Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi
|
|
- Adi Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar kontribusi perilaku asertif terhadap kecerdasan emosi. Sampel pada penelitian ini berasal dari populasi mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Universitas Gunadarma Depok yang berjumlah 100 mahasiswa. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner dari skala perilaku asertif dan skala kecerdasan emosi. Untuk pengukuran perilaku asertif dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan teknik Product Moment dan Alpha Cronbach. Dari 60 item yang digunakan, diperoleh 32 item yang valid dengan korelasi berkisar antara 0,3022 sampai 0,5147, untuk uji reliabilitas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,8619. Skala dinyatakan normal (0,053 dan 0,055) dan linear (0,000). Sedangkan untuk pengukuran kecerdasan emosi, dari 48 item yang digunakan diperoleh 35 item yang valid dengan korelasi berkisar antara 0,3003 sampai 0,6045. Untuk uji reliabilitas, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,8976. Skala dinyatakan normal (0,052 dan 0,264) dan linear (0,000). Hasil penelitian ini diperoleh F sebesar 94,363 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan R Square sebesar 0,491 dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi perilaku asertif secara signifikan terhadap kecerdasan emosi diterima. Hal ini berarti perilaku asertif memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kecerdasan emosi sebesar 49,1% sedangkan 50,9% kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti keluarga dan pengalaman. Secara umum, subjek memiliki perilaku asertif yang tinggi, dimana mean empirik memiliki skor 183,76 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (80+96). Begitu pula dengan kecerdasan emosi, subjek memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, dimana mean empirik memiliki skor 143,50 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (87,5+105). Kata Kunci : Perilaku Asertif, Kecerdasan Emosi PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini persaingan untuk mencapai sebuah kesuksesan semakin ketat dan kompetitif. Untuk mencapai kesuksesan tersebut seseorang tidak terlepas dari pergaulannya dengan orang lain, oleh karena itu diperlukan sebuah keseimbangan antara kemampuan intelektual dan kemampuan mengenali emosi yang dapat membantu perkembangan intelektual dan emosi seseorang menjadi lebih baik, agar dapat meraih sukses baik dalam pekerjaan maupun dalam pergaulan sehari-hari.
2 Menurut Segal (2003) seseorang yang cerdas secara emosi mengetahui apa yang diperlukan untuk bertahan hidup dan apa yang harus diabaikan, dapat menyelesaikan ribuan kekecewaan hidup, mengenali dan menghargai perasaan sendiri, dapat berhubungan baik dengan orang lain. Itu sebabnya diperlukan keseimbangan antara kemampuan intelektual dan kemampuan mengenali emosi. Kecerdasan emosi dibagi ke dalam lima area, salah satunya adalah area intrapribadi. Area ini merupakan kemampuan seseorang untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri yang meliputi perilaku asertif, kesadaran diri, kemandirian, penghargaan diri, dan aktualisasi diri (Bar-On dalam Stein & Book, 2004). Salah satu area intrapribadi yang akan diteliti adalah perilaku asertif, karena bagi sebagian orang perilaku ini bisa menjadi suatu masalah bila tidak berfungsi dengan baik. Agar dapat berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, maka perilaku asertif ini perlu dikembangkan secara optimal pada diri seseorang. Pengendalian stres, suasana hati, penyesuaian diri, dan keterampilan bergaul serta pengendalian diri termasuk ke dalam area kecerdasan emosi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku asertif dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, karena seseorang yang mampu menampilkan dirinya secara bebas, langsung dan jujur dapat meningkatkan kecerdasan emosinya dengan cara lebih mengenali emosi diri, mengelola emosi serta membina hubungan baik dengan orang lain. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang tidak mampu menampilkan dirinya secara bebas, langsung dan jujur tidak akan mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, serta membina hubungan baik dengan orang lain. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin menguji seberapa besar kontribusi perilaku asertif terhadap kecerdasan emosi. TUJUAN PENELITIAN Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali emosi diri dan emosi orang lain serta mampu mengelolanya dengan baik sehingga tercapai tujuan-tujuan hidupnya dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Adapun beberapa komponen-komponen kecerdasan emosi yang disusun oleh Goleman (1995) yang terdiri dari mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali
3 emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain. Hal ini dikarenakan dasar dari terbentuknya kecerdasan emosi dibangun dari komponen-komponen kecerdasan emosi dan komponen-komponen kecerdasan emosi ini sudah mencakup keseluruhan dari kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi memiliki beberapa ciri-ciri yaitu, memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan dapat bertahan dalam menghadapi frustrasi, dapat mengendalikan dorongan-dorongan hati sehingga tidak melebih-lebihkan suatu kesenangan, mampu mengatur suasana hati dan dapat menjaganya agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir seseorang, mampu untuk berempati terhadap orang lain dan tidak lupa berdoa. Menurut Goleman (1995) manfaat dari kecerdasan emosi yaitu, menentukan kebehasilan dalam sebuah prestasi, dengan kecerdasan emosi yang tinggi, keberhasilan dalam berbagai prestasi kehidupan akan dapat diraih, mampu mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan, seseorang akan mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan dengan cara yang baik dan tepat bila seseorang tersebut memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah kemampuan seseorang menyatakan diri, pandangan-pandangan dalam dirinya, keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas dan jujur tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak-hak orang lain. Menurut Rathus dan Nevid (1983) aspek-aspek dari perilaku asertif terdiri dari berusaha mencapai tujuan, kemampuan mengungkapkan perasaan, menyapa atau memberi salam kepada orang lain, menampilkan cara yang efektif dan jujur, menanyakan alasan, bicara mengenai diri sendiri, menghargai pujian dari orang lain, penolakan, menatap lawan bicara, dan respon melawan rasa takut. Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali emosi diri dan emosi orang lain serta mampu mengelolanya dengan baik sehingga tercapai tujuan-tujuan hidupnya dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.. Menurut Ciarrochi, Forgas, dan Mayer (2001) seseorang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu mencapai aktualisasi diri, berguna dalam hubungan sosial, berguna dalam
4 segala aspek pekerjaan yang berkaitan dengan kelompok kerja, berguna untuk membantu seseorang menjadi lebih sehat dan sejahtera dalam kehidupannya. Meskipun banyak manfaat yang diperoleh dari kecerdasan emosi, pada kenyataannya tidak sedikit ditemukan seseorang yang tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosialnya, seperti sering membuat kesal orang lain, gagal dalam pekerjaannya, tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena seseorang tersebut kurang memiliki kecerdasan emosi, maka dari itu diperlukan kemampuan mengendalikan perasaan secara mendalam untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Stein & Book, 2004). Kecerdasan emosi dibagi ke dalam lima area, salah satunya adalah area intrapribadi. Area kecerdasan emosi ini merupakan kemampuan seseorang untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Area ini meliputi perilaku asertif, kesadaran diri, kemandirian, penghargaan diri, dan aktualisasi diri (Bar-On dalam Stein & Book, 2004). Perilaku asertif merupakan kemampuan seseorang kemampuan seseorang menyatakan diri, pandangan-pandangan dalam dirinya, keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas dan jujur tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak-hak orang lain.. Seseorang yang berperilaku asertif mampu menghargai hak diri sendiri dan orang lain, bersikap aktif dalam kehidupannya untuk mencapai apa yang diinginkan. Fensterheim dan Baer (1975) mengungkapkan beberapa karateristik individu yang memiliki perilaku asertif yang tinggi, antara lain merasa bebas untuk menampilkan dirinya, dapat berkomunikasi dengan baik secara terbuka, langsung, jujur, dan tepat, memiliki orientasi aktif dalam kehidupan untuk mencapai apa yang diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku asertif dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, karena seseorang yang mampu menampilkan dirinya secara bebas, langsung dan jujur tanpa menyakiti diri sendiri maupun orang lain dapat meningkatkan kecerdasan emosinya dengan cara lebih mengenali emosi diri, mengelola emosi serta membina hubungan baik dengan orang lain. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang tidak mampu menampilkan dirinya secara bebas, langsung dan jujur tanpa menyakiti diri sendiri maupun orang lain tidak mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi serta membina hubungan baik dengan orang lain. Dengan demikian dapat terlihat bahwa ada kontribusi perilaku asertif terhadap kecerdasan emosi. Hal inilah yang membuat penulis ingin
5 menguji apakah ada ada kontribusi perilaku asertif secara signifikan terhadap kecerdasan emosi. METODE PENELITIAN Variabel dan Subjek Penelitian Adapun variabel (X) dalam penelitian ini adalah Kecerdasan Emosi sedangkan variabel (Y) adalah Perilaku Asertif. Kecerdasan Emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali emosi diri dan emosi orang lain serta mampu mengelolanya dengan baik sehingga tercapai tujuan-tujuan hidupnya dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Sedangkan Perilaku Asertif merupakan kemampuan seseorang menyatakan diri, pandangan-pandangan yang ada dalam dirinya, keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas dan jujur tanpa merugikan dri sendiri dan melanggar hak-hak orang lain. Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita, yang merupakan mahasiswa di Universitas Gunadarma Margonda Depok. Subjek penelitian berjumlah 100 mahasiswa. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner kepada subjek penelitian. Skala yang digunakan adalah skala Perilaku Asertif dan Kecerdasan Emosi, bentuk skala dari penelitian ini adalah skala Likert, item terdiri dari pernyataan yang bersifat favorabel dan unfavorabel, dengan menggunakan kategori respons tingkat kesesuaian yang mempunyai variasi jawaban sebagai berikut : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk penilaian item favourable adalah , sedangkan untuk penilaian iten unfavourable adalah
6 Teknik Analisis Data Validitas adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Suryabrata, 2000), teknik analisis Product Moment dari Karl Pearson (Azwar, 1996). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, untuk mengukur reliabilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach (Azwar, 1996). Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis regresi sederhana yaitu untuk mengetahui kontribusi perilaku asertif sebagai variabel bebas (X) terhadap kecerdasan emosi sebagai variabel terikat (Y). HASIL PEMBAHASAN Dalam hasil uji validitas pada skala Perilaku Asertif, dari 60 item yang digunakan diperoleh 32 item yang valid, sementara 28 item yang lainnya dinyatakan gugur. Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,3022 sampai 0,5147. Sedangkan Dalam penelitian ini uji reliabilitas yang dilakukan dengan tehnik Alpha Cronbach diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,8619 berarti alat ukur tersebut mendekati sempurna tingkat kepercayaannya. Pada skala kecerdasan emosi, dari 48 item yang digunakan diperoleh 35 item yang valid, sementara 13 item yang lainnya dinyatakan gugur. Item yang valid memiliki nilai korelasi berkisar antara 0,3003 sampai 0,6045. Sedangkan dalam penelitian ini uji reliabilitas yang dilakukan dengan tehnik Alpha Cronbach diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,8976 berarti alat ukur tersebut mendekati sempurna tingkat kepercayaannya. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu melakukan uji asumsi untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya normalitas dan linearitas sebaran data. Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel perilaku asertif diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,053 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0,05) dan Shapiro Wilk dengan signifikansi 0,055 (p > 0,05). Pengujian menunjukkan bahwa distribusi skor perilaku asertif subjek penelitian yang telah diambil dianggap normal. Pada skala kecerdasan emosi diperoleh signifikansi sebesar 0,052 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0,05) dan Shapiro Wilk dengan signifikansi sebesar 0,264 (p > 0,05). Pengujian menunjukkan bahwa distribusi skor kecerdasan emosi pada sample yang telah diambil dianggap normal. Dari hasil pengujian regresi sederhana diperoleh nilai F sebesar 94,363 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05).
7 Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hubungan variabel-variabel di atas adalah linear. Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana diperoleh F sebesar 94,363 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), dan diperoleh R Square sebesar 0,491. Hal ini berarti terdapat kontribusi perilaku asertif secara signifikan terhadap kecerdasan emosi dan kontribusinya sebesar 49,1%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi perilaku asertif secara signifikan terhadap kecerdasan emosi diterima. Berdasarkan Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala perilaku asertif dan kecerdasan emosi, diketahui skor Mean Empirik (ME) dan skor Mean Hipotetik (MH) yang dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 1 Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Skala Mean Empirik Mean Hipotetik Standar Deviasi Perilaku Asertif 183, Kecerdasan Emosi 143,50 87,5 17,5 Berdasarkan perhitungan pada skala kecerdasan emosi, mean empirik yang diperoleh 143,50 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (87,5+105), hal ini berarti secara umum subjek memiliki tingkat kecerdasan emosi yang cenderung tinggi sekali. Tingginya kecerdasan emosi yang dimiliki subjek, mungkin disebabkan karena subjek dalam penelitian ini mempunyai banyak pengalaman-pengalaman, wawasan, dan pendidikan di dunia perkuliahan sehingga dapat meningkatkan kecerdasan emosi mahasiswa. Hal ini dikerenakan subjek adalah mahasiswa tingkat 4 yang sudah berpengalaman berada di kampus dan banyak mendapatkan materi dan pengetahuan kuliah serta banyak berinteraksi dan bertukar pendapat dengan banyak orang untuk menyelesaikan suatu masalah, mengenali perasaan orang lain, dan memahami sifat masing-masing dosen. Seperti yang dikatakan oleh Goleman (1995) bahwa pengalamanpengalaman di luar rumah akan memperkaya kecerdasan emosi seseorang. Kecerdasan emosi dapat dipelajari dari adanya kontak sosial dengan orang lain. Ciarrochi, Mayer, dan Forgas (2001) menambahkan bahwa proses belajar mengajar di dunia pendidikan selain meliputi kemampuan akademis, juga meliputi pengendalian diri, kewaspadaan sosial, dan pemecahan masalah. Kemampuan di atas merupakan bagian dari kecerdasan emosi.
8 TABEL 2 DESKRIPSI SUBJEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA SKALA KECERDASAN EMOSI Mean Kecerdasan Identitas Penggolongan Jumlah % Emosi Jenis Kelamin Laki-Laki 49 49% 144,14 Perempuan 51 5% 143,72 Berdasarkan tabel di atas, laki-laki memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi daripada perempuan. Mungkin dikarenakan laki-laki dituntut untuk dapat berpikir secara logika dan harus kuat dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hal ini mendukung pendapat dari Basow (dalam Kusumawardani, 2006) bahwa laki-laki lebih memiliki emosi yang lebih baik dibandingkan perempuan, laki-laki cenderung tidak selalu emosional, sangat objektif, sangat mudah memisahkan perasaan dari pikiran, sangat berterus terang, tidak selalu gelisah menghadapi krisis kecil, dan tidak mudah terluka perasaan. Sedangkan perempuan sangat emosional, sangat subjektif, tidak bisa untuk memisahkan perasaan dari pikiran cenderung tidak suka berterus terang, sangat mudah gelisah menghadapi krisis kecil, dan sangat mudah terluka perasaannya. TABEL 3 DESKRIPSI SUBJEK BERDASARKAN TINGGAL DENGAN PADA SKALA KECERDASAN EMOSI Mean Kecerdasan Emosi Identitas Penggolongan Jumlah % Tinggal Dengan Orang tua 91 91% 146,13 Saudara 3 5% 139,66 Sendiri Kost 6 6% 146 Selain itu, mahasiswa yang tinggal dengan orang tua memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dibandingkan mahasiswa yang tinggal dengan saudara, sendiri, maupun kost. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor pola asuh orang tua. Orang tua yang kecerdasan emosinya tinggi dapat memilih pola asuh yang sesuai untuk anak, agar perilaku anak tidak menyimpang ke hal-hal yang negatif. Karena usia mahasiswa lebih banyak bergaul di luar rumah dengan teman-temannya dan bertemu dengan banyak orang yang tidak diketahui oleh orang tuanya, dapat menyebabkan mahasiswa tersebut melakukan hal-hal negatif seperti pemakaian narkoba, seks bebas, tawuran antar fakultas, dan kenakalankenakalan lainnya. Maka dari itu penting bagi orang tua untuk menentukan pola asuh yang tepat agar seorang anak dapat menerima dengan senang hati dan tidak berontak terhadap pola asuh dari orang tuanya. Setelah mendapatkan dasar kecerdasan emosi dari orang tua, maka anak dapat merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik. Hal
