BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat serta perkembangan kota secara keseluruhan yang terjadi pada suatu kota sangat berpengaruh pada struktur ruang kota tersebut. Pusat kota lama, yang semula merupakan pusat pelayanan bagi penduduk kota juga dapat mengalami perubahan pada fungsi serta kegiatannya. Adanya perkembangan kota dapat mengakibatkan menurunnya fungsi pusat kota, yang disebabkan oleh adanya kemacetan lalu lintas, waktu perjalanan, biaya-biaya lainnya dan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi (Norma.K 1977, 3 dalam Enli, 1992). Selain mengakibatkan perubahan kepada fungsi dan kegiatan di pusat kota, adanya perkembangan kota juga dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan pusat kota untuk melayani kebutuhan penduduk kota dan wilayah sekitarnya, karena jarak dan wilayah yang harus dilayani pusat kota tersebut akan semakin jauh dan luas. Oleh karena itu, sebuah kota seringkali mengalami perubahan struktur pusat pelayanan kota, dari monosentrik (satu pusat pelayanan utama) menjadi duosentrik atau polisentrik (Sujarto, 1974). Perubahan struktur ini pada umumnya ditandai dengan pemencaran (desentralisasi) pusat-pusat pelayanan kota ke wilayah kota lainnya. Hal ini dilakukan agar seluruh wilayah kota dapat terlayani oleh secara efektif oleh pusat-pusat pelayanan tersebut, sesuai dengan jangkauan pelayanannya masing-masing. Saat ini Kota Bandung juga mengalami pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota yang pesat. Kota Bandung mengalami pertambahan penduduk dan aktivitas yang pesat, dan salah satu implikasinya adalah meluasnya wilayah administratif Kota Bandung. Akibat adanya perluasan ini jarak yang harus dilayani oleh pusat Kota Bandung (Alun-alun) semakin luas dan ketergantungan penduduk terhadap pusat kota menjadi sangat tinggi (RTRW Kota Bandung ). Oleh karena itu, seperti yang tercantum pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung tahun , satu pusat primer baru di Gedebage dikembangkan untuk membantu pelayanan pusat kota Alun- 1

2 2 alun (central business district), yang juga masih difungsikan sebagai pusat primer. Selain itu juga dikembangkan enam pusat sekunder yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandung. Pusat primer ini merupakan suatu pusat kegiatan ekonomi dan sosial dengan skala pelayanan mulai dari beberapa WP (Wilayah Pengembangan), skala kota sampai skala wilayah dan nasional, sedangkan pusat sekunder merupakan pusat kegiatan ekonomi dan sosial dengan skala pelayanan pada sebagian wilayah kota atau setara dengan satu WP (RTRW Kota Bandung tahun ) Adanya dua pusat primer ini diharapkan dapat melayani penduduk di seluruh wilayah Bandung secara lebih merata. Pusat primer Alun-Alun dan Gedebage diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat perdagangan, jasa dan sosial budaya bagi penduduk di skala kota, regional, nasional dan internasional sesuai yang tercantum di RTRW Kota Bandung Sampai saat ini pusat primer Gedebage belum selesai dikembangkan, dan pusat primer Alun-Alun yang merupakan pusat kota lama diharapkan sudah dapat berfungsi dan dikendalikan sebagai pusat primer. Alun-alun Kota Bandung saat ini memang sudah harus dapat berfungsi sebagai pusat primer agar dapat melayani penduduk secara optimal, terlebih dengan belum dimulainya pembangunan pusat primer Gedebage yang menyebabkan Alun-alun harus sudah dapat berfungsi sebagai satu-satunya pusat primer di Kota Bandung. Pada saat ini pusat primer Alun-alun Kota Bandung atau pusat Kota Bandung sudah mengalami beberapa gejala penurunan pelayanan. Pertama adalah adanya kemacetan pada hampir setiap ruas jalan di kawasan pusat kota (Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Bandung 2007). Adanya kemacetan lalu lintas ini cenderung akan menurunkan kegiatan perdagangan di pusat kota (Kustiwan, 2000). Selain itu juga terjadi penurunan kualitas fisik di wilayah Alun-alun menjadi kumuh dan tidak menarik (Pikiran Rakyat, 25 Juni 2007). Lingkungan kumuh dan tidak menarik ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya unit pertokoan yang tidak terawat atau tidak terpakai lagi, terutama pada ruas-ruas jalan tertentu seperti pada Jalan Otto Iskandardinata, Jl. Asia Afrika ruas Banceuy-Otista, dan Jalan Dalam Kaum. Adanya penurunan kualitas lingkungan ini merupakan suatu indikasi adanya penurunan fungsi pusat kota

