DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN
|
|
- Widya Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Sistem Rantai Pasok Dalam Mendukung Pengembangan Komoditas Patin Pasopati di Tulung Agung, Jawa Timur SASARAN REKOMENDASI Kebijakan Pasar dan Perdagangan, Kebijakan Budidaya LATAR BELAKANG Saat ini Patin merupakan salah satu komoditas perikanan dengan permintaan yang cukup tinggi. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya perubahan preferensi dari protein berbahan dasar unggas ke bahan dasar ikan untuk mengikuti pola hidup sehat. Kadar kolesterol ikan patin relatif lebih rendah dari kolesterol unggas. Kandungan proteinnya sebesar 68,6%, lemak 5,8%, abu 3,5% dan air 59,3%. (Kholis Mahyudin, 2010) Permintaan patin yang tinggi bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri saja namun juga sudah merambah ke pasar luar negeri. Biasanya patin untuk konsumsi dalam negeri berbentuk ikan segar sedangkan untuk permintaan pasar internasional, patin dijual dalam keadaan fillet (sayatan tipis). Untuk menjual dalam bentuk fillet, berat 1 (satu) ekor patin minimal 800 gram. Selera pasar internasional juga menginginkan patin yang berdaging putih karena terkesan bersih dan sehat. Sedangkan, patin yang banyak dibudidayakan saat ini adalah patin jambal memiliki ciri daging yang putih namun berbadan kecil dan patin siam yang memiliki daging berwarna abu-abu kekuningan tetapi bertubuh besar. Untuk menjawab tantangan permintaan internasional dengan spesifikasi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI), membuat terobosan penelitian dengan mengembangan jenis patin baru yang diharapkan memiliki daging ikan yang putih dan bentuk yang besar. Jenis patin baru 1
2 tersebut adalah patin pasupati. Patin Pasupati merupakan jenis ikan patin hasil persilangan antara induk patin siam betina dengan induk patin jambal jantan. Saat ini sedang dikembangkan Patin Pasupati di daerah Tulung Agung, Jawa Timur. Wilayah Tulung Agung dipilih sebagai daerah pengembangan patin jenis pasupati karena di wilayah ini banyak pembudidaya yang sudah berhasil memproduksi Patin jenis Siam sebelumnya. Berdasarkan data statistik perikanan Kabupaten Tulungagung, pada tahun 2011 produksi ikan Patin Siam di Tulungagung sebanyak 344 ton dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 4,948 ton. Diharapkan patin pasupati dapat pula berhasil di wilayah ini seperti halnya pada budidaya patin siam. Selain memiliki potensi budidaya patin yang cukup menunjang, dalam setiap produk perikanan dibutuhkan rantai pasok yang baik dalam mewujudkan keberhasilan pengembangan produk. Terlebih lagi patin pasupati di Tulung Agung memiliki keunggulan dalam mewujudkan rantai pasok yang baik karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari wilayah pengekspor yaitu Kota Surabaya. Untuk itu perlu dihasilkan sebuah rekomendasi mengenai sistem rantai pasok yang dapat diterapkan di wilayah ini guna menunjang pengembangan jenis patin pasopati untuk kebutuhan ekspor. OPSI REKOMENDASI Berdasarkan usaha budidaya patin pasopati yang ada saat ini, maka terdapat opsi kebijakan yang perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan rantai pasok dalam menunjang kebutuhan ekspor antara lain: 1. Integrasi rantai pasok dari hulu ke hilir untuk komoditas patin pasopati 2. Segmentasi pasar yang jelas bagi produk patin pasopati dan patin siam 2
3 DASAR PERTIMBANGAN REKOMENDASI Opsi 1: Integrasi rantai pasok dari hulu-hilir untuk komoditas patin pasopati 1. Kendala dalam pengembangan akibat terpisah-pisahnya sistem usaha patin pasopati Saat ini sebagai wilayah percontohan pengembangan patin pasopati kedua setelah Kota Palembang Sumatera Selatan, BBPPI Sukamandi telah memberikan bantuan sebanyak ekor benih ikan yang diperuntukan bagi para pembudidaya melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung. Meskipun sudah dirintis pengembangan benih patin pasupati di Tulungagung oleh BPPI Sukamandi, namun masih belum bisa berkembang dengan baik. Beberapa kendala yang ditemui adalah masih rendahnya pengetahuan tentang budidaya patin ini, benih didatangkan dari sukamandi yang letaknya cukup jauh sehingga kemungkinan dapat menjadi salah satu penyebab survival rate (SR) yang rendah, biaya pakan mahal, permintaan yang masih tergolong rendah untuk patin pasopati dan orientasi pasar yang belum jelas. Kendala ini berada pada kegiatan subsistem sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pasca panen, subsistem pemasaran dan sistem penunjang. Pada subsistem sarana produksi antara lain sulitnya mendapatkan benih patin terutama pasupati yang harus didapatkan dari luar daerah yaitu Sukamandi. Letaknya yang jauh membuat para pembudidaya mengambil indukan dari tempat lain yang tidak terjamin kualitasnya. Harga sarana produksi juga seperti pakan juga tinggai, menyerap 90% dari seluruh biaya operasional (BPPI Sukamandi, 2013) Sedangkan pada subsistem produksi, penguasaan teknologi budidaya patin pasupati oleh pembudidaya masih kurang karena ikan pasupati relatif masih baru di kalangan pembudidaya di Tulungagung. BPPI Sukamandi baru melakukan diseminasi budidaya patin pasupati pada tahun 2011 lalu, dan hanya dalam diseminasi pembenihan patin pasupati, terhadap 20 UPR selama 12 hari dalam bentuk pendampingan. Tentunya budidaya ini masih menyulitkan bagi para pembudidaya patin di Tulungagung. 3
4 Pada subsistem pasca panen dan pengolahan adalah belum berfungsinya rumah filet yang ada di Tulungagung sehingga pembudidaya harus menjual patin ke Surabaya melalui pedagang besar (pelaku hanya 3 orang). Selain itu masyarakat belum memiliki keterampilan memfilet ikan sehingga kesulitan dalam pengoperasian rumah filet. Rendemen patin yang hanya 50% dari total berat tubuh, menyebabkan terjadinya banyak limbah dari proses pemfiletan patin. Menurut hasil penelitian Rusli (2004), rendemen patin adalah sebagai berikut: daging 54%, tulang 12%, kulit 4,5%, kepala 20,6%, isi perut 5,5% dan ekor 2,8%. Pemanfaatan limbah patin diantaranya untuk sisa daging sebagai produk olahan ikan (bakso, nugget, abon), kulit ikan sebagai kerupuk rambak, minyak ikan, gelatin, tepung ikan dan lainnya. Sedangkan untuk subsistem pemasaran yang menjadi kendala terbatasnya daya saing terhadap hasil produksi patin adalah penguasaan pasar pada kelompok tertentu serta fasilitas pemasaran yang terbatas. Pedagang besar yang ada, menyediakan benih yang berasal dari Kab. Bogor, serta menyalurkan hasil panen patin ke pengusaha di Surabaya. Selain, masalah dalam subsistem, kendala lainnya adalah lemahnya keterkaitan antar subsistem. Kurangnya koordinasi dan pendampingan menyebabkan antara subsistem yang satu dan lainnya tidak terkoneksi. Penyuluh perikanan yang ada di lokasi adalah 1 orang setiap kecamatan atau sekitar 10 orang dalam kabupaten, dan hanya 2 orang yang optimal melakukan penyuluhan terhadap masyarakat terutama pembudidaya ikan. Pendampingan teknologi yang tidak holistik membuat para pelaku usaha tidak memahami kaedah pembenihan maupun pembesaran patin pasupati secara benar 2. Infrastruktur untuk integrasi telah tersedia di Tulungagung Tulungagung telah memiliki banyak fasilitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan budidaya patin pasopati. Infrastruktur dalam pengembangan patin di Kab. Tulungagung: a) Rumah fillet 4
5 Bantuan rumah fillet yang diberikan pada tahun 2012 lalu oleh P2HP KKP dengan luas ± 300 m² belum dapat dioperasionalisasikan akibat adanya beberapa peralatan yang masih harus dipenuhi dan belum adanya kesepakatan harga beli patin antara pembudidaya dan perusahaan. Jika sesuai dengan rencana, rumah filet ini akan dikelola oleh PT. ADIB Global Food dengan sistem bagi hasil. Diharapkan rumah fillet ini dapat memproduksi sejumlah 5 ton/hari dan menyerap banyak tenaga kerja yang banyak sehingga penduduk Tulungagung lebih terampil dalam pemfiletan ikan. b) Laboratorium percobaan pembibitan patin pasupati Laboratorium ini merupakan kerjasama antara Dinas KP Tulungagung dengan BPPI Sukamandi yang berlokasi di kantor Dinas KP Tulungagung. BPPI Sukamandi menyediakan bibit induk patin jambal unggul untuk dapat dikawinkan dengan patin siam yang ada di Tulungagung sehingga dapat menghasilkan benih patin pasupati unggul untuk dapat dibesarkan di Tulungagung sehingga tidak perlu mengambil dari Sukamandi. c) Pabrik es Terdapat 2 unit pabrik es di Tulingagung, dimana 1 unit milik perorangan dan 1 unit milik Dinas yang dihibahkan kepada KUB Nelayan Mina Jaya dari P2HP KKP up DKP Tulungagung (Berita acara hibah dengan syarat tidak dipindahtangankan). Pabrik es berada di PPI Popoh Kec. Besuki, dengan kapasitas 15 ton, namun produksi maksimal 10 ton/hari dengan mempertimbangkan BEP, dengan rata-rata 5,5 ton/hari untuk kebutuhan sebagian besar nelayan dan juga pembudidaya baik di sekitar Tulungagung maupun daerah Gresik dan Jombang. Pengoperasian pabrik es ini akan didukung oleh alat transportasi mobil angkutan es untuk pemasaran yang akan diberikan oleh P2HP tahun 2013 ini sebanyak 1 unit d) Pasar ikan Pasar ikan ini berada di Kecamatan Bandung dengan ukuran 20 x 40 m, merupakan pasar ikan terbesar di wilayah Jawa Timur. Pasar ini ditujukan sebagai tempat 5
