda Kota Bitung Pemda Propinsi Sulut Pertamina Pemda Kota Bitung Pemda Propinsi Sulut PLN Pemda Kota Bitung Pemda Propinsi Sulut Perbankan Kementerian UMKM Badan Koordinasi Penanaman Modal daerah (BKPMD) DKP Kota Bitung DKP Propinsi Sulut KKP Perguruan Tinggi (PT) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) Menghubungkan pihak pemerintah dengan BUMN yang akan memfasilitasi pembangunan SPBN Menghubungkan pihak pemerintah dengan BUMN yang akan memfasilitasi pembangunan jaringan listrik Memfasilitasi diseminasi informasi dari lembaga kredit mikro melalui media lokal. Membentuk kelompok nelayan untuk mengakses kredit mikro Diseminasi informasi teknis dan bahan promosi dari industry dan PT. Training of trainers (TOT) bagi staf penyuluh dan TPD melalui perguruan tinggi. Memperkenalkan inovasi dan teknologi melalui pelatihan dan pendampingan dalam hal: o Penerapan sistem rantai dingin o Penerapan sistem penjaminan mutu o Produksi cumi beku (bone less&head less). o Pengolahan cumi menjadi bakso cumi yang memenuhi kriteria pasar. dalam hal produksi 15

22 Sistem pemasaran kurang informatif Nelayan kurang memiliki pengetahuan tentang jaringan pasar. Mengembangkan sistem dan jaringan pemasaran sampai ke daerah sentra produksi cumi-cumi, sehingga nelayan mampu memiliki pilihan pasar Pemda Perguruan tinggi Pengusaha/Retailer LSM Membentuk kemitraan antara kelompok nelayan dan pengusaha swasta Membuat regulasi di tingkat daerah tentang memasyarakatkan menu cumi termasuk bakso cumi pada setiap kegiatan pemda 5.6 Rekomendasi Rekomendasi utama yang perlu ditindaklanjuti ditingkat distrik/desa adalah: 1. Meningkatkan produksi dan meningkatkan volume penjualan hasil perikanan tangkap segar dengan penambahan sarana/prasarana produksi 2. Memperkenalkan penggunaan fyke net sebagai alat tangkap ramah lingkungan untuk penangkapan ikan kerapu dan kuwe 3. Meningkatkan volume penjualan cumi-cumi segar dengan membuka akses pasar baru 4. Meningkatkan nilai tambah cumi-cumi segar dengan inovasi produk yaitu cumicumi tanpa tulang belakang dan kepala, dan bakso cumi 5. Memperkenalkan penggunaan drift gillnet sebagai alat tangkap ramah lingkungan untuk penangkapan ikan kembung Agar memudahkan implementasi intervensi yang telah disarankan pada tabel di atas, beberapa tahapan kunci perlu dilaksanakan : 1. Mengidentifikasi pelaku utama dalam rantai nilai cumi-cumi yang paling relevan untuk diberikan bantuan. 2. Mengidentifikasi mitra yang layak dan memungkinkan terbentuknya sejumlah usaha skala kecil, menengah dan besar yang bergerak dibidang produk cumicumi. Mitra yang layak dapat diidentifikasi dari HNSI, LSM, pemerintah, bank dan GAPINDO. Hal ini diperlukan untuk : Meningkatkan hubungan dengan organisasi lain untuk memperoleh capaian maksimum pada kelompok yang akan dibantu. Memanfaatkan hubungan kemitraan dengan organisasi tersebut di atas untuk membangun kepercayaan dan jaringan kerjasama dalam sistem rantai nilai usaha cumi-cumi 16

23 Merancang dan mengevaluasi setiap intervensi sebagai suatu model perencanaan bisnis. Mereplikasi kesuksesan awal dan mengaplikasikan intervensi yang telah dilakukan pada kesuksesan awal pada kelompok masyarakat nelayan cumicumi yang lain. 17

24 6 Model Pengembangan Bisnis Olahan : Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala, dan Bakso Cumi 6.1 Cumi Beku Tanpa Tulang dan Kepala Aspek Pemasaran 1 Produk Cumi beku tanpa tulang dan kepala 2 Dimensi 1 bungkus (dos) = 1000 gr (atau 10 ekor) produk Kemasan bungkus divacum lalu di kemas dalam dos 3 Tenaga kerja Tenaga kerja sebanyak 10 orang (atau satu kelompok penerima bantuan CCDP) 4 Keunggulan Daya tahan lebih lama Pasar lebih luas Belum ada pesaing 5 Gambar Pasar Tahun pertama prediksi permintaan = 181 bungkus/minggu Peningkatan permintaan = 1% pertahun 6 Target Pasar Swalayan. restoran. hotel. rumah makan. dan pasar. Aspek Produksi 1 Bahan Baku dan bahan penolong (perminggu) 2 Peralatan yang digunakan 3 Sarana Penunjang (per bulan) Analisis Keuangan 1 Target produksi 2 Proyeksi penjualan 3 Proyeksi keuntungan kotor perhari Cumi-cumi : 271 kg x Rp = Rp Es Batu : 108 kg x Rp = Rp Box Kemasan : 181 box x Rp = Rp Plastik Packing 181 box x Rp = Rp Total Rp Freezer : 2 unit x Rp = Rp Vacuum : 1 unit x Rp = Rp Baskom : 10 buah x Rp = Rp Talenan : 10 buah x Rp = Rp Pisau : 10 buah x Rp = Rp Timbangan : 5 unit x Rp = Rp Total Rp Listrik Air Total : : 181 bungkus perminggu Rp Rp Harga jual perdos = Rp x Rp = Rp Pendapatan penjualan per hari Biaya bahan baku per hari Rp Rp = Rp Rp

25 Cash flow (kenaikan df = 6 %) No item Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 1 Total Investasi Pendapatan Total biaya variabel Total biaya tetap Total biaya operasional Marjin kotor Arus kas bersih No Item 1 NPV (df 15%) Rp IRR 50 3 B/C ratio (15%) 1 : BEP Produksi = 630 kg Harga penjualan =Rp Pendapatan per orang Rp

26 6.2 Bakso Cumi Aspek Pemasaran 1 Produk Bakso Cumi 2 Dimensi 1 bungkus = 500 gr produk Kemasan bungkus divacum 3 Tenaga kerja Tenaga kerja sebanyak 10 orang (atau satu kelompok penerima bantuan CCDP) 4 Keunggulan Daya tahan lebih lama Pasar lebih luas 5 Gambar Pasar Tahun pertama prediksi permintaan = 70 bungkus/minggu Peningkatan permintaan = 1% pertahun 6 Target Pasar Swalayan. rumah makan. pasar. Aspek Produksi 1 Bahan Baku dan bahan penolong (perhari) 2 Peralatan yang digunakan 3 Sarana Penunjang (per bulan) Analisis Keuangan 1 Target produksi 2 Proyeksi penjualan perhari 3 Proyeksi keuntungan kotor perhari Cumi-cumi : 271 kg x Rp = Rp Tepung Singkong : 54 kg x Rp = Rp Kaldu Blok : 10 kg x Rp = Rp Es Batu : 10 kg x Rp = Rp Telur : 50 biji x Rp = Rp Bawang Putih : 10 kg x Rp = Rp Total Rp Freezer : 1 unit x Rp = Rp Vacuum : 1 unit x Rp = Rp Baskom : 7 buah x Rp = Rp Talenan : 10 buah x Rp = Rp Pisau : 10 buah x Rp = Rp Mesin Penggiling : 1 unit x Rp = Rp Kompor : 3 unit x Rp = Rp Panci : 3 buah x Rp = Rp Sendok Peniris : 4 buah x Rp = Rp Sudet Kayu : 4 buah x Rp = Rp Tabung Gas : 3 buah x Rp = Rp Timbangan : 2 unit x Rp = Rp Mixer : 1 unit x Rp = Rp Pencetak Bakso : 1 unit x Rp = Rp Total Rp Listrik : Rp Air : Rp Total Rp bungkus perminggu Harga jual bungkus = Rp x Rp = Rp Pendapatan penjualan per hari Biaya bahan baku per hari Rp Rp = Rp

27 Cash flow (kenaikan df = 6 %) No item Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 1 Total Investasi Pendapatan Total biaya variabel Total biaya tetap Total biaya operasional Marjin kotor Arus kas bersih No Item 1 NPV (df 15%) Rp IRR B/C ratio (15%) 1 : BEP Produksi = kg Harga penjualan =Rp per kg 5 Pendapatan per orang Rp

28 6.3 Produksi Tangkap Ikan Karang dengan Fyke Net Aspek Pemasaran 1 Produk Ikan kerapu 2 Dimensi produk 1 kg = 1 ekor ikan kerapu 3 Tenaga kerja Tenaga kerja sebanyak 10 orang (atau satu kelompok penerima bantuan CCDP) 4 Keunggulan Pasar lebih luas Permintaan tinggi 5 Gambar Pasar Tahun pertama prediksi permintaan = 50 ekor perhari Peningkatan permintaan = 1% pertahun 6 Target Pasar Swalayan. restoran. hotel. rumah makan. dan pasar. Aspek Produksi bbm : 50 liter x Rp = Rp Bahan Baku dan bahan penolong (perminggu) 2 Peralatan yang digunakan 3 Sarana Penunjang (per bulan) Analisis Keuangan 1 Target produksi 50 kg (50 kg) per hari 2 Proyeksi penjualan perhari 3 Proyeksi keuntungan kotor perhari Rokok : 100 bks x Rp = Rp ransum : 10 unit x Rp = Rp Es batu : 50 kg x Rp = Rp Total Rp Mesin 10 PK : 10 unit x Rp = Rp Perahu Fiber : 10 unit x Rp = Rp Jaring Trawl 0.75 : 5 unit x Rp = Rp Jaring Trawl 1.5 : 20 unit x Rp = Rp Pipa PVC 0.5 : 40 unit x Rp = Rp Sambungan T : 160 unit x Rp = Rp Benang : 10 Unit x Rp = Rp Tali Nilon : 10 Unit x Rp = Rp Semen : 10 Unit x Rp = Rp Tali Ties : 5 Unit x Rp = Rp Jangkar : 10 Unit x Rp = Rp Jerigen : 10 Unit x Rp = Rp Total Rp Listrik : Rp Air : Rp Total Rp Harga jual perdos = Rp x Rp = Rp Pendapatan penjualan per hari Biaya bahan baku per hari Rp Rp = Rp

29 Cash flow (kenaikan df = 6 %) No item Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 1 Total Investasi Pendapatan Total biaya variabel Total biaya tetap Total biaya operasional Marjin kotor Arus kas bersih No Item 1 NPV (df 15%) Rp IRR B/C ratio (15%) 1 : BEP Produksi = kg Harga penjualan =Rp Pendapatan per orang Tahun 1 : Rp Tahun 2 : Rp

30 APPENDIX A: Matrix Analisis Prioritas Komoditi Unggulan Komoditi Peningkatan Pendapatan (4) Ketersediaan Sumberdaya Alam (3) Keberlanjutan Lingkungan (2) Permintaan Pasar (1) Total Cumicumi 3x4= 12 4x3= 12 4x2= 8 4x1= 4 36 Kerapu 4x4= 16 4x3= 12 4x2= 8 4x1= 4 40 Kuwe 3x4= 12 4x3= 12 4x2= 8 3x1= 3 35 Kembung 3x4= 12 4x3= 12 4x2= 8 3x1=

31 APPENDIX B: Infoman Kunci (Includes private businesses) No Nama Status Alamat Kontak 1 Franky Runtukahu Sekertaris IFAD Kab. Bitung Kab. Bitung Maxi Wowiling Konsultan Pemasaran Kab. Bitung Sonny David TPD/Penyuluh Kab. Bitung Wantah 4 Basmi Said Plant Manager, PT.Pasific IndoTuna Kota Bitung Munandar Anggota Komite Kota Manado Jakasukama Pemberdayaan Masyarakat 6 Yohanes Lurah Pasir Panjang Kelurahan Pasir Pemberian Panjang 7 Fresmart Swalayan Kota Bitung 8 Yulius Dorongke Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 9 Marnes Muhamad Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 10 Yohan Hontong Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 11 Oknial Lumimbe Nelayan ikan Kelurahan Pasir Panjang 12 Yulian Mangamis Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 13 Martinus Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 14 Darongke Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 15 Wilmar Kabaitang Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 16 Adrens Tateol Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 17 Maxi Darongke Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Pasir Panjang 18 Yanetta Pedagang Pengumpul Kelurahan Motto 19 Nejo Malondo Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 20 Hans Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto Makaringang 21 Alfred Aldrian Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto Yansen Hontong Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 23 Bencus Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 24 Elyas Metusalach Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 25 Yakub Dengah Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 26 Arson Sawali Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto Aggris Pandeh Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Motto 28 Timutung Salema Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Lirang 29 Yones Sigo Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Lirang 30 Dolop Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 31 Dan Sigo Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 32 Nimet Bitako Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang Yance Tempoh Nelayan Cumi-cumi Kelurahan Lirang 25

32 34 Joiske Kurundatu Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 35 Wilman Honga Nelayan Purse seine Kelurahan Lirang 36 Adolfinus Masinai Nelayan Ikan batu Kelurahan Lirang 37 Hayat Damar Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Lubang 38 Hamid Damar Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Lubang 39 Ahmad Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Makaringas Lubang 40 Manumpil Keramba Jaring Apung Kelurahan Batu Muhammad Lubang 41 Yasin Monoarfa Keramba Jaring Apung Kelurahan Batu Lubang 42 Ibrahim Kalariyayu Keramba Jaring Apung Kelurahan Batu Lubang 43 Hakim Kasim Nelayan Ikan batu Kelurahan Ba tu Lubang 44 Husen Dandel Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Lubang 45 Samsul Nelayan Ikan batu Kelurahan Batu Hapendatu Lubang 46 Liuntje Salasa Pedagang Pengumpul Kelurahan Dorbolaan 47 Ramli Nelayan Ikan Karang Kelurahan Dorbolaan 48 Sumiati Pedagang Pengumpul Kelurahan Paudean 49 Ratna Pedagang Pengumpul Kelurahan Paudean 50 Syamsuddin Nelayan ikan Kembung Kelurahan Paudean 51 Walrus Mudami Nelayan Tuna Kelurahan Pancuran 52 Alfin Lukas Nelayan Tuna Kelurahan Pancuran

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN PABRIK ES MINI

BUSINESS PLAN PABRIK ES MINI BUSINESS PLAN PABRIK ES MINI COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) KABUPATEN GORONTALO UTARA LATAR BELAKANG Jenis/Nama Bisnis Pembuatan Es Balok

Lebih terperinci

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR NO PARAMETER URAIAN 1 Kabupaten/Kota Kota Makasaar 2 Kecamatan/Desa Kelurahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

Lembar Kerja Konsultan Dan Tenaga Pendamping Desa COVER. Coastal Community Development Project-IFAD Page 1

Lembar Kerja Konsultan Dan Tenaga Pendamping Desa COVER. Coastal Community Development Project-IFAD Page 1 COVER Coastal Community Development Project-IFAD Page 1 BIODATA BIODATA Nama Konsultan Kabupaten/Kota : MAXI WOWILING. : BITUNG Tahun : 2014 Coastal Community Development Project-IFAD Page 2 2.5 Bussines

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP i Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS INFRASTRUKTUR KOMPONEN

RENCANA BISNIS INFRASTRUKTUR KOMPONEN RENCANA BISNIS INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 2014 2017 Nama Usaha : Rumah Kemasan Ikan Asap dan Bakso Ikan Lokasi Usaha : Kel. Dufa-Dufa Kota Ternate Tanggal Dibuat : 20 Agustus 2014 COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP 1 Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR NO PARAMETER URAIAN 1 Kabupaten/Kota Kota Makasaar 2 Kecamatan/Desa Kelurahan

Lebih terperinci

RUMAH PRODUKSI PIU KOTA AMBON 2014

RUMAH PRODUKSI PIU KOTA AMBON 2014 RUMAH PRODUKSI PIU KOTA AMBON 2014 Bisnis Plan Rumah Produksi Infrastruktur Komponen 2 CCDP-IFAD Lembaran Pengesahan Ambon, 5 Agustus 2014 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Ir. F. J. Louhenapessy

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA A. LATAR BELAKANG Business Plan (Rencana Bisnis) adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Pendahuluan Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar bagi inflasi Kota Palangka Raya adalah beras. Konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN NO 1. Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak gas bumi Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR NO PARAMETER URAIAN 1 Kabupaten/Kota Kota Makasaar 2 Kecamatan/Desa Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan masyarakat, hal ini karena wilayah laut diyakini memiliki potensi sumberdaya yang dapat memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP Lampiran 1. Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan No Uraian Total I Investasi 1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.. 2. Mesin 15.. 3. Mesin Jenset 5.. 4. Perlengkapan

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH Rizky Muhartono dan Subhechanis Saptanto Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumberdaya Manusia KKP Gedung Balitbang

Lebih terperinci

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1515, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Kelautan. Perikanan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BISNIS PLAN TOKO IKAN/RUMAH KEMASAN

BISNIS PLAN TOKO IKAN/RUMAH KEMASAN BISNIS PLAN TOKO IKAN/RUMAH KEMASAN PIU KOTA KUPANG 2014 Coastal Community Development Project-IFAD Page 1 BIOD BIODATA Nama Konsultan Kota : Dr. James D. Adam, SE.MBA. : KUPANG. Tahun : 2014 Coastal Community

Lebih terperinci

INDUSTRI PERIKANAN DI BITUNG

INDUSTRI PERIKANAN DI BITUNG Buletin Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011 INDUSTRI PERIKANAN DI BITUNG Armen Zulham Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap mengakui dengan memaparkan dalam gambaran umum di webnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

Bisnis Plan Toko Ikan / Rumah Kemasan PIU Kota KUPANG

Bisnis Plan Toko Ikan / Rumah Kemasan PIU Kota KUPANG BISNIS PLAN TOKO IKAN/RUMAH KEMASAN PIU KOTA KUPANG 2014 Coastal Community Development Project-IFAD Page 1 BIOD BIODATA Nama Konsultan : Dr. James D. Adam, SE.MBA. Kota : KUPANG Tahun : 2014 Coastal Community

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

KESEPAKA TAN KERJASAMA

KESEPAKA TAN KERJASAMA KESEPAKA TAN KERJASAMA An tar a PROJECT IMPLEMENTATION UNIT (PIU) CCDP-IFAD KABUPATEN GORONTALO UTARA Dengan KOPERASI PERIKANAN PADU ALAM LAUT Tentang PENGELOLAAN USAHA COLD STORAGE MINI 10 TON & MESIN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) R AH A S I A BLOK I. KETERANGAN IDENTITAS 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Data

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Sistem Rantai Pasok Dalam Mendukung Pengembangan Komoditas Patin Pasopati di Tulung Agung, Jawa Timur SASARAN REKOMENDASI Kebijakan Pasar dan Perdagangan,

Lebih terperinci

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pengembangan usaha peternakan. pada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PANCING RAWAI BANK INDONESIA

PANCING RAWAI BANK INDONESIA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING RAWAI BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) disusun oleh : MOHAMMAD WAHYU HIDAYAT L2D 099 437 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

B I S N I S P L A N MOBIL BOX PIU KOTA KUPANG

B I S N I S P L A N MOBIL BOX PIU KOTA KUPANG B I S N I S P L A N MOBIL BOX BIODATA PIU KOTA KUPANG 2014 Coastal Community Development Project-IFAD Page 1 BIODATA Nama Konsultan Kabupaten/Kota : Dr. James D. Adam, SE.MBA : KUPANG Tahun : 2014 Coastal

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

BISNIS PLAN RUMAH USAHA DAN NIAGA PIU KOTA AMBON 2014

BISNIS PLAN RUMAH USAHA DAN NIAGA PIU KOTA AMBON 2014 BISNIS PLAN RUMAH USAHA DAN NIAGA PIU KOTA AMBON 2014 Bisnis Plan Rumah Usaha dan Niaga Infrastruktur Komponen 2 CCDP-IFAD Lembaran Pengesahan Ambon, 5 Agustus 2014 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis. No.180, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun 2013. Penggunaan Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN PG-122 IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN Fauziyah 1,, Khairul Saleh 2, Hadi 3, Freddy Supriyadi 4 1 PS Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.126, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Sistem Logistik. Nasional. Ikan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN

BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN 81 BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN 7.1 Pola Produksi Nelayan 7.1.1 Armada dan Peralatan Tangkap Armada yang digunakan oleh masyarakat Kampung Saporkren untuk kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA 1. Overview Inflasi Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus (Korteweg, 1973; Auckley, 1978, Boediono,

Lebih terperinci