3 3 yang dapat disebabkan oleh luapan aktivitas ekonomi dimana terjadi desentralisasi kegiatan perdagangan ke wilayah pinggiran (Berry dalam Pradoto, 1999). 1.2 Rumusan Persoalan Dari latar belakang diatas diketahui bahwa Alun-alun Kota Bandung yang merupakan pusat kota/cbd kini harus sudah dapat berfungsi sebagai pusat primer. Beberapa gejala penurunan pelayanan sudah terjadi di Alun-alun. Saat ini, belum ada evaluasi yang dilakukan untuk menilai pelayanan Alun-alun sebagai pusat primer. Berdasarkan persoalan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai sejauh mana Alun-alun sudah dapat berfungsi sebagai pusat primer. Alun-alun sebelum ditetapkan sebagai pusat primer adalah juga merupakan suatu pusat kota/cbd. Hal ini akan menjadikan pusat primer Alun-alun memiliki karakteristik yang berbeda apabila dibandingkan dengan pusat primer lainnya yang bukan merupakan pusat kota. Oleh karena itu pertanyaan pertama yang akan ditemukan jawabannya dalam penelitian ini adalah apa karakteristik dan kriteria pusat primer yang juga merupakan pusat kota? Selanjutnya perlu juga untuk diketahui bagaimana cara mengevaluasi pelayanan Alun-alun Kota Bandung dalam fungsinya sebagai pusat primer? 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari studi adalah mengevaluasi pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung saat ini, sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan kriteria dan indikator penilaian pelayanan pusat primer Alunalun Kota Bandung 2. Menilai tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung.

4 4 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini terdiri dari manfaat akademik dan manfaat praktis : - Manfaat akademik Metode penilaian pelayanan pusat primer yang digunakan pada penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pelayanan pusat primer lain yang juga merupakan pusat kota. - Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada pemerintah Kota Bandung mengenai kondisi pelayanan pusat primer Alun-alun saat ini. Dengan demikian gambaran tersebut dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan penataan dan pengembangan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. 1.5 Ruang Lingkup Studi Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi pada studi ini akan difokuskan pada evaluasi semu untuk menilai pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Pelayanan ini akan dilihat dari segi fungsi dan jangkauan pelayanannya. Fungsi yang dimaksudkan disini adalah aktivitas serta fasilitas (umum, sosial maupun komersial) yang ada di pusat primer Alun-alun Kota Bandung, sedangkan jangkauan pelayanan yang dimaksud disini adalah jangkauan pelayanan dalam artian sampai sejauh mana pelayanan pusat primer Alun-alun serta aksesibilitas pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi pelayanan ini diturunkan dari kriteria pelayanan pusat primer yang ditetapkan dalam RTRW Kota Bandung tahun dan dari literatur-literatur lain mengenai pusat primer Ruang Lingkup Wilayah Wilayah yang diangkat sebagai objek penelitian adalah kawasan yang mencakup Kelurahan Kebon Pisang, Braga, Cikawao, Paledang, Karang Anyar, Nyengseret, Balonggede, Pungkur, dan Kebon Jeruk. Batasan wilayah studi tersebut adalah sebagai berikut :

5 5 Sebelah Utara :Jl. Kebonjati-Suniaraja-Lembong- Veteran Sebelah Selatan :Jl. Inggit Ganarsih Sebelah Barat :Jl. Astana Anyar Sebelah Timur :Jl. Karapitan Wilayah studi ini didapatkan berdasarkan delineasi kawasan pusat Kota Bandung yang ditetapkan dalam Rencana Pengembangan dan Penataan Kawasan Inti Pusat Kota Bandung tahun 2000.

6

7 9 1.6 Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini diperoleh melalui survey data primer dan survey data sekunder. Data primer didapatkan melalui kuesioner serta observasi, sedangkan data sekunder didapatkan melalui penelusuran literatur dan perundangan-undangan terkait. Berikut perincian pengumpulan data yang dilakukan : Survey pustaka dan instansi untuk mendapatkan data sekunder yang berkaitan dengan pusat primer, Kota Bandung, dan pusat primer Alunalun Kota Bandung. Survei instansi dilakukan ke dinas-dinas dan badan pemerintahan terkait seperti Dinas Tata Kota Bandung (Rencana Penataan dan Pengembangan Kawasan Inti Pusat Kota Bandung), dan Dinas Perhubungan Kota Bandung (data trayek angkutan kota dan bis kota). Survey data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pengunjung/konsumen di kawasan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Observasi langsung ke kawasan pusat primer Alun-alun Kota Bandung juga dilakukan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai kondisi pusat primer Alun-alun Kota Bandung saat ini, termasuk mengamati distribusi serta intensitas aktivitas-aktivitas yang terjadi. Keseluruhan survey data primer ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi fungsi dan jangkauan pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung saat ini Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini dilakukan survei data primer dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pengunjung/konsumen di kawasan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Pengunjung/konsumen pusat primer Alun-alun ini tidak akan diketahui populasinya dan pengambilan sampel pun tidak bisa benar-benar dilakukan secara acak, oleh karena itu seberapa besarpun sampel yang diambil kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian tidaklah merupakan kesimpulan dari seluruh pengunjung pusat primer Alun-alun Kota Bandung, tetapi hanya kesimpulan dari konsumen yang kebetulan sedang berkunjung ke pusat primer Alun-alun dan menjawab kuesioner yang diajukan.

8 10 Kegiatan-kegiatan yang ada di pusat primer sebagian besar terletak di sepanjang jalan-jalan di dalam kawasan pusat primer. Responden yang dipilih untuk diberi kuesioner adalah responden yang sedang berkegiatan atau sedang melakukan kegiatan di fasilitas-fasilitas umum dan komersial di pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Oleh karena itu penyebaran kuesioner akan dilakukan di jalan-jalan yang termasuk kedalam kawasan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Terdapat 26 jalan di kawasan pusat primer, namun pada penyebaran kuesioner ini tidak kesemua jalan tersebut dianggap sebagai satu ruas jalan. Terdapat beberapa pasang ruas jalan yang dianggap sebagai satu jalan karena dua ruas jalan tersebut berdekatan dan intensitas kegiatannya homogen. Selain itu juga terdapat jalan-jalan dimana tidak dilakukan penyebaran kuesioner karena intensitas kegiatan maupun pengunjung di jalan tersebut sangat rendah, seperti Jl. Tamblong dan Jl. Lembong. Dengan demikian didapat 20 ruas jalan yang menjadi wilayah penyebaran kuesioner (Jalan Suniaraja-Kebonjati, Jalan Veteran, Jalan ABC-Banceuy, Jalan Braga, Jalan Naripan, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Asia Afrika, Jalan Cibadak-Gardujati, Jalan Dalem Kaum, Jalan Lengkong Kecil, Taman Alun-alun dan Jalan Alun-alun Timur, Jalan Kalipah Apo- Astana Anyar, Jalan Kepatihan, Jalan Dewi Sartika, Jalan Lengkong Besar- Cikawao, Jalan Karapitan, Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Moh. Toha, Jalan Pungkur dan Jalan Inggit Ganarsih (Ciateul)). Jumlah kuesioner yang disebarkan di setiap ruas jalan ini adalah sebanyak 10 kuesioner. Pembagian wilayah penyebaran kuesioner dan jumlahnya hanya dimaksudkan agar kuesioner tersebar secara merata di seluruh kawasan pusat primer Alun-alun Kota Bandung dan mendapatkan responden yang lebih beragam dengan kegiatan/aktivitas yang beragam pula, tidak untuk merepresentasikan populasi pengunjung pusat primer Alun-alun Kota Bandung.

9 Metode Analisis Untuk mengevaluasi pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung, digunakan evaluasi semu. Evaluasi semu adalah evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang akurat dan valid mengenai hasil kebijakan. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung saat ini sudah dapat memenuhi kriteria pelayanan pusat primer yang ditetapkan dari berbagai literatur mengenai pusat primer. Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kriteria dan indikator penilaian pelayanan pusat primer Alunalun Kota Bandung Pusat primer yang akan dievaluasi pelayanannya dalam penelitian ini adalah pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Pusat primer Alun-alun ini juga merupakan pusat kota Bandung. Oleh karena itu pertama-pertama perlu diperbandingkan dulu antara karakteristik pusat primer dan karakteristik pusat kota (didapatkan melalui penelusuran literatur, dokumen formal, dan undang-undang) sehingga dapat diketahui aspekaspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi pelayanan pusat primer yang juga merupakan pusat kota. Setelah itu berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat ditentukan kriteria penilaian pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini hanya kriteria kegiatan pelayanan dengan skala regional dan juga disesuaikan dengan kondisi kawasan Alun-alun saat ini. Kriteria-kriteria ini kemudian diturunkan kedalam indikator-indikator. Indikator-indikator ini lah yang dijadikan dasar untuk menyusun kerangka survey dan menilai secara langsung pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung saat ini. 2. Menilai tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung Hasil survey dan analisis digunakan untuk menilai ketercapaian indikatorindikator yang telah ditentukan. Masing-masing indikator ini memiliki atribut berupa skor/ranking. Skor/ranking ini digunakan untuk menilai tingkat pelayanan Alun-alun berdasarkan hasil survey dan analisis