6 penjualan ikan laut karena letaknya yang dekat dengan pantai, tapi dapat juga diperuntukan bagi pemasaran ikan hasil budidaya. Pasar ikan ini biasanya digunakan untuk tempat transit ikan dari daerah Trenggalek, Lamongan, Tuban. Untuk ikan budidaya banyak dipasarkan di pasar tradisional untuk konsumsi domestik. Ada 9 supplier besar yang menguasai pasar ini. Untuk kapasitas, pasar ini dapat menampung 40 ton/hari untuk kapasitas normal, pada musim panen 90 ton/hari, dan musim paceklik: ton/hari. e) Sarana Jalan Infrastruktur berupa jalan raya yang menghubungkan antara Tulungagung dengan kota-kota lainnya sudah cukup baik. Rata-rata jalan yang menghubungkan antar daerah tersebut dalam kondisi baik dan dapat dilalui oleh angkutan truk. f) Pengolahan patin Terdapat beberapa unit pengolahan patin di Tulungagung meski masih dalam skala mikro dan kecil. Rata-rata ikan patin diolah dalam bentuk bakso ikan, nugget, burger, rambak kulit, abon, crispy ikan, keripik sirip ikan. Untuk saat ini, kapasitas pembuatan bakso patin sebesar 200 kg/bulan dengan harga Rp ,- s.d. RP ,-/kg. g) Pabrik pakan mini Terdapat sentra pabrik pakan mini dalam kondisi tidak beroperasi. Pabrik pakan mini ini merupakan bekas pabrik pakan mini untuk kebutuhan ternak ayam. Pabrik pakan mini ini dapat digunakan sebagai pabrik pakan mandiri untuk pembudidaya ikan Tulungagung, sehingga tidak terlalu tergantung pada pakan pabrikan yang harganya mahal dan menyedot hampir 90% biaya operasional. Dengan adanya berbagai infrastruktur yang telah tersedia di Tulungagung, hal ini akan memudahkan peng-integrasian kegiatan usaha budaidaya mulai dari hulu hingga ke hilir. Setiap unit infrastruktur harus dapat dioptimalkan untuk mendorong pengembangan patin pasopati di wilayah Kabupaten Tulungagung. 6
7 Opsi 2: Segmentasi pasar yang jelas bagi produk patin pasopati dan patin siam 1. Keuntungan yang diterima oleh pembudidaya patin pasopati masih rendah Dengan adanya pengembangan patin jenis baru ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya. Namun pengembangan patin pasopati yang sebenarnya berorientasi untuk pasar ekspor, membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Benih ikan yang digunakan berasal dari Bogor dengan ukuran ¾ inchi. Harga benih di lokasi adalah Rp. 90,- s.d. Rp. 95,- /ekor. Bila benih dibeli di Bogor, harganya berkisar antara Rp. 70,- s.d. Rp. 75,- /ekor dengan biaya transportasi Rp ,- per trip. Sedangkan untuk biaya pakan, patin pasopati membutuhkan pakan sebanyak 580 sak per ekor benih ikan sampai dengan panen dengan waktu 7-8 bulan. Harga per sak dari pakan adalah ,-. Jumlah tersebut akan menghasilkan ikan patin sebanyak 15 ton dengan ukuran 1 kg/ekor. Dengan demikian total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,-/kg. Dengan harga penjualan ikan patin pasopati seharga Rp /kg, maka keuntungan yang diperoleh hanya sebesar Rp. 3239,-/kg. Patin siam justru dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan patin pasopati. Berikut tabel Rantai nilai patin siam dari pembudidaya ke pabrik filet (530 m2) Tabel 1. Rantai nilai patin siam dari pembudidaya ke pabrik filet (530 m 2 ) Faktor Biaya & Keuntungan berdasarkan Jenis Ikan Patin Pelaku Usaha Pasupati Siam 1. Pembudidaya Harga Penjualan Ikan (Rp/kg) 15,000 14,000 Total biaya (Rp/kg) 11, , Keuntungan (Rp/kg) 3,239 4,205 Keuntungan per tahun (Rp) 46,072,595 89,703,614 BC Ratio Pengumpul Harga Penjualan Ikan (Rp/kg) ,400 Total biaya (Rp/kg) Keuntungan (Rp/kg) Keuntungan per tahun (Rp) 695,208, ,408,500 Sumber: data primer diolah, 2013 Dengan ketiadaan segmentasi pasar, membuat patin siam dan patin pasupati harus bersaing dengan biaya produksi yang berbeda. Sementara keunggulan dari 7
8 masing-masing produk akhirnya menjadi tidak berarti. Patin siam dengan size yang besar dapat dikhususkan untuk menjadi bahan pasokan terhadap rumah fillet dengan orientasi ekspor. Sedangkan patin siam berbadan lebih kecil namun dengan biaya produksi yang lebih rendah dapat dikhususkan untuk melayani pasar domestik (kebutuhan rumah tangga, catering dan hotel). Dengan demikian diharapkan adanya perbedaan harga yang signifikan antara patin pasopati dan patin siam jika ada segmentasi pasar yang jelas. Jika tidak ada segmentasi yang jelas dalam produk patin yang dikembangkan, maka dapat dimaklumi pembudidaya patin pasopati akan beralih kembali untuk membudidayakan hanya jenis patin siam saja. Harga tinggi yang diberikan oleh rumah fillet, dapat terbayarkan dengan harga penjualan ikan patin fillet di luar negeri yang cukup tinggi dan karena ukurannya yang besar, patin pasopati dapat dijual kembali oleh perusahaan rumah fillet untuk digunakan sebagai bahan baku tepung ikan, minyak gelatin dan makanan olahan siap saji. STRATEGI IMPLEMENTASI Strategi implementasi yang dapat dilakukan untuk melaksanakan opsi integrasi rantai pasok dari hulu ke hilir untuk komoditas patin pasopati adalah: 1. Mengoptimalkan infrastruktur yang tersedia dalam rangka pengembangan usaha budidaya. 