BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN PRODUKSI Forecasting Forecasting (peramalan) bertujuan untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut. Peramalan dibutuhkan karena adanya perbedaan waktu. Pada make to stock, peramalan merupakan input utama yang menjadi dasar penetapan perencanaan produksi, perencanaan kapasitas, dan perencanaan material, sedangkan pada make to order, peramalan hanya merupakan bahan pertimbangan untuk menentukan kebutuhan mesin, sumber daya, dan waktu pengiriman (distribusi). Peneliti atau analis harus memilih teknik dan metode peramalan yang tepat untuk suatu masalah dan keadaan tertentu yang mereka hadapi. Beberapa faktor yang menjadi dasar pemilihan suatu metode peramalan, yaitu: a. Horison waktu peramalan b. Pola dari data yang tersedia c. Biaya yang tersedia d. Ketepatan yang dibutuhkan e. Ketersediaan personel (peramal) yang berkualitas f. Jumlah waktu persiapan Peramalan yang baik harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Accuracy (Ketelitian) - Terlalu besar high inventory - Terlalu kecil mengakibatkan lost sale/profit/konsumen 2. Cost (Ongkos) - Model sederhana ongkos murah 5

2 PERIODE 6 - Model canggih effort besar, ongkos mahal 3. Response (Reaksi) - Ramalan harus stabil, tidak mudah terpengaruh oleh fluktuasi permintaan. 4. Simplicity (Kesederhanaan) - Teknik peramalan harus sederhana untuk menghindarkan salah interpretasi. Pola data dari serangkaian serial waktu dapat dikelompokkan dalam pola dasar sebagai berikut: 1. Konstan (constan stationary average) merupakan pola seperti ini terdapat dalam jangka pendek atau menengah. 2. Kecenderungan (trend) merupakan pola yang disebabkan oleh bertambahnya populasi, perubahan pendapatan, dan pengaruh budaya. 3. Musiman (seasonal) merupakan pola yang berhubungan dengan faktor iklim/cuaca atau faktor yang dibuat oleh manusia, seperti liburan dan hari besar. 4. Siklus (cyclical) merupakan pola yang mempunyai durasi yang lebih panjang dan bervariasi dari satu siklus ke siklus yang lain. 5. Acak (random) merupakan pola data yang tidak teratur sama sekali, sehingga data yang bersifat acak tidak dapat digambarkan. Berikut ini terdapat gambar pola data dalam serial waktu yang sesuai dengan jenis data yang dimaksudkan dari penejelasan tersebut. SIKLUS TREND MUSIMAN KONSTAN PERMINTAAN Gambar 2.1 Pola Data dalam Serial Waktu (Sumber: Vollman, 2002)

3 7 Langkah-langkah dalam memilih metode peramalan, yaitu: 1. Urutkan data untuk random sampling sekitar tiga puluh item dengan interval waktu harian, mingguan, atau bulanan tergantung dari kebutuhan perusahaan. 2. Memilih metode yang akan digunakan berdasarkan plot data historis dan faktorfaktor lain yang menentukan. 3. Tentukan konstanta smoothing dengan cara eksperimen atau coba-coba. 4. Inisialisasi sistem dengan faktor smoothing yang terpilih. 5. Perbaharui sistem secara periodik. Prinsip-prinsip dari suatu peramalan, yaitu: 1. Peramalan akan selalu mengandung eror. 2. Kesalahan harus terukur. 3. Ramalan satu family produk lebih teliti dari pada end item. 4. Peramalan jangka pendek lebih akurat dari pada jangka panjang. 5. Menghitung permintaan lebih akurat daripada peramalan. Dalam melakukan peramalan tidak akan lepas dari kesalahan, oleh karena itu dalam peramalan ada ukuran kesalahannya. Kesalahan adalah besarnya penyimpangan antara aktual dengan ramalan yang dinyatakan dengan rumus e(t) = X(t) F(t). Dalam peramalan dikenal cara-cara menentukan ukuran kesalahan, yaitu: 1. Ukuran kesalahan dengan cara statistik: MEAN ERROR/DEVIATION (ME/MD) MEAN ABSOLUTE ERROR/DEVIATION (MAE/MAD) SUM OF SQUARE ERROR (SSE)

4 8 MEAN OF SQUARE ERROR (MSE) STANDARD DEVIATION ERROR (SDE) 2. Ukuran kesalahan relatif: PERCENTAGE ERROR (PE) MEAN PERCENTAGE ERROR (MPE) MEAN ABSOLUTE PERCENTAGE ERROR (MAPE) Berdasarkan dari sifat peramalan yang telah disusun dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Peramalan Kualitatif Metode kualitatif digunakan jika tidak tersedia data kuantitatif masa lalu karena alasan: Tidak tercatat Yang diramalkan adalah hal baru Situasi telah berubah Situasi turbulen dan memerlukan human mind Kesalahan peramalan tidak dapat diprediksi b. Peramalan Kuantitatif Metode kuantitatif dapat digunakan jika tersedia data masa lalu. Dari data tersebut dicari pola hubungan yang ada. Metode kuantitatif secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

5 9 a. Time Series Metode ini digunakan untuk kondisi dimana tidak dapat menjelaskan faktor apa yang akan dapat menyebabkan terjadinya kejadian yang diramalkan (black box), sehingga waktu yang dianggap sebagai variabel terjadinya kejadian tersebut. Secara garis besar, metode time series dapat dikelompokkan menjadi seperti metode averages (single/double moving average), metode smoothing (single/double/triple exponential smoothing), metode decomposition (ratio to moving average, sensus), metode simple regresi (dipakai untuk jangka panjang), metode seasonal, metode advanced time series (box jenkin). b. Metode Causal Metode ini dipakai untuk kondisi dimana variabel penyebab terjadinya item yang akan diramalkan sudah diketahui. Metode causal terdiri dari metode multiple regresi yang keseragaman variabel terikat (depend variable) tergantung pada variabel bebasnya (independent variable), metode ekonometrik merupakan sistem simultan dari persamaan multiple regresi Rencana Produksi Agregat (RPA) Perencanaan agregat secara organisasi merupakan tanggung jawab manajer operasi dalam kegiatannya menentukan strategi untuk memenuhi perubahan permintaan sehingga dapat meminimasi total ongkos dan tujuan perusahaan dapat terpenuhi. Terdapat empat strategi yang dapat digunakan dalam perencanaan produksi agregat yaitu: 1. Strategi 1: merubah tingkat tenaga kerja (tenaga kerja tetap) Demand dapat dipenuhi dengan merubah jumlah tenaga kerja melalui hiring and layoff. 2. Strategi 2: merubah tingkat inventori (tenaga kerja tetap) Jika perusahaan tidak menginginkan hiring and layoff tenaga kerja, maka akan memilih memproduksi pada tingkat rata-rata demand dan memenuhi perubahan demand dengan inventori.

6 10 3. Strategi 3: subkontrak Perusahaan melakukan subkontrak (memesan barang) ke perusahaan lain untuk menambah kapasitas, sehingga permintaan terpenuhi. 4. Strategi 4: mixed strategi Dengan menggabungkan ketiga strategi di atas. Perencanaan produksi adalah menyesuaikan permintaan yang berasal dari peramalan dengan seluruh kemampuan yang ada. Hal ini disebabkan kemampuan yang terbatas, sehingga tidak dapat begitu saja mengikuti hasil ramalan permintaan. Hal ini juga disebabkan oleh: 1. Ketidakpastian hasil peramalan itu sendiri. 2. Adanya ongkos yang timbul setiap kali mengubah level tingkat produksi atau jika kita membuat persediaan. 3. Tipe dari perusahaan manufaktur. Perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Beberapa fungsi lain perencanaan produksi, yaitu: Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana strategis. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi. Beberapa tipe perusahaan yang sering ada adalah sebagai berikut: 1. Make to stock adalah tipe industri yang membuat produk akhir untuk disimpan dimana kebutuhan konsumen diambil dari persediaan di gudang. Karakteristik make to stock, yaitu: Standar item, high volume Terus-menerus dibuat lalu disimpan

7 11 Harga wajar Pengiriman dapat dilakukan segera Pelanggan tidak mau menunggu Perlu adanya safety stock untuk mengatasi fluktuasi demand. 2. Make to order adalah tipe industri yang membuat produk hanya untuk memenuhi pesanan. Karakteristik make to order, yaitu: Input-nya bahan baku Biasanya untuk supply item dengan banyak jenis Harga cukup mahal Perlu keahlian khusus Komponen biasanya dibeli untuk persediaan. 3. Assembly to order adalah tipe industri yang membuat produk dengan cara perakitan hanya untuk memenuhi pesanan. Karakteristik assembly to order, yaitu: Input-nya komponen Untuk supply item dengan banyak jenis Harga cukup mahal Lead time ditetapkan oleh konsumen 4. Engineer to order adalah tipe industri yang membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus dimulai dari perancangan produk seperti pengiriman produk. Karakteristik engineer to order, yaitu: Produk sangat spesifik Lead time panjang Harga mahal Metode-metode dalam perencanaan agregat adalah sebagai berikut: 1. Metode Heuristic Metode ini, merupakan metode yang paling umum digunakan. Metode ini tidak dapat menjamin tercapainya solusi optimal. Keuntungan metode ini adalah mudah dan tidak terlalu banyak perhitungan. Langkah-langkah dalam metode ini, yaitu:

8 12 Hasilkan perencanaan jumlah produksi, penempatan tenaga kerja, lembur, subkontrak, dan inventori untuk memenuhi permintaan dan tidak melanggar batas kapasitas. Hitung biaya total (total cost) Terima perencanaan (strategi 1) atau mencoba strategi lain, dengan memulai lagi dari langkah pertama. 2. Metode Linear Programming Simplex Metode ini termasuk metode matematis yang digunakan untuk meminimasi atau memaksimasi fungsi tujuan linear dengan pembatas linear berupa variabel nonnegative. Metode ini menjamin tercapainya solusi optimal, yaitu menghasilkan ongkos minimum. 3. Metode Linear Programming Transportation Model linear programming yang lain adalah metode transportasi. Ongkos produksi regular time diasumsikan linear, untuk meyakinkan bahwa kapasitas reguler akan dipenuhi sebelum menggunakan overtime maupun subkontrak, maka C1<C2<C3, dimana C1 adalah ongkos regular time, C2 adalah ongkos overtime, dan C3 adalah ongkos subkontrak. Perubahan ongkos adalah linear. Ongkos selalu dikaitkan dengan tingkat inventori atau backlog. Metode ini tidak mengijinkan adanya hiring/layoff (jumlah tenaga kerja tetap). Metode ini juga menjamin tercapainya solusi optimal, yaitu menghasilkan ongkos minimum. 4. Metode Linear Decision Rules (LDR) Metode ini ditemukan oleh sebuah kelompok dari universitas Carnegie-Mellon pada akhir tahun Pada metode ini, gaji tenaga kerja berupa fungsi linear, sedangkan biaya layoff/hiring, biaya produksi, dan biaya inventori berupa fungsi kuadrat. 5. Metode Simulation and Search Decision Rules Metode ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan computer simulation dan dengan search decision rules (SDR). Konsep pendekatan dengan computer simulation dan dengan search decision rules (SDR). Konsep pendekatan dengan computer simulation sama dengan konsep pendekatan pada metode heuristic, sedangkan pendekatan SDR dilakukan dengan menentukan rencana selanjutnya

9 13 untuk dievaluasi oleh perencana. Kedua pendekatan tersebut sama-sama berdasarkan penggunaan komputer (computer-based). Prosedur perencanaan produksi perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain sangat bervariasi, akan tetapi pada umumnya terdiri dari enam langkah, sebagai berikut: 1. Menetapkan unit pengukuran Sales forecast pada umumnya disusun dalam nilai uang, sedangkan rencana produksi dalam unit produk sehingga diperlukan faktor konversi yang sesuai untuk mengkonversikan nilai uang tersebut ke dalam unit produk. 2. Menetapkan horison perencanaan Horison perencanaan menunjukkan panjang waktu yang direncanakan untuk melakukan produksi, sehingga diperlukan pula perencanaan mengenai material, kapasitas dan fasilitas produksi yang sesuai dengan rencana produksi. Besarnya horison perencanaan pada umumnya sekitar sampai delapan belas bulan. 3. Menentukan siklus pemeriksaan pelaksanaan perencanaan produksi Peninjauan ini diperlukan karena sistem produksi yang berjalan adalah suatu sistem yang sudah berubah sebagai akibat adanya perkembangan dalam berbagai bidang. Peninjauan ini biasanya dilakukan setiap bulan dengan revisi kecil yang dilakukan setiap minggu. 4. Mendokumentasikan rencana sebagai prosedur formal Rencana produksi harus disusun secara formal, memiliki tahapan tertentu, dan prosedur dokumentasi yang mudah dimengerti oleh manajemen. 5. Menetapkan pertanggungjawaban yang jelas untuk setiap bagian Hal yang dimaksudkan dalam prosedur ini adalah bagian pemasaran bertanggung jawab terhadap peramalan, manufaktur terhadap penyusunan jadwal produksi, dan bagian keuangan terhadap kebutuhan dana. Dalam perencanaan produksi agregat terdapat ongkos-ongkos yang dibebankan dari proses perencanaan produksi, yaitu: Ongkos penambahan tenaga kerja (hiring cost) Ongkos pengurangan tenaga kerja (layoff)

10 14 Ongkos lembur dan pengurangan waktu kerja (overtime and undertime cost) Ongkos persediaan dan kekurangan persediaan (inventory and shortage cost) Ongkos subkontrak (subcontracting cost) Master Production Schedule (MPS) Master Production Schedule (MPS) atau Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan suatu set perencanaan yang mengidentifikasikan kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur. Ada empat fungsi utama dari MPS, yaitu: a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning). b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and purchase orders) untuk item-item MPS. c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas melalui Rough Cut Capacity Planning (RCCP). d. Memberikan dasar untuk pembuatan janji tentang pengiriman produk (delivery promises) kepada pelanggan. Master Production Schedule (MPS) memiliki beberapa tujuan utama, yaitu: a. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen. b. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi. c. Mencapai target tingkat produksi. Terdapat beberapa kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh item yang akan disusun ke dalam MPS, yaitu: a. Jenis item tidak terlalu banyak. b. Dapat diramalkan kebutuhannya. c. Mempunyai Bill of Material sehingga dapat ditentukan kebutuhan komponen dan materialnya. d. Dapat diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan kapasitas.

11 15 e. Menyatakan konfigurasi produk yang dapat dikirim (produk akhir tertentu atau komponen berlevel tinggi dari produk akhir tertentu). Ada beberapa faktor utama yang menentukan proses MPS, yaitu: a. Lingkungan manufaktur. Lingkungan manufaktur yang umumnya dipertimbangkan ketika akan mendesain adalah make to stock, make to order, dan assemble to order. b. Struktur organisasi. Struktur organisasi didefinisikan sebagai cara komponenkomponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufaktur. c. Horison perencanaan. Horison perencanaan adalah jangka waktu perencanaan yang akan dipakai. Panjang horison perencanaan adalah kumulatif lead time ditambah beberapa saat untuk dilihat hasilnya. d. Pemeliharaan item-item MPS. Pemeliharaan item-item MPS ini sangat penting, karena tidak hanya mempengaruhi bagaimana MPS beroperasi, tetapi juga mempengaruhi bagaimana sistem perencanaan dan pengendalian operasi manufaktur secara keseluruhan. Kriteria dasar yang mengatur pemilihan itemitem dalam MPS, yaitu: 1) Item-item yang dijadwalkan merupakan produk akhir. 2) Jumlah item-item MPS seharusnya sedikit. 3) Seharusnya memungkinkan untuk meramalkan permintaan dari item-item MPS. 4) Item-item MPS harus memudahkan dalam penerjemahan pesanan-pesanan pelanggan ke dalam pembuatan produk yang akan dikirim. Dalam penyusunan MPS ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu: a. Time Bucket, merupakan pembagian planning period yang digunakan dalam MPS atau MRP. b. Time Phase Plan, merupakan penyajian perencanaan dimana semua permintaan, pesanan, dan persediaan disajikan dalam time bucket. c. Time Fence, merupakan batasan waktu untuk melakukan penyesuaian pesanan. Ada dua jenis time fence, yaitu:

12 16 1) Demand Time Fence (DTF) adalah batas dimana permintaan sudah tidak dapat lagi diubah. Karakteristik yang dimiliki oleh DTF adalah panjangnya sama dengan Lead Time, Project Available Balance (PAB) dihitung dari Actual Demand, dan perubahan permintaan tidak akan dilayani. 2) Planning Time Fence (PTF) adalah batas dimana permintaan masih memungkinkan untuk berubah jika material dan kapasitas masih tersedia. Karakteristik yang dimiliki oleh PTF adalah panjangnya sama dengan kumulatif Lead Time. Berikut di bawah ini merupakan tampilan dari tabel MPS. Tabel 2.1 Format MPS Description Lead Time DTF Order Quantity Lot Size PTF Periode Past Due Forecast Actual Demand PAB ATP Master Schedule Planned Order (Sumber: Daniel, 2010) Komponen-komponen yang terdapat dalam tabel MPS di atas dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini: a. Description merupakan nama dari suatu produk. b. Order quantity merupakan jumlah pesanan yang ada. c. Lead time merupakan waktu (banyaknya periode) yang dibutuhkan untuk memproduksi atau membeli suatu item. d. On hand adalah posisi persediaan awal yang secara fisik tersedia dalam stok yang merupakan kuantitas item yang ada dalam stok. Digunakan untuk

13 17 merencanakan jumlah yang harus diproduksi dan dihitung dengan anggapan bahwa penjualan akan sesuai dengan ramalan. e. Lot size adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik atau pemasok. Sering juga disebut sebagai kuantitas pesanan atau ukuran batch. f. Safety stock adalah stok tambahan dari item yang direncanakan berada dalam persediaan sebagai stok pengaman untuk mengantisipasi fluktuasi dalam ramalan penjualan, pesanan-pesanan pelanggan dalam waktu singkat, penyerahan item untuk pengisian kembali persediaan. g. Demand Time Fence (DTF) adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian dan kekacauan jadwal. h. Planning Time Fence (PTF) adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya. i. Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item yang dijadwalkan. j. Actual Demand merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti. Demand yang diterima perusahaan seringkali bersifat disruptive, yang berarti demand yang diterima tersebut bersifat mengganggu demand yang telah dikeluarkan sebelumnya. k. Available to Promise (ATP) merupakan informasi yang sangat berguna bagi departemen pemasaran untuk memberikan jawaban yang tepat tehadap pertanyaan pelanggan tentang kapan produk tersebut dikirimkan. Nilai ATP memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan. l. Master Schedule (MS) merupakan jadwal produksi yang diantisipasi untuk item tertentu. MS berupa keputusan tentang kuantitas yang akan diproduksi. Ditentukan dengan memperhatikan ketersediaan material dan kuantitas. Total dari MPS setiap individual part harus sama dengan total yang dinyatakan dalam rencana produksi.

14 18 m. Project Available Balance (PAB) adalah proyeksi on-hand inventory dari waktu ke waktu selama horizon perencanaan MPS, yang menunjukan status inventory yang diproyeksikan pada akhir dari setiap periode waktu dalam horizon MPS. 2.2 SALES AND OPERATION PLANNING (S&OP) Perencanaan operasi dan penjualan adalah prosedur yang digunakan untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Sales & Operation Planning (S&OP) merupakan proses multifungsi bulanan atau kuartalan, termasuk perencanaan atas cakrawala sekitar 18 bulan. (Wallace, 2004) Definisi dan Tujuan dari S&OP S&OP digambarkan sebagai satu set keseluruhan perencanaan perusahaan dan proses pengambilan keputusan yang dirancang untuk menyeimbangkan pasokan produk atau jasa sesuai dengan permintaan pelanggan serta menghubungkan operasi dengan pencapaian tujuan dari bisnis, perencanaan operasional, dan perencanaan keuangan (Smith, 2008). Meskipun tidak ada definisi resmi mengenai S&OP, tetapi sebelumnya Smith telah mengemukakan bahwa S&OP mencakup empat aspek penting dari proses. Pertama, proses yang melampaui unit-unit fungsional. Kedua, adanya sistem pengambilan keputusan yang meliputi suatu hal dalam menentukan penghentian fasilitas atau memperoleh yang baru. Ketiga, bertujuan untuk menjaga keseimbangan permintaan dan sisi penawaran bisnis, misalnya rencana produksi dan penjualan jalan bersamasama. Keempat, menerapkan strategi perusahaan dengan menempatkan link antara perencanaan strategi dan operasi Permintaan dan Penawaran Seperti telah disebutkan, salah satu tujuan dari S&OP adalah untuk menyeimbangkan sisi permintaan dan penawaran bisnis. Jika permintaan melebihi pasokan, efek buruk mungkin muncul pada layanan pelanggan, kadang-kadang mengarah ke hilangnya bisnis. Di sisi lain, over supply mungkin menyebabkan masalah arus kas dan keuntungan menurun karena persediaan meningkat serta

15 19 margin diperas karena upaya untuk meningkatkan sumber daya penjualan dengan harga diskon (Dougherty & Gray, 2006). Ini harus diakui bahwa keseimbangan optimal antara dua variabel utama ini tergantung pada strategi perusahaan dan tingkat layanan yang ingin ditawarkan. Di sisi lain, menunjukkan ketidakseimbangan masa depan antara penawaran dan permintaan mungkin karena bisnis yang berkembang dan mungkin tercermin dalam kapasitas bahasan diskusi S&OP (Wallace, 2004) Alignment Antara Perencanaan Strategis dan Perincian Menurut Wallace (2004) mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan tanpa S&OP sering memiliki pemutusan antara strategi (keuangan), rencana bisnis dan rencana yang lebih rinci serta jadwal yang digunakan untuk menjalankan operasi sehari-hari. Hubungan ini disajikan dalam Gambar 2.2 berikut ini: Gambar 2.2 Hubungan Perencanaan Operasi dan Penjualan dengan Bisnis dan Strategi (Sumber: Wallace, 2004) Untuk potongan contoh lain dari literatur ini S&OP sebagai perantara antara perencanaan strategis dan posisi rinci karena di kontrol pada sistem perencanaan manufaktur (MPC). Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2 S&OP terletak pada bagian tengah sehingga perencanaannya dapat bersifat strategis, fungsional dan lebih rinci. Selain itu, rencana perusahaan yang paling penting adalah harus bisa

16 20 menghubungkan antara bisnis dan strategi dengan operasi dan penjualan (Bangga, 2007). Gambar 2.3 Kunci Hubungan dalam Perencanaan Operasi Penjualan (Sumber: Vollman, 2005) Menurut Vollman (2005), rantai dari perencanaan strategis dan operasional untuk eksekusi akan dihasilkan ketika hubungan dari S&OP untuk sistem MPC dibuat. Secara lebih rinci, berarti bahwa rencana operasi biasanya dinyatakan dalam bentuk agregat unit output per bulan harus digunakan sebagai masukan ketika mengembangkan lebih rinci jadwal induk produksi (MPS) yang dinyatakan dalam unit produk akhir per minggu Proses Fase Pada kelanjutan penjelasan dasar S&OP terdapat fase utama sebagai gambaran bagi perencanaan produksi seperti dikatakan oleh Dougherty & Gray (2006). Proses terdiri dari lima tahap yang mewakili yaitu: Pengumpulan data dan review adalah langkah pertama dari S&OP pada dasarnya hanya di tempat untuk mempersiapkan informasi yang relevan agar bisa digunakan

17 21 pada proses berikutnya. Banyak kegiatan ini diklaim terjadi dalam sistem informasi departemen. Empat elemennya, terdiri dari: Memperbaharui file pada akhir bulan, dengan data seperti penjualan aktual, produksi, dan persediaan. Menghasilkan informasi untuk penjualan dan pemasaran yang digunakan dalam mengembangkan perkiraan baru. Menghasilkan informasi untuk rantai pasok, perencanaan dan manufaktur orang untuk digunakan dalam meninjau dan memperbarui rencana pasokan. Menyebarkan informasi ini kepada orang yang tepat. Permintaan perencanaan adalah tahap kedua dari kesepakatan perencanaan operasi dan penjualan dengan menghasilkan perkiraan permintaan awal untuk produk yang ditawarkan. Menurut Dougherty & Gray (2006), hal ini membantu untuk menghindari kegagalan dalam operasi dan penjualan seperti: Tidak mampu memenuhi tujuan pendapatan atau komitmen keuangan yang didasarkan pada produk baru. Lembur yang tidak direncanakan dan biaya premi pengangkutan untuk produk baru yang keluar pada menit-menit terakhir. Kekurangan dan keterlambatan dalam mendapatkan produk baru kepada pelanggan, setelah diperkenalkan ke pasar. Perencanaan pasokan adalah langkah ketiga dalam fase perencanaan suplai adalah untuk memodifikasi rencana pasokan untuk setiap keluarga atau subfamilies yang memerlukan hal itu berdasarkan perubahan dalam ukuran backlog pesanan pelanggan, perkiraan penjualan, tingkat persediaan atau material dan kapasitas yang tersedia. Pertemuan kemitraan adalah tahap keempat dari proses S&OP pada dasarnya adalah sebuah pertemuan di mana orang dari berbagai fungsi berkumpul untuk mendiskusikan dan membentuk rencana terpadu. Tujuan dari pertemuan ini meliputi: Mendiskusikan dan memvalidasi rencana permintaan dan penawaran, serta asumsi yang mendasari data yang diperoleh.

18 22 Meninjau kemajuan dalam item tindakan yang ditetapkan dalam pertemuan sebelumnya. Menyelesaikan masalah yang ada, sehingga keputusan atau rekomendasi dapat dipresentasikan kepada pertemuan eksekutif. Pertemuan eksekutif adalah tahap kelima dari proses S&OP. Selama rapat eksekutif menghasilkan keputusan, prioritas, dan informasi untuk membantu menyelesaikan masalah apapun atau kesenjangan yang terjadi pada unit yang terkait dalam perusahaan (Bower, 2005). Dougherty & Gray (2006) mengemukakan bahwa tujuan pertemuan eksekutif adalah: Untuk membandingkan versi rencana bisnis yang telah dibuat dan menganalisis penyimpangan yang ada. Untuk "tie break" yang berarti menyalurkan ide-ide, sehingga tim pertemuan kemitraan dapat mencapai konsensus. Untuk meninjau kinerja pelayanan pelanggan, KPI, produk baru, proyek khusus, dan masalah lainnya. Ringkasan proses S&OP telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya sehingga dapat digambarkan pada gambar 2.4 berikut ini. Gambar 2.4 Ringkasan Proses S&OP (Sumber: Dougherty & Gray, 2006)

Penggunaan Material Requirement Planning (MRP) Untuk Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada PT. XYZ

Penggunaan Material Requirement Planning (MRP) Untuk Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada PT. XYZ Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.2 (2015) 11-16 ISSN 2302 934X Planning and Production System Penggunaan Material Requirement Planning (MRP) Untuk Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Sebuah perusahaan manufaktur yang melakukan proses produksi merupakan bagian yang sangat penting, maka setiap perusahaan harus bisa memproduksi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Pipa PVC Pada bab ini ditampilkan data-data penjualan pipa PVC yang diambil pada saat pengamatan dilakukan. Data yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Persediaan Menurut Eddy Herjanto (1999, p 219-220), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data 5.1.1 Pembuatan Daftar Pemesan Rutin ke Perusahaan Berdasarkan data yang diterima dari perusahaan, terdapat total delapan perusahaan yang secara rutin per

Lebih terperinci

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya)

Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya) Penentuan Waktu Produksi Optimal dengan Metode Rougt Cut Capacity Planning Guna Memenuhi Permintaan Konsumen (Studi Kasus PT. Adhitama Abadi Surabaya) Dira Ernawati Teknik Industri FTI UPN Veteran Jatim

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005,p4), Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 26 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan Tugas Akhir diperlukan tahapan yang terstruktur yaitu tahapan metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan penggambaran

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan untuk kelangsungan suatu proses produksi (bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik (Electrical Equipment) yaitu PT.. Schneider

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Studi Pendahuluan Dalam memulai penelitian ini, mula-mula dilakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto (2002, p13), produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Kurnia Teknik adalah sebuah CV spesialis moulding dan juga menerima jasa CNC, EDM, INJECT, dan DIGIT. CV. Kurnia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Teguh Baroto (2002, p14), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan

Lebih terperinci

Biaya Perencanaan Agregat Metode-Metode Perencanaan Agregat Linear Programming Pengertian Linear

Biaya Perencanaan Agregat Metode-Metode Perencanaan Agregat Linear Programming Pengertian Linear x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... ii SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN TUGAS AKHIR... iii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X

Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X Perencanaan Produksi dengan Mempertimbangkan Kapasitas Produksi pada CV. X Daniel Kurniawan 1, Tanti Octavia 2 Abstract: Production planning, capacity determination and objective value on CV. X only refers

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Untuk membantu penelitian ini maka diperlukan acuan atau perbandingan dalam perencanaan agregat maka diperlukan penelitian terdahulu. Dapat dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI Perencanaan Agregat 123 BAB X PERENCANAAN PRODUKSI 1.1. Pendahuluan Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins & Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X

PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Widya, et al. / Perancangan Sistem PPIC Air Mineral di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 1, Januari 217, pp. 79-86 PERANCANGAN SISTEM PPIC AIR MINERAL DI PT. X Ferdian Rama Widya 1, Tanti Octavia 2 Abstract:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Menurut Robbins & Coulter (2012:22) Management involves coordinating and overseeing the work activities of others so that their activities are

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Tinjauan Pustaka Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI.

PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI. PENERAPAN TERIAL REQUIREMENTS PLANNING DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CARDED FIBER PADA PT. HILON INDONESIA- BALI I Made Dwi Budiana Penindra (1), I Dewa Made Krishna Muku (2), Hadi Santosa (3)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel Penelitian di sini merupakan suatu atribut atau nilai atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Dalam menyelesaikan permasalah yang ditemui, metodologi yang digunakan adalah perencanaan persediaan dan tingkat persediaan pengaman.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT. LG Electronics adalah sebagai berikut : 1. Peramalan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression

BAB V ANALISIS. Tabel 5.1. Kesalahan Estimasi Peramalan Metode Linear Regression BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Peramalan Peramalan merupakan suatu cara untuk memperkirakan permasalahan dimasa yang akan datang berdasarkan pada data penjualan masa lalu. Dari bulan januari 2010 sampai

Lebih terperinci