9 ini sesuai dengan pendapat Goleman (1995) bahwa kehidupan keluarga merupakan hal yang paling penting dalam membangun kecerdasan emosi seseorang, dan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. Orang tua yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi merupakan keuntungan bagi seorang anak, karena orang tua dapat memilih tindakan dan pola asuh yang sesuai bagi anak untuk meningkatkan kecerdasan emosi. Selain itu, Shapiro (1999) menambahkan bahwa orang tua yang menghargai kemandirian anaknya untuk berprestasi, dan meminta anak-anaknya untuk bertanggung jawab kepada keluarganya lebih mungkin menghasilkan anak-anak yang percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi dan disukai banyak orang, dan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Berdasarkan perhitungan pada skala perilaku asertif dimana mean empirik memiliki skor sebesar 183,76 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (80+96), hal ini berarti dapat dikatakan perilaku asertif subjek cenderung tinggi sekali. Tingginya perilaku asertif yang dimiliki subjek dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menempuh jenjang pendidikan S1 (Strata satu) dan berada pada tingkat 4, dimana semakin bertambah tingkat pendidikan mahasiswa maka akan semakin banyak pengalaman dan wawasan yang didapat oleh mahasiswa baik yang menyenangkan maupun yang buruk, sehingga dapat terlihat penyesuaian dan pengalamannya dengan dunia perkuliahan. Pengalaman dan wawasan mahasiswa yang telah lama berada dalam proses perkuliahan, akan membuat mahasiswa mampu berperilaku asertif dan mengembangkan dirinya dibandingkan dengan mahasiswa yang berada pada tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang berada di tingkat atas lebih banyak mendapatkan pengalaman, wawasan, materi perkuliahan, dan sudah lebih dahulu menyesuaikan diri dalam pergaulan di kampus, yang menuntut seorang mahasiswa tegas dalam pengambilan keputusan dan berani untuk berkata tidak untuk sesuatu hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Rathus dan Nevid (1983) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas wawasan berpikirnya sehingga kemampuan untuk mengembangkan diri lebih terbuka.
10 TABEL 4 DESKRIPSI SUBJEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA SKALA PERILAKU ASERTIF Mean Perilaku Identitas Penggolongan Jumlah % Asertif Jenis Kelamin Laki-Laki 185, % Perempuan 185, % Selain itu, dalam penelitian ini subjek laki-laki cenderung memiliki perilaku asertif yang tinggi dibandingkan dengan subjek perempuan. Hal ini mungkin dikerenakan laki-laki dituntut untuk menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga dimana laki-laki harus bisa mengungkapkan pendapatnya untuk menentukan langkah selanjutnya dalam perjalanan hidup untuk menuju kesuksesan, tidak emosional dan tidak agresif terhadap kaum perempuan agar berjalan sesuai rencana kehidupan maka dari itu kaum laki-laki lebih mampu mengungkapkan pendapatnya dan perasaannya dengan terbuka, baik di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan rumah tangga. Seperti yang dikatakan oleh Rathus dan Nevid (1983) bahwa perempuan pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan pikiran dan perasaannya dibandingkan dengan laki-laki. Kemudian Lange dan Jakubowski (1997) menambahkan bahwa perempuan lebih cenderung untuk berperilaku agresif, sedangkan laki-laki cenderung lebih berperilaku asertif. TABEL 5 DESKRIPSI SUBJEK BERDASARKAN TINGGAL DENGAN PADA SKALA PERILAKU ASERTIF Mean Perilaku Identitas Penggolongan Jumlah % Asertif Tinggal Dengan Orang tua 185, % Saudara % Sendiri Kost % Berdasarkan tabel di atas, mahasiswa yang tinggal dengan orang tua memiliki perilaku asertif yang tinggi dibandngkan yang tinggal dengan saudara, sendiri, atau kost. Hal ini mungkin dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan perilaku seorang mahasiswa, komunikasi sehari-hari, mengungkapkan hak-hak dan pendapatnya berawal dari keluarga terutama kepada orang tua. Biasanya orang tua yang menuruti hak-hak anaknya, selama
11 hak tersebut tidak merugikan diri sendiri dan orang lain akan menjadikan mahasiswa tersebut menjadi individu yang mampu berperilaku asertif. Seperti yang dikatakan oleh Alberti dan Emmons (2002) menyatakan bahwa orang tua yang kerap kali melarang anak-anaknya menyatakan hak-hak mereka, akan menghambat perkembangan perilaku asertif seorang anak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan bahwa perilaku asertif memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kecerdasan emosi. Kontribusi yang diberikan sebesar 49,1% sedangkan 50,9% kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kategori subjek penelitian menunjukkan perilaku asertif yang tinggi dan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi pula. Selain itu, laki-laki memiliki perilaku asertif dan kecerdasan emosi yang tinggi dibandingkan perempuan, mahasiswa yang berada di tingkat 4 memiliki perilaku asertif dan kecerdasan emosi yang tinggi dibandingkan tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Mahasiswa yang tinggal dengan orang tua juga memiliki perilaku asertif dan kecerdasan emosi yang tinggi dibandingkan yang tinggal dengan saudara, sendiri, maupun kost. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku asertif mempunyai pengaruh terhadap kecerdasan emosi. Oleh karena itu disarankan kepada subjek penelitian dalam hal ini seorang mahasiswa Universitas Gunadarma untuk berupaya agar perilaku asertif dan kecerdasan emosi yang tinggi tetap terjaga. Subjek juga disarankan untuk tetap mengontrol emosinya agar bisa menilai emosi secara tepat, baik pada diri sendiri maupun terhadap orang lain sehingga terjalin hubungan yang baik dengan orang lain. 2. Bagi pihak orang tua, hendaknya terus memotivasi anak dalam meningkatkan perilaku asertif dan kecerdasan emosinya karena pendidikan yang paling awal dan
12 mendasari perilaku asertif dan kecerdasan emosi adalah berawal dari sebuah keluarga. 3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat faktor-faktor lain yang menentukan kecerdasan emosi dengan demikian dinilai perlu disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti kemungkinan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seperti orang tua, tingkat kuliah dan jenis kelamin. DAFTAR PUSTAKA Alberti, R.E., & Emmons, M. (1978). Your perfect right : A guide to assertive living. Atascaredo, California : Impact Publishers, Inc. Alberti, R., & Emmons, M. (2002). Your perfect right. Terjemahan : Buditjahya, G.U. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Azwar, S. (1996). Tes prestasi : Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Cawood, D. (1988). Assertiveness for managers : Learning effective skills for managing people (second edition). Canada : International Counsel Press, Ltd. Cawood, D. (1997). Manajer yang efektif : Terampil mengelola orang dan efektif dalam berkomunikasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Ciarrochi, J., Forgas, J.P., & Mayer, J.D. (2001). Emotioal intelligence in everyday life : A scientific inquiry. London : Psychology Press. Fensterheim, H., & Baer, J. (1975). Don t say yes when you want to say no. New York : Dell. Goleman, D. (1995). Emotional intelligence : Why it can matter more than IQ. London : Blumsbury. Goleman, D. (1996). Kecerdasan emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Terjemahan : Hermaya, T. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Gottman, J., & Chaire, D.J. (1999). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Terjemahan : Hermaya, T. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hein, S. (2004). Http :// (31 Maret 2004). Kelley, C. (1979). Assertion training a fasilitator s guide. San Diego : University Associate.
13 Kusumawardani, P. (2006). Kontribusi kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik pada mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. L Abate, L., & Milan, M.A. (1985). Hanbook of social skill training and research. New York : John Wiley & Sons, Inc. Lange, A.J., & Jakubowski, P. (1978). Responsible assertive behavior : Cognitif behavior procedures for trainers. USA : Research Press. Lange, A.J., & Jakubowski, P. (1997). Responsible assertive behavior. Berkshire : Research Press. Palmer, P., & Froehner, M. (2002). Harga diri remaja : Penuntun menumbuhkan harga diri bagi remaja. Terjemahan : Ishak Susanto. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Patton, P. (2000). EQ : Pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta : Media Publishers. Rathus, S.A., & Nevid, J.S. (1980). Behavior therapy of solving problem in living. New York : The New American Library, Inc. Rathus, S.A., & Nevid, J.S. (1983). Adjusment & growth : The challenges of life (second editon). New York : CBS College Publishing. Rosniawati, N. (2005). Hubungan harga diri dengan asertivitas pada remaja akhir. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Segal, J. (2003). Melejitkan kepekaan emosional : Cara baru praktis untuk mendayagunakan potensi insting dan kekuatan emosi anda. Terjemahan : Nilandari, A. Bandung : Kaifa.. Shapiro, E.L. (1999). Mengajarkan kecerdasan emosional pada anak. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. (1985). Social skill problem experienced by women. The Handbook of Social Skill Training & Reaserch. New York : John Wiley & Sons, Inc. Stein, S.J., & Book, H.E. (2004). Ledakan EQ : 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. Terjemahan : Januarsari, T.R., & Murtanto, Y. Bandung : Kaifa. Suryabrata, S. (2000). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta : Andi Offset.
14 Walker, C.E., Hedberg, A.G., Clement, P., & Wright, L. (1981). Clinical procedures for behavior therapy. Engel Wood Cliff. New Jersey : Prentice Hall. Willis, L., & Daisley, J. (1995). The assertivness of trainer and runing assertivness course. Berkshire : Mc Graw Hill.
PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI
PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI Masa awal remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi
PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita 10502099 Abstrak Individu dalam perannya sebagai mahasiswa, dituntut untuk menjadi lebih mandiri, mampu
Lebih terperinciPERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012
PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan
Lebih terperinciPERILAKU ASERTIF DAN HARGA DIRI PADA KARYAWAN
PERILAKU ASERTIF DAN HARGA DIRI PADA KARYAWAN Ratna Maharani Hapsari 1 Retnaningsih 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 retnaningsih01@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.
49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala psikologis, istrumen skala psikologis ini berjumlah tiga skala. Subyek penelitian adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. Jumlah penduduk di masing-masing dusun Desa Ringinpitu ini. Tabel 4 Jumlah Penduduk di Tiap Dusun
65 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Jumlah penduduk di masing-masing dusun Desa Ringinpitu ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Penduduk di Tiap Dusun Dusun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)
87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA. Pirantie Imadayani Uly Gusniarti. Intisari
PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA Pirantie Imadayani Uly Gusniarti Intisari Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah pelatihan kecerdasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.
59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
23 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Azwar (2013, h.5) adalah penelitian yang menekankan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi,
BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan
Lebih terperinciSUMBANGAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP HARGA DIRI PADA KARYAWAN. Ratna Maharani Hapsari. Abstrak
SUMBANGAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP HARGA DIRI PADA KARYAWAN Abstrak Ratna Maharani Hapsari 10502202 Karyawan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sebuah perusahaan. Setiap perusahaan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa
31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku
Lebih terperinciPerbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi
Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi
BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yang ingin mengukur hubungan variabel bebas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena penelitian ini banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika
76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR Tulozomasi Hulu 1*), Irna Minauli 1 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail
Lebih terperinciNomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN
Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analisisnya menggunakan data-data numerikal (angka) yang diolah. penelitian sampel besar (Azwar, 2012, h.5).
BAB III METODE PENELITIAN H. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif yang analisisnya menggunakan data-data numerikal (angka) yang diolah menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).
46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitain Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk kepentingan penelitian ini, maka gaya kepemimpinan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG Urfaa Fajarwati Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:
Lebih terperinci1. Latar Belakang Penelitian
Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN KOMPONEN DASAR KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROSES ADAPTASI MAHASISWA TINGGAL DI ASRAMA STIKES SANTO BARROMEUS Elizabeth Ari Setyarini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian korelasional yang menghubungkan antara penggunaan situs jejaring sosial (X) dengan empati (Y). Penelitian
Lebih terperincimereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
Lebih terperinciPengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi MountaineeringPada Mountaineer(Pendaki Gunung) Wanita
Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi MountaineeringPada Mountaineer(Pendaki Gunung) Wanita DisusunOleh : Nama : Sofura Meirliana Furi.R. NPM : 10508257 Jurusan : Psikologi Pembimbing
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii
DAFTAR ISI Hal PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah. 6 C. Tujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying
88 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini berorientasi pada penelitian kuantitatif, yakni ingin melihat sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (Sedarmayanti & Hidayat, 2002). dapat digunakan untuk pemecahan masalah (Azwar, 2013).
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian termasuk dalam metode ilmiah (the method of scientific) adalah suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan ciri objektivitas, karena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
47 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Syarat utama sebelum melakukan sebuah penelitian adalah menentukan variabel-variabel penelitian agar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang hati hati, teratur dan terus menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati hati, teratur dan terus menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (hubungan kausalitas) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk memberi hubungan sebab akibat (hubungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maksudnya bahwa dalam menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus, atau model matematis berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan oleh penelitian dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X Nama Disusun Oleh : Dyah Anggraini NPM : 10507067 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Intaglia Harsanti, S.Psi., M.Si Diajukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di dalam suatu penelitian. Menurut Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep.
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Menurut Kerlinger variabel sebagai sebuah
Lebih terperinciKETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DILIHAT DARI JENIS KELAMIN DAN KECERDASAN EMOSI GURU SEKOLAH LUAR BIASA
KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DILIHAT DARI JENIS KELAMIN DAN KECERDASAN EMOSI GURU SEKOLAH LUAR BIASA Mareta Parlina Rachman 1 Awaluddin Tjalla 2 1 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. empiric mengenai hubungan dalam masalah tersebut. Rancangan penelitian
41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rancangan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan dapat memperoleh jawaban untuk
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi
Lebih terperinciKONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMANDIRIAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI KEDINASAN X
KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMANDIRIAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI KEDINASAN X Bayu Kurniawan 1 Anita Zulkaida 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma 1 bykurniawan@gmail.com 2 zulkaida04@staff.gunadarma.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan
BAB III METODE PEELITIA A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan
Lebih terperinciPERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA
1 PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA Indah Lestari M. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari masa kerja. Dugaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode
BAB III METODE PEELITIA Metode penelitian merupakan usaha untuk menjawab permasalahan, memahami peraturan, dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan dating (ursalam, 2001). Pada bab ini akan diuraikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam- macam nilai. 1 Adapun variabel terdiri dari macam, yaitu : 1. Variabel bebas
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan
34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa remaja awal, perkembangan emosi bersifat
Lebih terperinciHUBUNGAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Single
RELATIONSHIP SKILLS PROBLEM SOLVING WITH ROLE CONFLICT ON MULTIPLE SINGLE MOTHER SHANIA BELDA Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Problem
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam sebuah penelitian, salah satu faktor yang penting adalah adanya metode ilmiah tertentu yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang dipersoalkan dalam penelitian.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. untuk melihat perbedaan (kepercayaan diri) ditinjau dari jenis kelamin.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu kepercayaan diri. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah model korelasional (Newman, 2000). Maksud korelasional dari
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini berjeniskan penelitian kuantitatif, dimana prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model korelasional (Newman, 000). Maksud korelasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
BAB III METODE PENELITIAN 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan Skala Intensitas Penggunaan Gadgets dan Skala Perilaku Prososial yang telah disusun sesuai dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk jawaban-jawaban
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk jawaban-jawaban penelitiannya (Kerlinger,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tmasan tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada realitas populasi
Lebih terperinciMahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III (RUANG CEMPAKA DAN KELIMUTU) RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Yolanda B. Pamaa,c*, Elisabeth Herwantib, Maria
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai
55 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 Millati Hayati, Yuyun Wahyu I.I., S.S.T (Program DIII Kebidanan STIKES YPIB
Lebih terperinci