2. Menguatkan peran penyuluh untuk dapat mengkordinasikan sistem sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pasca panen dan subsistem pemasaran. Strategi implementasi selanjutnya adalah segmentasi yang jelas terhadap patin pasopati. Strategi yang dapat dilakukan adalah: 1. Melakukan sosialisasi keunggulan patin pasopati kepada para pelaku ekspor patin fillet 2. Membuat kesepakatan dengan para pengusaha fillet untuk menerima patin pasopati untuk kebutuhan ekspor. 8
9 PRAKIRAAN DAMPAK REKOMENDASI Bila opsi rekomendasi ini diimplementasikan, prakiraan dampak dari rekomendasi ini antara lain: 1. Terciptanya sistem rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir 2. Minat pembudidaya terhadap patin pasopati semakin meningkat. 3. Kebutuhan patin baik untuk domestik dan luar negeri dapat terpenuhi Penyusun Rekomendasi: Nama: Hertria Maharani Putri dan Maharani Yulisti No Hp: ,
1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN
TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: E-ISSN:
PRODUKSI IKAN PATIN SUPER Dwi Puji Hartono* 1, Nur Indariyanti 2, Dian Febriani 3 1,2,3 Program Studi Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung Unit IbIKK Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap
Lebih terperinciManajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta
Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan perairan, sehingga diperoleh hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu bentuk kegiatan menciptakan nilai tambah kulit ikan nila dengan mengidentifikasi peluang bisnis kerupuk tersebut
Lebih terperinciLAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (Perairan Umum Daratan) Tim Penelitian : Zahri Nasution
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN ANALYSIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA PATIN PASUPATI DI TULUNG AGUNG, JAWA TIMUR
Supply Chain Analysis Pengembangan Budidaya Patin Pasupati Di Tulungagung... (Maharani Yulisti dan Hertria Maharani Putri) SUPPLY CHAIN ANALYSIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA PATIN PASUPATI DI TULUNG AGUNG, JAWA
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciKONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciPeningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan
Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang
Lebih terperinciBoks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya
Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan nila merah Oreochromis niloticus merupakan ikan konsumsi yang digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan pertumbuhan yang relatif cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada
Lebih terperinciJurnal INFORMA Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 1 Tahun 2015
MODEL PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LELE KELOMPOK DESA VOKASI DESA MANYAREJO PLUPUH SRAGEN MELALUI PENGANEKARAGAMAN HASIL OLAHAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN BERBASIS IT Sudiro,ST, M.Si 1, Ir. Suci Purwandaro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan salah satu komoditas unggulan ikan hias air laut yang hidup di perairan terumbu karang yang bersimbiosis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)
REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL
Lebih terperinciXI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai
Lebih terperinciKAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI
KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut terbesar dunia dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber daya alam dari hasil laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE
Lebih terperinciProduksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam
Standar Nasional Indonesia Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciBoks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA
Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.126, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Sistem Logistik. Nasional. Ikan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN
Lebih terperinciGambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBESARAN IKAN PATIN SESUAI DENGAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) DALAM KEGIATAN APLIKASI TEKNOLOGI PERCONTOHAN/PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PENYULUH PERIKANAN DI KABUPATEN KUANTAN
Lebih terperinciLINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari
Lebih terperinciBOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG Perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim yang dikenal
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau
Lebih terperinci5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN
5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perikanan tangkap Indonesia yang sebagian besar saat ini telah mengalami overfishing menuntut pemerintah untuk beralih mengembangkan perikanan budidaya. Perikanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan negara lain seperti: Australia, Amerika dan Inggris.
Lebih terperinciBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Kode penelitian: 0.13 Disversifikasi Pengolahan Catfish sebagai Aneka Makanan Ringan untuk Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dra. Th. Dwi Suryaningrum, MS; Ir.Ijah Muljanah, MS Suryanti, S.Pi, M.Si; Prof.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Lebih terperinciJurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016
MODEL PENGEMBANGAN UKM KELOMPOK USAHA BUDIDAYA LELE BERDASARKAN PERMASALAHAN YANG DIHADAPI KELOMPOK USAHA BUDIDAYA LELE DI DESA MANYARAN MANYAREJO DAN DESA PUNGSARI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN JAWA
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di pasar internasional, harga ikan patin segar per kilogram adalah USD 1. Sementara itu, harga fillet ikan patin per kilogram mencapai USD 3.4. Kekurangan ikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32
Lebih terperinciRUMAH PRODUKSI PIU KOTA AMBON 2014
RUMAH PRODUKSI PIU KOTA AMBON 2014 Bisnis Plan Rumah Produksi Infrastruktur Komponen 2 CCDP-IFAD Lembaran Pengesahan Ambon, 5 Agustus 2014 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Ir. F. J. Louhenapessy
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014
INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY
Lebih terperinciKERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH
KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia. Negara Indonesia memiliki samudera kunci untuk perikanan tuna yakni Samudera Hindia dan Samudera
Lebih terperinci4. ANALISIS SITUASIONAL
29 4. ANALISIS SITUASIONAL Kinerja Sistem Komoditas Udang Komoditas udang Indonesia pernah mencatat masa keemasan sekitar tahun 1980 an, ditandai dengan komoditas udang windu menjadi primadona ekspor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan peternakan mengalami pergeseran paradigma. Titik berat kepada sistem budidaya (on farm) mengalami pergeseran
Lebih terperinciMenakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014
Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014 Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014 Penyusun: Tjeppy D Soedjana Sjamsul Bahri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperincipengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.
BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan produk yang mudah rusak. Kerusakan ikan disebabkan oleh kegiatan enzimatis dari dalam tubuh ikan itu sendiri. Untuk menanggulangi kerusakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinci5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis
5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian menyebar ke seluruh benua dengan perantara penduduk asli. James Drummond Dole adalah orang pertama yang
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017
RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan produk asal hewani terus meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan penduduk, meningkatnya jumlah penduduk serta semakin meningkatnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim
Lebih terperinciPERUBAHAN RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2016 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN PELALAWAN TARGET KEGIATAN
PERUBAHAN RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2016 DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN PELALAWAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN TARGET
Lebih terperinciTinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :
Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar
Lebih terperinciAGRIBISNIS KAMBING - DOMBA
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinci