Bab 2 Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pendahuluan Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus (continous improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu kita dapat mengembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. Pengembangan suatu industri manufacturing memerlukan perbaikan reformasi bisnis modern yang mencakup keseluruhan sistem industri dari kedatangan material sampai distribusi kepada konsumen dan desain ulang produk untuk masa mendatang. Industri manufaktur di Indonesia masih banyak mempraktekkan sistem manajemen tradisional yang banyak diterapkan contohnya seperti sistem penentuan jadwal induk produksi (MPS). Sistem manajemen industri tradisional memperlakukan departemen pemasaran sebagai departemen yang bertugas sekedar menjual produk dan mengelola administrasi penjualan. Kondisi ini diperparah lagi dengan departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang berfungsi sekedar untuk menyetujui dan mengeluarkan pesanan produksi, tanpa berpesan penting dalam peningkatan efisiensi, kualitas, daya saing dan lain-lainya, sehingga tampak adanya kesenjangan komunikasi yang bertanggung jawab memberikan informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu dalam tuntutan era globalisasi saat ini sangat diperlukan profesionalisme dalam manajemen industri manufaktur diatas, dimana pada tulisan ini difokuskan pada sistem JIP secara khususnya pada sistem informasi perencanaan terutama terhadap bahan baku langsung dari suatu produk. 4

2 5 Sistem panjadwalan induk produksi merupakan rencana tertulis yang memperlihatkan beberapa banyak masing-masing jenis produk untuk dibuat dalam setiap periode waktu yang akan datang. Meskipun demikian pada kenyataannya jadwal induk biasanya diubah suatu waktu selama waktu berjalan untuk menanggapi perubahan kondisi. Jadi dalam perancangan jadwal induk produksi ini memerlukan beberapa sistem komputerisasi yang bisa melakukan perancangan dengan metode perhitungan seperti peramalan, perencanaan produksi agregat, disagregasi (MPS) dan RCCP. Sehingga dalam perencanaan produksi kedepan akan tercapai suatu sistem pengendalian aktifitas produksi yang lebih baik Sistem Produksi Sistem merupakan kumpulan dari berbagai macam komponen yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan produksi adalah suatu proses pengolahan input menjadi output. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem produksi adalah kumpulan dari manusia, mesin, uang, material dan metode pada suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Fungsi-fungsi dari Sistem Produksi antara lain: a. Bussiness Planning b. Product Design and Engineering c. Manufacturing Engineering d. Supervision e. Production Planning f. Purchasing g. Production h. Production Control i. Quality Control j. Receiving, Shipping dan Inventory Control Faktor penentu keberhasilan Sistem Produksi diantaranya: a. Kedekatan hubungan antara pekerja dan sistemnya. b. Adanya sistem perencanaan dan pengendalian yang baik

3 6 Aspek Perusahaan dalam Perencanaan dan Pengendalian Produksi: Perkembangan industri dewasa ini ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan yang sangat cepat. Implikasi dari perubahan-perubahan ini adalah di satu pihak masyarakt sebagai konsumen mempunyai pilihan yang semakin banyak dan di lain pihak perusahaan industri sebagai produsen didorong secara terus menerus untuk mengikuti arah perubahan kebutuhan masyarakat tersebut. Secara umum misi perusahaan industri adalah memenuhi kebutuhan masyarakat (konsumen) dengan memproduksi barang-barang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk dapat memerankan misi tersebut, perusahaan industri perlu mengintegrasikan setiap aktivitas baik kegiatan produksi maupun pendukung. Secara umum misi perusahaan industri adalah memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen dengan memproduksi barang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk dapat memerankan misi tersebut, perusahan industri perlu mengintegrasikan setiap akitivitas baik kegiatan produksi maupun pendukung. Kunci keberhasilan perusahaan industri terletak pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kepuasan konsumen (customer satisfaction). Apabila kepuasan konsumen dapat dijabarkan lebih lanjut, maka faktor kunci keberhasilan perusahaan industri pada dasarnya mencakup: a. Kualitas (Quality) b. Biaya (Cost) c. Waktu Penyerahan (Delivery Time) 2.3. Rencana Produksi Aggregate (RPA) Perencanaan produksi Aggregate merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan dan dibuat secara harmonis dengan rencana bisnis (business planning). Perencanaan produksi dapat diartikan menentukan tingkat atau rate produksi pabrik yang dinyatakan secara Aggregate. Perencanaan Aggregate dalam kegiatannya juga menentukan strategi untuk memenuhi perubahan demand sehingga dapat meminimasi total ongkos dan tujuan perusahaan dapat terpenuhi.

4 7 Metode perencanaan Aggregate secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua strategi, yaitu: Strategi tradisional Top Down, yang menggunakan konsep ratarata atau komposit dari produk untuk memformulasikan rencana keseluruhan. Produk komposit kemudian didisagregasi untuk memperoleh perencanaan yang lebih rinci. Strategi pendekatan Bottom Up atau disebut Capacity Requirement Planning, dimana paerencanaan Aggregate keseluruhan dievaluasi dengan memperhatikan ketersedian kapasitas. Dalam memproduksi tentu adakalanya demandnya tidak menentu maka strategi untuk menghadapi demand yang tidak menentu atau berpola musiman Dalam menghadapi demand yang berfluktuasi, strategi metode perencanaan produksi Aggregate yang menghadapi meliputi: 1. Produksi bervariasi mengikuti tingkat demand yang terjadi, yaitu: a. Dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja, atau mengubah jumlah shift. b. Dengan melakukan lembur atau mengurangi jumlah tenaga kerja. 2. Produksi pada tingkat konstan, yaitu: a. Dengan menumpuk jumlah tenaga kerja, tetapi melakukan lembur atau mengurangi jumlah tenaga kerja. b. Dengan menambah atau mengurangi Sub kontrak. 3. Kombinasi strategi-strategi diatas. Metode program linier (transportasi). Perencanaan produksi adalah penentu tingkat kecepatan produksi pabrik yang dinyatakan secara Aggregate atau definisi lainnya yaitu merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan dan dibuat secara harmonis dengan rencana bisnis (Bussiness Planning) dan rencana pemasaran (Marketing Planning). Perencanaan produksi dapat diartikan untuk menyesuaikan permintaan yang berasal dari peramalan dengan seluruh kemampuan yang ada pada perusahaan.

5 Tipe Perusahaan Manufaktur Make To Stock Make To Stock adalah tipe industri yang membuat produk akhir untuk disimpan dimana kebutuhan konsumen diambil dari persedian digudang. Rencana produksi disusun berdasarkan jumlah peramalan untuk horison waktu yang direncanakan ditambah dengan selisih antara target inventory akhir dan inventory awal. Pernyataan ini dinyatakan dengan persamaan dibawah ini: PP = Peramalan + ( target inventory akhir - inventory awal) Karakteristik Make To Stock adalah: Standar item, high volume. Terus-menerus dibuat lalu disimpan. Harga wajar. Pengiriman dapat dilakukan segera. Customer tidak mau menunggu. Perlu adanya safety stock untuk mengatasi fluktuasi demand. Contoh dari perusahaan make to stock adalah perusahaan makanan/ minuman seperti perusahaan minum aqua atau makanan roti Make To Order Make To Order adalah tipe industri yang membuat produk hanya untuk memenuhi pesanan. Rencana produksi disusun berdasarkan jumlah peramalan untuk horison waktu yang direncanakan dikurangi selisih antara target akhir backlog dan backlog awal. Pernyataan ini dinyatakan dengan persamaan dibawah ini: PP = Peramalan + (target backlog akhir backlog awal) Karakteristik Make To Order adalah: Inputnya bahan baku Biasanya untuk supply item dengan banyak jenis Harga cukup mahal Perlu keahlian khusus Komponen biasanya dibeli untuk persediaan

6 9 Biasanya perusahaan yang berdasarkan order adalah perusahaan garment atau pabrik tekstil Assembly To Order Assembly To Order adalah tipe industri yang membuat produk dengan cara assembling hanya untuk memenuhi pesanan. Karakteristik Assembly To Order adalah: Inputnya Komponen. Untuk supply item dengan banyak jenis. Harganya cukup mahal. Lead time ditetapkan oleh konsumen. Contohnya perusahaan motor atau mobil yang membutuhkan perakitan terlebih dahulu Engineer To Order Engineer To Order adalah tipe industri yang membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus dimulai dari perancangan produk sampai pengiriman produk. Karakteristik Engineer To Order adalah: Produk sangat spesifik Lead time panjang Harganya mahal Contohnya perusahaan yang membuat pesawat terbang untuk pribadi Metode Perencanaan Aggregate Aggregate adalah perencanaan dibuat untuk seluruh produk yang menggunakan sumber yang sama, tanpa dirinci masing-masing produk yang berbeda (end item).

7 10 Metode-metode dalam perencanaan Aggregate dapat dikatagorikan sebagai berikut: 1. Kualitatif, termasuk dalam metode ini adalah konensus kelompok dan rasio inventory. 2. Kuantitatif, metode yang termasuk dalam katagori ini adalah metode heuristik, matematis dan simulasi Langkah Pelaksanaan Rencana Produksi a. Tentukan batasan perencanaan produksi yang akan dilakukan. Cari informasi mengenai data yang dibutuhkan. b. Tentukan standar satuan yang akan digunakan dalam perencanaan produksi. c. Tentukan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kurun perencanaan dengan kriteria ongkos minimum, dengan menggunakan alternatif 1 (tenaga kerja tetap), alternatif 2 (tenaga kerja sesuai demand), alternatif 3 (tenaga kerja mix strategy) dan alternatif 4 (transportasi). d. Rencana jumlah produksi dalam Aggregate. e. Jika item > 1, lakukan proses disagregasi sesuai dengan faktor konversinya. Karakter dari perencanaan produksi biasanya tidak rinci, rencana dibuat untuk family atau kelompok produk. Dan satuan yang digunakan dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, seperti ton, gallon waktu produksi standar, satuang uang, dan lain-lain. Namun, hal ini juga tergantung pada tipe bisnis apakah Make to Order atau Make to Stock. MTO Rencana Produksi = Pemesanan konsumen + Backlog akhir Backlog awal MTS Rencana Produksi = Ramalan + Persediaan akhir yang dikehendaki Persediaan awal Strategi Menghadapi demand yang Tidak Tetap

8 11 Untuk menghadi demand yang tidak tetap atau musiman dapat digunakan beberapa strategi yaitu: 1. Produksi pada tingkat konstan (tenaga kerja tetap) Produksi pada tingkat konstan artinya dengan tenaga kerja tetap kemungkinan yang terjadi adalah dengan menumpuk atau menggunakan persediaan, atau menembahkan dan mengurangi backlog atau dengan menambah atau mengurangi Sub kontrak. Dalam perhitungan strategi ini biasanya disebut sebagai alternatif 1 atau strategi 1. Tabel Perhitungan untuk alternatif 1 Tenaga Kerja =... orang Tabel 2.1. Produksi untuk tenaga kerja tetap Periode T Hari Kerja demand (unit) UPRT (unit) UPOT (unit) SK (unit) Hiring (orang) Lay Off (orang) Inv. Akhir (unit) Total Keterangan: P = Periode HK = Hari Kerja D = demand SK = Sub Kontrak H = Hiring IA = Inventory Akhir 2. Produksi bervariasi mengikuti tingkat demand yang terjadi ( tenaga kerja berubah sesuai demand), yaitu: Produksi mengikuti demand artinya bahwa kapasitas yang akan diproduksi tergantung dari permintaan. Kemungkinan yang terjadi dengan menambah atau mengurangi tenaga kerj, atau merubah jumlah shift, dan dengan mengurangi jumlah waktu kerja.dalam perhitungan ini biasanya disebut sebagai alternatif 2 atau strategi 2.

9 12 Langkah-langkah penyelesaian untuk alternatif 2 adalah sebagai berikut: 1. Tentukan Rencana Produksi untuk periode waktu tertentu 2. Tentukan Kebutuhan Jam orang untuk periode waktu tertentu 3. Tentukan Kebutuhan Tenaga Kerja untuk perioda waktu tertentu 4. Lakukan Perencanaan untuk periode waktu tertentu (lakukan perhitungn secara rinci untuk tiap periode / bulan) Hitung jumlah unit yang dapat diproduksi pada Regular Time. Hitung jumlah unit yang terjadi diproduksi Over Time (jika diperlukan). Nilai UPOT ada jika melebihi besarnya kapasitas (tabel kapasitas), maka yang dimasukkan besarnya nilai kapasitas dan untuk sisanya dimasukkan ke Sub kontrak. Hitung jumlah unit yang dapat diproduksi pada Sub kontrak (jika diperlukan). Sub kontrak ada jika nilai UPOT melebihi nilai kapasitas (yang ada dalam tabel kapasitas), maka sisanya dapat dimasukkan ke Sub kontrak. Hitung Inventory Akhir pada tiap perioda/bulan. Hitung semua Ongkos yang terjadi (Total Cost). Tabel yang digunakan: Untuk Alternatif 2 Tabel Perhitungan untuk Alternatif 2 Tabel 2.2. Produksi untuk tenaga kerja sesuai demand Periode T Hari Kerja demand (unit) Tk yang diperlukan TK terpakai UPRT (unit) UPOT (unit) Hiring (orang) Lay Off (orang) Inv. Akhir (unit) Total Keterangan: P = Periode

10 13 HK TK TK (D) TK (T) UPRT = Hari kerja = Tenaga kerja = Tenaga kerja yang diperlukan = Tenaga kerja yang terpakai = Unit Production Regular Time a. Mix Strategi atau Kombinasi strategi-strategi diatas. Produksi gabungan artinya produksi (demand) disatukan anatara demand dari strategi tenaga kerja tetap (setengah dari demand 1-n peiode) dengan demand strategi sesuai demand (setengah dari demand n-s n periode). Langkah-langkah penyelesaian untuk alternatif 1 dan 2 dipakai dalam perhitungan strategi yang ke 3 (mix strategi). Artinya, gabungan dari kedua alternatif yang telah dipakai seperti pada perhitungan strategi tenaga kerja tetap dan perhitungan strategi tenaga kerja sesuai demand. Tabel 2.3. Produksi untuk mix strategy TK Periode Hari Demand RMH TK yang UPRT UPOT Hiring Lay Off Inv. Akhir yang t Kerja (unit) (jam orang) terpakai (unit) (unit) (orang) (orang) (unit) diperlukan Total Keterangan: P = Periode HK = Hari kerja D = demand TK (D) = Tenaga kerja yang diperlukan TK (T) = Tenaga kerja yang terpakai SK = Sub Kontrak (Unit) H = Hirring (Orang) IA = Inventory Akhir (Unit)

11 14 b. Metode Program Linier (Transportasi) Tabel 2.4. Kapasitas Periode demand RT OT SC Capacity Capacity Capacity Total Periode RT 1 OT SC RT 2 OT SC RT OT SC deman d Periode Tabel 2.5. Alternatif Capacit y Tabel 2.6. Summary Periode RT Prod OT Prod SC Prod Total Suppl y deman d Ending Inventory Total Persoalan transportasi merupakan masalah pendistribusian suatu komoditas atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah tujuan (destination, demand), dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi. Ciri-ciri khusus persoalan transportasi ini adalah: 1. Terdapat sejumlah sumber dan jumlah tujuan tertentu.

12 15 2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber daya yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu. 3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. o Keseimbangan Model Transportasi Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total supply (sumber) sama dengan total demand (tujuan), dengan kata lain: m a i = 1 i n = b j = 1 j Dalam persoalan yang sebenarnya, batasan ini tidak selau terpenuhi, atau dengan kata lain, jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi, maka model persoalannya disebut sebagai model yang tidak seimbang (unbalanced). Batasan diatas dikemukakan hanya karena ia menjadi dasar dalam pengembangan teknik transportasi. Namun setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara memasukan variabel artifisial (semu), jika jumlah demand melebihi jumlah supply, maka dibuat sumber dummy yang akan men-supply kekurangan yaitu sebanyak: j b j i a i Sebaliknya jika jumlah supply melebihi jumlah demand, maka dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak: i a i j b j Ongkos transportasi perunit (Cij) dari sumber dummy ke seluruh tujuan adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi perunit (Cij) dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.

13 16 Jika persoalan transportasi dinyatakan bahwa sumber ke k tidak dilakukan atau tidak boleh terjadi pengiriman ke tujuan l, maka nyatakanlah Ck 1 dengan suatu harga M yang besarnya tidak terhingga. Hal ini dilakukan agar dari k ke 1 itu benar-benar tidak terjadi pendistribusian komoditas. o Format ongkos-ongkos yang terjadi Periode Tabel 2.7. Tabel Format Ongkos-ongkos yang Terjadi Produksi Produksi Produksi Total demand RT OT SK Supply Inventory Akhir Menggunakan aturan-aturan tertentu untuk memperoleh solusi yang baik tidak ada jaminan bahwa solusi itu optimum. Yang termasuk kedalam metode ini adalah: Model koefisien manajemen Model parametric Searth decision rules Metoda Matematis Model programa linier Model transportasi Model programa integer campuran Linier decision rule Rumus-rumus yang digunakan dalam perencanaan Aggregate: Rencana Produksi = Ramalan + Inv - Inv awal Kebutuhan Jam Orang = Rencana Produksi x Waktu Baku KebutuhanJamKerja Kebutuhan Tenaga Kerja = HK JK/hari Demand WB Jam Kerja = HK JK RMH = TK HK t JK Regular Time = RMH Kebutuhan Jam Orang/Unit

14 17 Inventory Akhir = UPRT Demand + Inventory t-1 Kebutuhan Jam Orang Kolom tenaga kerja yang diperlukan= HK t JK/Hari Total Supply = UPRT + UPOT + UPCS Ending Inventory = Total Supply Demand + Inventory t Perencanaan Produksi dengan Metoda Heuristik Langkah-langkah penyelesaian untuk alternatif 1 adalah sebagai berikut: 1. Tentukan Rencana Produksi untuk periode waktu tertentu Rencana Produksi = Ramalan Demand Inv. Awal 2. Tentukan Kebutuhan Jam orang untuk periode waktu tertentu Kebutuhan Jam Orang = RP x Waktu Baku 3. Tentukan Kebutuhan Tenaga Kerja untuk perioda waktu tertentu RP Waktu baku Keb.JamOrang Tenaga Kerja = = HK Jam Kerja HK Jam Kerja 4. Lakukan Perencanaan untuk periode waktu tertentu (lakukan perhitungn secara rinci untuk tiap periode / bulan) Hitung jumlah unit yang dapat diproduksi pada Regular Time TK HK JK UPRT = Waktu baku Hitung jumlah unit yang terjadi diproduksi Over Time (jika diperlukan). Nilai UPOT ada jika melebihi besarnya kapasitas (tabel kapasitas), maka yang dimasukkan besarnya nilai kapasitas dan untuk sisanya dimasukkan ke Sub kontrak. Hitung jumlah unit yang dapat diproduksi pada Sub kontrak (jika diperlukan). Sub kontrak ada jika nilai UPOT melebihi nilai kapasitas (yang ada dalam tabel kapasitas), maka sisanya dapat dimasukkan ke Sub kontrak. Hitung Inventory Akhir pada tiap perioda/bulan Inv. Akhir = UPRT Demand + Inv.Awal

15 18 Hitung semua Ongkos yang terjadi (Total Cost) Total Cost = (UPRT x Cost UPRT) + (UPOT x Cost UPOT) + (SK x Cost SK) + (HR x Cost HR) + (Lat Off x Cost Lay Off) + (Inv. Akhir x Cost Inv. Akhir) Dalam menghadapi demand yang berfluktuasi, strategi metode perencanaan produksi Aggregatee yang menghadapi meliputi: 1. Produksi bervariasi mengikuti tingkat demand yang terjadi, yaitu: a. Dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja, atau mengubah jumlah shift. b. Dengan melakukan lembur atau mengurangi jumlah tenaga kerja. 2. produksi pada tingkat konstan, yaitu: a. Dengan menumpuk jumlah tenaga kerja, tetapi melakukan lembur atau mengurangi jumlah tenaga kerja. b. Dengan menambah atau mengurangi Sub kontrak. 3. Kombinasi strategi-strategi diatas. Metode program linier (transportasi). Tujuan dari perencanaan produksi adalah: 1. Mengatur strategi produh. Memproduksi sesuai demand. Memproduksi pada tingkat konstan. 2. Menentukan kebutuhan sumber daya, meliputi: Tenaga kerja Material Fasilitas Peralatan Dana 3. Menjadi langkah awal bagi seluruh kegiatan produksi. Dalam memproduksi tentu adakalanya demand-nya tidak menentu maka strategi untuk menghadapi demand yang tidak menentu atau berpola musiman dapat

16 19 digunakan beberapa strategi. Produksi pada tingkat konstan artinya dengan tenaga kerja tetap. Kemungkinan yang terjadi adalah dengan menumpuk atau menggunakan persediaan, atau menambah dan mengurangi backlog atau dengan menambah atau mengurangi sub kontrak. Dalam perhitungan strategi ini biasanya disebut dengan alternatif 1 atau strategi 1. Produksi mengikuti demand artinya bahwa kapasitas yang akan diproduksi tergantung dari permintaan. Kemungkinan yang terjadi dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja, atau merubah jumlah shift. Dalam perhitungan strategi ini biasanya disebut sebagai alternatif 2 atau strategi 2. Menggunakan aturan-aturan tertentu untuk memperoleh solusi yang baik tidak ada jaminan bahwa solusi itu optimum. Karakter dari perencanaan produksi biasanya tidak rinci, rencana dibuat untuk family atau kelompok produk. Dan satuan yang digunakan dapat berbeda anatara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, seperti ton, galon waktu produksi standar, satuan uang dan lain-lain. Namun, hal ini juga tergantung pada tipe bisnis apakah make to order atau make to stock. Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yanga akan terjadi dimasa yang akan datang juga para pengambil keputusan perlu untuk membuat planing, disamping itu didalam suatu manufakturing ada yang dinamakan dengan Lead time atau pembagian waktu dalam membuat suatu rencana produksi. Oleh sebab itu pembahasan peramalan dalam suatu manufacturing banyak berkisar dalam konteks peramalan kebutuhan, peramalan penjualan dan lain lain. Dalam suatu manufacturing peramalan merupakan langkah awal dalam penyusunan Production Inventory Management, Manufacturing and Planning Control, dan Manufacturing Resource Planning, dimana objek yang diramalkan adalah kebutuhan. Pada industri yang menganut sistem Make To Stock Peramalan merupakan input utama, sedangkan pada industri yang menganut Make To Order peramalan hanya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebutuhan mesin. Selain itu ada beberapa informasi yang penting yang bisa didapat dari

17 20 peramalan yaitu informasi penjadwalan produksi, transportasi, personal, maupun informasi tentang rencana perluasan usaha baik jumlah atau sumber daya. Ditinjau dari segi poyeksi, peramalan secara teknis di kualifikasikan dalam dua cara yaitu peramalan Kualitatif Dan Kuantitatif. Pada praktikum perencanaan produksi Aggregate menggunakan periode demand hasil dari metode triple exponential smoothing. UPRT adalah unit produksi pada jam kerja reguler atau normal. UPOT adalah unit produksi pada jam kerja lembur dan sub kontrak adalah unit produksi pada kontrak. Layoff adalah pengurangan tenaga kerja dari tenaga kerja awal sedangkan Hiring adalah penambahan tenaga kerja dalam memproduksi suatu produk. Inventory adalah persediaan yang tersedia pada periode tertentu dan total biaya adalah total keseluruhan biaya untuk rencana produksi Jadwal Induk Produksi (MPS) Merupakan suatu rencana produksi yang menggambarkan hubungan antara kuantitas setiap jenis produk akhir yang diinginkan dengan waktu penyediaannya. Secara garis besar pembuatan suatu MPS biasanya dilakukan atas tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Identifikasi sumber permintaan dan jumlahnya, sehingga dapat diketahui besarnya permintaan produk akhir setiap periodanya. b. Menentukan besarnya kapasitas produksi dan kecepatan operasi yang diperlukan untuk memenuhi permintaan yang telah diidentifikasikan, perencanaan ini biasanya dilakukan pada tingkat agregat, sehingga masih merupakan perencanaan global. c. Menyusun rencana rinci dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Tahap ini merupakan penjabaran dari rencana agregat (global) sehingga akan didapat rencana produksi setiap produk akhir yang dibuat dan perioda waktu pembuatannya. d. Hal penting yang diperhatikan dalam menyusun MPS adalah menentukan panjang horison waktu perencanaan (Planning Horison), yaitu banyaknya perioda waktu yang ingin diliput dalam penjadwalan.

18 21 Sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) memerlukan lima input utama: Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecast) dan pesanan-pesanan (order). Status Inventory berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stock yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesananpesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak inventory yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan. Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventory, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu. Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing yang harus digunakan, shrinkage factor, stock pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time), dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dalam item (Item Master File). Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP menentukan kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan memberika umpan balik kepada perencana atau penyusun jadwal memproduksi induk (Master Scheduler) untuk mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas yang tersedia. Metode-metode dalam penentuan MPS: a. Pendekatan Hax and Meal Hax and Meal membagi produk kedalam tiga tingkatan: 1. Item Produk akhir yang digunakan konsumen

19 22 Tingkat terendah dalam struktur produk Suatu jenis produksi mungkin terdiri atas banyak item yang dibedakan dari warna, kemasan, etiket, merk, dan lain-lain. 2. Keluarga (Family) Yaitu sekelompok item yang menaggung secara bersama ongkos setup bila suatu mesin sudah disiapkan untuk membuat suatu item dari suatu keluarga yang sama dapat diproduksi, dengan melakukan perubahan kecil pada saat setup. 3. Tipe Yaitu kelompok beberapa Family yang memiliki ongkos produksi persatuan yang sama. - Ongkos buruh langsung - Ongkos simpan - Jumlah produk per satuan waktu dan sebagainya. b. Pendekatan Britian and Hax Prosedur disagregasi Britian and Hax 1. Memilih family produk yang akan diproduksi pada periode yang bersangkutan. Suatu family i produk akan diproduksi bila salah satu item j dari family i tersebut, memenuhi syarat berikut: Iij = t -1 D ijt SS ijt dimana: I = Tingkat persediaan pada akhir periode t-1 dari item j family i ij 1 D ijt = Permintaan item j family i pada periode t SS ij = Cadangan pengaman item j dalam family i. 2. Menentukan jumlah yang akan diproduksi dari family yang terpilih dengan model Knapsack. MinZ = Dimana: Hi.Xi 2 + Si. K D χi ij ijt Hi = Holding cost untuk item j dalam family i

20 23 χ i = Jumlah unit family i yang diproduksi Si = Ongkos setup untuk family i Xi = Faktor konversi untuk item j dalam family i terhadap unit produk aggregate. D ij = Demand untuk item j dalam family i selama masa produk t Z = Set dari family yang akan diproduksi Batas bawah: [ K ( D SS )] LBi + = MAX D ij ijt 1 JEi Batas bawah bila dikehendaki ada safety stock. Batas atas: UBi = JEi K ij n 1 k= 0 D ij t tk I ijt 1 ij + SS Batas atas bila tidak diinginkan, akumulasi inventory terlalu banyak. Batas atas dan batas bawah bisa diabaikan bila tak dikehendaki atau tak sesuai rencana produksi. Bila dikehendaki ada batas. iez LBi X* iez UBi 3. Rencana yang lebih tinggi menjadi pembatas atau kendala bagi rencana tingkat rendah. 4. Aggregate taktis (operasional). Item No: Lead Time: ij Tabel 2.8. Format MPS Description: Safety Stock: Order qty : DTF : PTF : Period n Forecast A Order PAB ATP MS PO Keterangan:

21 24 o Forecast (ramalan kebutuhan) Berupa estimasi terhadap kuantitas end item yang akan terjual pada setiap periodanya. Informasi datang dari bagian pemasaran. o Actual order (pesanan konsumen) Merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti (Certain). Dalam konsep manajemen permintaan yang telah dibahas dalam bab 3, semua pesanan yang bersifat pasti ini dikelompokkan kedalam aktivitas order service, sedangkan sales forecast dikategorikan kedalam aktivitas peramalan (Forecasting). o Project available balance (proyeksi persediaan/ on hand) Merupakan proyeksi on-hand inventory dari waktu-kewaktu selama horizon perencanaan MPS, yang menunjukan status inventory yang diproyeksikan pada akhir dari setiap periode waktu dalam horizon perencanaan MPS. o Available to promise (jumlah yang bisa dijanjikan) Merupakan informasi yang sangat berguna bagi departement pemasaran untuk mampu memberikan jawaban yang tepat pernyataan pelanggan tentang: kapan anda dapat mengirimkan item yang telah dipesan itu? o Master schedule (jadwal produksi) Berupa keputusan tentang kuantitas yang akan diproduksi dan saat diproduksi itu memasuki stock. Ditentukan dengan memperlihatkan ketersediaan material dan kapasitas. Total dari master schedule untuk setiap individual part harus sama dengan total yang dinyatakan dalam rencana produksi Rought Cut Capacity Planning (RCCP)

22 25 Merupakan perencanaan prioritas kapasitas yang berperan dalam pengembangan MPS. RCCP melakukan validasi terhadap MPS, guna menetapkan sumber-sumber spesifik tertentu khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial adalah cukup untuk melaksanakan MPS (Gaspersz, 2002). Perhitungan RCCP digunakan tiga metode (Fogarty. Dkk, 1991): Capacity Planning using Overall Factors (CPOF) Metode yang menggunakan data masa lalu untuk menentukan presentase jam produksi total pada stasiun kerja. Presentase ini digunakan untuk memperkirakan kapasitas kerja pada setiap stasiun kerja untuk setiap waktu jadwal induk produksi. CPOF membutuhkan tiga masukan yaitu MPS, waktu total yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk dan proporsi waktu penggunaan sumber. Bill of Labor Approach (BOLA) Metode yang menggunakan pendekatan daftar tenaga kerja menggunakan rincian data pada waktu standar untuk setiap produk pada stasiun kerja. Jumlah kebutuhan kapasitas yang diperlukan diperoleh dengan mengkalikan waktu tiap komponen yang tercantum pada daftar tenaga kerja dengan jumlah produk dari MPS. Jika perusahaan mempunyai lebih dari satu produk lead time tiap bagian harus ditentukan jumlah produk per-statsiun kerja. Resources profile approach (RPA) Pendekatan metode ini terdapat perbedaan dengan kedua metode di atas yaitu terletak pada alokasi jam-jam produksi mingguan pada stasiun kerja individual. Load profile sebagai tampilan dari kebutuhan kapasitas mendatang berdasarkan pesanan-pesanan yang direncanakan dan dikeluarkan sepanjang suatu periode waktu tertentu. Perhitungan sumberdaya kritis adalah penggunaan jam mesin untuk membuat laporan kebutuhan kapasitas waktu dari proses produksi berdasarkan analisis RCCP untuk uji kelayakan jadwal induk produksi. Load Levelling

23 26 Selanjutnya hasil hasil dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP) ditampilkan dalam suatu diagram yang dikenal sebagai load profile. Load Profile merupakan metode yang umum dpergunakan untuk menggambarkan kapasitas yang dibutuhkan versus kapasitas yang tersedia. Dengan demikian load profile didefinisikan sebagai tampilan dari kebutuhan kapasitas diwaktu mendatang berdasarkan pesanan pesanan yang direncanakan dan dikeluarkan sepanjang suatu periode waktu tertentu. Load Leveling disini berupa grafik perbandingan antara kapasitas yang dibutuhkan dengan kapasitas yang tersedia. Rough Cut Capacity Planning menetapkan kapasitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan Master Schedule atau MS. Perencanaan ini lebih spesifik bila dibandingkan dengan informasi dari Resource Planning, karena Master Schedule memerlukan penjadwalan yang lebih spesisifik bagi setiap end itemnya, dimana productian planning telah dihitung berdasarkan product families. Rough Cut Capacity Planinng memperlihatkan bagaimana operator dan jam mesin ditetapkan bagi setiap departemen atau work center setiap periodenya. Perencanaan ini lebih spesifik bila dibandingkan dengan informasi resource planning, karena MPS memerlukan penjadwalan yang lebih spesifik bagi setiap end item, dimana production planning telah dihitung berdasarkan product families. RCCP memperlihatkan bagaimana operator dan jam mesin ditetapkan bagi setiap department atau work center setiap periodenya. ST Standard Hours = RT + LS RCCP = MS x Std.Hours Output dari RCCP yaitu dimana kita mendapatkan jumlah kapasitas yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk, yang kemudian akan dibuat suatu Load Leveling yaitu merupakan perbandingan dari kapasitas yang dibutuhkan dengan kapasitas yang tersedia dalam bentuk grafik. Tabel 2.9. Perbedaan Antara Rencana Produksi dan MPS

24 27 NO Description Rencana produksi Jadwal Induk Produksi (MPS) 1 Definisi Tingkat produksi berdasarkan kelompok atau family Anticipated build schedule 2 Item yang Tingkat produksi berdasarkan Produk akhir atau item direncanakan family atau kelompok produk spesifikasi dalam bill of material (BOM) 3 Sumber daya dengan waktu Waktu tunggu kumulatif Horizon tunggu terpanjang (longest lead (cumulatif lead time) untuk perencanaan time) komponen 4 Batasan -batasan Kapasitas peralatan dan pabrik dan material Rencana produksi, kapasitas 5 Hubungan Agregasi MPS Disagregasi rencana produksi Dalam membuat RCCP kita harus memiliki data-data yang berhubungan dengan pembuatan RCCP itu sendiri. Dari informasi-informasi yang ada, barulah kita dapat membuatnya. Informasi-informasi tersebut salah satunya yang paling mempengaruhi yaitu informasi dari MPS Sistem Informasi Konsep informasi Secara umum informasi diartikan sebagai pengetahuan mengenai sesuatu atau seseorang, informasi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada sesuatu atau seseorang itu. Secara alami setiap manusia bertindak berdasarkan persepsi mereka mengenai objek yang dihadapinya Informasi dan komunikasi Ketika kita membahas konsep informasi maka tidak terlepas dari konsep komunikasi. Informasi mungkin dihasilkan dan digunakan secara internal oleh seseorang, namun itu hanya terjadi dalam kehidupan pribadi, dalam industry atau perusahaan informasi lebih sering digunakan secara bersama oleh kelompok kerja, informasi ditransmisikan dari pengirim kepenerima melalui suatu transmisi. Sistem komunikasi bertujuan untuk memproduksi ulang ditempat tujuan pesanpesan yang dipilih dari sumber.

25 Kualitas dan dimensi informasi Dimensi informasi merupakan faktor yang menentukan derajat kualitas informasi untuk mencapai nilai manfaat yang dikandungnya. Raymondd McLeod Jr. dan George Sshell (2001) menyebutkan bahwa kualitas informasi memiliki empat dimensi yaitu: 1. Relevansi, suatu informasi memiliki relevansi jika dengan masalah yang dihadapi. Pengguna harus bisa memilih informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan dari banyak informasi yang tersedia, dengan demikian dapat dihindari waktu terbuang untuk menganalisis informasiinformasi yang tidak berguna. 2. Akurasi, informasi harus terbebas dari kesalahan dan tidak bisa dari maksud yang dikandungnya. Akurasi ini semakin tinggi jika transmisi informasi dapat menghindari interferensi yang menyebabkan penyimpangan ketika sampai penerima. 3. Ketepatan waktu, berarti informasi diterima pada saat informasi itu dibutuhkan, tidak lebih cepat atau lebih lambat. Waktu penerimaan informasi yang tidak sesuai mengakibatkan nilai manfaat dari informasi tidak maksimal, informasi yang diterima sebelum waktunya belum memiliki nilai yang cukup akibatnya sering diabaikan dan ketika dibutuhkan informasi tersebut tidak dapat ditemukan dan pengirim harus mentransmisikan ulang informasi yang sama, ini berarti terjadi pemborosan. 4. Kelengkapan, informasi harus memberikan gambaran yang lengkap dari suatu masalah, tetapi tidak menenggelamkan pengguna kedalam lautan informasi, informasi berlebih (information overload) justru membahayakan karena menyulitkan proses pengambilan keputusan. Pendapat yang lebih rinci mengenai dimensi informasi dikemukakan oleh Wang dan Strong (1996) yaitu meliputi: 1. Kualitas interistik: Akurasi, objektivitas, daya kepercayaan (believability), reputasi.

26 29 2. Kualitas kontekstual: Relevansi, nilai tambah (value added), ketepatan waktu, kelengkapan, jumlah informasi. 3. Kualitas representasi: Daya interpretasi (interpretability), mudah dipahami, kejelasan, konsistensi. 4. Kualitas aksebilitas: Daya akses (accessibility), keamanan akses. William dan Sawyer (2007) mengemukakan kualitas informasi meliputi: 1. Benar dan bisa dibuktikan 2. Lengkap dan padat 3. Efektif biaya 4. Terbaru 5. Bisa diakses Nilai informasi Dimensi informasi menentukan kualitas informasi tetapi tidak menentukan nilai informasi. Secara umum informasi dapat dinilai dengan membandingkan manfaat informasi dangan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi itu, jika nilainya positif maka informasi memiliki nilai Konsep sistem Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani sustema yang berarti gabungan, kini istilah sistem mengacu pada terintegrasi beberapa elemen yang memiliki tujuan yang sama. Integrasi elemen-elemen itu menghasilkan suatu sifat yang berbeda dari sifat yang berbeda dari sifat elemen-elemen pembentukan, Daelenbach (1995) menyebut sifat baru itu sebagai emerging properties, yaitu sifat yang muncul dari sinergitas interaksi khusus antar elemen-elemen dalam sistem. Sinergi ini menjadi alasan utama setiap komponen berinteraksi dikenal dengan kalimat the whole being greater than the sum of its parts Model sistem

27 30 Untuk mempermudah pengertian mengenai sistem digunakan model sistem seperti pada gambar berikut : I n p u t P r o s e s O u t p u t Gambar 2.1 Model Umum Sistem 1 Model umum diatas menggambarkan sebuah sistem yang paling sederhana, model itu dapat dielaborasi menjadi model yang lebih representatip, seperti gambar berikut: L i n g k u n g a n S i s t e m B a t a s S i s t e m I n p u t P r o s e s O u t p u t S u b s i s t e m 2 I n t e r f a c e Gambar 2.2. Model Umum Sistem Elemen sistem Secara umum elemen-elemen yang membentuk suatu sistem dapat dikelompokan menjadi : 1. Input, adalah semua sumber daya dari lingkungan yang digunakan dalam sistem, mempengaruhi kinerja sistem tetapi tidak secara langsung dipengaruhi oleh sistem, input sistem meliputi input yang diolah menjadi output dan input yang mengolah disebut maintenance input, input sinyal berupa pemasukan data melalui piranti input seperti keyboard, mouse, dll. Sedangkan pemeliharaan meliputi CPU dan memori. 2. Output, adalah semua hasil dari proses yang yang terjadi di dalam sistem yang akan disalurkan ke lingkungan,output meliputi hasil yang diinginkan dan tidak diinginkan, yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Output sistem dipengaruhi oleh sistem tetapi tidak secara langsung mempengaruhi sistem tersebut. Output sistem informasi adalah informasi melalui berbagai piranti output seperti monitor dan printer.

28 31 3. Proses, adalah semua aktivitas yang terjadi akibat interaksi dari dua atau lebih input sistem, dalam proses terjadi transformasi input kedalam bentuk berbeda. Proses sistem bisa dibagi menjadi beberapa proses yang lebih kecil, setiap proses mempengaruhi sistem dan dipengaruhi oleh sistem, dalam sistem fisik proses bisa berupa transformasi fisik atau kimia sedangkan dalam sistem informasi proses berupa transformasi representasi, kalkulasi, dan distribusi. 4. Tujuan dan sasaran (Goal and Objectivies), tujuan sistem adalah suatu kondisi yang ingin dicapai oleh output sistem dibagi menjadi beberapa sasaran yang lebih terjangkau, tujuan bersifat kualitatif dan berjangka panjang sedangkan sasaran bersifat kuantitatif dan berjangka pendek. Tujuan sistem informasi adalah menghasilkan informasi yang dapat mengubah keputusan, sedangkan sasarannya bisa dalam jumlah informasi, waktu penyediaan informasi, dan akurasi informasi. 5. Batas (Boundary), suatu sistem dibatasi dari lingkungannya, batas bisa berupa batas fisik atau batas konseptual. Batas fisik mengacu pada pembatas lokasi misalnya tembok sebagai batas sistem gedung, pagar sebagai batas sistem rumah, dan lain sebagainya, sedangkan batas konseptual mengacu pada pembatas fungsional, misalnya sistem belajar mengajar di kelas dibatasi oelh fungsi elemen-elemennya seperti guru, siswa, fasilitas, dan materi, bukan hanya dibatasi oleh dinding kelas tersebut. 6. Lingkungan, lingkungan adalah semua yang berada diluar sistem, sebagai penyedia input dan penerima output, lingkungan memiliki kemampuan mempengaruhi kinerja sistem melalui interferensi pada input, proses, dan output. Lingkungan sistem informasi adalah tempat dimana sistem itu diperuntukan, sistem informasi dibangun dan digunakan oleh lingkungan.

29 32 7. Antarmuka (Interface), antar muka adalah segala jenis media yang digunakan untuk menginterkasi antara lingkungan dengan sistem, sistem dengan sistem lain, atau antara subsistem-subsistem dalam suatu sistem. Input yang berasal dari lingkungan masuk kedalam sistem melalui antarmuka seperti supplier berhubungan dengan bagian pembelian suatu perusahaan, atau konsumen berhubungan dengan bagian penjualan. Interface sistem informasi biasanya berupa tampilan dilayar, susunan tombol pada keyboard, atau suatu software yang menghubungan pengguna dengan hardware. 8. Umpan balik (feedback), unpan balik adalah suatu mekanisme pengendalian yang muncul pada sistem lingkaran tertutup, berasal dari output menuju input dengan tujuan memberikan informasi pengendalian bagi siklus sistem berikutnya Management Manajer adalah seorang yang bertanggung jawab untuk menggunakan sumber daya yang ada seperti orang, material/peralatan, tanah, informasi, uang untuk mencapai tujuan dari organisasi. Manajer mempunyai 5 fungsi spesifik untuk mencapai tujuannya: 1. Planning, merupakan orientasi kedepan dari pengembangan yang akan dilakukan untuk tujuan jangka pendek atau jangka panjang dari organisasi. 2. Staffing, adalah penyusunan dan training ke personel untuk mencapai tujuan. 3. Organizing, penyediaan sumber daya dan struktur yang mana setiap personel bertanggung jawab dan dapat dihandalkan untuk bekerja agar tercapainya suatu tujuan. 4. Directing, memberikan keteladanan/memimpin dalam mengarahkan personel, dan dapat berkomunikasi serta mempunyai inovasi. 5. Controlling resources, melibatkan pengembangan prosedur untuk mengukur kinerja dalam mencapai tujuan dan dapat membuat penyesuaian yang dirasakan perlu untuk mengarahkan organisassi dapat bergerak mencapai tujuan.

30 33 Manajemen dibagi kedalam 3 level dasar, yaitu: 1. Strategic (top level) manajer 2. Tactical (middle level) manajer 3. Operational (low level) manajer Gambar 2.3. Level management 1. Strategic (top level) manajer Strategi pengambilan keputusan berjangka waktu panjang Informasi lalu dan sekarang yang diringkas Future projections (perencanaan kedepan) Penggunaan sumber informasi internal dan eksternal: - Internal: situasi yang ada dalam perusahaan/organisasi. - Eksternal: evaluasi trend industry, trend ekonomi dunia, regulasi pemerintah. 2. Tactical (middle level) manajer Jangka pendek strategi keputusannya Informasi lalu dan sekarang didapatkan dengan terperinci Informasi internal dan eksternal menjadi sumber utama Banyak dari perusahaan yang telah menggunakan komputerisasi menekan jumlah tactical manajer untuk memotong anggaran mereka. 3. Operational (low level) manajer Operasi keputusan dilakukan dengan segera Informasi yang didapat difokuskan dari bahasan yang spesifik dan detail Hanya berdasarkan informasi dari internal saja

31 Klasifikasi sistem informasi Sistem Informasi dapat Diklasifikasikan dengan cara berbeda, bisa berdasarkan struktur organisasi, area fungsional, ketersediaan dukungan, dan arsitektur sistem. Klasifikasi Struktur Organisasi Klasifikasi berdasarkan struktur organisasi yang bersangkutan, organisasi tradisional biasanya memiliki struktur hirarki dengan membagi perusahaan menjadi beberapa departemen yang menjalankan fungsi-fungsi utama organisasi, organisasi-organisasi yang lebih modern sering mengembangkan struktur organisasinya meelalui proses reengineering dan menghasilkan struktur organisasi yang inovatif seperti struktur matriks, struktur jaringan, dll. Secara umum klasifikasi berdasarkan struktur organisasi adalah: 1. Sistem Informasi Departemen (Departemental Information System), seringkali organisasi membagi program aplikasi berdasarkan satu fungsi departemen, aplikasi dirancang umtuk melakukan fungsi yang spesifik langsung untuk pengguna tertentu. Setiap departemen bisa memiliki program berdiri sendiri tidak memiliki integrasi dengan sistem lain yang biasa disebut dengan istilah sistem informasi departemen tunggal, namun bisa juga sistem dikembangkan dengan integrasi antar departemen dengan membaginya kedalam subsistem-subsistem aplikasi. 2. Sistem Informasi Perusahaan (Enterprise_Information System/ EntIS), sistem informasi ini menghimpun dan menggabungkan semua aplikasi departemen dalam suatu integrasi penuh. Salah satu aplikasi sistem informasi perusahaan yang paling terkenal adalah Enterprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP merupakan sistem yang memungkinkan perusahaan mengganti sistem yang ada dengan sistem tunggal terintegrasi, proses ini melibatkan perencanaan dan manajemen sumberdaya keseluruhan perusahaan. 3. Sistem Informasi Interorganisasi ( Interorganizational Information System/ IOS), sistem ini menghubungkan beberapa organisasi, seperti

32 35 menggabungkan sistem reservasi penerbangan dunia yang menyatakan beberapa sisteem yang dimiliki maskapai berbeda. IOS juga digunakan untuk perusahaan multinasonal yang beroprasi di dua atau lebih negara, juga memegang peranan penting didalam sistem e-commerce, dan mendukung manajemen rantai pasok. Klasifikasi Area Fungsional Klasifikasi berdasarkan area fungsional membagi sistem informasi berdasarkan fungsi-fungsi utama yang dijalankan oleh departemen-departemen dalam suatu organisasi, pada umumnya meliputi: 1. Sistem Informasi Penjualan dan Marketing, adalah sistem informasi pada area fungsionaal penjualan dan marketing, singkatnya disebut sistem informasi marketing (Marketing Information System/ MKIS) meliputi semua aktivitas yang berhubungan dengan promosi dan penjualan produk atau jasa. Transaksi yang dicatat antara lain order penjualan, order promosi, dan lainnya. Aktivitas pengendalian operasional meliputi perekrutan dan pelatihan tenaga marketing, jadwal harian penjualan dan promosi. Informasi untuk manajerial meliputi data konsumen, pesaing, produk pesaing, dan kebutuhan tenaga penjualan. 2. Sistem Informasi Akuntansi dan Keuangan, akuntansi dan keuangan merupakan fungsi yang terpisah tetapi berhubungan erat sehingga sering digambarkan sebagai satu kesatuan. Sistem Informasi keuangan (Finance Information System/ FIS) bertanggung jawab untuk menjamin kecukupan danaorganisasi dengan minimasi biaya serendah mungkin tetapi tetap mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3. Sistem Informasi Manufaktur (Manufacturing Information System/ MFIS) meliputi fungsi perancangan produk, perencanaan fasilitas produksi, penjadwalan dan operasi fasilitas produksi, penerimaan, dan pelatihan tenaga kerja produksi, serta inspeksi dan pengendalian kualitas. Pengendalian operasional menghasilkan laporan rinci perbandingan antara

33 36 kinerja actual dan jadawal produksi dan mengidentifikasi dimana terjadi bottleneck. 4. Sistem Informasi Personalia (Human Resources Information System/ HRIS) meliputi penerimaan, pelatihan, pencatatan prestasi, penggajian, dan pemberhentian pegawai. Pengedalian operasional meliputi prosedur penerimaan, pelatihan, pemberhentian, perubahan gaji, dan masalah pension. 5. Sistem Informasi Logistik (Logistic Information System/ LIS), fungsi logistic meliputi pengadaan, penerimaan,pengendalian persediaan, dan distribusi. Transaksi yang diproses oleh sistem informasi ini meliputi rekuisisi pembelian, order pengiriman, dan daftar barang yang dikirim. Fungsi pengendalian operasional menggunakan informasi yang tersedia dalam laporan pembelian sebelumnya, pengiriman ke pelanggan sebelumnya. 6. Sistem Informasi Sumberdaya Informasi (Information Resources Information System/ IRIS), fungsi sumberdaya informasi bertanggung jawab menjamin bahwa fungsi-fungsi lain mendapatkan jasa dan sumberdaya informasi yang diutuhkannya. transaksi umum yang ditangani meliputi permintaan pemrosesan informasi, perbaikan atau perubahan data program, laporan kinerja hardware dan software, dan proposal-proposal proyek. 7. Sistem Informasi Eksekutif (Excecutive Information System/ EIS), sistem informasi eksekutif biasanya terpisah dari sistem informasi area fungsional, biasanya menghasilkan informasi utnuk mendukung pengambilan keputusan. Transaksi sistem ini meliputi permintaan informasi dari dokumen-dokumen sistem informasi fungsional untuk keperluan pengambilan keputusan, dengan melakukan akses pada database kemudian diproses oleh model keputusan.

34 37 Klasifikasi Dukungan teknologi Klasifikasi ketiga membagi tipe sistem informasi berdasarkan ketersediaan dukungan terhadap area fungsional, dukungan yang disediakan oleh sistem informasi sangat tergantung pada teknologi sistem yang digunakan, dapat dibagi menjadi: 1. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transation Processing System/ TPS). Sistem pemrosesan transaksi merupakan jenis sistem informasi yang pertama kali diimplementasikan. Fokus utama sistem ini adalah pada data transaksi. Sistem informasi ini digunakan untuk menghimpun, menyimpan, dan memproses data transaksi serta sering kali mengendalikan keputusan yang merupakan bagian dari transaksi. 2. Sistem Informasi Manajemen (Manajemen Information System/ MIS). Sistem Informasi Menajemen adalah sistem informasi yang menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan pengembalian keputusan dalam sebuah organisasi. SIM menghasilkan informasi yang memantau kinerja sistem dengan membandingkan hasil actual dengan target atau standar yang ditetapkan. Macam-macam laporan yang dihasilkanoleh SIM berupa laporan periodic, laporan ikhtisar, laporan pengecualian, dan laporan perbandingan. 3. Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System/ KMS), adalah sistem yang dirancang secara spesifik untuk aktivitas pofesional dan manajerial yang berfokus pada penciptaan, pengumpulan, pengorganisasian, dan diseminasi pengetahuan perusahaan sebagai pembanding data dan informasi. 4. Sistem Pendukung Keputusan (Decicion Support System) adalah sistem Informasi interaktif yang menyediakan informasi, permodelan, dan manipulasi data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Alter, 2002).

35 38 5. Kantor Virtual (Virtual Office), disebut juga sistem otomasi perkantoran (Office Automation System/ OAS) atau sistem informasi perkantoran (Office Information System/ OIS) adalah sistem yang memberikan fasilitas tugas-tugas pemrosesan informasi sehari-hari di dalam perkantoran dan organisasi bisnis. 6. Sistem Pakar (Expert System/ ES), sistem ini berhubungan dengan artificial intelegent (AI) yaitu perograman komputer untuk simbolisasi cara berpikir dan pemecahan masalah. Sistem pakar menyediakan tempat penyimpanan pengetahuan dari para pakar dan non pakar, sehingga dikemudian hari dapat digunakan dalam pemecahan masalah. Klasifikasi Berdasarkan Arsitektur Sistem Organisasi sistem informasi tergantung pada yang ingin didukungnya, sehingga sebelum merancang suatu sistem informasi, diawali dengan tugas kunci untuk melakukan konseptualitas kebutuhan informasi dari inti bisnis organisasi itu, termasuk cara bagaimana memenuhinya. Konseptualitas ini dikenal dengan sebutan arsitektur informasi. Arsitektur da infrastruktur adalah aspek yang saling berkaitan dengan perancangan sistem informasi. Paling tidak ada tiga tipe dasar arsitetur sistem : 1. Sistem berbasis mainframe (A mainframe-based System), adalah sistem yang menggunakan sebuah mainframe sebagai pusat pengendali sistem, database dan program disimpan dalam komputer utama, dan informasi ditampilkan di komputer stasiun kerja. Contohnya sistem perbankan yang memiliki mainframe untuk menyimpan data rekening nasabah, dan data ini dapat diakses di ATM yang menggunakan stasiun kerjanya. 2. Sistem komputer pribadi berdiri sendiri ( a Standalone Personal Computer), adalah arsitektur yang paling sederhana, cocok untuk perusahaan kecil dengan fungsi organisasi sederhana, seperti di mini market,perusahaan rental mobil, percetakan kecil, dan sejenisnya.

36 39 3. Sistem terdistribusi (a distributed system), disebut juga sistem jaringan, menggunakan lebih dari sati komputer, Banyak variasi yang dapat diimplementasikan sesuai dengan karakteristik organisasi Pengertian sistem informasi Secara umum informasi diartikan sebagai pengetahuan mengenai sesuatu atau seseorang, informasi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada sesuatu atau seseorang itu. Gordon B. Davis dan Margarethe H. Olson (1985) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses kedalam bentuk yang bermanfaat bagi penerima dan diperkirakan atau sebenar-benarnya bernilai untuk keputusan atau tindakan sekarang atau dimasa yang akan datang. Pengertian secara umum, sistem informasi merupakan kumpulan komponen atau elemen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (Romney dan Steinbart, 2000). Sistem memerlukan sumber daya yang akan mengubah input menjadi output. Sistem informasi merupakan suatu susunan dari komponenkomponen berhubungan yang saling berinteraksi untuk mendukung kegiatan, manajemen informasi dan pengambilan informasi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Komponen-komponen sistem informasi terdapat di dalam fasilitas sistem informasi, terdiri dari: 1. Perangakat keras (hardware), meliputi mesin, media, perlengkapan fisik yang digunakan untuk mengumpulkan dan memproses data serta menghasilkan informasi. 2. Perangkat lunak (software), adalah program dan prosedur yang berkaitan dengan operasi sistem informasi. 3. Basis data (database), kumpulan terpadu dari data logis yang saling berhubungan yang merupakan catatan sumber daya fisik dan transakasi terhadapnya.

37 40 4. Spesialis Informasi (Programer), adalah tenaga kerja yang mendesain, mengimplementasi, dan memelihara sistem informasi sehingga mampu menyediakan informasi bagi para pengguna (users). 5. Informasi, adalah data yang dapat digunakan pengguna untuk mengambil keputusan 6. Pengguna (users), manajer dan beragam kategori pegawai yang membutuhkan informasi untuk membantu pengambilan keputusan. Interaksi diantara sumber daya informasi digambarkan oleh McLeod seperti terlihat pada Gambar 2.1. P e r a n g k a t L u n a k P e r a n g k a t L u n a k P e r a n g k a t L u n a k S p e s i a l i s I n f o r m a s i I n f o r m a s i U s e r Gambar 2.4. Interaksi di Antara Sumberdaya Informasi Sumber: Raymond McLeood Jr. dan Gerdo shell dalam, Sistem Informasi Manajemen(terjemahan), 8/E (New jersey, Prentice Hall, 2001) hal Sistem Informasi Jadwal Induk Produksi Berdasarkan pengertian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa perancangan jadwal induk produksi merupakan sistem informasi berdasarkan fungsional yang termasuk kedalam sistem pendukung keputusan (decition support system) yang artinya sistem Informasi interaktif yang menyediakan informasi, permodelan, dan manipulasi data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada perancangan jadwal induk produksi perusahaan.

38 Perancangan Sistem Perancangan sistem atau desain sistem adalah proses pengembangan spesifikasi sistem baru berdasarkan hasil rekomendasi analisis sistem. Tahap perancangan berisi spesifikasi yang dibutuhkan dalam berbagai kertas kerja. Kertas kerja itu harus memuat berbagai uraian mengenai input, proses, dan Output dari sistem yang diusulkan. Perancangan sistem dapat juga diartikan sebagai : 1. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem. 2. Pendefinisian atas kebutuhan-kebutuhan fungsional. 3. Persiapan untuk rancang bangun implementasi. 4. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk, berupa penggambaran perencanaan, pembuatan sketsa, pengaturan dari beberapa elemen terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. 5. Konfigurasi komponen software dan hardware sistem. Tujuan tahap perancangan sistem yaitu memenuhi kebutuhan pemakai sistem, kemudian memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap untuk pemrogram dan ahli-ahli teknik yang terlibat. Kemudian sasaran yang harus dicapai yaitu desain sistem harus berguna, mudah dipahami dan digunakan, data harus mudah ditangkap, metode harus mudah diterapkan, informasi mudah dihasilkan dan mudah pula dipahami., harus efisien, dan efektif dalam mendukung pengolahan transaksi, pelaporan manajemen pembuatan keputusan. Desain sistem juga harus memberikan komponen sistem informasi secara rinci, meliputi data, informasi, media penyimpanan, prosedur yang digunakan, sumber daya manusia yang dibutuhkan, perangkat keras, perangkat lunak dan pengendaliannya. Beberapa tekanan desain (design forces) yang harus diperhatikan: 1. Integrasi sistem 2. Jalur pemakai/ sistem (user interface: query, desain layar, umpan balik, bantuan, pengendalian kesalahan, desain workstation). 3. Tekanan dan persaingan.

39 42 4. Kualitas dan kegunaan informasi (tepat waktu, tepat guna, relevan). 5. Kebutuhan sistem (keandalan, ketersediaan, keluwesan, skedul, instalasi, berguna sesuai pertumbuhan organisasi, kemudahan pemeliharaan). 6. Kebutuhan pengolahan data (volume, hambatan waktu pengolahan, permintaan perhitungan). 7. Faktor-faktor organisasi (sifat organisasi, tipe, ukuran, struktur organisasi, gaya manajemen). 8. Kebutuhan-kebutuhan biaya efektifitas. 9. Faktor-faktor manusia. 10. Kebutuhan dan kelayakan (kelayakan dari segi teknik, ekonomi, hukum, operasi, dan kelayakan skedul) Bagan Alir Dokumen (Flowmap) Flow map yaitu bagan alir dokumen yang menunjukan arus laporan dari formulir yang dipergunakan, juga merupakan bagan yang menunjukan arus pekerjaan dari sistem secara keseluruhan, menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang sudah ada di dalam sistem serta menunjukan apa yang dikerjakan di dalam sistem. Tabel Simbol-simbol dalam Flow Map No Simbol Nama Keterangan 1 Dokumen Menunjukan dokumen sebagai masukan/ keluaran baik secara manual/ melalui komputer. 2 Proses Manual Menunjukan proses yang dikerjakan secara manual. 3 Operasi Komputerisasi Menunjukan proses yang dikerjakan oleh komputer.

40 43 4 Manual Input Menunjukan operasi input secara manual melalui keyboard. 5 Magnetic Disk Menujukan penyimpanan data dalam hardisk (Database). 6 Penyimpanan Dokumen Digunakan untuk penyimpanan data sebagai arsip secara manual. 7 Penyimpanan Dokumen Digunakan sebagi penghubung kedalam halaman berbeda. 8 Aliran Data Menunjukan aliran data antar proses Diagram Konteks Diagram konteks (context diagram) adalah digram tingkat atas, merupakan diagram dari sebuah sistem yang menggambarkan aliran data yang masuk dan keluar dari sistem juga yang masuk dan keluar dari entitas luar. Diagram konteks menggambarkan suatu sistem informasi secara global, termasuk aliran data dari masukan (input) ke proses kegiatan (sistem) dan dari keluaran (output) menjadi sebuah informasi yang terpadu. Hal yang harus diperhatikan : 1. memberikan gambaran tentang seluruh sistem. 2. Terminal yang memberikan masukan ke sistem disebut Source. 3. Terminal yang menerima keluaran disebut Sink. 4. Hanya adda satu proses. 5. Tidak boleh ada data store Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual

41 44 maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem. DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program Komponen Data Flow Diagram (DFD) Gambar 2.5. Simbol-simbol yang Digunakan Pada DFD 1. Komponen Terminator / Entitas Luar Terminator mewakili entitas eksternal yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan. Biasanya terminator dikenal dengan nama entitas luar (external entity). Terdapat dua jenis terminator : a. Terminator Sumber (source) : merupakan terminator yang menjadi sumber. b. Terminator Tujuan (sink) : merupakan terminator yang menjadi tujuan data / informasi sistem.

42 45 Gambar 2.6. Komponen Terminator Terminator dapat berupa orang, sekelompok orang, organisasi, departemen di dalam organisasi, atau perusahaan yang sama tetapi di luar kendali sistem yang sedang dibuat modelnya. Terminator dapat juga berupa departemen, divisi atau sistem di luar sistem yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan. 2. Komponen Proses Komponen proses menggambarkan bagian dari sistem yang mentransformasikan input menjadi output. Proses diberi nama untuk menjelaskan proses/kegiatan apa yang sedang/akan dilaksanakan. Pemberian nama proses dilakukan dengan menggunakan kata kerja transitif (kata kerja yang membutuhkan obyek), seperti Menghitung Gaji, Mencetak KRS, Menghitung Jumlah SKS. Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam proses sehubungan dengan input dan output : Gambar 2.7. Proses 3. Komponen Data Store Komponen ini digunakan untuk membuat model sekumpulan paket data dan diberi nama dengan kata benda jamak, misalnya Mahasiswa. Data store ini

43 46 biasanya berkaitan dengan penyimpanan-penyimpanan, seperti file atau database yang berkaitan dengan penyimpanan secara komputerisasi, misalnya file disket, file harddisk, file pita magnetik. Data store juga berkaitan dengan penyimpanan secara manual seperti buku alamat, file folder, dan agenda. Pada pengertian pertama jelaslah bahwa data store tidak berubah, jika suatu paket data/informasi berpindah dari data store ke suatu proses. Sebaliknya pada pengertian kedua data store berubah sebagai hasil alur yang memasuki data store. Dengan kata lain, proses alur data bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada data store. Gambar 2.8. Implementasi data store 4. Komponen Data Flow (Alur Data) Suatu data flow / alur data digambarkan dengan anak panah, yang menunjukkan arah menuju ke dan keluar dari suatu proses. Alur data ini digunakan untuk menerangkan perpindahan data atau paket data/informasi dari satu bagian sistem ke bagian lainnya. Alur data juga dapat merepresentasikan data/informasi yang tidak berkaitan dengan komputer. Alur data perlu diberi nama sesuai dengan data/informasi yang dimaksud, biasanya pemberian nama pada alur data dilakukan dengan menggunakan kata benda, contohnya Laporan Penjualan Bentuk Data Flow Diagram (DFD) Terdapat dua bentuk DFD, yaitu Diagram Alur Data Fisik, dan Diagram Alur data Logika. Diagram alur data fisik lebih menekankan pada bagaimana proses dari

44 47 sistem diterapkan, sedangkan diagram alur data logika lebih menekankan prosesproses apa yang terdapat di sistem. 1. Diagram Alur Data Fisik (DADF) DADF lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sistem yang ada (sistem yang lama). Penekanan dari DADF adalah bagaimana prosesproses dari sistem diterapkan (dengan cara apa, oleh siapa dan dimana), termasuk proses-proses manual. Untuk memperoleh gambaran bagaimana sistem yang ada diterapkan, DADF harus memuat : 1. Proses-proses manual juga digambarkan. 2. Nama dari alur data harus memuat keterangan yang cukup terinci untuk menunjukkan bagaimana pemakai sistem memahami kerja sistem. 3. Simpanan data dapat menunjukkan simpanan non komputer. 4. Nama dari simpanan data harus menunjukkan tipe penerapannya apakah secara manual atau komputerisasi. Secara manual misalnya dapat menunjukkan buku catatat, meja pekerja. Sedang cara komputerisasi misalnya menunjukkan file urut, file database. 5. Proses harus menunjukkan nama dari pemroses, yaitu orang, departemen, sistem komputer, atau nama program komputer yang mengakses proses tersebut. 2. Diagram Alur Data Logika (DADL) DADL lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sistem yang akan diusulkan (sistem yang baru). Untuk sistem komputerisasi, penggambaran DADL hanya menunjukkan kebutuhan proses dari sistem yang diusulkan secara logika, biasanya proses-proses yang digambarkan hanya merupakan proses-proses secara komputer saja.

45 48 Gambar 2.9. DADF dan DADL Syarat-syarat pembuatan Data Flow Diagram (DFD) Syarat pembuatan DFD ini akan menolong profesional sistem untuk menghindari pembentukkan DFD yang salah atau DFD yang tidak lengkap atau tidak konsisten secara logika. Beberapa syarat pembutan DFD dapat menolong profesional sistem untuk membentuk DFD yang benar, menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibaca oleh pemakai. Syarat-syarat pembuatan DFD ini adalah : 1. Pemberian nama untuk tiap komponen DFD 2. Pemberian nomor pada komponen proses 3. Penggambaran DFD sesering mungkin agar enak dilihat 4. Penghindaran penggambaran DFD yang rumit 5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsiten secara logika Kamus Data

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Tinjauan Pustaka Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 26 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan Tugas Akhir diperlukan tahapan yang terstruktur yaitu tahapan metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan penggambaran

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pengembangan Kerangka Kerja Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN PRODUKSI 2.1.2 Forecasting Forecasting (peramalan) bertujuan untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Peramalan Peramalan merupakan suatu cara untuk memperkirakan permasalahan dimasa yang akan datang berdasarkan pada data penjualan masa lalu. Dari bulan januari 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Studi Pendahuluan Dalam memulai penelitian ini, mula-mula dilakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan

Lebih terperinci

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya)

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya) Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya) Dira Ernawati Teknik Industri FTI UPN Veteran Jatim

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN

SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN Level Sistem Informasi pada Perusahaan Sistem dalam suatu perusahaan terbagi menjadi empat level, yaitu: Operasional ( Operational-level Systems ) Pengetahuan ( Knowledge-level

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Objek Pembelajaran Klasifikasi Sistem Informasi (SI) SI Berdasarkan Level Organisasi Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Klasifikasi Menurut Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi (1)

Aplikasi Sistem Informasi (1) Dasar Sistem Informasi Aplikasi Sistem Informasi (1) Arif Basofi Objectives l Memahami bagaimana sistem informasi dapat mempengaruhi dunia bisnis. (1) l Memahami bentuk-bentuk aplikasi sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 2013 MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI TI 3002 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Laboratorium Sistem Produksi Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung TI 3002 Praktikum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 2, DESEMBER 2001: 80-86 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Bernardo Nugroho Yahya Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Teknologi menjadi elemen yang sangat penting dalam persaingan bisnis saat ini. Melalui implementasi teknologi, perusahaan dapat bersaing dalam persaingan bisnis dengan pemahaman, pemenuhan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) BAB PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) TUJUAN: Setelah memahami materi ini Mahasiswa diharapkan dapat:. Memahami perencanaan terhadap dependent demand.. Mengetahui manfaat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PERENCANAAN PROSES PRODUKSI Leli Agustin leli@raharja.info Abstrak Perencanaan proses adalah fungsi di dalam proses manufacturing yang menetapkan proses dan parameter apa yang digunakan untuk merubah part

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan

Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis Defri Kurniawan Content: Konsep Dasar Sistem dan Informasi Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi Bisnis (-e-bisnis) Jenis Sistem Informasi Bisnis Konsep Dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan

Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan BAB I PENDAHULUAN Produksi dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk mengolah atau membuat bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.produksi

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat. BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Pengembangan sistem yang diusulkan Dengan memperkirakan terhadap trend bisnis di masa yang akan datang untuk bisnis dibidang pendistribusian

Lebih terperinci

USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Abdul Hakim Halim, M.Sc Oleh:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

Rencana Produksi & Rencana Induk

Rencana Produksi & Rencana Induk Rencana Produksi & Rencana Induk Pokok Bahasan: I. Struktur PPIC II. Strategi Dasar Produksi III. Perhitungan Rencana Produksi IV. Contoh Rencana Produksi dengan MTS V. Contoh Rencana Produksi dengan MTO

Lebih terperinci

komponen Sistem informasi 1

komponen Sistem informasi 1 komponen Sistem informasi 1 Sistem : sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan Elemen Sistem: tujuan, masukan, keluaran, proses, mekanisme pengendalian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Teguh Baroto (2002, p14), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pendahuluan Sistem produksi merupakan suatu mata kuliah yang menggambarkan mengenai aktivitas-aktivitas dalam perencanaan produksi dan suatu ilmu khusus yang ada dalam jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bagi industri manufaktur masalah perencanaan kapasitas merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan keberhasilan untuk menyerap

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

Perencanaan Agregat. Perencanaa & Pengendalian Produksi_TI-UG

Perencanaan Agregat. Perencanaa & Pengendalian Produksi_TI-UG Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) 1 PENDAHULUAN Pokok bahasan ini merupakan pokok bahasan yang mengkaji perencanaan faktor-faktor produksi secara terintegrasi, dengan mempertimbangkan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Pengolahan Data Pengolahan data (Data Processing) adalah suatu kegiatan manipulasi atau merubah simbol seperti huruf dan angka dengan tujuan meningkatkan nilai gunanya, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE Manajemen & SIM 2 Bisnis Elektronik Hal. 1 SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Definisi Bisnis Elektronik Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Sejarah Perkembangan ERP

Pertemuan 4 Sejarah Perkembangan ERP Pertemuan 4 Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara ERP merupakan perkembangan dari Manufacturing Resource Planning yang juga merupakan hasil dari Evolusi Material Resource Planning (MRP). Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAN IAN 1i4 ERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2003 PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Komponen-komponen: 1. Sistem penjadwalan produksi menghasilkan master jadwal produksi yang mencakup lead time terpanjang ditambah waktu produksi terpanjang. 2. Sistem

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

Modul ke: CHAPTER 2. Sistem Informasi dalam Perusahaan. Fakultas PASCA SARJANA. Dr. Istianingsih. Program Studi Magister Akuntansi

Modul ke: CHAPTER 2. Sistem Informasi dalam Perusahaan. Fakultas PASCA SARJANA. Dr. Istianingsih. Program Studi Magister Akuntansi Modul ke: 02 Fakultas PASCA SARJANA CHAPTER 2 Sistem Informasi dalam Perusahaan Dr. Istianingsih Program Studi Magister Akuntansi Sistem Informasi dalam Perusahaan Jenis Sistem Utama dalam Organisasi Jenis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Sebuah perusahaan manufaktur yang melakukan proses produksi merupakan bagian yang sangat penting, maka setiap perusahaan harus bisa memproduksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan sistematis dan saling berkaitan satu tahapan dengan tahapan lainnya. Tahapan dimulai dari identifikasi masalah, pengolahan,

Lebih terperinci