10 12 tersebut. Skor ini merupakan nilai antara 1 sampai 3 dengan nilai 1 menunjukkan tingkat pelayanan paling rendah, nilai 2 menunjukkan tingkat pelayanan sedang dan nilai 3 menunjukkan tingkat pelayanan tinggi. Kesimpulan akhir didapatkan dengan melihat jumlah munculnya skor 3. Apabila skor 3 muncul sebanyak 5-6 kali maka pusat primer Alunalun dikatakan memiliki tingkat pelayanan tinggi, apabila skor 3 muncul sebanyak 3-4 kali maka tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun dikatakan sedang dan apabila skor 3 muncul sebanyak 1-2 kali maka tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun dikatakan rendah.

11

12 Sistematika Penulisan Bab II Konsep Evaluasi dan Pusat Primer Bab ini menguraikan mengenai konsep evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini. Selain ini juga akan dijelaskan teori-teori dan karakteristik pusat primer serta pusat kota. Pada bagian akhir dijelaskan mengenai aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Bab III Kriteria dan Indikator Evaluasi Pelayanan Pusat Primer Alun-alun Kota Bandung Bab ini berisi karakteristik pusat primer Alun-alun saat ini dan penyusunan kriteria serta indikator yang akan digunakan dalam evaluasi pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Bab IV Evaluasi Pelayanan Pusat Primer Alun-alun Kota Bandung Bab ini berisi analisis mengenai pelayanan pusat primer Alun-alun saat ini, yang diketahui dari hasil pengolahan kuesioner, data sekunder dan observasi. Pada bab ini juga akan diketahui pemenuhan dari indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Bab V Tingkat Pelayanan Pusat Primer Alun-alun Kota Bandung Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis dan temuan lapangan berupa tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Kemudian diuraikan rekomendasi yang dapat diberikan bagi hasil studi, serta saran untuk studi lanjutan.

13 16 Tabel I.2 Metode Penelitian No Sasaran Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data Analisis Output 1 Menentukan kriteria dan indikator penilaian pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung 2 Menilai tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. - Kriteria pelayanan pusat primer - Dari penyebaran kuesioner : asal responden - Dari observasi lapangan dan data sekunder : ketersediaan dan kondisi fasilitasfasilitas yang ada di Studi literatur : - RTRW Kota Bandung - Teori tempat pusat - Dokumen pemerintah (Dinas Tata Kota DKI Jakarta, Ditjen Bina Marga dan Departemen Pekerjaan Umum Indonesia) Survey data primer : kuesioner kepada pengunjung pusat primer Alun-alun, observasi langsung terhadap karakteristik aktivitas dan fasilitas di pusat primer Alun-alun Kota Bandung Content analysis : Kriteria-kriteria mengenai pusat primer yang didapatkan dari berbagai sumber dipilih dan disesuaikan dengan kondisi pusat primer Alun-alun saat ini sehingga didapatkan satu rangkaian kriteria tertentu. Kriteria ini kemudian diturunkan kedalam Indikator yang merupakan karakteristik yang dapat diamati secara langsung untuk mengindikasikan tercapai/tidaknya kriteria tersebut. Penilaian tingkat pelayanan ditentukan menggunakan metode modus, yaitu dengan melihat jumlah skor 3 yang muncul dari setiap indikator. Kriteria dan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi dan jangkauan pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung. Tingkat pelayanan pusat primer Alun-alun Kota Bandung saat ini

14 17 No Sasaran Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data Analisis Output pusat primer Alun-alun Kota Bandung, ketersediaan dan kondisi jalan, ketersediaan dan kapasitas fasilitas parkir, ketersediaan rute angkutan umum,

15 18 Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Pertumbuhan penduduk serta perkembangan Kota Bandung yang sangat pesat mengakibatkan meluasnya wilayah administratif Kota Bandung pusat kota Alun-alun harus melayani wilayah lebih luas Latar Belakang RTRW Kota Bandung : pusat kota Alun-alun ditetapkan sebagai pusat primer bersama dengan Gedebage Gejala penurunan pelayanan pusat primer Alun-alun : kemacetan dan penurunan kualitas fisik Rumusan Persoalan Belum ada evaluasi yang dilakukan untuk menilai pelayanan Alunalun Kota Bandung sebagai pusat primer Tinjauan Literatur Karakteristik Pusat Primer Karakteristik Pusat Kota Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi pusat primer yang juga pusat kota Kriteria evaluasi Karakteristik pusat primer Alun-alun Kota Bandungsaat ini Indikator evaluasi pelayanan pusat primer Alun-alun Kuesioner, data sekunder, observasi Analisis Evaluasi Pelayanan Pusat Primer Alun-alun Kota Bandung Kondisi pelayanan pusat primer Alun-alun saat ini Kesimpulan Tingkat Pelayanan Pusat Primer Alun-alun Kota Bandung

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh : ANIARANI ANDITA 15403045 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan perdagangan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk disuatu negara akan berbanding lurus dengan kebutuhan sarana transportasi. Begitu pula di Indonesia, transportasi merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perdagangan eceran merupakan salah satu unsur penting dalam proses kegiatan distribusi barang. Bentuk dari perdagangan eceran dapat berupa pasar, supermarket, mini market, toko/kios,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang studi; rumusan persoalan; tujuan dan sasaran studi; ruang lingkup studi, yang meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan ruang parkir merupakan masalah yang menjadi fenomena biasa terutama di kota-kota besar, seiring dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor fasilitas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Literatur Dunn, William N Public Policy Analysis. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Literatur Dunn, William N Public Policy Analysis. New Jersey : Prentice Hall, Inc. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Literatur Dunn, William N. 1994. Public Policy Analysis. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Hartshorn, Truman A. 1992. Interpreting The City : An Urban Geography. Canada : John Wiley

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Kawasan Pusat Kota Tua di Kota Bandung. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya sektor perekonomian akan menyebabkan makin tingginya aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat ini juga berdampak langsung pada tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota pada saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta semakin besarnya volume kegiatan pembangunan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan (movement).

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS KAWASAN MASJID AGUNG DAN TAMAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat nadi perekonomian, sosial, politik, pertahanan, dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. 3. Aronoff, S Geographic Information System, A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa, Canada.

Daftar Pustaka. 3. Aronoff, S Geographic Information System, A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa, Canada. 51 Daftar Pustaka 1. Andri, H. 2002, Kajian Pengaruh Tingkat Pelayanan Listrik, Telepon, Air Bersih, dan Jalan terhadap Jual Objek Pajak (Studi Kasus Kota Bandung), Tesis, Program Magister Perencanaan

Lebih terperinci

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu elemen perkotaan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan dan aktivitas penduduk, karena pada dasarnya RTH merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pusat Kota Bandung. Berikut merupakan batas-batas Tegal Lega, Kecamatan Regol. a. Sebelah utara : jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pusat Kota Bandung. Berikut merupakan batas-batas Tegal Lega, Kecamatan Regol. a. Sebelah utara : jl. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Taman Tegal Lega secara administratif berada pada Kecamatan Regol Kelurahan Ciateul, Kota Bandung. Secara astronomis taman konservasi Tegal Lega berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, kota-kota besar masih merupakan tujuan bagi mereka yang ingin memperbaiki nasib dan meningkatkan tarap kehidupannya. Dengan asumsi bahwa kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang mendukung kebutuhan bisnis sangat dibutuhkan secara cepat dan akurat. Seiring dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang berjalan atau berhenti. Untuk kendaraan-kendaraan yang berhenti

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang berjalan atau berhenti. Untuk kendaraan-kendaraan yang berhenti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas terdiri dari berbagai aspek yang saling berkaitan. Lalu lintas yang baik adalah yang mampu mewujudkan arus yang lancar, kecepatan yang cukup, aman, nyaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan yang lancar merupakan idaman setiap warga, dengan semakin banyaknya pengguna jalan raya, lalu lintas menjadi tidak lancar, seiring dengan bertambahnya jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bidang pembangunan yang semakin hari semakin besar kontribusinya dalam pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya penyerapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota menjadi salah satu kawasan yang memiliki tingkat pergerakan yang tinggi, karena kawasan ini berkembang dengan cepat dan seiring dengan berkembangnya suatu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bangkitan Lalulintas menurut Warpani (1990) adalah banyaknya lalulintas yang dtimbulkan oleh zone atau daerah per satuan waktu. Jumlah lalulintas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang Kaki Lima dahulu dikenal dengan pedagang emperan jalan dan kemudian disebut pedagang kaki lima. Saat ini, istilah pedagang kaki lima digunakan untuk menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari ribuan pulau yang besar dan kecil, sehingga tanpa sarana angkutan transportasi yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan industri jasa yang memiliki fungsi pelayanan publik dan misi pengembangan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai pendukung

Lebih terperinci

ABSTRAK SURYA DARMANTO. Analisa Kebutuhan Ruang Parkir Kendaraan pada Pusat Pertokoan Kota Pekanbaru. dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI sebagai ketua, DEDI BUDIMAN HAKIM, sebagai anggota komisi pembimbing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam setiap tahunnya telah menyebabkan munculnya kesenjangan antara kebutuhan tempat hunian dengan ketersediaan tempat

Lebih terperinci

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan yang telah dilakukan pada seluruh sampel yang telah disebarkan kepada

Lebih terperinci

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah mempunyai karakteristik yang unik karena persediaannya selalu tetap, artinya tanah tidak dapat diproduksi ataupun dikurangi jumlahnya dan lokasinya tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandung yang secara astronomis terletak di 6 50 38-6 58 50 LS dan 107 33 34-107 43 50 BT. Secara khusus penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala

BAB I PENDAHULUAN. berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibu kota propinsi Jawa Barat, tempat berakumulasinya kegiatan administratif, ekonomi, sosial, dan politik skala propinsi. Bahkan di Bandung juga tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Disadari bahwa ketersediaan ruang adalah tidak tak terbatas, oleh karenanya jika pemanfaatan ruang tidak diatur akan mengakibatkan pemborosan ruang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah dan pasti terjadi. Meskipun pertumbuhan tidak dapat dihindarkan, namun kecepatan pertumbuhan sangat bervariasi dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menjadi tujuan wisata perekonomian, perdagangan, pariwisata, pendidikan khususnya di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup dan benda mati dari suatu tempat ke tempat lainnya. Komponen lalu lintas berupa sarana, pemakai jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak akan terlepas dari perkembangan kegiatan ekonomi. Perkembangan kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat kota untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang sangat tinggi baik secara alami maupun akibat arus urbanisasi mengakibatkan permintaan untuk perumahan semakin besar. Salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Secara administratif, Jakarta berperan sebagai pusat pemerintahan

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2016

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 10 INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Oleh: Jaliludin Muslim 2 dan Irwandi 3 E-mail:udinmuslim@gmail.com & irwan_di@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, dengan lingkup wilayah studi area PKL di BWK I. Alasan dipilihnya BWK I karena kawasan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kabupaten Cianjur mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai peranan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di pusat Kota Bogor dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan Kota Bogor. Selain pusat pemerintahan, wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Temuan studi ini merupakan beberapa hal yang ditemukan saat melakukan studi, terlepas dari dari sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Temuan studi tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK KORIDOR JALAN LETJEND. SUKOWATI SEBAGAI PENUNJANG AKTIVITAS PERDAGANGAN PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK KORIDOR JALAN LETJEND. SUKOWATI SEBAGAI PENUNJANG AKTIVITAS PERDAGANGAN PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK KORIDOR JALAN LETJEND. SUKOWATI SEBAGAI PENUNJANG AKTIVITAS PERDAGANGAN PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh : CHAROLINE FERRA MUSTIKA PUTRI L2D 605 186 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perkembangan ekonomi seperti saat ini, saat gelombang ekonomi mengakibatkan krisis di berbagai area kehidupan, masyarakat membutuhkan adanya sumber modal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kawasan Kota Industri, wilayah Kabupaten Tangerang khususnya wilayah Balaraja Barat juga tidak lepas dari masalah kemacetan yang merupakan masalah umum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan. Lalu lintas memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan. Lalu lintas memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas terjadi atas beberapa komponen yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. maka pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Medan sebagai kota sentral ekonomi di daerah Sumatera Utara adalah kota yang mempunyai perkembangan yang tumbuh dengan pesat, oleh karena itu maka pemerintah harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada profit maupun non profit selalu memiliki tujuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada profit maupun non profit selalu memiliki tujuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan atau instansi baik pemerintah maupun swasta yang berorientasi pada profit maupun non profit selalu memiliki tujuan dalam menjalankan setiap

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan-temuan studi yang didapat dari penelitian kali ini yang akan menjurus kepada suatu kesimpulan dari penelitian ini. Selain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci